Sei sulla pagina 1di 15

Jejak 6 (2) (2013): 103-213. DOI: 10.15294/jejak.v7i1.

3596

JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak

ANALISIS PERUBAHAN KETIMPANGAN PENDAPATAN


DAN PERTUMBUHAN EKONOMI ANTAR PROPINSI
DI INDONESIA 2006-2011
Doni Mahardiki, Rokhedi Priyo Santoso

Universitas Islam Indonesia, Indonesia

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v7i1.3596

Received : 2013; Accepted: 2013; Published: September 2013

Abstract
This study is to determine the level of income inequality in Indonesia period for 2006-2011 and to test whether the inequality
increased significantly during that period. In addition, the purpose of this study was to map the pattern of regional classification
based on economic growth. Technical analysis of inequality used is the Williamson Index and Theil Entropy Index. The Paired
Sample T-Test is used to determine the significance of inequality growth from 2006 to 2011. Meanwhile the regional growth
pattern was analyzed by Klassen typology. The research data includes the number of Indonesian population and Gross Domestic
Product (GDP) per capita per province. According to the index calculation of Williamson, the level of income inequality in
Indonesia tends to increase by 0.83 in 2011. Based on the Paired Sample T-Test it is found that the Williamson Index in 2011
increased significantly compared to that of in 2006. In contrast the Theil Index show the decreasing trend of income inequality
eventhough there was slight increase at the end of period 2011.The results from the Klassen typology shows that most of region
is classified as a higher growth but low income level of development.

Keywords: income inequality, Williamson Index, Theil Entrophy Index, Klassen Typology

Abstrak
Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan di Indonesia 2006-2011 dan melihat apakah
selama periode tersebut terjadi peningkatan ketimpangan yang signifikan. Selain itu juga, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pola/klasifikasi daerah yang didasarkan pada pertumbuhan ekonominya. Metode perhitungan
untuk analisis ketimpangan adalah Indeks ketimpangan Williamson dan Indeks ketimpangan Entropi Theil, sedangkan
perkembangan distribusi pendapatan dengan Paired Sample T-Test. Analisis pola pertumbuhan menggunakan teknik
Tipologi Klassen.Data penelitian meliputi jumlah penduduk Indonesia dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
per kapita per provinsi. Menurut hasil perhitungan Indeks Williamson, selama periode penelitian tingkat ketimpangan
pendapatan di Indonesia menunjukkan pergerakan yang meningkat dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 0,83. Berdasarkan
uji paired t-Test ditemukan hasil bahwa terdapat ketimpangan pendapatan yang signifikan pada 2011 dibandingkan
dengan 2006. Sedangkan hasil dari Indeks Theil didapatkan tingkat ketimpangan di Indonesia selama periode penelitian
cenderung menurun dengan nilai sebesar 0,34 pada tahun 2011 meskipun meningkat pada akhir periode. Hasil dari
tipologi Klassen menunjukkan bahwa kecenderungan provinsi berada pada kategori daerah maju tapi tertekan.

Kata Kunci: ketimpangan pendapatan, Indeks Williamson, Indeks Entropi Theil, Tipologi Klassen

How to Cite: (2013). Canalisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan Dan Pertumbuhan Ekonomi Antar
Propinsi Di Indonesia 2006-2011. JEJAK Journal of Economics and Policy, 6 (2): 103-213 doi: 10.15294jejak.
v7i1.3596

© 2013 Semarang State University. All rights reserved


Corresponding author : ISSN 1979-715X
Address: Jalan Ring Road Utara Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta
E-mail: rokhedi@uii.ac.id
180 Doni Mahardiki, Rokhedi Priyo Santoso, Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan Dan Per-
tumbuhan Ekonomi Antar Propinsi Di Indonesia 2006-2011
PENDAHULUAN Hasil pajak dan pengelolaan kekayaan
alam yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
Pertumbuhan ekonomi selalu kemudian di distribusikan ke seluruh daerah.
menjadi pusat perhatian dalam masalah Meskipun pendapatan yang diperoleh
meningkatkan taraf kesejahteraan pemerintah pusat sudah dibagi secara
masyarakat di suatu negara dan khususnya merata, akan tetapi masih saja terdapat
pada negara sedang berkembang. daerah-daerah yang terbelakang baik dari
Indonesia merupakan salah satu negara segi ekonomi maupun pembangunanya.
sedang berkembang yang terus berupaya Masalah tersebut berpangkal pada pola
meningkatkan pertumbuhan ekonominya. pendistribusiannya yang mana pemerintah
Dengan kondisi geografis Indonesia yang membagi rata pendapatan yang diterima
merupakan negara kepulauan menjadikan kepada seluruh daerah tanpa melihat
daerah-daerah di Indonesia memiliki kondisi daerah tersebut apakah sudah maju
kandungan sumber daya alam yang berbada- atau belum. Hal ini menjadikan daerah
beda. Tidak hanya itu, dengan status yang sudah maju menjadi semakin maju
negara kepulauan menjadikan Indonesia dan yang belum maju menjadi semakin
memiliki jumlah penduduk yang banyak tertinggal pembangunannya.
dengan berbagai latar belakang etnik dan Paradigma pembangunan yang dibuat
budaya yang berbeda-beda. Pada tahun oleh pemerintah pusat mengharuskan
2000, Indonesia memiliki jumlah penduduk adanya penyeragaman kebijakan di setiap
sebesar 206.264.595 jiwa yang tersebar di 33 daerah. Adanya penyeragaman tersebut
provinsi. Jumlah tersebut diperkirakan akan menjadikan sistem kepemerintahan baik di
terus mengalami pertambahan yang cepat pusat maupun di daerah tidak jauh berbeda.
melihat angka laju pertumbuhan penduduk Tidak hanya dalam segi kepemerintahan
Indonesia yang terus meningkat. saja, akan tetapi eksekusi pelaksanaan
Dimulai pada tahun 1954, sistem proyek pembangunan juga harus sesuai
kelembagaan di Indonesia dijalankan dengan apa yang diinstruksikan oleh
dengan sistem negara kesatuan yang terdiri pemerintah pusat. Pemerintah beralasan
dari beberapa unsur yaitu, menjadikan bahwa dengan adanya penyeragaman
pemerintah pusat sebagai tingkat menjadikan hasil-hasil pembangunan
pertama, provinsi sebagai tingkat kedua menjadi lebih mudah diukur, dikendalikan,
dan kabupaten sebagai tingkat ketiga diawasi dan dievaluasi (Delis dkk, 2008).
(Delis, dkk, 2008). Selain itu, pemilihan Dampak negatif dari adanya sistem
sebagian besar pejabat pada waktu itu di kepemerintahan yang tersentralisasi
lakukan oleh pemerintah pusat sehingga adalah semakin kuatnya ketergantungan
sistem kepemerintahan masih bersifat daerah terhadap pemerintah pusat baik
tersentralisasi. Sistem kepemerintahan dari segi keuangan maupun tatakelola
yang tersentralisasi menjadikan segala kepemerintahan daerah. Adapun akibat
kebijakan yang diambil bersumber dari lain dari sistem ini yaitu perkembangan
pemerintah pusat. Tidak hanya sistem pembangunan yang hanya berkonsentrasi
kelembagaannya saja yang terpusat akan di pulau Jawa yang mana hal ini menjadikan
tetapi pengelolaan pajak dan berbagai hasil pulau Jawa lebih maju dibandingkan
kekayaan alam di Indonesia sepenuhnya pulau lainnya dan pada akhirnya akan
dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah menimbulkan perbedaan struktur ekonomi
hanya menerima sebagian dari yang antara daerah yang satu dengan daerah yang
sudah ditentukan oleh pusat. Daerah yang lainnya.
mempunyai kekayaan alam yang berlimpah Mengingat luas wilayah Indonesia
tidak bisa melaksanakan pembangunan yang terbentang dari Sabang sampai
sesuai dengan kebutuhan lantaran sumber Merauke menjadikan sistem sentralisasi
fiskal daerah masih diatur oleh pemerintah tidak efektif diterapkan di Indonesia. Basri
pusat. dan Munandar (2009:450) berpendapat
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213 181

bahwa pada dasarnya sebuah sistem daerah dalam mengembangkan daerahnya


ekonomi tersentralisasi walaupun sukses serta kemampuan ekonominya.
diterapkan di Singapura, akan tetapi hal Suatu daerah harus memiliki
tersebut kurang cocok apabila diterapkan kemampuan dalam mengelola keuangan
di Indonesia. Contohnya saja pada negara atau kapasitas fiskal daerah, seperti
Meksiko yang lalai dalam membangun sumberdaya alam, potensi daerah, keadaan
daerahnya sehingga pada akhirnya alam dan kemampuan sumberdaya manusia
hanya akan menjadi beban finansial bagi tiap-tiap daerah (Sultan dan Sodik, 2010).
pemerintah pusat. Distribusi pendapatan Hal itu menjadi sangat penting karena
dan pembangunan yang tidak merata menentukan besarnya tingkat pendapatan
menjadi masalah penting yang perlu segera suatu daerah. Selain itu, dengan adanya
ditangani. otonomi daerah menjadikan tingkat
Otonomi daerah muncul sebagai pendapatan antar daerah berbeda-beda
solusi dalam menangani masalah-masalah sesuai dengan potensi fiskal yang dipunya.
yang muncul akibat dari adanya sentralisasi. Adapun dampak lain dengan adanya
Menurut Undang-Undang Nomor 33 otonomi daerah, terdapat kecenderungan
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah masing-masing daerah mementingkan
yang merupakan hasil revisi dari Undang- daerahnya sendiri dan bahkan bersaing
Undang sebelumnya yaitu Undang-undang satu sama lain dalam hal meningkatkan
Nomor 22 tahun 1999 menyatakan bahwa pembangunan dan pertumbuhan.
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, Daerah-daerah yang relatif kaya
dan kewajiban daerah untuk mengatur mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi
dan mengurus rumah tangganya sendiri yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah
sesuai dengan peraturan perundangan yang lain. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang
berlaku (Juri, 2012). tinggi tersebut akan berdampak pada tingkat
Pelaksanaan dari otonomi daerah kesejahteraan masyarakatnya. Berbeda
mulai dilaksanakan pada tahun 2001 dengan setelah adanya otonomi daerah,
yang mana wewenang pengelolaan sistem pada saat sistem pemerintahan Indonesia
pemerintahan yang bersinggungan langsung masih bersifat sentralisasi terdapat daerah-
dengan masyarakat sepenuhnya diserahkan daerah di Pulau Jawa memiliki pertumbuhan
kepada pemerintah daerah. Terdapat ekonomi yang tinggi. Hal ini dikarenakan
beberapa konsekuensi dari dijalankannya adanya kegiatan industri yang masih
sistem otonomi daerah yaitu pemerintah terpusat di Pulau Jawa dan tidak hanya
daerah dituntut secara mandiri untuk itu, faktor lokasii yang dekat dengan pusat
mengelola keuangannya dengan berusaha pemerintahan juga mempunyai pengaruh
menggali potensi fiskal yang dimiliki daerah terhadap tingginya suatu kegiatan ekonomi.
tersebut dan bagaimana peran pemerintah Dengan adanya hal tersebut menjadikan
Tabel 1. Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pulau Tahun 2006 Dan 2011
Laju pertumbuhan PDRB per kapita (persen)
Pulau
2006 2011
Sumatra 4,7 4,84
Jawa 4,25 5,49
Bali dan Nusa Tenggara 2,73 1,69
Kalimantan 5,30 5,99
Sulawesi
5,28 7,05
Maluku dan Papua -1,44 1,29
Sumber:BPS Indonesia,2006 dan 2011 (diolah)
182 Doni Mahardiki, Rokhedi Priyo Santoso, Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan Dan Per-
tumbuhan Ekonomi Antar Propinsi Di Indonesia 2006-2011
Pulau Jawa memiliki tingkat pertumbuhan kesempatan untuk berkembang lebih
ekonomi yang cukup tinggi, sehingga besar jika dibandingkan dengan daerah
dampak dari adanya kegiatan ekonomi yang yang berada di pinggiran. Hal inilah yang
terus berkembang, menjadikan tingkat menjadi salah satu penyebab terjadinya
kesejahteraan masyarakatnya juga tinggi. ketimpangan antar daerah.
Seiring berjalannya sistem otonomi daerah Namun, kenyataan yang ada di
menjadikan tingkat pertumbuhan ekonomi negara berkembang adalah terdapatnya
dan pembangunan tidak lagi terpusat di pembangunan yang tidak merata antara
Pulau Jawa saja, melainkan daerah-daerah di satu daerah dengan daerah yang lainnya.
luar Pulau Jawa juga mengalami peningkatan Pembangunan yang tidak merata juga
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. mencerminkan adanya pertumbuhan
Suatu pertumbuhan ekonomi selain dapat ekonomi yang tidak merata yang mana hal
dilihat dari jumlah output total yang tinggi itu juga akan berdampak pada pertumbuhan
juga dapat tercermin dari Produk Domestik PDRB per kapita. Menurut Sultan dan
Regional Bruto (PDRB) per kapita dari Sodik (2010) terdapat beberapa faktor
masing-masing daerah. yang menyebabkan tingkat pertumbuhan
Data diatas merupakan persentase ekonomi antar daerah tidak merata yaitu:
dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB per konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah,
kapita masing-masing provinsi di Indonesia. alokasi investasi yang tidak merata, tingkat
Dari tabel 1 dapat diambil kesimpulan bahwa mobilitas faktor produksi yang rendah antar
pada tahun-tahun setelah diadakannya daerah, perbedaan sumber daya alam antar
otonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah, perbedaan kondisi geografis antar
sudah mulai tersebar keberbagai daerah wilayah dan kurang lancarnya perdagangan
diluar Pulau Jawa yang tercermin dari antar provinsi.
persentase rata-rata laju pertumbuhan Tingkat pertumbuhan ekonomi
PDRB per kapita. Pada tahun 2006, rata- suatu daerah juga berpengaruh terhadap
rata laju pertumbuhan PDRB per kapita jumlah penerimaan pendapatan daerah
dari masing-masing pulau sudah mulai yang selanjutnya akan berdampak pada
naik dan hanya terdapat beberapa pulau proses pembangunan dan menyangkut
yang rata-rata laju pertumbuhan PDRB kesejahteraan dari masyarakat. Besar
per kapitanya masih rendah, yaitu Bali dan kecilnya pendapatan yang diperoleh suatu
Nusa Tenggara dengan tingkat rata-rata laju daerah digunakan untuk membiayai segala
pertumbuhan PDRB per kapitanya sebesar kegiatan pemerintah daerah tersebut
serta 2,73% serta Maluku dan Papua yang termasuk juga dalam hal pembangunan.
memiliki rata-rata laju pertumbuhan PDRB Akan tetapi, proses pembanguan tidak selalu
per kapita hanya sebesar -1,44%. Pada tahun berjalan sesuai rencana, terdapat beberapa
2011, rata-rata laju pertumbuhan PDRB per daerah yang mengalami pembangunan
kapita masing-masing pulau menunjukkan secara cepat sementara daerah yang lainnya
kenaikan dan hanya terdapat penurunan mempunyai laju pembangunan yang
sebesar 1,04% di Pulau Bali dan Nusa lambat.
Tenggara. Data Tabel 1 juga memperlihatkan Pembangunan yang perlu mendapat
bahwa kegiatan perekonomian sudah tidak perhatian lebih adalah dibidang pendidikan,
lagi sepenuhnya berkonsentrasi di Pulau kesehatan dan infrastruktur (Delis et all,
Jawa tetapi sudah mulai tersebar di berbagai n.d). Ketiga bidang tersebut merupakan
daerah di Indonesia. fundamental dari pembangunan yang
Dalam Ilmu Ekonomi Regional berhasil. Pada daerah yang sudah maju,
terdapat suatu model yang menggambarkan pembangunan pada ketiga bidang tersebut
hubungan ketidakseimbangan antara daerah sudah mengalami kemajuan yang lebih
yang dekat dengan pusat perkembangan baik jika dibandingkan dengan daerah
dan daerah pinggiran. Daerah yang dekat yang jauh dari pusat perkembangan. Hal
dengan pusat perkembangan mempunyai tersebut terjadi karena tidak meratanya
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213 183

fasilitas infrastruktur ekonomi serta bidang


membaik. Hal tersebut semakin diperkuat
sosial yang menyebabkan adanya variasi
dengan adanya pengimplementasian
dari Produk Domestik Regional Bruto
otonomi daerah pada tahun 2000 dan
(PDRB) menjadi semakin tinggi. Jika hal
semakin membaik setiap tahunnya hingga
tersebut dibiarkan terus menerus, maka
pada akhirnya pada tahun 2004 Indeks
ketidakmerataan pembangunan antar
Ketimpangan Williamson menunjukkan
wilayah akan semakin tinggi dan hal ini juga
tingkat ketimpangan pendapatan adalah
dapat memicu ketimpangan pendapatan
sebesar 0,818 dan pada tahun 2008 adalah
antar daerah di Indonesia.
sebesar 0,815. Dari penelitian tersebut
Menurut Delis et al (n.d) yang meneliti
dapat disimpulkan bahwa selama periode
ketimpangan pendapatan di Indonesia
penelitian yaitu tahun 1990-2008 terdapat
periode 1990-2008 mengungkapkan bahwa
ketimpangan yang semakin melebar di
ketimpangan pendapatan yang terjadi di
Indonesia.
Indonesia disebabkan oleh ketidakmerataan
Ketimpangan pada awalnya dapat
proses pembangunan antar daerah yang
disebabkan oleh adanya perbedaan
mengakibatkan terjadinya ketimpangan
suatu kandungan sumberdaya alam
dalam aspek ekonomi. Hal tersebut terlihat
dan perbedaan kondisi demografi yang
dari semakin timpangnya distribusi
terdapat pada masing-masing wilayah.
pendapatan antar lapisan masyarakat
Akibatnya, kemampuan suatu daerah untuk
dan daerah. Selain dilihat dari tingkat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pertumbuhannya, dalam mengukur tingkat
dalam mendorong proses pembangunan
keberhasilan pembangunan ekonomi juga
juga menjadi berbeda. Di samping itu
bisa dilihat dari segi pendapatan perkapita
ketimpangan juga diperburuk oleh kurang
penduduk antar wilayah di Indonesia.
lancarnya mobilitas barang dan jasa,
Berdasarkan analisis Indeks
terkonsentrasinya pada kegiatan ekonomi
Ketimpangan Williamson dalam
tertentu, dan ketidakmerataan alokasi
penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa
dana antar wilayah. Terjadinya suatu
ketimpangan pendapatan pada awal tahun
ketimpangan pembangunan antar wilayah
1990 adalah sebesar 0,491 dan tingkat
ini selanjutnya akan membawa implikasi
ketimpangan tersebut terus mengalami
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut
pada wilayah yang bersangkutan (Syafrizal,
menunjukkan bahwa semakin melebarnya
2012).
ketimpangan pendapatan yang terjadi di
Kesenjangan ekonomi dapat diartikan
Indonesia hingga pada tahun 1997 tingkat
sebagai perbedaan struktur ekonomi
ketimpangan berada di puncaknya yaitu
suatu wilayah jika dibandingkan dengan
sebesar 0.69. Peningkatan ketimpangan pada
wilayah yang lainnya. Menurut Kuncoro
tahun tersebut terjadi lantaran pada waktu
(2006) berpendapat bahwa kesenjangan
itu Indonesia mengalami krisis ekonomi
ekonomi setidaknya dapat dilihat dari
sehingga berdampak pada penurunan
3 dimensi yaitu: Pertama, berdasarkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
tingkat kemodernan yaitu kesenjangan
yang selanjutnya dapat menurunkan tingkat
antara sektor modern dan sektor tradisonal.
kesejahteraan penduduknya dan hal ini bisa
Sektor modern pada umumnya berada
dilihat dari besarnya pendapatan perkapita
di perkotaan sedang sektor tradisional
penduduk antar daerah.
umumnya berada di daerah pedesaan.
Setelah melewati masa krisis
Kedua, kesenjangan regional adalah suatu
ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan
kesenjangan yang terjadi antara suatu
di Indonesia semakin membaik yang
daerah yang mempunyai potensi ekonomi
ditunjukkan dengan semakin kecilnya
tinggi dengan suatu daerah yang potensi
angka Indeks Williamson dan hal ini
ekonominya rendah.Ketiga, kesenjangan
sekaligus memperlihatkan bahwa secara
menurut etnis yaitu kesenjangan yang
agregat kondisi ekonomi Indonesia semakin
184 Doni Mahardiki, Rokhedi Priyo Santoso, Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan Dan Per-
tumbuhan Ekonomi Antar Propinsi Di Indonesia 2006-2011
timbul lantaran perbedaan etnis contohnya ini merupakan data sekunder yaitu data
antar masyarakat pribumi dan non pribumi. yang diperoleh dari beberapa sumber
Apabila ketiga dimensi tersebut yang dikumpulkan oleh pihak kedua.
digabungkan maka akan diperoleh Adapun sumber yang digunakan yaitu
gambaran kesenjangan kemakmuran di berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia yaitu semakin ke kawasan barat dan ditunjang melalui studi kepustakaan
Indonesia maka akan semakin banyak lainnya yang memiliki hubungan dengan
dijumpai sektor modern dan industri serta masalah yang sedang diteliti. Data yang
semakin banyak golongan non pribumi diambil merupakan data dari kurun waktu
yang menguasai perekonomian. Sebaliknya, tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
semakin ke kawasan Timur Indonesia maka Adapun dalam pengolahan data, penulis
akan semakin banyak dijumpai sektor menggunkan alat bantu software pengolah
pertanian dan tradisional serta semakin statistik SPSS dan Microsof Excel. Data-data
banyak pribumi yang mendominasi usaha yang digunakan adalah jumlah penduduk
bisnis. dan Produk Domestik Regional Bruto
Distribusi pendapatan dalam sebuah (PDRB) per kapita per propinsi di Indonesia.
perekonomian merupakan hasil akhir Teknik analisis yang digunakan
dari kerja seluruh proses ekonomi, yang untuk menganalisis distribusi pendapatan
berarti bahwa teori distribusi pendapatan adalah Indeks Williamson dan Indeks
pada prinsipnya harus memperhitungkan Theil. Sedangkan untuk menganalisis
semua pengaruh (Gemmell, 1992: 205). perkembangan dari awal periode penelitian
Bank dunia memiliki kriteria yang sampai akhir periode penelitian digunakan
mendasari dalam suatu penilaian distribusi Paired Sample Test yang sebelumnya diuji
pendapatan atas pendapatan yang diterima normalitas distribusi datanya dengan Uji
oleh 40% penduduk berpendapatan Normalitas Kolmogrov-Smirnov. Sementara
rendah yang mana kesenjangan distribusi itu Tipologi Klassen digunakan untuk
pendapatan dikategorikan menjadi tiga. mapping pola dan struktur pertumbuhan
Pertama, Tinggi, apabila 40% penduduk ekonomi propinsi.
berpenghasilan terendah menerima kurang
dari 12% bagian pendapatan.Kedua, Sedang, Indeks Williamson
apabila 40% dari penduduk berpenghasilan Untuk mengetahui ketimpangan
rendah menerima 12-17% dari bagian pendapatan yang terjadi di Indonesia
pendapatan.Ketiga, Rendah, yaitu apabila digunakan perhitungan Indeks Williamson.
40% penduduk yang memiliki penghasilan Dalam perhitungannya, Indeks Williamson
rendah menerima lebih dari 17% bagian menggunakan Produk Domestik Regional
pendapatan. Bruto (PDRB) perkapita dan jumlah
Berdasarkan latar belakang penduduk sebagai data dasar. Adapun
diatas, penelitian ini bertujuan utama Indeks Williamson secara statistik dapat
untuk menganalisis seberapa besar dan diformulasikan sebagai berikut:
perkembangan tingkat ketimpangan
pendapatan yang terjadi di Indonesia
……….(1)
selama periode 2006-2011. Di samping itu,
Dimana V adalah nilai indeks
penelitian bertujuan untuk menganalisis w
dan mengklasifikasikan wilayah/provinsi di ketimpangan Williamson, adalah PDRB
Indonesia berdasarkan pola dan struktur per kapita masing-masing provinsi,
pertumbuhan ekonomi dan Pendapatan adalah PDRB per kapita rata-rata seluruh
Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita.
provinsi, adalah jumlah penduduk
METODE PENELITIAN masing-masing provinsi, dan adalah
jumlah penduduk Indonesia
Data yang digunakan dalam penelitian Nilai indek berada pada range
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213 185

pendapatan dan tingkat pertumbuhan


. Jika suatu daerah. Model Tipologi Klassen ini
mendekati 1 maka ketimpangan semakin dikenalkan pertama kali oleh Leo Klassen.
besar dan mendekati 0maka Menurut Arsyad (2010) mengatakan bahwa
ketimpangan semakin kecil atau semakin “Klassen menganggap daerah (regions)
merata. sebagai mikrokosmos yang diskrit (discrete
microcosmos) yaitu daerah ekonomi yang
Indeks Entropi Theil dapat dipahami melalui studi tentang
Selain menggunakan Indeks besaran ekonominya”. Pada dasarnya analisis
Wiliamson, dalam mengukur suatu tipologi daerah ini dalam membagi daerah
ketimpangan pendapatan di Indonesia mengacu pada dua indikator utama yaitu
menggunakan Indeks Theil. Menurut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kuncoro (2001) konsep Entropi Theil dari dan tingkat pertumbuhan ekonomi masing-
suatu distribusi pada dasarnya merupakan masing daerah.
aplikasi konsep teori informasi dalam Widodo (2006) mengatakan bahwa
mengukur ketimpangan ekonomi dan Tipologi Klassen ini dapat digunakan untuk
konsentrasi industri. Data yang diperlukan mengetahui suatu gambaran tentang pola
dalam analisis Indeks Theil adalah Produk dan struktur pertumbuhan ekonomi suatu
Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita daerah. Terdapat empat kriteria dalam
dan jumlah penduduk untuk setiap wilayah. analisis tipologi klasen yaitu: Pertama,
Secara matematis Indeks Theil dapat daerah cepat maju dan tumbuh cepat (High
dituliskan sebagai berikut: income and high growth) adalah daerah
yang memiliki pertumbuhan ekonomi
…..(2) dan pendapatan perkapita yang lebih
Dimana adalah Indeks Entropi tinggi dari rata-rata wilayah.Kedua, daerah
maju tapi tertekan (high income but low
Theil, adalah PDRB per kapita provinsi growth) adalah daerah yang memiliki
j di Indonesia, adalah jumlah PDRB per pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi
tingkat pertumbuhannya lebih rendah
kapita seluruh provinsi., adalah dibandingkan dengan rata-rata wilayah.
jumlah penduduk masing-masing provinsi Ketiga, daerah berkembang cepat (high
di Indonesia, dan adalah jumlah growth but low income) adalah daerah
penduduk seluruh provinsi. Apabila Indeks yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi
Theil mendekati 1 maka terjadi ketimpangan tetapi tingkat pendapatan per kapitanya
yang semakin besar dan apabila Indeks Theil rendah dibanding dengan rata-rata wilayah.
mendekati 0 maka ketimpangan semakin Keempat, daerah relatif tertinggal (low
mengecil atau semakin rata. growth and low income) adalah daerah yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi
Tipologi Klassen dan pendapatan per kapita lebih rendah
Analisis Tipologi Klassen digunakan dari rata-rata wilayah. Adapun Klasifikasi
untuk mengetahui klasifikasi dan pola dari Wilayah menurut analisis Tipologi Klassen
masing-masing daerah berdasarkan tingkat dapat digambarkan seperti dalam Nasution

Tabel 2. Klasifikasi Daerah/Wilayah menurut analisis Tipologi Klassen

y y1 > y yi < y

r
ri > r Daerah maju dan cepat tumbuh Daerah berkembang cepat
ri < r Daerah maju tetapi tertekan Daerah relatif tertinggal
186 Doni Mahardiki, Rokhedi Priyo Santoso, Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan Dan Per-
tumbuhan Ekonomi Antar Propinsi Di Indonesia 2006-2011
(2011) pada Tabel 2.
Dimana r adalah rata-rata
pertumbuhan ekonomi provinsi di
Indonesia, y adalah rata-rata PDRB ………………(3)
perkapita provinsi di Indonesia, ri adalah Dimana t adalah nilai distribusi t,
pertumbuhan ekonomi suatu provinsi, dan
yi adalah PDRB perkapita suatu provinsi i adalah nilai rata-rata sample pertama,
Analisis Tipologi Klassen dalam adalah nilai rata-rata sample kedua,
perhitungannya mendasarkan dalam adalah penduga varians gabungan populasi,
pengelompokkan suatu sektor dengan ni adalah jumlah sampel populasi pertama,
melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor dan n2 adalah jumlah sampel populasi kedua
tertentu terhadap total PDRB suatu daerah Untuk mengetahui tingkat perbedaan
(Widodo, 2006). yang ada sangat signifikan atau tidak,
dapat dilihat melalui nilai probabilitasnya.
Paired Sample T-Test
Besaran yang diperoleh dari Dengan ketentuan jika nilai value lebih
perhitungan Indek Williamson dan Indek besar daripadai level of significantmaka
Theil setiap propinsi di Indonesia pada 2006 tidak terdapat perbedaan ketimpangan yang
dan 2011 dibandingkan dengan teknik Paired signifikan antara 2006 dan 2011 dan apabila
Sample T-Test. Uji ini digunakan untuk value lebih kecil daripada
mengetahui apakah dua variabel dalam satu level of significantmaka terdapat perbedaan
kasus data memiliki rata-rata yang sama. ketimpangan yang signifikan.
Uji Paired t-Test juga digunakan untuk Salah satu syarat Paired Sample T-Test
mengetahui apakah terdapat perbedaan adalah data berdistribusi normal. Sebelum
mean (rata-rata) dalam dua variabel pada data dari hasil Indeks Williamson dan Indeks
satu kasus data. Secara matematis rumus Entropi Theil diuji dengan metode Paired
untuk mencari nilai t dari uji tersebut dapat Sample T-Test,data terlebih dahulu di uji
ditulis sebagai berikut: normalitas untuk mengetahui apakah data
tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Uji Kolmogrov-Smirnov adalah salah satu
uji dalam analisis statistik yang bertujuan

Gambar 1. Perkembangan Indeks Williamson Provinsi Di Indonesia 2006 – 2011


Sumber: lampiran Indeks Entropi Theil, 2013.
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213 187

untuk mengetahui tingkat kesesuaain menjadi 0,818 pada tahun 2007. Pada tahun
antara distribusi nilai pada sampel dengan 2008 naik lagi menjadi 0,820. Kenaikan
distribusi toeritis tertentu. angka Indeks Williamson pada tahun 2008
ini, dimungkinkan terkena imbas dari krisis
HASIL DAN PEMBAHASAN global dan kenaikan harga bahan bakar di
dalam negeri. Angka Indeks Williamson
Pada sub bab ini disajikan hasil dari kemudian turun menjadi 0,815 pada tahun
perhitungan Indeks Kesenjangan William- 2009 sampai pada tahun 2010, dan 2011
son, Indeks Entropi Theil, uji Normalitas meningkat lagi masing-masing sebesar 0,818
danPaired Sample T-Test, dan Tipologi Klas- dan 0,834. Berdasarkan laporan Bank Dunia
sen. Hasil perhitungan dari Indeks William- pada bulan Maret 2011, mengatakan bahwa
son selama periode penelitian 2006-2011 da- kenaikan harga komoditas global pada
pat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. tahun 2011 memiliki kecenderungan yang
sama dengan kenaikan harga komoditas
Tabel 3. Indeks Ketimpangan Williamson yang terjadi pada tahun 2008. Meskipun
Di Indonesia 2006-2011 naiknya harga dari komoditas tersebut
Tahun Indeks Williamsons dapat meningkatkan pendapatan negara,
2006 0,667 akan tetapi hal tersebut perlu diwaspadai
2007 0,818 dampaknya terhadap masyarakat golongan
2008 0,820
mengengah kebawah yang bisa menurunkan
2009 0,815
2010 0,818 pendapatan riil masyarakat.
2011 0,834 Secara umum nilai Indeks Williamson
rata-rata 0,796 provinsi di Indonesia selama periode
Sumber: Lampiran Indeks Wiliamson, 2013. penelitian tahun 2006 – 2011 mengalami
kecenderungan meningkat. Grafik
Pada Tabel 3 dapat diketahui kecenderungan peningkatan dan penurunan
bahwa rata-rata ketimpangan PDRB per ketimpangan yang terjadi di provinsi di
kapita antar Provinsi di Indonesia selama Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.
periode 2006 – 2011 mencapai nilai 0,796. Nilai Indeks Williamson di provinsi
Ketimpangan antar Provinsi yang terjadi di Indonesia jika dilihat secara rata-rata
di Indonesia dari tahun 2006 ke tahun 2011 tingkat Produk Domestik Regional Bruto
cenderung meningkat. Pada tahun 2006 (PDRB) per kapita antar provinsi mengalami
nilai Indeks Williamson sebesar 0,667 naik ketimpangan yang relatif tinggi.Hal ini

Gambar 2. Perkembangan Indeks Entrophi Theil Provinsi di Indonesia 2006 – 2011


Sumber: lampiran Indeks Entropi Theil, 2013.
188 Doni Mahardiki, Rokhedi Priyo Santoso, Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan Dan Per-
tumbuhan Ekonomi Antar Propinsi Di Indonesia 2006-2011
dapat dilihat dari nilai kesenjangan yang sebesar 6.1%. Pertumbuhan ekonomi yang
terjadi antar provinsi di Indonesia selama baik tersebut juga didukung oleh tingkat
tahun 2006 – 2011 bersifat fluktuatif. inflasi yang dijaga pergerakannya sehingga
Selain menggunakan Indeks dalam tingkatan yang tetap sampai pada
Williamson, dalam mengukur tingkat akhir tahun 2010 yaitu sebesar 6,33%.
ketimpangan pendapatan yang ada di Penurunan angka ketimpangan pada Indeks
Indonesia juga digunakan Indeks Entropi Williamson 2010 menunjukkan bahwa pada
Theil. Dalam perhitungannya, Indeks tahun tersebut tingkat ketimpangan di
Entropi Theil menggunakan variabel Indonesia sangat rendah atau relatif merata.
jumlah penduduk Indonesia dan PDRB per Akan tetapi pada tahun 2011 nilai dari
kapita masing-masing provinsi di Indonesia Indeks Theil sebesar 0,3470 yang berarti
untuk mengetahui seberapa besar tingkat telah terjadi kenaikan sebesar 0,02 dari
ketimpangan yang ada. Adapun hasil tahun sebelumnya 2010 yang mempunyai
perhitungan Indeks Entropi Theil yang nilai Indeks Theil sebesar 0,3263. Untuk
diperoleh selama periode penelitian yaitu memudahkan melihat pergerakan nilai
tahun 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 4 Indeks Theil dari tahun ke tahun dapat
berikut ini: dilihat dari Gambar 2.
Gambar 2 memperlihatkan
Tabel 4. Indeks Entropi Theil di Indonesia pergerakan nilai Indeks Theil yang semakin
2006-2011 menurun dari tahun ke tahun dan kembali
Tahun Indeks Entropi Theil naik pada tahun 2011. Adapun rata-rata dari
2006 0,3707 nilai Indeks Theil adalah sebesar 0,3513. Jadi
2007 0,3608 berdasarkan hasil perhitungan ketimpangan
2008 0,3539 menggunakan Indeks Williasmson dan
Indeks Theil, dapat diketahui bahwa pada
2009 0,3492
akhir periode penelitian menunjukkan
2010 0,3263
adanya kenaikan tingkat ketimpangan.
2011 0,3470
Tipologi Klassen digunakan untuk
Rata-rata 0,3513 mengklasifikasikan daerah berdasarkan
Sumber: lampiran Indeks Entropi Theil, 2013.
dua indikator utama yaitu pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan atau Produk
Pada tahun 2006, nilai Indeks
Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita
Theil sebesar 0,3707 yang mana hal ini
dari masing-masing provinsi. Rata-rata
menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan
PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi
pendapatan yang ada di Indonesia pada
Provinsi di Indonesia pada tahun 2006 – 2011
tahun 2006 adalah relatif rendah. Nilai
dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
dari Indeks Theil pada tahun 2007 dan
Pada Tabel 5 Provinsi DKI Jakarta
2008 mengalami penurunan yaitu sebesar
berada pada peringkat pertama rata-rata
0,3608 dan 0,3539 serta pada tahun 2009
PDRB per kapita selama tahun 2006 – 2011
mengalami penurunan lagi yaitu menjadi
sebesar Rp. 38,416 ribu sedangkan untuk
sebesar 0,3492. Tahun 2010, nilai dari Indeks
rata-rata PDRB per kapita paling rendah
Theil menurun lagi menjadi 0,3263. Hal ini
adalah Nusa Tenggara Timur sebesar Rp.
menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan
2,527 ribu. Rata-rata pertumbuhan tertinggi
pendapatan yang ada di Indonesia pada
adalah 14,83% dicapai oleh Papua Barat dan
tahun 2010 semakin rendah.
rata-rata pertumbuhan terendah adalah
Penurunan tingkat ketimpangan pada
Nanggroe Aceh Darussalam sebesar -0,62%.
tahun 2010 besar kemungkinan disebabkan
Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto
oleh kondisi perekonomian Indonesia yang
(PDRB) perkapita Provinsi di Indonesia
semakin baik. Perkembangan yang semakin
sebesar Rp. 8,889 ribu dan rata-rata
baik itu dapat dilihat dari pertumbuhan
pertumbuhannya adalah 6,050%. Klasifikasi
ekonominya Indonesia pada tahun 2010
pola dan struktur perekonomian provinsi di
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213 189

Tabel 5. Rata-Rata PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Provinsi di Indonesia 2006-2011
Rata-Rata PDRB Perkapita
Provinsi Rata-Rata Pertumbuhan (%)
(Ribu Rupiah)
Nanggroe Aceh Darussalam 8,102 -0,62
Sumatera Utara 8,227 6,25
Sumatera Barat 7,490 5,97
Riau 17,621 4,40
Jambi 5,401 7,03
Sumatera Selatan 8,193 5,39
Bengkulu 4,536 6,04
Lampung 4,681 5,63
Bangka Belitung 8,711 4,86
Kepulauan Riau 24,711 6,30
DKI Jakarta 38,416 6,14
Jawa Barat 7,034 5,93
Jawa Tengah 5,215 5,59
DI Yogyakarta 5,597 4,59
Jawa Timur 8,170 6,16
Banten 7,665 8,56
Bali 7,237 6,53
Nusa Tenggara Barat 4,024 4,39
Nusa Tenggara Timur 2,527 5,04
Kalimantan Barat 6,472 5,31
Kalimantan Tengah 8,082 6,14
Kalimantan Selatan 7,941 5,74
Kalimantan Timur 32,959 3,47
Sulawesi Utara 6,390 7,57
Sulawesi Tengah 6,107 8,57
Sulawesi Selatan 5,740 7,15
Sulawesi Tenggara 4,818 7,89
Gorontalo 2,575 7,57
Sulawesi Barat 3,775 9,12
Maluku 2,739 5,94
Maluku Utara 2,753 6,32
Papua Barat 10,007 14,83
Papua 9,419 -0,13
Rata-rata 8,889 6,050
Sumber : BPS Indonesia, 2006 – 2011 (diolah)
Indonesia untuk lebih jelasnya dapat lihat dapat diketahui bahwa dari 33 Provinsi,
grafik pada Gambar 3 berikut: 12 di antaranya termasuk dalam kategori
daerah relatif tertinggal, karena rendahnya
Gambar 3 Pola dan Struktur pendapatan per kapita dan pertumbuhan
Perekonomian Provinsi di Indonesia PDRB perkapitanya yang berada di bawah
Menurut Tipologi Klassen rata-rata Indonesia.Pola dan struktur
2006 –2011 perekonomian provinsi di Indonesia 2006-
2011 dapat diklasifikasikan menjadi empat
Berdasarkan pengklasifikasian yang kategori yaitu:Pertama, Daerah cepat maju
menggunakan Tipologi Klassen maka dan tumbuh cepat, Kuadran I (high growth
190 Doni Mahardiki, Rokhedi Priyo Santoso, Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan Dan Per-
tumbuhan Ekonomi Antar Propinsi Di Indonesia 2006-2011

PAPUABARAT
15.00

10.00
SULBAR'
Banten
SULTENGGA
Pertumbuhan

Gorontalo Jambi SULSEL


MALUT KEPRI
Bali Tp DKI

NTT
KALSEL
5.00 Riau
BABEL
NTB DIY KALTIM

0.00 NAD'
PAPUA

0.000 10.000 20.000 30.000 40.000

PDRB_Perkapita

Sumber: Data sekunder BPS (diolah)

and high income). Propinsi ini meliputi Papua, Riau, dan Kalimantan Timur.
Provinsi Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Provinsi yang termasuk klasifikasi ini
dan Papua Barat. Provinsi yang termasuk merupakan provinsi yang mempunyai
daerah cepat maju dan cepat tumbuh pada potensi besar, milsalnya potensi minyak
umumnya merupakan provinsi yang sudah dan gasnya. Keempat, Daerah yang relatif
maju dari segi pembangunan maupun tertinggal, Kuadran IV (low growth and low
pertumbuhan yang cepat. Di samping income). Provinsi ini meliputi 12 Provinsi
itu provinsi yang termasuk klasifikasi ini yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
biasanya merupakan pusat perdagangan Bengkulu, Bangka Belitung, DI Yogyakarta,
dan industri.Kedua, Daerah yang maju Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
tetapi tertekan, Kuadran II (high income but Timur Kalimantan Barat, Kalimantan
low growth). Propinsi ini meliputi Provinsi Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Sulawesi Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Utara Sulawesi Tengah, dan Maluku.
Jambi, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku Meskipun PDRB perkapitanya tinggi,
Utara, Bali, Sumatra Utara, Sumatra Barat, namun pertumbuhan PDRB perkapita 12
Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat, Provinsi ini rendah. Provinsi yang termasuk
Jawa Tengah Banten, dan Sulawesi Selatan. klasifikasi ini merupakan provinsi yang
Provinsi yang termasuk klasifikasi ini yang dari segi pertumbuhan ekonomi maupun
merupakan provinsi yang relatif maju, pendapatan per kapitanya relatif lebih kecil
tetapi dalam beberapa tahun mengalami dibandingkan provinsi-provinsi lain di
pertumbuhan ekonomi yang relatif kecil. Indonesia.
Ketiga, Daerah yang berkembang Dua besaran indek ketimpangan
cepat, Kuadran III (high growth but low Williamson dan Theil pada tahun 2006
income). Provinsi ini meliputi Provinsi dan 2011 di atas kemudian diuji apakah
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213 191

terdistribusi normal atau tidak sebelum dapat diartikan bahwa menurut perhitungan
dilakukan Paired Sample T-Test. Adapun Indeks Williamsons, tingkat ketimpangan
hasil uji normalitas pada data Indeks pendapatan yang ada di Indonesia selama
Williamson dan Indeks Theil dapat dilihat periode penelitian tergolong tinggi atau
pada Tabel 6. relatif timpang. Berbeda dengan Indeks
Berdasarkan hasil uji normalitas Williamsons, dalam perhitungan Indeks
menggunakan metode uji Kolmogorov- Entropi Theil menunjukkan hasil bahwa
Smironov diperoleh nilai probabilitas dari tingkat ketimpangan pendapatan di
Indeks Williamsons tahun 2006 dan 2011 Indonesia selama periode penelitian relatif
stabil.
adalah sebesar 0.000<0.05 ( ) yang artinya
menolak H0 atau data tidak berdistribusi
SIMPULAN
normal. Adapun hasil uji normalitas pada
Indeks Entropi Theil tahun 2006 dan 2011
Berdasarkan hasil perhitungan Indeks
mempunyai nilai probabilitas 0.006 dan
Kesenjangan Williamson diketahui bahwa
0.001<0.05 yang artinya menolak H0 atau
rata-rata ketimpangan PDRB per kapita
data tidak berdistribusi normal. Dari hasil
antar provinsi di Indonesia selama periode
uji Kolmogorov-Smironov dapat ditarik
2006 – 2011 mencapai nilai 0,796. Secara
kesimpulan bahwa data Indeks Williamson
umum nilai Indeks Kesenjangan Williamson
tahun 2006 dan 2011 serta Indeks Entropi
Provinsi di Indonesia selama periode
Theil 2006 dan 2011 tidak berdistribusi
2006 – 2011 mengalami kecenderungan
normal. Oleh karena itu, sebelum data
meningkat. Kenaikan tingkat ketimpangan
tersebut di uji dengan Paired Sample T-Test,
juga secara statistik signifikan. Sementara
maka data di transformasikan kedalam
itu hasil perhitungan Indeks Kesenjangan
bentuk logaritma terlebih dahulu.
Theil didapatkan rata-rata nilai Indeks
Uji Paired Sample T-Test dilakukan
Kesenjangan Theil pada tahun 2006 – 2011
terhadap log Indeks Williamson dan Theil.
sebesar 0,3513. Secara umum nilai Indeks
Dengan menggunakan data yang sudah di
Kesenjangan Theil dari provinsi di Indonesia
log-kan terlebih dahulu maka didapatkan
selama periode 2006 – 2011 mengalami
hasil pada Tabel 7.
kecenderungan meningkat di akhir periode
Berdasarkan hasil olah data diperoleh
meskipun tidak terdapat perbedaan yang
bahwa tingkat ketimpangan antara tahun
signifikan pada pertumbuhan ketimpangan
2006 dan tahun 2011 menunjukkan adanya
pendapatan.
perubahan ketimpangan yang signifikan.
Berdasarkan Tipologi Klassen dilihat
Sementara itu menurut perhitungan Indeks
dari rata-rata pertumbuhan ekonomi
tidak terdapat perubahan ketimpangan
dan rata-rata pendapatan per kapita dari
pendapatan yang signifikan. Lebih lanjut

Tabel 6. Hasil Uji Kolmorogrov-Smironov Pada Indeks Ketimpangan 2006 dan 2011
Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Probabilitas Keterangan
Indeks Williamson 2006 2.071 0.000 distribusi tidak normal
Indeks Williamson 2001 2.616 0.000 distribusi tidak normal
Indeks Theil 2006 1.707 0.006 distribusi tidak normal
Indeks Theil 2011 1.921 0.001 distribusi tidak normal
Sumber: Hasil uji Kolmogorov-Smironov, 2013

Tabel 7. Hasil Paired Sample T-Test Indeks Ketimpangan 2006 dan 2011
Variabel t-statistik Probabilitas Keterangan
Indeks Williamson 4.375 0.000 Ada Perbedaan
Indeks Theil -0.396 0.696 Tidak Ada Perbedaan
Sumber: Hasil Olah Data Paired Sample t-Test, 2013.
192 Doni Mahardiki, Rokhedi Priyo Santoso, Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan Dan Per-
tumbuhan Ekonomi Antar Propinsi Di Indonesia 2006-2011
masing-masing Provinsi di Indonesia DAFTAR PUSTAKA
dapat diketahui bahwa terdapat 3 provinsi
yang masuk kedalam kategori daerah Arsyad, Lincolin. (2010). Ekonomi Pembangunan
(Edisi 5). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
cepat maju dan tumbuh cepat yaitu yaitu
Badan Pusat Statistik. (2007). Statistik Indonesia. Ja-
Provinsi Kepulauan Riau, DKI Jakarta, karta : BPS
dan Papu Barat. Daerah yang masuk Basri, Faisal., dan Haris Munandar. (2009). Lanskap
kedalam kategori daerah maju tapi tertekan Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan
sebanyak 15 Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Terhadap Masalah-masalah Struktural, Trans-
formasi Baru dan Prospek Perekonomian In-
Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Jambi, donesia. Jakarta: Kencana.
Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku Blartman, Christopher., Jason Hwang., and Jeffrey
Utara, Bali, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Gale Williamson. (2007) Winners and Losser
Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah in the Commodity Lottery the Impact of Trade
Growth and Volatility in the Periphery 1870-
Banten, dan Sulawesi Selatan. Kategori
1939. Journal of Development Economics 82
selanjutnya adalah daerah yang berkembang (2007) 156– 179
dengan cepat dengan jumlah provinsi yang Chambers, Dustin. (2007). Trading places: Does past
masuk kedalam kategori ini sebanyak 3 growth impact inequality?. Journal of Devel-
Provinsi yaitu Provinsi Papua, Riau, dan opment Economics. 82 (2007) 257– 266
Dellis, Arman., Roesmeli., dan Novita Sari. (n.d).
Kalimantan Timur. Jumlah Provinsi yang Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar
masuk kedalam kategori daerah yang relatif Wilayah di Indonesia Periode 1990-2008.
tertinggal adalah meliputi 12 Provinsi yaitu Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indone-
yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sia Vol. 4. website: http://www.scribd.com/
doc/81563119/Indonesia-Jurnal.
Bengkulu, Bangka Belitung, DI Yogyakarta,
Gemmell, Norman. (1992). Ilmu Ekonomi Pembangu-
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur nan, Beberapa Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gunther, Isabel .,and Michael Grimm. (2007). Mea-
Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara suring pro-poor growth when relative prices
Sulawesi Tengah, dan Maluku. shift, Journall of Development Economics 82
(2007) 245– 256
Dalam mengatasi permasalahan Juri, Mat. (2012). Analisis Konstribusi Pajak Daerah
lebarnya kesenjangan, paradigma kebijakan dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan
yang dibuat pemerintah harus mampu Asli Daerah (PAD) Kota Samarinda. Jurnal
menyeimbangkan antara percepatan Eksis, 8(1), 2020-2031.
Kuncoro, Mudrajad. (2001). Metode Kuantitatif: Teori
pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan
Dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan Ekonomi (Edi-
antar daerah. Salah satu kebijakan yang si 1). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
dapat ditempuh oleh Pemerintah Provinsi Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomika Pembangu-
di Indonesia adalah agar perencanaan nan: Teori, Masalah dan Kebijakan (Edisi 4).
pembangunan diprioritaskan pada daerah Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Nasution, Mah. (2011). Analisis Ketimpangan
yang relatif tertinggal untuk mengatasi Pendapatan Asli Daerah Antar Kabupaten/
kemiskinan, pengangguran, lapangan usaha Kota diProvinsi Sumatera Utara Tahun 2007-
yang sedikit dan masih banyak lagi. Untuk 2009 [Inequality of Local-Owned Revenue
meningkatkan kemapuan daerah yang of Municialities in North Sumatera].Unpub-
lished Undergraduate Thesis. Undergraduate
kurang berkembang, pemerintah provinsi di
Program. Yogyakarta: Universitas Islam Indo-
Indonesia dapat melakukan pemberdayaan nesia.
masyarakat dengan mengelola potensi Pujiati, Amin. (2009). Analisis Kawasan Andalan di
daerah yang ada. Dengan memberikan Jawa Tengah. Jurnal Aset, Vol. 11 No. 2, hala-
subsidi yang bersifat materi maupun non man 117-128
Sjafrizal, Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah dan
materi seperti mengirim tenaga ahli untuk Perkotaan. Jakarta: Rajawali Press.
memberikan penyuluhan, menjadikan Sultan, Sultan., dan Jamzani Sodik. (2010). Analisis
masyarakat dapat berkreasi mengelola Ketimpangan Pendapatan Regional di DIY-Ja-
potensi wilayah tanpa harus menunggu wa Tengah Serta Faktor-Faktor yang Mempen-
garuhi Periode (2000-2004). Buletin Ekonomi,
petunjuk Gubernur dan Bupati, termasuk di
8(1), 33-44
dalamnya adalah membangun infrastruktur Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
kabupaten dan kecamatan. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213 193

Pusat dan Pemerintah Daerah rnal Orbith Vol. 7 No. 1, halaman 1-5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Ta- Widodo, Tri. (2006). Perencanaan Pembangunan: Ap-
hun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, Ja- likasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yog-
karta. yakarta: UPP STIM YKPN.
Widiyati, Sri. (2011). Pengembangan Ekonomi Kabu-
paten Semarang Melalui Wilayah Andalan. Ju-

Potrebbero piacerti anche