Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
KEPUTIHAN PATOLOGIS
Abstract: Physiologic vaginal discharge occurred in adolescents can be pathologic vaginal discharge
when behavior in reproduction health keeping is poorly in feminine area. Health belief model teory
is main concept for young women to take action to prevent pathologic vaginal discharge. This study
was done to analyze young women’s behavior in preventing abnormal vaginal discharge in SMK YPM
3 Taman. This study was an analytic observational using both quantitative approaches. Questionnaires
are gave to 89 respondents. Respondents were taken by simple random sampling. Dependent variable
was an act in preventing the pathological vaginal discharge. Independent variable were knowledge,
perception of susceptibility, perception of seriousness, perception of benefits, perception of barriers,
perception of self-efficacy, and cue to act. The result at this study showed that enough knowledge about
vaginal discharge was 56,18% and good action in preventing pathological vaginal discharge 52,81%.
The relationship testing used spearman test showed that there were relationship between perceived of
susceptibility, perceived of seriousness, perceived of benefits, perceived of barriers, perceived of self-
efficacy, and cues to action with action in preventing pathological vaginal discharge (p < 0,05). Logistic
regression showed that perceived seriousness taken effect on the action in preventing pathological
vaginal discharge (p = 0,000; OR = 0,061). Conclusion of this research was knowledge could affect
perception in preventive behavior of pathologic vaginal discharge, that was also supported by cue to
action. Perception of barriers was the most factor that affect preventive behavior of pathologic vaginal
discharge.
Abstrak: Keputihan yang normal terjadi pada remaja bisa menjadi keputihan abnormal apabila perilaku
dalam menjaga kesehatan reproduksi pada daerah kewanitaan kurang baik. Teori health belief model
merupakan konsep utama remaja putri akan mengambil tindakan untuk melakukan pencegahan keputihan
patologis. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perilaku remaja putri dalam mencegah keputihan
patologis di SMK YPM 3 Taman. Penelitian ini penelitian observasional analitik dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Kuesioner diberikan pada 89 responden yang diambil secara acak sederhana.
Pada penelitian ini di temukan pengetahuan yang cukup tentang keputihan 56,18% dan Tindakan yang
baik dalam mencegah keputihan patologis 52,81% Pengujian hubungan dengan menggunakan uji
spearman menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi
manfaat, persepsi hambatan, persepsi kemampuan diri, dan isyarat untuk bertindak dengan tindakan
dalam mencegah keputihan patologis (p < 0,05). Uji regresi logistik menunjukkan bahwa persepsi
hambatan berpengaruh terhadap tindakan dalam mencegah keputihan patologis (p = 0,000; OR = 0,061).
Kesimpulan penelitian adalah pengetahuan dapat mempengaruhi persepsi dalam melakukan tindakan
pencegahan keputihan yang juga di dukung dengan isyarat untuk melakukan tindakan. Persepsi hambatan
merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam tindakan pencegahan keputihan patologis.
117
118 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 117–127
Jawa Timur mencatat penduduk Jawa Timur yang disebabkan oleh infeksi dan tindakan
yang tergolong usia 10–19 tahun adalah perawatan daerah kewanitaan yang tidak
sekitar 6 juta jiwa atau 16,3%, terdiri dari benar, berwarna kuning atau kehijauan,
50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja berbau amis atau busuk, dan disertai rasa
perempuan (Dinkes Jatim, 2012). gatal (Kusmiran, 2012). Sekitar 75% wanita
Masa peralihan dari anak-anak menjadi yang ada di seluruh dunia pernah mengalami
remaja juga dikenal dengan istilah pubertas. keputihan, sekali seumur hidupnya (Syed
Pada masa pubertas juga terjadi berbagai dan Braverman, 2004).
perubahan. Perubahan fisik pada pubertas Organ reproduksi wanita merupakan
terutama merupakan hasil aktivitas hormonal daerah tertutup dan berlipat, sehingga
yang di bawah pengaruh sistem saraf pusat. apabila tidak menjaga kebersihannya, maka
Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin akan lebih mudah untuk berkeringat, lembab
ditentukan berdasarkan karakteristik dan kotor. Tempat yang lembab dan kotor
pembeda, yaitu: karakteristik seks primer merupakan tempat bakteri untuk tumbuh
merupakan organ eksternal dan internal yang dan berkembang biak. Perilaku yang tidak
melaksanakan fungsi-fungsi reproduktif baik dalam menjaga kebersihan organ
(misal: ovarium, uterus, payudara, penis), reproduksi, seperti membersihkan dengan
dan karakteristik seks sekunder merupakan menggunakan air yang kotor, memakai
perubahan yang terjadi pada seluruh tubuh sabun kewanitaan secara berlebihan,
sebagai hasil dari perubahan hormonal menggunakan celana dalam yang tidak
(misal: perubahan suara, munculnya rambut menyerap keringat, jarang mengganti
pubertas, dan bulu pada wajah, penumpukan celana dalam, dan tidak sering mengganti
lemak), tetapi tidak berperan langsung dalam pembalut merupakan pencetus timbulnya
reproduksi (Wong, 2008). infeksi yang dapat menyebabkan keputihan
Kesehatan reproduksi merupakan patologis. Kebersihan organ reproduksi
keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial pada wanita harus dijaga khususnya
dalam segala hal yang berkaitan dengan remaja, karena merupakan salah satu upaya
fungsi, peran, dan sistem reproduksi. pencegahan terhadap keputihan patologis
Sedangkan, kesehatan reproduksi remaja (Kusmiran, 2012). Masalah reproduksi pada
merupakan suatu kondisi sehat yang remaja perlu mendapat penanganan yang
menyangkut sistem, fungsi, dan proses serius, karena masalah tersebut banyak
reproduksi yang dimiliki oleh remaja terjadi pada negara berkembang, seperti
(Effendi dan Makhfudli, 2009). Setiap di negara Indonesia karena kurang tersedia
remaja memperoleh hak yang sama dalam akses untuk mendapat informasi mengenai
menjaga kesehatan reproduksinya. Organ kesehatan reproduksi, khususnya keputihan
reproduksi merupakan organ tubuh yang (Hurlock, 2000).
sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Keputihan fisiologis (normal) yang
Pengetahuan dan perawatan yang baik terjadi pada remaja bisa menjadi keputihan
dalam menjaga kebersihan organ reproduksi patologis (tidak normal) apabila perilaku
dapat memelihara kesehatan reproduksi dalam menjaga kesehatan reproduksi pada
(Pudiastuti, 2010). daerah kewanitaan tidak baik. Keputihan
Keputihan merupakan salah satu yang patologis dapat menimbulkan perasaan
masalah kesehatan reproduksi yang normal tidak nyaman dan dalam jangka waktu lama
dan sering terjadi pada wanita, khususnya akan menyebabkan beberapa penyakit serius
pada remaja. Keputihan adalah keluarnya diantaranya adalah infeksi pada panggul dan
cairan dari vagina selain darah haid (Kasdu, juga bisa mengakibatkan infertilitas atau
2005). Keputihan fisiologis merupakan kemandulan (Agustini, 2013). Keputihan
keluarnya cairan vagina selain darah haid juga merupakan suatu tanda atau gejala
yang dalam keadaan normal dipengaruhi adanya kelainan organ reproduksi wanita.
oleh hormon, berwarna putih encer, tidak Kelainan tersebut dapat berupa infeksi,
berbau, dan tidak gatal. Keputihan patologis polip leher rahim, keganasan (tumor dan
merupakan keluarnya cairan dalam jumlah kanker), serta adanya benda asing (Kasdu,
yang banyak dari vagina selain darah haid 2005). Peningkatan kadar cairan keputihan
Cici Kurniawati dan Muji Sulistyowati, Aplikasi Teori Health Belief Model… 119
juga dapat membentuk suatu endapan putih yang oleh Becker (1974) dikembangkan
yang dapat menimbulkan rasa gatal dan dari teori lapangan Lewin (1954) menjadi
membakar pada permukaan dinding vagina, teori health belief model (Notoadmodjo,
serta dapat menimbulkan kemerahan dan 2010). Teori health belief model merupakan
pembengkakan atau peradangan pada salah satu model pertama yang dirancang
dinding vagina (Hendrik, 2006). untuk mendorong masyarakat dalam
Keputihan merupakan masalah melakukan tindakan ke arah kesehatan
kesehatan reproduksi yang normal dan yang positif. Teori health belief model
sering terjadi pada wanita, terutama menekankan bahwa individu memiliki
pada remaja. Data awal di SMK YPM 3 persepsi kerentanan terhadap penyakit
Taman Sidoarjo dari 30 siswi, sebanyak yang mengancam kesehatan, sehingga
53,3% memiliki pengetahuan tinggi melakukan tindakan yang dapat mencegah
tentang keputihan, dan 46,7% memiliki ancaman dan memusnahkan penyakit yang
pengetahuan yang kurang. Sebanyak 80% mungkin menyerang (Bensley, 2008).
dalam mencegah keputihan patologis masih Teori health belief model digunakan dalam
kurang tepat dan 20% diantaranya sudah penelitian ini karena merupakan konsep
tepat dalam melakukan tindakan pencegahan utama dalam mengambil tindakan untuk
keputihan patologis. Banyak faktor yang melakukan pencegahan penyakit, sehingga
dapat menyebabkan keputihan pada remaja sesuai dengan tindakan untuk melakukan
seperti faktor pendukung, faktor fisiologis pencegahan terhadap keputihan patologis.
dan faktor patologis. Faktor pendukung Teori health belief model didasarkan
terjadinya keputihan pada remaja adalah pada kepercayaan bahwa perilaku individu
anemia, gizi rendah, kelelahan dan obesitas. ditentukan oleh persepsi kerentanan
Faktor fisiologis keputihan yang lebih terhadap keputihan patologis, persepsi
banyak dipengaruhi oleh faktor hormonal keseriusan terhadap keputihan patologis,
yang normal seperti saat ovulasi, sebelum persepsi manfaat dari upaya pencegahan
dan sesudah haid, rangsangan seksual, yang dilakukan, persepsi hambatan dalam
serta emosi. faktor patologis yang sering hal yang dapat mengganggu tindakan
mengakibatkan keputihan adalah infeksi pencegahan, dan persepsi kemampuan diri
bakteri, parasit, jamur, dan virus (Pudiastuti, untuk melakukan tindakan pencegahan.
2010). Kurangnya perilaku dalam menjaga Persepsi yang dirasakan untuk melakukan
kebersihan organ kewanitaan juga tindakan pencegahan keputihan patologis
merupakan faktor yang bisa mengakibatkan dipengaruhi faktor pemodifikasi yang secara
keputihan, sehingga bakteri dan jamur akan tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku
tumbuh dengan cepat pada tempat kotor kesehatan. Faktor pemodifikasi mencakup
dan lembab dapat menimbulkan infeksi pengetahuan, usia, sosial ekonomi, jenis
yang kemudian menyebabkan keputihan kelamin, pengalaman pribadi yang dapat
patologis. Agar perilaku remaja putri dalam mempengaruhi persepsi kerentanan, persepsi
mencegah keputihan patologis bisa baik, keseriusan, persepsi manfaat, persepsi
maka diperlukan pengetahuan yang baik hambatan, persepsi kemampuan diri.
tentang keputihan dan sikap yang baik Tindakan pencegahan keputihan patologis
dalam melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi persepsi kerentanan, persepsi
keputihan patologis. Pengetahuan dan keseriusan, persepsi manfaat, persepsi
sikap merupakan domain yang ada hambatan, persepsi kemampuan diri, dan
dalam membentuk perilaku seseorang juga didorong dengan faktor internal yang
(Notoadmodjo, 2010). Jika pengetahuan ada dalam diri sendiri misalnya gejala dari
baik dan sikap dalam melakukan tindakan penyakit itu sendiri dan faktor eksternal
baik, maka diharapkan juga pada akhirnya yang datang dari luar misalnya dorongan
seseorang akan melakukan perilaku atau dari orang tua, guru, tenaga kesehatan,
tindakan yang baik juga. teman, media cetak dan media elektronik
Teori pencegahan penyakit terbentuk dalam mengisyaratkan untuk melakukan
karena kegagalan masyarakat dalam tindakan pencegahan keputihan patologis.
menerima usaha pencegahan penyakit, Tujuan umum dari penelitian adalah untuk
120 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 117–127
patologis mempunyai tindakan yang baik P = 0,000, dapat disimpulkan ada hubungan
dalam mencegah keputihan patologis, antara persepsi keseriusan dengan tindakan
sedangkan di antara responden yang dalam mencegah keputihan patologis. Nilai
berpersepsi rentan ada 14 orang (30,43%) koefisien korelasi spearman sebesar 0,614,
yang mempunyai tindakan yang tidak baik yang artinya ada hubungan yang kuat antara
dalam mencegah keputihan patologis. antara persepsi keseriusan dengan tindakan
Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,001, dalam mencegah keputihan patologis.
dapat disimpulkan ada hubungan antara Hubungan antara persepsi manfaat
persepsi kerentanan dengan tindakan dengan tindakan pencegahan keputihan
dalam mencegah keputihan patologis. Nilai patologis menunjukkan bahwa ada 19 orang
koefisien korelasi spearman sebesar 0,347, (70,37%) yang tidak berpersepsi manfaat
yang artinya ada hubungan yang kuat antara terhadap pencegahan keputihan patologis
antara persepsi kerentanan dengan tindakan mempunyai tindakan yang baik dalam
dalam mencegah keputihan patologis. mencegah keputihan patologis, sedangkan
Hubungan antara persepsi keseriusan di antara responden yang berpersepsi tidak
dengan tindakan pencegahan keputihan manfaat dalam pencegahan keputihan
patologis menunjukkan bahwa ada patologis ada 8 orang (29,63%) yang
30 orang (93,75%) yang berpersepsi serius mempunyai tindakan yang tidak baik dalam
terhadap keputihan patologis mempunyai mencegah keputihan patologis. Hasil uji
tindakan yang baik dalam mencegah statistik diperoleh nilai P = 0,029, dapat
keputihan patologis, sedangkan diantara disimpulkan ada hubungan antara persepsi
responden yang berpersepsi serius ada 2 manfaat dengan tindakan dalam mencegah
orang (6,25%) yang mempunyai tindakan keputihan patologis. Nilai koefisien korelasi
yang tidak baik dalam mencegah keputihan spearman sebesar 0,232, yang artinya ada
patologis. Hasil uji statistik diperoleh nilai hubungan yang kuat antara persepsi manfaat
122 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 117–127
dengan tindakan dalam mencegah keputihan dengan tindakan dalam mencegah keputihan
patologis. patologis. Nilai koefisien korelasi spearman
Hubungan antara persepsi hambatan sebesar 0,621, yang artinya ada hubungan
dengan tindakan pencegahan keputihan yang kuat antara antara isyarat untuk
patologis menunjukkan bahwa ada 41 orang bertindak dengan tindakan dalam mencegah
(82%) yang tidak berpersepsi hambatan keputihan patologis.
mempunyai tindakan yang baik dalam Variabel yang paling berpengaruh dalam
mencegah keputihan patologis, sedangkan di tindakan pencegahan keputihan patologis
antara responden yang berpersepsi hambatan diketahui dengan menggunakan uji regresi
dalam pencegahan keputihan patologis ada 6 logistik. Variabel dependen dalam uji ini
orang (15,38%) yang mempunyai tindakan adalah tindakan dalam mencegah keputihan
yang baik dalam mencegah keputihan sedangkan variabel independennya adalah
patologis. Hasil uji statistik diperoleh nilai variabel yang berupa kepercayaan individu,
P = 0,000, dapat disimpulkan ada hubungan meliputi: persepsi kerentanan, persepsi
antara persepsi hambatan dengan tindakan keseriusan, persepsi manfaat, persepsi
dalam mencegah. hambatan, dan persepsi kemampuan diri.
Hubungan antara persepsi kemampuan Setelah dilakukan uji regresi logistik,
diri dengan tindakan pencegahan keputihan dapat diketahui bahwa variabel determinan
patologis menunjukkan bahwa ada 34 orang yang mempengaruhi tindakan pencegahan
(79,07%) yang berpersepsi mampu dalam keputihan patologis di SMK YPM 3
mencegah keputihan patologis mempunyai Taman adalah persepsi hambatan (sig. =
tindakan yang baik dalam mencegah 0,000, dengan Exp (B) = 0,061), dapat
keputihan patologis, sedangkan di antara disimpulkan bahwa semakin berpersepsi
responden yang berpersepsi mampu dalam hambatan terhadap keputihan patologis
pencegahan keputihan patologis ada maka orang tersebut akan menjadi 0,061
9 orang (20,93%) yang mempunyai tindakan kali untuk menjadi baik dalam melakukan
yang tidak baik dalam mencegah keputihan tindakan pencegahan terhadap keputihan
patologis. Hasil uji statistik diperoleh nilai patologis, jadi seseorang yang tidak
P = 0,000, dapat disimpulkan ada hubungan berpersepsi hambatan terhadap keputihan
antara persepsi kemampuan diri dengan patologis kemungkinan besar 16,4 (1:0,061)
tindakan dalam mencegah keputihan kali menjadi lebih baik dalam melakukan
patologis. Nilai koefisien korelasi spearman tindakan pencegahan keputihan patologis.
sebesar 0,509, yang artinya ada hubungan Pengaruh yang kedua di dapat dari persepsi
yang kuat antara persepsi kemampuan diri keseriusan dengan (sig. = 0,000, dengan
dengan tindakan dalam mencegah keputihan Exp (B) = 0,046), dapat disimpulkan bahwa
patologis. semakin tidak berpersepsi keseriusan
Hubungan antara isyarat untuk terhadap keputihan patologis maka orang
bertindak dengan tindakan pencegahan tersebut akan menjadi 0,046 kali untuk
keputihan patologis menunjukkan bahwa menjadi baik dalam melakukan tindakan
ada 30 orang (85,71%) yang tidak terdorong pencegahan terhadap keputihan patologis,
dalam melakukan tindakan pencegahan jadi yang mempunyai persepsi keseriusan
keputihan patologis mempunyai tindakan kemungkinan besar 21,7 (1:0,110) kali
yang tidak baik dalam mencegah keputihan menjadi lebih baik dalam melakukan
patologis, sedangkan di antara responden tindakan pencegahan keputihan patologis.
yang tidak terdorong dalam melakukan Risiko relatif dihitung dengan
pencegahan keputihan patologis ada 5 orang membandingkan tindakan yang tidak baik
(14,29%) yang mempunyai tindakan yang dengan tindakan yang baik. Risiko relatif
baik dalam mencegah keputihan patologis. pada tindakan tidak baik adalah 4,701, yang
faktor yang mendorong dalam melakukan artinya persepsi hambatan memiliki peluang
tindakan pencegahan keputihan patologis untuk melakukan tindakan pencegahan
adalah orang tua (94,38%). Hasil uji statistik yang tidak baik 4,701 atau 4 kali lebih besar
diperoleh nilai P = 0,000, dapat disimpulkan dibandingkan dengan tidak berpersepsi
ada hubungan antara isyarat untuk bertindak hambatan. Selang kepercayaannya di dapat
Cici Kurniawati dan Muji Sulistyowati, Aplikasi Teori Health Belief Model… 123
(lower = 2,563, upper = 8,622) di mana patologis, sehingga perlu tindakan yang
tidak mengandung nilai risiko relatif 1 baik dalam merawat atau menjaga daerah
sehingga menunjukkan adanya hubungan kewanitaan.
antara persepsi hambatan dengan tindakan Tingkat pengetahuan responden
pencegahan pada taraf signifikansi tentang keputihan di SMK YPM 3 Taman
5%. Risiko relatif pada tindakan tidak berpengetahuan cukup baik yaitu sebesar
baik adalah 11,228, yang artinya tidak 56,18%. Responden tahu tentang keputihan,
berpersepsi keseriusan memiliki peluang namun mereka masih belum tahu tentang
untuk melakukan tindakan pencegahan yang bahaya sabun kewanitaan. Kebanyakan
tidak baik 11,228 atau 11 kali lebih besar responden menganggap bahwa sabun
dibandingkan dengan yang berpersepsi kewanitaan dapat mematikan bakteri tidak
keseriusan. Selang kepercayaannya di normal dan normal yang ada di daerah
dapat (lower = 2,903, upper = 43,421) di kewanitaan. Penggunaan sabun kewanitaan
mana tidak mengandung nilai risiko relatif ini dapat mengubah kondisi lingkungan
1 sehingga menunjukkan adanya hubungan vagina sehingga bakteri yang tidak normal
antara persepsi keseriusan dengan tindakan atau bakteri pengganggu dapat berkembang
pencegahan pada taraf signifikansi 5%. biak dan menyebabkan keputihan (Jones,
2009). Sabun kewanitaan juga dapat
mematikan bakteri yang baik dalam vagina
PEMBAHASAN
yang berfungsi sebagai pertahanan diri
Data umur remaja putri yang menjadi terhadap infeksi (Yuliarti, 2009). Responden
responden dalam penelitian berusia 16–18 juga masih belum tentang faktor yang
tahun. WHO (1995) dalam Depkes (2010), menyebabkan keputihan. Faktor yang
batasan usia remaja terdiri dari remaja menyebabkan keputihan pada umumnya
awal (10–13 tahun), remaja madya (14–16 adalah keadaan emosional, masa ovulasi,
tahun), dan remaja akhir (17–19 tahun). dan ketertarikan seksual (Yuliarti, 2009).
Usia responden yang berumur 16 tahun Pengetahuan merupakan hasil tahu
termasuk dalam kategori remaja madya dan seseorang terhadap obyek yang di dapat
usia responden yang berumur 17–18 tahun melalui inderanya. Pengetahuan seseorang
merupakan kategori remaja akhir. Remaja terhadap obyek mempunyai intensitas atau
madya seringkali menyukai teman yang tingkatan yang berbeda-beda. Pengetahuan
mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan merupakan domain penting dalam
dirinya, selain itu juga berada dalam kondisi membentuk tindakan seseorang. Ada 6
kebingungan karena masih belum tahu harus tingkat pengetahuan di dalam domain, yaitu:
memilih yang mana, seperti peka atau tidak know, comprehension, application, Analysis,
peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis synthesis, evaluation (Notoadmodjo, 2010).
atau pesimis. Remaja akhir cenderung Pengetahuan responden tentang keputihan
berteman dengan orang-orang lain dalam ada di tingkat dasar yaitu know, dikarenakan
mencari pengalaman baru dan minatnya pengukurannya dengan memberikan
yang makin tinggi terhadap daya atau proses kuesioner berupa pertanyaan tentang
pemikiran yang lebih tinggi yang berkenaan keputihan. Kuesioner diberikan supaya
dengan pengetahuan (Sarwono, 2013). responden dapat mengingat kembali tentang
Remaja akhir sudah mempunyai banyak materi keputihan yang pernah di terima pada
pengalaman dan pengetahuan yang didapat, masa lalu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
serta memiliki daya pemikiran yang tinggi, pengetahuan terdiri dari faktor internal
sehingga remaja akhir sudah mengetahui dan eksternal. Faktor internal terdiri dari
bagaimana cara untuk melakukan tindakan pendidikan, pekerjaan dan umur sedangkan
yang baik dalam mencegah keputihan faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan
patologis, termasuk dalam menjaga dan dan sosial budaya (Wawan dan Dewi,
merawat daerah kewanitaannya. Remaja 2010). Menurut Stapleton (2003), informasi
madya dan remaja akhir sama-sama akan memberikan pengaruh terhadap
mempunyai risiko kesehatan terhadap organ pengetahuan. Oleh karena itu responden
reproduksinya untuk terkena keputihan yang berpengetahuan cukup kemungkinan
124 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 117–127
hanya memperoleh sedikit informasi tentang oleh pengetahuan dan sikap seseorang
keputihan. Agar pengetahuan responden (Notoadmodjo, 2010), responden akan
menjadi baik maka seharusnya materi melakukan tindakan pencegahan keputihan
tentang keputihan seharusnya diberikan sejak patologis yang baik apabila mereka
dini. Peran orang tua sangat penting karena mempunyai pengetahuan dan sikap yang
dapat membentuk perilaku sehat sejak dini baik dalam mencegah keputihan patologis.
terhadap tindakan mencegah keputihan Becker (1979) dalam Notoadmodjo (2010)
patologis. Informasi tentang keputihan untuk mengklarifikasikan tentang 3 perilaku
menambah pengetahuan juga bisa di dapat kesehatan yaitu perilaku sehat, perilaku sakit,
saat menempuh pendidikan formal dari dan perilaku orang sakit. Dalam penelitian
guru. Guru dapat berperan ganda menjadi ini penulis hanya melihat perilaku sehatnya.
pemberi informasi tentang keputihan yang Perilaku sehat yang di maksud adalah
dapat meningkatkan pengetahuan responden kegiatan atau tindakan yang berkaitan dalam
dan juga role model untuk mempengaruhi upaya mempertahankan dan meningkatkan
perilaku responden agar memiliki tindakan kesehatannya. Tindakan yang baik perlu
yang baik dalam mencegah keputihan dilakukan supaya dapat mencegah keputihan
patologis patologis. Apabila keputihan patologis
Empat persepsi pembentuk teori health tersebut dapat di cegah, maka seseorang akan
belief model yaitu persepsi kerentanan, dapat meningkatkan kesehatannya terutama
persepsi keseriusan, persepsi manfaat dan pada daerah kewanitaan.
hambatan, dan persepsi kemampuan diri yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dipengaruhi oleh faktor modifying. Faktor persepsi kerentanan responden terhadap
tersebut salah satunya adalah pengetahuan. keputihan patologis di SMK YPM
Pengetahuan merupakan salah satu peranan 3 Taman berada kategori rentan dengan
penting dalam menentukan tindakan persentasenya 51,69%, sedangkan 69,57%
seseorang (Notoadmodjo, 2010). Responden responden yang berpersepsi rentan terhadap
yang memiliki pengetahuan yang baik tentang keputihan patologis mempunyai tindakan
keputihan akan berpersepsi dan mempunyai yang baik dalam mencegah keputihan
niat untuk melakukan tindakan yang baik patologis. Responden yang tidak berpersepsi
dalam mencegah keputihan patologis. kerentanan beralasan bahwa pemakaian
Responden yang melakukan tindakan celana dalam yang tidak menyerap keringat
yang baik dalam mencegah keputihan tidak dapat mengakibatkan keputihan,
patologis adalah sebesar 52,81%. Tindakan padahal celana dalam yang tidak menyerap
yang baik dalam mencegah keputihan keringat dapat mempermudah kuman,
patologis adalah: cebok dari depan ke bakteri, jamur menempel di daerah
belakang dengan air yang mengalir setelah kewanitaan (Yuliarti, 2009). Mereka
buang air besar atau kecil, tidak terlalu juga beralasan bahwa pemakaian cairan
sering memakai sabun kewanitaan, menjaga antiseptik tidak mengakibatkan keputihan.
kebersihan celana dalam, menghindari Padahal cairan antiseptik akan menyebabkan
pemakaian celana dalam dan jin yang keputihan patologis karena antiseptik
ketat, dan memakai pantyliners tidak setiap mengubah pH vagina yang normal (4–4,5)
hari. Responden juga ada yang melakukan menjadi meningkat dan menjadi basa
tindakan yang tidak baik dalam mencegah sehingga daerah kewanitaan rentan terhadap
keputihan patologis dengan memakai celana serangan kuman yang dapat mengakibatkan
dalam yang bersih dan ketat. Pemakaian keputihan patologis (Yuliarti, 2009).
celana dalam yang bersih memang Seseorang dalam melakukan tindakan untuk
dianjurkan tetapi celana dalam yang ketat mencegah atau mengobati penyakitnya,
dapat menyebabkan daerah kewanitaan maka harus merasa rentan terhadap kondisi
berkeringat, lembab dan mudah terkena atau penyakit tersebut (Glanz, et al.,2008).
jamur dan teriritasi (Yuliarti, 2009). Jika responden merasakan kerentanan untuk
Tindakan adalah reaksi terbuka terkena keputihan patologis, maka mereka
seseorang terhadap rangsangan atau stimulus akan melakukan tindakan dalam mencegah
dari luar. Tindakan ini juga dipengaruhi keputihan patologis.
Cici Kurniawati dan Muji Sulistyowati, Aplikasi Teori Health Belief Model… 125