Sei sulla pagina 1di 14

Pendidikan Profesi Guru: Tantangan Sarjana Pendidikan di Indonesia

_____________________________________________________________________
Iman Hilman
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
imanhilman@unsil.ac.id

Revi Mainaki
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
revim63@unsil.ac.id
Naskah diterima:xxxx, direvisi:xxxxxx; disetujui: xxxxxx
_____________________________________________________________________

Abstract
Every level of education in Indonesia requires teachers with certain qualifications. This
research describes teacher professional education in Indonesia through 1) description of
education levels in Indonesia; 2) teacher competencies formed, 3) pathways that can be
taken to become teachers and 4) challenges in attending teacher professional education.
Data was collected through literature studies, observations, interviews and documentary
studies which were analyzed by descriptive qualitative approach to obtain research
results. The results of the study show that professional teachers who teach at the early,
elementary and secondary education level must have an S1 education education
qualification and follow a professional education program that can be followed by
pathway 1) scholarships after teaching in the most advanced, remote and
underdeveloped areas 2) in-service education and 3) the implementation of independent
education to form professional teachers who have pedagogical, social, personality and
professional competencies which in practice still have obstacles, especially from the
bureaucratic side that has not covered technical conditions in educational institutions.
Keywords: teacher professional education, the challenge of barchelor of education

Abstrak
Setiap jenjang pendidikan di Indonesia membutuhkan guru dengan kualifikasi
tertentu. Penelitian ini menguraikan pendidikan profesi guru di indonesia melalui 1)
deskripsi jenjang pendidikan di Indonesia; 2) kompetensi guru yang dibentuk, 3)
jalur yang dapat ditempuh untuk menjadi guru dan 4) tantangan mengikuti
pendidikan profesi guru. Data dikumpulkan melalui studi literatur, observasi,
wawancara dan studi dokumenasi yang dianalisis dengan pendekatan kualitatif
metode deskriptif untuk mendapatkan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukan
Guru profesional yang mengajar pada jenjang pendidikan dini, dasar dan menengah
harus memiliki kualifikasi pendidikan S1 Kependidikan dan mengikuti program
pendidikan profesi yang dapat diikuti dengan jalur 1) beasiswa setelah mengajar di
daerah terdepan, terpencil dan terbelakang; 2) pendidikan dalam jabatan dan 3)
penyelenggaraan pendidikan mandiri untuk membentuk guru profesonal yang
memiliki kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional yang pada
pelaksanaannya masih terdapat kendala khususnya dari sisi birokratif yang belum
mencangkup kondisi teknis di lembaga pendidikan.
Keywords: pendidikan profesi guru, tantangan sarjana pendidikan

Pendahuluan (Introduction)
Sistem pendidikan di Indonesia berdasarkan bagi dalam 2 jenis yakni pendidikan
formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal terbagi atas 4 jenjang pendidikan
yakni pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Sedangkan untuk pendidikan non formal terdiri atas pendidikan non formal pra
sekolah, pendidikan kejar paket A setara pendidikan dasar, pendidikan kejar paket B setara
pendidikan menengah pertama, kejar paket C setara pendidikan menengah atas dan kursus
informal setara dengan pendidikan tinggi tentunya setiap jenjang pendidikan membutuhkan
guru sesuai dengan standar nasional, yang di Indonesia tertuang dalam aturan pemerintah
Undang-undang (UU) nomor 5 tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Syarat untuk menjadi seorang guru di Indonesia adalah telah menempuh semua
jenjang pendidikan, minmal pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
di bidang pendidikan semua keilmuan. Untuk menjadi guru pada jenjang pra sekolah calon
pendidik harus menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) di departemen Pendidikan Anak
Usia Dini, untuk jenjang SD calon pendidik harus menyelesaikan pendidikan S1 di
Departemen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, untuk menjadi guru di jenjang SMP dan
SMA calon pendidik harus menyelesaikan pendidikan S1 di departemen pendidikan sesuai
dengan bidang keilmuannya karena sudah mulai spesifik dalam bidang kajian keilmuan,
misalnya untuk menjadi guru geografi maka harus menyelesaikan pendidikan di
departemen pendidikan geografi, untuk menjadi guru biologi harus menyelesaikan
pendidikan di departemen pendidikan biologi. Kemudian dalam studi lanjutan Strata 2 dan
3 (S2 dan S3) diperuntukan bagi calon guru di pendidikan tinggi atau universitas (dosen)
dengan bidang ilmu yang sesuai dengan departemen tempatnya bekerja.
Setelah peserta didik menyelesaikan hingga pendidikan tinggi ada jenjang
pendidikan tambahan yang dikenal dengan jenjang pendidikan profesi (pendidikan vokasi)
pada jenjang pendidikan tinggi. Program pendidikan profesi melibatkan organisasi asosiasi
profesi, sehingga lebih profesional dalam menjalani profesinya. Terdapat perbedaan
mendasar antara pendidikan untuk menjadi seorang guru dan bukan guru. Bila ingin
menjadi guru di Indonesia sebelum tahun 2005 maka peserta didik hanya perlu
menyelesaikan pendidikan S1 bidang pendidikan akan otomatis mendapatkan ijazah dan
akta 4 (lisensi mengajar) seperti apa yang telah dijelaskan, akan tetapi sejak terbitnya
aturan undang-undang berkenaan guru dan dosen nomor 14 tahun 2005. Aturan tersebut
baru terimplementasi secara teknis sejak tahun 2015 dimana setiap lulusan S1 pendidik
masih mendapatkan lisensi mengajar, sejak tahun 2015 lulusan pendidikan hanya
mendapatkan ijazah kelulusannya saja sehingga belum berhak untuk menjadi seorang guru
hanya jika lulus S1 saja.
Untuk menjadi seorang guru kini seorang harus menamatkan S1 dan kemudian
menjalani pendidikan vokasi, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama 1 tahun
pendidikan dan terkait pada asosiasi profesi guru (PGRI) dan asosiasi guru mata pelajaran
tertentu. Sebelum tahun 2005 dan masih berlakunya akta 4 sarjana pendidikan dengan
gelar S.Pd sudah dapat langsung mengajar, tapi sejak 2005 sarjana dengan gelar S.Pd.,
harus mendapatkan lisensi guru melalui program PPG dengan tambahan gelar di
belakangnya menjadi S.Pd.,Gr., (sarjana pendidikan, guru profesional). Sama halnya
seperti seorang yang sudah menyelesaikan pendidikan dalam bidang hukum atau sarjana
hukum dengan gelar SH, dia dapat menjadi seorang pengacara atau notaris dengan terlebih
dahulu ikut dalam pendidikan profesi notaris atau pengacara sesuai dengan minatnya dan
mendapatkan lisensi menjadi seorang pengacara atau notaris. Sarjana kesehatan dengan
gelar S.Kes dapat menjadi seorang dokter dengan gelar dr. setelah menyelesaikan
pendidikan profesi dokter sekitar 1-2 tahun dan mendapatkan lisensi untuk menjadi
seorang dokter. Artikel ini berusahan menguraikan aturan berkenaan dengan program
profesi guru di Indonesia yang menjadi sebuah tantangan sendiri bagi para sarjana di
bidang pendidikan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana jenjang pendidikan di
Indonesia terkait dengan profesi guru?; 2) jalur apa saja yang dapat ditempuh untuk
megikuti program profesi guru; 3) kualifkasi apa saja yang dibentuk dalam pendidikan
profesi guru? dan 4) bagaimana tantangan untuk menjadi seorang guru profesional di
Indonesia dengan mengikuti pendidikan profesi guru? Sementara tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan 1) jenjang pendidikan di Indonesia terkait
dengan profesi guru; 2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan jalur apa saja yang dapat
ditempuh untuk mengikuti pendidikan profesi guru 3) menganalisis dan mendeskripsikan
kualifikasi yang dibentuk dalam pendidikan profesi guru di Indonesia dan 3) menganalisis
dan mendeskripsikan tantangan untuk menjadi seorang guru di Indonesia terkat dengan
pendidikan profesi guru.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini diantaranya 1) bagi pembaca pada
umumnya dan penulis khususnya dapat menambah khasanah keilmuan terkait dengan
profesi guru di Indonesia; 2) bagi institusi terkait dapat menjadi bahan masukan evaluasi
kebijakan program pendidikan profesi guru; 3) bagi calon atau yang berminat menjadi guru
dapat menjadi bahan referensi pendidikan profesi guru dan 4) bagi peneliti berikutnya hasil
penelitian ini dapat menjadi bagian dari kajian teoritis penelitian.

Metode Penelitian/Metode Kajian (Research Methode)

Artikel penelitian ini membahas bagaimana seseorang dapat menjadi guru di


Indonesia yang tidaklah mudah, perlu perjuangan dengan menempuh banyak proses
pendidikan dengan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Seorang calon guru harus
menempuh proses pendidikan di sekolah dasar (SD) 6 tahun, kemudian sekolah menengah
pertama (SMP) 3 tahun, sekolah menengah atas (SMA) 3 tahun dan pendidikan tinggi
(Universitas) 4 tahun di departemen pendidikan dengan jenjang strata 1 (S1) untuk
mendapatkan gelar S.Pd., ditambah dengan pendidikan vokasi profesi guru 1 tahun dengan
gelar tambahan guru profesional (Gr) jadi sekitar 18 tahun pendidikan formal, bagi seorang
yang memiliki passion untuk menjadi guru, ini merupakan sebuah tantangan tersendiri.
Objek studi dalam kajian ini adalah berusaha menguraikan program profesi guru di
Indonesia sebagai sebuah tantangan sarjana pendidikan untuk melanjutkan pendidikan
vokasi atau profesi sebagai syarat mendapatkan lisensi untuk menjadi seorang guru
profesional. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan apa yang menjadi
kajian dengan metode deskriptif dalam penelitian. Desain dalam penelitian ini dirancang
dengan tahapan 1) merumuskan tema yang akan diteliti dalam hal ini adalah program
pendidikan profesi guru (PPG); 2) merumuskan masalah penelitian yakni program tersebut
sebagai tantangan bagi sarjana di bidang pendidikan; 3) menentukan objek penelitian
dalam hal ini adalah aturan berkenaan dengan PPG; 4) menentukan teknik pengumpulan
data; 5) menentukan teknis analisis data; 6) menyimpulkan hasil penelitian dan
merumuskan rekomendasi hasil penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan 1) studi literatur yakni berbagai aturan dan
referensi berkenaan dengan PPG; 2) studi dokumentasi untuk melengkapi aturan yang
berasal dari studi literatur; 3) observasi ke salah satu lembaga yang melaksanakan program
PPG dalam hal ini di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung dan Universitas
Siliwangi, Tasikmalaya dan 4) wawancara kepada beberapa peserta yang akan berminat
dan sedang melaksanakan program PPG. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis
secara deskriptif. Deskripsi hasil analisis data wawancara, observasi dan dokumentasi yang
dikorelasikan kemudian dianalisis secara integral untuk didapatkan kesimpulan sepertia
apa program PPG dan kenapa bisa menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi sarjana
pendidikan yang ada di Indonesia. Hasil tersebut disarikan dalam bentuk poin-poin
penyebab permasahan sehingga dapat dirumuskan solusi yang lebih aplikatif. Sampel
objek kajian dalam penelitian ini adalah lembaga yang melaksanakan program PPG dan
peserta yang sedang atau akan melaksanakan program PPG.

Hasil dan Pembahasan (Finding Research)


1. Jenjang Pendidikan Di Indonesia Terkait Dengan Profesi Guru
Memahami profesi guru tidak terlepas dari pemahaman berkenaan lembaga
pendidikan di Indonesia dapaun pendidikan di Indonesia terbagi dalam 2 kategori yakni
pendidikan formal dan pendidikan informal yang terbagi dalam 6 jenjang pendidikan yakni
1) pra sekolah di Indonesia dimana peserta didik terdiri atas anak usia pra sekolah atau
balita < 7 tahun, dengan lembaga pendidikan yang dikenal dengan istilah taman kanak-
kanak dan pendidikan anak usia dini, pada jenjang ini anak diarahkan untuk belajar sambil
bermain dengan fokus pembelajaran pada psiko emosional dan motorik anak agar
berkembang dengan baik, Indonesia juga mengakui pendidikan formal pra sekolah dengan
muatan agama atau kepercayaan yang lebih ditekankan dan dikenal dengan istilah
Roudatul Anfal. Pendidikan informal pada jenjang pra sekolah dengan pola tujuan
pendidikan yang sama dengan lembaga yang dikenal dengan istilah day care dan play
group.
Jenjang pendidikan 2) sekolah dasar terdiri atas a) Sekolah Dasar (SD) dengan lama
pendidikan 6 tahun peserta didik usia 7-12 tahun yang terbagi atas kelas 1 sampai kelas 6.
Setiap kelas memiliki muatan konsep materi yang terdiri atas dasar keilmuan bahasa, dasar
keilmuan sosial, dasar keilmuan sains dan olahraga dengan setiap tingkat memiliki
kerumitan masing-masing. Jenjang sekolah dasar yang memiliki muatan agama atau
kepercayaan yang lebih besar dikenal dengan Madrasah Ibtidaiyah. Kemudian b) Sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan dasar kedua yang ditempuh selama 3
tahun dengan peserta didik 13-16 tahun dimana peserta didik mulai belajar secara agak
mendalam berkenaan dengan keilmuan sains, keilmuan sosial, bahasa dan olahraga. Untuk
jenjang pendidikan SMP dengan muatan agama yang lebih banyak sekolah atau lembaga
pendidikan tersebut dikenal dengan istilah Madrasah Tsanawiyah. Pada pendidikan
informal jenjang SD dikenal dengan istilah paket A dan jenjang SMP paket B dengan
perbedaan peserta didik tidak terbatas pada usia peserta didik dan waktu serta beban
belajar relatif lebih menyesuaikan pada peserta didik.
Pendidikan 3) sekolah menengah yang dikenal dengan istilah Sekolah Menengah
Atas (SMA) diikuti oleh peserta didik dengan usia 17-19 tahun dimana peserta didik
memilih untuk belajar mendalami kelompok keilmuan yang akan dipelajarinya selama
melaksanakan pendidikan. Kelompok keilmuan sains atau kelompok keilmuan sosial.
Sehingga pembelajaran di SMA sudah lebih mengarah apa yang akan dipelajarinya
sehingga lebih mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan
tinggi. Tetapi peserta didik pada jenjang ini juga dapat memilih pendidikan vokasi pada
jenjang menengah dimana peserta didik belajar keahlian dan dipersiapkan untuk siap
bekerja dalam bidang tertentu di masyarakat. Pendidikan SMA dengan menekankan nilai
keagamaan dikenal dengan pendidikan Madrasah Aliyah.
Jenjang 4) pendidikan tinggi tidak terbatas pada usia dengan syarat lulus pada
pendidikan SMA yang terdiri atas a) pendidikan strata dengan pendalaman pada bidang
ilmu tertentu baik sosial, sains, bahasa dan olahraga dengan satu bidang keilmuan sesuai
dengan minat dan bakatnnya, yang terdiri atas strata 1 (paling cepat 4 tahun), strata 2
(paling cepat 2 tahun) dan strata 3 (paling cepat 3-4 tahun) semakin tinggi jenjang maka
semakin spesifik bidang keilmuan serta b) pendidikan diploma dengan fokus pada hal yang
lebih teknis pada bidang keahlian tertentu, terdiri atas pendidikan diploma 1 (paling cepat 1
tahun), diploma 2 (paling cepat 2 tahun), diploma 3 (paling cepat 3 tahun) dan diploma 4
(paling cepat 4 tahun).
Ini menjadi dilema tersendiri bagi negara Indonesia, sebagai negara pada garis
lintang tropis yang terletak diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, diantara Benua
Asia dan Australia, diantara kebudayaan oriental dan kebudayaan aborigin, yang termasuk
dalam 5 besar negara dengan jumlah penduduk yang banyak, negara dengan penduduk
multikultural dengan beragam suku bangsa dan budaya serta terpisah satu sama lain
sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 13.500 pulau. Membuat Indonesia
kaya akan sumberdaya alam sehingga sektor pendidikan menjadi sangat substansial untuk
ditingkatkan dan pembangunan infrastruktur serta sumberdaya manusia di bidang
pendidikan merupakan sebuah tantangan besar yang harus dilaksanakan.

2. Kualifkasi Yang Dibentuk Dalam Pendidikan Profesi Guru


Program pendidikan profesi guru yang wajib ditempuh untuk mendapatkan lisensi
menjadi seorang guru sangat terkait dengan adanya program tunjangan sertifikasi guru,
dimana pendapatan guru saat sebelum tahun 2005 relatif kecil jika dibandingkan dengan
negara Asia Tenggara lainnya. Sejak berlakunya program sertifikasi guru, dimana guru
mendapatkan tunjangan profesi maka guru dituntut untuk profesional dan memiliki
kompetensi serta lisensi sesuai dengan tunjangannya. Sehingga guru yang sudah memiliki
lisensi atau menyelesaikan PPG akan mendapatkan gaji pokok dan tunjangan profesinya
sebagai guru. Pendidikan didasarkan pada pembentukan 4 kompetensi guru profesional
sesuai dengan undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen terdiri atas:
1. Kompetensi Pedagogik. Berkenaan dengan kompetensi guru dalam melakukan
pengelolaan pembelajaran yakni content knowlledge, pedagogical content knowlledge
dan technological pedagogical content knowlledge. Untuk mengukur hal ini maka
dikembangkan dalam uraian indikator sebagai berikut:
a. Mengenal karakteristik anak didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional dan intelektual sesuai dengan jenjang lembaga pendidikannya sehingga
mampu melaksanakan pendekatan dalam transfer ilmu kepada pseserta didik
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran dalam melaksanakan
pendidikan sesuai dengan jenjang lembaga pendidikan
c. Mampu mengembangan kurikulum terkait dengan bidang dan jenjang lembaga
pendidikannya
d. Mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik dengan memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki.
f. Memiliki kemampuan komunikasi dengan peserta didik secara efektif, empatik, dan
santun dengan peserta didik.
g. Penilaian, evaluasi dan refleksi pembelajaran dari aspek proses dan aspek hasil
belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadian. Seorang guru diharuskan memiliki kepribadian yang baik
dari sisi emosional dan dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya dengan tercermin
pada pembentukan akhlak yang menjadi aktualisasi diri seorang guru sebagai pribadi
dengan konsistensi sikap yang baik sehingga dapat menjadi inspirasi bagi peserta didik
dengan indikator ukuran, sebagai berikut:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3. Kompetensi Sosial. Guru dibentuk untuk memiliki kemampuan sosial yang
memperlihatkan profesinya dari sisi komunikasi baik lisan maupun tulisan kepada
seluruh unsuk di lembaga pendidikan dan masyarakat tempatnya beraktivitas
mengingat keberagaman suku bangsa dan agama di Indonesia agar guru dapat
beradaptasi dan bekerja sama dimanapun tempatnya ditugaskan dengan aspek yang
diukur dalam kompetensi ini adalah:
a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain
4. Kompetensi Profesional seorang guru diharuskan untuk memiliki kemampuan
penguasaan dalam proses pendidikan dan pembelajaran berkenaan dengan konten,
kurikulum, masalah pendidikan dan wawasan yang memadai berkenaan dengan materi
terkait dengan aspek atau indikator yang diukur meliputi:
a. Konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan
materi ajar
b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
c. Hubungan konsep antar pelajaran terkait
d. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
e. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan
nilai dan budaya nasional
Gambar 1 Kompetensi yang dibentuk dalam pendidikan profesi guru di Indonesia

3. Jalur Apa Saja yang Dapat Ditempuh Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Guru
Untuk membentuk seorang guru yang profesional dengan kompetensi yang
ditargetkan maka mahasiswa harus masuk dalam asrama selama setahun, dengan setiap
harinya memiliki jadwal yang cukup padat. Program pendidikan profesi guru untuk
pembentukan empat indikator tersebut terbagi menjadi beberapa cara untuk mengikutinya,
sebagai berikut:
a. Mengikuti program mengajar di perbatasan Indonesia (SM3T).
Mahasiswa yang sudah menyelesaikan S1 dalam bidang pendidikan dapat
mengikuti program ini, yakni pemerintah dibawah kementrian akan melakukan seleksi,
kemudian yang dianggap layak akan diminta untuk menempati sekolah yang berada di
wilayah Indonesia terpencil, terluar dan terdepan (wilayah perbatasan) dimana lokasi
tempatnya mengajar. Sehingga guru dituntut untuk memberikan fasilitas pendidikan
dengan infrastruktur yang sangat terbatas, masyarakat yang terbatas dan harus
membiasakan diri dengan hal tersebut selama setahun.
Mengingat lokasi penempatan sangat terbatas dari berbagai hal maka kemampuan
survivor guru akan terlatih dan dituntut untuk dapat bertahan. Selama di lokasi pendidikan
pemerintah memberikan biaya hidup yang juga tidak terlalu dapat dimanfaatkan pada
lokasi penempatan, ini karena masyarakat masih menggantungkan hidupnya pada sektor
primer dengan bertani, beternak dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan atau laut.
Setelah melaksanakan program ini selama setahun maka peserta akan mendapatkan
beasiswa untuk mengikuti program pendidikan profesi guru selama satu tahun dan
mendapatkan lisensi untuk menjadi guru.
b. Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan
Program ini diperuntukan bagi guru yang sudah menjalani profesinya berpuluh
tahun sebelum berlakunya guru harus berlisensi. Guru yang sudah mengajar di lembaga
pendidikan selama bertahun-tahun diwajibkan oleh pemerintah untuk mengikuti program
ini. Akan tetapi ada perbedaan mendasar dengan pendidikan profesi guru lainnya, dimana
pendidikan dalam jabatan ini memiliki waktu yang relatif lebih singkat, dengan asumsi
bahwa guru yang sudah mengajar bertahun-tahun sudah memiliki kompetensi yang
dimaksud dan tinggal mengarahkan serta mematangkannya saja. Ini juga sebagai syarat
seorang guru mendapatkan tunjangan profesi guru. Program ini secara otomatis hanya
dapat diikuti oleh guru yang sudah mengajar beberapa lama di lembaga pendidikan dan
tidak terbuka untuk fresh graduate.
c. Pendidikan Profesi Guru Biaya Mandiri
Mahasiswa yang sudah menyelesaikan S1 baik dalam bidang pendidikan atau
bidang ilmu lain dapat mengikuti program ini dan menjadi serta mendapatkan lisensi
seorang guru, yakni universitas yang menjadi lembaga pendidik dan tenaga kependidikan
akan membuka program pendidikan profesi guru, kemudian peserta yang berminat
mendaftar dengan seluruh biaya pendidikan akan dibebankan kepada peserta pendidikan
tersebut. Biaya pendidikan dalam mengikuti program ini tidak sedikit dan dibutuhkan
modal yang relatif besar. Melalui ketiga program tersebut pemerintah bermaksud untuk
meningkatkan kualitas tenaga pendidik di Indonesia.

4. Tantangan Menjadi Seorang Guru Profesional dalam Mengikuti Program


Pendidikan Profesi Guru
Berdasarkan data statistik yang dirilis oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (http://www.kemendikbud.data.go.id diakses 4 April
2019) terdapat lembaga pendidikan formal di Indonesia Sebagai berikut:
a. Jumlah sekolah dasar 148.244 sekolah yang terdiri atas 90% milik pemerintah dan 10%
milik swasta atau yayasan pribadi
b. Jumlah sekolah menengah pertama di Indonesia 38.960 sekolah yang terdiri atas 60%
milik pemerintah dan 40% milik swasta atau yayasan pribadi
c. Jumlah sekolah menengah atas di Indonesia 13.495 sekolah yang terdiri atas 50% milik
pemerintah dan 50% milik swasta atau yayasan pribadi
d. Jumlah sekolah menengah vokasi atau kejuruan di Indonesia 13.710 sekolah yang
terdiri atas 70% milik pemerintah dan 30% milik swasta atau yayasan pribadi
Setiap sekolah paling tidak memerlukan sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya,
berdasarkan data yang dirilis oleh Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(http://www.sumberdaya.ristekdikti.go.id diakses 4 April 2019) saat ini Indonesia memiliki
450 universitas yang setiap tahunnya meluluskan sarjana kependidikan sebagai calon guru
akan tetapi belum semua menyediakan program pendidikan profesi guru yang menghambat
para lulusan keilmuan pendidikan dengan bidang ilmu masing-masing untuk menjadi guru
atau pendidikan di lembaga pendidikan formal. Tetapi ada bebepa hal yang menjadi
kontroversi dengan pemberlakuan program tersebut diantaranya:
a. Lulusan S1 pendidikan dan non pendidikan boleh menjadi guru asalkan mengikuti
program pendidikan profesi guru. Ini akan menimbulkan diskriminasi bagi lulusan
pendidikan seorang yang boleh menjadi dokter hanya sarjana kesehatan, seorang yang
menjadi pengacara atau notaris hanya sarjana hukum tetapi untuk guru tidak ada
batasan, hanya sesuai dengan bidang ilmu yang ditawarkan dan diajarkan di jenjang
sekolah formal.
b. Program SM3T hanya terbatas pada universitas dengan standar dan kualitas tertentu
sehingga menimbulkan diskriminasi bagi lulusan pendidikan dari universitas yang
memiliki standar dan bukan berasal dari lembaga pendidikan pemerintah (lembaga
pendidikan swasta).
c. Universitas yang melahirkan sarjana pendidikan relatif banyak dibandingkan dengan
kuota untuk mengikuti program pendidikan profesi guru, sehingga tidak semua lulusan
dapat mengikuti program ini. Akan menambah jumlah pengangguran yang berasal dari
sarjana pendidikan karena akan kesulitan mendapatkan pekerjaan.
d. Lulusan sarjana pendidikan dan telah menyelesaikan program profesi guru saat ini
masih kebingungan untuk bekerja, karena setelah lulus tetap harus melamar dan
mencari sekolah untuk mengabdikan dirinya menjadi seorang guru melalui rekruitmen
pegawai pemerintah (CPNS).
e. Infrastruktur yang relatif belum merata membuat ketimpangan angka guru dan
tertumpuk di wilayah-wilayah inti dan kota besar. Sementara masih banyak pulau dan
wilayah terdepan, terpencil dan terbelakang di Indonesia yang membutuhkan guru.
Akan tetapi juga terdapat poin positif dengan adanya pendidikan profesi guru yang
terpusat pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, diantaranya adalah:
a. Untuk menjadi seorang guru menjadi lebih terarah dan spesifik apa yang harus dicapai
dalam memenuhi standar yang dimaksudkan, sehingga setiap wilayah di Indonesia
memiliki guru dengan standar yang sama secara nasional.
b. Calon guru hidupnya relatif lebih sejahtera karena selain mendapatkan gaji pokok juga
mendapatkan tunjangan profesinya, ini akan membuat guru lebih fokus dalam
menjalani pekerjaannya karena kebutuhan dasar hidupnya sudah terpenuhi.
c. Guru memiliki tunjangan profesi yang dapat digunakan untuk terus meningkatkan
kompetensi dalam menjalani pekerjaannya seperti mengikuti pelatihan, seminar,
workshop dan menyediakan alat pendukung dalam melaksanakan proses pembelajaran
disekolah.
d. Kualitas guru dari sisi profesionalisme, sosial, kepribadian dan pedagogik akan
meningkat serta berimbas kepada perubahan ke arah positif dalam membentuk peserta
didik yang menyiapkan dirinya untuk masa dengan dengan contoh figur.
e. Untuk menjadi guru butuh proses yang panjang, biaya yang tidak sedikit sehingga
pembiayaan yang dilakukan pemerintah akan berbanding lurus dengan kualitas
pendidikan yang diterima oleh masyarakat Indonesia sendiri.

Penutup
Pendidikan formal di Indonesia yang memiliki 4 jenjang yakni pra sekolah,
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi memerlukan guru dengan
kualifikasi tertentu untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Guru di Indonesia sejak tahun
2015 setelah menyelesaikan pendidikan S1 harus menempuh pendidikan profesi yang
dikenal dengan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama setahun di asrama untuk
yang dapat diikuti dengan cara 1) mengikuti program SM3T; 2) pendidikan dalam jabatan
dan 3) penyelengggaraan pendidikan dengan biaya mandiri.
Program PPG ini akan membentuk kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan
profesional selama setahun pendidikan di asrama. Pada pelaksanaannya PPG merupakan
sebuah peluang melihat jumlah sekolah sebagai lembaga pendidikan formal di Indonesia
sekitar 200.000 sekolah. Walaupun tujuan dari PPG untuk meningkatkan kualitas dan daya
saing menjadi guru, pada pelaksanaannya masih banyak kendala teknis dari sisi
keterbatasan institusi pelaksana PPG dan sistem birokrasi yang belum sepenuhnya
mencangkup kondisi relitas di lapangan yang diharapkan melalui penelitian ini dapat
menjadi salah satu bahan masukan untuk pelaksanaan PPG yang lebih baik.

Daftar Pustaka
Kemendikbud. (2017). Data Statistik Sekolah Dasar, Menengah dan Menengah Tas di
Indonesia. [Online]. Tersedia : http://www.kemendikbud.data.go.id. Diakses 4
April 2019.
Kemenristekdikti. (2017). Pedoman Penyelenggaraan Program Pendidikan Profesi Guru.
Jakarta: Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti
Kemenristekdikti. (2017). Program Pendidikan Profesi Guru. [Online].
http://www.sumberdaya.ristekdikti.go.id. Diakses 4 April 2019.
Lampiran Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kurikulum SD
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Evaluasi Kurikulum
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Kegiatan
Ekstrakurikuler
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan
Muatan Lokal
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pembelajaran
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 Tahun 2017 tentang
Perlindungan Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (K13)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
(K13)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari
Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2017 tentang Penilaian
Hasil Belajar
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian
Angka Kredit
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kriteria
Kelulusan Peserta Didik UN
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian
Hasil Belajar Dikdasmen
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Struktur
Kurikulum SMA-SMK
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite
Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru
dan Jabatan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Standar Pengelolaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 Standar Sarana Prasarana
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2007 tentang Penyaluran
Tunjangan Profesi Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pemberian Tugas Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru TK,
SD, SMP, SMA, SMK, atau Bentuk Lain yang Sederajat
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen
Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas PP Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (a)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (b)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses (a)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses (b)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian (a)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian (b)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan
Struktur Kurikulum SD-MI
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan
Tinggi
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Potrebbero piacerti anche