Sei sulla pagina 1di 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MURID SD

TERHADAP PERSONAL HYGIENE


1
Vetri Nathalia, 2 Gito Vakol
AKADEMI KEPERAWATAN NABILA
Email : vetri.nathalia@yahoo.com Hp. 081277789375

ABSTRACT

Personal hygiene is a way of maintaining one's personal health both physically and
psychologically which aims to prevent the outbreak of illness and improve health status.
Data from the Padang Panjang City Health Office, the highest percentage of personal
hygiene problems occurred at Merapi Padang Panjang Elementary School at 68%. The
purpose of this study was to determine the relationship between students' knowledge and
attitudes to personal hygiene. This study uses descriptive correlational method using
cross-sectional design. The sample technique used in this study is total sampling. The
study was conducted in May 2018 with a sample of 80 students at SD Merapi Padang
Panjang. Data collection techniques using questionnaires. The statistical test used is chi-
squere. The results of this study revealed 53.8% of students' knowledge about personal
hygiene was low, 51.2% of students' attitudes about personal hygiene were classified as
negative, 55% of students' personal hygiene was bad. There is a significant relationship
between knowledge and attitudes to personal hygiene students of Padang Panjang
Merapi Elementary School in 2018 with a value of p = 0,000. It is expected that teachers
pay more attention to knowledge and attitudes to personal hygiene of elementary students
because knowledge and attitudes can have the most influence on health status.

Keywords : Knowledge, Attitudes, Personal Hygiene Age

ABSTRAK

Personal hygiene merupakan suatu cara pemeliharaan kesehatan diri seseorang baik fisik
maupun psikis yang bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit serta memperbaiki
status kesehatan. Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang persentase masalah
personal hygiene tertinggi terjadi di SD Merapi Padang Panjang sebesar 68%. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap murid terhadap
personal hygiene. Penelitian ini mengunakan metode deskriptif korelasional dengan
mengunakan desain cross-sectional. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan total sampling. Pada penelitian dilakukan pada bulan Mei
2018 dengan jumlah sampel 80 murid di SD Merapi Padang Panjang. Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji statistik yang dipakai adalah chi-squere.
Hasil penelitian ini mengungkap 53,8% pengetahuan murid tentang personal hygiene
tergolong rendah, 51,2% sikap murid tentang personal hygiene tergolong negatif, 55%
personal hygiene murid tergolong buruk. Terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan sikap terhadap personal hygiene murid SD Merapi Padang Panjang
Tahun 2018 dengan nilai p= 0,000. Diharapkan kepada guru lebih memperhatikan
pengetahuan dan sikap terhadap personal hygiene murid SD karena pengetahuan dan
sikap dapat memberikan pengaruh paling besar terhadap status kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Personal Hygiene


PENDAHULUAN sosial ekonomi, dan kondisi fisik salah
satu cara merubah faktor tersebut adalah
Personal hygiene adalah suatu cara dengan memperbaiki tingkat
pemeliharaan kesehatan diri seseorang pengetahuan melalui pendidikan
baik fisik maupun psikis yang bertujuan kesehatan (Notoatmodjo, 2011).
untuk mencegah terjangkitnya penyakit Pendidikan kesehatan merupakan
serta memperbaiki status kesehatan. program kesehatan yang dirancang
Salah satu bentuk pemeliharaan untuk mempengaruhi individu dan
kesehatan diri adalah perawatan rongga masyarakat agar berpikir, bersikap, dan
gigi dan mulut (Isro'in, 2012). berperilaku positif dengan tujuan
Selain itu kaki, tangan dan kuku meningkatkan kesehatan pendidikan
membutuhkan perhatian khusus dalam kesehatan berpengaruh pada peningkatan
perawatan kebersihan diri seseorang pengetahuan dan perilaku personal
karena rentan terhadap infeksi. Setiap hygiene pada anak usia sekolah
kondisi yang mengenai tangan dan kaki (Notoatmodjo, 2011).
secara otomatis akan mempengaruhi Pengetahuan masyarakat yang
kemampuan dalam hal perawatan kurang mengakibatkan pola perilaku
kebersihan diri seseorang. Kuku hidup bersih dan sehat menjadi sulit
merupakan salah satu anggota badan untuk diterapkan dalam kehidupan
yang terdapat pada ujung jari-jari tangan sehari-hari. Masalah personal hygiene
dan kaki yang mengandung lapisan dianggap kurang penting karena
tanduk (Isro’in & Andarmoyo, 2012). kurangnya pengetahuan mereka terhadap
Kebersihan kaki, tangan, dan kuku pentingnya PHBS ( prilaku hidup bersih
menjadi hal yang penting untuk dan sehat ), penelitian dari
diperhatikan kebersihannya terutama (Kusumawati, 2008).
ketika sedang sakit, perawatannya Anak usia Sekolah Dasar (SD)
menjadi semakin penting untuk merupakan masa tumbuh kembang yang
diperhatikan. Kuku yang tidak terawat baik. Masa ini anak perlu mendapatkan
juga dapat mengakibatkan masalah pengawasan terhadap kesehatannya
kesehatan. Beberapa masalah akibat karena usia sekolah adalah masa dimana
tidak terawatnya kuku misalnya kuku anak-anak mempunyai banyak aktivitas,
yang panjang dapat mengakibatkan kuku dan aktivitas tersebut seringkali
menjadi mudah robek dan dapat melukai berhubungan langsung dengan
kulit sekitar, kuku yang tumbuh kedalam lingkungan yang kotor dan menyebabkan
menuju jaringan lunak sekitar kuku anak mudah terserang penyakit.
karena pemotongan kuku yang salah Perawatan kuku pada anak juga sering
(Isro’in & Andarmoyo, 2012). kali terabaikan oleh orang tua.
Perilaku menjaga kebersihan diri Kurangnya pengetahuan dan kesadaran
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti orang tua dalam memperhatikan
faktor pengetahuan, sosial, budaya, personal hygiene anak menyebabkan
kebiasaan, citra tubuh, sosial ekonomi, anak juga tidak memperhatikan
dan kondisi fisik (Tarwoto & Wartonah, kebersihan dirinya sendiri. Meskipun
2006). Faktor-faktor tersebut ada yang terlihat sepele, tetapi perawatan kuku
bisa diubah dan tidak dapat diubah. juga merupakan hal penting yang harus
Faktor-faktor yang dapat diubah adalah diperhatikan dan kesehatan mulut
faktor pengetahuan, sosial, kebiasaan, (Wong, 2009).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), menjelaskan keadaan sejahtera badan,
perlu didirikan dalam rangka untuk jiwa, dan sosial yang memungkinkan
meningkatkan perilaku personal hygiene setiap orang hidup secara sosial dan
pada anak usia sekolah dasar, usaha ekonomi. Batasan yang diangkat dari
kesehatan sekolah mempunyai peranan batasan kesehatan menurut Organisasi
penting terhadap pemantauan kesehatan Kesehatan Dunia (WHO) yang paling
anak-anak di sekolah. Selain itu. Usaha baru ini, memang lebih luas dan dinamis
Kesehatan Sekolah juga berfungsi dibandingkan dengan batasan
memberikan pengetahuan tentang sebelumnya yang mengatakan, bahwa
kesehatan, seperti cara menjaga kesehatan adalah keadaan sempurna,
kebersihan diri, mengobati luka dengan baik fisik, mental maupun sosial, dan
benar, perawatan kuku, serta penerapan tidak hanya bebas dari penyakit dan
perilaku kesehatan yang lainnya (Wong, cacat (Notoatmodjo, 2007).
2009). Murid Sekolah Dasar merupakan
Dampak dari kurangnya menjaga sekelompok masyarakat yang
kebersihan mulut salah satunya adalah mempunyai besar dalam kelangsungan
kanker mulut, di negara maju seperti negara ini sehingga sangat perlu
Amerika Serikat (25%) dari 30.000 ditingkatkan kemampuan hidup sehat,
warganya meninggal akibat kanker salah satunya dengan meningkatkan
mulut, oleh karena itu perlu menjaga pengetahuan dan sikap murid tentang
kesehatan mulut kita supaya tetap bersih kesehatan terutama tentang personal
dan terhindar dari penyakit (Rahmadhan, hygiene. Kemampuan dan sikap murid
2010). dapat ditingkatkan salah satunya dengan
Angka penyakit gigi dan mulut memberikan informasi atau penyuluhan
terutama karies di Indonesia masih kesehatan. Sebagai suatu institusi
banyak di derita, baik oleh anak-anak pendidikan, sekolah mempunyai
maupun dewasa. Data Kementerian peranan dan kedudukan strategis dalam
Kesehatan 2010 menunjukkan, bahwa upaya promosi kesehatan. Hal ini
prevalensi karies di Indonesia mencapai disebabkan karena sebagian besar anak
(60-80%) dari populasi, serta menempati usia 5-19 tahun berada dalam lembaga
peringkat ke 6 sebagai penyakit yang pendidikan dalam jangka waktu yang
paling banyak yang di derita (Kemenkes, cukup lama. Dari segi populasi, promosi
2011). kesehatan di sekolah dapat menjangkau
Hasil Riskesdas (2007), melaporkan dua jenis populasi, yaitu populasi murid
bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia sekolah dan populasi masyarakat umum
adalah sebesar 46,5 dengan penjabaran atau keluarga. Promosi kesehatan di
prevalensi karies untuk kelompok usia sekolah membantu meningkatkan
12 tahun sebesar (36,1%) dengan Desay, kesehatan murid, guru, karyawan,
Missing, Filling Tooth (DMF-T) 0,91, keluarga serta masyarakat sekitar
kelompok usia 35-44 tahun prevalensi sehingga proses belajar mengajar
karies gigi mencapai 80,5 dengan DMF- berlangsung lebih produktif (Rosso &
T 4,46 sedangkan usia diatas 65 tahun Arlianti, 2009).
dengan prevalensi karies sebesar (94,4%) Hasil survey awal yang peneliti
dan DMF-T 18,33. lakukan di Dinas Kesehatan Kota Padang
Batasan kesehatan menurut Undang- Panjang bahwa masalah personal
Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992
hygiene dapat dilihat pada tabel dibawah informasi dan ide melalui tanya jawab
ini : dan teknik pengamatan dan observasi.
Tabel 1 Kasus Personal Hygiene di Kota Dua di antara yang terpenting adalah
Padang Panjang Tahun 2017 proses pengamatan dan ingatan
(Sugiyono, 2013).
Persentase
NO Nama SD
(%) Populasi dalam penelitian ini adalah
SD Merapi Padang seluruh murid SD Merapi Padang
1. Panjang
68%
Panjang yang berjumlah 80 orang murid.
SD 02 Kampung
2. 42% Pada penelitian ini sampel diambil
Manggis
SD 07 Silaing
dengan Teknik Total Sampling.
3. Bawah
36% Alat yang digunakan dalam
SD 15 Tanah pengumpulan data adalah daftar
4. Hitam
32% pertanyaan dalam bentuk kuesioner
5. SD 16 Koto Katik 28% merupakan lembaran pertanyaan
terhadap responden dimana responden
Sedangkan dari hasil survey awal diminta memberi jawaban sesuai dengan
yang peneliti lakukan di SD Merapi petunjuk yang ada pada kuesioner.
Padang Panjang pada tanggal 22 Analisa data menggunakan analisa
Desember 2017 didapatkan jumlah univariat dan bivariat. Univariat untuk
murid SD Merapi Padang Panjang dari melihat distribusi frekuensi dari masing-
kelas 1 sampai kelas 6 yaitu laki - laki masing variabel independen
berjumlah 62 orang dan perempuan (Pengetahuan dan sikap) dan variabel
berjumlah 18 orang. Dari wawancara dependen (Personal hygiene) dengan
yang peneliti lakukan dengan Kepala menggunakan SPSS.
Sekolah dari Observasi yang peneliti Analisa bivariat menggunakan uji
lakukan terhadap murid SD Merapi statistik melalui dua variabel yang
Padang Panjang didapatkan bahwa murid diduga berhubungan antara variabel
di SD tersebut mulai dari kuku yang independen (Pengetahuan dan sikap)
terlihat panjang dan kotor, serta dengan variabel dependen (personal
penampilan rambut yang acak-acakan. hygiene), yang menggunakan uji
Dari data diatas peneliti tertarik untuk statistik Chi-Square. Bila p ≤ 0,05 maka
meneliti “Hubungan Pengetahaun dan Ha diterima artinya ada hubungan
Sikap Murid SD Terhadap Personal yang bermakna antara kedua variabel,
Hygiene di SD Merapi Padang Panjang”. bila p > 0,05 maka Ho diterima artinya
tidak ada hubungan yang bermakna
antara kedua variabel. Analisis data di
METODE PENELITIAN lakukan dengan komputerisasi
menggunakan metode SPSS.
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif
korelasional dengan mengunakan desain
Cross-Sectional yang merupakan
rencana penelitian dengan teknik
wawancara, wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4 Hubungan Pengetahuan Dengan
Personal Hygiene
Tabel1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Murid Tehadap Personal Hygiene Personal Hygiene
Pengeta P-
N Pengeta Jumlah Persentase
huan Baik Buruk Value
o huan (f) (%)
1 Tinggi 37 46.2 f % f %
2 Rendah 43 53.8 Tinggi 29 78.3 8 21.6
Total 80 100.0 0,000
Rendah 7 16.3 36 83.7
Berdasarkan tabel diatas dapat
Total 36 44
dilihat bahwa dari 80 murid separoh
Dari tabel diatas dapat dilihat dari 43
diantaranya berpengetahuan rendah
murid yang berpengetahuan rendah
terhadap personal hygiene yaitu
terdapat lebih dari separoh memiiki
sebanyak 43 murid (53.8%).
personal hygiene yang buruk yaitu
sebanyak 36 orang (83.7%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap Murid
Terhadap Personal Hygiene Berdasarkan uji statistik chi-squere
N Sikap Jumlah Persentase diperoleh nilai p= 0,000 (p≤0,05)
o (f) (%) menunjukkan bahwa Ha diterima, artinya
1 Positif 39 48.8 terdapat hubungan yang signifikan antara
2 Negatif 41 51.2 tingkat pengetahuan dengan personal
Total 80 100.0 hygiene murid SD Merapi Padang
Berdasarkan tabel diatas dapat Panjang.
dilihat bahwa dari 80 murid separoh Menurut Green (1980) dalam
diantaranya bersikap negatif terhadap Notoadmodjo (2007), mengemukakan
personal hygiene yaitu sebanyak 41 bahwa faktor predisposisi yang
murid (51.2%). mempengaruhi perilaku seseorang adalah
pengetahuan yaitu hasil penginderaan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Personal manusia terhadap objek diluarnya
Hygiene Murid melalui indera-indera yang dimilikinya.
N Personal Jumlah Persentase Dengan sendirinya pada waktu
o Hygiene (f) (%) penginderaan, dalam diri manusia terjadi
1 Baik 36 45,0 proses perhatian, persepsi, penghayatan
2 Buruk 44 55,0 terhadap stimulus atau objek diluar
Total 80 100.0 subjek. Sehingga dapat disimpulkan
Berdasarkan tabel diatas dapat bahwa pengetahuan dapat di ukur atau di
dilihat bahwa dari 80 murid separoh observasi melalui apa yang diketahui
diantaranya memiliki personal hygiene tentang objek.
yang buruk yaitu sebanyak 44 murid Personal hygiene merupakan suatu
(55%). kesehatan perorangan dalam memelihara
kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan
mempertinggi nilai kesehatan serta
mencegah timbulnya penyakit (Depkes
RI, 2001).
Penelitian sejalan dengan Infanti
dalam Aulia (2014), dengan judul
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan, sikap dan tindakan dalam Tabel 5 Hubungan Sikap Dengan Personal
pencegahan penularan tuberkulosis paru. Hygiene
Pengetahuan dan sikap responden
sebelum diberikan pendidikan kesehatan Personal Hygiene
P-
mengalami perubahan yang signifikan Sikap
Baik Buruk Value
setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Pada penelitian ini menjelaskan bahwa f % f %
pengetahuan dan sikap responden pada Positif 29 74.4 10 25.6
0,000
pasien TB paru mengalami perubahan Negatif 7 17.1 34 82.9
peningkatan yang signifikan setelah Total 36 44
diberikan pendidikan kesehatan, dan Dari tabel diatas dapat dilihat dari 41
berpengaruh terhadap perubahan murid yang bersikap negatif terdapat
pengetahuan dan sikap responden lebih dari separoh memiiki personal
tersebut. hygiene yang buruk yaitu sebanyak 34
Menurut penelitian yang dilakukan orang (82.9%).
oleh Tiara (2013), mengatakan murid Berdasarkan uji statistik chi-squere
dengan pengetahuan tinggi tentang diperoleh nilai p= 0,000 (p≤0,05)
kebersihan diri akan memiliki resiko menunjukkan bahwa Ha diterima, artinya
lebih kecil terjadinya personal hygiene terdapat hubungan yang signifikan antara
yang buruk ditunjukkan dengan hasil sikap murid dengan personal hygiene
dari 76 murid diperoleh 35 orang yang murid SD Merapi Padang Panjang.
memiliki pengetahuan yang rendah, Teori Bloom dalam Notoadmodjo
ditunjukkan dengan nila p=0,000 ( p ≤ (2007), menyatakan bahwa sikap
0,005). merupakan presdisposisi yang
Menurut asumsi peneliti Penelitian menentukan bagaimana seseorang akan
yang dilakukan di SD Merapi Padang bertindak, dan juga sikap merupakan
Panjang menemukan bahwa terdapat reaksi atau respon emosional seseorang
hubungan antara pengetahuan dan terhadap stimulus yang dapat dilanjutkan
personal hygiene. Murid yang dengan kecendrungan untuk melakukan
mempunyai pengetahuan yang tinggi atau tidak melakukan tindakan terhadap
tentang personal hygiene akan memiliki objek.
resiko lebih kecil terjadinya personal Penelitian ini juga didukung oleh
hygiene yang buruk, karena pengetahuan Aini (2013), sikap merupakan respon
merupakan dasar bagi murid untuk yang masih tertup dari seseorang
menentukan tindakan dalam pelaksanaan terhadap suatu stimulus atau objek.
personal hygiene. Peningkatan pengetahuan ini berdampak
pada terbentuknya sikap siswa terhadap
kemampuan melakukan pencengahan
penularan scabies. Pendidikan kesehatan
melalui ceramah yang dingunakan untuk
menyampaikan informasi tentang
penyakit scabies itu menimbulkan
pengetahuan.
Penelitian yang sama dilakukan oleh
Wijaya (2011), Personal hygiene atau
kebersihan diri adalah suatu usaha
kesehatan perorangan untuk dapat personal hygiene di SD Merapi Padang
memelihara kesehatan diri sendiri, Panjang, karena adanya pengetahuan
memperbaiki dan mempertinggi nilai- tersebut lebih bisa memanfatkan fasilitas
nilai kesehatan serta mencegah tentang kebersihan dan menjadi prilaku
timbulnya penyakit Personal hygiene yang bermaanfaat bagi kesehatan kita
meliputi kebersihan badan, tangan,kulit / atau pun lingkungan sekolah.
kuku, gigi dan rambut.
Penelitian yang sama juga dilakukan SIMPULAN
oleh Tiara (2013), mengatakan bahwa
sikap murid yang positif merupakan Berdasarkan hasil penelitian yang
upaya pencegahan agar tidak tertular telah dilakukan tentang tentang
penyakit akibat kurang menjaga Hubungan Pengetahuan dan Sikap Murid
personal hygiene. Hasil analisa bivariat SD Terhadap Personal Hygiene di SD
didapatkan adanya hubungan antara Merapi Padang Panjang maka dapat
sikap dengan personal hygiene diperoleh ditarik kesimpulan sebagai berikut:
dari 76 murid diperoleh 29 murid 1. Pengetahuan murid tentang
memiliki sikap negatif dan pesonal personal hygiene di Sekolah
hygiene buruk, hal ini ditunjukkan Dasar Merapi Padang Panjang
dengan uji statistik chi-squere nilai tergolong pada kategori rendah
p=0,000 (p ≤ 0,005). sebanyak 43 murid (53,8%).
Menurut asumsi peneliti sikap murid 2. Sikap murid tentang personal
di SD Merapi Padang Panjang yang hygiene di Sekolah Dasar Merapi
negatif tentang personal hygiene Padang Panjang tergolong negatif
menimbulkan tindakan yang buruk. sebanyak 41 murid (51,2%).
Sehingga mereka tidak bertindak dan 3. Terdapat hubungan yang
merespon untuk melakukan tindakan signifikan antara pengetahuan
personal hygiene yang baik. murid dan sikap dengan
Murid yang mempunyai sikap personal hygiene di SD Merapi
positif terhadap personal hygiene Padang Panjang Tahun 2018
berkemungkinan besar akan memiliki ditunjukkan dengan nilai p=0,000
personal hygiene yang baik, begitupun (α≤0,05).
sebaliknya murid yang mempunyai sikap
negatif terhadap personal hygiene SARAN
berkemungkinan besar akan memiliki
personal hygiene yang buruk, karena Diharapkan bagi institusi pendidikan
sikap positif menjadikan prilaku yang agar dapat menerapkan langsung mata
baik serta murid akan melakukan upaya kuliah promosi kesehatan dengan
pencegahan agar tidak tertular penyakit melakukan penyuluhan tentang personal
akibat kurang menjaga personal hygiene hygiene ke sekolah dasar, sehingga
dan sikap negatif menjadikan prilaku mampu meningkatkan pengetahuan dan
buruk pada murid serta murid tidak sikap murid dalam personal hygiene.
berupaya melakukan pencegahan yang Selain itu diharapkan kepada guru
menimbulkan penyakit. lebih memperhatikan pengetahuan dan
Diharapkan kepada murid SD sikap terhadap personal hygiene murid
Merapi Padang Panjang agar lebih SD karena pengetahuan dan sikap dapat
meningkatan pengetahuan tentang
memberikan pengaruh paling besar terhadap PHBS di SDN Ngebel
terhadap status kesehatan Kec. Kasihan Kabupaten Bantul :
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta.
Ali, M.dkk. (2006). Ilmu dan Aplikasi
Saifuddin, Anwar. (2012). Sikap
Pendidikan. Edisi Pertama.
Manusia (Teori
Bandung : Pedagogiana Press
danPengukurannya). Yogyakarta:
PT. Pustaka Pelajar.
Andarmoyo Sulistyo. (2012).. Personal
hygiene Konsep, Proses
Poltekkes Palembang. (2012) hubungan
pengetahuan dan sikap dengan
Azwar, S. (2012). Sikap dan Perilaku.
perilaku.pdf
Dalam : Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta :
Siwach, Meena. (2009). Impact of
Pustaka Pelajar, 3-22 dan
Health Education Programme
Aplikasi dalam Praktik
on the Knowledge and
keperawatan. Yogyakarta : Graha
Practices of School Children
ilmu
Regarding Personal Hygiene in
Rural Panipat : Kamla-Raj Int J
Isro’in, Laily., Andarmoyo, Sulistyo.
Edu Sci, 1(2): 115-118
(2012). Personal Hygiene
Konsep, Proses dan Aplikasi
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
dalam Praktek Keperawatan.
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Kemkes RI. (2011). Higiene dan Sanitasi
Pangan.
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan
http://gizi.depkes.go.id/wp-
Dasar Manusia Dan Proses
content/uploads/2015/02/higiene-
Keperawatan. Edisi Ke-3. Jakarta
sanitasi-pangan-dit-gizi1. pdf.
: Salemba Medika. Kusumawati,
Diakses 2011
dkk. (2008).
Hubungan antara Pendidikan dan
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi
Pengetahuan Kepala Keluarga
Kesehatan & Ilmu Perilaku.
Tentang Kesehatan Lingkungan
Jakarta: RINEKA CIPTA
dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
_____________. (2010). Metodologi
http://www.typecat.com/pdf/jurna
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
l pengetahuan-masyarakat-
Rineka Cipta.
tentang-phbs.html.
DiaksesTanggal23 Juni2011
Pratiwi & Noviar. (2008 ) “Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Siswa
Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan
terhadap PHBS di SDN Ngebel
Pediatrik Volume 1. Jakarta :
Kec. Kasihan Kabupaten Bantul,
EGC.
Yogyakarta.
.
Pratiwi & Noviar. (2008) “Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Siswa

Potrebbero piacerti anche