Sei sulla pagina 1di 6

Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat

Vol. 17 No 1 2017
e-issn :2622-6960, p-issn : 0854-624X

PERBANDINGAN JUMLAH KUMAN PADA LALAPAN YANG DIJUAL DI RUMAH MAKAN


DAN PEDAGANG KAKI LIMADI JALAN A. P. PETTARANI KOTA MAKASSAR
Comparison Of Number Of Numbers In Flies That Are Sold In Eat House And Limadi Foot
Traders A. P. Pettarani Kota Makassar
1 2
St. Mu’tamirah dan Amryl
1,2
Akademi Kesehatan Lingkungan Muhammadiyah Makassar
*)stmutamirah@gmail.com

ABSTRACT

Indonesian salad are vegetables usually served along with Indonesian cuisine. Lalapan commonly eaten with
rice and side dishes. Lalapan are usually served in a raw state. Lalapan commonly used include green beans, basil,
cabbage, chili sauce, and cucumber. Lalapan are found sold in restaurants and street vendors. The purpose of this
study was to determine differences in the number of bacteria in fresh vegetables sold in restaurant and Street Vendors
in A.P. Pettarani Street Makassar. The method used in this study was a descriptive observational and determination of
the number of bacteria while using the Total Plate Count. The results of the examination of 10 samples of lalapan were
sold at restaurant and street vendors 7 samples showed that lalapans have a number of bacteria exceeds 1 x 10 5 while
the three of them have met the requirements. The number of bacteria in lalapan sold in restaurant long beans by type ie
the number of germs 19 655 x 102, the number of germs basil 4105 x 102, the number of germs cabbage 14 465 x 102,
the number of germs sauce 425 x 102, and cucumber with a number of germs 39 795 x 10 2. and for Street Vendors ie
the number of germs beans 65 x 103, the number of germs basil 12 415 x 10 2, the number of germs cabbage 582 x 103,
the number of germs sauce 515 x 102, and cucumber with number of germs 608 x 103. From these resultsit can be
concludedthat thenumber ofbacteria inlalapansold inrestauranthigher than thelalapansoldatstreet vendors. It
isinfluencedbyseveral factors such asfood ingredients, shelf lifeof food, sothe foodstorage area, and thehygieneof
foodhandlers. Seeingthese circumstancesit may be advisableto furtherimprove theimplementation
offoodhygienesanitationinrestaurantandstreet vendors.

Keywords : Lalapan, Restaurants, Street Vendors, Number of Bacteria.

ABSTRAK

Lalapan adalah sayur-sayuran yang biasa disajikan beserta masakan Indonesia. Lalapan biasa dimakan
bersama nasi dan lauk-pauk. Sayur-sayuran ini biasanya dihidangkan dalam keadaan mentah. Sayur-sayuran yang
biasa digunakan antara lain kacang panjang, kemangi, kubis, sambal, dan timun. Lalapan ini banyak ditemukan dijual di
rumah makan maupun pedagang kaki lima.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah kuman
pada lalapan yang dijual di Rumah Makan dan Pedagang Kaki Lima di Jln. A.P. Pettarani kota Makassar. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif observasional sedangkan penentuan jumlah kumannya menggunakan
metode Total Plate Count. Hasil pemeriksaan terhadap 10 sampel lalapan yang dijual di Rumah Makan dan Pedagang
Kaki Lima didapatkan hasil bahwa 7 sampel lalapan memiliki jumlah kuman melebih 1 x 10 5 sedangkan tiga diantaranya
telah memenuhi persyaratan. Jumlah kuman pada lalapan yang dijual di Rumah Makan berdasarkan jenisnya yaitu
kacang panjang dengan jumlah kuman 19.655 x 102, kemangi dengan jumlah kuman 4.105 x 102, kubis dengan jumlah
kuman 14.465 x 102, sambal dengan jumlah kuman 425 x 102, serta timun dengan jumlah kuman 39.795 x 102. Dan
untuk Pedagang Kaki Lima yaitu kacang panjang dengan jumlah kuman 65 x 103, kemangi dengan jumlah kuman
12.415 x 102, kubis dengan jumlah kuman 582 x 103, sambal dengan jumlah kuman 515 x 102, dan timun dengan
jumlah kuman 608 x 103.Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah kuman pada lalapan yang dijual
di Rumah Makan lebih tinggi dibandingkan dengan lalapan yang dijual di Pedagang Kaki Lima. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain bahan makanan, waktu simpan makanan, tempat penyimpanan makanan jadi, dan hygiene
penjamah makanan. Melihat keadaan tersebut maka dapat disarankan untuk lebih meningkatkan penerapan hygiene
sanitasi makanan di Rumah Makan dan Pedagang Kaki Lima.
Kata Kunci : Lalapan, Rumah Makan, Pedagang Kaki Lima, Jumlah Kuman.

PENDAHULUAN (Tempo, 2009). Kebiasaan makan diluar


Abad 21 adalah abad yang ditandai ditunjang dengan ketersediaan rumah makan,
dengan kecanggihan teknologi yang menuntut kaki lima, dan menu yang beragam.
manusia untuk memiliki mobilitas yang tinggi. Salah satu menu yang digemari oleh
Mobilitas yang tinggi ini telah membawa masyarakat adalah menu lalapan. Lalapan
perubahan kebiasaan dalam masyarakat adalah makanan yang berupa sayuran segar
salah satunya adalah kebiasaan makan di yang disajikan tanpa melalui proses
rumah berubah menjadi makan di luar. pemasakan. Makanan yang tidak melalui
Perusahaan riset Nielsen proses pemasakan biasanya berdampak
menyebutkan sekitar 44 persen masyarakat negatif terhadap kesehatan manusia. Salah
dunia, termasuk Indonesia, makan di luar satu dampak yang paling sering terjadi adalah
rumah satu hingga tiga kali dalam seminggu keracunan makanan.
60
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 17 No 1 2017
e-issn :2622-6960, p-issn : 0854-624X

Di Indonesia, kasus keracunan makan persyaratan kesehatan lingkungan bangunan,


cukup sering terjadi. Pada tahun 2010, ketersediaan fasilitas sanitasi, serta
tercatat 132 Kasus dan 13 Insiden Keracunan penerapan hygienen perorangan dan food
Makanan/ Keracunan Pangan terjadi dan safety di rumah makan lebih baik jika
terlaporkan di Sentra Informasi Keracunan dibandingkan dengan kaki lima.
Nasional Badan Pengawas Obat dan Berdasarkan uraian diatas, maka
Makanan RI (MF. Isnaini, 2009). Salah satu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
keracunan makanan yang pernah terjadi di tentang “Studi Perbandingan Jumlah Kuman
Indonesia adalah kasus keracunan makanan Pada Lalapan Yang Dijual Di Rumah Makan
yang menimpa 100 orang karyawan PT CGN Dan Pedagang Kaki Lima Di Jalan A. P.
Central Georgette Nusantara (Fajrin, 2008). Pettarani Kota Makassar”
Untuk Sulawesi Selatan sendiri,
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) METODE
menempatkan Provinsi Sulawesi Selatan di Lokasi Penelitian
urutan kedua dalam keracunan makanan Lokasi pengambilan sampel lalapan
setelah Jawa Barat (Anonim, 2009). Seperti yaitu salah satu rumah makan dan pedagang
pada kasus keracunan yang terjadi di Kab. kaki lima yang ada di Jln. A.P. Pettarani kota
Bulukumba, Pangkep, Gowa, dan Sidrap Makassar. Sedangkan untuk pemeriksaan
(Zaenab, 2008). sampelnya dilakukan di laboratorium Akademi
Kasus keracunan makanan ini cukup Kesehatan Lingkungan Muhammadiyah
sering terjadi di kota Makassar. Dinas Makassar.
Kesehatan kota Makassar mencatat rentan
waktu antara tahun 2006 sampai 2011 terjadi Populasi dan Sampel
12 kasus keracunan makanan yang menimpa Populasi dalam penelitian ini adalah
warga kota Makassar dengan 413 korban semua lalapan yang dijual di rumah makan
(Dinas Kesehatan Kota Makassar). dan pedagang kaki lima yang berada di Jln. A.
Lalapan sendiri sangat berpotensi P.Pettarani Kota Makassar Tahun 2014.
untuk menyebabkan keracunan makanan. Sampel dalam penelitian ini adalah
Ada beberapa faktor yang membuat lalapan lalapan yang dijual di salah satu rumah
dapat menyebabkan keracunan makanan makan dan pedagang kaki lima yang ada di
yaitu residu pestisida, pencucian yang tidak Jln. A.P. Pettarani kota Makassar.
sempurna, air pencuci, kontaminasi bakteri Pengambilan sampel lalapan dilakukan
patogen, dan senyawa racun alami (Made A, dengan menggunakan metode representatif
2012). atau yang dianggap mewakili. Jumlah sampel
Di kota Makassar, lalapan sangat dari penelitian ini adalah 10 sampel
mudah ditemukan dijual baik di rumah makan berdasarkan jenis lalapan yang dijual yaitu
maupun pedagang kaki lima. Tempat kacang panjang, kemangi, kubis, timun, dan
penjualan ini sangat berpengaruh terhadap sambal.
kualitas makanan terutama untuk kualitas
bakteriologis. Hal ini dapat dilihat dari data Pengumpulan Data
Depkes RI tahun 1984 menyebutkan menurut Data primer dari penelitian ini
jenis Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), diperoleh melalui observasi langsung ke
didapatkan kontaminasi bakteri patogen lapangan dan uji laboratorium yang
seperti E. Coli lebih tinggi pada pedagang dilaksanakan di Laboratotium Akademi
kaki lima jika dibandingkan dengan rumah Kesehatan Lingkungan Muhammadiyah
makan (Oggy S, 2012). Makassar.
Disepanjang jalan A. P. Pettarani ada Data sekunder dari penelitian ini
sekitar 24 pedagang kaki lima yang menjual diperoleh dari kajian pustaka dari beberapa
lalapan. Mobilitas yang tinggi disekitar jalan A. buku dan literatur lain yang berkaitan dengan
P. Pettarani ini sangat memungkinkan untuk penelitian ini.
mengkontaminasi makanan yang dijual oleh
pedagang kaki lima. Tentu hal ini akan Analisa Data
berbeda jika dibandingkan dengan rumah Data hasil pemeriksaan laboratorium
makan. Salah satu hal yang membedakan terhadap jumlah kuman pada lalapan yang
adalah hygiene sanitasi makanan yang dijual di rumah makan dan pedagang kaki
diterapkan di rumah makan dan pedagang lima di Jln. A.P. Pettarani kota Makassar
kaki lima tentulah berbeda. Misalnya kemudia disajikan dalam bentuk tabel,

61
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 17 No 1 2017
e-issn :2622-6960, p-issn : 0854-624X

kemudian dianalisis secara deskriftip dan Tabel 2


diuraikan secara narasi. Hasil pemeriksaan jumlah kuman pada
lalapan yang dijual di pedagang kaki lima,
HASIL Juni 2014
Berdasarkan penelitian yang Batas
dilakukan tentang perbandingan jumlah Jenis ALT Maksimum 1
N Lalapa (Koloni/ Keterang x 105
kuman pada lalapan yang dijual di rumah o n gr) an koloni/gr
makan dan pedagang kaki lima di Jln. A. P. Kacan
Pettarani kota Makassar, maka di bawah ini g 19.655 x
1 TMS
penulis akan menguraikan hasil pemeriksaan Panjan 102
g
laboratorium dan hasil pengamatan langsung
Perarturan
di lapangan sebagai berikut : Keman 4.105 x Kepala
2 TMS
1. Semua jenis lalapan yang dijual di rumah gi 102 BPOM RI No.
makan di Jln. A.P. Pettarani kota HK.
Makassar belum memenuhi persyaratan 14.465 x 00.06.1.52.40
3 Kubis TMS
5 102 11 dan SNI
jumlah kuman pada lalapan yaitu 1x10 No. 7388
kecuali sambal yang didasarkan pada Samba Tahun 2009
4 425 x 102 MS
Peraturan Kepala BPOM l
No.HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 dan 39.795 x
SNI No. 7388 tahun 2009 tentang batas 5 Timun TMS
102
maksimum cemaran mikroba dalam
pangan.
2. Dari semua jenis lalapan yang dijual di Tabel 3
pedagang kaki lima, jumlah kuman pada Perbandingan kualitas bahan makanan
kacang panjang dan sambal tidak yang digunakan di rumah makan dan
melapaui batas maksimum cemaran pedagang kaki lima
mikroba dalam pangan sesuai dengan Kualitas Bahan Makanan
Peraturan Kepala BPOM Jenis Kesegaran Warna Bentuk
Lalapan
No.HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 dan
5 RM PKL RM PKL RM PKL
SNI No. 7388 tahun 2009 yaitu 1 x 10 .
Selain kacang panjang dan sambal Kacang Tidak
kesemuanya belum memenuhi Panjang Tidak Segar Berubah Berubah Baik Baik
persyaratan untuk jumlah kuman pada Tidak Tidak
Kemangi Segar Segar Berubah Berubah Utuh Utuh
makanan.
Tabel 1 Tidak Tidak
Hasil pemeriksaan jumlah kuman pada Kubis Tidak Segar Berubah Berubah Utuh Utuh
lalapan yang dijual di rumah makan, Juni
Tidak Tidak
2014 Timun Tidak Segar Berubah Berubah Baik Baik
Batas
Maksimum 1
N Jenis ALT x 105
o Lalapan (Koloni/gr) Keterangan koloni/gr
Tabel 4
Perbedaan waktu simpan lalapan yang
dijual di rumah makan dan pedagang kaki
Kacang lima
1 Panjang 65 x 103 MS Perarturan
Kepala
BPOM RI No. Tempat Pengolahan Waktu Simpan
Kemang 12.415 x HK. Makanan Lalapan (Jam)
2 i 102 TMS 00.06.1.52.40
11 dan SNI
Rumah Makan 8-10 Jam
3 No. 7388
3 Kubis 582 x 10 TMS
Tahun 2009 Pedagang Kaki Lima 10-24 Jam
4 Sambal 515 x 102 MS

5 Timun 608 x 103 TMS Tabel 5


Perbedaan tempat penyimpanan lalapan yang
dijual di ruma makan dan pedagang kaki lima
Tempat Pengolahan Kondisi Tempat
Makanan Penyimpanan
Rumah Makan Tidak memiliki penutup

Pedagang Kaki Lima Memiliki penutup

62
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 17 No 1 2017
e-issn :2622-6960, p-issn : 0854-624X

3. Berdasarkan hasil pemeriksaan


laboratorium, diketahui bahwa dari lima 2. Penyimpanan Makanan Jadi
jenis lalapan yang diperiksa, tiga Makanan jadi harus disimpan pada
diantaranya yaitu kacang panjang, kubis, tempat yang tidak terjangkau tikus,
dan timun yang dijual di rumah makan serangga, dan bintang pengganggu
memiliki jumlah kuman yang lebih tinggi lainnya (J. Sinaga 2011). Dalam
dibandingkan dengan yang dijual di menyimpan makanan jadi ada beberapa
pedagang kaki lima. Hal ini dipengaruhi hal yang perlu diperhatikan yaitu waktu
beberapa hal yaitu bahan makanan, simpan, tempat, dan suhu penyimpanan
waktu simpan dan kondisi tempat makana jadi.
penyimpanan makanan jadi. a. Waktu simpan makanan ini sangat
menentukan banyaknya jumlah
kuman dalam makanan. Hal ini
PEMBAHASAN sesuai dengan penelitian (Djaja
Dari beberapa penelitian didapatkan 2003) yang menyatakan bahwa
hasil bahwa tingkat kontaminasi mikroba pada waktu penyimpanan dan penyajian
makanan berbeda menurut tempat (6–7 jam) akan memberi cukup
pengolahannya. Penelitan Djaja (2003) pada kesempatan bagi bakteri untuk
tiga tempat pengolahan makanan berkembang biak menjadi 1 (satu)
menyimpulkan bahwa pedagang kaki lima juta dalam waktu 6 (enam) jam
berisiko 3,5 kali lipat terhadap terjadinya (Febria A, dkk, 2009). Waktu simpan
kontaminasi makanan dibandingkan dengan lalapan pada rumah makan lebih
usaha jasaboga, restoran dan rumah makan lama dibandingkan dengan
(Febria A, dkk, 2009). pedagang kaki lima.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium b. Lalapan yang dijual oleh pedagang
yang dilakukan pada lalapan yang dijual di kaki lima disimpan pada wadah
rumah makan dan pedagang kaki lima di Jln. tertutup sedangkan di rumah makan
A. P. Pettarani dengan parameter jumlah tidak. Menurut persyaratan hygiene
kuman, didapatkan hasil bahwa jumlah kuman dan sanitasi makanan, wadah untuk
pada lalapan yang dijual di rumah makan menyimpan makanan jadi harus
lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang memilki penutup untuk mencegah
dijual di rumah makan. Hal dapat dipengaruhi terjadinya kontaminasi baik oleh
oleh beberapa hal, yaitu : udara, debu, ataupun serangga.
Makanan yang disimpan pada
1. Bahan Makanan wadah yang tidak memiliki penutup
Kualitas bahan makanan yang baik dapat sangat rentan terhadapa
dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya kontaminasi udara, debu, maupun
dalam hal ini, bentuk, warna, kesegaran, serangga., udara, debu, maupun
bau dan lainnya (Kusmayadi, 2008 dalam serangga dapat mengkontaminasi
J. Sinaga 2011). Dari hasil pengamatan, makanan baik secara langsung
didapatkan hasil bahwa kualitas bahan maupun tidak langsung Menurut
makanan yang digunakan di pedagang (Anwar,1987 dalam Asmiati,2010).
kaki lima lebih baik dibandingkan dengan c. Baik di rumah makan maupun
rumah makan. Hal ini dapat dilihat pada pedagang kaki lima, lalapan ini
kesegaran dan warna makanan yang disimpan pada suhu kamar yaitu
0 0
digunakan oleh pedagang kaki lima lebih sekitar 25 C-30 C yang sangat baik
baik dibandingkan dengan rumah makan. untuk pertumbuhan bakteri.
Selain itu ditemukan bekas gigitan dan Hal ini berbeda dengan persyaratan
bintik-bintik hitam pada bahan yang hygiene sanitasi makanan yang
digunakan oleg rumah makan. Kondisi mengatakan bahwa makanan harus
bahan makanan yang digunakan oleh diusahakan untuk disimpan pada suhu
0 0
rumah makan ini tidak sesuai dengan dibawah 10 C atau diatas 60 C karena
persyaratan hygiene sanitasi makanan suhu tersebut sangat berbahaya untuk
untuk sayuran yaitu harus dalam pertumbuhan bakteri (J. Sinaga, 2011).
keadaan segar, utuh, tidak layu, tidak 3. Pengolahan Makanan
berubah warna, dan tidak ada bekas Pengolahan makanan ini sangat
gigitan hewan (J. Sinaga, 2011). besar peranannya dalam

63
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 17 No 1 2017
e-issn :2622-6960, p-issn : 0854-624X

mengkontaminasi makanan. Menurut penjamah makanan. Tidak ada orang


Sapers 2001, kontaminasi mikroba pada yang ditugaskan khusus untuk mengolah,
produk pertanian termasuk sayuran yang mengantar, maupun menyajikan
akan dijadikan lalapan dapat terjadi pada makanan. Semua karyawan bisa menjadi
beberapa titik diantaranya adalah pada pengolah maupun penyaji. Hal ini dapat
saat pengolaahan. Salah satu hal yang membuat kontaminasi pada makanan
sangat penting untuk diperhatikan dalam menjadi tinggi karena semakin banyak
mengolah makanan adalah penjamah orang yang menyentuh makanan makan
makanan. kontaminasinya akan semakin tinggi.
Dari hasil pengamatan di rumah
makan dan pedagang kaki lima, dapat KESIMPULAN dan SARAN
diketahui bahwa penerapan hygiene Berdasarkan hasil penelitian dan
pada penjamah makanan masih sangat pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
rendah. Pada saat menjamah makanan, jumlah kuman pada lalapan yang dijual di
mereka tidak mencuci tangan sebelum rumah makan memiliki jumlah kuman yang
menjamah makanan, menyentuh
lebih tinggi dibandingkan dengan lalapan
makanan dengan menggunakan tangan
kosong, serta penjamah makanan yang dijual di pedagang kaki lima. Oleh
berbicara saat sedang menjamah karena disarankan baik kepada pemerintah
makanan. maupun pengelola rumah makan dan
Hal ini tidak memenuhi persyaratan pedagang kaki lima untuk meningkatkan
hygiene sanitasi makanan bagi penjamah pengetahuan kepada penjamah makanan
makanan yang diharuskan untuk baik di pedagang kaki lima maupun rumah
mencuci tangan setiap kali hendak
makan melalui penyuluhan atau pelatihan
menangi makanan, menjamah makanan
harus memakai alat/perlengkapan atau bagi penjamah makana mengenai higiene dan
alas tangan (J. Sinaga, 2011). Berbicara sanitasi pengolahan makanan serta
saat menjamah makanan serta pendampingan untuk menumbuhkan
menjamah makanan dengan tangan kesadaran dan melakukan pemantauan
kosong dapat mengkontaminasi sehingga dapat meningkatkan kualitas
makanan baik secara langsung maupun makanan yang dijual serta memperhatikan
tidak langsung (Anwar, 1987 dalam
Asmiati 2010). ketentuan enam prinsip hygiene sanitasi
Rumah Makan, tidak ada makanan.
pembagian tugas yang jelas untuk

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Bukan Sekedar Makan.
http://www.tempo.co/read/news/2009/04/14/108170283/Bukan-Sekedar Makan.Diakses
tanggal 02 April 2014.

_______.2009.Sulsel urutan kedua kasus keracunan makanan.http://www.antara-


sulawesiselatan.com/berita/12210/sulsel-urutan-kedua-kasus-keracunan-makanan.Diakses
tanggal 02 April 2014

Asmiati.2010.Studi Kualitas Bakteriologis Roti Bread Talk yang Diperdagangkan di Mall Ratu
Indah Makassar. Makassar: AKL Muhammadiyah Makassar. (KTI tidak diterbitkan).

Fajrin.2008.Kejadian Luar Biasa.http://keslingmks.files.wordpress.com/2008/12/fajrin-klb.doc.


Diakses tanggal 02 April 2014

Febria Agustina, Rindit Pembayun, Fatmalina Febry.2009.Higiene Sanitasi Pada Pedagang


Makanan Jajanan Traditional di Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan Demang Lebar
Daun Palembang Tahun 2009.http://eprints.unsri.ac.id/64/3/Abstrak8.pdf.Diakses tanggal
09 Juni 2014

64
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 17 No 1 2017
e-issn :2622-6960, p-issn : 0854-624X

J.Sinaga.2011. Hygiene Sanitasi Makanan.


repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28057/4/Chapter%20II.pdf. Universitas
Sumatera Utara. Diakses tanggal 18 April 2014.

Made Astawan.2014.Mana Lebih Baik, Lalapan atau Sayuran Dimasak?.


http://health.kompas.com/read/2014/04/11/0755332/mana.lebih.baik.lalapan.atau.sayuran.
dimasak. Diakses tanggal 02 April 2014

MF. Isnaini.2009.Tentang Keracunan Makanan/Keracunan Pangan.


http://indonesiabisasehat.blogspot.com/2012/04/tentang-keracunan-makanan-
keracunan.html.diakses tanggal 02 April 2014

Oggy Satria Saputra.2012.Deteksi Bakteri Patogen pada Makanan di Pedagang Kaki Lima
Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.http://ijtmh.org/arsip-koleksi/80-september-2012/85-
deteksi-bakteri-patogen-pada-makanan-di-pedagang-kaki-lima-kecamatan-gubeng-kota-
surabaya.html.Fakultas Kedokteran UniversitasAirlangga.Diakses tanggal 24 April 2014

Sapers, GM. 2001. Efficacy of Washing and Sanitizing Methods for Disinfection of FreshFruit
and Vegetable Product. www.ftb.pbf.hr/import/39-4-5.pdf. Diakses tanggal 14 April 2014

Zaenab.2008.Kasus keracunan makanan.


http://keslingmks.wordpress.com/2008/12/26/makalah-tentang-kasus-keracunan-
makanan/.Diakses tanggal 02 April 2014

65

Potrebbero piacerti anche