Sei sulla pagina 1di 11

KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI KAWASAN KAMPUS

UNIVERSITAS RIAU PANAM PEKANBARU

Agus Widodo1, Yusfiati2, Defri Yoza3

1
Mahasiswa Program Studi Biologi
2
Bidang Zoologi Jurusan Biologi
3
Bidang Konservasi Jurusan Kehutanan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
Email: ags.wdd@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to identify the herpetofauna and to determine
herpetofauna species diversity in different habitats. The research was conducted from June
to July 2012 in Campus Area of Riau University. The methods used in this research were
purposive sampling and passive sampling. Purposive sampling was conducted by Visual
Encounter Sampling (VES). Samples of herpetofauna were identified in the Laboratory of
Zoology FMIPA UR. 22 species of herpetofauna were found which consist 13 species of
reptiles and 9 amphibians. Diversity Index (H') of reptiles species in terrestrial habitats,
aquatic habitats and arboreal habitat were 1.32 (low), 1.01 (low), 0.47 (very low)
respectively. Diversity Index of amphibians species in terrestrial habitat and aquatic
habitats 0.87 (low), 1.57 (middle) respectively. Diversity of herpetofauna in Campus Area
of Riau University was categorized low. The highest abundance of reptiles and amphibians
was H. frenatus (0,38) and R. erythreae (0,34) respectively. Evenness (E) of reptile in
terrestrial habitat, aquatic habitats and arboreal habitats were 0.74, 0.73. 0.43 respectively.
While the Evenness (E) of amphibians in aquatic habitats were 0.98 and terrestrial habitat
0.54. Species ampbihians in arboreal was not founded. Herpetofauna species which were
found during this research were listed in Appendix I (Varanus nebulosus) and Appendix II
(Varanus salvator and Python reticulatus).

Keyword : Herpetofauna, Reptile, Amphibian, Riau University

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi jenis-jenis dan menentukan keanekaragaman


jenis herpetofauna di beberapa habitat yang berbeda. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-
Juli 2012 di Kawasan Kampus Universitas Riau. Metode yang digunakan adalah Purposive
Sampling dan Passive Sampling. Purpossive sampling dengan Visual Encounter Survey
(VES). Sampel herpetofauna diidentifikasi di Laboratorium Zoologi FMIPA UR. Hasil

1
ditemukan 22 spesies herpetofauna terdiri dari 13 jenis reptil dan 9 jenis amfibi. Indeks
keanekaragaman jenis reptil pada habitat terestrial 1,32 (rendah), habitat akuatik 1,01
(rendah) dan habitat arboreal 0,47 (sangat rendah). Indeks keanekragaman jenis amfibi
pada habitat terestrial 0,87 (rendah) dan habitat akuatik 1,57 (sedang). Keanekaragaman
herpetofauna di Kawasan Kampus Universitas Riau termasuk kategori rendah. Kelimpahan
individu per jenis reptil tertinggi adalah H. frenatus 0,38 dan pada amfibi adalah
R.erythraea 0,38. Kemerataan Jenis (E) reptil pada habitat terestrial 0,74, habitat akuatik
0,73 dan habitat arboreal 0,43 sedangkan amfibi pada habitat terestrial adalah 0,54 dan
habitat akuatik 0,98. Jenis amfibi tidak ada ditemukan pada habitat arboreal. Herpetofauna
yang terdaftar Appendiks I (Varanus nebulosus) dan Appendiks II (Varanus salvator dan
Python reticulatus).

Kata Kunci : Herpetofauna, Reptil, Amfibi, Universitas Riau

PENDAHULUAN

Herpetofauna merupakan satwa yang sangat beragam jenis dan memiliki bentuk
yang menarik. Dari aspek ekologis herpetofauna memiliki peranan penting dalam menjaga
keseimbangan rantai makanan di ekosistem baik berperan sebagai predator maupun prey
(Zug 1993). Herpetofauna seperti katak dan cicak diketahui merupakan predator beberapa
serangga yang merugikan manusia seperti nyamuk dan serangga perusak pertanian
(Stebbins dan Cohen 1995). Beberapa jenis herpetofauna juga dapat dijadikan sebagai
bioindikator lingkungan karena kepekaannya terhadap perubahan lingkungan seperti
pencemaran air, pengrusakan habitat asli, introduksi spesies eksotik, penyakit dan parasit
(Carrey et al 2001; Corn 2005; Cushman 2006; Kusrini et al. 2008). Dari aspek ekonomi
herpetofauna dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas ekspor yang dimanfaatkan sebagai
industri kulit dan makanan serta berpotensi sebagai fauna eksotik (pet) (Kusrini 2005).
Keanekaragaman herpetofauna di Indonesia yaitu 511 spesies reptilia dan 270 spesies
amfibia (BAPPENAS 2003). Keanekaragaman herpetofauna di Sumatera cukup banyak
jumlahnya adalah 194 spesies Reptilia dan 62 spesies Amfibia (BAPPENAS 2003),
sedangkan keanekaragaman herpetofauna di Tesso Nilo adalah 26 jenis reptil dan amfibi 31
jenis (Siddik dan Maharani 2003).
Penelitian mengenai herpetofauna di Kawasan Kampus UR Panam ini masih
terbatas dan belum ada data penelitian tentang herpetofauna sehingga perlu dilakukan
penelitian serta diharapkan mampu menunjang upaya konservasi agar keberadaan reptil dan
amfibi dapat tetap lestari. Informasi mengenai herpetofauna di Kawasan Kampus UR
Panam ini masih terbatas dan belum ada data penelitian tentang herpetofauna sehingga
perlu dilakukan penelitian serta diharapkan mampu menunjang upaya konservasi agar
keberadaan reptil dan amfibi dapat tetap lestari. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi jenis-jenis herpetofauna yang terdapat di Kawasan Kampus Universitas
Riau Panam dan menentukan keanekaragaman jenis herpetofauna di habitat yang berbeda
di Kawasan Kampus Universitas Riau Panam.

2
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 di Kawasan Kampus Universitas
Riau Panam. Metode yang digunakan adalah Purpossive Sampling dengan cara Visual
Ecounter Survey (VES) (Heyer et.al. 1994) dan Passive Sampling menggunakan
perangkap/jebakan (fitfall trap, glue trap) pada line transect yang sudah ditentukan.
Pengamatan dimulai pada pagi hari pukul 08,00-10.00 dan pencarian aktif dilakukan pada
malam hari pukul 19.00-22.00. Pengamatan herpetofauna dilaksanakan dalam waktu 25
hari. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat dan bahan untuk
pembuatan jalur pengamatan, pengambilan data biologi reptil dan amfibi, pengukuran
faktor lingkungan dan dokumentasi serta pencatatan yang terdiri dari meteran, tali, alat
tangkap, alat suntik, headlamp, kantung spesimen, soil tester, higrometer, pH meter,
alkohol 70%, formalin 10%, alat tulis serta buku panduan identifikasi diantaranya Buku
Panduan Lapangan Ampibi dan Reptil di Semenanjung Malaysia dan Thailand (Chan-Ard
et.al. 1999), Panduan Lapangan Amfibi dan Reptil di Areal Mawas Kalimantan Tengah
(Mistar 2008), Panduan Lapangan Amfibi Jawa-Bali (Iskandar 1998). Data yang
dikumpulkan pada saat pengamatan adalah data jenis meliputi nama jenis, jumlah
individu/jenis, dan aktivitas saat dijumpai serta data habitat meliputi nama lokasi, waktu
pengambilan data, suhu udara dan suhu air, pH air untuk dianalisis secara deskriptif
berdasarkan kondisi lokasi sampel reptil dan amfibi yang ditemukan di lapangan.
Identifikasi herpetofauna di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Analisis data menggunakan Indeks
Diversitas Shannon dalam Krebs (1999) -∑pi ln pi dengan indikator keanekaragaman
menurut Brower dan Zarr (1997) Sangat Rendah <1, Rendah 1-1,5, Sedang 1,5-2, Tinggi
>2, Kelimpahan Individu per jenis Cox (1996) KR=Ki/∑Ki; Ki=ni/N dan Kemerataan
Jenis (E) (Brower dan Zarr 1997) dengan rumus E=H’/ln S.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Komposisi Jenis
Jumlah individu herpetofauna yang dijumpai di Kawasan Kampus Universitas Riau
Panam adalah 81 individu. Jumlah tersebut merupakan hasil dari 32 individu amfibi dan 49
individu reptil yang dijumpai. Jumlah seluruh jenis herpetofauna yang ditemukan pada
seluruh areal pengamatan Panam sebanyak 22 jenis. Jumlah reptil yang berhasil ditemukan
sebanyak 13 jenis (tergolong 7 famili) (Tabel 1.). Sebagian besar herpetofauna ditemukan
langsung disaat survei di lapangan.

3
Tabel 1. Jumlah individu dan jenis Reptil pada tiga habitat
Habitat
No. Famili Nama Jenis
Arboreal Terestrial Akuatik
1 Colubridae Boiga dendrophila 1
Dendrilaphis pictus 1
Homalopsis Buccata 1
Xenelaphis hexagonotus 2
2 Elapidae Naja sumatrana 1
3 Geoemylidae Cuora amboinensis 1
4 Gekkonidae C. marmoratus 2
Gehyra mutilata 1
Hemidactylus frenatus 20
5 Pythonidae Python reticulatus 1
6 Scincidae Mabuya multifasciata 13
7 Varanidae Varanus nebulosus 2
Varanus salvator 3
Jumlah 26 16 7
Jumlah Individu 49
Jumlah Spesies 13

Jumlah jenis amfibi yang ditemukan pada sebanyak 9 jenis (tergolong 4 famili)
(Tabel 2). Jumlah famili masing-masing jenis Bufonidae (2 jenis), Ranidae (4 jenis),
Microhylidae (2 jenis) dan Megophryidae (1 jenis).

Tabel 2. Jumlah individu dan Jenis Amfibi pada tiga habitat


Habitat
No. Famili Nama Jenis
Arboreal Terestrial Akuatik
1 Bufonidae Bufo melanostictus 4
Bufo quadriporcatus 1
2 Microhylidae Kaloula pulchra 2
Microhyla heymonsi 3
3 Megaphryidae L. hendricksonii 1
4 Ranidae Rana cholconota 5
Rana hosii 3
Rana erythraea 11
Fejervarya limnocharis 2
Jumlah 6 26
Jumlah Individu 32
Jumlah Spesies 9

4
Semua jenis reptil dan amfibi yang ditemukan merupakan sebuah catatan baru (new
record) untuk Kawasan Kampus Universitas Riau Panam. Hal tersebut dikarenakan belum
adanya penelitian mengenai herpetofauna yang dilakukan di dalam kawasan tersebut.

Status Jenis Herpetofauna Teramati


Seluruh herpetofauna yang teramati di Kawasan Kampus Universitas Riau hanya
satu jenis yang berstatus dilindungi berdasarkan PP No. 07 Tahun 1999 Tentang
Pengawetan Tumbuhan dan Satwa yaitu biawak abu-abu (Varanus nebulosus).

Tabel 3. Status Herpetofauna yang diamati di Kawasan Kampus Universitas Riau Panam
Pekanbaru
No Jenis CITES IUCN PP No.7 Thn 1999
REPTIL
Colubridae
1. Boiga dendrophila Tidak dilindungi
2. Homalopsis buccata LC Tidak dilindungi
3. Xenelaphis hexagonotus LC Tidak dilindungi
4. Dendrilaphis pictus Tidak dilindungi
Elapidae
5. Naja sumatrana App II LC Tidak dilindungi
Geoemylidae
6. Cuora amboinensis App II VU Tidak dilindungi
Gekkonidae
7. Cyrtodactylus marmoratus Tidak dilindungi
8. Gehyra mutilate Tidak dilindungi
9. Hemidactylus frenatus Tidak dilindungi
Pytonidae
10. Python reticulates App II Tidak dilindungi
Scincidae
11. Mabuya multifasciata Tidak dilindungi
Varanidae
12. Varanus nebulosus App I Dilindungi
13. Varanus salvator App II LC Tidak dilindungi
AMFIBI
Bufonidae
14. Bufo quadriporcatus LC Tidak dilindungi
15. Bufo melanotictus LC Tidak dilindungi
Microhylidae
16. Kaloula pulchra LC Tidak dilindungi
17. Microhyla heymonsii LC Tidak dilindungi
Megophryidae
18. Leptobrachium hendricksonii LC Tidak dilindungi
Ranidae
19. Rana chalconota LC Tidak dilindungi
20. Rana hosii LC Tidak dilindungi
21. Rana erythraea LC Tidak dilindungi
22. Fevervarya limnocharis LC Tidak dilindungi

5
Ket: App : Appendix
LC : Least Concern/kurang diperhatikan
VU : Vulnerable/mudah mengalami kepunahan
CITES : Convention on International Trade in Endangered of Wild Fauna and Flora
IUCN : International Convention for Conservation of Nature

Pada Tabel 3. seluruh jenis yang diamati berdasarkan daftar UNEP-WCMC (2005)
terdapat satu jenis yang tergolong dalam Appendix I yaitu Varanus nebulosus dan dua jenis
reptil yang tergolong dalam Appendixs II yaitu: Varanus salvator dan Python reticulatus.
Dari keseluruhan jenis herpetofauna yang termasuk dalam redlist IUCN (International
Convention for Conservation of Nature) termasuk dalam kategori LC (Least
Concern/kurang diperhatikan). Hanya satu jenis dari reptil yang tergolong dalam VU
(Vulnerable/rentan punah) yaitu Coura amboinensis.

Keanekaragaman Jenis Herpetofauna


Keanekaragaman Jenis Reptil
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2, jumlah jenis reptil yang ditemukan
pada habitat terestrial memiliki jumlah jenis yang paling banyak, yakni 7 spesies dan
jumlah individu adalah 21 individu. Pada habitat terestrial nilai Indeks Keanekaragaman
(H’) 1,32 (rendah). Pada habitat akuatik dijumpai 6 individu dari 3 spesies dengan H’ 1,01
(rendah). Sedangkan pada habitat arboreal ditemukan 23 individu dari 3 spesies dengan H’
0,47 (sangat rendah).

Tabel 4. Hasil Perhitungan Keanekaragaman Jenis (H’) Reptil


Habitat ∑ Spesies ∑ Individu H' E
Terestrial 7 21 1.32 0.74
Akuatik 3 6 1.01 0.73
Arboreal 3 23 0.47 0.43
Ket : H’=Indeks Shannon, E=Kemerataan

Keanekaragaman jenis reptil pada habitat terestrial lebih tinggi dari habitat lainnya
dikarenakan sebagian besar reptil seluruh tubuhnya tertutup oleh sisik. Sisik merupakan
suatu derivat epidermis. Sisik ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya. Pada pada
sebagian besar reptil pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada
anggota Sub-ordo Lacertilia dapat melakukan pergantian kulit baik secara total (Zug 1993).

Keanekaragaman Jenis Amfibi


Pada Tabel 5. dijelaskan pada habitat terestrial dijumpai 10 individu dari 5 jenis
dengan nilai keanekaragaman jenis (H’) 0,87 (sangat rendah). Pada habitat akuatik nilai H’
1,57 (sedang) dijumpai 26 individu dari 6 jenis amfibi. Sedangkan pada habitat arboreal
tidak ditemukan jenis yang hidup pada habitat tersebut.

6
Tabel 5. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Amfibi
Habitat ∑ Spesies ∑ Individu H' E
Terestrial 3 6 0.87 0.54
Akuatik 6 26 1,57 0,98
Arboreal 0 0 0 0
Ket : H’=Indeks Shannon, E=Kemerataan

Nilai keanekaragaman jenis amfibi pada habitat akuatik lebih tinggi dikarenakan
pada umumnya semua amfibi siklus hidup awalnya berada di perairan dan siklus kedua di
terestrial (Webb et al 1981). Pada waktu larva sampai dengan awal pertumbuhan
juvenilnya (remaja), amfibi akan hidup di perairan dan bernafas menggunakan insang dan
pada waktu dewasa hidup di darat dan tentunya bernafas dengan menggunakan paru-paru
(Halliday 1986).

Kelimpahan Jenis Herpetofauna


Kelimpahan Jenis Reptil
Dari Gambar 2. diterangkan bahwa kelimpahan jenis reptil yang paling tinggi
adalah Hemidactylus frenatus (0,38), sedangkan kelimpahan jenis yang rendah adalah
Boiga dendrophila, Dendrilaphis pictus, Naja sumatrana, Python reticulatus dan Cuora
amboinensis yakni sebanyak 0,02.

0,38
0,40
0,35
Ki KR
0,30 0,25
0,25
0,20
0,15
0,10 0,08
0,06
0,04 0,04 0,04 0,04
0,05 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
0,00

Gambar 1. Kelimpahan jenis reptil (individu/jenis)

Dari hasil penelitian yang paling banyak ditemukan adalah ular dari famili
Colubridae yang terdiri dari Boiga dendrophila, Dendrilaphis pictus, Homalopsis buccata
dan Xenelaphis hexagonotus. Seperti dikemukakan oleh Tweedie (1983) bahwa jenis–jenis
ular famili Colubridae sebagian besar dijumpai di habitat terestrial dan sebagian lainnya di
habitat akuatik, serta memiliki penyebaran terluas yang dapat dijumpai diberbagai tipe
habitat dibandingkan dengan famili ular lainnya (Goin et al 1987).

7
Kelimpahan tertinggi pada reptil yaitu H. frenatus dikarenakan cicak ini merupakan
salah satu komponen dari rantai makanan pada konsumen tingkat satu yang berfungsi
sebagai pengendali serangga berbahaya sebagai vektor penyakit yaitu nyamuk (Zug 1993).
Sedangkan jenis reptil yang paling sedikit kelimpahannya merupakan salah satu predator
yang berguna untuk pengendalian hama seperti mamalia kecil seperti P. reticulatus, Naja
sumatrana dan B. dendrophila.

Kelimpahan Jenis Amfibi


Dari Gambar 3. dijelaskan jenis amfibi yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah
Rana erythrea (0,34). Kelimpahan jenis amfibi yang paling terendah adalah Bufo
quadriporcatus, Microphila heymonsi dan Leptobrachium hendricksonii yakni sebesar
0,03.

0,40 0,34
0,35 Ki KR
0,30
0,25
0,20 0,16
0,15 0,13
0,09 0,09
0,10 0,06 0,06
0,03 0,03
0,05
0,00

Gambar 1. Kelimpahan jenis amfibi (individu/jenis)

Kelimpahan individu per jenis amfibi yang tertinggi adalah R. erythraea merupakan
salah satu jenis yang sangat mudah ditemui dikarenakan hampir seluruh areal Kampus
Universitas Riau Panam memiliki perairan yang tergenang serta ruang terbuka hijau yang
banyak ditumbuhi rumput dan sangat banyak belalang yang merupakan sumber makanan
bagi R. erythraea. Duelman dan Trueb 1994; Stebbins dan Cohen (1997) mengemukakan
bahwa jenis katak memiliki perawakan yang ramping dan meruncing biasanya aktif berburu
mangsa dan memanfaatkan mangsa dalam jumlah banyak tetapi ukuran makananya kecil.
Kelimpahan jenis amfibi yang kelimpahannya rendah dikarenakan jenis katak yang
biasa memiliki perawakan gemuk dan mulut lebar mencari mangsanya dengan cara diam
dan menunggu mangsa dan memanfaatkan junmlah pakannya besar tetapi dalam jumlah
yang sedikit (Duelman dan Trueb 1994; Stebbins dan Cohen 1997). Selain itu, amfibi
sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga jumlah jenis dan individunya juga
mempengaruhi (Alford et.al. 2001; Pechman et.al. 2004).

8
Mistar (2008) mengemukakan bahwa daerah hidup amfibi dibagi menjadi tiga yaitu
(1) amfibi yang dapat berasosiasi dengan manusia antara lain adalah Bufo melanostictus,
Fejervarya limnocharis, Kaloula pulchra dan Rana erythraea. (2) Amfibi yang hidup di
daerah peralihan antara hutan dengan pemukiman seperti Bufo quadriporcatus dan (3)
secara umum amfibi menempati hábitat hutan primer.

Kemerataan Jenis
Dari hasil perhitungan kemerataan jenis (Eveness) nilai kemerataan jenis (E) reptil
pada habitat terestrial 0,74, habitat akuatik 0,73 serta habitat arboreal 0,43. Sementara
kemerataan jenis (E) amfibi pada habitat terestrial lebih rendah dari habitat akuatik yakni
0,54 dan 0,98 serta habitat arboreal 0. Berdasarkan hasil dari kemerataan jenis (E) dari
reptil dan amfibi baik habitat terestrial, akuatik dan arboreal terlihat bahwa memiliki
sebaran individu masing-masing spesies cenderung merata yang berarti bahwa tidak ada
jenis yang terlalu mendominasi dalam suatu komunitas (Krebs 1978). Apabila setiap jenis
memiliki jumlah individu yang sama, maka kemerataan jenis pada komunitas tersebut
memiliki nilai maksimum (Santosa 1995).
Hofer et.al. 2000 mengemukakan bahwa faktor penting lain yang mempengaruhi
penyebaran ular pada suatu habitat adalah ketersediaan satwa amfibi sebagai mangsanya.
Selain itu, ketinggian tempat juga mempengaruhi penyebaran ular, terutama dalam hal
keanekaragaman jenis dan kelimpahannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Jumlah keseluruhan herpetofauna yang ditemukan adalah sebanyak 22 jenis. Jumlah jenis
reptil sebanyak 13 jenis yang tergolong 7 famili dan amfibi sebanyak 9 jenis tergolong 4
famili. Tiga jenis reptil yang bestatus Appendix I yaitu Varanus nebulosus dan Appendix II
yaitu Varanus salvator dan Phyton reticulatus. Indeks Keanekaragaman (H’) jenis reptil
pada habitat terestrial adalah 1,32, habitat akuatik 0,74 dan habitat arboreal 0,37 sedangkan
amfibi pada habitat terestrial adalah 1,15, habitat akuatik 1,37 dan habitat arboreal 0.
Keanekaragaman jenis di Kawasan Kampus Universitas Riau Panam Pekanbaru termasuk
kategori rendah. Kelimpahan yang paling tinggi jenis reptil adalah Hemidactylus frenatus
0,38 sedangkan amfibi adalah Rana erythrea 0,41. Kemeratan jenis (E) reptil pada habitat
terestrial 0,74, habitat akuatik 0,73 dan habitat arboreal 0,33. Kemerataan jenis (E) amfibi
pada habitat terestrial 0,54 dan habitat akuatik 0,98.

DAFTAR PUSTAKA

Alford, R. A., P. M. Dixon and J. H. K. Pechman. 2001. Global amphibian population


declines. Nature 412: 499-500.
BAPPENAS. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-
2020 (Indonesian Biodiversity Strategy and Plan 2003-2020) Dokumen Regional.
Pemerintah Republik Indonesia

9
Berry, PY. 1975. The Amphibian Fauna of Peninsular Malaysia. Tropical Press. Kuala
Lumpur.
Brower, JE dan Zarr, JH. 1997. Field and Laboratory For General Ecology, W.M.C Brown
Company Publishing. Portugue, IOWA
Carrey, C., W.R. Heyer, J. Wilkinson, R.A.Alford, J.W.Artnzen, T.Halliday, L.Hungeford,
K.R.Lips, E.M. Middleton, S.A Orchard & A.S. Rand. 2001. Amphibian decline and
environmental changes: Use of remote-sensing data to identify environmetal
correlates. Conservation Biology 15(4): 903-913
Corn, P. S. 2005. Climate change and amphibians. Animal Biodiversity and Conservation
28.1: 59–67.
Cox, G. W. 1996. Laboratory Manual of General Ecology. 7th ed. Wm. C.Brown Company
Publisher, Dubuque: x + 278 hlm.
Cushman, S.A. 2006. Effects of habitat loss and fragmentation on amphibians: A review
and prospectus. Biological Conservation 128:231-240.
Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book
Company. New York
Goin, CJ, Goin OB, Zug GR. 1978. Introduction to Herpetology. W.H. Freeman and
Company. San Fransisco.
Halliday, T., Kraig, A., O’toole, C. 1986. The Enclycopedia of Reptiles and Insects.
California: Grolier International, Inc.
Heyer, WR., Donnelly, MA., Mc Diarmid, Hayek, LC, Foster, MS. 1994. Measuring and
Monitoring Biology Diversity: Standard Methods for Amphibians. Washington:
Smithsonian Institution Press.
Hofer, U., Bersier, LF., Borcard, D. 2000. Ecotones and Gradient as Determinants
ofHerpetofaunal Community Structure in the Primary Forest of Mount Kupe,
Cameroon.Journal of Tropical Ecology (2000) 16:517±533
[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources,
Conservation International, and NatureServe.2012.The IUCN Red List of Threated
Species Amphian and Reptilian.diakses pada tanggal10 November 2012 pukul 20.06
WIB.
Kminiak, M. 2000. Amphibian Habitats. In: R Hofrichter 2000. The Encyclopedia of
Amphibians. Augsburg: Weltbild Verlag GmbH
Krebs, CJ. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and Abudance.
Ecology Methodology. New York: Herper and Row Publisher.
Krebs, CJ. 1999. Ecological Methodology. 2nd edition. Addison Wesley Longman. Inc.
United State America
Kusrini, MD. 2003. Predicting the impact of the frog leg trade in Indonesia: An ecological
view of the indonesian frog leg trade, emphasizing Javanese edible frog
species.dalam: MD Kusrini, A Mardiastutidan T Harvey 2003.Konservasi Amfibi dan
Reptil di Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Pechmann, J. H. K., H. M. Wilbur. 1994. Putting declining amphibians population in
perspective: natural fluctuations and human impacts. Herpetologica 50: 65-84.

10
Santosa, Y. 1995. Teknik Pengukuran Keanekaragaman Satwa liar. Bogor: Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor
Siddik, I & Maharani, HM. 2003. Sensus singkat Herpetofauna Di Wilayah Tesso Nilo-
Provinsi Riau. Puslit Biologi LIPI dalam____ 2003. Keanekaragaman Hayati Di
Tesso Nilo Provinsi Riau. Puslit Biologi & WWF Indonesia.
Stebbins, R. C. & Cohen, N. W. 1995. A natural history of amphibians. Princeton
University Press, Princeton, New Jersey.
Tweedie, MWF. 1983. The Snake of Malaya. Singapore National Printer Ltd. Singapore
UNEP-WCMC. 2005. Checklist of Herpetofauna Listed in the CITES appendices and EC
Regulation 338/97. 10th edition. JNCC Report No. 378. CITES Unit Peterborough
UK.
Van Hoeve, UWBV. 2003. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna: Reptil dan Amfibi. PT
Ikrar Mandiri Abadi. Jakarta.
Webb, J.E. ; J.A. Wallwork; J.H. Elgood. 1981. Guide to Living Amphibians. MacMillan
Press Ltd. Hongkong.
Widyananto, Reza. 2009. Keanekaragaman Herpetofauna di Areal Siberut Conservation
Program (SCP), Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. (Skripsi)
Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Amphibians and Reptiles.
Academic Press. London

11

Potrebbero piacerti anche