Sei sulla pagina 1di 11

JURNAL

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KEPUASAN PASIEN


DIRUANG RAWAT INAP INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh :

Kelompok 2 / 4B

Novita Sari ( 1130017041 )

Winda Greena Febriani ( 1130017050 )

Imroatul Mahmudah ( 1130017059 )

Inas Nada Afifah ( 1130017067 )

Fasilitator :

Khamidah, S.Kep.Ns.,M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT
INAP INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

Yasir Haskas

STIKES Nani Hasanuddin Makassar

(Alamat Korespondensi : yasir@stikesnh.ac.id/08539969012)

ABSTRACT

Patient satisfaction with nurse communication is a patient's level of feeling after comparing
nurse's communication with the expectations that patients wants. The purpose of this study to
determine the relations between therapeutic communication with patient satisfaction in the inpatient
ward of RSUD Makassar City. The design of this study uses a cross sectional design.The population
in this study amounted to 170 people and the sampling method using the technique of purposive
Sampling, the number of samples of 62 respondents. Data collection using questionnaires, data that
has been collected and then processed and analyzed using Microsoft Excel and SPSS program.Data
analysis included univariate analysis by looking for frequency distribution, bivariate analysis with Chi-
Square test (α = 0.05) to determine the relations between variables. The results showed that based
on the Chi-Square test obtained p value = 0.001 in the orientation phase, obtained p value = 0.001 in
the work phase and obtained p = 0.001 in the termination phase.The conclusion of this research is
that there is correlation between therapeutic communication with patient satisfaction in internal ward
of RSUD Makassar City.

Keywords : Therapeutic Communication, Work Phase, Termination Phase, And Patient Satisfaction.

PENDAHULUAN dalam memberikan pelayanan lebih


Menurut Stuart dan Laraia dalam memperhatikan kebutuhan pasien.Kepuasan
(Suryani, 2015), komunikasi dalam profesi muncul dari kesan pertama masuk pasien
keperawatan, menjadi sangat penting karena terhadap pelayanan keperawatan yang
merupakan alat atau metode dalam diberikan. Misalnya: pelayanan yan g cepat,
melaksanakan proses keperawatan. Dalam tanggap dan keramahan dalam memberikan
asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan pelayanan keperawatan (Nursalam, 2016).
untuk mengubah perilaku pasien kearah yang Menurut Depkes RI tahun 2005, masih
lebih baik agar mencapai tingkat kesehatan ditemukan adanya keluhan tentang
yang optimal, yang biasa dikenal dengan ketidakpuasan pasien terhadap komunikasi
komunikasi terapeutik. perawat. Rata-rata hasil data yang di dapatkan
Kepuasan pasien adalah perasaan dari beberapa rumah sakit yang ada di
senang atau puas bahwa produk atau jasa Indonesia menunjukan 67% pasien yang
yang diterima telah sesuai atau melebihi mengeluh adanya ketidakpuasan dalam
harapan pasien.Kepuasan pasien merupakan penerimaan pelayanan kesehatan (Siti,
salah satu indikator kualitas pelayanan yang Zulpahiyana, & Indrayana, 2016).
kita berikan dan kepuasan pasien adalah Berdasarkan hasil penelitian (Dhalan,
suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih 2013), yang dilakukan di ruang interna RSUD
banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien Daya Makassar dengan jumlah responden 50,
yang loyal (setia). Pasien yang loyal akan didapatkan bahwa dari 35 (70%) responden
menggunakan kembali pelayanan kesehatan mengatakan komunikasi perawat baik, 28
yang sama bila mereka membutuhkan lagi. (56%) responden puas, dan 7 (14%)
Bahkan telah diketahui bahwa pasien loyall responden tidak puas. sedangkan dari 15
akan mengajak orang lain untuk (30%) responden yang mengatakan
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan komunikasi perawat kurang, 5 (10%)
yang sama (Nursalam, 2016). responden puas, dan 10 (20%) responden
Salah satu faktor yang mempengaruhi tidak puas. Hasil Uji chi-Square diperoleh nilai
kepuasan pasien adalah pemberian pelayanan p=0,001. Dengan demikian Ha diterima Ho
keramahan petugas rumah sakit dan ditolak dengan interpretasi ditemukannya
kecepatan dalam pelayanan. Institusi hubungan kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan dianggap baik apabila pelayanan kesehatan dari segi komunikasi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 5 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
471
perawat di ruang interna Rumah Sakit Daerah 45 tahun sebanyak 22 orang (35,5%),
Daya Makassar. sedangkan umur yang paling sedikit yaitu
Berdasarkan data yang diperoleh ≥66 tahun sebanyak 4 orang ( 6,5%).
peneliti dari RSUD Kota Makassar yakni
jumlah pasien yang masuk di perawatan 2. Analisis Bivariat
interna pada bulan Februari 2018 sebanyak Tabel 2. Hubungan KomunikasinTerapeutik
170 pasien. Pada Fase Orientasi Dengan Kepuasan
Pasien Di Ruang Rawat Inpa Interna RSUD
BAHAN DAN METODE Kota Makassar
Lokasi, Populasi dan Sampel Kepuasan Pasien
Fase Kurang Total
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Puas Puas
Orientasi
ruang rawat inap interna RSUD Kota n % n % n %
Makasar.Populasi pada penelitian ini adalah Baik 48 77,4 5 8,1 53 85,5
seluruh responden yang berada diruang rawat Kurang 4 6,5 5 8,1 9 14,5
inap interna RSUD Kota Makassar.Dengan Total 52 83,9 10 16,1 62 100,0
besar sampel sebanyak 62 responden dengan ρ = 0,001
menggunakan teknik purposive sampling.
Berdasarkan tabel 2. menunjukkan
Pengumpulan Data dari 62 responden yang fase orientasi baik
ada 53 orang (85,5%) diantaranya 48
1. Data Primer orang (77,4%) merasa puas dan 5 orang
Data yang diperoleh peneliti secara (8,1%) yang merasa kurang puas,
langsung dalam subjek penelitian sedangkan responden yang fase orientasi
2. Data Sekunder kurang ada 9 orang (14,5%) diantaranya 4
Data yang diperoleh lewat pihak lain,tidak orang (6,5%) yang merasa puas dan 5
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek orang (8,1%) yang merasa kurang puas.
penelitian (Siswanto, n.d.) Berdasarkan hasil uji statistik chi
square didapatkan nilai p=0,001 yang
Analisis Data menunjukkan nilai p<α=0,05 berarti Ho
ditolak sehingga dapat disimpulkan ada
1. Analisa Univariat
hubungan antara fase orientasi komunikasi
Digunakan untuk mengetahui
terapeutik dengan kepuasan pasien di
distribusi dan persentase dari tiap variabel
ruang rawat inap interna RSUD Kota
independen dengan variabel dependen.
Makassar.
2. Analisa Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan
Tabel 3. Hubungan KomunikasinTerapeutik
antara variabel independen dengan
Pada Fase Kerja Dengan Kepuasan
variabel dependen dengan menggunakan
Pasien Di Ruang Rawat Inpa Interna RSUD
uji statistic Chi square dengan tigkat
Kota Makassar
kemaknaan α=0.05 Kepuasan Pasien
Kurang Total
HASIL PENELITIAN Fase Kerja Puas
Puas
1. Analisis Univariat n % n % n %
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Baik 47 75,8 5 8,1 52 83,9
Berdasarkan karakteristik Di Ruang Rawat Kurang 5 8,1 5 8,1 10 16,1
Inap Interna RSUD Kota Makassar. (n=62) Total 52 83,9 10 16,1 62 100,0
Karakteristik N % ρ = 0,001
Jenis Kelamin
Laki-Laki 26 41,9 Berdasarkan tabel 3. menunjukkan
Perempuan 36 58,1 dari 62 responden yang fase kerja baik ada
Umur 52 orang (83,9%) diantaranya 47 orang
10-25 15 24,2 (75,8%) merasa puas dan 5 orang (8,1%)
26-45 22 35,5 yang merasa kurang puas, sedangkan
46-65 21 33,9 responden yang fase kerja kurang ada 10
>66 4 6,5 orang (16,1%) diantaranya 5 oran g (8,1%)
yang merasa puas dan 5 orang (8,1%)
Berdasarkan tabel diatas dari 62 yang merasa kurang puas.
responden, menunjukkan bahwa jumlah Berdasarkan hasil uji statistik chi-
responden perempuan sebanyak 36 orang square didapatkan nilai p=0,001 yang
(58,1%), sedangkan laki-laki sebanyak 26 menunjukkan nilai p<α=0,05 berarti Ho
orang (41,9%). Karakteristik umur
responden yang paling banyak antara 26-

472
ditolak sehingga dapat disimpulkan ada lakukan kepada pasien, dan responden
hubungan antara fase kerja komunikasi yang mengatakan kurang puas pada fase
terapeutik dengan kepuasan pasien di orientasi kurang di karenakan perawat
ruang rawat inap interna RSUD Kota tidak memperkenalkan diri kepada pasien
Makassar. pada awal bertemu.
Peneliti berasumsi bahwa dengan
Tabel 4 Hubungan Komunikasin Terapeutik keramahan perawat pada awal bertemu
Pada Fase Terminasi Dengan Kepuasan dengan pasien akan menimbulkan suatu
Pasien Di Ruang Rawat Inpa Interna RSUD kepuasan tersendiri bagi pasien, semakin
Kota Makassar baik komunikasi terapeutik pada fase
Kejadian Hipertensi
orientasi yang dilaksanakan oleh perawat
Fase Kurang Total
Puas maka pasien juga akan merasa lebih puas
Terminasi Puas
n % N % n % dan dan hal ini akan berpengaruh terhadap
Baik 42 67,7 3 4,8 45 72,6 kesembuhan serta kenyamanan pasien
Kurang 10 16,1 7 11,3 17 27,4 selama perawatan dilakukan.
Total 52 83,9 10 16,1 62 100,0 Penelitian ini sejalan dengan
ρ = 0,001 penelitian yang dilakukan oleh (Nurhikma,
n.d.) yang meneliti tentang hubungan
Berdasarkan tabel 4. menunjukkan antara komunikasi terapeutik dengan
dari 62 responden yang fase terminasi baik kepuasan pasien, yang mengungkapkan
ada 45 orang (72,6%) diantaranya 42 bahwa dari 67 responden yang fase
orang (67,7%) merasa puas dan 3 orang orientasi cukup ada 42 orang (62,7%)
(4,8%) yang merasa kurang puas, diantaranya 32 orang (47,8%) menyatakan
sedangkan responden yang fase terminasi cukup puas dan 10 orang (37,3%) yang
kurang ada 17 orang (27,4%) diantaranya mengatakan kurang puas, sedangkan
10 orang (16,1%) yang merasa puas dan 7 responden pada fase orientasi kurang ada
orang (11,3%) yang merasa kurang puas. 25 orang (37,3%) diantaranya 13 orang
Berdasarkan hasil uji statistik (19,4%) menyatakan cukup puas dan 12
chi-square didapatkan nilai p=0,001 yang orang (17,9%) menyatakan kurang puas
menunjukkan nilai p<α=0,05 berarti Ho dan uji chi- square diperoleh p-value 0,041
ditolak sehingga dapat disimpulkan ada < α 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada
hubungan antara fase terminasi komunikasi hubungan bermakna antara pelaksanaan
terapeutik dengan kepuasan pasien di komunikasi terapeutik pada fase orientasi
ruang rawat inap interna RSUD Kota dengan kepuasan pasien.
Makassar. Tahap perkenalan atau tahap
orientasi merupakan dasar bagi hubungan
PEMBAHASAN terapeutik perawat-klien, serta menentukan
1. Hubungan fase orientasi dengan kepuasan tahap selanjutnya. Kegagalan dalam
pasien. melakukan komunikasi pada tahap ini akan
Berdasarkan hasil penelitian yang berdampak pada gagalnya tahap
dilakukan terhadap 62 responden, berikutnya, atau paling tidak akan muncul
didapatkan fase orientasi berhubungan kesulitan ketika beranjak pada tahap
dengan kepuasan pasien di ruang rawat berikutnya. (Suryani, 2015)
inap interna RSUD Kota Makassar. Sedangakn menurut Afnuhazi (2015)
Pada pelaksanaan komunikasi hal yang perlu diperhtikan pada fase
terapeutik pada fase orientasi baik, orientasi adalah memberikan salam
responden mengatakan puas dikarenakan terapeutik disertai mengulurkan tangan,
sebagian besar responden mengatakan jabatan tangan, memperkenalkan diri
bahwa perawat menyapa/tersenyum pada perawat, menyepakati kontrak, melengkapi
awal bertemu, dan perawat juga sering kontrak, evaluasi dan validasi serta
kontrak waktu kepada pasien sebelum menyepakati masalah.
melakukan tindakan, dan responden yang 2. Hubungan fase kerja dengan kepuasan pasien
mengatakan kurang puas pada fase Berdasarkan hasil penelitian yang
orientasi baik dikarenakan perawat tidak dilakukan terhadap 62 responden,
menjelaskan secara jelas tujuan dari suatu didapatkan fase kerja berhubungan dengan
tindakan yang akan dilakukan. Sedangkan kepuasan pasien di ruang rawat inap
pelaksanaan komunikasi terpeutik pada interna RSUD Kota Makassar.
fase orientasi kurang, responden yang Pada pelaksanaan komunikasi
mengatakan puas dikarenakan perawat terapeutik pada fase kerja baik, responden
menjelaskan kegiatan yang akan di

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 5 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
473
mengatakan puas dikarenakan sebagian Pada pelaksanaan komunikasi
besar responden mengatakan bahwa terapeutik pada fase terminasi baik,
perawat selalu menanyakan keluhan yng responden mengatakan puas dikarenakan
dirasakan pasien, perawat sering memberi sebagian besar responden mengatakan
kesempatan berdiskusi kepada pasien.dan bahwa perawat selalu menanyakan
responden yang mengatakan kurang puas keluhan yng dirasakan pasien, perawat
pada fase kerja baik dikarenakan perawat menyimpulkan informasi yang telah
kurang berupaya menciptakan disampaikan.Dan responden yang
situasi/suasana yang dapat meningkatkan mengatakan kurang puas pada fase
percaya diri pasien. Sedangkan terminasi baik dikarenakan perawat kurang
pelaksanaan komunikasi terapeutik pada memberikan saran kepada pasien tentang
fase kerja kurang responden yang tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap
mengatakan puas dikarenakan perawat keadaan kesehatan pasien. Sedangkan
selalu memperhatiakn keadaan pasien, pelaksanaan komunikasi terpeutik pada
dan responden yang mengatakan kurang fase terminasi kurang responden yang
puas pada fase orientasi kurang mengatakan puas dikarenakan perawat
dikarenakan perawat kurang berupaya biasa menentukan waktu selanjutnya
mengatasi kecemasan pasien. melakukan percakapan dan tindakan yang
Peneliti berasumsi bahwa dengan akan dilakukan, dan responden yang
perawat memberikan waktu kepada pasien mengatakan kurang puas pada fase
untuk mendiskusikan penyakit serta orientasi kurang dikarenakan perawat tidak
keluhan yang dirasakan akan menimbukan menawarkan topic yang akan dibicarakan
suatu perasaan puas pada pasien. dengan pasien pada kunjungan perawat
Penelitian ini sejalan dengan selanjutnya.
penelitian yang dilakukan oleh (Nurhikma, Peneliti berasumsi bahwa pasien
n.d.) yang meneliti tentang hubungan akan merasa puas pada fase terminasi ini
antara komunikasi terapeutik dengan apabilah perawat memberikan informasi
kepuasan pasien, yang mengungkapkan tentang penyakit yang dialami pasien serta
bahwa dari 67 responden yang fase kerja selalu menyimpulkan informasi yang
cukup puas ada 52 orang (77,6%) disampaikan.
diantaranya 39 orang (58,2%) menyatakan Penelitian ini sejalan dengan
cukup puas dan 13 orang (19,4%) yang penelitian yang dilakukan oleh,(Nurhikma,
mengatakan kurang puas, sedangkan n.d.) yang meneliti tentang hubungan
responden pada fase kerja kurang ada 15 antara komunikasi terapeutik dengan
orang (22,4%) diantaranya 6 orang (9,0%) kepuasan pasien, yang mengungkapkan
menyatakan cukup puas dan 9 orang bahwa dari 67 responden yang fase
(13,4%) menyatakan kurang puas dan uji terminasi cukup puas ada 45 orang
chi- square diperoleh p-value 0,014 < α (67,2%) diantaranya 34 orang (50,7%)
0,05 sehingga dapat d isimpulkan ada menyatakan cukup puas dan 11 orang
hubungan bermakna antara pelaksanaan (16,4%) yang mengatakan kurang puas,
komunikasi terapeutik pada fase kerja sedangkan responden pada fase kerja
dengan kepuasan pasien. kurang ada 22 orang (32,8%) diantaranya
Fase kerja merupakan inti dari 11 orang (67,2%) menyatakan cukup puas
keseluruhan proses komunikasi terapeutik. dan 11 orang (16,4%) menyatakan kurang
Tahap ini perawat bersama klien mengatasi puas dan uji chi- square diperoleh p-value
masalah yang dihadapi klien.Fase kerja 0,036 < α 0,05 sehingga dapat disimpulkan
berkaitan dengan pelaksanaan rencana ada hubungan bermakna antara
asuhan yang telah ditetapkan. Teknik pelaksanaan komunikasi terapeutik pada
komuniasi yang sering digunakan perawat fase terminasi dengan kepuasan pasien.
antara lain mengeksplorasi, mendengarkan Tugas perawat pada fase terminasi
dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, yaitu mengevaluasi pencapaian tujuan
mempokuskan dan menyimpulkan, interkasi yang telah dilakukan, melakukan
(Afnuhazi, 2015) evaluasi subjektif dilakukan dengan
3. Hubungan fase terminasi dengan menanyakan perasaan pasi en setelah
kepuasan pasien berinteraksi atau setelah melakukan t
Berdasarkan hasil penelitian yang indakan tertentu, menyepakati tindak lanjut
dilakukan terhadap 62 responden, terhadap interaksi yang telah dilakukan dan
didapatkan fase kerja berhubungan dengan membuat kontrak waktu pertemuan
kepuasan pasien di ruang rawat inap berikutnya, kontrak waktu yang perlu
interna RSUD Kota Makassar.

474 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 5 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
disepakati adalah topic, waktu dan tempat KESIMPULAN
pertemuan (Afnuhazi, 2015). 1. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik
Komunikasi merupakan sarana pada fase orientasi dengan kepuasan pasien.
dalam membina hubungan antar perawat
2. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik
dan pasien, dan dapat mempengaruhi
pada fase kerja dengan kepuasan pasien.
tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan. 3. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik
Pasien akan merasa puas ketika kinerja pada fase terminasi dengan kepuasan pasien.
layanan kesehatan yang diperolehnya
sama atau melebihi harapannya dalam SARAN
jurnal (Walansendow, Pinontoaan, & 1. Diharapkan kepada perawat di ruang rawat
Rompas, 2017) inap interna RSUD Kota Makassar untuk
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan komunikasi
mencapai kepuasan pasien, perawat harus terapeutik.
meningkatkan komunikasi terapeutik 2. Diharapkan pihak rumah sakit memberikan
dengan baik sehingga terjalin hubungan pendidikan dan pelatihan mengenai
yang baik antara perawat dan pasien, yang pelaksanaan komunikasi terapeutik kepada
tujuannya untuk mempercepat perawat.
kesembuhan pasien, dalam (Transyah,
Toni, & Ners, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen publishing.

Dhalan, M. (2013). Pengaru Pelayanan kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang


Onterna Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya MAkassar. Stikes Nani
Hasanuddin MAkassar.

Nurhikma. (n.d.). Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Dengan Kepuasan Pasien DI


Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Tenriyawaru Watampone. Stikes Nani
Hasanudddin Makassar.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. (P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.).

Jakarta: Salamba Medika. Siswanto. (n.d.). Metodologi Penelitian Kesehatan Dan

Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Siti, M., Zulpahiyana, Z., & Indrayana, S. (2016). Komunikasi Terapeutik Perawat
Berhubungan dengan Kepuasan Pasien. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia,
4(1), 30. https://doi.org/10.21927/jnki.2016.4(1).30-34

Suryani. (2015). Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktik. (E. K. Y. dan H. Bukhari, Ed.)

(2nd ed.). Jakarta: EGC. Transyah, C. H., Toni, J., & Ners, P. S. (2018). Hubungan

Penerapan Komunikasi Terapeutik, 3(120), 88–95.

Walansendow, V. L., Pinontoaan, O. R., & Rompas, S. (2017). Hubungan Antara Sikap Dan
Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Di
Ruang Eunike RSU Gmim Kalooran Amurang. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1),
1–7.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 5 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-
2531
Review Jurnal
Judul : Hubungan komunikasi terapiutik dengan kepuasan pasien diruang
rawat inap interna RSUD kota Makasar

Penulis : Yasir Haskas

Volume jurnal : Volume 12 Nomor 5

Halaman jurnal : 471-475

Tahun : 2018

Tujuan : Mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan


pasien di ruang rawat inap RSUD Kota Makassar

Konsep :

Metode penelitian :

a. Subyek Penelitian
b. Teknik pengumpulan data : teknik purposive sampling.
c. Alat pengumpulan data
d. Analisis data

Hasil dan pembahasan :

a. Hasil :
Dari hasil penelitian menunjukkan dari 62 responden yang fase orientasi baik
ada 53 orang (85,5%) diantaranya 48 orang (77,4%) merasa puas dan 5 orang (8,1%)
yang merasa kurang puas, sedangkan responden yang fase orientasi kurang ada 9
orang (14,5%) diantaranya 4 orang (6,5%) yang merasa puas dan 5 orang (8,1%) yang
merasa kurang puas.Berdasarkan hasil uji statistik chi square didapatkan nilai
p=0,001 yang menunjukkan nilai p<α=0,05 berarti Ho ditolak sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan antara fase orientasi komunikasi terapeutik dengan
kepuasan pasien di ruang rawat inap interna RSUD Kota Makassar.
Dari 62 responden yang fase kerja baik ada 52 orang (83,9%) diantaranya 47
orang (75,8%) merasa puas dan 5 orang (8,1%) yang merasa kurang puas, sedangkan
responden yang fase kerja kurang ada 10 orang (16,1%) diantaranya 5 oran g (8,1%)
yang merasa puas dan 5 orang (8,1%) yang merasa kurang puas.
Dari 62 responden yang fase terminasi baik ada 45 orang (72,6%) diantaranya
42 orang (67,7%) merasa puas dan 3 orang (4,8%) yang merasa kurang puas,
sedangkan responden yang fase terminasi kurang ada 17 orang (27,4%)
diantaranya10 orang (16,1%) yang merasa puas dan 7 orang (11,3%) yang merasa
kurang puas.

b. Pembahasan :

Pada pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase orientasi baik, responden


mengatakan puas dikarenakan sebagian besar responden mengatakan bahwa perawat
menyapa/tersenyum pada awal bertemu, dan perawat juga sering kontrak waktu
kepada pasien sebelum melakukan tindakan, dan responden yang mengatakan kurang
puas pada fase orientasi baik dikarenakan perawat tidak menjelaskan secara jelas
tujuan dari suatu tindakan yang akan dilakukan. Sedangkan pelaksanaan komunikasi
terpeutik pada fase orientasi kurang, responden yang mengatakan puas dikarenakan
perawat menjelaskan kegiatan yang akan di lakukan kepada pasien, dan responden
yang mengatakan kurang puas pada fase orientasi kurang di karenakan perawat tidak
memperkenalkan diri kepada pasien pada awal bertemu.
Peneliti berasumsi bahwa dengan keramahan perawat pada awal bertemu
dengan pasien akan menimbulkan suatu kepuasan tersendiri bagi pasien, semakin
baik komunikasi terapeutik pada fase orientasi yang dilaksanakan oleh perawat
maka pasien juga akan merasa lebih puas dan dan hal ini akan berpengaruh terhadap
kesembuhan serta kenyamanan pasien selama perawatan dilakukan.
Pada pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase kerja baik, responden
mengatakan puas dikarenakan sebagian besar responden mengatakan bahwa
perawat selalu menanyakan keluhan yng dirasakan pasien, perawat sering memberi
kesempatan berdiskusi kepada pasien.dan responden yang mengatakan kurang puas
pada fase kerja baik dikarenakan perawat kurang berupaya menciptakan
situasi/suasana yang dapat meningkatkan percaya diri pasien. Sedangkan
pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase kerja kurang responden yang
mengatakan puas dikarenakan perawat selalu memperhatiakn keadaan pasien, dan
responden yang mengatakan kurang puas pada fase orientasi kurang dikarenakan
perawat kurang berupaya mengatasi kecemasan pasien.
Peneliti berasumsi bahwa dengan perawat memberikan waktu kepada pasien
untuk mendiskusikan penyakit serta keluhan yang dirasakan akan menimbukan
suatu perasaan puas pada pasien.
Pada pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase terminasi baik, responden
mengatakan puas dikarenakan sebagian besar responden mengatakan bahwa
perawat selalu menanyakan keluhan yng dirasakan pasien, perawat menyimpulkan
informasi yang telah disampaikan.Dan responden yang mengatakan kurang puas
pada fase terminasi baik dikarenakan perawat kurang memberikan saran kepada
pasien tentang tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap keadaan kesehatan
pasien. Sedangkan pelaksanaan komunikasi terpeutik pada fase terminasi kurang
responden yang mengatakan puas dikarenakan perawat biasa menentukan waktu
selanjutnya melakukan percakapan dan tindakan yang akan dilakukan, dan
responden yang mengatakan kurang puas pada fase orientasi kurang dikarenakan
perawat tidak menawarkan topic yang akan dibicarakan dengan pasien pada
kunjungan perawat selanjutnya.
Peneliti berasumsi bahwa pasien akan merasa puas pada fase terminasi ini
apabilah perawat memberikan informasi tentang penyakit yang dialami pasien serta
selalu menyimpulkan informasi yang disampaikan.
Kesimpulan :

1. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik pada fase orientasi dengan


kepuasan pasien.
2. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik pada fase kerja dengan
kepuasan pasien.
3. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik pada fase terminasi dengan
kepuasan pasien.

Potrebbero piacerti anche