Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Jl. Raya Jatinangor Km 21, Jatinangor, Sumedang 40600, West Java, Indonesia.
suzyanna18@gmail.com
ABSTRACT
Geopark CiIetuh is one of the tourism potential of West Java which will be developed into international class (global
Geopark). Unfortunately until now one of the important variables that support the goal of becoming Global Geopark, the
infrastructure both road and other support is still far from expectations. The purpose of this study are to analyze existing
social perceptions of the community towards the development of Ciletuh as Geopark Area and to analyze the sustainability
of development of Ciletuh as Geopark Area based on available supporting infrastructure. The method used is perception
analysis and Rapid Appraisal (RAP) for the Geopark Ciletuh-Palabuhanratu Feasibility Model (RAP-Geopark). The results
of perceptual studies on the condition of infrastructure for local and foreign tourists show 61% to 100% dissatisfaction,
where they state that road infrastructure is so bad that it takes a longer time to reach the location, local transport facilities
are minimal (so most tourists must use private vehicles), lack of street lighting, and lack of supporting infrastructure such
as places of worship, public toilets and lodging at Geopark locations. The analysis results also indicate the low sustainability
value of Geopark infrastructure that is below 50%. The study recommends the development of sustainable and green
infrastructure both roads and other facilities for the sustainability of the development of global Geopark Ciletuh.
ABSTRAK
Geopark CiIetuh adalah salah satu potensi wisata Jawa Barat yang akan dikembangkan menjadi berkelas internasional
(global Geopark). Sayangnya sampai sekarang salah satu variable penting yang menunjang tujuan menjadi Global
Geopark yaitu infrastruktur baik jalan maupun penunjang lainnya masih dirasakan jauh dari selayaknya. penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis persepsi sosial masyarakat yang ada terhadap pengembangan Ciletuh sebagai Kawasan
Geopark dan keberlanjutan pengembangan Ciletuh sebagai Kawasan Geopark berdasarkan infrastruktur penunjang yang
tersedia. Metoda yang digunakan adalah analisis persepsi dan Rapid Appraisal (RAP) untuk Model Kelayakan Geopark
Ciletuh-Palabuhanratu (RAP-Geopark). Hasil studi persepsi terhadap kondisi infrastruktur pada turis lokal dan turis asing
menunjukkan ketidak puasan sebesar 61% sampai 100%, dimana mereka menyatakan bahwa infrastruktur jalan masih
buruk, sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai lokasi, fasilitas transportasi lokal yang sangat minim
(kebanyakan harus menggunakan kendaraan pribadi), kurang penerangan jalan, dan kurangnya iinfrastruktur
penunjang lainnya seperti toilet umum, penginapan, internet, dan air bersih di lokasi Geopark. Hasil analisis juga
menunjukkan nilai keberlanjutan yang rendah dari infrastruktur Geopark yaitu di bawah 50%. Penelitian
merekomendasikan pengembangan infrastruktur baik jalan maupun fasilitas lainnya untuk keberlanjutan pengembangan
Geopark Ciletuh secara Global.
64
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
65
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
66
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
(Azman et al., 2010, Fauzi dan Misni, 2016). kelangkaan atau keindahan; termasuk sejarah
Menurut Dowling (2011) bahwa program geologis atau proses-prosesnya; 2) Adanya
Geopark memiliki sudut pandang yang manajemen dan Pelibatan Masyarakat Lokal,
bermanfaat untuk pelestarian keanekaragaman termasuk adanya institusi, ciri menyangkut
geologi (geo-diversity), wisata geologi (geo- branding atau labelling yang khas, publikasi dan
tourism) dan sarana pendidikan geologi (geo- aktivitas, dan kegiatan pariwisata yang
educational). berkelanjutan; 3) Adanya pengembangan
Konteks keberlanjutan dalam ekonomi yang berkelanjutan; 4) Manfaat
pengembangan Geopark mengacu pada konsep pendidikan, dalam bentuk komunikasi
keseimbangan pengembangan berbasiskan pada pengetahuan geosains/geologi, museum, dan lain-
dimensi sosial, ekonomi, lingkungan (ekologi), lain; 5) Fungsi Perlindungan dan konservasi
geologi, institusi dan infrastruktur atau teknologi. Berdasarkan UNESCO (2014) tentang
Pengembangan Geopark yang berkelanjutan Guidelines and Criteria for National Geopark
mengisyaratkan pemanfaatan jasa lingkungan bahwa keberadaan Geopark bertujuan untuk
Geopark yang senantiasa melindungi sumber daya membawa keberlanjutan dan manfaat ekonomi
geologi dan ekosistem biologi lainnya (ekologi) yang nyata bagi penduduk setempat, biasanya
serta lingkungan, namun memberikan manfaat melalui pengembangan pariwisata berkelanjutan
secara ekonomi dan sosial untuk masyarakat dan kegiatan ekonomi dan budaya lainnya.
lokal. Geopark merupakan bagian dari Geopark Global
Program Geopark merupakan program Network (UNESCO, 2014) yang tujuannya untuk
pelestarian untuk keragaman geologi (geo- pelestarian warisan geologi, pendidikan,
diversity) dan pendidikan geologi untuk pembangunan sosial ekonomi budaya,
masyarakat (geo-education) melalui wisata situs menstimulasi penelitian dan pengembangan
geologi (Koh et al., 2014). Selanjutnya, pendapat jaringan Geopark global.
Wang et al., (2015) bahwa fokus dari Geopark
adalah warisan geologi (geo-heritage), geologi dan 2. Konsep Keberlanjutan Geopark dan
bentang alam, yang merupakan bagian dari Kaitannya dengan Pengembangan
konsep terpadu untuk perlindungan, pendidikan Infrastruktur
dan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan Geopark untuk kepentingan
Selanjutnya, menurut UNESCO (2004) geo pariwisata yang berskala global tentunya
secara tegas dinyatakan yang telah disebutkan harus mengikuti pola keberlanjutan standar,
pada pada bab 1 (satu), aline 1 (satu) diatas, sebagaimana diarahkan pada kongres ke 30
bahwa kelayakan Geopark dinilai dari 3 (tiga) geologi internasional di Beijing tahun 1966 (Eder
unsur, yaitu keragaman geologi (geo-diversity), and Patzak, 2004; Wang, 2015), dimana
keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman disebutkan bahwa Geopark selain bertujuan
budaya (cultural-diversity) yang memiliki tujuan untuk perlindungan dan pelestarian kekayaan
untuk pembangunan serta pengembangan geologi, juga ditujukan untuk keberlanjutan
ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas ekonomi dan sosial masyarakat sekitarnya.
perlindungan (konservasi) terhadap ketiga Sebuah area Geopark, seunik atau seindah
keragaman tersebut. Ketiga unsur ini harus apapun, jika ingin masuk dalam kategori Global
dimiliki di dalam Geopark sebagai syarat di dalam Geopark harus memiliki perencanaan
pengembangannya. Konsep asas Geopark pembangunan berkelanjutan. Demikian juga
menurut UNESCO adalah pembangunan ekonomi halnya dengan pengembangan pariwisata
secara mapan melalui warisan geologi . Geopark, haruslah dilakukan melalui konsep
GGN (Global Geopark Network) UNESCO pariwisata berkelanjutan Dengan demikian pola-
pada tahun 2007 didalamnya terdapat kriteria- pola keberlanjutan haruslah memenuhi multi
kriteria dan pedoman Geopark yang diterbitkan. dimensi sosial, ekonomi, lingkungan, geologi,
Terdapat 5 (lima) kriteria yang harus dipenuhi institusi, dan yang tidak kalah penting adalah
agar suatu Geopark dapat berlangsung mencapai infrastruktur penunjang.
tujuannya, yaitu: 1) menyangkut ukuran dan Pengembangan infrastruktur yang
kondisi, dimana Geopark harus mempunyai batas berkelalanjutan tentunya harus mengikuti pola-
yang jelas dengan wilayah yang cukup luas yang pola praktek terbaik (Best Practices) menyangkut
dapat melayani pengembangan budaya dan juga keberlanjutan lingkungan. Pengembangan
ekonomi lokal, serta yang penting mengandung green building dan green transportation misalnya
situs-situs warisan geologis yang penting secara menjadi keniscayaan pada era sekarang ini.
internasional, atau kumpulan kesatuan geologis Pembangunan transportasi umum dalam bentuk
yang mempunyai kepentingan saintifik, kereta api/Mass Rapid Transportation (MRT)
67
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
yang memadai misalnya akan menghindari rapid appraisal terbaru untuk mengevaluasi
penggunaan kendaraan pribadi yang akan sangat comparative sustainability dari aspek sosial dan
tidak efisien dalam penggunaan energi dan ifrastruktur berdasarkan sejumlah atribut yang
cenderung tinggi karbon. Demikian juga mudah untuk diskoring. RAPFISH ini pada
pembangunan infrastruktur penunjang lainnya awalnya dikembangkan untuk menganalisis
menuju dan di lokasi Geopark seperti keberlanjutan sumberdaya alam. Dalam
pembangunan jalan yang baik, jalur sepeda, penelitian ini aplikasi RAP+MDS dikembangkan
pembangunan tempat penginapan, tempat untuk aspek sosial dan infrastruktur, sehingga
beribadah yang berwawasan lingkungan, disebut sebagai RAP-GEOPARK dalam
infrastruktur penyediaan air, koneksi teknologi mengevaluasi keberlanjutan pembangunan
informasi, dan lain-lain, akan mendorong Geopark di wilayah penelitian.
pengembangan Geopark yang berkelanjutan. Adapun tahapan-tahapan di dalam
Pembangunan berkelanjutan Geopark juga sangat penelitian ini untuk menganalisis Rap-Geopark
terkait dengan pemberdayan masyarakat lokal, dilakukan melalui beberapa tahapan yakni (Fauzi
dan menghargai budaya lokal dengan misalnya dan Anna, 2005) :
membangun infrastruktur budaya, dalam bentuk 1. Analisis terhadap data sumberdaya geologi
museum, balai budaya, dan lain-lain. melalui data statistik dan studi literatur
Dalam riset ini, pembangunan geo park dan pengamatan di lapangan.
yang berkelanjutan dalam perspektif 2. Melakukan skoring dengan mengacu pada
infrastruktur menjadi sangat bermakna, dimana literatur .
keberlanjutannya dalam kondisi bisnis as ussual 3. Melakukan analisis MDS dengan software
(BAU) dianalisis pada perspektif multi dimensi. SPSS untuk menentukan ordinasi dan nilai
Analisis ini sangat penting sebagai masukan stress melalui ALSCAL Algoritma.
pengambil kebijakan, untuk mengakomodasikan 4. Melakukan “rotasi” untuk menentukan
kepentingan penunjang pembangunan Geopark posisi sumberdaya geologi pada ordinasi
yang berskala global. bad dan good dengan Excell dan Visual
Basic.
5. Melakukan sensitivity analysis (leverage
METODE PENELITIAN analysis) dan Monte Carlo analysis untuk
memperhitungkan aspek ketidak-pastia.
Untuk menjawab tujuan satu penelitian ini,
pendekatan yang digunakan adalah metode b. Studi Literatur dan Pengamatan Di
survey melalui interview dengan bantuan Lapangan.
kuesioner terhadap masyarakat baik masyarakat
setempat, maupun turis lokal dan asing, untuk Data di dalam penelitian ini mencakup data 5
menanyakan persepsi mereka mengenai kondisi dimensi yang terdiri dari ekologi, ekonomi, sosial
infrastruktur di dan menuju kawasan Geopark. institusi, dan infrastruktur/teknologi. Penentuan
Sementara metode yang digunakan untuk atribut pada masing-masing dimensi ekologi,
menjawab tujuan dua adalah sebagai berikut: ekonomi, sosial budaya, teknologi dan serta
kelembagaan mengacu pada indikator dari
a. Metoda Rapid Appraisal (RAP) untuk Rapfish (Kavanagh, 2001), Tesfamichael dan
Model Kelayakan Geopark Ciletuh- Pitcher (2006), Fauzi dan Anna (2002) yang
Palabuhanratu (RAP-Geopark) dimodifikasi.
Data-data tersebut yang dikumpulkan
Analisis keberlanjutan sosial dan berupa data primer dan data sekunder baik yang
infrastruktur bertujuan untuk memahami kondisi berupa data kuantitatif maupun data kualitatif.
dan status keberlanjutan sumberdaya sosial dan Data primer dilakukan dengan menggunakan
infrastruktur yang dapat digunakan untuk metode observasi dan pengukuran langsung
landasan pengelolaan ke depan. dilapangan kepada masyarakat dan pengunjung di
Dalam penelitian ini untuk memahami sosial dan kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu dengan
infrastruktur di lokasi penelitian akan cara wawancara terstruktur dengan bantuan
menggunakan pendekatan sederhana yang dapat kuesioner.
digunakan untuk evaluasi status keberlanjutan Selanjutnya, pengumpulan data sekunder
yang merupakan pengembangan dari metode diperoleh dengan cara mengumpulkan seluruh
RAP+MDS. Anna (2003) menyatakan bahwa informasi yang berkaitan dari beberapa instansi.
RAP+MDS yang sebelumnya dikembangkan dari Analisis RAP-Geopark dilakukan pada 8
RAPFISH adalah suatu teknik multi-diciplinary kecamatan dimana lokasi Geopark ini berada
68
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
Dimensi Atribut
Geologi Sumberdaya Air (Air Hujan, Air Sungai, Air Tanah)
Kebencanaan Geologi (Gerakan Tanah, Gempa Bumi, Tsunami)
Konservasi Lingkungan
Sosial Keragaman Budaya
Demografi Masyarakat (Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Klasifikasi
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Klasifikasi Penduduk Berdasarkan
Kelompok Umur)
Pendidikan Masyarakat
Jenis Pekerjaan Masyarakat
Persepsi Masyarakat
Institusi Peraturan Perundang-Undangan
Tata Ruang Wilayah (RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, Kondisi Eksisting
Pemanfaatan Lahan, Kawasan Karst, Wilayah Usaha Pertambangan)
Pendapatan Penduduk
Infrastruktur/teknologi Infrastruktur Penunjang (Status, Fungsi dan Kondisi Jalan, dan infrastruktur
penunjang lainnya)
69
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
70
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
Puas Puas
Persepsi Turis Lokal Terhadap Infrastruktur Hotel Persepsi Turis Asing Terhadap Infrastruktur Hotel
Geopark Ciletuh Geopark Ciletuh
Puas Puas
Persepsi Turis Lokal Terhadap Infrastruktur Koneksi Internet Persepsi Turis Asing Terhadap Infrastruktur Koneksi Internet
Geopark Ciletuh Geopark Ciletuh
Puas Puas
Persepsi Turis Lokal Terhadap Infrastruktur Air Bersih Persepsi Turis Asing Terhadap Infrastruktur Air Bersih
Geopark Ciletuh Geopark Ciletuh
Puas Puas
71
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
Tabel 2. Hasil Analisis MDS, Analisis Monte Carlo dan Status keberlanjutan untuk 8 kecamatan di kawasan
Pengembangan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu
Dimensi Nilai Rata- Nilai Rata-rata Perbedaan Stress R2 Kategori Indeks Keberlanjutan
rata MDS Monte Carlo
Geologi 60,26 60,25 0,53 0,182 0,930 “Cukup” cukup berkelanjutan
Ekologi 73,24 72,30 0,9 0,222 0,937 “Cukup”cukup berkelanjutan
Ekonomi 59,95 59,22 0,72 0,303 0,798 “Cukup”cukup berkelanjutan
Sosial 46,82 47,24 0,42 0,175 0,895 “Kurang”
tidak berkelanjutan
Institusi 41,61 42,41 0,80 0,187 0,932 “Kurang”
tidak berkelanjutan
Infrastruktur 43,65 44,14 0,49 0,210 0,905 “Kurang”
/Teknologi tidak berkelanjutan
Keterangan: Kategori Indeks Keberlanjutan: 0-25%=Buruk; 26-50 Kurang; 51-75=Cukup; 76-100=Baik
Sumber : hasil penelitian, 2018
Gambar 2. Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Institusi di Delapan Kecamatan
Sumber : hasil penelitian, 2018
72
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
Gambar 3. Analisis Leverage untuk Dimensi Infrastuktur pada Pengembangan Geopark Ciletuh-Palabuharatu
Sumber : hasil penelitian, 2018
73
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
Tabel 3. Atribut yang sensitif yang mempengarui indeks keberlanjutan Pengembangan Geopark
Nilai
No Dimensi Atribut yang sensitive
RMS
1 Geologi 1. Kebencanaan geologi : Gempa bumi 6,63
2. Kebencanaan geologi : Erosi 5,09
3. Kebencanaan geologi : Banjir 4,37
2 Ekologi 1. kualitas dan kuantitas air 7,71
2. Proximasi Geografis terhadap sumber air 6,36
3 Ekonomi 1. Pendapatan 7,43
2. WTP (Willingness to Pay) masyarakat terhadap 5,98
pengembangan kawasan Geopark
4 Sosial 1. Tingkat/ laju kejahatan dan 10,63
2. Peran CSR dalam pengelolaan sumber daya alam dan 9,46
capacity building masyarakat.
5 Institusi 1. Perencanaan Pengelolaan kawasan 5,97
2. Bantuan dari pemerintah untuk konservasi kawasan 5,79
3. Alokasi dana untuk konservasi kawasam 4,65
6 Infrastruktur 1. Infrastruktur jalan kecamatan/desa 4,78
/Teknologi 2. Koneksi internet 4,62
3. Infrastruktur jalan kabupaten 4,36
Keterangan: 0-2,56: Buruk; 2,57-5,12=kurang; 5.13-7,67=cukup; 7,68-10,63=Baik
Sumber : hasil penelitian, 2018
74
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
delapan kecamatan berkisar anatara 39,07 %- koneksi internet, (3) infrastruktur jalan
51,48 % dengan rata-rata sebesar 43,65 %. Hal ini kabupaten. Ketiga antribut sensitif tersebut
menunjukkan bahwa status keberlanjutan untuk menjadi penentu dalam yang menentukan
dimensi infrastruktur dan teknologi dikategorikan keberlanjutan pengembangan geo park Ciletuh-
“Buruk” tidak berkelanjutan. Palabuhanratu ke depannya.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas
terdapat tiga atribut yang sangat sensitif terhadap Saran
indeks keberlanjutan infrastruktur dan teknologi Dalam hal pengembangan berkelanjutan
yaitu: (1) infrastruktur jalan desa/kecamatan, (2) Geopark Ciletuh– Palabuhanratu, Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah tidak dapat koneksi serta pembangunan infrastruktur air
berjalan sendiri, sebaiknya memberdayakan bersih adalah suatu keniscayaan.
peran dan fungsi seluruh stakeholders Dengan demikian, Pemerintah Pusat dan
pembangunan sesuai dengan potensi, kapasitas Pemerintah Daerah harus dapat memberikan
dan fungsinya masing-masing. Pembangunan kesempatan dan situasi yang kondusif termasuk
infrastruktur yang lemah menjadi dorongan bagi menyusun regulasi sehingga tingkat partisipasi
seluruh institusi yang berkepentingan, terutama stakeholders pembangunan dari waktu ke waktu
Pemerintah Daerah Kabupaten untuk semakin meningkat dalam Pengembangan
meningkatkan alokasi anggaran bagi kepentingan Geopark Ciletuh–Palabuhanratu Kabupaten
pembangunan infrastruktur. Sukabumi.
Pengembangan infrastruktur hijau dan Penelitian menyangkut jenis dan pola
berkelanjutan menjadi pilihan pembangunan di transportasi yang tepat untuk pengembangan
kawasan Geopark Ciletuh. Hal ini untuk kawasan Geopark Ciletuh perlu dilakukan,
mengimbangi sifat dari pariwisata geologi yang mengingat karakteristik wilayah yang unik, dan
lebih mengutamakan perlindungan dan relatif lahannya yang tidak rata, serta
pelestarian warisan geologi yang ada. kemungkinan potensi geohazard yang ada di
Transportasi umum yang rendah karbon menjadi wilayah ini. Penelitian mengenai kemampuan
pilihan yang tepat untuk dikembangkan, misalnya daya dukung lingkungan kawasan juga perlu
kereta api. Selain itu pengembangan hotel dan dilakukan, agar pengembangan Geopark tidak
bangunan yang ramah lingkungan dan rendah malah mendorong terjadinya degradasi
energy juga menjadi pilihan kebijakan yang tepat. lingkungan dan potensi geologi di wilayah ini.
Selain itu pengembangan sistem informasi dan
75
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76
Koh, Yeong-Koo., Oh, Kang-Ho, Youn, Seok-Tai and Fisheries Using Rapfish. Fisheries Research
Kim, Hai-Gyoung., “Geodiversity and 78(2-3)(2006):227-235.
Geotourism Utilization of Islands: Wang Y. 2015. The milestone of the global geoparks
Gwanmae Island of South Korea,” Journal of development-an interview of long changxing,
Marine and Island Cultures (2014) 3, 106– the vice-chairman of the global geoparks
112. network association.
Newsome D, Dowling R, Leung YF., “The nature and UNESCO. 2004. “Guidelines and Criteria for National
Management of Geotourism: A Case Study Geoparks seeking UNESCO’s assistance to
of Two Established Iconic Geotourism join the Global Geoparks Network (GGN).”
Destinations,” Tourism Management UNESCO. 2006. “Guidelines and Criteria for National
Perspectives 2–3(2012): 19–27. Geoparks seeking UNESCO’s assistance
Setyadi, Dhika Anindhita, “Studi Komparasi tojoin the Global Geoparks Network
Pengelolaan Geopark di Dunia untuk (GGN).”
Pengembangan Pengelolaan Kawasan UNESCO. 2014. “Guidelines and Criteria for National
Cagar Alam Geologi Karangsambung,” Geoparks seeking UNESCO's assistance to
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota 8 join the Global Geoparks Network (GGN)”
(4)(2012): 392‐402. UNESCO. 2016. UNESCO Global Geoparks :
Tesfamichael, D., and T.J. Pitcher, “Multidisciplinary Celebrating Earth Heritage, Sustaining local
Evaluation of The Sustainability of Red Sea Communities. Printed in France : UNESCO.
76