Sei sulla pagina 1di 15

Fizzaria Khasbullah et al Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO

KAJIAN KARAKTERISTIK FUNGSIONAL PRODUK ETANOLISIS


CAMPURAN CPO (CRUDE PALM OIL) DAN PKO (PALM KERNEL OIL) PADA
REAKSI ETANOLISIS TINGKAT DUA
[The Study of functional characteristics of ethanolysis product of CPO (Crude Palm
Oil) and PKO (Palm Kernel Oil) mixture at level two ethanolysis reaction]

Fizzaria Khasbullah 1), Murhadi 2) dan Suharyono A.S. 2)


1)
Mahasiswa Program Magister Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
2)
Dosen Program Magister Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lampung

ABSTRACT

The objectives of this study were to determine the


concentration of NaOH and ethanol containing NaOH to the
weight of the media on level two ethanolysis reaction CPO-
PKO mixture that produces the highest of antimicrobial
activity, emulsifying properties and to investigate the
distribution patterns of glyceride compounds. The treatments
Diterima : 21 Agustus 2012 were ratio of ethanol containing NaOH to the weight of the
Disetujui : 12 September 2012
media of level two ethanolysis reaction of CPO-PKO mixture,
which were 1,20; 1,60 and 2,00 (v/w) and NaOH
concentration to the weight of the media of ethanolysis
Korespondensi Penulis :
reaction CPO-PKO mixture level two is 0,75; 1,0 and 1,25%
murhadi_thp@unila.ac.id
(w/w). The results showed that the highest treatment was on
treatment with ethanol at a ratio of 1,20 with NaOH
concentration of 0,75%. The antimicrobial activities of
Bacillus cereus, Salmonella typhimurium and natural
microbial culture were 12,36%, 16,76 mm, 20,75 mm , 12,98
mm, and the highest emulsion stability power was found on
6% and 16,04% concentration. The level two ethanolysis
product of CPO-PKO mixture showed a uniform distribution
pattern on the the TLC plates in a row from the nearest to the
farthest was the MG, DG, ALB and TG with Rf value of 0,03;
0,15; 0,43 and 0,74.
Keywords: CPO (Crude Palm Oil), ethanolysis, PKO (Palm
Kernel Oil),

PENDAHULUAN 2010 produksi minyak sawit mencapai


angka 14.290.054 ton, sedangkan produksi
Penganekaragaman produk inti sawit mencapai angka 3.240.061 ton
turunan dari kombinasi CPO dan PKO (Anonim, 2012).
belum optimal dan berkelanjutan, sehingga Salah satu bentuk modifikasi
Indonesia cenderung hanya mengekspor minyak yang mulai banyak diteliti adalah
bahan primer olahan buah sawit baik MG (monogliserida) yang merupakan
dalam bentuk CPO dan atau PKO saja. produk hidrolisis TG (trigliserida) minyak
Menurut Badan Pusat Statistik pada Tahun yang digunakan secara luas sebagai bahan
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013 13
Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO Fizzaria Khasbullah et al

pengemulsi (emulsifier) dalam industri NaOH terhadap berat media reaksi


makanan. Salah satu metode produksi M- etanolisis kasar campuran CPO-PKO
DG (mono-digliserol) dari CPO yang tingkat dua serta pengamatan pola sebaran
cukup potensial adalah dengan reaksi komponen atau senyawa gliserida dalam
etanolisis (Hasanuddin et al., 2003). produk etanolisis tersebut.
Etanolisis adalah reaksi antara minyak Tujuan penelitian ini adalah
(TG) dengan pelarut etanol 95% yang menentukan konsentrasi NaOH dan nisbah
telah mengandung katalis basa (NaOH pelarut etanol 96% yang telah
1%, b/b minyak) selama beberapa menit (8 mengandung NaOH terhadap berat media
menit) pada suhu ruang sampai 40oC dan reaksi etanolisis campuran CPO-PKO
diaduk secara mekanis hingga dihasilkan tingkat dua yang menghasilkan
produk etanolisis yang mengandung MG antimikroba dan sifat pengemulsi tertinggi
(Murhadi, 2010a). serta mengetahui pola sebaran komponen
Menurut penelitian Murhadi et al. atau senyawa gliserida produk etanolisis
(2012) nilai rendemen produk tertinggi campuran CPO-PKO tingkat dua.
dari etanolisis kasar campuran PKO-CPO,
terdapat pada nisbah 1,5 (b/b) dengan nilai BAHAN DAN METODE
sebesar 61,67%, relatif sama pada nisbah
Bahan dan Alat
1,205; 1,75 dan 2,000 (b/b) dan stabilitas
Bahan baku yang digunakan dalam
emulsi tertinggi sebesar 13,39% terdapat
penelitian ini adalah CPO segar dan inti
pada nisbah 1,205 (b/b), sedangkan
sawit yang diperoleh dari PTPN VII
berdasarkan laporan Nendela et al. (2012)
(Persero) Unit Usaha Bekri Kecamatan
rendemen produk etanolisis campuran
Bekri Lampung Tengah dan bahan pangan
CPO-PKO (nisbah 0,8; b/b) tingkat 1, 2
emulsi (santan kelapa segar) untuk uji
dan 3 memiliki hasil yang relatif sama
daya stabilitas emulsi (o/w) produk
antara 32,73-45,81% dan menghasilkan
etanolisis CPO-PKO. Bahan kimia yang
rendemen total hingga 72,91%. Produk
digunakan untuk reaksi etanolisis adalah
etanolisis campuran CPO-PKO pada
etanol 96%, etanol teknis, NaOH, HCl
tingkat dua memiliki daya stabilitas emulsi
35%, heksan p.a., lempeng KLT silika gel
sebesar 9,70% dan juga memiliki net
60 F254, dietil eter, asam formiat, dan
diameter zona hambat sebesar 14,31 mm
iodium. Kultur mikroba yang digunakan
terhadap Escherichia coli dan memiliki net
dalam penelitian ini yaitu bakteri Gram
diameter zona hambat sebesar 19,23 mm
positif (Bacillus cereus), bakteri Gram
terhadap Staphylococcus aureus.
negatif (Salmonella typhimurium) dan
Berdasarkan hasil penelitian
kultur mikroba alami (KMA). Media yang
sebelumnya, etanolisis campuran CPO-
digunakan adalah NA (Nutrient Agar), NB
PKO pada tingkat dua masih memiliki
(Nutrient Broth), dan NaCl. Alat-alat
potensi dalam hal aktivitas antimikroba
yang digunakan terdiri dari hotplate
dan stabilitas emulsi. Oleh karena itu
stirrer, oven, Erlenmeyer, timbangan,
dalam penelitian ini perlu dikaji rendemen,
termometer, separating funnel (labu
nilai aktivitas antimikroba dan stabilitas
pemisah), sentrifuge, chamber glass,
emulsi yang tertinggi dari perlakuan
vorteks, jangka sorong, cawan petri, dan
konsentrasi NaOH dan nisbah etanol 96%-
alat-alat gelas penunjang.

14 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013
Fizzaria Khasbullah et al Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO

Metode Penelitian etanolisis tersebut dilakukan mengikuti


Penelitian yang dilakukan metode Hasanuddin et al. (2003); Murhadi
merupakan penelitian deskriptif yang dan Suharyono (2008); Lestari dan
terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Hasil Murhadi (2008); Murhadi (2010b) dengan
penelitian disajikan dalam bentuk tabel modifikasi. Sejumlah 256 mL etanol 96%
dan atau grafik, kemudian dianalisis secara yang telah mengandung NaOH 1% (b/b
deskriptif. Pada 3 ulangan tersebut akan CPO dan PKO) ditambahkan 160 g CPO-
diambil 2 ulangan terbaik. Faktor PKO (0,8; b/b) di dalam Erlenmeyer 1000
perlakuan pertama adalah nisbah pelarut mL dengan total volume reaksi etanolisis
etanol 96% yang telah mengandung NaOH kurang lebih 416 mL (nisbah 1,60; v/b),
terhadap berat media reaksi etanolisis (N), lalu diletakkan di atas hotplate stirrer
yaitu 1,20 (N1); 1,60 (N2) dan 2,00 (N3; dengan kecepatan putar 1000 rpm selama
v/b). Faktor kedua adalah konsentrasi 8 menit pada suhu reaksi etanolisis 40oC.
NaOH terhadap berat media reaksi Setelah etanolisis selesai, ke dalam media
etanolisis (K), yaitu 0,75% (K1); 1,00% etanolisis tersebut ditambahkan 42 tetes
(K2); dan 1,25% (K3; b/b). larutan HCl 35%, diaduk 1 menit, lalu
dipisahkan di dalam labu pemisah,
Persiapan Bahan Utama diamkan selama 60 menit, sehingga telah
Bahan utama CPO segar disaring terlihat jelas pemisahan antar lapisan.
(kertas saring kasar), sehingga dihasilkan Lapisan atas dipisahkan dari lapisan
CPO yang jernih dan bebas kotoran, bawah (media sisa), lapisan atas disebut
dioven 80oC sehari semalam, lalu dikemas produk etanolisis. Lapisan bawah dicuci
di dalam botol berwarna dan bertutup. dengan akuades dalam labu pemisah
PKO diperoleh dari daging buah inti sawit hingga lapisan bawah (pelarut) menjadi
yang masih segar. Inti sawit dihancurkan jernih, kemudian dioven 80oC hingga berat
dalam ukuran yang kecil-kecil dengan cara konstan, lalu ditimbang untuk mengetahui
menumbuk, diekstraksi dengan cara berat sisa media campuran CPO-PKO
maserasi selama 3 x 24 jam dalam pelarut pada etanolisis tingkat satu.
heksan p.a. (1:2; b/v), selanjutnya
dilakukan proses penyaringan, sehingga Etanolisis Campuran CPO-PKO
dihasilkan filtrat, dihilangkan pelarutnya Tingkat Dua
(heksan) menggunakan rotavapor, dioven Reaksi etanolisis tingkat dua ini
80oC hingga diperoleh berat konstan. mengikuti metode Nendela et al. (2012)
PKO yang dihasilkan lalu dikemas di dengan modifikasi. Prosedur etanolisis
dalam botol berwarna dan bertutup tingkat dua relatif sama dengan prosedur
(Murhadi dan Zuidar, 2009 dengan etanolisis tingkat satu. Sejumlah etanol
modifikasi). 96% (nisbah sesuai perlakuan, v/b) yang
Produksi Produk Etanolisis Campuran telah mengandung NaOH (konsentrasi
CPO-PKO Tingkat Satu sesuai perlakuan; %, b/b) ditambahkan 70
Etanolisis campuran CPO-PKO g sisa media reaksi (etanolisis campuran
tingkat satu bertujuan untuk mendapatkan CPO-PKO tingkat satu) di dalam
bahan media reaksi yang akan digunakan Erlenmeyer 500 mL, diletakkan di atas
pada etanolisis tingkat dua. Reaksi hotplate stirrer dengan kecepatan putar

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013 15
Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO Fizzaria Khasbullah et al

1000 rpm selama 8 menit pada suhu reaksi metode difusi agar/sumur (Gariga et al.,
etanolisis 40oC. Setelah etanolisis selesai, 1983 dalam Murhadi, 2010a). Zona
ke dalam media etanolisis tersebut penghambatan yang diukur adalah radius
ditambahkan larutan HCl 35% (sesuai (r,mm) penghambatan berupa areal bening
perlakuan konsentrasi NaOH). Hasil di sekeliling sumur uji, setelah diinkubasi
reaksi etanolisis tersebut dimasukkan ke selama 24 jam pada 37oC (sesuai jenis
dalam labu pemisah dan dibiarkan selama mikroba uji). Pengukuran jari-jari (rp,
30-45 menit, sehingga telah terlihat jelas mm) zona hambat di sekeliling sumur uji
pemisahan antar lapisan. Lapisan atas dilakukan dengan cara mengukur jarak
(produk etanolisis) dipisahkan dari lapisan dari tepi sumur uji ke batas lingkaran
bawah (sisa media reaksi etanolisis tingkat terluar zona hambat menggunakan jangka
dua) untuk digunakan pada masing-masing sorong (ketelitian 0,01 mm) pada beberapa
perlakuan dan ulangan percobaan. sisi sumur uji, lalu dirata-ratakan. Nilai
Masing-masing lapisan atas dari semua diameter (dp, mm) zona hambat relatif
perlakuan sebagai produk etanolisis hasil pengamatan langsung, diperoleh
tingkat dua, diamati daya antimikroba dan dengan perhitungan nilai dp = 2 x rp
daya stabilitas emulsinya (o/w), serta (Murhadi, 2010a).
analisis pola sebaran (nilai Rf) komponen
Pengujian Daya Stabilitas Emulsi
atau senyawa gliserida produk etanolisis
Pengujian daya stabilitas emulsi
tingkat dua menggunakan KLT
(o/w) dengan menggunakan santan kelapa
(Kromatografi Lapis Tipis).
segar kemudian ditambah dengan produk
Analisis Rendemen Produk Etanolisis etanolisis tingkat dua (2, 4 dan 6%).
Campuran CPO-PKO Sistem emulsi dimasukkan ke dalam
Rendemen produk etanolisis yang tabung sentrifuge (Malik et al., 1987;
dihasilkan, dihitung dengan cara membagi Mappiratu, 1999 dengan modifikasi;
berat (g) produk etanolisis dari campuran Murhadi dan Suharyono, 2008) sebanyak
CPO-PKO dengan berat (g) awal bahan 10 mL produk pangan, kemudian seluruh
utama campuran CPO-PKO yang tabung sampel dihomogenkan dengan
direaksikan, lalu dikali 100%. Berat menggunakan vortex. Seluruh tabung
masing-masing produk etanolisis dari dimasukkan ke dalam penangas air pada
campuran CPO-PKO dihitung dengan cara suhu konstan 70oC selama 30 menit, lalu
total berat campuran CPO-PKO yang dipusingkan selama 48 detik pada
direaksikan dikurangi berat sisa campuran kecepatan 1000 rpm (Murhadi dan
CPO-PKO hasil reaksi etanolisis. Suharyono, 2008). Selanjutnya diamati
fase yang terbentuk (sebagai bahan pangan
(minyak) dan air) kemudian diukur
Pengujian Aktivitas Antimikroba
volumenya untuk digunakan dalam
Pengujian aktivitas antimikroba penentuan stabilitas emulsi relatif
produk etanolisis CPO-PKO menggunakan menggunakan persamaan berikut:

10 mL - (Volume air yang terpisah (mL)


Stabilitas emulsi (%) = x 100%
10 mL (Tinggi emulsi mula-mula)
16 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013
Fizzaria Khasbullah et al Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO

Analisis Pola Sebaran campuran heksana/dietil eter/asam


Komponen/Senyawa Gliserida formiat, 80:20:0,5 (v/v/v) hingga sampai
Analisis produk etanolisis ke garis batas atas KLT. Spot yang
dilakukan menggunakan metode terpisah pada KLT ditampakkan dengan
kromatografi lapis tipis (Mappiratu, 1999 penampak uap iodium. Setiap spot
dengan modifikasi). Seluruh produk (9) diidentifikasi dengan membandingkan
hasil etanolisis tingkat dua ditotolkan pada pada standar yang telah diketahui dan
lempeng KLT silika gel 60 F254 (20x20 ditentukan secara kualitatif dengan
cm) menggunakan tip kecil. Jarak masing- mengukur Rf masing-masing spot. Posisi
masing garis batas atas dan bawah dari spot pada KLT diukur dari batas garis
tepi lempeng KLT adalah 1 cm dan 2 cm. bawah. Nilai Rf dapat dicari dengan
Lempeng KLT kemudian dielusi dalam menggunakan rumus sebagai berikut.
chamber yang berisi eluen berupa

Jarak X
Rf =
Jarak tota l

Keterangan :
Jarak X : Jarak antara garis batas bawah KLT dengan titik tengah spot
Jarak total: Jarak antara garis batas bawah KLT dengan garis batas atas KLT

HASIL DAN PEMBAHASAN yang digunakan. Perubahan rendemen


Proses etanolisis campuran CPO pada tiap konsentrasi NaOH ditentukan
dan PKO tingkat satu menghasilkan 2 oleh rasio etanol-NaOH yang berarti
lapisan, yaitu lapisan atas (produk) yang terdapat pada perbedaan jumlah etanol dan
berwarna kuning dan lapisan bawah (sisa NaOH. Etanol berfungsi sebagai pelarut
media reaksi) yang berwarna oranye. didasarkan atas sifat polaritas komponen
Etanolisis tingkat dua menggunakan bahan MG yang lebih tinggi dibandingkan
utama berupa sisa media reaksi etanolisis dengan komponen TG, DG, dan ALB,
campuran CPO-PKO tingkat satu (lapisan sedangkan katalis NaOH umumnya reaksi
bawah). Produk etanolisis campuran berlangsung lebih cepat dibandingkan
CPO-PKO tingkat dua berwarna lebih dengan katalis asam dikarenakan reaksi
muda dibandingkan etanolisis campuran berlangsung searah, namun pemakaian
CPO-PKO tingkat satu. katalis basa hanya berlangsung sempurna
bila minyak atau lemak dalam kondisi
Rendemen netral dan tanpa air (Freedman, et al.,
1986 dalam Manurung 2006)
Rendemen yang dihasilkan produk
Rendemen rata-rata terbesar
etanolisis campuran CPO-PKO tingkat dua
terdapat pada sampel dengan nisbah
dapat dilihat pada Gambar 1. Terdapat
etanol-NaOH terhadap campuran CPO-
kecenderungan rendemen yang meningkat
PKO sebesar 1,20 (v/b) dan konsentrasi
seiring meningkatnya konsentrasi NaOH
NaOH 1,25% (b/b), yaitu sebesar 58,75%.
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013 17
Karakteristik
ik Produk Etanolisis CPO dan PKO Fizzaria Khasbullah et al

Berdasarkan nilai standar deviasi masing


masing- nisbah etanol-NaOH
NaOH 1,60 dan 2,00 (v/b)
masing, penambahan konsentrasi asi NaOH dibandingkan pada nisbah etanol-NaOH
etanol
1,25 % memiliki nilai yang berbeda (lebih 1,20, rata-rata
rata rendemen yang dihasilkan
tinggi) dibandingkan dengan konsentrasi pada konsentrasi NaOH 1,25% lebih tinggi
NaOH 0,75% dan 1,00% (relatif sama), dibandingkan dengan konsentrasi NaOH
hal tersebut dikarenakan kemampuan 0,75% dan 1,00%. Perbedaan persentase
katalis NaOH yang dapat memperbesar rendemenn tersebut diduga disebabkan oleh
rendemen. Pada konsentrasi NaOH 1,25% persentase komponen MG yang bersifat
rendemen mengalami penurunan pada relatif polar untuk larut dalam etanol.

Gambar 1. Rendemen yang dihasilkan produk


pro etanolisis campuran CPO-PKO tingkat dua

Rendemen produk etanolisis penguraian TG menjadi MG dan DG,


campuran CPO-PKO PKO tingkat satu (tanpa sehingga semakin besar kemungkinan
perlakuan) adalah 19,98%, lebih rendah ketersediaan asam lemak masih ada
jika dibandingkan dengan rendemen (Hasanuddin et al., 2003). Dalam hal ini,
etanolisis campuran CPO-PKOPKO tingkat dua rendemen produk etanolisis campuran
dengan beberapa perlakuan. Nilai CPO-PKO
PKO tingkat dua tidak dianalisis
rendemen yang masihasih cukup tinggi pada rendemen fraksi MG, DG, ALB, dan TG.
etanolisis campuran CPO-PKOPKO tingkat dua
ini diduga karena ketersediaan asam
asam-asam Aktivitas Anti-Bacillus cereus
lemak yang terkandung pada CPO dan Aktivitas anti-Bacillus
Bacillus cereus
PKO sisa masih memiliki jumlah yang ditunjukkan dengan adanya zona bening
tinggi, sehingga proses etanolisis disekeliling sumur uji, seperti yang terlihat
campuran CPO-PKO PKO tingkat dua masih pada Gambar 2 dan nilai diameter zona
dapat berlangsung
ngsung secara optimal. Asam hambat produk etanolisis campuran CPO- CPO
lemak dalam bentuk TG tidak habis PKO tingkat dua terhadap Bacillus cereus
terurai, karena selama rentang waktu 8 dapat dilihat pada Gambar 3.
menit hanya 5 menit pertama yang terjadi

18 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013
Fizzaria Khasbullah et al Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO

Gambar 3. Zona bening anti


anti-Bacillus cereus pada produk etanolisis campuran CPO-PKO
CPO
tingkat dua

Secara umum produk etanolisis Gambar 4 menunjukkan bahwa


tingkat dua memiliki senyawa anti anti- produk etanolisis campuran CPO-PKO
CPO
Bacillus cereus dengan rentang nilai tingkat dua dengan konsentrasi NaOH
diameter rata-rata 9,27-16,76
16,76 mm. Nilai sebesar 1,25% nilai zona hambat memiliki
tertinggi terdapat pada produk etanolisis kecenderungan semakin meningkat seiring
campuran CPO-PKO PKO tingkat dua dengan dengan meningkatnya juga nisbah etanol
etanol-
perlakuan nisbah etanol-NaOH
NaOH 1,60 dan NaOH. Namun, pada konsentrasi NaOH
konsentrasi NaOH 1,00%, yaitu sebesar sebesar 0,75% dan 1,00% nilai zona
16,76 mm dan relatif sama dengan hambat semakin
in menurun seiring
perlakuan
uan 1,20/0,75; 1,20/1,00; dan bertambahnya nisbah etanol-NaOH.
NaOH. Jika
2,00/1,25 (rasio etanol/konsentrasi dibandingkan dengan Gambar 3
NaOH), sedangkan pada etanolisis (rendemen), keduanya terlihat berbeda, hal
campuran CPO-PKO PKO tingkat satu memiliki tersebut dikarenakan rendemen yang
senyawa anti-Bacillus
Bacillus cereus dengan nilai tinggi belum tentu memiliki aktivitas
diameter rata-rata
rata 15,78 mm. antimikroba (M-DG)
DG) yang tinggi juga.

Gambar 4. Nilai diameter zona hambat produk etanolisis campuran CPO


CPO-PKO
PKO tingkat
dua terhadap Bacillus cereus

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertania


Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013 19
Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO Fizzaria Khasbullah et al

Berdasarkan penelitian Murhadi et memiliki kemampuan sebagai anti sel-sel


al.(2012), menyatakan bahwa nilai tumor dan HIV (Murhadi, 2010a).
diameter zona hambat produk etanolisis
Aktivitas Anti-Salmonella typhimurium
campuran PKO-CPO dengan nisbah etanol
terhadap nisbah PKO-CPO (1,60; v/b) dan Nilai diameter zona hambat
konsentrasi NaOH 1 % terhadap Bacillus produk etanolisis campuran CPO-PKO
cereus, yaitu sebesar 21,88 mm. Nilai tingkat dua terhadap Salmonella
diameter zona hambat tertinggi pada typhimurium dapat dilihat pada Gambar 5.
penelitian ini jika dibandingkan dengan Berbeda dengan Bacillus cereus, aktivitas
penelitian Murhadi et al. (2012), memiliki anti-Salmonella typhimurium secara umum
aktivitas anti-Bacillus cereus yang lebih memiliki rentang nilai diameter zona
rendah, akan tetapi aktivitas anti-Bacillus hambat antara 10,19-20,75 mm. Nilai
cereus pada seluruh perlakuan terhadap diameter zona hambat tertinggi terdapat
Bacillus cereus yang dihasilkan pada pada perlakuan nisbah etanol-NaOH 1,20
penelitian ini tergolong dalam kategori (v/b) dengan konsentrasi NaOH 0,75%,
aktivitas anti-Bacillus cereus tinggi karena yaitu sebesar 20,75 mm, sedangkan pada
memiliki nilai diameter zona hambat lebih etanolisis campuran CPO-PKO tingkat
dari 12 mm. satu memiliki senyawa anti-Salmonella
El-Masry et al. (2000), typhimurium dengan nilai diameter rata-
menyebutkan bahwa senyawa antibakteri rata 17,86 mm dan relatif sama dengan
dikatakan memiliki aktivitas antibakteri perlakuan 1,2/1,25; 1,6/1,00; 2,00/0,75;
tinggi apabila diameter zona hambatnya dan 2,00/1,00 (rasio etanol/konsentrasi
lebih dari 12 mm, tergolong sedang jika NaOH). Secara umum nilai zona hambat
memiliki nilai diameter zona hambat Salmonella typhimurium dibandingkan
berkisar antara 9-12 mm, tergolong kurang dengan Bacillus cereus, penghambatan
aktif jika berkisar antara 6-9 mm dan produk etanolisis campuran CPO-PKO
tergolong sangat lemah jika kurang dari 6. tingkat dua terhadap Salmonella
Berdasarkan nilai diameter zona hambat typhimurium lebih efektif (>20 mm). Hal
terhadap Bacillus cereus pada penelitian tersebut diduga disebabkan Salmonella
ini seluruh perlakuan yang diberikan pada typhimurium merupakan jenis bakteri yang
etanolisis campuran CPO-PKO tingkat dua tidak menghasilkan spora, sedangkan
memiliki nilai aktivitas anti-Bacillus Bacillus cereus merupakan bakteri
cereus yang termasuk dalam golongan penghasil spora.
kuat. Berdasarkan Gambar 5, pada
Aktivitas antibakteri yang cukup konsentrasi NaOH 0,75% dan 1,25% nilai
tinggi pada produk etanolisis tingkat dua diameter zona hambat mengalami
dalam penelitian ini disebabkan kontribusi penurunan pada nisbah etanol-NaOH 1,60.
PKO dominan dibandingkan CPO, Hal ini diakibatkan karena kontribusi
diketahui bahwa PKO memiliki asam laurat dan miristat dalam bentuk
lemak rantai sedang (laurat dan miristat) monolaurin dan monomiristin pada nisbah
yang tinggi (±65%) dalam bentuk etanol-NaOH 1,60 tidak cukup untuk
monolaurin dan monomiristin yang menghambat Salmonella typhimurium.
Seperti dilihat pada penjelasan rendemen
sebelumnya, rendemen mengalami
20 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013
Fizzaria Khasbullah et al Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO

penurunan pada nisbah etanol


etanol-NaOH 1,60, cukup untuk menghambat Salmonella
sehingga dimungkinkan monolaurin dan typhimurium.
monomiristin yang terbentuk pun tidak

Gambar 5. Nilai diameter zona hambat produk etanolisis campuran CPO


CPO-PKO
tingkat dua terhadap Salmonella typhimurium

Martiasari (2010) melaporkan tingkat dua terhadap kultur mikroba alami


bahwa aktivitas anti
anti-Salmonella dapat dilihat pada Gambar 6. Kultur
typhimurium memiliki nilai diameter zona mikroba alami berasal dari got yang
hambat produk etanolisis PKO sebesar terdapat di belakang kantin Cindo Fakultas
15,12 mm dengan waktu etanolisis 9 Pertanian UNILA yang terdiri dari
menit, nisbah etanol 1,60 dan konsentrasi berbagai jenis mikroba. Rata-rata
Rata nilai
NaOH 1 %. Zona hambat yang dihasilkan diameter zona hambat terhadap kultur
pada penelitian ini lebih besar dari yang mikroba alami berkisar antara
ra 10,98-12,98
10,98
dilaporkan
an oleh Martiasari (2010), diduga mm. Nilai diameter zona hambat tertinggi
karena kontribusi laurat dan miristat dari terdapat pada sampel dengan nisbah
PKO tinggi, sehingga monolaurat dan etanol-NaOH
NaOH 2,00 dan konsentrasi NaOH
monomiristin dapat terbentuk lebih 0,75%, yaitu sebesar 12,98 mm,
banyak. Produk dengan nisbah etanol-etanol sedangkan pada etanolisis campuran CPO-
CPO
NaOH terhadap CPO-PKO PKO 1,20 (v/b) PKO tingkat satu nilai diameter zona
dengan konsentrasi NaOH 1% tergolong hambatnya sebesar 11,22
1,22 mm.
dalam aktivitas anti
anti-Salmonella Gambar 6 menunjukkan bahwa
typhimurium lemah, sedangkan berdasarkan nilai standar deviasi pada
8 perlakuan lainnya tergolong dalam masing-masing
masing perlakuan relatif sama.
aktivitas anti-Salmonella
Salmonella typhimurium Rata-rata
rata nilai zona hambat kultur mikroba
kuat. alami (12,98 mm) lebih rendah
dibandingkan dengan Bacillus cereus
Aktivitas Anti-Kultur
Kultur Mikroba Alami (16,76 mm) dan Salmonella typhimurium
(20,75 mm). Hal tersebut diduga
Nilai diameter zona hambat
dipengaruhi oleh faktor kemampuan
produk etanolisis campuran CPO
CPO-PKO

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertania


Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013 21
Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO Fizzaria Khasbullah et al

mikroba dalam menahan efek senyawa seperti adanya deterjen, sabun pencuci
antimikroba yang diberikan (resitensi piring, garam, dan bahan-bahan lainnya
mikroba), mikroba berubah sedemikian yang kurang menguntungkan bagi
rupa, sehingga mengurangi atau mikroba. Namun produk etanolisis
menghilangkan efektivitas senyawa campuran CPO-PKO tingkat dua
antimikroba. Resistensi mikroba terhadap tergolong dalam aktivitas anti-kultur
kondisi lingkungan (got) yang ekstrim, mikroba alami yang tinggi (>12 mm).
NaOH 0,75% NaOH 1,00% NaOH 1,25%
16,00

14,00

12,00

10,00
Nilai d (mm)

8,00

6,00

4,00

2,00

0,00
1,20 1,60 2,00
Nisbah Etanol-NaOH terhadap Campuran CPO dan PKO (v/b)

Gambar 6. Nilai diameter zona hambat produk etanolisis campuran CPO-PKO tingkat
dua terhadap kultur mikroba alami

Daya Stabilitas Emulsi stabilitas pada reaksi etanolisis campuran


Melalui metode etanolisis CPO-PKO tingkat dua pada penambahan
campuran CPO-PKO, diduga dapat produk sebesar 2% diduga karena adanya
menghasilkan produk yang memiliki daya sisa pelarut etanol pada produk etanolisis
stabilitas emulsi. Uji daya stabilitas tingkat dua (produk kasar), sehingga
emulsi diaplikasikan pada santan kelapa mempengaruhi daya stabilitas emulsi
segar (o/w) dengan menggunakan santan tersebut. Menurut Nawir (1987)
konsentrasi produk penguji sebesar 2, 4 dalam Nendela (2012) senyawa organik
dan 6%. yang larut dalam air, misalnya eter, etanol,
Penambahan produk penguji etil asetat akan memberikan pengaruh
sebesar 2% menyebabkan hampir seluruh yang tidak baik terhadap emulsi.
daya stabilitas emulsi memiliki nilai Nilai rata-rata perubahan stabilitas
negatif yang berarti stabilitas emulsi emulsi santan untuk perlakuan konsentrasi
santan mengalami penurunan, dengan nilai 4% berkisar antara -2,11% hingga 5,30%,
rata-rata daya stabilitas emulsi antara - sedikit terjadi peningkatan dibandingkan
10,38 hingga -1,45%. Penurunan daya dengan perlakuan konsentrasi 2%.

22 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013
Fizzaria Khasbullah et al Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO

Selanjutnya, nilai rata


rata-rata sebesar 13,39% diperoleh dari etanolisis
stabilitas emulsi santan yang ditambahkan campuran CPO-PKO PKO pada suhu 40oC
produk etanolisis dengan konsentrasi 6%, selama 8 menit dengan nisbah CPO
berkisar antara 9,57-16,04%
16,04% (Gambar 5). terhadap PKO sebesar 1,25 (b/b) dan
Daya stabilitas emulsi tertinggi dihasilkan konsentrasi penambahan produk etanolisis
oleh sampel dengan nisbah etanol
etanol-NaOH terhadap santan sebesar 5% (v/v).
terhadap CPO-PKO PKO 1,20 (v/b) dan Nendela et al.. (2012) melaporkan daya
konsentrasi NaOH 0,75%, yaitu sebesar stabilitas emulsi santan yang dihasilkan
16,04%. Jika dilihat dari standar deviasi, dari produk etanolisis CPO--PKO reaksi
perlakuan yang menghasilkan daya tingkat
gkat satu hingga tingkat tiga berkisar
stabilitas
litas emulsi tertinggi tersebut sama antara 9,70-14,40%.
dengan perlakuan Berdasarkan penambahan produk
1,6/1,00; 1,6/0,75; dan 2,00/1,25 etanolisis tingkat dua campuran CPO-PKO
CPO
(etanol/NaOH). Nilai daya stabilitas terhadap daya stabilitas emulsi santan
emulsi pada produk etanolisis campuran segar mengalami kenaikan seiring dengan
CPO-PKO
PKO tingkat satu sebesar 9,19%. bertambahnya konsentrasi produk
Rata-rata
rata penambahan produk etanolisis etanolisis yang diberikan, yaitu sebesar 2,
campuran CPO-PKO KO tingkat dua sebesar 4 dan 6%. Hal ini berarti kandungan M- M
6% (v/v) dapat meningkatkan daya DG pada produk etanolisis campuran CPO-
stabilitas emulsi santan segar. Hasil PKO tingkat dua cukup berkontribusi
penelitian (Murhadi dan Zuidar, 2010b) dalam meningkatkan sifat pengemulsi
menyatakan bahwa daya stabilitas emulsi yang baik.

Gambar 6. Nilai perubahan daya stabilitas emulsi produk etanolisis campuran CPO
CPO-
PKO tingkat dua pada penambahan konsentrasi 6%

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertania


Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013 23
Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO Fizzaria Khasbullah et al

Pola Sebaran Komponen/Senyawa TG. Keempat kelompok komponen/


Gliserida senyawa gliserida hasil etanolisis dari 9
Hasil pemisahan 9 produk sampel tidak menunjukkan perbedaan Rf
etanolisis campuran CPO-PKO tingkat yang begitu jauh. Pola kromatografi
dua menunjukkan spot-spot yang masing-masing produk hasil etanolisis
beraturan pada lempeng KLT yang campuran CPO-PKO dapat dilihat pada
memiliki nlai Rf dari yang terdekat Gambar 7 sedangkan Rf produk hasil
hingga terjauh, yaitu MG, DG, ALB, dan etanolisis dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 7. Pola sebaran senyawa/komponen produk etanolisis CPO-PKO untuk ulangan


1 (kiri), ulangan 2 (tengah) dan ulangan 3 (kanan), perlakuan dari kiri ke
kanan adalah N1K1,N2K1,N3K1,N1K2,N2K2,N3K2,N1K3,N2K3,N3K3
Keterangan : N1, N2, N3, adalah nisbah etanol 96%-NaOH terhadap campuran CPO
dan PKO, masing- masing = 1,20; 1,60 dan 2,00 (v/b)
K1, K2, dan K3 adalah konsentrasi NaOH, masing-masing = 0,75; 1,00.
dan 1,25% (b/b minyak)

Pada Gambar 7, dalam perhitungan dengan fraksi lainnya (ALB, DG, MG),
Rf, nilai komponen DG 1 dan DG 2 sehingga pada saat pengembangan, TG
dijadikan satu. DG yang terbagi menjadi akan terelusi lebih dulu pada bagian atas
dua tersebut diduga karena perbedaan lempeng KLT dan disusul oleh ALB dan
asam lemak yang terkandung pada CPO fraksi yang lebih polar, berturut-turut DG
dan PKO, seperti palmitat, oleat, laurat, dan MG. KLT yang bersifat polar dapat
miristat, dan lain-lain yang tergabung pada menahan produk yang bersifat polar,
molekul DG. TG adalah fraksi yang sehingga produk yang non polar akan
bersifat lebih non polar dibandingkan
24 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013
Fizzaria Khasbullah et al Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO

terelusi oleh pelarut dan bergerak cepat, mungkin karena rendahnya selektivitas
sehingga letaknya di atas. katalis NaOH pada berbagai konsentrasi
Spot TG dan ALB yang masih ada pada derajat esterifikasi tertentu, sehingga
menunjukkan bahwa etanolisis campuran pada umumnya produk hasil etanolisis
CPO dan PKO berjalan parsial atau terdiri dari campuran MG, DG dan TG.

Tabel 2. Rf rata-rata produk etanolisis CPO-PKO dari seluruh perlakuan


Kode sampel MG DG ALB TG
N1K1 0.04 0.15 0.46 0.75
N1K2 0.03 0.15 0.45 0.74
N1K3 0.02 0.14 0.4 0.75
N2K1 0.03 0.16 0.44 0.72
N2K2 0.02 0.15 0.42 0.73
N2K3 0.03 0.15 0.42 0.73
N3K1 0.03 0.16 0.42 0.74
N3K2 0.03 0.16 0.41 0.75
N3K3 0.04 0.16 0.43 0.75
Rata-rata 0,03 0,15 0,43 0,74
Keterangan : N1, N2, N3, adalah nisbah etanol 96%-NaOH terhadap campuran CPO dan
PKO, masing- masing = 1,20; 1,60 dan 2,00 (v/b)
K1, K2, dan K3 adalah konsentrasi NaOH, masing-masing = 0,75; 1,00. dan
1,25% (b/b minyak)

Rekapitulasi Data Pengamatan cereus sebesar 16,71 mm, anti-Salmonella


Dalam penelitian ini dilakukan typhimurium sebesar 20,75 mm dan daya
pembobotan nilai dengan sistem uji stabilitas emulsi sebesar 16,04%.
ranking yang bertujuan untuk mengetahui Rendemen dan anti-kultur mikroba alami
perlakuan tertinggi. Masing-masing pada perlakuan N1K1 tidak termasuk
parameter (rendemen, aktivitas dalam nilai tertinggi pada perlakuan
antimikroba dan daya stabilitas emulsi) tersebut, namun nilai aktivitas antimikroba
diberi bobot nilai sebesar 9. Rekapitulasi tersebut tergolong dalam senyawa
data hasil pengamatan dan pembobotan antimikroba sedang dengan nilai 11,85
nilai dapat dilihat pada Tabel 3. mm. Nilai rendemen yang tinggi belum
Bobot nilai tertinggi terdapat pada tentu menghasilkan MG dan DG yang
perlakuan nisbah etanol-NaOH campuran tinggi juga, hal ini dikarenakan pada
CPO-PKO 1,20 (v/b) dengan konsentrasi produk diduga masih terkandung pelarut
NaOH sebesar 0,75% (N1K1). Pada (etanol) yang tersisa pada saat pemisahan
perlakuan yang menghasilkan nilai produk dengan sisa media reaksi, sehingga
tertinggi tersebut terdapat anti-Bacillus mempengaruhi nilai rendemen.

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013 25
Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO Fizzaria Khasbullah et al

Tabel 3. Rekapitulasi data hasil pengamatan dan pembobotan nilai pada tiap perlakuan
Aktivitas antimikroba Daya stabilitas
Rendemen Nilai
Perlakuan (nilai d; mm) emulsi
(%) Total
BC ST KMA 6%
2) 1)
N1K1 12,36 16,71 20,75 11,85 16,041) 14,00
3) 3)
N1K2 10,43 15,42 10,19 11,16 10,29 2,00
N1K3 58,751) 10,25 20,042) 10,98 12,76 11,00
N2K1 9,64 13,37 14,83 12,001 15,473) 3,00
1) 2)
N2K2 13,00 16,76 17,76 11,88 15,50 7,00
2)
N2K3 51,20 9,27 12,10 11,50 12,40 6,00
N3K1 17,06 12,10 19,673) 12,981) 11,80 4,00
N3K2 20,33 12,15 16,92 11,672) 9,57 2,00
N3K3 46,413) 14,38 12,90 11,51 13,43 3,00
Keterangan : N1, N2, N3, adalah nisbah etanol 96%-NaOH terhadap campuran CPO
dan PKO, masing- masing = 1,20; 1,60 dan 2,00 (v/b)
K1, K2, dan K3 adalah konsentrasi NaOH, masing- masing = 0,75;
1,00. dan 1,25% (b/b minyak)
1)
Nilai tertinggi : Rendemen =9
Aktivitas antimikroba = 3
Daya stabilitas emulsi = 9
2)
Nilai tertinggi dua : Rendemen =6
Aktivitas antimikroba = 2
Daya stabilitas emulsi = 6
3)
Nilai tertinggi tiga : Rendemen =3
Aktivitas antimikroba = 1
Daya stabilitas emulsi = 3

KESIMPULAN berturut-turut dari yang terdekat


hingga yang terjauh adalah MG, DG,
1. Perlakuan tertinggi terhadap aktivitas
ALB, dan TG dengan nilai Rf rata-rata
antimikroba dan daya stabilitas emulsi
berturut-turut 0,03; 0,15; 0,43; dan
pada produk etanolisis campuran CPO-
0,74.
PKO tingkat dua adalah perlakuan
dengan nisbah etanol campuran CPO-
PKO 1,20 (v/b) dan konsentrasi NaOH DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Produksi Perkebunan
sebesar 0,75% (N1K1), dengan nilai
Besar menurut Jenis Tanaman,
diameter zona hambat pada masing-
Indonesia (Ton), 1995 - 2010.
masing bakteri Bacillus cereus,
Diakses Pada Tanggal 20 Juni
Salmonella typhimurium dan kultur
2012. www.bps.go.id. 1 hlm.
mikroba alami berturut-turut adalah
Damstrup, T, F.V.S. Jensen, S.Z. Parso,
16,71; 20,75 dan 11,85 mm, sedangkan
A.D. Kill, Jensen, and X. Xu.
pada daya stabilitas emulsi yaitu
2005. Solvent optimization for
konsentrasi sebesar 6% dengan nilai
efficient enzymatic monoglyceride
daya stabilitas emulsi sebesar 16,04%.
production based on a glycerolysis
2. Produk etanolisis campuran CPO-PKO
reaction. J. Am. Oil Chem. Soc.
tingkat dua menunjukkan pola sebaran
82(8):559-564.
yang beraturan pada lempeng KLT
26 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013
Fizzaria Khasbullah et al Karakteristik Produk Etanolisis CPO dan PKO

El-Masry, A.H., H.H. Fahmy, and S.H.A. Milk Added with Ethanolysis
Abdelwahed. 2000. Synthesis and Product from Palm Kernel Oil.
antimicrobial activity of some new International Proceeding Seminar
benzimidazole derivatives. J. of on Horticulture to Support Food
Molecules. 5: 1429-1438. Security, June 22-23, 2010.
Hasanuddin, A., Mappiratu, dan G.S. Department of Agro-industry
Hutomo. 2003. Pola Perubahan Technology. Bandar Lampung.
Mono dan Diasilgliserol dalam Hlm B-223 – B-229.
Reaksi Etanolisis Minyak Sawit Murhadi dan Suharyono A.S. 2008.
Mentah. Jurnal Teknologi dan Kajian aktivitas antibakteri produk
Industri Pangan. XIV(3):241-246. etanolisis dari campuran minyak
Lestari dan Murhadi. 2008. Pengaruh inti sawit (Elaeis queneensis Jack)
nisbah etanol- PKO dan waktu dan minyak biji mengkudu
reaksi terhadap rendemen dan (Morinda citrifolia L). J.
aktivitas antibakteri produk Teknologi dan Industri Hasil
etanolisis minyak inti sawit (PKO). Pertanian. 13(2): 47-58.
Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Murhadi dan A.S. Zuidar. 2009.
Pertanian. 13(2):95-107. Diversification of Food Additive
Malik, D.D., D. Fardiaz, dan B.S.L Jenie. Based of Palm Kernel Oil
1987. Pengaruh karboksimetil Substance. Final Report
selulosa terhadap kestabilan emulsi Competitive Research Grand (Year
dan mutu krim kelapa. Media 1). DP2M Ditjen Dikti Depdiknas.
Teknologi Pangan. 3(1-2): 62. Lembaga Penelitian Universitas
Mappiratu. 1999. Penggunaan Katalis Lampung. Bandar Lampung.
Dedak Padi dalam Biosintesis Murhadi, A.S. Zuidar, dan R.L. Fanny.
Anti-mikroba Monoasilgliserol 2012. Rendemen dan Karakteristik
dari Minyak Kelapa. Disertasi S3. Fungsional Produk Etanolisis Kasar
PPs IPB. Bogor. 193 hlm. dari Campuran PKO dan CPO.
Martiasari, D. P. 2010. Pengaruh Waktu Prosiding Seminar Nasional SMAIP
Reaksi Terhadap Karakteristik III di Fakultas MIPA Unila, Bandar
Produk Etanolisis Minyak Inti Lampung, 28 – 29 Juni 2012. ISSN
Sawit (PKO). Skripsi. Universitas 2086-2342. Vol 3. 7 hlm.
Lampung. Bandar Lampung. 69 Nendela, C.S., Murhadi, dan S. Hidayati.
hlm. 2012. Kajian nilai rendemen,
Murhadi. 2010a. Antimikroba dari aktivitas antibakteri dan stabilitas
Tanaman; Golongan Senyawa, emulsi produk etanolisis dari
Sumber dan Aktivitasnya. campuran PKO dan CPO melalui
Lembaga Penelitian Universitas reaksi bertingkat. Majalah TEGI
Lampung. Universitas Lampung. (Majalah Ilmiah Teknologi
98 hlm. Agroindustri; ISSN 2085 – 6067),
Murhadi. 2010b. The Emultion Stability 4(1): 28 – 39.
of Coconut (Cocos nucifera L.)

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1, Maret 2013 27

Potrebbero piacerti anche