Sei sulla pagina 1di 11

PENINGKATAN SELF-CARE AGENCY PASIEN DENGAN STROKE ISKEMIK SETELAH

PENERAPAN SELF-CARE REGULATION MODEL


(The Improvement of The Self-Care Agency for Patients With Ischemic Stroke After Applying
Self–Care Regulation Model in Nursing Care)

AV. Sri Suhardingsih*, Moh. Hasan Mahfoed**, Rahmat Hargono***, Nursalam****


*RSAL Dr. Ramelan Surabaya, Jl. Gadung no. 1 Surabaya, 60244
E-mail: aves0705@yahoo.co.id
**Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
***Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
****Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

ABSTRACT
Introduction: The patiens with ischemic stroke caused a dependence in a need of self-care for the aspect
of physically, psychologically, socially and spiritually. Nursing care approach will encourage patiens
to became independence in self-care. The purpose of this research was to examine the improvement
of the self care agency of the patients with ischemic stroke after aplying a nursing care of self care
regulation model. Method: An experimental research with quasy experimental design was applied
in the study. The study was conducted in the area of Surabaya by selecting 40 patients of ischemic
stroke being hospitalized in stroke Unit IRNA MEDIK RSUD Dr. Soetomo Surabaya and selected by
consecutive sampling. Sample of 40 patients were divided equally into two groups, namely treatment
and control groups. The selection of sample was matching based on age and sex. Independent variable
in the study were self-care regulation: interpretation coping and appraisal. While dependent variable
was self-care agency of the patients with ishemic stroke. Data was analysed by wilcoxon signed rank,
Mann-Whitey test and modeling by SEM - PLS. Result: The result showed that there were significant
differences on the increase of self care agency between the groups. The group model that aplying a
nursing care of self-care regulation gained the value of R2 = 0.857 and the standart nursing care
gained the value of R2 = 0.614, so it could be inferred that the best model was self care regulation
model, with the differentiation R2 = 0.243. Discussion: It was concluded that the nursing care of self
care regulation model could self-care agency up to 24.3% than the standard of nursing care. It is
recomended that Self-care regulation model can be used as a standard of nursing care in health care
institutions both in hospitals and in clinics.

Keywords: the nursing care of self-care regulation model, self-care agency, self-care deficit, ischemic
stroke

PENDAHULUAN (lansia) namun seiring dengan berjalannya


waktu, kini ada kecenderungan bahwa stroke
Stroke secara nyata menjadi penyebab
mengancam usia produktif bahkan di bawah usia
kematian dan kecacatan di seluruh dunia.
45 tahun. Data dari WHO Monitoring Trends
Stroke juga merupakan penyebab utama
and Determinant in Cardiovascular Disease
kecacatan jangka panjang, dan memiliki dampak
(MONICA) Stroke Project menunjukkan
emosional dan sosial-ekonomi besar pada pasien,
insiden dari stroke terbanyak pada orang berusia
keluarga, dan layanan kesehatan. Pada tahun
35–64 tahun (Stein, et al., 2009). Stroke terjadi
2020, stroke bersama dengan penyakit arteri
akibat adanya gangguan suplai darah ke otak.
koroner, diperkirakan akan menjadi penyebab
Ketika aliran darah ke otak terganggu, maka
utama hilangnya tahun-tahun kehidupan sehat
oksigen dan nutrisi tidak dapat dikirim ke otak.
(Stein, et al., 2009). Penyakit stroke pada
Kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan sel
umumnya hanya menyerang kaum lanjut usia

13
Jurnal Ners Vol. 7 No. 1 April 2012: 13–23

otak mati (Diwanto, 2009). Presentasi tertinggi self-care regulation memposisikan pasien
stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi sebagai observant dan membuat penilaian
akibat penyumbatan aliran darah. Penyumbatan berdasarkan observasi yang dilakukan sendiri
dapat terjadi karena timbunan lemak yang oleh pasien. Proses observasi, penilaian dan
mengandung kolesterol (disebut plak) dalam reaksi yang dihasilkan oleh pasien bergantung
pembuluh darah besar (arteri karotis) atau pada kerja sama yang harmonis antara perawat,
pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pasien dan koping yang dimiliki pasien. Proses
pembuluh darah kecil (Sustrani, et al., 2004). yang melibatkan self-care regulation model ini
Stroke akan berdampak terhadap merupakan proses yang berkesinambungan dan
menurunnya tingkat produktivitas serta dapat timbal balik hingga pasien mampu melakukan
mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi self care regulation secara mandiri dan
keluarga. Dampak yang ditimbulkan dari terarah. Pada kondisi inilah, penderita stroke
penyakit stroke pada setiap pasien berbeda-beda dapat diberdayakan untuk menunjang proses
tergantung dari bagian otak yang terkena injuri, kesembuhannya.
keparahan injuri, dan status kesehatan seseorang,
namun secara umum dampak tersebut dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu dampak BAHAN DAN METODE
fisik atau biologis, dampak psikologis, dampak Rancangan penelitian yang digunakan
sosial dan spiritual. Dampak penyakit stroke adalah quasy experimental research. Jumlah
tersebut menyebabkan pasien mengalami self- sampel sebanyak 40 pasien stroke iskemik
care deficit atau ketergantungan kepada orang trombotik yang menjalani perawatan (rawat
lain dan membutuhkan bantuan keperawatan inap) di Unit stroke Seruni, Seruni A dan
secara berkesinambungan agar secara bertahap Seruni B IRNA Medik RSUD Dr. Soetomo
pasien dan keluarga dapat melakukan perawatan Surabaya, yang dipilih secara non probability
diri (self-care) secara mandiri. sampling (consecutive sampling) menjadi
Perawat berperan penting dalam semua subjek penelitian ini, selanjutnya dibagi menjadi
fase perawatan pada pasien stroke, peran perawat dua kelompok subjek perlakuan 20 orang dan
tersebut terlihat melalui intervensi asuhan kelompok kontrol 20 orang. Pemilihan sampel
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dilakukan berpasangan (matching) yaitu
(Summers, et al., 2009). Self-care regulation sampel yang dijadikan kelompok perlakuan dan
model merupakan gabungan teori Self-care Model kelompok kontrol dipilih dengan matching umur
dan Self Regulation Model yaitu pengembangan dan jenis kelamin.
kemampuan perawatan diri (self-care agency) Kriteria inklusi penelitian ini adalah
pasien dengan kemampuan meregulasi diri (self pasien stroke iskemik trombotik yang dalam
Regulation) melalui peningkatan kemampuan keadaan sadar (compos mentis), bersedia menjadi
pasien mengenal penyakitnya (illness cognition) responden, Umur 40–70 tahun, pendidikan
agar pasien mampu mengembangkan koping minimal SMP, berdomisili di Surabaya. Semua
yang konstruktif. Koping yang konstruktif pasien diberikan asuhan keperawatan pasien
tersebut juga harus difasilitasi oleh perawat agar stroke iskemik. Kelompok kontrol menggunakan
memaksimalkan potensi pasien dan keyakinan Model Asuhan Keperawatan Standar, sedangkan
keberhasilan diri (self efficacy) pasien untuk untuk kelompok perlakuan mengunakan
melakukan regulasi diri yang positif (self Asuhan Keperawatan self-care regulation
regulation). Model self-care regulation ini model berdasarkan modul yang sudah disusun.
berdasarkan pemikiran bahwa self-care yang Pengukuran self-care regulation (interpretasi
dilakukan oleh pasien secara mandiri melalui sakit, koping dan penilaian) dan Kemampuan
proses regulasi diri (self regulation) yang baik perawatan diri (self-care agency) pasien stroke
akan membantu pasien mampu mengelola iskemik dilakukan pada waktu pasien dirawat di
penyakitnya. Pengetahuan dan keterampilan rumah sakit yaitu sebelum diberikan intervensi
mengelola penyakitnya diperoleh melalui proses (pre-test) dan sesudah 3 bulan keluar dari rumah
regulasi perawatan diri (self-care regulation). sakit (post-test). Analisis yang digunakan dalam

14
Peningkatan Self-care Agency Pasien (AV. Sri Suhardingsih)

penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Data Analisis Jalur Hubungan Interpretasi
statistik wilcoxon signed rank untuk mengetahui Sakit, Koping, Penilaian dengan Kemampuan
perbedaan pre–post intervensi pada kedua Perawatan Diri (Self-care Agency)
kelompok dan uji statistik mann whitney untuk Model dari hasil post-test kelompok
mengetahui perbedaan kelompok kontrol dan perlakuan self-care regulation model yang
perlakuan setelah dilakukan intervensi (post- ditemukan dari penelitian ini adalah jalur
post) dan untuk menganalisis hubungan antar hubungan untuk peningkatan kemampuan
variabel menggunakan analisis Partial Least perawatan diri (self-care agency), pasien
Square (PLS). harus memiliki interpretasi yang benar
tentang penyakitkan, sehingga pasien akan
mengembangkan strategi koping dengan
HASIL mengoptimalkan potensi diri, mengoptimalkan
Data Uji Pengaruh Asuhan Keperawatan Self- peran lingkungan dan usaha yang bersifat religius
care Regulation Model (Interpretasi Sakit, dalam mengatasi masalahnya dan melakukan
Koping, Penilaian) dengan Kemampuan penilaian atau mengevaluasi keberhasilan
Perawatan Diri (Self-care Agency)
strategi koping yang telah dilakukan untuk
Analisis data pengaruh asuhan mengatasi masalah yang dihadapi, dengan
keperawatan self-care regulation Model membandingkan kondisi kesehatannya sebelum
(interpretasi sakit, koping, penilaian) terhadap dengan sesudah sakit stroke, sehingga akhirnya
peningkatan kemampuan perawatan diri atau pasien menetapkan atau mengambil keputusan
self-care agency dilakukan dari data hasil post- bertindak untuk memenuhi kebutuhan self-care
test kedua kelompok. Hal ini untuk mengetahui dan model penelitian setelah dilakukan reduksi
lebih baik mana model asuhan keperawatan (dibuang dari model penelitian) model setelah
self-care regulation dengan model asuhan dilakukan reduksi (gambar 1).
keperawatan standar dalam meningkatkan Hasil uji outer weight menunjukkan
kemampuan perawatan diri (self-care agency) semua indikator memiliki nilai loading faktor
pasien stroke iskemik. Teknik analisis yang > 0,5 dan nilai composite reliability > 0,6.
digunakan adalah model persamaan struktural Oleh karena itu, indikator-indikator tersebut
(Structural Equation Modeling - SEM) berbasis dinyatakan valid dan reliabel untuk mengukur
variance atau component based SEM, yang variabel latennya yang digunakan dalam
terkenal disebut Partial Least Square (PLS). penelitian ini.

Ganbar 1. Model jalur hubungan interpretasi sakit, koping, penilaian dengan kemampuan perawatan
diri (self-care agency).

15
Jurnal Ners Vol. 7 No. 1 April 2012: 13–23

Tabel 1. Hasil outer loading setiap indikator pada variabel penelitian dari hasil post-test kelompok
intervensi pada pasien di RSUD Dr. Soetomo tahun 2011
Variabel Indikator Outer loading T- statistic
INTERPRS GEJALA 0.403 3.541
P'SEMBUH 0.895 114.867
R-EMOSI 0.906 28.138
SEBAB 0.802 19.668
KOPING B'PIKIR + 0.684 17.105
DS-EMOSI 0.847 29.162
DS-INST 0.844 44.854
KNT DIRI 0.826 18.822
KO AKTIF 0.940 78.436
KY SPIRIT 0.799 21.742
P'NERIMA 0.891 37.575
P'RENC 0.879 75.542
REINT + 0.772 22.038
P'NILAI FISIK 0.684 14.767
PSIKOLOGIS 0.847 36.088
SOSIAL 0.844 90.154
SPIRITUAL 0.826 40.889
SELF CA FISIK 0.784 17.391
PSIKOLOGIS 0.931 82.211
SOSIAL 0.772 22.338
SPIRITUAL 0.801 25.200

PEMBAHASAN (kelompok control). Jika dilihat dari perbedaan


Peningkatan Kemampuan Self-care mean ranknya dapat disimpulkan bahwa
Regulation dalam Hal Interpretasi Sakit interpretasi sakit pada kelompok perlakuan atau
Pasien Stroke Iskemik pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan
self-care regulation model lebih baik daripada
Pasien stroke iskemik yang mendapatkan
kelompok kontrol atau pasien yang mendapatkan
asuhan keperawatan self-care regulation
asuhan keperawatan standar. Variabel interpretasi
model mengalami peningkatan kemampuan
paling dominan memengaruhi aspek psikologis
self-care regulation dalam hal interpretasi
dari komponen kemampuan perawatan diri (self-
sakit, lebih baik dibandingkan dengan pasien
care agency).
stroke iskemik yang mendapatkan asuhan
Leventhal (1997) menyebutkan bahwa
keperawatan standar, interpretasi tersebut
sakit atau gejala sakit berhubungan dengan
meliputi aspek gejala dan tanda penyakit stroke,
bagaimana individu dengan cara yang sama
hubungan gejala dan penyakit stroke.Waktu
menghadapi masalah lain di antaranya adalah
yang dibutuhkan untuk penyembuhan penyakit
interpretasi. Individu dapat dikonfrontasikan
stroke, konsekuensi dari penyakit stroke, kontrol
dengan masalah sakit potensial melalui dua
atau penyembuhan penyakit stroke, respons cara atau penyaluran: persepsi gejala (“saya
emosi akibat penyakit stroke, sebab penyakit merasakan sakit dan kelemahan pada tangan
stroke. Peningkatan interpretasi pasien stroke kiri saya”) atau pesan sosial (“dokter saya telah
iskemik yaitu didapatkan hasil bahwa semua mendiagnosa sakit ini sebagai stroke”). Saat
variabel interpretasi sakit terdapat perbedaan individu telah menerima informasi tentang
peningkatan yang signifikan (α < 0,05) antara kemungkinan sakit melalui saluran ini, menurut
kelompok responden yang mendapatkan teori penyelesaian masalah, individu kemudian
asuhan keperawatan self-care regulation model termotivasi untuk kembali ke keadaan normalnya
(kelompok perlakuan) dengan kelompok yang “bebas masalah”. Ini juga melibatkan definisi
mendapatkan asuhan keperawatan standar lain dari masalah. Menurut Leventhal, masalah

16
Peningkatan Self-care Agency Pasien (AV. Sri Suhardingsih)

dapat diberi arti dengan mengakses pengetahuan dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk
sakit individual. Oleh karena itu, gejala dan bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari
pesan sosial dapat memberi kontribusi pada maupun tidak disadari.
pengembangan pengetahuan sakit, yang akan Self-care regulation model akan
dikonstruksi menurut dimensi-dimensi berikut: meningkatkan pengetahuan pasien tentang
identitas, sebab, konsekuensi, batasan waktu, penyakit diderita, sehingga akan menyadari
penyembuhan atau kontrol. Representasi kognitif tentang apa yang sedang diderita dan dengan
dari masalah ini akan memberi arti masalah dan kesadaran tersebut akan menimbulkan motivasi
membuat individu dapat mengembangkan untuk melakukan berbagai upaya sehingga
dan mempertimbangkan strategi penanganan mempercepat penyembuhan penyakit.
yang tepat. Identifikasi masalah sakit juga
akan menghasilkan perubahan pada keadaan Peningkatan Kemampuan Self-care
emosional. Misalnya, merasakan gejala sakit Regulation dalam Hal Strategi Koping
Pasien Stroke Iskemik
dan menerima pesan sosial bahwa sakit ini dapat
dihubungkan ke penyakit jantung koroner, akan Strategi koping merupakan salah satu
menghasilkan kegelisahan. Oleh karena itu, aspek dari self regulation, strategi koping dalam
setiap strategi penanganan harus dihubungkan penelitian ini meliputi optimalisasi potensi
ke pengetahuan sakit dan keadaan emosional diri (koping aktif, perencanaan, kontrol diri,
dari individu. penerimaan, dan berpikir positif optimalisasi
Ogden (2007) berpendapat bahwa peran lingkungan (dukungan sosial yang
diperlukan suatu upaya bagaimana mengukur bersifat instrument dan Dukungan sosial yang
penilaian sehat dan penilaian sakit yang bersifat emosional), dan usaha yang bersifat
dialami oleh individu, salah satunya dengan religious (reinterpretasi positif, dan keyakinan
metode pengetahuan sakit. Pemberian self-care spiritual). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
regulation model akan memperbaiki pengetahuan ada perbedaan peningkatan strategi koping
orang sakit, seperti yang disampaikan Leventhal yang signifikan pada semua variabel strategi
(2003) masalah dapat diberi arti dengan koping pasien stroke iskemik kelompok
mengakses pengetahuan sakit individual. yang mendapat asuhan keperawatan self-care
Oleh karena itu, gejala dan pesan sosial dapat regulation model (kelompok perlakuan) dengan
memberi kontribusi pada pengembangan kelompok yang mendapat asuhan keperawtan
pengetahuan sakit, yang akan dikonstruksi standar (kelompok control) (α < 0,05). Apabila
menurut dimensi-dimensi identitas, sebab, dilihat dari mean rank masing-masing variabel
konsekuensi, batasan waktu, penyembuhan atau strategi koping didapat bahwa mean rank pada
kontrol. Representasi kognitif dari masalah ini kelompok perlakuan lebih tinggi daripada
akan memberi arti masalah dan membuat individu kelompok kontrol. Hal ini juga menujukkan
dapat mengembangkan dan mempertimbangkan bahwa pada kelompok perlakukan atau pasien
strategi penanganan yang tepat. yang mendapatkan asuhan keperawatan self-
Lau (1995) meneliti makna dari “sakit” itu care regulation model memiliki strategi koping
sendiri dan menemukan bahwa jawaban pasien yang lebih baik daripada kelompok kontrol atau
menggambarkan dimensi yang mereka gunakan pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan
untuk mengkonseptualisasikan kesakitan itu standar. Variabel strategi koping paling dominan
sendiri yaitu merasa tidak normal, gejala khusus, memengaruhi aspek psikologis dari komponen
sakit khusus, Konsekuensi penyakit, batas waktu kemampuan perawatan diri (self-care agency).
dan tidak sehat. Menurut Lazarus dan rekan yang dikutip
Adanya interpretasi yang baik terhadap Ogden (2007), koping didefinisikan sebagai
penyakit yang dideritanya akan menghasilkan proses penanganan stressor-stressor yang
motivasi yang kuat untuk bisa sembuh. Hal telah dipertimbangkan sebagai beban atau
ini sesuai dengan pendapat Uno (2007) bahwa berlebihannya sumber daya seseorang dan
motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau sebagai usaha untuk menangani tuntutan-
daya, atau suatu keadaan yang kompleks tuntutan lingkungan dan internal. Dalam konteks

17
Jurnal Ners Vol. 7 No. 1 April 2012: 13–23

stress, koping juga merefleksikan cara-cara kondisi temperamen individu, persepsi, serta
di mana individu berinteraksi dengan stressor kognisi terhadap stressor tersebut.
dalam usaha untuk kembali ke beberapa jenis Efektivitas koping memiliki kedudukan
fungsi normal. Ini bisa termasuk mengkoreksi sangat penting dalam ketahanan tubuh dan daya
atau mengangkat masalah, atau bisa termasuk penolakan tubuh terhadap gangguan maupun
mengubah cara seseorang berpikir tentang serangan penyakit (fisik maupun psikis). Jadi,
masalah atau belajar untuk toleransi dan ketika terdapat stressor yang lebih berat (dan
menerimanya. Lazarus dan Folkman (1987) bukan yang biasa diadaptasi), individu secara
menekankan sifat dinamis dari koping yang otomatis melakukan mekanisme koping, yang
melibatkan penaksiran dan penaksiran ulang, sekaligus memicu perubahan neurohormonal.
evaluasi dan re-evaluasi. Saat dihadapkan dengan Kondisi neurohormonal yang terbentuk akhirnya
masalah penyakit, individu mengembangkan menyebabkan individu mengembangkan dua hal
strategi koping sebagai usaha untuk kembali ke baru yaitu perubahan perilaku dan perubahan
keadaan normalitas yang sehat. jaringan organ. Lipowski (1970) membagi
Menurut Smet (1998) Koping dipengaruhi koping menjadi copingstyle dan coping strategy.
oleh beberapa faktor, antara lain usia dalam Coping style adalah mekanisme adaptasi individu
rentang usia tertentu, individu mempunyai yang meliputi aspek psikologis, kognitif, dan
tugas perkembangan yang berbeda, sehingga persepsi. Coping strategy merupakan koping
memengaruhi cara berpikir dan kemampuan yang dilakukan secara sadar dan terarah dalam
untuk beradaptasi dengan situasi disekelilingnya. mengatasi rasa sakit atau menghadapi stressor.
Jenis kelamin secara teoretis pria dan wanita Apabila koping dilakukan secara efektif, stressor
mempunyai cara yang berbeda dalam menghadapi tidak lagi menimbulkan tekanan secara psikis,
suatu masalah. Wanita lebih memperlihatkan penyakit, atau rasa sakit, melainkan berubah
reaksi emosional dibandingkan dengan pria. menjadi stimulus yang memacu prestasi serta
Harga diri memengaruhi individu dalam menilai kondisi fisik dan mental yang baik.
dirinya sendiri dan memengaruhi perilaku dalam Pemberian perlakuan asuhan keperawatan
mengatasi ancaman atau peristiwa. Penggunaan self-care regulation model akan memperbaiki
strategi koping yang paling penting adalah harga dan meningkatkan strategi koping dari pasien
diri. Harga diri dimiliki individu sebagai sikap, stroke iskemik yaitu memiliki strategi koping
gagasan dan kemampuan dalam mengatasi keaktifan diri, perencanaan yang baik, berpikir
masalah. Pendidikan, Individu yang mempunyai positif, termasuk mengkoreksi, mengubah cara
pendidikan lebih tinggi akan lebih tinggi pula seseorang berpikir tentang penyakitnya, belajar
perkembangan kognitifnya, sehingga akan untuk toleransi dan menerima kenyataan bahwa
mempunyai penilaian yang lebih realitis dan ia sakit stroke, tetapi tetap memiliki keyakinan
koping mereka akan lebih aktif dibandingkan yang baik bahwa pasien akan mampu mengatasi
mereka yang mempunyai pendidikan lebih masalah penyakitnya sehingga dengan sakit
rendah. stroke bukan lagi stressor yang menimbulkan
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan tekanan secara psikis dan rasa sakit, tetapi
pendapat Lazarus (1985), koping adalah merupakan stimulus yang memacu individu
perubahan kognitif dan perilaku secara konstan berkembang menjadi lebih baik, maka hal ini
dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal akan lebih mempercepat penyembuhan dari
dan atau eksternal khusus yang melelahkan penyakit yang diderita.
atau melebihi sumber individu. Mekanisme
koping terbentuk melalui proses belajar dan Peningkatan Kemampuan Self-care
mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya Regulation dalam Hal Penilaian Pasien
Stroke Iskemik
stressor dan saat mulai disadari dampak
stressor tersebut. Kemampuan belajar ini Penilaian seseorang terhadap
tergantung pada kondisi eksternal dan internal, keberhasilannya mengatasi masalah yang
sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana dihadapi merupakan aspek yang penting dalam
lingkungan membentuk stressor tetapi juga self regulation, dampak dari penyakit stroke

18
Peningkatan Self-care Agency Pasien (AV. Sri Suhardingsih)

menyebabkan pasien mengalami masalah baik dievaluasi oleh pasien berhasil tidak mengatasi
aspek fisik atau biologis, psikologis, sosial dan masalah yang aspek fisik, psikologis sosial dan
spiritual, penilaian dalam penelitian ini meliputi spiritual yang dihadapi pasien stroke. Penilaian
penilaian fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. utama lainnya melibatkan relevansi motivasional
Ada perbedaan peningkatan penilaian yang dan fokus sebab dari penyakit stroke. Menerima
signifikan pada 3 variabel penilaian (psikologis, diri sebagai individu yang bertanggung jawab
sosial dan spiritual) pasien stroke iskemik atas terjadinya penyakit stroke mungkin lebih
kelompok yang mendapat asuhan keperawatan cenderung menumbuhkan rasa bersalah dan
self-care regulation model (kelompok perlakuan) depresi, daripada kecemasan (Smith, et al.,
dengan kelompok yang mendapat asuhan 1993), namun, aspek yang paling penting dari
keperawatan standar (kelompok kontrol) penilaian penyebab penyakit adalah pasien akan
(α < 0,05). Sedangkan untuk penilaian fisik menghindari hal-hal yang menyebabkan sakit
tidak ada perbedaan peningkatan penilaian stroke, termasuk merubah perilaku yang tidak
pasien stroke iskemik kelompok yang mendapat sehat yang dapat menimbulkan serangan stroke
asuhan keperawatan self-care regulation model yang kedua.
(kelompok perlakuan) dengan kelompok Penilaian sekunder adalah ketetapan atau
yang mendapat asuhan keperawatan standar keputusan seseorang untuk mengatasi masalah
(kelompok kontrol) (α < 0,081), hal ini berdasarkan sumber daya yang dimiliki dan
karena pada asuhan keperawatan standar alternatif yang dapat dipilih (Cohen, 1984).
intervensi keperawatan lebih terfokus pada Berbeda dengan penilaian utama yang berfokus
aspek fisik, sehingga pasien kelompok kontrol pada fitur dari situasi stres, penilaian sekunder
juga memiliki penilaian yang sama dengan apa yang bisa dilakukan terhadap situasi.
kelompok perlakum, namun apabila dilihat Penilaian sekunder dianggap kemampuan
dari mean rank masing-masing variabel untuk mengubah situasi dan kemampuan
penilaian didapat bahwa semua mean rank yang dirasakan untuk mengelola reaksi emosi
pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada seseorang menghadapi ancaman penyakit stroke
kelompok kontrol. Hal ini juga menunjukkan dan ekspektasi-ekspektasi tentang efektivitas
bahwa pada kelompok perlakukan atau pasien sumber daya koping seseorang misalnya,
yang mendapatkan asuhan keperawatan self- keyakinan keberhasilan diri atau self efficacy
care regulation model memiliki penilaian yang (Glanz, 2008). Secara harafiah, self memiliki
lebih baik daripada kelompok kontrol atau makna diri atau identitas individu sedangkan
pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan efficacy adalah kekuatan untuk menghasilkan
standar. Variabel penilaian paling dominan efek. Sinonim dari efficacy meliputi efektivitas,
memengaruhi aspek psikologis dari komponen kesadaran dan produktivitas. Kombinasi dari
kemampuan perawatan diri (self-care agency). makna tersebut menunjukkan kesadaran akan
Karen Glanz (2008) berpendapat bahwa kemampuan seseorang menjadi efektif dan
penilaian primer adalah penilaian seseorang mengendalikan tindakan. Atribut yang berada
tentang suatu peristiwa yang signifikan sebagai di dalam self efficacy meliputi kognitif dan
stres, positif, terkendali, menantang, jinak, atau afektif serta pengendalian diri. Keyakinan
tidak relevan. Sakit stroke adalah stressor bagi tentang kemampuan seseorang untuk melakukan
individu. Ketika berhadapan dengan stressor, perilaku yang diperlukan untuk menggunakan
individu akan mengevaluasi potensi ancaman kendali (self efficacy) memainkan peran sentral
atau bahaya dari penyakit stroke (penilaian dalam kinerja berbagai perilaku kesehatan.
primer), serta kemampuannya untuk mengubah Bandura (1997) menyatakan bahwa
situasi dan mengelola reaksi emosional peran self efficacy dalam fungsi tubuh manusia
negatif terhadap penyakit stroke (penilaian sangatlah besar yaitu mempertahankan dan
sekunder). Upaya koping aktual, ditujukan untuk meningkatkan tingkat motivasi seseorang,
pengelolaan atau manajemen masalah penyakit keadaan afektif dan tindakan berdasarkan
stroke dan regulasi emosional, di mana hasil tujuan yang ingin dicapai. Dengan alasan
dari strategi koping yang telah dilakukan akan ini, bagaimana seseorang berperilaku dapat

19
Jurnal Ners Vol. 7 No. 1 April 2012: 13–23

diprediksi melalui keyakinan yang dipegang hidup dengan berbagai keterbatasan yang
dan menentukan pengetahuan serta keterampilan adalah setelah sakit stroke. Oleh karena itu
yang dimiliki oleh individu. Hal ini berhubungan diperlukan penguatan faktor psikologis dengan
dengan keyakinan diri, kepercayaan diri cara meningkatkan kemampuan kognitif
bahwa mereka bisa mencapai tujuan yang baik dengan membangkitkan motivasi pasien
mereka inginkan. Konsekuensinya, pencapaian maupun menstimulasi self efficacy pasien
individu pada umumnya lebih baik diprediksi bahwa pasien memiliki kemampuan, sumber
dengan keyakinan diri dibandingkan dengan daya serta pasien harus diyakinkan bahwa apa
pencapaian sebelumnya, pengetahuan atau yang pasien inginkan akan tercapai. Perawat
keterampilan yang dimiliki. Tentunya, sebesar harus mampu menumbuhkan motivasi pasien
apapun keyakinan diri yang dimiliki tidak akan agar pasien stroke tetap memiliki tujuan hidup,
dapat menghasilkan kesuksesan jika tidak memiliki harapan akan masa depannya, dan
didampingi oleh keterampilan dan pengetahuan diyakinkan bahwa dia memiliki kemampuan
yang memadai. (self efficacy) untuk mencapai tujuan hidupnya
Bandura (1989) menyatakan bahwa yang baru (karena sakit stroke). Penilaian sosial
perilaku manusia dipengaruhi oleh pikiran dan dapat dinilai oleh pasien sejauh mana pasien
tujuan individu dipengaruhi oleh kemampuan merasa mendapat dukungan dari lingkungan
pencapaian diri. Individu dengan self efficacy baik dukungan instrumental maupun dukungan
yang tinggi cenderung untuk menentukan emosional. Sedangkan penilaian spiritual dapat
tujuan yang lebih tinggi, komitmen terhadap dinilai oleh pasien bagaimana pasien telah
tantangan yang lebih sulit dan berusaha keras melakukan usaha yang bersifat religius seperti
mencapai tujuan yang diinginkan. Self efficacy reinterpretasi positif yaitu menafsirkan kembali
tidak berhubungan dengan keterampilan khusus situasi yang dihadapi dengan cara yang positif.
yang dimiliki seseorang tetapi lebih kepada Pasien dibantu untuk melihat kembali tujuan
penilaian dari apa yang bisa individu lakukan hidupnya dan merevisinya bila perlu, disesuaikan
dengan keterampilan khusus tersebut. Konsep dengan kondisinya pasien saat ini. Keyakinan
self efficacy memiliki implikasi terhadap praktik pasien bahwa selalu saja ada alternatif lain dalam
keperawatan. Kunci untuk meningkatkan self setiap situasi akan membantu pasien merasa
efficacy adalah membantu pasien untuk belajar ketidakberdayaannya bukan untuk selamanya
perilaku melalui model atau belajar untuk masih ada alternatif lain yang bisa dipilih untuk
memodifikasi perilaku yang maladaptif melalui masa depannya. Dengan menggali pilihan
pengubahan penguatan (Ziegler, 2005). Perilaku tersebut bersama perawat dalam keluarga akan
pada umumnya dipelajari melalui pembelajaran membantu membuka realitas sebagai dasar untuk
observasional dan diajarkan melalui pemodelan membuat keputusan selanjutnya. Keyakinan
(Bandura, 1997). Sebagai contoh, individu spiritual pasien, bagaimana sikap individu
diberitahu untuk mematuhi langkah-langkah menenangkan dan menyelesaikan masalah
dalam injeksi subkutan, tetapi demonstrasi secara keagamaan. Menemukan makna dari
diperlukan untuk menunjukkan tindakan nyata penyakit. Penyakit merupakan satu pengalaman
dari keterampilan tersebut. Modifikasi perilaku manusia kebanyakan orang menganggap
melibatkan perubahan kepercayaan pasien penyakit serius sebagai titik balik kehidupan
terhadap kekuatan dari self efficacy. Intervensi mereka baik spiritual maupun fisiologis,
dilakukan sebagai cara untuk memfasilitasi terkadang orang menemukan kepuasan dalam
perubahan perilaku ini. kepercayaan mereka bahwa pasien mungkin
Penilaian keberhasilan stategi koping mempunyai makna atau berguna bagi orang
yang telah dilakukan secara fisik dapat dinilai lain, seperti keluarga dapat berkumpul akibat ada
oleh pasien dengan membandingkan kemampuan yang sakit stroke, meskipun menyakitkan namun
fisik pasien sebelum dan sesudah sakit stroke. dengan cara sangat berarti, sehingga pasien
Penilaian psikologis dapat dinilai pasien dapat menemukan hikmah dari sakitnya.
bagaimana pasien merasa memiliki mental Dengan peningkatan kemampuan
dan emosional yang kuat untuk menjalani penilaian fisik, psikologis, sosial, dan spiritual

20
Peningkatan Self-care Agency Pasien (AV. Sri Suhardingsih)

pasien stroke iskemik akan keberhasilan strategi sendiri untuk mempertahankan kehidupan,
koping yang digunakan untuk mengatasi kesehatan dan kesejahteraannya. Self-care
masalah yang dihadapi, maka pasien akan yang dilakukan secara efektif dan menyeluruh
mampu menetapkan atau membuat keputusan dapat membantu menjaga integritas struktur
untuk melakukan tindakan untuk mengatasi dan fungsi tubuh serta berkontribusi dalam
masalah yang ada karena dengan penilaian yang perkembangan individu. Seorang individu
positif maka pasien akan dapat menerima realita dalam melakukan self- care harus mempunyai
atau kenyataan bahwa ia sakit stroke, namun kemampuan dalam perawatan diri yang disebut
pasien tidak putus asa, tetap optimis menghadapi sebagai self-care agency. Individu yang terlibat
masa depan karena pasien punya kemampuan, dalam self-care memiliki tuntutan kemampuan
tetap tabah dan sabar serta dapat mengambil bertindak, yaitu kekuatan untuk bertindak secara
hikmah dari sakit stroke yang diderita. Hal ini mandiri untuk mengendalikan faktor yang
akan mempercepat kesembuhan pasien dan memengaruhi fungsi diri dan perkembangan
meningkatkan kemampuan perawatan diri (self- mereka (Orem, 2001). Tindakan ini memerlukan
care agency) pasien stroke iskemik. pengetahuan, pengambilan keputusan dan
tindakan untuk berubah. Hal ini sesuai dengan
Peningkatan Kemampuan Perawatan Diri/ hasil penelitian ini, yaitu walaupun pada penlaian
Self-care Agency Pasien Stroke Iskemik fisik kedua kelompok tidak ada perbedaan,
Tujuan akhir pemberian Asuhan tetapi pada kemampuan self-care fisik antara
Keperawatan Self-care regulation model adalah kedua kelompok ada perbedaan yang signifikan
kemandirian pasien stroke iskemik dalam (p < 0,05) pada kemampuan perawatan diri atau
memenuhi kebutuhan perawatan diri atau self- self-care agency aspek fisik pada kelompok
care baik self-care fisik, self-care psikologis self- perlakuan atau pasien yang mendapatkan asuhan
care sosial dan self-care spiritual. Kemandirian keperawatan self-care regulation model lebih
tersebut dapat dicapai kalau pasien stroke baik daripada kelompok control atau pasien yang
mempunyai kemampuan dalam perawatan mendapatkan asuhan keperawatan standar. Hal
diri (self-care agency). Asuhan Keperawatan ini dapat dijelaskan bahwa untuk dapat bertindak
Self-care regulation model adalah pendekatan dibutuhkan keterampilan, keyakinan akan
asuhan keperawatan yang menekankan pada keberhasilan diri atau self efficacy, semangat
peningkatan kemampuan pasien untuk dapat dan motivasi yang tinggi untuk selalu berusaha
melaksanakan self regulation. Dari hasil mencapai tujuan yang diinginkan. Maka peran
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan perawat adalah memberikan keterampilan kepada
peningkatan kemampuan perawatan diri atau pasien stroke, menguatkan faktor psikologis
self-care agency yang signifikan pada seluruh dengan cara meningkatkan kemampuan kognitif
variabel (p < 0,05). antara kelompok responden baik dengan membangkitkan motivasi pasien
yang mendapatkan asuhan keperawatan self- maupun menstimulasi self efficacy pasien bahwa
care regulation model (kelompok perlakuan) pasien memiliki kemampuan, dan sumber daya,
dengan kelompok yang mendapatkan asuhan karena pada dasarnya self-care merupakan
keperawatan standar (kelompok kontrol). Jika perilaku yang dapat dipelajari, dan setiap
dilihat dari perbedaan mean rank nya dapat individu memiliki potensi untuk belajar dan
disimpulkan bahwa kemampuan perawatan berkembang. Penyakit stroke adalah stressor bagi
diri atau self-care agency pada kelompok individu, maka individu yang tadinya normal
perlakuan atau pasien yang mendapatkan atau sehat kemudian diganggu oleh penyakit
asuhan keperawatan self-care regulation model stroke iskemik, maka individu akan termotivasi
lebih baik daripada kelompok kontrol atau untuk mengembalikan keseimbangan kembali
pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan ke normalitas, melalui proses self regulation,
standar. yang dari penelitian ini telah membuktikan
Orem DE (2001) menyatakan bahwa bahwa pemberian asuhan keperawatan self-care
self-care adalah penampilan dari aktivitas regulation dapat meningkatkan kemampuan
individu dalam melakukan perawatan diri perawatan diri atau self-care agency lebih baik

21
Jurnal Ners Vol. 7 No. 1 April 2012: 13–23

daripada dengan pemberian asuhan keperawatan tabah, sabar dan dapat mengambil hikmah dari
standar. peristiwa yang dialami sehingga selalu optimis
akan mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini
Penemuan Baru akan meningkatkan kemampuan perawatan diri
Penemuan baru yang diperoleh dalam (self-care agency), seperti yang ditunjukkan
penelitian ini adalah jalur hubungan yang dari hasil uji model bahwa dengan asuhan
menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan keperawatan self-care regulation mampu
self-care regulation model dapat meningkatkan meningkatkan kemampuan perawatan diri
kemampuan perawatan diri (self-care agency) (self-care agency) sebesar 0,243% atau 24,3%
dengan mengaktifkan self-care regulation dibandingkan dengan asuhan keperawatan
melalui peningkatan interpretasi sakit pasien, standar.
pengembangan strategi koping pasien dan Tersusun modul asuhan keperawatan
mengembangkan kognitif yang positif sehingga self-care regulation model pada pasien stroke
pasien juga memiliki kemampuan penilaian iskemik yang dapat digunakan sebagai pedoman
yang positif terhadap upaya koping yang telah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
dilaksanakan, dapat menerima realitas yang ada, profesional.

Gambar 2. Jalur hubungan antarvariabel yang memengaruhi peningkatan kemampuan perawatan diri
(self care agecy)
Keterangan: X 2.6 = Dukungan Sosial yang Bersifat
X 1 = Interprestasi Instrumental
X 2 = Koping X 2.7 = Dukungan Sosial yang Bersifat
Emosional
X 3 = Penilaian
X 2.8 = Reinterprestasi Positif
Y = Self-Care Agency
X 2.9 = Keyakinan Spiritual
X 1.1 = Kemampuan mengidentifikasi gejala
penyakit X 3.1 = Fisik
X 1.5 = Kontrol X 3.2 = Psikologi
X 1.6 = Emosional X 3.3 = Sosial
X 1.7 = Penyebab Penyakit X 3.4 = Spiritual
X 2.1 = Koping Aktif Y 1 = Self-Care Fisik
X 2.2 = Perencanaan Y 2 = Self-Care Psikologi
X 2.3 = Kontrol Diri Y 3 = Self-Care Sosial
X 2.4 = Penerimaan Y 4 = Self-Care Spiritual
X 2.5 = Berfikir Positif

22
Peningkatan Self-care Agency Pasien (AV. Sri Suhardingsih)

Hasil uji model struktural menunjukkan Karen, Glanz, dan Barbara, K.R., 2008. Health
bahwa indikator hubungan gejala dengan Behavior and Health Education, Theory,
penyakit, indikator waktu dan indikator Research, and Practice, Fourth Edition.
konsekuensi tidak berpengaruh secara signifikan Yossey-Bass. Inc: San Francisco.
terhadap variabel interpretasi sakit sehingga Lau, R., 1995. Cognitive Representations of
model hubungan yang ditemukan (gambar 3). Health and Illness, in D. Gochman (ed.),
Handbook of Health Behavior Research,
Vol. I. New York: Plenum.
SIMPULAN DAN SARAN Lazarus, R.S. dan Cohen, F., 1973. Active Coping
Processes, Coping Dispositions, and
Simpulan Recovery from Surgery, Psychosomatic
Pemberian asuhan keperawatan self-care Medicine, 35, 375–89.
regulation model pada pasien stroke iskemik Leventhal, H. dan Brissette, I., 2003.
meningkatkan interpretasi pasien tentang The Common-sense Model of Self-
penyakitnya dan strategi koping yang positif serta regulation of Health and Illness.
penilaian pasien akan keberhasilan koping yang In: Cameron L,D., Leventhal H., editors.
The Self-Regulation of Health and
digunakan dapat menurunkan therapeutic self-
Illness Behaviour. London: Routledge.
care demands dan meningkatkan kemampuan
Lipowski, 1970. Physical Illness, The Individual
perawatan diri (self-care agency).
and The Coping Processes. Psychiar.
Med, 1, 91–102.
Saran
Orem, D.E., 2001. Nursing Concept of Practice.
Modul asuhan keperawatan self-care St Louis: CV Mosby Company.
regulation model yang digunakan sebagai Stein, J., Harvey, R.L., Macko R.F., Winstein,
pedoman di dalam memberikan asuhan C.J., Zorowitz, R.D., 2009. Stroke
keperawatan pada pasien stroke iskemik ini, Recovery and Rehabilitation. USA:
menuntut perubahan peran pasien yang tadinya Demosmedpub.
pasif, menjadi lebih aktif, lebih berinisyatif Summers, et al., 2009. Comprehensive Overview
dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya of Nursing and Interdisciplinary Care of
the Acute Ischemic Stroke Patient: A
sendiri, oleh karena itu sejak awal perawatan,
Scientific Statement from the American
pasien dilibatkan dalam setiap kegiatan
Heart Association Stroke, 40: 2911–
perawatan yang dilakukan oleh perawat.
2944.
Sustrani, L., A.S. Alam, dan I. Hadibroto.,
2004. Stroke. Jakarta: PT Gramedia
KEPUSTAKAAN
Pustaka Umum.
Bandura, A., 1997. Self efficacy: toward a Uno, H.B., 2007. Teori Motivasi dan
unifying theory of behavior change, Pengukurannya: Analisis di Bidang
Psychological Review, 84: 191–215. Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jane, Ogden., 2007. Health Psychology 4th Ed. Ziegler, S.M., 2005. Theory-directed nursing
Open University: England practice (2nd ed.). New York: Springer.

23

Potrebbero piacerti anche