Sei sulla pagina 1di 10

Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.

Sopi)

KAJIAN ASPEK EPIDEMIOLOGI SKABIES PADA MANUSIA

Aspects of Epidemiology Studies Scabies in Human

Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi

Loka Penelitian dan PengembanganPengendalian Penyakit Bersumber Binatang Waikabubak,


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jln. Basuki Rahmat Km 5 Puu Weri, Waikabubak, Nusa Tenggara Timur
Email maje_inside@yahoo.com

Abstract. In 2013 infectious skin diseaseaccupy the fourth position of the top ten diseases with the
amount of 136.035 cases in the province of East Nusa Tenggara. Skabies or kudis is a type of skin
desease infection, caused by mites Sarcoptes scabie.Incidence of skabies often encountered in the
tropics to the community in areas of hygiene, sanitation and low economic. The article is structured
literature review based on literature study and browse the internet in the form of scientific research
articles anda populer scientific articles written in magazines/journal or populer science, reports the
resulit of recearch and surveysand textbook related to skabies (epidemiology and control). In
Indonesia prevalence of skabies each area varies. On the island of Java skabies is found in slums and
boarding while in Nusa Tenggara found in poor families on prison. Transmission accurs through
direct contact and indirectlythrough the bed linen and clothes patient and transmitted from animals to
the human. Prevention can be done with counseling about skabies, detection and treatment of patients
and maintain environment sanitation and hygienic behavior and healtly.

Kaywords : Epidemiology, skabies, human

Abstrak. Tahun 2013 penyakit kulit infeksi menduduki posisi keempat dari sepuluh besar penyakit
dengan jumlah 136.035 kasus di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Skabies atau kudis merupakan salah
satu jenis penyakit kulit infeksi,disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabie.Kejadian skabies sering di
jumpai di daerah tropis pada masyarakat yang tinggal di daerah dengan tingkat higiene, sanitasi dan
ekonomi rendah. Tulisan ini merupakan kajian pustaka yang tersusun berdasarkan studi kepustakaan
dan browsing internet berupa artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel ilmiah populer yang ditulis
dalam majalah/jurnal ilmiah atau ilmiah populer, laporan hasil penelitian dan survei dan buku teks
yang terkait dengan skabies (epidemiologi dan pengendaliannya). Di Indonesia prevalensi skabies tiap
daerah bervariasi. Di Pulau Jawa skabies di temukan pada daerah kumuh dan pondok pesantren
sedangkan di Nusa Tenggara di temukan di keluarga miskin dan lembaga permasyarakatan.Penularan
terjadi melalui kontak langsung dan tidak langung melalui alas tempat tidur dan pakaian penderita dan
juga dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Pencegahan dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang
skabies, penemuan dan pengobatan penderita serta menjaga sanitasi lingkungan dan perilaku hidup
bersih dan sehat.

Kata Kunci : Epidemiologi, Skabies, Manusia

9
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17

Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)

PENDAHULUAN melalui kontak langsung atau tidak langsung


melalui alas tempat tidur dan pakaian.

S
kabies merupakan penyakit kulit yang
endemis diwilayah beriklim tropis dan Infestasi tungau ini mudah menyebar
dan subtropis,1,2 merupakan penyakit dari orang ke orang melalui kontak fisik dan
kulit menular.Skabies dalam bahasa sering menyerang seluruh penghuni dalam
Indonesia sering disebut kudis, orang jawa satu rumah. Tungau betina membuat
menyebutnya gudig, sedangkan orang sunda terowongan di bawah lapisan kulit paling
menyebutnya budug. Penyakit ini juga atas dan menyimpan telurnya dalam lubang.
sering disebut dengan kutu badan, budukan, Beberapa hari kemudian akan menetas
gatas agogo,3,4yang disebabkan oleh tungau muda (larva). Infeksi menyebabkan
Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis gatal-gatal hebat, mungkinan merupakan
kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, suatu reaksi alergi terhadap tungau.
terutama pada malam hari dan ditularkan

Sumber : Currie, et all, 2010

Gambar 1. Siklus hidup Sarcoptes scabiei

Keterangan Gambar :
Siklus hidup S. scabieimemerlukan waktu 10-14 hari, terdiri dari 4 stadiumyaitu telur, larva,
nimpa dan dewasa. Tungau betina yang telah dibuahi bertelur sambil menggali terowongan di
kulit dan meletakkan telurnya. Telur berbentuk oval. Setelah telur menetas, larva membuat
terowongan baru yang merupakan cabang dari terowongan utama, larva berganti kulit dan hanya
mempunyai 3 pasang kaki. Setelah larva berganti kulit, menghasilkan nimpa yang mempunyai 4
pasang kaki, selanjutnya menjadi dewasa.

Bentuk telur berbentuk oval dengan stadium nimpa dan dewasa mempunyai 4
panjang 0,10–0,15 mm. Stadium larva pasang kaki. Tungau dewasa berukuran
mempunyai 3 pasang kaki sedangkan 0,30-0,45 mm, bentuk bulat, pipih, berwarna

10
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)

putih keabu-abuan. Tungau betina berukuran mengganggu aktivitas hidup dan kerja
2 kali tungau jantan, jenis kelamin dapat sehari-hari.9
dibedakan dengan melihat ujung-ujung kaki. Menurut Zulfah, 2008 salah satu
Tungau betina memiliki bulu cambuk pada faktor pendukung terjadinya penyakit
pasangan kaki ke-3 dan ke-4, sedang skabies adalah sanitasi yang buruk dan dapat
cambuk pada tungau jantan hanya dijumpai menyerang manusia yang hidup
pada pasangan kaki ke-3. Permukaan badan berkelompok, tinggal di asrama, barak-barak
atas bergaris-garis melintang, di bagian tentara, rumah tahanan dan pesantren
tengahnya terdapat deretan duri-duri pendek maupun panti asuhan serta tempat-tempat
yang mengarah ke belakang. Bagian-bagian yang lembab dan kurang mendapat sinar
mulut terletak di ujung depan badan, seperti matahari.10Menurut Notobroto, 2005 dalam
bentuk kerucut.6,7 Astriyanti, 2010 menyatakan bahwa faktor
Ciri khas dari skabies adalah gatal- yang berperan dalam penyakit kulit adalah
gatal hebat, yang biasanya semakin sosial ekonomi yang rendah,hygiene
memburuk pada malam hari. Lubang tungau perorangan yang jelek, lingkungan yang
tampak sebagai garis bergelombang dengan tidak saniter, dan perilaku yang tidak
panjang sampai 2,5 cm, kadang pada mendukung kesehatan.11 Di beberapa negara
ujungnya terdapat berukursn kecil. termasuk Indonesia penyakit skabies yang
Lubang/terowongan tungau dan gatal-gatal hampir teratasicenderung mulai bangkit dan
paling sering ditemukan dan dirasakan di merebak kembali. Laporan dari dinas
sela-sela jari tangan, pada pergelangan kesehatan dan dokter praktek
tangan, sikut, ketiak, di sekitar puting mengidikasikan bahwa penyakit skabies
payudara wanita, alat kelamin pria (penis telah meningkat di beberapa daerah.
dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat Tujuan penulisan ini adalah
pinggang dan bokong bagian bawah. Infeksi tersedianya informasi tentang masalah
jarang mengenai wajah, kecuali pada anak- skabies berdasarkan kajian epidemiologi.
anak dimana lesinya muncul sebagai Diharapkan tulisan ini dapat dijadikan salah
lepuhan berisi air. satu referensi bagi para pemangku kebijakan
Kejadian skabies di negara yang berkaitan dengan pengendalian
berkembang termasuk Indonesia terkait skabies.
dengan kemiskinan dengan tingkat
kebersihan yang rendah, keterbatasan akses BAHAN DAN METODE
air bersih, kepadatan hunian dan kontak fisik Tulisan ini tersusun berdasarkan studi
antar individu memudahkan transmisi dan kepustakaan dan browsing internet secara
infentasi tungau skabies.8Skabies sering nasional dari tahun 1945 sampai dengan
diabaikan, dianggap biasa saja dan lumrah 2014. Bahan atau artikel yang dicari melalui
terjadi pada masyarakat di Indonesia, karena studi kepustakaan berupa :
tidak menimbulkan kematian sehingga 1. Artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel
penaganannya tidak menjadi prioritas utama, ilmiah populer yang ditulis dalam
padahal jika tidak ditangani dengan baik majalah/jurnal ilmiah atau ilmiah
skabies dapat menimbulkan komplokasi populer sebanyak 13 artikel
yang berbahaya. Skabies menimbulkan 2. Laporan hasil penelitian dan
ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi surveisebanyak 6 laporan
yang sangat gatal sehingga penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang sangat

11
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17

Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)

3. Buku teks yang terkait dengan skabies berumur 8-20 tahun, berdasarkan sensus
(epidemiologi dan pengendaliannya) penduduk,16 di Puskesmas Magelang juga
sebanyak 9 buku dilaporkan terjadi peningkatan kasus skabies
Bahan yang diperoleh melalui browsing tahun 2012 sebesar 15% dari 13,8% dari
internet diupayakan untuk memperoleh jumlah pengunjung pada tahun 2011.17Hasil
naskah lengkapnya. Jika naskah lengkap penelitian Lestari di salah satu pondok
tidak diperoleh, bahan tersebut tidak pesantern di Sleman Yogyakarta
dijadikan bahan rujukan namun tetap menemukan kejadian skabies sebesar
dijadikan sebagai salah satu bahan pustaka. 30,23%.18 Badan Pusat Statistik di Propinsi
Bahan atau artikel yang diperoleh dari hasil Nusa Tenggara Timur penyakit kulit infeksi
studi kepustakaan dan browsing internet pada tahun 2013 menduduki posisi keempat
dilakukan kajian melalui metode meta dari sepuluh besar penyakit dengan jumlah
analisis. Meta analisis merupakan suatu kasus 136.035 kasus.
metode penggabungan berbagai hasil studi
sejenis yang diperoleh dari berbagai artikel Cara Penularan skabies pada manusia
atau publikasi ilmiah, kajian ini akan
Penyakit ini menular dari hewan ke
diperoleh suatu panduan data dan informasi.
manusia (zoonosis), manusia ke hewan
bahkan dari manusia ke manusia. Cara
HASIL penularannya melalui kontak langsung
Distibusi kasus Skabies di Indonesia maupun kontak tak langsung. Penyebaran
Kejadian skabies sering di jumpai di daerah tungau skabies melalui kontak langsung
tropis terutam pada anak-anak dari dengan penderita skabies secara terus
masyarakat yang tinggal di daerah dengan menerus, bisa juga menular melalui
tingkat higiene, sanitasi dan ekonomi yang penggunaan handuk bersamaan, sprei tempat
relatif rendah.7Skabies di Indonesia tidur, dan segala hal yang dimiliki pasien
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit skabies.
kulit tersering.12Kasus skabies cepat menular Skabies menyerang semua usia,
dari anak-anak hingga dewasa pada zaman semua etnis, semua tingkatan sosial
penjajahan Jepang yang diakibatkan karena ekonomi, dan pada segala jenis kelamin.
kesulitan penduduk untuk memperoleh Masa inkubasi berlangsung 2 sampai 6
makanan, pakaian dan sarana pembersih minggu sebelum serangan gatal muncul pada
tubuh.13Perbandingan penderita skabies laki- orang yang sebelumnya belum pernah
laki lebih besar dibandingkan dengan terpajan. Orang yang sebelumnya pernah
perempuan yakni 83,7% : 18,3%. Pada tahun menderita skabies maka gejala akan muncul
2003 prevalensi skabies di 12 pondok 1 – 4 hari setelah infeksi ulang.
pesantren Kabupaten Lamongan sebesar Faktor-faktor Penyebab skabies
48,8%.14Pada tahun 2005 dilaporkan kasus Banyak faktor yang menunjang
skabies dari keluarga miskin di sebuah desa perkembangan penyakit skabies, antara lain :
di Provinsi Nusa Tenggara Barat.7Tahun keadaan sosial ekonomi yang rendah,
2008 prevalensi skabies di Pondok Pesantren hiegenitas yang buruk, hubungan seksual
An-Najach sebesar 43%.15 Tahun 2011 dan yang sifatnya promiskuitas (tidak memilih-
2012 di Pamekasan terdapat kasus rabies milih), dan perkembangan demografik serta
sebnyak 567 orang dan 317 orang yang ekologi yang buruk merupakan hal-hal yang

12
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)

erat kaitannya dengan perkembangan klinis yang sering menyertai penderita


penyakit ini.19 adalah gatal yang hebat terutama pada
Faktor yang menyebabkan skabies adalah malam hari sebelum tidur, adanya tanda :
keterkaitan antara faktor sosio demografi papula (bintil), pustula (bintil bernanah),
dengan lingkungan,20 ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi
a. Faktor sosio demografi yang berwarna hitam dan dengan bantuan
Faktor sosio demografi antara lain loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya
kemiskinan, malnutrisi, personal kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel
hygiene yang buruk, rendahnya Perilaku atau plenthing/pustula)
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Menurut Daili, 2005Penyakit skabies
kepadatan pendudukDi Provinsi mempunyai 4 gejala klinis utama (tanda
NusaTenggara Barat skabies di sebabkan kardinal) meliputi 1) gatal pada malam hari
karena kontak dengan hewan yang (pruritus nocturna), 2) menyerang manusia
terkena skabies.7 secara berkelompok, 3) ditemukan
b. Faktor lingkungan terowongan (kunikulus) dan 4) ditemukan
Faktor lingkungan meliputi kelembaban tungau pada pemeriksaan kerokan kulit
yang tinggi dan sanitasi yang rendah secara mikroskopis merupakan diagnosis
terutama di daerah kumuh.3,20,21,22di luar pasti penyakit ini. Diagnosis penyakit
kulit tungau dapat bertahan hidup 2 skabies dapat ditentukan dengan
sampai 3 hari pada suhu kamar dengan menemukan 2 dari 4 gejala klinis utama.24
kelembaban 40% sampai 80%. Diagnosis dapat ditegakan dengan
menemukan S. Scabiei yang ditemukan pada
PEMBAHASAN korekan kulit atau biopsi. Diagnosis
Kejadian Skabies erat hubungannya diferensial dari skabies adalah prugio yang
dengan perilaku hidup bersih dan sehat mempunyai predileksi yang sama.
terutama dalam hal personal hygiene dan Penularan skabies berhubungan erat
sanitasi yang buruk. Menurut Pawening dengan kedekatan dan sering kontak
(2009) faktor utama manusia terinfeksi langsung dengan penderita.25Penelitian
tugau Sarcoptes scabiei adalah personal Handayani (2007) menyatakan ada
hygiene dan sanitasi lingkungan yang hubungan yang segnifikan antara kebiasaan
burukdapat meningkatkan infeksi skabies pemakaian sambun mandi bersama, berganti
pada manusia tanpa memandang umur, ras, pakaian bersama, tidur bersama, pemakaian
jenis kelamin, status sosial.23 bersama selimut tidur dan mencuci pakaian
Gejala penyakit skabies pada kulit bersama dengan penderita skabies.26
adalah warna merah, iritasi, gelembung Masa penularanakan tetap menular
berair, dan gatal pada malam hari di bagian kecuali kutu dan telur sudah dihancurkan
kulit yang tipis seperti sela-sela jari tangan dengan pengobatan, biasanya setelah
dan kaki, siku, selangkangan dan sekitar dilakukan 1 atau 2 kali pengobatan dalam
kelamin, lipatan paha, perut bagian bawah, seminggu Pengobatan standar skabies pada
pantat, dan pinggang.Keluhan utama pada manusia yang sering dilakukan adalah bensil
penderita skabies (gudik) adalah rasa gatal bensoat, crotamiton, lindan, permertrin dan
terutama waktu malam hari, tonjolan kulit ivermectin. Wandel dan Rampalo (2002)
(lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang melakukan tinjauan tingkat kesembuhan
sekitar 1 cm dan kadang disertai nanah penderita skabies dengan berbagai macam
karena infeksi kuman akibat garukan.Gejala obat (Tabel 1). Kombinasi antara bensil

13
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17

Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)

benzoat memberikan tingkat kesembuhan mencapai 100%.27

14
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)

Tabel. 1 Tingkat kesembuhan penderita skabies setelah pengobatan


No Jenis obat skabies Tingkat kesembuhan (%)
1. Permetrin secara topikal 98
2. Ivermectin secara oral (dua kali dosis) 95
3. Kombinasi bensil bensoat dan ivermectin 100
4. Ivermectin secara oral (dosis tunggal) 63-70
5. Bensil bensoat secara topikal 47,4
6. Lindan 96
Sumber : Wandel dan Rampalo (2002)

Kebersihan tubuh dan lingkungan skabies timbul pada masyarakat dengan


termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat pengetahuan yang kurang tentang personal
akan mempercepat kesembuhan dan hygiene dan didukung oleh lingkungan yang
memutuskan siklus hidup kurang bersih, ketersediaan air bersih yang
7
S.Scabiei. Pencegahan skabies pada manusia kurang serta sanitasi lingkungan yang
dapat dilakukan dengan cara mengindari rendah dapat menjadi faktor risiko terjadinya
kontak langsung dengan penderita dan penularan skabies lebih tinggi.28 Penelitian
mencegah penggunaan barang-barang Pawening (2009) dan Ratnasari (2014)
penderita secara bersama-sama. Pakian, menunjukan bahwa prevalensi skabies
handuk dan barang-barang lainnya yang berhubungan dengan tingkat pendidikan
pernah digunakan penderita harus diisolasi santri. Prevalensi skabies lebih rendah pada
dan dicuci dengan air panas. Pakaian dan santri yang memiliki pendidikan aliyah
barang-barang asal kain dianjurkan untuk (seringkat SMA) dibandingkan tsanawiyah
disetrika sebelum digunakan, sprai penderita (SMP).9,24
harus sering diganti dengan yang baru Masalah lingkungan rumah meliputi
maksimal tiga hari sekali. Benda-benda yang ventilasi dan penerangan di dalam rumah
tidak dapat dicuci dengan air (bantal, giling, yang masih kurang serta banyaknya pakaian
selimut) disarankan dimasukan kedalam ditumpuk dan digantung di sembarang
kantung plastik selama tujuh hari, tempat, yang merupakan lingkungan yang
selanjutnya dicuci kering atau dijemur di baik untuk berkembangbiaknya parasit
bawah sinar matahari sambil dibolak-balik seperti skabies. Keluarga dimotivasi untuk
minimal dupuluh menit sekali. Pengetahuan memperbaiki ventilasi dan penerangan
masyarakat tentang skabies merupakan salah dengan membuka pintu rumah pada siang
satu faktor risiko penularan skabies. hari dan menggunakan kipas angin yang
Masyarakat yang belum mengetahui tentang selalu dibersihkan, serta selalu mencuci dan
skabies menganggap penyakit tersebut hanya menyeterika pakaian setelah digunakan dan
penyakit kulit saja dan tidak menular menyimpannya dalam lemari.
sehingga masyarakat membiarkan penyakit Penelitian Ma’ruf dkk, menunjukan
skabies dan masih meremehkan pola bahwa sanitasi kamar mandi, kepadatan
kebersihan diri, selain itu masyarakat tidak hunian kamar dan kelembaban ruangan
memeriksakan penyakit skabies sedini merupakan parameter yang berhubungan
mungkin. Menurut Santoso (2002) penderita dengan kejadian skabies. Kepadatan sebagai

15
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17

Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)

salah satu faktor yang sngat efektif dalam ditemukan di kampung-kampung, rumah
penularan skabies.21 Hasil penelitian yang penjara, asrama dan panti asuhan dengan
sama tentang kepadatan hunian menunjukan sanitasi lingkungan yang jelek. Penyakit
ada hubungan yang bermakna antara skabies dapat terjadi pada satu keluarga,
kepadatan hunian dan kejadian skabies. tetangga yang berdekatan, bahkan bisa
Hasil penelitian Titiek L, 2014 terjadi di seluruh kampung.
mengemukakan bahwa penyediaan air bersih
berperan dalam penularan skabies karena SARAN
skabies merupakan penyakit berbasis pada Tindakan preventif seperti
persyaratan air bersih. Selain itu kelembaban penyuluhan tentang skabies, penemuan dan
ruangan yang kurang memadai berperan pengobatan penderita serta menjaga
dalam penularan skabies dimana Tungau personal hygiene dan sanitasi rumah dan
dapat hidup selama 24-36 jam pada suhu lingkungan sangat diperlukan dalam
kamar dengan kelembaban 40-80%.18 pencegahan penularan skabies.
Intervensi yang dilakukan terhadap
lingkungan adalah memberi penyuluhan UCAPAN TERIMAKASIH
mengenai skabies (gejala, penatalaksanaan,
Penulis mengucapkan terima kasih terutama
penyebaran penyakit, dan pencegahannya)
kepada Kepala Loka Litbang P2B2
terhadap warga masyarakat dalam satu
Waikabubak, dan semua pihak yang telah
rukun warga. Selain itu, penemuan kasus
membantu dan memberikan dukungannya
skabies pada lingkungan telah dilaporkan
sehingga kajian/tulisan ini dapat
kepada Puskesmas setempat agar mendapat
terselesaikan dengan baik.
perawatan dan pengawasan secara insentif
serta pendapatkan pengobatan skabies
DAFTAR PUSTAKA
misalnya pemberian salep/krim dan obat
lainnya sesuai dosis dan cara penggunaan 1. Steer AC, Jenney AWJ, Kado J,
yang tepat agar skabies dapat disembuhkan Batzloff MR, Vincent SL,
secara tuntas. WaqatakirewaL, et all. High burden of
impetigo and skabies in a tropical
KESIMPULAN country. Plos Negl Trop Dis. 2009; 3 :
467.
Skabies adalah penyakit kulit yang
2. Baker F. Skabies Mangement. Paediatr
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
Child Health. 2010; 6 : 775.
terhadap Sarcoptes scabiei phylum
3. Soemirat J. Kesehatan Lingkungan.
Arthopoda kelas Arachinida ordo Acarina
Revisi. Gadjah Mada University Press.
family Srcoptidae genus Sarcopes,
2011
Penularannya dengan dua cara kontak
4. Safar R. Parasitologi Kedokteran,
langsung yakni kontak kulit langsung yang
Protozologi Helmitologi Entomologi,
terus menerus dengan penderita
Yrama Widya Bandung, 2009.
skabiesmaupun hewan yang tertular skabies
5. Currie, B.J., Mc. Carthy, J.S.
dan kontak tak langsung dengan penderita
Permethrin and Ivermectrin for Skabies.
melalui penggunaan handuk bersamaan,
N Engl J Med. 2010:362:717-25.
sprei tempat tidur, dan segala hal yang
6. Departemen Kesehatan RI. Analisis
dimiliki penderita skabies. Penyakit ini
Data Laporan Jamkesmas 2010. Buletin

16
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)

Jendela Data dan Informasi Kesehatan Lamongan) Jurnal Kesehatan


(Triwulan 4). Jakarta, 2011. Lingkungan. 2005 Vol. 2(1) : 11-18
7. Wardhana,A.H., Manurung, J., 15. Saad. Pengaruh Higiene perorangan
Iskandar,T. Skabies : Tantangan terhadap kejadian skebies di Pesantren
Penyakit Zoonosis Masa Kini dan Masa An-Najach Magelang. Skripsi.
Datang. Wartazoa 2006;16(1):40-52. Universitas Diponegoro.2008
8. Johnstone P, Strong M. Skabies. BMJ. 16. Aina RA, Ibrohim, Suarsini E.
2008 ; 8 :1707 Hubungan Antara Perilaku Hidup
9. Ratnasari AF, Sungkar S. Prevalensi Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
Skabies dan Faktor-faktor yang rimbulnya penyakit Skabies di Wilayah
berhubungan di Pesantren X, Jakarta Kecamatan Tlanakan Kabupaten
Timur. E-Journal Kedokteran Indonesia, Pamekasan. Skripsi. Universitas Negeri
April 2014; 2 (1) : 251-256. Malang. 2014.
10. Zulfah, Ameliah. Perencanaan obat di 17. Anonim. Skabies pada manusia
Poliklinik Lembaga Permasyarakatan http://www.google.co.id/search?hl=id&
Kelas II A Narkoba Jakarta Tahun client=firefox-
2007. Universitas Indonesia. 2008 a&rls=org.mozilla%3AenUS%3Aoffici
(http://www. al&channel=s&q=skabies+pada+manus
digilib.ui.ac.id./file?=digital/122515- ia&meta=&aq=o&aqi=&aql=&oq
S% 205355- diunduh pada tanggal 12 Januari 2013
Gambaran%20perencanaan- 18. Titiek L. Gambaran Faktor Sanitasi
pendahuluan.pdf.) Diunduh pada Lingkungan dan Kejadian Skabies di
tanggal 6 Maret 2015 Pondok Pasantren Ash-Sholihah Mlati,
11. Astriyanti T, Lerik MDC, Sahdan M. Sleman, Yogyakarta. Jurnal Penyakit
Perilaku Hygiene Perorangan Pada Bersumber Binatang Maret 2014 Vol 1
Penderita Penyakit Kulit dan Bukan (2) : 85-94
Penderita Penyakit Kulit di Lembaga 19. Soedarto, Penyakit Menular Di
Permasyarakatan Klas II A Kupang Indonesia, Sagung Seto, Jakarta, 2009
Tahun 2010. MKM. Kupang. Desember 20. Baur B, Sarkar J, Manna N,
2010; 05 (1) : 33-40 Bandyopadhyay. The Patten of
12. Azizah I.N, Setiyowati W. Hubungan Dermatological Disorders among
tingkat pengetahuan ibu pemulung Patiens Attending the skin O.P.D od A
tentang personal hygiene dengan Tertiary Care Hospital in Kolkata,
kejadian skabies pada balita di tempat India. Journal of Dental and Medical
pembuangan akhir Kota Semarang. Sciences 3 :1-6
Dinamika Kebidanan 1 : 1-5 21. Ma’rufi I, Keman S, Notobroto HB.
13. Partosoedjono, S. 2003. Skabies dan Faktor Sanitasi Lingkungan yang
kualitas sanitasi masyarakat. Kompas. berperan terhadap prevalensi penyakit
Jumat, 05 September 2003 Skabies. Jurnal Universitas Airlangga.
14. Ma’ruf I, Soedjajadi Keman, Hari 2005; 2(1).
Basuki Notobroto. Faktor Sanitasi 22. Rahmawati N. Pengaruh pendidikan
Lingkungan Yang Berperan Terhadap kesehatan tentang penyakit skabies
Prevalensi Penyakit Skabies (Studi pada terhadap perubahansikap penderita
Santri di Pondok Pesantren Kabupaten dalam pencegahan penularan penyakit
skabies pada santridi pondok pesantren

17
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17

Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)

Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo.


Skripsi. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah. 2009

23. Pawening A. Perbedaan angka kejadian


skabies antar kelompok santri berdasar 26. Handayani. Hubungan antara praktik
lama belajar di Pesantren. 2009. kebersihan diri dengan kejadian skabies
(http://digilib.unc.ac.id/abstrak_1262_p di pondok pesantren Nihayatul Amal
erbedaan-angka-kejadian-skabies-antar- Waled Kabupaten Cirebon. 2007.
kelompok-santri-berdasar-lama-belajar- (http://fkm.undip.ac.id/data/index.php?a
di-pesantren.html) diunduh pada ction=4&idx=3264) diunduh pada
tanggal 4 Maret 2015 tanggal 4 Maret 2015.
24. Daili, E.S.S., Menaldi, S.L., Wisnu, 27. Wendel, J. and Rampalo. 2002. Skabies
I.M.. Penyakit Kulit Yang Umum di and pediculosis pubis: an update of
Indonesia. Sebuah Panduan treatment regimens and general review.
Bergambar. PT Medical Multimedia CID 35 (Suppl.2) : S 146-1 151
Indonesia. Jakarta. 2005. 28. Santosa. Ramuan Tradisional Untuk
25. Muzakir. Faktor yang berhubungan Penyakit Kulit. Jakarta : penebar
dengan kejadian penyakit skabies pada Swadaya. 2002
pesantren di Kabupaten Aceh Besar
tahun 2007. Tesis. Medan. Universitas
Sumatera Utara. 2008.

18

Potrebbero piacerti anche