Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
_____________________________________________________________________
Iman Hilman
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
imanhilman@unsil.ac.id
Revi Mainaki
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
revim63@unsil.ac.id
Naskah diterima:xxxx, direvisi:xxxxxx; disetujui: xxxxxx
_____________________________________________________________________
Abstract
Every level of education in Indonesia requires teachers with certain qualifications. This
research describes teacher professional education in Indonesia through 1) description of
education levels in Indonesia; 2) teacher competencies formed, 3) pathways that can be
taken to become teachers and 4) challenges in attending teacher professional education.
Data was collected through literature studies, observations, interviews and documentary
studies which were analyzed by descriptive qualitative approach to obtain research
results. The results of the study show that professional teachers who teach at the early,
elementary and secondary education level must have an S1 education education
qualification and follow a professional education program that can be followed by
pathway 1) scholarships after teaching in the most advanced, remote and
underdeveloped areas 2) in-service education and 3) the implementation of independent
education to form professional teachers who have pedagogical, social, personality and
professional competencies which in practice still have obstacles, especially from the
bureaucratic side that has not covered technical conditions in educational institutions.
Keywords: teacher professional education, the challenge of barchelor of education
Abstrak
Setiap jenjang pendidikan di Indonesia membutuhkan guru dengan kualifikasi
tertentu. Penelitian ini menguraikan pendidikan profesi guru di indonesia melalui 1)
deskripsi jenjang pendidikan di Indonesia; 2) kompetensi guru yang dibentuk, 3)
jalur yang dapat ditempuh untuk menjadi guru dan 4) tantangan mengikuti
pendidikan profesi guru. Data dikumpulkan melalui studi literatur, observasi,
wawancara dan studi dokumenasi yang dianalisis dengan pendekatan kualitatif
metode deskriptif untuk mendapatkan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukan
Guru profesional yang mengajar pada jenjang pendidikan dini, dasar dan menengah
harus memiliki kualifikasi pendidikan S1 Kependidikan dan mengikuti program
pendidikan profesi yang dapat diikuti dengan jalur 1) beasiswa setelah mengajar di
daerah terdepan, terpencil dan terbelakang; 2) pendidikan dalam jabatan dan 3)
penyelenggaraan pendidikan mandiri untuk membentuk guru profesonal yang
memiliki kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional yang pada
pelaksanaannya masih terdapat kendala khususnya dari sisi birokratif yang belum
mencangkup kondisi teknis di lembaga pendidikan.
Keywords: pendidikan profesi guru, tantangan sarjana pendidikan
Pendahuluan (Introduction)
Sistem pendidikan di Indonesia berdasarkan bagi dalam 2 jenis yakni pendidikan
formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal terbagi atas 4 jenjang pendidikan
yakni pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Sedangkan untuk pendidikan non formal terdiri atas pendidikan non formal pra
sekolah, pendidikan kejar paket A setara pendidikan dasar, pendidikan kejar paket B setara
pendidikan menengah pertama, kejar paket C setara pendidikan menengah atas dan kursus
informal setara dengan pendidikan tinggi tentunya setiap jenjang pendidikan membutuhkan
guru sesuai dengan standar nasional, yang di Indonesia tertuang dalam aturan pemerintah
Undang-undang (UU) nomor 5 tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Syarat untuk menjadi seorang guru di Indonesia adalah telah menempuh semua
jenjang pendidikan, minmal pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
di bidang pendidikan semua keilmuan. Untuk menjadi guru pada jenjang pra sekolah calon
pendidik harus menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) di departemen Pendidikan Anak
Usia Dini, untuk jenjang SD calon pendidik harus menyelesaikan pendidikan S1 di
Departemen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, untuk menjadi guru di jenjang SMP dan
SMA calon pendidik harus menyelesaikan pendidikan S1 di departemen pendidikan sesuai
dengan bidang keilmuannya karena sudah mulai spesifik dalam bidang kajian keilmuan,
misalnya untuk menjadi guru geografi maka harus menyelesaikan pendidikan di
departemen pendidikan geografi, untuk menjadi guru biologi harus menyelesaikan
pendidikan di departemen pendidikan biologi. Kemudian dalam studi lanjutan Strata 2 dan
3 (S2 dan S3) diperuntukan bagi calon guru di pendidikan tinggi atau universitas (dosen)
dengan bidang ilmu yang sesuai dengan departemen tempatnya bekerja.
Setelah peserta didik menyelesaikan hingga pendidikan tinggi ada jenjang
pendidikan tambahan yang dikenal dengan jenjang pendidikan profesi (pendidikan vokasi)
pada jenjang pendidikan tinggi. Program pendidikan profesi melibatkan organisasi asosiasi
profesi, sehingga lebih profesional dalam menjalani profesinya. Terdapat perbedaan
mendasar antara pendidikan untuk menjadi seorang guru dan bukan guru. Bila ingin
menjadi guru di Indonesia sebelum tahun 2005 maka peserta didik hanya perlu
menyelesaikan pendidikan S1 bidang pendidikan akan otomatis mendapatkan ijazah dan
akta 4 (lisensi mengajar) seperti apa yang telah dijelaskan, akan tetapi sejak terbitnya
aturan undang-undang berkenaan guru dan dosen nomor 14 tahun 2005. Aturan tersebut
baru terimplementasi secara teknis sejak tahun 2015 dimana setiap lulusan S1 pendidik
masih mendapatkan lisensi mengajar, sejak tahun 2015 lulusan pendidikan hanya
mendapatkan ijazah kelulusannya saja sehingga belum berhak untuk menjadi seorang guru
hanya jika lulus S1 saja.
Untuk menjadi seorang guru kini seorang harus menamatkan S1 dan kemudian
menjalani pendidikan vokasi, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama 1 tahun
pendidikan dan terkait pada asosiasi profesi guru (PGRI) dan asosiasi guru mata pelajaran
tertentu. Sebelum tahun 2005 dan masih berlakunya akta 4 sarjana pendidikan dengan
gelar S.Pd sudah dapat langsung mengajar, tapi sejak 2005 sarjana dengan gelar S.Pd.,
harus mendapatkan lisensi guru melalui program PPG dengan tambahan gelar di
belakangnya menjadi S.Pd.,Gr., (sarjana pendidikan, guru profesional). Sama halnya
seperti seorang yang sudah menyelesaikan pendidikan dalam bidang hukum atau sarjana
hukum dengan gelar SH, dia dapat menjadi seorang pengacara atau notaris dengan terlebih
dahulu ikut dalam pendidikan profesi notaris atau pengacara sesuai dengan minatnya dan
mendapatkan lisensi menjadi seorang pengacara atau notaris. Sarjana kesehatan dengan
gelar S.Kes dapat menjadi seorang dokter dengan gelar dr. setelah menyelesaikan
pendidikan profesi dokter sekitar 1-2 tahun dan mendapatkan lisensi untuk menjadi
seorang dokter. Artikel ini berusahan menguraikan aturan berkenaan dengan program
profesi guru di Indonesia yang menjadi sebuah tantangan sendiri bagi para sarjana di
bidang pendidikan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana jenjang pendidikan di
Indonesia terkait dengan profesi guru?; 2) jalur apa saja yang dapat ditempuh untuk
megikuti program profesi guru; 3) kualifkasi apa saja yang dibentuk dalam pendidikan
profesi guru? dan 4) bagaimana tantangan untuk menjadi seorang guru profesional di
Indonesia dengan mengikuti pendidikan profesi guru? Sementara tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan 1) jenjang pendidikan di Indonesia terkait
dengan profesi guru; 2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan jalur apa saja yang dapat
ditempuh untuk mengikuti pendidikan profesi guru 3) menganalisis dan mendeskripsikan
kualifikasi yang dibentuk dalam pendidikan profesi guru di Indonesia dan 3) menganalisis
dan mendeskripsikan tantangan untuk menjadi seorang guru di Indonesia terkat dengan
pendidikan profesi guru.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini diantaranya 1) bagi pembaca pada
umumnya dan penulis khususnya dapat menambah khasanah keilmuan terkait dengan
profesi guru di Indonesia; 2) bagi institusi terkait dapat menjadi bahan masukan evaluasi
kebijakan program pendidikan profesi guru; 3) bagi calon atau yang berminat menjadi guru
dapat menjadi bahan referensi pendidikan profesi guru dan 4) bagi peneliti berikutnya hasil
penelitian ini dapat menjadi bagian dari kajian teoritis penelitian.
3. Jalur Apa Saja yang Dapat Ditempuh Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Guru
Untuk membentuk seorang guru yang profesional dengan kompetensi yang
ditargetkan maka mahasiswa harus masuk dalam asrama selama setahun, dengan setiap
harinya memiliki jadwal yang cukup padat. Program pendidikan profesi guru untuk
pembentukan empat indikator tersebut terbagi menjadi beberapa cara untuk mengikutinya,
sebagai berikut:
a. Mengikuti program mengajar di perbatasan Indonesia (SM3T).
Mahasiswa yang sudah menyelesaikan S1 dalam bidang pendidikan dapat
mengikuti program ini, yakni pemerintah dibawah kementrian akan melakukan seleksi,
kemudian yang dianggap layak akan diminta untuk menempati sekolah yang berada di
wilayah Indonesia terpencil, terluar dan terdepan (wilayah perbatasan) dimana lokasi
tempatnya mengajar. Sehingga guru dituntut untuk memberikan fasilitas pendidikan
dengan infrastruktur yang sangat terbatas, masyarakat yang terbatas dan harus
membiasakan diri dengan hal tersebut selama setahun.
Mengingat lokasi penempatan sangat terbatas dari berbagai hal maka kemampuan
survivor guru akan terlatih dan dituntut untuk dapat bertahan. Selama di lokasi pendidikan
pemerintah memberikan biaya hidup yang juga tidak terlalu dapat dimanfaatkan pada
lokasi penempatan, ini karena masyarakat masih menggantungkan hidupnya pada sektor
primer dengan bertani, beternak dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan atau laut.
Setelah melaksanakan program ini selama setahun maka peserta akan mendapatkan
beasiswa untuk mengikuti program pendidikan profesi guru selama satu tahun dan
mendapatkan lisensi untuk menjadi guru.
b. Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan
Program ini diperuntukan bagi guru yang sudah menjalani profesinya berpuluh
tahun sebelum berlakunya guru harus berlisensi. Guru yang sudah mengajar di lembaga
pendidikan selama bertahun-tahun diwajibkan oleh pemerintah untuk mengikuti program
ini. Akan tetapi ada perbedaan mendasar dengan pendidikan profesi guru lainnya, dimana
pendidikan dalam jabatan ini memiliki waktu yang relatif lebih singkat, dengan asumsi
bahwa guru yang sudah mengajar bertahun-tahun sudah memiliki kompetensi yang
dimaksud dan tinggal mengarahkan serta mematangkannya saja. Ini juga sebagai syarat
seorang guru mendapatkan tunjangan profesi guru. Program ini secara otomatis hanya
dapat diikuti oleh guru yang sudah mengajar beberapa lama di lembaga pendidikan dan
tidak terbuka untuk fresh graduate.
c. Pendidikan Profesi Guru Biaya Mandiri
Mahasiswa yang sudah menyelesaikan S1 baik dalam bidang pendidikan atau
bidang ilmu lain dapat mengikuti program ini dan menjadi serta mendapatkan lisensi
seorang guru, yakni universitas yang menjadi lembaga pendidik dan tenaga kependidikan
akan membuka program pendidikan profesi guru, kemudian peserta yang berminat
mendaftar dengan seluruh biaya pendidikan akan dibebankan kepada peserta pendidikan
tersebut. Biaya pendidikan dalam mengikuti program ini tidak sedikit dan dibutuhkan
modal yang relatif besar. Melalui ketiga program tersebut pemerintah bermaksud untuk
meningkatkan kualitas tenaga pendidik di Indonesia.
Penutup
Pendidikan formal di Indonesia yang memiliki 4 jenjang yakni pra sekolah,
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi memerlukan guru dengan
kualifikasi tertentu untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Guru di Indonesia sejak tahun
2015 setelah menyelesaikan pendidikan S1 harus menempuh pendidikan profesi yang
dikenal dengan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama setahun di asrama untuk
yang dapat diikuti dengan cara 1) mengikuti program SM3T; 2) pendidikan dalam jabatan
dan 3) penyelengggaraan pendidikan dengan biaya mandiri.
Program PPG ini akan membentuk kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan
profesional selama setahun pendidikan di asrama. Pada pelaksanaannya PPG merupakan
sebuah peluang melihat jumlah sekolah sebagai lembaga pendidikan formal di Indonesia
sekitar 200.000 sekolah. Walaupun tujuan dari PPG untuk meningkatkan kualitas dan daya
saing menjadi guru, pada pelaksanaannya masih banyak kendala teknis dari sisi
keterbatasan institusi pelaksana PPG dan sistem birokrasi yang belum sepenuhnya
mencangkup kondisi relitas di lapangan yang diharapkan melalui penelitian ini dapat
menjadi salah satu bahan masukan untuk pelaksanaan PPG yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Kemendikbud. (2017). Data Statistik Sekolah Dasar, Menengah dan Menengah Tas di
Indonesia. [Online]. Tersedia : http://www.kemendikbud.data.go.id. Diakses 4
April 2019.
Kemenristekdikti. (2017). Pedoman Penyelenggaraan Program Pendidikan Profesi Guru.
Jakarta: Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti
Kemenristekdikti. (2017). Program Pendidikan Profesi Guru. [Online].
http://www.sumberdaya.ristekdikti.go.id. Diakses 4 April 2019.
Lampiran Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kurikulum SD
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Evaluasi Kurikulum
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Kegiatan
Ekstrakurikuler
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan
Muatan Lokal
Lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pembelajaran
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 Tahun 2017 tentang
Perlindungan Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (K13)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
(K13)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari
Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2017 tentang Penilaian
Hasil Belajar
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian
Angka Kredit
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kriteria
Kelulusan Peserta Didik UN
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian
Hasil Belajar Dikdasmen
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Struktur
Kurikulum SMA-SMK
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite
Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru
dan Jabatan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Standar Pengelolaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 Standar Sarana Prasarana
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2007 tentang Penyaluran
Tunjangan Profesi Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pemberian Tugas Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru TK,
SD, SMP, SMA, SMK, atau Bentuk Lain yang Sederajat
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen
Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas PP Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (a)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (b)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses (a)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses (b)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian (a)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian (b)
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan
Struktur Kurikulum SD-MI
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan
Tinggi
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan