Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial
Yuwono Prianto
(Lektor Kepala pada Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara Jakarta)
Abstract
The growth of the elderly population in Indonesia is greatly increasing. Maintain the survival of parents,
and prevent the occurrence of danger, risks, and violations of human rights of parents is important. The
issue discussed in this article is how the legal protection of the elderly who experienced psychological and
financial violence. The research method used is socio-legal research. The results show that legal protection
against the elderly has not been well implemented. Article 321 of the Civil Code provides for mutual
obligations between parents and children. Article 9 of the Law on the Elimination of Domestic Violence
regulates the scope of households and the prohibition of neglecting a person within the scope of the
household. Article 8 of Law Number 13 Year 1998 on Elderly Welfare affirms that government, community
and family are responsible for the improvement of elderly welfare. Implementation of Article 46 regarding
the responsibility of the child to the elderly parent has not been effective. This can be seen of how many
people who do not know the existence and content of the relevant provisions, many people neglecting their
obligation ignoring their elderly parents. Legal protection of the elderly, which covers the recognition of
the rights of the elderly, the protection of their interests and intentions, is not written in detail because the
various provisions of how the Law are summarized. Sociologically, these provisions often escape the
attention of the public, although the rules of non-law provide a special affirmation that supports the rule of
law.
subjek hukum serta hal-hal yang yang menunjuk pada berbagai bentuk
13
menjadi objek yang dilindungi. pelayanan, ketetapan atau program yang
Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan dikembangkan oleh pemerintah untuk
terhadap kepentingan-kepentingan melindungi warganya, terutama
tertentu hanya dapat dilakukan dengan kelompok rentan dan kurang beruntung,
cara membatasi kepentingan di lain dari berbagai macam risiko ekonomi,
pihak.14 Berkenaan dengan itu, hukum sosial dan politik yang akan senantiasa
dibutuhkan untuk mereka yang lemah menerpa kehidupan.16
dan belum kuat secara sosial, ekonomi, Perlindungan sosial lanjut usia dapat
politik untuk memperoleh keadilan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok
sosial.15 yaitu perlindungan keuangan,
Perlindungan sosial dalam arti luas perlindungan non-keuangan, dan active
17
mencakup seluruh tindakan, baik yang aging. Masing-masing dari
dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta, pengklasifikasian terdapat jenis layanan
maupun masyarakat, guna melindungi yang berbeda-beda. Pemerintah telah
dan memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan program-program untuk
terutama kelompok miskin dan rentan mengembangkan potensi yang dimiliki
dalam menghadapi kehidupan yang masing-masing lanjut usia.
penuh dengan risiko serta meningkatkan Program yang diperlukan untuk
status sosial dan hak kelompok merjinal menghadapi masa lanjut usia agar lebih
di setiap negara. Perlindungan sosial baik, salah satu bentuk jaminan sosial
merupakan elemen penting strategi berupa program jaminan kesehatan.
kebijakan publik dalam memerangi Pada tahun 2014, Jaminan Kesehatan
kemiskinan dan mengurangi penderitaan Nasional dikelola dengan skema
multi dimensi yang dialami asuransi sosial oleh Badan
kelompok-kelompok lemah dan kurang Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
beruntung, maka perlindungan sosial
merupakan satu tipe kebijakan sosial 16
Aldilla Dharma Wijaya, “Perlindungan
Hukum Bagi Lansia Terlantar Dalam
Memperoleh Pelayanan Publik”, Jurnal Hukum,
13
Ibid., 262. (Februari 2013): 4, diakses tanggal 16 Oktober
14
Satjipto Raharjo, Loc.Cit, 53. 2017,
15
Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju http:/hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/h
Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, ukum/article/view/247.
17
1991), 55. Ibid., 18.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 298
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial
miskin dan hidup sendiri. Terdapat 6616 merupakan sarana yang digunakan untuk
lansia yang ada di pusaka, mereka ada menyebarkan informasikan lansia yang
lansia yang terlantar dan miskin. Para masuk ke panti.
lansia di pusaka dibantu untuk Ketua PUSAKA 10 Kecamatan
memenuhi kebutuhan hidupnya dari Menteng, Anita Murni, latar belakang
pusaka itu sendiri. Data lanjut usia di berdirinya PUSAKA di mulai dari rasa
DKI Jakarta tahun 2011 terdapat sekitar empati beberapa pengurus. Berawal
170.320 jiwa lansia yang terlantar. Data mula dari perkumpulan arisan di
menurut BPS ada 170.000 jiwa lansia di Gondangdia, yang melihat nenek-nenek
Jakarta Pusat. Peningkatan jumlah lanjut di pinggir jalanan ibu kota untuk
usia disebabkan karena angka harapan mencari dan mengais-ngais makanan.
hidup di DKI Jakarta cukup tinggi. Terlintaslah perbincangan untuk
Hasil penjangkauan para lansia memelihara nenek-nenek yang berada di
dijangkau oleh P3S (Petugas Pelayanan pinggir jalanan ibu kota. Kebetulan
Penjangkauan Sosial). Sebelum masuk salah satu pengurus arisan memiliki
panti, dilakukan identifikasi dan restoran, dimulai dari dua sampai tiga
assessment. Seandainya lansia ingat orang lansia diberikan rantang berisikan
alamatnya, petugas akan melakukan makanan. Restoran tersebut bertambah
pengecekan ulang untuk memastikan besar, rezekinya bagus. Pada akhirnya,
tempat tinggalnya. Jika mereka lupa pertemuan berikutnya diusulkan untuk
alamt tempat tinggalnya, pemberitahuan membuat suatu organisasi PUSAKA 10.
akan dilakukan melalui media yaitu Kata “PUSAKA” yang memiliki
radio perwilayah. Apabila dalam kepanjangan dari Pusat Santunan
beberapa bulan tidak ada dijemput oleh Keluarga yang menangani lanjut usia.
keluarganya, mereka akan menjadi Asal usul pemilihan kata “PUSAKA”
warga panti. Ada juga yang karena orang tua diibaratkan lanjut usia
bertahun-tahun baru bisa bertemu yang harus mendapat penjagaan dan
keluarganya. Ada juga yang berdomisili perawatan.25
di luar kota, itulah yang menjadi Semakin berkembangnya PUSAKA
hambatan dalam pencarian identitas
25
keluarga. Televisi, poskota, dan radio Peneliti, Wawancara, dengan Ibu Anita Murni,
Ketua PUSAKA 10 (Pusat Santunan Keluarga),
(Jakarta: Menteng, 31 Juli 2017).
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 304
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial
26 27
Ibid. Ibid.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 305
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial
Penelantaran lanjut usia sangat tidak mengetahui bunyi dan isi dari Pasal 46
boleh dilakukan seorang anak, lebih baik tersebut. Masyarakat hanya mengetahui
lansia hidup dengan keluarganya. tanggung jawab anak terhadap orang tua
Penelantaran secara tidak langsung melalui ajaran agama yang dianutnya,
dapat dikatakan tindakan kekerasan. bukan dari hukum.29
Kata terlantar artinya luas yaitu Peran masyarakat dengan adanya
dibiarkan dan tidak diperhatikan. Bentuk panti jompo sudah baik namun belum
perhatian pun memiliki beragam terbilang tinggi. Bentuk realisasi dari
pengertian. Misalnya, anak memberikan masyarakat dengan ikut serta
pembantu untuk mengurus lansia, secara menyumbang saja namun belum ada
tidak langsung seorang anak peran yang lainnya. Peran pemerintah di
membiarkan dan lepas tangan untuk sudah cukup tinggi perhatiannya, hanya
memperhatikan orang tuanya, jika orang disayangkan penjangkauannya belum
tua mendapat perlakuan tidak baik dari merata dan bentuk realisasinya belum
pembantunya, anak tidak akan terlalu terlihat. Pemerintah harus
mengetahui seberapa buruk perlakuan meningkatkan pengawasan diberbagai
pembantunya terhadap orang tuanya. 28 lapisan agar tidak ada oknum-oknum
Tanggung jawab anak terhadap orang yang mengatasnamakan panti jompo
tua sangat penting dan harus dijunjung sebagai lahan mencari keuntungan yang
tinggi oleh anak. Setiap ajaran agama akan merugikan para lansia. Lansia
mengajarkan bahwa harus menghormati harus diberikan motivasi agar tetap
orang tuanya masing-masing. menjadi lansia yang potensial di hari
Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1 tuanya. Tua bukan berarti hanya lemas,
Tahun 1974 tentang Perkawinan terkait tidur, dan dirawat. Tua itu harus
tanggung jawab anak terhadap orang tua bermanfaat dan berkualitas.30
yang sudah uzur di Kota Administrasi Penelantaran adalah bentuk lain dari
Jakarta Pusat masih dikategorikan jauh kekerasan karena penelantaran itu
dari kata efektif karena negara kurang merupakan sebuah kegagalan. Jika
mensosialisasikan mengenai Pasal 46. penelantaran terjadi di latar belakang
Masih banyak masyarakat yang tidak keluarga yang mampu, penelantaran itu
29
Ibid.
28 30
Ibid. Ibid.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 306
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial
32 33
Soerjono Soekanto, Penegakkan Hukum, Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab (Jakarta:
(Bandung: Bina Cipta, 1983), 80. Sinar Grafika, 2002), 35.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 308
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial
ketentuan-ketentuan itu kerap luput dari dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai
perhatian masyarakat, walau Sekolah Menengah Atas (SMA).
kaidah-kaidah non-hukum memberikan
penegasan khusus yang mendukung DAFTAR PUSTAKA
kaidah hukum.
Buku
B. Saran C. George Boere. General Psychology:
Penegakan hukum terhadap Psikologi Kepribadian, Persepsi,
pelanggaran Pasal 46 Undang-Undang Kognisi, Emosi dan Perilaku.
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Jogjakarta: Prismashopie, 2008.
Perkawinan terkait tanggung jawab anak Hartono, Sunaryati. Politik Hukum
terhadap orang tua perlu segera Menuju Satu Sistem Hukum
dilaksanakan, sehingga dapat merubah Nasional. Bandung: Alumni,
kesan publik yang memandang hanya 1991.
sebatas aturan yang dalam aplikasinya Kementerian Kesehatan Republik
sering tidak sesuai dan sering diabaikan. Indonesia. “Situasi dan Analisis
Perlu segera dilakukan amandemen pada Lanjut Usia”. Jakarta: Pusat Data
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Informasi Kementerian
tentang Perkawinan, diharapkan pada Kesehatan Republik Indonesia,
Pasal 46 lebih dijelaskan mengenai 2014.
substansi dan ada batasan usia yang Kementerian Perencanaan Pembangunan
dikategorikan orang tua. Nasional. “Strategi Nasional
Sudah seharusnya pemerintah Kelanjutusiaan 2015-2025”.
menjalin kerjasama dengan masyarakat Jakarta: Badan Perencanaan
dan tokoh-tokoh agama, bersama-sama Pembangunan Nasional Republik
mendorong dan menfasilitasi Indonesia, 2016.
terwujudnya tanggung jawab anak Kementerian Sosial Republik Indonesia.
terhadap orang tua. Nilai-nilai tanggung “Pedoman Asistensi Sosial Lanjut
jawab anak terhadap orang tua dapat Usia Terlantar (ASLUT)”. Jakarta:
ditanamkan pada anak-anak dengan Direktorat Rehabilitasi Sosial
penambahan pada Kurikulum Nasional Lanjut Usia, 2016.