Sei sulla pagina 1di 9

PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.

)
DI MEDIUM GAMBUT PADA BERBAGAI TINGKAT NAUNGAN DAN
DOSIS PUPUK NITROGEN

ARABICA COFFEE (Coffea arabica L.) SEEDLING GROWTH IN THE


PEAT MEDIUM AT VARIOUS LEVEL OF SHADING AND NITROGEN
FERTILIZATION

Anita1, Gunawan Tabrani2, Idwar2


Agrotechnology Departement, Agriculture Faculty, University of Riau
Adress: Bina Widya Campus, Pekanbaru
Anitarisam0@gmail.com/085364519844

ABSTRACT
The purpose of this research was to got of arabica coffee seedling growth better
which although it is planted on peat medium by shading and Nitrogen fertilizer.
This research was carried out at the experimental station, Faculty of Agriculture
Riau University on Bina Widya Campus, Simpang Baru Sub-districs, Tampan
Districs, Pekanbaru from October 2015 to Januari 2016. This research was done
experimentally utilized split plot design based on completely randomized design.
The main plot was shading. Which are: without shading, 25% shading, 50%
shading and 75% shading. Sub-plot was Nitrogen Fertilization, were: without
nitrogen, 9,8 g N/plant (200 kgN/ha) and 19,6 g N/plant (400 kgN/ha). Parameter
observed are seedling height, number of leafs, diameter of stalk, root volume, dry
weight seedling, leafs and root ratio, the leaf width. The results showed that
shading could increase number of leafs, seedling dry weight and the leaf width.
Nitrogen fertilizer on peat medium has showed negative effect on seedling
height, the number of leaf, diameter of stalk, root volume and seedling dry weight
of Arabica coffee seedling.

Keywords: arabica coffea seedling growth, peat medium, shading, nitrogen


fertilizer

PENDAHULUAN lapangan kerja dan sumber


pendapatan petani.
Perkebunan merupakan sektor Badan Pusat Statistik Provinsi
yang memegang andil besar baik dari Riau (2013), menyebutkan luas
segi ekonomi maupun sosial. Salah perkebunan kopi di Riau 4.863 ha,
satu komoditas perkebunan adalah yang tersebar di Kabupaten
kopi sebagai komoditas ekspor yang Pelalawan 1.289 ha, Indragiri Hilir
cukup penting bagi perekonomian 1.276 ha, Kepulauan Meranti 1.142
Indonesia dalam menyumbangkan ha, Bengkalis 399 ha, Indragiri Hulu
devisa negara. Selain itu peran 348 ha, Rokan Hulu 189 ha, Siak 140
industri komoditas kopi yang penting ha, Dumai 29 ha, Kuantan Singingi
lainnya adalah sebagai membuka 18 ha, Kampar 17 ha dan Rokan Hilir
16 ha, dengan produktivitas 0,51

1. Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau 1


2. Staff Pengajar Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Riau
JOM FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 2016
ton/ha. Menurut Najiati dan Danarti lebih baik di medium dengan
(1999) produktivitas kopi di pemberian naungan dan pupuk
Indonesia masih termasuk sedang. nitrogen
Pembibitan merupakan tahapan
yang sangat menentukan METODE PENELITIAN
produktivitas tanaman di lapangan, Penelitian dilaksanakan di
sehingga kegiatan pembibitan harus kebun percobaan Fakultas Pertanian
dikelola dengan baik. Pemilihan bibit Universitas Riau Kampus Binawidya
merupakan langkah awal dalam Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru
menentukan keberhasilan budidaya Kecamatan Tampan Pekanbaru, yang
kopi. Pembibitan membutuhkan dimulai dari bulan Oktober 2015
media tanam dengan sifat fisik, kimia sampai dengan Januari 2016.
dan biologi yang baik. Medium Penelitian dilakukan dalam bentuk
pembibitan yang sering digunakan percobaan dengan menggunakan
adalah lapisan top soil dengan Rancangan Petak Terpisah (Split
dicampur dengan pupuk organik Splot Design) 4 x 3 dengan pola
sehingga diperoleh media dengan dasar rancangan acak lengkap.
kesuburan yang baik (Nurhakim dan Faktor naungan sebagai petak utama
Rahayu, 2014). Oleh sebab itu terdiri dari tanpa naungan, naungan
alternatif yang dapat dilakukan 25%, naungan 50%, naungan 75%
adalah memanfaatkan lahan-lahan sedangkan dosis pupuk nitrogen
marginal seperti tanah gambut. sebagai anak petak terdiri dari 3 taraf
Bibit kopi yang berkualitas yaitu tanpa dosis pupuk nitrogen (0
tidak terlepas dari penggunaan kgN/ha), dosis 9,8 N/tanaman (200
naungan, karena bibit kopi tidak kgN/ha), dosis 19,6 N/tanaman (400
mampu beradaptasi pada intensitas kgN/ha).
cahaya tinggi. Tingkat naungan yang Data pengamatan dianalisis
tidak sesuai pada fase pembibitan dengan menggunakan program SAS
akan menghasilkan kualitas bibit versi 9.12. Data kemudian diuji
kopi yang rendah (BALITRI, 2012). lanjut dengan uji jarak berganda
Oleh karena itu produksi bibit yang Duncan pada taraf 5%. Parameter
berkualitas akan menjamin yang diamati yaitu tinggi bibit,
produktivitas kopi di kebun. jumlah daun, diameter batang,
Selain penggunaan naungan volume akar, berat kering bibit,
upaya yang dapat dilakukan untuk nisbah tajuk dan akar, luas daun
mendapatkan bibit kopi yang terluas.
berkualitas yaitu dengan pemberian
pupuk, agar ketersediaan hara yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dibutuhkan bibit terpenuhi. Tinggi bibit (cm)
Penggunaan pupuk anorganik yang
mengandung unsur nitrogen Hasil analisis ragam
diharapkan dapat berperan dalam menunjukkan bahwa tidak terjadi
meningkatkan pertumbuhan bibit interaksi antara naungan dan dosis
kopi, sehingga dapat dihasilkan bibit nitrogen terhadap tinggi bibit. Tinggi
yang pertumbuhannya berkualitas. bibit hanya dipengaruhi oleh dosis
Penelitian ini bertujuan untuk nitrogen. Hasil uji jarak berganda
mendapatkan pertumbuhan bibit kopi Duncan pada taraf 5% pengaruh
arabika (Coffea arabica L.) yang dosis nitrogen atas tinggi bibit dilihat
pada Tabel 1.

JOM Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 2


Tabel 1. Rerata tinggi bibit kopi berakibat dalam produksi ion-ion
arabika yang diberi hidrogen dan berpotensi
beberapa dosis nitrogen. meningkatkan kemasaman tanah.
Hasil penelitian Maihana dan
Tinggi bibit Pujianto (2014) menunjukan,
Dosis Nitrogen
(cm) pemberian 10 gN/tanaman
0 kgN/ha 27,08 a berpengaruh negatif pada peubah
200 kgN/ha 24,40 ab tinggi bibit kopi robusta
400 kgN/ha 22,52 b dibandingkan dengan dosis 5
Keterangan: Angka-angka pada kolom gN/tanaman. Selain itu Widodo dan
yang sama yang diikuti oleh huruf kecil
yang sama berbeda tidak nyata menurut
Sudradjat (1983) mengatakan, tinggi
uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf bibit coklat yang diberi nitrogen
5%. berbeda tidak nyata terhadap
perlakuan tanpa nitrogen (kontrol),
Tabel 1 menunjukkan bahwa tetapi menunjukkan pertumbuhan
bibit kopi di medium gambut yang vegetatif yang relatif tinggi. Anomali
dipupuk 400 kgN/ha terlihat lebih pengaruh nitrogen ini juga
rendah dibandingkan dengan bibit diperkirakan, karena jumlah daun
yang tidak dipupuk, tetapi tidak bibit yang berkurang (Tabel 2),
demikian terhadap bibit yang sehingga fotosintat bibit rendah.
dipupuk dengan 200 kgN/ha. Hal ini
diduga tanah gambut yang digunakan Jumlah daun (helai)
sudah sering dipakai, sehingga Hasil analisis ragam
kandungan unsur hara nitrogennya menunjukkan, tidak terjadi interaksi
sudah cukup tinggi. Hasil analisis antara naungan dengan dosis
gambut menunjukkan bahwa nitrogen untuk jumlah daun. Jumlah
kandungan N tanah gambut yang daun dipengaruhi oleh naungan atau
digunakan pada penelitian ini dosis nitrogen. Pengaruh naungan
termasuk kriteria sedang. Hal ini atau dosis nitrogen atas jumlah daun
menggambarkan, bahwa akibat ditunjukkan pada Tabel 2.
gambut yang digunakan sering pakai
maka menyebabkan N menjadi lebih Tabel 2. Rerata jumlah daun bibit
tinggi dari gambut alami, sehingga kopi arabika pada berbagai
penggunaan 400 kgN/ha berdampak tingkat naungan dan
negatif terhadap tinggi bibit kopi. beberapa dosis nitrogen
Penggunaan urea sebagai sumber Jumlah daun
Faktor
nitrogen menyebabkan peningkatan ( helai)
keasaman tanah, sehingga semakin Naungan
banyak ion H+ yang dibebaskan yang Tanpa Naungan 7,02 b
menyebabkan terjadinya peningkatan Naungan 25% 10,61 a
keasaman tanah yang pada akhirnya Naungan 50% 10,03 a
akan menekan pertumbuhan Naungan 75% 10,81 a
tanaman. Foth (1995) menyatakan Dosis Nitrogen
bahwa pupuk yang mengandung 0 kgN/ha 13,05 a
nitrogen dalam bentuk amonia atau 200 kgN/ha 9,38 b
dalam bentuk lainnya dapat berubah 400 kgN/ha 6,41 c
Keterangan:Angka-angka pada kolom yang
menjadi nitrat yang berakibat pada sama yang diikuti oleh huruf kecil yang
penurunan pH tanah. Nitrifikasi sama pada masing-masing faktor

JOM Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 3


menunjukkan berbeda tidak nyata menurut kopi yang dipupuk nitrogen 200
uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf kgN/ha dibandingkan dengan bibit
5%.
yang tidak dipupuk. Hal ini diduga,
Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan N (0,66%) gambut yang
naungan meningkatkan jumlah daun digunakan sudah cukup tinggi akibat
bibit kopi arabika. Sifat ini sudah sering digunakan, sehingga
dikarenakan tanaman kopi termasuk pemberian pupuk N diduga terjadi
golongan tanaman C3 yaitu tanaman keracunan atau ketidakseimbangan
yang tidak membutuhkan cahaya unsur hara pada tanah. Haryanto
penuh. Hal ini sesuai dengan Sanger dkk., (2008) menyatakan bahwa
(1998) yang mengatakan, tanaman pemberian pupuk terlalu banyak
C3 membutuhkan intensitas cahaya mengakibatkan larutan tanah menjadi
tidak penuh untuk dapat tumbuh pekat dan berakibat garam-garam
optimal. Tanaman kopi akan mineral tidak dapat diserap oleh akar
melakukan fotosintesis dengan baik tanaman dan menjadi penimbunan
apabila cahaya matahari diterima garam-garam atau ion-ion di
tidak lebih dari 60 % (Prawoto, permukaan akar sehingga
2007). Pengamatan visual menghambat serapan hara yang
menunjukkan bahwa bibit kopi pada sekaligus dapat menyebabkan
penelitian ini menggugurkan keracunan bagi tanaman. Terjadinya
daunnya, terutama pada bibit yang penurunan jumlah daun dengan
tidak diberi naungan. Hal ini meningkatnya dosis pemupukan N,
menggambarkan, bahwa bibit kopi mengkonfirmasi hasil penelitian
yang menerima cahaya matahari bahwa terjadi pengaruh negatif
intensitas tinggi akan menggugurkan peningkatan dosis pemupukan N
daun, karena terjadi peningkatan terhadap pertumbuhan bibit kopi.
asam absisat yang merangsang Diameter batang (mm)
terjadinya pengguguran daun. Oleh Hasil analisis ragam menunjuk-
karena itu bibit kopi yang menerima kan, tidak terjadi interaksi antara
cahaya matahari dengan intensitas naungan dengan dosis nitrogen untuk
rendah akan tetap bertambah jumlah diameter batang. Diameter batang
daunnya. Menurut Cruzz (1997), hanya dipengaruhi oleh dosis nitro-
intensitas cahaya tinggi gen. Pengaruh dosis nitrogen atas
menyebabkan proses transpirasi diameter batang dapat dilihat pada
meningkat, sehingga terjadi Tabel 3.
penurunan kandungan air dalam
jaringan bibit, sehingga memacu Tabel 3. Rerata diameter batang kopi
terbentuknya lapisan absisik pada arabika pada beberapa dosis
tangkai daun dan berakibat nitrogen.
rontoknya daun. Diameter
Selain itu Tabel 2 menunjuk- Dosis Nitrogen
batang (mm)
kan bahwa jumlah daun bibit kopi
0 kgN/ha 2,75 a
yang ditanam di medium gambut
200 kgN/ha 2,44 ab
yang dipupuk 400 kgN/ha terlihat
400 kgN/ha 2,04 b
lebih sedikit dibandingkan dengan Keterangan: Angka-angka pada kolom yang
bibit yang dipupuk nitrogen 200 sama yang diikuti oleh huruf kecil yang
kgN/ha dan bibit yang tidak dipupuk. sama berbeda tidak nyata menurut uji lanjut
Demikian juga jumlah daun bibit jarak berganda duncan pada taraf 5%.

JOM Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 4


Tabel ini menunjukkan, bahwa pupuk yang berlebihan pada bibit
diameter batang bibit yang dipupuk akan berpengaruh menekan
400 kgN/ha ukurannya lebih kecil pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai
dibandingkan dengan bibit yang pendapat Salisbury dan Ross (1997)
tidak dipupuk, tetapi tidak demikian yang melaporkan, bahwa tanaman
untuk bibit yang dipupuk 200 kgN/ yang mendapatkan terlalu banyak
ha. Hal ini menggambarkan bahwa nitrogen biasanya mempunyai daun
pupuk yang diberikan berpengaruh bewarna hijau yang pekat, dengan
negatif pada diameter. Menurut sistem perakaran yang kecil.
Salisbury dan Ross (1995) dosis
Berat Kering Bibit (g)
pupuk tidak akan memberikan Hasil analisis ragam
peningkatan yang terlalu bearti menunjukkan tidak terjadi interaksi
terhadap pertumbuhan dan antara naungan dengan dosis
perkembangan tanaman. nitrogen untuk berat kering bibit.
Volume akar (ml) Berat kering bibit dipengaruhi oleh
Hasil analisis ragam menun- naungan atau dosis nitrogen
jukkan bahwa tidak terjadi interaksi (Lampiran 3.5). Pengaruh naungan
antara naungan dengan dosis nitro- atau dosis nitrogen atas berat kering
gen untuk volume akar bibit kopi. bibit dapat dilihat pada Tabel 5.
Volume akar hanya dipengaruhi oleh Tabel 5 menunjukkan bahwa
dosis nitrogen. Pengaruh dosis naungan meningkatkan berat kering
nitrogen atas volume akar ditunjuk- bibit 49,31% sampai 69,10%.
kan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel Tabel 5. Rerata berat kering bibit
ini, pupuk 200 kgN/ha dan 400 kopi arabika pada berbagai
kgN/ha berpengaruh negatif pada tingkat naungan dan bebe-
volume akar bibit kopi di medium rapa dosis nitrogen
gambut.
Berat kering
Tabel 4. Rerata volume akar bibit Faktor
bibit (g)
kopi arabika pada
Naungan
beberapa dosis nitrogen
Tanpa Naungan 2,88 b
Dosis Nitrogen Volume akar Naungan 25% 4,86 a
(ml) Naungan 50% 4,30 a
0 kgN/ha 1,28 a Naungan 75% 4,87 a
200 kgN/ha 1,05 b Dosis Nitrogen
400 kgN/ha 0,95 b 0 kgN/ha 5,50 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang 200 kgN/ha 4,24 b
sama yang diikuti oleh huruf kecil yang 400 kgN/ha 2,95 c
sama berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Keterangan : Angka-angka pada kolom yang
jarak berganda duncan pada taraf 5%. sama yang diikuti oleh huruf kecil yang
sama pada masing-masing faktor
Hal ini terjadi diduga seperti menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
pandapat Syarif (1986), yang uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf
mengatakan, bahwa dosis pupuk N 5%.
yang tinggi akan mengakibatkan
jumlah akar yang sedikit, sehingga Hasil ini terjadi, karena cahaya
volume akarnya akan berkurang. optimal yang tertangkap pada proses
Lubis (2008) mengatakan, pemberian fotosintesis menunjukkan biomassa,
sedangkan biomassa dalam jaringan

JOM Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 5


tanaman mencerminkan berat kering. tanaman akibat penambahan faktor
Peningkatan berat kering tanaman pemu-pukan terjadi sampai
terjadi, menurut Harjadi (1991), pertumbuhan optimal dan apabila
apabila proses fotosintesis lebih dilakukan secara terus menerus
besar dari pada proses respirasi, sampai pada suatu titik yang bersifat
sehingga terjadi penumpukan bahan melebihi maka pertumbuhan
organik pada jaringan tumbuhan tanaman menjadi menurun, sehingga
dalam jumlah yang seimbang. pemberian pupuk yang terlalu
Prawoto (2007) mengatakan tanaman banyak dapat menghambat dan
C3 membutuhkan intensitas cahaya menggangu pertumbuhan tanaman.
tidak penuh untuk melakukan
fotosintesis dengan baik. Oleh karena Nisbah tajuk dan akar (g)
itu bibit yang tidak dinaungi Hasil analisis ragam menunjuk-
mendapatkan intensitas cahaya tinggi kan tidak terjadi interaksi antara
sehingga terjadi peningkatan suhu naungan dengan dosis nitrogen untuk
lingkungan dan respirasi tanaman nisbah tajuk dan akar. Nisbah tajuk
menjadi meningkat, akibatnya hasil dan akar juga tidak dipengaruhi oleh
fotosintesis bersih (biomassa) yang naungan atau dosis nitrogen. Nisbah
tersimpan dalam jaringan tanaman tajuk dan akar hasil penelitian ini
sedikit. Menurut Prawoto (2007) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6
temperatur yang tinggi dan intensitas menunjukkan bahwa nisbah tajuk
cahaya yang berlebihan akan dan akar bibit berisar 1,56 sampai
mengakibatkan O2 terlepas dari H2O 2,32. Tidak nyata beda nisbah tajuk
sehingga O2 lebih banyak dan akar antar perlakuan
dipermukaan daun dari pada CO2 dan menunjukkan, bahwa pertumbuhan
akan menyebabkan terjadinya dan perkembangan bibit tetap
fotorespirasi. proporsional meskipun kondisi
Tabel 5 juga menunjukkan, gangguan terjadi baik akibat
bahwa nitrogen yang diberikan tidak perbedaan jumlah intensitas cahaya
meningkatkan berat kering bibit kopi maupun dosis nitrogen. Cahaya
arabika. Hal ini diduga semakin matahari berperan dalam proses foto-
tinggi dosis nitrogen yang diberikan sintesis yang akan mempengaruhi
menyebabkan bibit semakin pertumbuhan dan perkembangan
keracunan. Berat kering erat tanaman. Fotosintesis tanaman C3
hubungannya dengan kandungan efektif pada jumlah cahaya rendah.
karbohidrat yang dibutuhkan Demikian juga fotosintesis tanaman
tanaman untuk meningkatkan yang kebutuhan nitrogen optimal.
pertumbuhan jaringan tanaman. Bibit tanaman C3 yang menerima
Semakin tinggi berat kering total intensitas cahaya tinggi dan kelebih-
menunjukkan semakin baik an nitrogen akan mengalami ganggu-
pertumbuhan bibitnya. Nogel clan an pertumbuhan dan perkembangan,
Fritz (1979) menyatakan bahwa akan tetapi perkembangan dan
pemberian nitrogen dalam jumlah pertumbuhan organ bagain tajuk dan
yang banyak menyebabkan akarnya tetap proporsional, meski-
kandungan karbohidrat sebagai hasil pun berat kering bibit dipengaruhi
fotosintesis di daun menurun. oleh naungan dan dosis nitrogen
Poerwowidodo (1992) menyatakan serta volume akar dipengaruhi oleh
bahwa peningkatan pertumbuhan dosis nitrogen.

JOM Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 6


Tabel 6. Rerata nisbah tajuk akar kopi arabika pada berbagai tingkat naungan dan
beberapa dosis nitrogen.
Dosis Nitrogen (kg/ha) Rerata
Naungan (%)
0 kgN/ha 200 kgN/ha 400 kgN/ha Naungan
Tanpa Naungan 1,64 1,71 1,77 1,71
Naungan 25 % 1,65 1,76 1,70 1,71
Naungan 50 % 1,66 1,94 2,32 1,97
Naungan 75 % 1,88 1,86 1,56 1,76
Rerata Dosis Nitrogen 1,71 1,82 1,84
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda
tidak nyata menurut uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%.

Luas Daun Terluas (cm2) Hasil penelitian ini juga


menunjukkan, bibit kopi arabika
Hasil analisis ragam yang tidak diberi naungan memiliki
menunjukkan tidak terjadi interaksi daun lebih tebal, berukuran kecil dan
antara naungan dengan dosis kaku. Hal ini sebagai bentuk adaptasi
nitrogen untuk luas daun. Luas daun bibit kopi pada kondisi lingkungan
hanya dipengaruhi oleh naungan dengan intensitas cahaya matahari
(Lampiran 3.7). Pengaruh naungan tinggi dalam mengurangi terjadinya
atas luas daun ditunjukkan pada transpirasi yang berlebihan. Daniel
Tabel 7. Tabel 7 memperlihatkan dkk. (1992) mengatakan, bahwa
naungan menyebabkan penambahan daun-daun pada tanaman tanpa
luas daun terluas bibit kopi. Menurut naungan umumnya lebih kecil, lebih
Lukitariati (1996), peningkatan luas tebal dan kaku.
daun dengan tingkat naungan tinggi
disebabkan oleh terjadinya Tabel 7. Rerata luas daun bibit kopi
akumulasi fotosintat, sehingga terjadi arabika pada beberapa
penambahan sel yang direfleksikan tingkat naungan
dengan bertambahnya ukuran luas
Luas daun
daun. Gardner dkk. (1985) juga Naungan
(cm2)
mengatakan bahwa berkurangnya
Tanpa Naungan 48.03 b
persentase penyinaran yang diterima
tanaman menyebabkan luas daun Naungan 25% 73.67 a
meningkat. Meskipun luas daun bibit Naungan 50% 69.01 a
kopi pada tingkat naungan 25%, Naungan 75% 81.60 a
Keterangan :Angka-angka pada kolom yang
50%, dan 75% bibit kopi berbeda
sama yang diikuti oleh huruf kecil yang
tidak nyata, akan tetapi daun bibit
sama berbeda tidak nyata menurut uji lanjut
kopi yang dinaungi 75% tampak
jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
lebih tipis, lebar dan lebih lunak. Hal
ini diperkirakan juga, karena secara KESIMPULAN DAN SARAN
tidak langsung naungan sangat Tidak terdapat interaksi antara
mempengaruhi kelembaban dan
tingkat naungan dengan dosis pupuk
kandungan air tanah, sehingga dapat
mempengaruhi perluasan daun N pada semua variabel pertumbuhan
maupun distribusi stomata pada bibit kopi di medium gambut.
permukaannya. Naungan yang dipasang

JOM Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 7


meningkatkan jumlah daun, berat Faizal. A. 1984. Pengaruh naungan,
kering, dan luas daun. Pemupukan mulsa dan pupuk terhadap
nitrogen pada medium gambut pertumbuhan lada (Piper
ningrum L.) var. bulok
berpengaruh negatif terhadap tinggi
belatung. Tesis Pasca
bibit, jumlah daun, diameter batang, Sarjana IPB. Bogor.
volume akar, dan berat kering bibit
Foth, HD 1995, Fundamentals of
kopi arabika. Tingkat naungan atau
soil science, Terjemahan
pupuk nitrogen yang dilakukan pada Purbayanti, ED, Lukiwati &
bibit kopi arabika tidak mengubah Trimulatsih, Gadjah Mada
nisbah tajuk akar. University Press, Yogyakarta
Saran Hardjadi. S. 1991. Pengantar
Agronomi. PT Gramedia,
Perlu dilakukan penelitian
Jakarta.
lanjutan penguji dosis pupuk N lebih
rendah dari 200 kgN/ha dan/atau Lukitariati, S., N.L.P. Indriani, A.
dengan dinaungi di atas 75%. Susiloadi, dan J.A.
Muhammad. 1996. Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA naungan dan konsentrasi
Badan Koordinasi Penanaman asam idol butirat terhadap
Modal. 2013. Luas pertumbuhan bibit batang
perkebunan kopi Indonesia. bawah manggis. J.
http://regionalinvestment.bkp Hortikultura 6 (3): 220-226.
m.go.id. Diakses April 2015 Maihana dan Purjiyanto. 2014.
Badan Pusat Statistik Riau. 2013. Respon pertumbuhan bibit
Riau Dalam Angka. kopi robusta (Coffea
Pekanbaru. canephora L.) terhadap
dosis pupuk N pada
Badan Pusat Statistik Riau. 2014. berbagai periode
Luas gambut di Riau tahun penggenangan. Jurnal ilmiah
2012. http://www.bps.co.id. AgrIBA No 2, Maret
Diakses April 2015. 2014:45-54.
Balai Penelitian Tanaman Industri Marsono dan Sigit, P. 2005. Pupuk
dan Penyengar ( BALITRI). Akar dan Aplikasi. Penebar
2012. Intensitas Cahaya Swadaya, Jakarta.
pada Pembibitan Kopi.
Sukabumi, Jawa Barat. Najiati, S dan Danarti. 2001.
http://balitri.litbang.deptan.go Budidaya kopi dan
.id. Diakses 6 Maret 2015 penanganan lepas panen
Swadaya. Jakarta.
Cruzz, P. 1997. Effect of Shade on
the Growth and Mineral Noggle, G.R. and G.J. Fritz. 1979.
Nutrition of C4 Parennial Introductory plant physio-
Grass Under Field logy prentice Hall of India,
Conditions. Plant and Soil New Delhi. 688p.
188:227-237. Nurhakim, Y, Iman dan Rahayu, S.
2014. Perkebunan Kopi

JOM Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 8


Skala Kecil Cepat Panen. Salisbury, Frank. B. Dan Ross, C.W.
Infra Pustaka. Depok. 1995. Fisiologi Tumbuhan
jilid 1. Alih bahasa Dr. P.R.
Nyakpa M.Y., A.M. Lubis,
Lukuan dan Ir. Sumaryo dan
M.A.Pulung, Amrah,
plant physiologi. Penerbit
A.Munawar, G.B. Hong dan
ITB. Bandung.
N. Hakim. 1988. Kesuburan
Syarif, S. 1986. Kesuburan Tanah
Tanah. Universitas Lampung
Press. Lampung. Dan Pemupukan Tanah
Pertanian. Pustaka Buana.
Poerwidodo. 1992. Telaah Kesu- Bandung.
buran Tanah. Angkasa. Wahyudi, I dan Hatta, M. 2009.
Bandung. Pemberian pupuk kompos
Prawoto, A 2007. Materi Kuliah dan urea terhadap
Fisiologi Tumbuhan. Puslit pertumbuhan bibit pinang
Koka Indonesia. Jember. (Areca catechu L.). Jurnal
floratek 4:1-17.

JOM Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 9

Potrebbero piacerti anche