Sei sulla pagina 1di 17

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

ANALISIS PRODUKSI DAN DISTRIBUSI PEDET SAPI PO KEBUMEN


DI SPR SATO WIDODO DAN SPR KLIRONG-01 KABUPATEN KEBUMEN

ANALYSIS OF PRODUCTION AND DISTRIBUTION Calf COW PO KEBUMEN IN


SPR SATO WIDODO AND SPR KLIRONG-01 DISTRICT KEBUMEN

NUNUR NURAENI, RAHMAT JOKO NUGROHO, dan MUHAMMAD FAISAL ISMAIL ARYADI

Program Studi Peternakan Umnu Kebumen


Jl. Kusuma No. 75 Kebumen

ABSTRACT

Kebumen is a center of local beef cattle farms, especially cattle of the nation Peranakan Ongole (PO).
Kabupaten district is a seed source, but in reality PO Kebumen cattle hard to find in the community farmers,
because the production and distribution of poorly controlled. This research examines about income and
business efficiency, and the pattern of development of cattle breeding PO Kebumen. According to the
research the average calving interval PO Kebumen cattle on farmers who are members in the group and in
the community breeders are 14.33 and 13.41 on SPR Sato Widodo district of Puring and 14.73 and 14.14 on
SPR Klirong 01 district Klirong. Income and efficiency of breeding PO Kebumen cattle in both SPR if
calculate based on the total costs, on average farmers at a disadvantage, but if calculate based on walfare
economic, based on the average cash cost farmers benefit. Most high cost is the cost of feed, especially feed
concentrate and feed additives. The pattern of development of breeding PO Kebumen cattle is to concentrate
efforts to reduce the cost of feed and feed additives with supplemental feeding management is focused on pre-
partum, post-partum or a combination of both and plus with fattening bussines and give provide an overview
as well as concrete activities to do each of the parties associated with breeding PO Kebumen cattle ranging
from regions, relevant agencies (Department of Agriculture and Livestock of Kebumen), farmers/breeders
and group of farmers organization, as well as partners.

Key word(s) : Production Analysis, Distribution Analysis, Peranakan Ongole, Cow

ABSTRAK

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu sentra peternakan sapi potong lokal, khususnya sapi dari
bangsa Peranakan Ongole (PO). Kabupaten Kebumen merupakan wilayah sumber bibit, namun pada
kenyataannya bibit sapi PO Kebumen sulit ditemukan di masyarakat peternak, karena produksi dan
pendistribusiannya kurang terkontrol. Penelitian ini mengkaji tentang pendapatan dan efisiensi usaha, dan
pola pengembangan pembibitan sapi PO Kebumen. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata calving interval
induk sapi PO Kebumen pada peternak yang tergabung di kelompok dan pada peternak masyarakat adalah
14,33 dan 13,41 pada SPR Sato Widodo Kecamatan Puring serta 14,73 dan 14,14 pada SPR Klirong 01
Kecamatan Klirong. Pendapatan dan efisiensi usaha pembibitan sapi PO Kebumen di kedua SPR apabila
dihitung berdasarkan atas biaya total, rata-rata peternak mengalami kerugian, namun apabila dihitung
berdasarkan walfare economics berdasarkan biaya tunai rata-rata peternak mendapatkan keuntungan. Biaya
paling Tinggi adalah biaya pakan khususnya pakan konsentrat dan pakan aditif. Pola pengembangan usaha
pembibitan sapi PO Kebumen adalah dengan upaya menekan biaya pakan konsentrat dan pakan aditif dengan
manajemen pemberian pakan tambahan difokuskan pada pre-partum, post-partum atau kombinasi keduanya
serta dibaregni dengan usaha penggemukan serta memberikan gambaran kegiatan konkrit yang dapat
dilakukan masing-masing pihak yang terkait dengan usaha pembibitan sapi PO Kebumen mulai dari
Pemerintah Daerah, Dinas terkait (Dinas Pertanian danPeternakan Kabupaten Kebumen), peternak dan
organisasi kelompok peternak, serta mitra.

Key word (s) : Analisis Produksi, Analisis Distribusi, Peranakan Ongole, Sapi

278
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

PENDAHULUAN dan Kawin Alam), pengalaman peternak,


Populasi sapi PO Kebumen pada curahan kerja, pemasaran pedet, pendapatan
tahun 2015 tercatat sebanyak 65.256 ekor di dan efisiensi usaha. Jumlah responden
tahun 2015 (Distannak, 2015) sebagian besar penelitian diambil secara purposive sampling.
dikelola oleh masyarakat peternak di pedesaan Data responden kelompok dan masyarakat
dengan skala yang relatif kecil (1 – 5 ekor). adalah 68 dan 230 responden di Kecamatan
Melalui asosiasi pemerintah berupaya untuk Puring, 56 dan 84 responden di Kecamatan
menjaring bibit-bibit yang unggul dengan Klirong
diberikan dana talangan sehingga diharapkan
penjualan sapi khususnya pedet/bibit sapi PO Analisis Data
Kebumen dapat dilakukan satu arah melaui Data yang diperoleh diolah dengan
Asosiasi. Pada pelaksanaanya hal tersebut dengan teknik analisis deskripftif untuk
masih banyak mengalami kendala, sehingga mengetahui rata-rata pendapatan dan efisiensi
pedet (calon pejantan/calon induk) lepas sapih usaha pembibitan sapi PO Kebumen.
terpilih yang ada dimasyarakat sulit Perbedaan antara pendapatan dan efisiensi
ditemukan karena petani langsung menjual ekonomi antara peternak yang memelihara
keluar daerah tanpa terkendali. Penelitian ini ternak pribadi dan kelompok diuji dengan
mengkaji berapakah jarak kelahiran pedet sapi independen t-test, serta dilakukan analisis
PO Kebumen, bagaimana pola pemasaran sapi kualitatif berdasarkan teori Janice Mcdrury
PO Kebumen, berapa pendapatan dan untuk merumuskan model untuk usaha
efisiensi usaha pembibitan sapi PO Kebumen perbibitan sapi PO Kebumen.
antara di kelompok dan milik pribadi dan
bagaimana pola pengembangan perbibitan HASIL DAN PEMBAHASAN
sapi PO Kebumen yang tepat. 1. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian
Pemerintah Dinas Pertanian dan Kabupaten Kebumen merupakan
Peternakan Kabupaten Kebumen mulai salah satu daerah sentra ternak sapi potong di
melakukan upaya pelestarian sapi PO Jawa Tengah dengan populasi sebanyak
Kebumen dengan mendirikan 29 Kelompok 65.256 ekor di tahun 2015 (Distannak, 2015).
Perbibitan di 29 desa di enam kecamatan. Dari populasi tersebut sebagian besar berada
Kegiatan kelompok adalah mengukur, di Wilayah Urut Sewu yaitu sepanjang Pantai
menimbang dan mencatat pedet lahir, masa Selatan Kabupaten Kebumen, meliputi
sapih, dara dan dewasa. Dari data tersebut Kecamatan Puring, Petanahan, Klirong,
akan diketahui bibit-bibit sapi PO yang Buluspesantren, Ambal dan Mirit. Populasi
unggul di Kabupaten Kebumen, khususnya sapi PO di Kecamatan Puring adalah 7,470
pada wilayah yang terdapat kelompok ekor dan di Kecamatan Klirong 5,397 ekor.
perbibitannya. Setelah terbentuk 29 kelompok Rata-rata kepemilikan ternak induk Sapi PO
perbibitan, didirikan juga Asosiasi Pembibit Kebumen adalah 1 ekor per peternak.
Sapi PO Kebumen yang anggotanya adalah 29 Berdasarkan Hadi dan Nyak 2002, beberapa
kelompok perbibitan tersebut. fakta usaha pembibitan adalah : 1) skala usaha
pembibitan per peternak sangat kecil (1−3
MATERI DAN METODE ekor) dengan teknologi budi daya sederhana,
Obyek Penelitian 2) pembibitan umumnya dilakukan di daerah
Sasaran penelitian adalah peternak dataran rendah dengan ketersediaan pakan
yang berada di wilayah SPR Sato Widodo terbatas, sedangkan penggemukan dilakukan
Kecamatan Puring dan SPR Klirong 01 di dataran tinggi dengan ketersediaan pakan
Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. cukup, 3) produktivitas pembibitan masih
Peternak yang menjadi responden adalah rendah karena rasio pelayanan kawin suntik
peternak yang memelihara ternak secara per kebuntingan masih tinggi dan jarak waktu
mandiri dan peternak yang memelihara ternak beranak cukup panjang. Populasi sapi PO di
kelompok. Metode yang digunakan dalam Kabupaten Kebumen mengalami penurunan
penelitian ini adalah survai (wawancara). sebesar 24,12% selama kurun waktu 5 tahun
Variabel yang diamati meliputi jarak dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.
kelahiran pedet, pakan, cara perkawinan (IB Data kelompok aktif sampai dengan tahun

279
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

2015 berjumlah 480 kelompok tani ternak produktivitas ternak. Produktivitas sapi
yang tersebar di 26 kecamatan. Kabupaten potong merupakan gabungan sifat produksi
Kebumen memiliki dua SPR yaitu SPR dan reproduksi ternak tersebut dalam kurun
Klirong 01 Kecamatan Klirong dan SPR Sato waktu tertentu, serta dipengaruhi oleh genetik,
Widodo Kecamatan Puring. Kedua SPR telah lingkungan dan interaksi genetik dan
melaksanakan deklarasi pada 10 November lingkungan (Sumadi et al., 2011). Yusran dan
2015. SPR Sato Widodo Kecamatan Puring Affandhy (1996) yang menyatakan bahwa
terdiri dari lima desa yaitu : Desa Sitiadi, umumnya pedet di peternak dikumpulkan
Desa Surorejan, Desa Kaleng, Desa dengan induknya selama 24 jam. Umur
Tukinggedong dan Desa Srusuhjurutenga penyapihan pedet berhubungan dengan jarak
sedangkan SPR Klirong 01 terdiri dari empat beranak (Calving nterval). Menurut Affandhy
desa yaitu : Desa Tanggulangin, Desa et al. (2001) dengan penyapihan pedet umur
Tambakprogaten, Desa Kedungsari dan Desa 84 hari tanpa pembatasan penyusuan selama
Gebangsari. 24 jam menunjukkan aktivitas ovarium
Pengalaman beternak pada peternak sebesar 90% dengan kejadian estrus mencapai
kelompok di Kecamatan Puring rata-rata 50%. Hal tersebut akan mempengaruhi An-
12,31 tahun, dengan kisaran pengalaman estrus Post Partus (APP) dan panjangnya jarak
paling rendah selama 1 tahun dan paling beranak. Dengan demikian penyapihan pedet
tinggi 50 tahun, sedangkan di Kecamatan pada umur 4-6 bulan akan memperpanjang
Klirong memiliki pengalaman beternak rata- APP dan panjangnya jarak beranak (Mas'um
rata 17,25 dengan kisaran pengalaman paling et al., 1993; Affandhy et al.,1998; Arifin dan
rendah 4 tahun dan paling tinggi 47 tahun. Rianto, 2001).
Hidayat (2008) menyatakan bahwa, semakin
lama beternak diharapkan pengetahuan yang 3. Pakan
didapat semakin banyak sehingga ketrampilan Jenis hijauan yang digunakan oleh
dalam menjalankan usaha peternakan semakin peternak sapi PO Kebumen di lokasi kedua
meningkat. SPR adalah rumput lapang, rumput gajah,
jerami padi, rumput setaria, limbah jagung
2. Jarak Kelahiran Pedet (Calving Interval) dan limbah kacang-kacangan. Jenis pakan
Calving interval satu tahun paling tambahan yang digunakan oleh peternak sapi
banyak ditemukan pada sapi-sapi yang PO Kebumen di kedua SPR adalah dedak,
dimiliki peternak masyarakat Kecamatan singkong, konsentrat, garam dan mineral.
Puring dan yang paling sedikit yaitu pada Jumlah peternak yang menggunakan pakan
peternak masyarakat Kecamatan Klirong. tambahan paling banyak adalah pada peternak
Rata-rata Calving interval terkecil juga terjadi masyarakat Kecamatan Puring yaitu 62,88%
pada peternak masyarakat Kecamatan Puring, dan paling sedikit pada peternak masyarakat
bahwa jarak lahir paling pendek yaitu 13,41. Kecamatan Klirong yaitu 34,52%. Hal ini
Beberapa alasan yang menyebabkan rata-rata berbanding lurus dengan calving interval,
calving interval lebih dari satu tahun pada yang menunjukkan bahwa calving interval
induk sapi PO Kebumen adalah : kawin terpendek adalah pada peternak masyarakat
berulang, masa sapih lama dan kurang dalam Kecamatan Puring dan yang paling panjang
pengamatan birahi. Sedangkan pada peternak adalah peternak masyarakat Kecamatan
dengan calving interval satu tahun mereka Klirong. Berdasarkan fakta ini dapat diambil
mempunyai bibit induk yang bagus, masa kesimpulan bahwa penggunan pakan
sapih tidak terlalu lama setelah dua bulan tambahan mempengaruhi calving interval.
melahirkan induk sudah dikawinkan lagi dan Frekuensi pemberian pakan dilakukan
pakan yang cukup. dua kali sehari yaitu padi dan sore. Pemberian
Sistem pemeliharaan yang masih pakan masing-masing peternak berbeda anatar
bersifat tradisional menimbulkan banyak yang hijauannya dipotong-potong atau tidak,
persoalan yang dihadapi oleh peternak diawetkan atau tidak dan dilayukan terlebih
terutama yang berhubungan langsung dengan dahylu atau tidak. Teknologi pengolahan
produksi atau hasil ternaknya. Aspek yang pakan masih sangat jarang ditemui pada
cukup berpengaruh pada hal tersebut adalah peternak sapi PO Kebumen di dua SPR ini.

280
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

Mereka beranggapan bahwa pakan hijauan Terlepas dari masalah biaya yang harus
masih melimpah dan mencukupi. Menurut dikeluarkan, yang paling penting adalah unsur
Rogers (1983), tingkat adopsi dari suatu penerimaan teknologi itu sendiri oleh
inovasi tergantung pada persepsi adopter masyarakat peternak. Keyakinan peternak
tentang karakteristik inovasi teknologi akan manfaat teknologi IB bagi peningkatan
tersebut. Atribut yang mendukung penjelasan pendapatan usaha ternaknya merupakan faktor
tingkat adopsi dari suatu inovasi meliputi: (1) kunci bagi keberhasilan difusi teknologi IB.
keunggulan relatif, (2) tingkat kesesuaian, (3) Sampai saat ini, keyakinan tersebut belum
tingkat kerumitan, (4) dapat dicoba, dan (5) tumbuh merata di kalangan peternak rakyat
dapat diamati. Berdasarkan sebagian besar Sapi PO Kebumen.
opini peternak tentang teknologi pengolahan
pakan dirasa cukup rumit dan tidak praktis. 5. Curahan Jam Kerja
Curahan waktu yang dikeluarkan
4. Cara Mengawinkan Induk dalam usaha peternakan sapi di Kabupaten
Masyarakat peternak lebih dari 50% Kebumen digunakan untuk kegiatan mencari
masih menggunakan kawin alam untuk pakan hijauan, memberi makan, memberi
mengawinkan ternaknya, dan dibawah 30% minum, membersihkan sisa pakan,
yang menggunakan IB. Masyarakat lebih membersihkan kotoran dan sesekali
menyukai kawin alam dengan pertimbangan : memandikan ternak. Curahan waktu
1. Secara alamiah ternak sapi potong terbanyak digunakan untuk mencari pakan
memiliki kebebasan dalam proses kawin, hijauan (ngarit). Curahan kerja peternak di
sehingga mendukung Kecamatan Puring lebih lama dibandingkan
perkembangbiakannya secara normal dengan peternak di Kecamatan Klirong. Hal
2. Biaya yang dikeluarkan lebih murah tersebut dikarenakan waktu untuk mencari
dibandingkan IB hijauan pada peternak di Kecamatan Klirong,
3. Peternak yang mempunyai induk baik yang di kelompok maupun yang di
mendapatkan garansi dari peternak yang masyarakat lebih sedikit karena 50% dari
mempunyai pejantan bahwa apabila sapi mereka mempunyai lahan yang ditanami
betinanya tidak bunting saat dikawinkan rumput gajah untuk pakan ternaknya.
kembali tidak harus membayar lagi
4. Peternak merasa lebih mudah dan cepat 6. Kepuasan Kerja
dengan kawin alam, khususnya untuk Skor jawaban peternak baik yang
peternak yang dekat dengan pejantan tergabung di kelompok maupun petenak
unggul dan yang mempunyai pejantan masyarakat yang tidak tergabung di kelompok
sendiri pada SPR Kecamatan Puring dan Kecamatan
Mengawinkan dengan IB masih Klirong merasa puas dengan pendapatan yang
kurang diminati oleh masyarakat, biasanya IB diperoleh dari usaha pembibitan sapi PO
merupakan alternatif kedua apabila kawin Kebumen dengan asumsi perhitungan
alam tidak berhasil.Masih sebagian kecil pendapatannya berdasarkan biaya tunai tanpa
peternak yang mengetahui bahwa memperhitungkan biaya pakan hijauan dan
keberhasilannya lebih baik dari kawin alam tenaga kerja.
dilihat dari kualitas pedet yang dilahirkan. Skor perasaan dan kecintaan peternak
Berdasarkan Toelihere (1993) beberapa dalam menjalankan usaha peternakan sapi PO
keuntungan IB antara lain menghemat biaya Kebumen yang merupakan usaha sampingan
pemeliharaan pejantan sehingga penambahan dan usaha lainnya yang merupakan usaha
jumlah betina dapat dilakukan oleh peternak pokok (petani, pedagang, buruh, dan tukang),
sebab peternak tidak harus memelihara peternak memberikan rata-rata skor lebih dari
pejantan, efisiensi reproduksi akan lebih baik empat. Dengan demikian peternak menyukai
(Calving nterval diperpendek). Alasan yang usaha peternakan sapi PO Kebumen meskipun
dikemukakan oleh peternak kurang menyukai secara analisa usaha yang sebenarnya kurang
IB karena biaya lebih mahal dibandingkan menguntungkan.Peternak mengacu pada
dengan kawin alam, terkadang lama perhitungan pla B dan mengnggap kegiatan
menunggu petugas dan jarang berhasil. beternak sapi PO Kebumen itu khususnya

281
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

yang betina (pembibitan) merupakan tabungan peternak mendapatkan hasil dari usaha
yang sewaktu-waktu bias diambil hasilnya. ternaknya.Sebagian besar peternak (90%)
Kecintaan terhadap usaha beternak sapi PO melakukan kegiatan pembibitan sapi PO
Kebumen juga ditunjukkan dari sayangnnya Kebumen dimana yang dipelihara sebagian
peternak terhadap ternak sapinya. Misalnya besar adalah sapi betina.
sering dilihat dan diperhatikan ternaknya,
mementingkan pakan yang cukup untuk 8. Pendapatan dan Efisiensi Usaha
ternaknya dan manjalankan usaha ini turun Pendapatan dan efisiensi yang
temurun dari orang tua dan nenek moyangnya diperoleh dibedakan menjadi pendapatan atas
dulu. biaya tunai (B) dan pendapatan atas biaya
total (A). Biaya total menghitung semua biaya
7. Distribusi/ Pemasaran Pedet yang dikeluarkan sedangkan biaya tunai
Pemasaran pedet sapi PO Kebumen menghitung biaya yang dikeluarkan dalam
masih banyak dilakukan ke belantik. Alur bentuk uang saja. Berdasarkan welfare
pemasarannya cukup kompleks sehingga economics (pendapatan dan efisiensi B)
harga beli sapi cukup rendah, kecuali dengan semua peternak pembibitan sapi PO Kebumen
sapi atau pedet yang memang kualitasnya di kedua SPR mendapatkan keuntungan
bagus. Alur pemasaran pedet sapi PO dengan efisiensi diatas lima. Sedangkan
Kebumen cukup beragam yaitu : apabila dianalisis berdasarkan biaya total
1. Peternak → peternak peternak sebagian besar mengalamami
2. Peternak → kelompok kerugian. Rata-rata pendapatan tertinggi
3. Peternak → ASPOKEB → terdapat pada peternak yang menjual pedetnya
pedagang/peternak pada umur diatas enam bulan. Hal tersebut
4. Peternak → belantik → peternak berdasarkan data disebabkan oleh biaya pakan
5. Peternak → belantik →pedagang → (menggunakan pakan tambahan atau tidak)
pedagang/peternak calving interval lebih pendek, jumlah
6. Peternak → belantik → pedagang → kepemilikan induk lebih banyak, pengalaman
belantik → pedagang/peternak beternak lebih lama dan harga jual pedet yang
Pedet yang telah dibeli oleh belantik lebih tinggi.
dan pedagang didistribusikan lagi di daerah Berdasarkan beberapa fakta
Kabupaten Kebumen dan luar Kabupaten pendapatan dan efisiensi ekonomi (R/C)
Kebumen. Daerah Kabupaten Kebumen yang diatas maka dapat dikatakan bahwa terdapat
menjadi pasar penjualan pedet atau ternak beberapa hal yang dapat mempengaruhi
dewasa adalah ke daerah di Kabupaten pendapatan yang diperoleh peternak
Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, pembibitan sapi PO Kebumen, yaitu :
Kabupaten Banyumas, Kabupaten dan Kota 1. Umur jual pedet, disarankan penjualan
Cilacap, Kabupaten Purworejo dan Provinsi pedet diatas 6 bulan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembeli pedet 2. Kualitas pedet yang menentukan harga jual
atau sapi dewasa sapi PO Kebumen yang pedet, harga jual pedet akan tinggi apabila
menjalankan transaksi jual beli sangat performa dan kesehatan pedet baik.
beragam. Ada yang khusus menjual dan Beberapa peternak mengusahakan kondisi
membeli pedet, khusus memnjual dan ini dengan cara pemberian pakan
membeli indukan, khusus menjual dan tambahan pada pedet sejak umur satu
membeli bakalan untuk penggemukan dan bulan.
kombinasi dari ketiganya. 3. Biaya pakan, baik pakan hijauan maupun
Motivasi peternak menjual pedetnya pakan tambahan. Diharapkan sebisa
ke belantik adalahkebutuhan keluarga dan mungkin peternak dapat menekan biaya
proses penjualannya mudah karena balantik pakan.
sendiri yang biasanya mencari dan mengambil 4. Calving nterval, semakin panjang Calving
pedet yang dibelinya dari peternak. Kemudian nterval akan semakin banyak biaya yang
selain proses penjualannya juga dikeluarkan dan akan mempengaruhi
pembayarannya mudah dan cepat. Penjualan besarnya pendapatan dan efisiensi.
pedet dilakukan karena memang dari situlah

282
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

5. Jumlah induk sapi PO Kebumen yang Peternak pembibitan sapi PO


dimiliki, semakin banyak induk sapi PO Kebumen di Kabupaten Kebumen belum
Kebumen maka semakin banyak pedet menghitung usahanya secara analisa yang
yang dihasilkan dengan biaya sarana dan sebenarnya. Mereka hanya menghitung
prasarana yang lebih rendah. Sebagai berdasarkanatas biaya tunai (pendapatan B)
contoh dalam pembangunan kandang, dimana mereka menghitung biaya yang hanya
biasanya peternak membangun kandang dikeluarkan saja tanpa menghitung seluruh
dengan biaya cukup tinggi, yang biaya, sehingga peternak akan merasa tetap
seharusnya kandang tersebut dapat diisi untung dan merasa punya tabungan yang
dengan 3 ekor ternak dewasa, hanya diisi sewaktu-waktu dapat diambil untuk keperluan
oleh satu ekor, sehingga dapat hidupnya. Berdasarkan Rahmah (2013)
meningkatkan biaya penyusutan kandang kontribusi pendapatan dari usaha peternakan
setiap tahunnya. sapi perah terhadap total pendapatan peternak
Berdasarkan hasil uji t tidak ada adalah sebesar 46,71%. Kontribusi
perbedaan pendapatan dan efisiensi antara pendapatan dari usaha peternakan cukup besar
pendapatan A, pendapatan B dan efisiensi A sehingga dapat membantu untuk pengeluaran
antara peternak kelompok dan peternak konsumsi keluarga peternak. Kontribusi
masyarakat baik di Kecamatan Puring pendapatan usaha peternakan cukup besar,
maupun di Kecamatan Klirong. Pada efisiensi dikarekan sebagian besar peternak tidak
B tidak ada perbedaan pada peternak memperhitungkan biaya produksi seperti
masyarakat di SPR Kecamatan Puring. tenaga kerja dan pakan hijauan.Tenaga kerja
Namun terdapat perbedaan pada efisiensi B biasanya adalah anggota keluarga sehingga
antara peternak kelompok dan peternak upah tenaga kerja tidak diperhitungkan.
masyarakat di SPR Kecamatan Klirong. Hal Peternak memiliki lahan hijauan yang cukup
tersebut dikarenakan rentang nilai efisiensinya untuk diberikan kepada ternaknya sehingga
yang cukup besar dibandingkan pada nilai peternak tidak perlu memikirkan biaya untuk
efisiensi pada peternak di SPR Kecamatan membeli pakan hijauan.
Puring yaitu yang tertingi 68,07 dan yang
terendah 1,14 pada peternak yang tergabung 9. Pola Pengembangan Pembibitan Sapi
di kelompok dan pada peternak masyarakat PO Kebumen
efisiensi tertinggi adalah 89,74 dan Pola budidaya peternak Sapi PO
terendahnya 1,21. Kebumen di Kabupaten Kebumen dapat
dilihat pada bagan berikut :

usaha turun temurun

tradisional
pemeliharaan sapi PO tidak ada analisa usaha
Kebumen
95% menjalankan usaha perbibitan
5% nya penggemukan
jangka waktu lama
jalur pemasaran cukup panjang

Gambar 1. Kondisi Pemeliharaan Sapi PO di Kebumen

283
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

Usaha ternak sapi secara tradisional mengidentifikasi ternak sebagai bibit


dikelola peternak dan anggota keluarganya untuk dikembangbiakan kembali dan
dan menjadi tumpuan untuk meningkatkan untuk dijual atau digemukan, menganalisa
kesejahteraan mereka. Pengembangan usaha usaha, wadah keilmuan peternakan,
ternak sapi sebagaiusaha keluarga dipengaruhi mengelola dan berperan serta
oleh berbagai faktor yang saling terkait, antara mengembangkan usaha kelompok yang
lain pendidikan, penggunaan input, sudah ada misalnya koperasi ASPOKEB.
pemasaran, kredit, kebijakan, perencanaan, 4. Mitra usaha, misalnya investor, perbankan,
penyuluhan, dan penelitian (Pambudy 1999). koperasi dan yang lainnya : menyediakan
Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung dana untuk modal usaha yang sesuai
pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan dengan usaha pembibitan sapi PO
manajemen atau pengelolaan. Manajemen Kebumen dengan jangka waktu
mencakup pengelolaan perkawinan, pengembalian disesuaikan dengan usaha
pemberian pakan, perkandangan, dan pembibitan sapi PO Kebumen.
kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup
penanganan hasil ternak, pemasaran, dan KESIMPULAN
pengaturan tenaga kerja (Elly et al, 2008). Hasil penelitian dapat disimpulkan
Berdasarkan pertanyaan yang bahwa :
dilontarkan kepada responden sebagian besar 1. Rata-rata Calving nterval induk sapi PO
menjawab faktor-faktor pendukung yang Kebumen pada peternak yang tergabung
mereka butuhkan dalam pengembangan usaha di kelompok dan pada peternak
ternaknya adalah pakan khususnya pakan masyarakat adalah 14,33 dan 13,41 pada
tambahan. Untuk menekan biaya pakan SPR Sato Widodo Kecamatan Puring
tambahan pada induk khususnya dapat serta 14,73 dan 14,14 pada SPR Klirong
dilakukan manajemen pemberian pakan 01 Kecamatan Klirong. Calving nterval
tambahan difokuskan pada pre-partum, post- terbaik terdapat pada peternak
partum atau kombinasi keduanya. Selain masyarakat Kecamatan Puring dengan
pemberian pakan konsentrat sangat penting penggunaan pakan tambahan terbanyak.
juga untuk memberikan paka aditif berupa Sehingga dapat disimpulkan bahwa
mineral. Selain itu disarankan juga untuk penggunaan pakan tambahan
lebih banyak lagi peternak yang memiliki berpengaruh terhadap Calving nterval.
lahan hijauan agar kepemilikan ternak 2. Terdapat berbagai alur pemasaran pedet
meningkat. sapi PO Kebumen, dan yang paling
Kegiatan yang disarankan pada banyak terjadi pada peternak pembibitan
masing-masing pihak adalah sebagai berikut : sapi PO Kebumen adalah dari peternak
1. Pemerintah/Pemda yaitu : membuat → belantik → pedagang → belantik →
kebijakan berdasarkan hasil penelitian, pedagang/peternak. Alur pemasaran yang
memberikan dana untuk percontohan cukup panjang sehingga mengurangi
kegiatan pembibitan yang terkonsentrasi pendapatan yang diperoleh karena
sesuai dengan manajemen pakan yang terpotong pada masing-masing pelaku
disarankan, membuat UPT pembibitan distribusi.
sapi PO Kebumen, dan memberikan 3. Pendapatan dan efisiensi pembibitan sapi
subsidi pakan tambahan. PO Kebumen yang dilaksanakan oleh
2. Dinas Pertanian dan Peternakan peternak di kedua SPR apabila dihitung
Kabupaten Kebumen : Memanajemen berdasarkan atas biaya total, rata-rata
kegiatan percontohan pembibitan sapi PO peternak mengalami kerugian, namun
Kebumen, mengevaluasi kegiatan, apabila dihitung berdasarkan walfare
mensosialisasikan hasil, dan mengawasi economic berdasarkan biaya tunai rata-
serta membuat regulasi gaduhan ternak. rata peternak masih mendapatkan
3. ASPOKEB, SPR, Kelompok Tani keuntungan. Biaya paling tinggi adalah
Ternak/Kelompok Pembibit Sapi PO biaya pakan khususnya pakan konsentrat
Kebumen dan masyarakat peternak : dan pakan aditif.
bersedia menerima kegiatan percontohan,

284
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

4. Pola pengembangan usaha pembibitan Sapi-Tanaman di Sulawesi Utara.


sapi PO Kebumen adalah dengan upaya JurnalLitbangPertanian, 27(2).
menekan biaya pakan konsentrat dan PAMBUDY, R. 1999. PerilakuKomunikasi,
pakan aditif dengan manajemen PerilakuWirausahaPeternak,
pemberian pakan tambahan difokuskan danPenyuluhandalamSistemAgribisnis
pada pre-partum, post-partum atau PeternakanAyam. Media Peternakan.
kombinasi keduanya. Desember 2006.Halaman 176-186.
5. Memberikan gambaran kegiatan konkrit RAHMAH U. I. L. 2013. Analisis Tingkat
yang dapat dilakukan masing-masing KesejahteraanPeternak SapiPerah di
pihak yang terkait dengan usaha ProvinsiJawa Tengah. Jurnal Ilmu
pembibitan sapi PO Kebumen mulai dari Pertanian dan Peternakan Volume 1
Pemenrintah Daerah, Dinas terkait (Dinas Nomor 2.
Pertanian dan Peternakan Kabupaten ROGERS, E.M. 1983. Diffution of
Kebumen), peternak dan organisasi Innovations. The Free Press,New York.
kelompok peternak, serta mitra. TOELIHERE. M.R. 1993. Inseminasi Buatan
Pada Ternak. Angkasa. Bandung
DAFTAR PUSTAKA YUSRAN, M.A. & L. AFFANDHY. 1997.
DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN Studi Batasan Ideal Bobot Badan dan
KABUPATEN KEBUMEN. 2015. Kondisi Tubuh Sapi PO Induk
Data Populasi Ternak. Bidang Kaitannya dengan Aktifitas Reproduksi
Produksi Peternakan dan Kesehatan yang Normal dalam Agroekosistem
Hewan. Distannak Kabupaten lahan kering di Jawa Timur. Seminar
Kebumen. Hasil Penelitian Peternakan TA .
ELLY F.H, et al. 2008. Pengembangan Usaha 1995/1996. IPPTP Grati.
Ternak Sapi Rakyat Melalui Integrasi

285
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

MODIFIKASI JARAK TANAM LEGOWO DUA TERHADAP


PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DAN HASIL TANAMAN
PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR INPARI 30

DISTANCE MODIFICATION OF PLANTING LEGOWO 2


ON GROWTH, YIELD COMPONENTS AND YIELD OF PADDY
(Oryza sativa L.) CULTIVAR INPARI 30

WACIM1), UMAR DANI2), DADAN RAMDANI NUGRAHA2) dan NANA SUTRISNA3)


1)
AlumniProgram Studi Agroteknologi Universitas Majalengka
2)
Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi Universitas Majalengka
Jln. K. H. Abdul Halim, No. 103 Majalengka
3)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat
Jln. Kayu Ambon, Lembang, Bandung Jawa Barat

ABSTRACT

The objective of this study is to find the proper spacing that gives a good influence on the growth
and yield of rice plants. This research was conducted in the village of Karya Mukti, District Panyingkiran
Majalengka. Land that is used in these experiments were irrigated rice. The experiment was conducted from
April to July 2016. The research method used randomized block design (RAK) single factor. Modifications
Legowo planting distance (L) used as treatment. Modification of the planting distance is: l1 = 25 X 15 X 50,
l2 = 25 X 12.5 X 50, l3 = 25 X 15 X 40 and l4 = 25 X 12.5 X 40. To find the effect of each treatment was
tested with Duncan's Multiple Range test at 5% level. The results showed modifications legowo spacing of 2
(25 x 12.5 x 40) has significant effect on the plant height ages 40 and 60 dap dap and root length, while a
spacing modification legowo 2 (25 x 15 x 50) provides real pengaruuh to the number seedling age 60 hst and
80 hst, the number of filled grain per panicle, and the weight of tile.

Key words : modification of plant spacing, legowo, paddy

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari jarak tanam yang tepat yang memberikan pengaruh baik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi.Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karya Mukti, Kecamatan
Panyingkiran Kabupaten Majalengka.Lahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sawah
irigasi.Percobaan dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2016.Metode penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) factor tunggal.Modifikasi jarak tanam legowo (L) dijadikan sebagai
perlakuan. Modifikasi jarak tanam tersebut adalah: l1 = 25 X 15 X 50, l2 = 25 X 12,5 X 50, l3 = 25 X 15 X
40 dan l4 = 25 X 12,5 X 40. Perbandingan antara perlakuan perlakuan diuji dengan Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan modifikasi jarak tanam legowo 2 (25 x 12,5 x 40)
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 40 hst dan 60 hst dan panjang akar, sedangkan modifikasi
jarak tanam legowo 2 (25 x 15 x 50) memberikan pengaruuh nyata terhadap jumlah anakan umur 60 hst dan
80 hst, jumlah gabah isi per malai, serta bobot ubinan.

Kata Kunci: modifikasi jarak tanam, tegowo, padi

286
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

PENDAHULUAN dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan


Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah (Suriapermana dan Syamsiah dalam Yunizar
tanaman penghasil beras yang digunakan et al. 2012).
sebagai bahan pangan utama hampir 90 % Sistem tanam jajar legowo memiliki
penduduk Indonesia.Tahun 2000 penduduk jumlah rumpun per satuan luas lebih banyak
Indonesia hanya sejumlah 204.132.000 dibandingkan cara tanam tegel yang setara,
jiwa,Tahun 2005 berkembang menjadi misalnya tanam tegel 25 cm x 25 cm memiliki
218.869.000 jiwa ( tumbuh sekitar 1,40 % ) populasi 160.000 rumpun per ha, sedangkan
selanjutnya tahun 2006 berkembang menjadi legowo 2:1 yang setara dengan 25cm x 50 cm
218.869.000 jiwa. (Badan Pusat Statistik, x 12,5 cm memiliki populasi 213.333 rumpun
2015) (Abdulrachman et al., 2013). Jarak tanam
Tahun 2015 laju pertumbuhan yang tepat akan memberikan pertumbuhan,
penduduk menurun menjadi 1,18 %. Asumsi jumlah anakan, dan hasil yang
komsumsi beras konstan dari tahun 2000 maksimum.Penggunaaan jarak tanam pada
sampai tahun 2030, yaitu 139,15 dasarnya adalah memberikan kemungkinan
Kg/kapita/tahun. kebutuhan beras pada tahun tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa
2000 yang awalnya hanya 28,54 juta ton, mengalami banyak persaingan dalam hal
maka pada tahun 2030 diperkirakan akan mengambil air, unsur-unsur hara, dan cahaya
meningkat menjadi 39,80 juta ton seiring matahari (Warjido et al. 1990)
dengan meningkatnya jumlah penduduk. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
(Badan Pusat Statistik, 2015) mengetahui pengaruh dari modifikasi jarak
Usaha memenuhi kebutuhan beras tanam Legowo 2 terhadap komponen
tersebut, diperlukan tambahan luas panen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi.
sejumlah 3,63 juta ha, dan dengan provitas 6
ton GKG/ha. Produk pertanian khususnya padi MATERI DAN METODE
yang merupakan kebutuhan primer bagi Waktu dan Tempat
manusia untuk bertahan hidup karena Penelitian ini akan dilaksanakan di
mayoritas sumber makanan yang mereka Desa Karya Mukti, Kecamatan Panyingkiran
konsumsi adalah produk pertanian. (Badan Kabupaten Majalengka. Lahan yang
Pusat Statistik, 2015) digunakan dalam percobaan ini adalah sawah
Upaya khusus dalam rangka irigasi bekas tanaman padi. Percobaan ini akan
peningkatan produksi padi nasional untuk dilaksanakan pada bulan April sampai Juli
mencapai swasembada pangan tahun 2017 2016
yang ditetapkan oleh pemerintah memerlukan
teknik budidaya yang lebih baik. Cara Alat dan Bahan
budidaya padi terbaik mempertimbangkan Alat yang digunakan dalam percobaan
secara ilmiah aspek lingkungan (tanah, air, ini adalah cangkul, sabit, garet, penggaris,
iklim, organisme pengganggu tanaman/OPT), cantingan, timbangan analitik, Handsprayer,
karakter tanaman (varietas sesuai) termasuk karung, label, alat tulis, kamera, dan lain-lain.
bentuk tajuk tanaman (Sutoro dan Makarim, Bahan yang digunakan dalam
1997),Budidaya padi yang dipandang sebagai percobaan ini adalah Benih Padi Kultivar
salah satu terobosan dalam peningkatan Inpari 30, pupuk Phonska dan pupuk Urea,
produktivitas padi adalah sistem tanam jajar pestisida Applaud 10 WP,Prevathon 50 SC,
legowo. Ares, dan lain-lain.
Sistem tanam jajar legowo pada
prinsipnya adalah meningkatkan populasi Rancangan Percobaan
dengan cara mengatur jarak tanam.Pengaturan Metode penelitian menggunakan
sistem tanam menentukan populasi tanam eksperimen di lapangan dengan Rancangan
persatuan luas, kuantitas dan kualitas rumpun Acak Kelompok (RAK) biasa. dan diulang 6
tanaman yang pada akhirnya berpengaruh kali. Ukuran petak percobaan 3 m x 4
terhadap hasil tanaman. Tujuannya agar m.Perlakuan yang diberikan dalam percobaan
populasi tanaman per satuan luas dapat ini adalah Modifikasi Jarak Tanam Legowo 2.
Adapun Modifikasi Legowo yang digunakan

287
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

adalah : l1 (25 cm x 15 cm x 50 cm), l2 (25 cm hijau dan penggerek batang dilakukan dengan
x 12,5 cm x 50 cm), l3 (25 cm x 15 cm x 40 penyemprotan pestisida Prevathon 50 SC
cm), dan l4 (25 cm x 12,5 cm x 40 cm). dengan dosis 1 cc/ l air. Penyemprotan
Respon yang diamati dalam percobaan dilakukan dua kali seminggu.
ini adalah : tinggi tanaman (Cm), jumlah Penyakit yang menyerang tanaman
anakan (Batang), panjang akar , panjang Malai padi selama percobaan adalah penyakit
(Cm), jumlah gabah isi per malai (Buah), Tungro. Penyakit ini disebabkan oleh virus
jumlah gabah hampa per malai (Buah), Bobot yang dibawa oleh hama wereng hijau. Infeksi
1000 butir gabah (Gram), Bobot ubinan per penyakit tungro dalam kegiatan percobaan ini
plot (Kg) berkisar 0,4%. Pengendalian penyakit Tungro
dilakukan dengan menggunakan Applaud 10
Analisis Data WP dengan dosis 2 g/ l air dan Ares.
Rancangan analisis yang digunakan dalam Penyemprotan dilakukan dua kali
percobaan ini adalah Rancangan Acak seminggu.
Kelompok (RAK) pola biasa. Model linier c. Keadaan Agroklimat Selama
yang digunakan menurut Gomez dan Gomez Percobaan
(1995) adalah sebagai berikut: Suhu maksimum rata-rata saat percobaan
Yij = µ + τi + ßj + ∑ij berlangsung sekitar 29,90C dan suhu minimum
Perbedaan pengaruh perlakuan diuji rata-rata 22,90C. Suhu sangat mempengaruhi
dengan uji F pada taraf 5%.Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman padi. Suhu optimal
pengaruh Legowo diuji menggunakan uji untuk pertumbuhan padi berkisar 230C.
Duncan pada taraf 5%. Temperatur sangat mempengaruhi pengisian
biji. Temperatur yang rendah dan kelembaban
yang tinggi pada waktu pembungaan dapat
2
̅ √ mempengaruhi proses pembuahan sehingga
gabah menjadi hampa (Harington, 2010).
Setiap kenaikan suhu 10C akan menurunkan
hasil sebanayak 0,6 ton/ hektar (Sheehy dkk.,
HASIL DAN PEMBAHASAN 2005; Wassmann dan Dobermann, 2007).
Hasil Pengamatan Penunjang Temperatur sangat berkaitan dengan
a. Analisis Tanah kelembaban. Kelembaban rata-rata selama
Hasil analisis menunjukkan bahwa pH percobaan adalah 67,7%. Kelembaban
tanah tempat percobaan bernilai 6,4 termasuk berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
dalam kriteria agak masam. pH tanah akan padi baik secara langsung maupun secara tidak
mempengaruhi ketersediaan unsur hara yang langsung. Apabila keadaan lembab disekitar
terkandung di dalam tanah tersebut. Keadaan pertanaman padi maka akan menyebabkan
tanah masam, ada beberapa unsur hara yang mudahnya hama penyakit tumbuh didaerah itu
terikat oleh unsur lainnya seperti unsur hara P. dan daya tahan tanaman padi akan berkurang
Unsur hara ini akan terikat oleh Al atau Fe (Makarim dan Suhartatik, 2009).
menjadi Al-P dan Fe-P, pada kondisi tanah ber Curah hujan harian selama percobaan
pH masam (Aisyah dkk., 2006). Banyaknya berkisar rata-rata 14,84 mm. Air sangat
hara yang tersedia ditentukan oleh banyak dibutuhkan tanaman dalam semua proses
faktor diantaranya kelarutan zat hara, pH metabolismenya. Selama percobaan ini
tanah, kapasitas tukar kation, tekstur tanah, penyiraman dilakukan mengandalkan saluran
dan jumlah bahan organik yang tersedia irigasi yang berada disekitar areal pertanaman
(Aisyah dkk., 2006). padi. penyiraman dilakukan dengan cara
b. Tingkat Serangan Hama dan intermitten (pengairan berselang) dengan
Penyakit ketentuan 3 hari kering dan 3 hari basah.
Hama yang menyerang selama
percobaan adalah hama wereng hijau Hasil Pengamatan Utama
(Nephotettix virescens) dan penggerek batang a. Tinggi Tanaman (cm) Umur 40 hst,
(Tryporiza sp.). Pengendalian hama Wereng 60 hst, dan 80 hst

288
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

Hasil analisis ragam pengaruh Tabel 1 menunjukkan bahwa


perlakuan modifikasi jarak tanam legowo 2 perlakuan modifikasi jarak tanam legowo 2
terhadap tinggi tanaman umur 40 hst, 60 hst memberikan pengaruh berbeda nyata pada
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata tinggi tanaman umur 40 hst dan umur 60 hst,
sedangkan pada 80 hst menunjukkan pengaruh sedangkan tidak berbeda nyata pada tinggi
tidak berbeda nyata. tanaman umur 80 hst. Pada tinggi tanaman
Uji Lanjut menggunakan Uji Jarak Berganda umur 40 hst dan umur 60 hst, jarak tanam l4
Duncan pada taraf 5% yang disajikan pada (25 x 12,5 x 40) memberikan pengaruh paling
Tabel 1. baik dibandingkan dengan perlakuan l1 (25 x
15 x 50), l2 (25 x 12,5 x 50), l3 (25 x 15 x 40).

Tabel 1. Pengaruh Modifikasi Jarak Tanam Legowo 2 terhadap Tinggi Tanaman (cm) Umur 40hst,
60hst dan 80 hst.
Tinggi Tanaman Tinggi Tanaman Tinggi Tanaman
Perlakuan
40 hst 60 hst 80 hst
l1 (25 x 15 x 50) 76.28 a 87.44 a 112.11 a
l2 (25 x 12,5 x 50) 73.67 a 85.50 a 112.72 a
l3 (25 x 15 x 40) 74.67 a 86.67 a 108.17 a
l4 (25 x 12,5 x 40) 81.89 b 93.33 b 112.11 a
KK 4.02 3.02 2.84
Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%; KK: koefisien keragaman
.
b. Jumlah Anakan Umur 40 hst,60 dan 80 hst menunjukkan pengaruh yang
hst,dan 80 hst berbeda nyata . Uji Lanjut menggunakan Uji
Hasil analisis ragam pengaruh Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% yang
perlakuan modifikasi jarak tanam legowo 2 disajikan pada tabel 2
terhadap jumlah anakan umur 40 hst, 60 hst,

Tabel 2. Pengaruh Modifikasi Jarak Tanam 2 Legowo terhadap Jumlah Anakan Umur 40 hst, 60
hst, dan 80 hst.

Jumlah Anakan Jumlah Anakan Jumlah Anakan 80


Perlakuan
40 hst 60 hst hst
l1 (25 x 15 x 50) 23.56 a 21.39 b 15.61 b
l2 (25 x 12,5 x 50) 19.56 a 16.06 a 11.00 a
l3 (25 x 15 x 40) 19.61 a 18.00 a 11.33 a
l4 (25 x 12,5 x 40) 19.50 a 17.56 a 11.61 a
KK 13.78 13.49 19.32
Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%; KK: koefisien keragaman

Tabel 2 menunjukkan bahwa terhadap jumlah anakan umur 60 hst dan umur
perlakuan modifikasi jarak tanam legowo 2 80 hst dibandingkan dengan perlakuan l2, l3,
tidak memberikan pengaruh berbeda nyata dan l4.
terhadap jumlah anakan 40 hst dan
memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap c. Panjang Akar (cm), Panjang Malai
jumlah anakan umur 60 hst dan 80 hst. (cm), Jumlah Gabah Isi, dan
Perlakuan l1 memberikan pengaruh baik Jumlah Gabah Hampa

289
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

Hasil analisis ragam pengaruh menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata.


perlakuan modifikasi jarak tanam legowo 2 Uji Lanjut menggunakan Uji Jarak
terhadap panjang akar menunjukkan pengaruh Berganda Duncan pada taraf 5% disajikan
yang berbeda nyata sedangkan panjang malai, pada table 3.
jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa

Tabel 3. Pengaruh Modifikasi Jarak Tanam Legowo 2 terhadap Panjang Akar (cm), Panjang Malai
(cm), Jumlah Gabah Isi, dan Jumlah Gabah Hampa

Panjang Akar Panjang Malai Jumlah Gabah Jumlah Gabah


Perlakuan
(cm) (cm) Isi per Malai Hampa per Malai
l1 (25 x 15 x 50) 30.28 c 24.72 a 127.28 a 14.44 a
l2 (25 x 12,5 x 50) 28.11 b 24.92 a 132.50 a 23.89 a
l3 (25 x 15 x 40) 25.22 a 24.28 a 130.06 a 14.56 a
l4 (25 x 12,5 x 40) 36.28 d 24.83 a 139.44 a 10.67 a
KK 4.80 4.64 15.33 50.7
Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%; KK: koefisien keragaman.

Hasil analisis ragam pengaruh bobot ubinan menunjukkan pengaruh yang


perlakuan modifikasi jarak tanam legowo 2 berbeda nyata. Uji Lanjut menggunakan Uji
terhadap panjang akar menunjukkan pengaruh Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% yang
yang berbeda nyata sedangkan panjang malai, disajikan pada tabel 4.
jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa Tabel 4 menujukkan pengaruh
menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata. modifikasi jarak tanam legowo 2 memberikan
Uji Lanjut menggunakan Uji Jarak pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap
Berganda Duncan pada taraf 5% disajikan bobot 1000 butir dan menujukkan pengaruh
pada table 3. yang berbeda nyata
Tabel 3 menunjukkan perlakuan terhadap bobot ubinan. Perlakuan l1 memberikan
modifikasi jarak tanam legowo 2 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan perlakuan l2, perlakuan l3, dan
panjang akar, sedangkan pada panjang malai, perlakuan l4 terhadap bobot 1000 butir.
jumlah gabah isi/malai dan jumlah gabah memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap
hamp/malai menunjukkan pengaruh tidak panjang akar.Perlakuan l4 menunjukkan
berbeda nyata. Perlakuan l4 menunjukkan pengaruh yang paling baik terhadap panjang
pengaruh yang paling baik terhadap panjang akar.
akar. Perlakuan modifikasi jarak tanam
Perlakuan modifikasi jarak tanam legowo 2 memberikan pengaruh berbeda nyata
legowo 2 baik perlakuan l1, l2, l3 maupun l4 terhadap jumlah gabah isi per malai. Perlakuan l1
menujukkan pengaruh yang tidak berbeda tidak berbeda nyata dengan perlakuan l2, l3, dan
nyata terhadap panjang malai dan jumlah l4.. l4 (139,44) menunjukkan pengaruh paling
gabah isi dan hampa per malai. baik terhadap jumlah gabah isi per malai .
Perlakuan modifikasi jarak tanam
legowo 2 menujukkan pengaruh yang tidak
d. Bobot 1000 Butir (g) dan Bobot berbeda nyata terhadap panjang malai dan
Ubinan (kg) jumlah gabah hampa per malai.Perlakuan l1
Hasil analisis ragam pengaruh tidak berbeda nyata dengan l2, l3, dan l4
perlakuan modifikasi jarak tanam legowo 2 terhadap panjang malai dan jumlah gabah
terhadap bobot 1000 butir menunjukkan hampa per malai.
pengaruh yang tidak berbeda nyata sedangkan

290
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

Tabel 4. Pengaruh Modifikasi Jarak Tanam Legowo 2 terhadap Bobot 1000 Butir (g) dan
Bobot Ubinan (kg)

Perlakuan Bobot 1000 Butir (g) Hasil Ubinan (Kg)


l1 (25 x 15 x 50) 26.07 a 7.61 b
l2 (25 x 12,5 x 50) 26.15 a 7.17 b
l3 (25 x 15 x 40) 26.45 a 6.08 a
l4 (25 x 12,5 x 40) 26.42 a 6.75 ab
KK 3.33 12.61
Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%; KK: koefisien keragaman.

Tabel 4 menujukkan pengaruh rapat akan menyebabkan pertumbuhan


modifikasi jarak tanam legowo 2 memberikan tanaman lebih ke atas dari pada kesamping
pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap karena perebutan cahaya matahari sehingga
bobot 1000 butir dan menujukkan pengaruh tanaman dirangsang untuk lebih tumbuh ke
yang berbeda nyata terhadap panjang malai atas. Seperti pertumbuhan tanaman tertinggi
dan jumlah gabah hampa Per malai. Semua yang ditunjukan modifikasi jarak tanam
perlakuan jarak tanam legowo 2 (25 x 12,5 x 40). Hal ini sejalan
Perlakuan modifikasi jarak tanam dengan penelitian Yunizar et al.. (2008) yang
legowo 2 memberikan pengaruh yang berbeda menunjukkan bahwa jarak tanam yang lebih
nyata terhadap hasil ubinan.Perlakuan l1 sempit (legowo 2:1) memberikan tinggi
berbeda nyata dengan perlakuan l3 sedangkan tanaman yang lebih tinggi. Keadaan ruang
tidak berbeda nyata dengan perlakuan l2, dan yang lebih sempit tanaman akan berkompetisi
perlakuan l4.Perlakuan l3, tidak berbeda nyata untuk mendapatkan faktor tumbuh yang
dengan perlakuan l4. Perlakuan l1 (7,61 kg) terbatas, seperti mendapatkan cahaya
menujukkan hasil paling baik terhadap bobot matahari, ruang tumbuh dan sebagainya.
ubinan. Kompetisi antar tanaman yang sejenis
(kompetisi inter spesies) akan lebih besar
Pembahasan pengaruhnya dibandingkan jika kompetisi
Pengaturan jarak tanam tujuan terjadi pada jenis tanaman yang berbeda. Pada
utamanya adalah untuk mengefisienkan kompetisi tanaman yang berjenis sama,
penggunaan lahan dan memodifikasi faktor kebutuhan terhadap faktor lingkungan, umur
lingkungan di sekitar pertanaman. Kultivar tanaman serta morfologi tanamannya sama
yang ditanam akan dengan sendirinya (Gardner et al., 1991).
beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh. Jumlah anakan menunjukkan
Pengaturan jarak tanam akan memberikan dipengaruhi oleh modifikasi jarak tanam
capaian hasil yang berbeda akibat populasi legowo 2 yang berbeda. Modifikasi jarak
tanaman yang berbeda (Abdulrachman et al., tanam legowo 2 (25 x 15 x 50) memberikan
2013). jumlah anakan yang paling banyak. Hal ini
Modifikasi jarak tanam legowo 2 menunjukan bahwa pada jarak tanam 25 x 15
memberikan pengaruh berbeda terhadap tinggi x 50 terdapat ruang antar tanaman yang lebar
tanaman pada saat umur 40 hst dan 60 hst dibandingkan dengan jarak tanam yang lain
serta panjang akar. Hal ini terjadi karena pada sehingga pembentukan anakan tanaman akan
saat umur 40 hst sampai 60 hst tanaman padi lebih banyak didukung oleh keadaan
masih dalam fase pertumbuhan vegetatif, lingkungan yang menunjang untuk
sehingga pada umur tersebut batang tanaman pertumbuhan anakan tanaman. Hasil
padi masih tumbuh memanjang (Makarim dan penelitian Sesbany (2011), menunjukkan
Suhartatik, 2009). Modifikasi jarak tanam bahwa dengan kondisi air macak-macak
legowo 2 memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman akan lebih baik salah
ruang tumbuh tanaman. Jarak tanam yang satunya jumlah anakan lebih banyak

291
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

dibandingkan pada kondisi lahan tergenang. AISYAH D, SUYONO, TIEN KURNIATIN,


Hal ini karena pertukaran O2 didalam tanah SITI MARIAM, BENNY JOY,
tidak terganggu pada kondisi macak-macak. MAYA DAMAYANTI, T.
Hasil analisis menunjukkan bahwa SYAMMUSA, NENNY NURLAENI,
jumlah gabah isi per malai dan bobot ubinan ANNY YUNIARTI, EMAA
dipengaruhi oleh modifikasi jarak tanam TRINURANI DAN Y. MACHFUD.
legowo 2. Jarak tanam (25 x 15 x 50) 2006. Kesuburan Tanah dan
menunjukkan jumlah gabah isi dan bobot Pemupukan. Rr Print. Bandung.
ubinan paling tinggi dibandingkan perlakuan BADAN PUSAT STATISTIK.2016. Luas
lainnya. Hal ini menyebabkan bahwa pada Panen dan Produksi Padi Tahun 2010
jarak tanam yang tidak terlalu rapat sinar sampai 2015. http://bps.go.id. (diakses
matahari dapat masuk kedalam areal 28 Januari 2016).
pertanaman yang selanjutnya dapat digunakan DIREKTORAT BINA PERLINDUNGAN
oleh tanaman untuk proses fotosintesis. TANAMAN. 1992. Tungro dan
Semakin banyak tanaman menyerap cahaya wereng hijau. Direktorat Bina
matahari akan mempercepat terjadinya proses Perlindungan Tanaman, Direktorat
fotosintesis, serta pembentukan fotosintat akan Jendral Bina Produksi Tanaman
lebih optimal sehingga pengisian gabah akan Pangan, Jakarta. 194 hlm.
optimal (Supriyanto et al., 2008). FAO. 1981. Crop production levels and
Modifikasi jarak tanam legowo 2 fertilizer use. FAO Fertilizer and Plant
tidak berpengaruh nyata terhadap panjang Nutrition Bulletin. Rome.
malai, jumlah gabah hampa, dan bobot 1000
butir. Hal ini akibat tanaman padi sudah GARDNER, F.P., PEARCE, R.B.,
mendapatkan cahaya yang optimal untuk MITCHEL, R.L. 1991. Fisiologi
proses metabolisme tanaman, selain itu Tanaman Budidaya. Jakarta. UI Press.
efesiensi pemanfaatan pupuk N pada kondisi GOMEZ, K. A., AND A.A GOMEZ. 1995.
populasi tanaman meningkat akan lebih Prosedur statistik untuk penelitian
efisien dibandingkan dengan jumlah populasi pertanian. Terjemahan: E.
yang lebih rendah (Zaini, 2009). Sjamsuddin dan J. S Baharsyah.
Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
KESIMPULAN HAKIM, N., M.Y. NYAKPA, M.A. DIHA,
Berdasarkan hasil dan pembahasan G.B. HONG DAN H.H. BAILEY.
tersebut, maka dapat disimpulkan modifikasi 1986. Dasar-dasar ilmu tanah.
jarak tanam legowo 2 (25 x 12,5 x 40) Universitas Lampung. Lampung
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman HARRINGTON SANDRA. 2010. Growing
umur 40 hst dan 60 hst dan panjang akar, ricee under controlled conditions.
sedangkan modifikasi jarak tanam legowo 2 McCouch Research Program.Cornel
(25 x 15 x 50) memberikan pengaruh nyata University, Ithaca.
terhadap jumlah anakan umur 60 hst dan 80 HATTA, M. 2012. Jarak tanam sistem legowo
hst, jumlah gabah isi per malai, serta bobot terhadap pertumbuhan dan hasil
ubinan. beberapa varietas padi pada metode
SRI. Jurnal Agrista 16:87-93.
DAFTAR PUSTAKA IKHWANI DAN A.K. MAKARIM. 2012.
ABDULRACHMAN SARLAN, M. JANA Respons varietas padi terhadap
MEJAYA, NURWULAN perendaman, pemupukan dan jarak
AGUSTIANI, INDRA GUNAWAN, tanam. J. Pen. Pert. Tan. Pangan
PRIATNA SASMITA, DAN AGUS 31(2):93-99.
GUSWARA. 2013. System tanam IMRAN, SYAFRUDDIN. 2005. Kajian
legowo. Editor Suharna. Badan pengembangan usahatani padi dengan
Penelitian dan Pengembangan cara tanam jajar legowo 2 : 1
Pertanian, Kementerian Pertanian. KIM, S. S., B. K. KIM, M. G. CHOI, M. H.
BACK, W. Y. CHOI, AND S. Y.

292
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

LEE. 1999. Effect of seedling age on PRATIWI, G.R., E. SUHARTATIK, DAN


gowth and yield of machine A.K. MAKARIM. 2010. Produktivitas
transplanted rice in southrern plain dan komponen hasil tanaman padi
region. Korean J. of Sci. 44(2):122- sebagai fungsi dari populasi tanaman.
128 In: S. Abdulrachman, H.M. Toha, dan
KURNIASIH, B.A., S. FATIMAH, D.A. A. Gani (Eds.). Inovasi Teknologi
PURNAWATI. 2008. Karakteristik Padi untuk Mempertahankan
perakaran tanaman padi sawah IR64 Swasembada dan Mendorong Ekspor
(Oryza sativa L.) pada umur bibit dan Beras.Prosiding Seminar nasional
jarak tanam yang berbeda. Jurnal Hasil Penelitian Padi 2009, Buku 2.
Ilmu Pertanian 15(1):15-25. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
LESTARI, E.G., E. GUHARJA, S. HARRAN, p.443-450.
DAN I. MARISKA. 2005. Uji daya PUTRA, S. 2011. Pengaruh jarak tanam
tembus akar untuk seleksi somaklon terhadap peningkatan hasil padi gogo
toleran kekeringan pada padi varietas varietas Situpatenggang. J. Agrin.
Gajah Mungkur, Towuti dan IR64. J. 15(1):54-63.
Pen. Pert.Tan. Pangan 24(2):97-103. SALAHUDDIN, K.M., S.H. CHOWHDURY,
LIN, XQ, D.F. ZHU, H.Z. CHEN, AND Y.P. S. MUNIRA, M.M.ISLAM, & S.
ZHANG. 2009. Effects of plant PARVIN. 2009. Response of nitrogen
density and nitrogen application rate andplant spacing of transplanted
on grain yield and nitrogen uptake of Aman Rice. Bangladesh J. Agric. Res.
super hybrid rice. Rice Science 34(2): 279-285.
16(2):138-142. SOHEL M. A. T., M. A. B. SIDDIQUE, M.
MAKARIM, A.K., D. PASARIBU, Z. ZAINI, ASADUZZAMAN, M.N. ALAM, &
DAN I. LAS. 2005. Analisis dan M.M. KARIM, 2009. Varietal
sintesis pengembangan model Performanceof Transplant Aman Rice
pengelolaan tanaman terpadu padi Under Different HillDensities.
sawah. Balai Penelitian Tanaman Bangladesh J. Agric. Res. 34(1): 33-
Padi. 18p. 39
MAKARIM, A.K. DAN IKHWANI. 2012. SUMARNO, 1986.Sistem Produksi Padi
Teknik ubinan, pendugaan Berkelanjutan. Iptek Tanaman Pangan
produktivitas padi menurut jarak SURIAPERMANA DAN SYAMSIAH.2012.
tanam. Puslitbangtan. 44p. Pengaruh sistem tanam dan macam
MAKARIM A. KARIM DAN E. bahan organik terhadap pertumbuhan
SUHARTATIK. 2009. Morfologi dan dan hasil padi sawah di daerah Kuala
fisiologi tanaman padi. Balai Besar Cinaku, Kabupaten Indragiri Hulu
Penelitian Tanaman Padi. Subang. Riau. Prosiding Seminar Nasional
MASDAR, MUSLIAR. K, BUJANG R., Hasil Penelitian Padi. Balai Besar
NURHAJATI H., HELMI. 2005. Penelitian Padi. Badan Litbang
Tingkat hasil dan komponen hasil Pertanian.Buku 3.
sistem intensifikasi padi (SRI) tanpa SUROWINOTO, S. 1982. Teknologi Produksi
pupuk organik di daerah curah hujan Padi Sawah dan Gogo. Institut
tinggi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Pertanian Bogor. Bogor.
Indonesia 8 (2):126-131. SUTORO DAN A.K. MAKARIM. 1997.
MOBASSER ,H.R., R. YADI, M. AZIZI, Bentuk tajuk berbagai varietas padi
A.M. GHANBARI, AND M. dan hubungannya dengan potensi
SAMDALARI. 2009. Effect of density produksi. Penelitian Pertanian
on morphological characteristics Tanaman Pangan 15:68-78.
related-lodging on yield and yield SESBANY. 2011. Pertumbuhan dan produksi
components in varieties rice (Oryza empat varietas unggul padi sawah
sativa L.) in Iran. J. Agric. and (Oryza sativa L.) terhadap berbagai
Environ. Sci. 5(6):745-754. tingkat genangan air pada berbagai
jarak tanam.

293
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2 Desember 2016

http://repository.usu.ac.id/handle/1234 SUZUKI. Y, I.K.R. WIDRAWAN, I.G.N.


56789/22086. diakses tanggal 8 Juni GEDE, I.N. RAGA, YASIS, AND
2016. SOEROTO. 1992. Field epidemiology
SHEEHY, J.E, P.L. MITCHELL, AND A.B. and forecasting technology of rice
FERRER. 2006. Decline in rice grain tungro deases vektored by green
yields with temperatur: models and leafhopper. JARQ. 26: 98-104.
correlation can give different TOBING. 1995. Morfologi dan fisiologi
estimates. Field Crop Res. 98: 151- tanaman padi. Balai Besar Penelitian
156. Tanaman Padi. Subang.
SUGENG. 2015. Pengendalian penggerek YUNIZAR DAN A. JAMIL 2012. Pengaruh
batang padi. Balai Pengkajian system tanam dan macam bahan
Teknologi Pertanian, Bantul. organik terhadap pertumbuhan dan
SUPRIYANTO EKA EDI, SYAKIROH hasil padi sawah di daerah Kuala
JAZILAH DAN WISNU Cinaku, Kabupaten Indragiri Hulu
ANGGORO. 2008. Pengaruh system Riau. Prosiding Seminar Nasional
tanam legowo dan konsentrasi pupuk Hasil Penelitian Padi. Balai Besar
pelengkap cair terhadap pertumbuhan Penelitian Padi. Badan Litbang
dan produksi padi. Fakultas Pertanian Pertanian.Buku 3.
Universitas Pekalongan.

294

Potrebbero piacerti anche