Sei sulla pagina 1di 11

SERANGAN BOKTOR (Xystrocera festiva Pascoe) DAN KARAT TUMOR

(Uromycladium tepperianum (Sacc.) McAlpine) PADA SENGON (Falcataria


mollucana (Miq.) DI PERKEBUNAN TEH CIATER

Wida Darwiati* dan Illa Anggraeni


Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Kampus Balitbang Kehutanan, Jln. Gunung Batu No. 5 Kotak Pos 165 Bogor 16118
Telp 0251-8633234, 7520067
*
e-mail: wdarwiati@yahoo.com

ABSTRACT

The Boktor And Tumor Attack At Sengon In The Plantation Of Tea Ciater

Sengon has become one of the preferred tree because it has many advantages over other commercial tree
species. It was widely cultivated with a monoculture system, like agricultural cultivation. The consequence of
monoculture planting system was the unstable microclimate environment, so the ecosystem was susceptible to the
pest and disease explosion. As happens at the Ciater plantation site, sengon plants were attacked by pests and
diseases. The purpose of research were to study the extent data and intensity of boktor pests and tumor rust disease,
boktor pest and bioecological behavior causing tumor rust on sengon as a protective and shade plant. The
percentage and intensity of attacks caused by boktor pests and tumor rust disease was relatively high.The lowest
percentage of boktor attacks was 40% and the highest was 90%. It could be categorized as serious severity, even
dead plants. The percentage and intensity of the attacks indicated that the pests living on sengon could thrive in
suitable food sources. Likewise with the percentage and intensity of attacks caused by rust disease has reached
100%, so it could be categorized as the level of damage was high.

Keywords: boktor pests, intensity of attack, percentage, sengon, tumor rust disease .

ABSTRAK

Sengon salah satu pohon yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis pohon lainnya, dan
banyak dibudidayakan secara luas dengan sistem monokultur seperti budidaya pertanian. Konsekuensi sistem tanam
monokultur adalah lingkungan mikroklimat yang tidak stabil, sehingga ekosistemnya rentan terhadap hama dan
penyakit. Tujuan dari penelitian ini, untuk memperoleh data luas dan intensitas serangan hama boktor dan penyakit
karat tumor, perilaku hama boktor dan bioekologi penyebab penyakit karat tumor pada sengon. Metode yang
digunakan adalah pengamatan visual setiap tegakan yang terserang oleh hama boktor dan penyakit karat tumor.
Persentase dan intensitas serangan akibat hama dan penyakit ini relatif tinggi, untuk hama boktor persentase dan
intensitas terendah adalah 40%, sedangkan yang tertinggi 90%, sehingga dapat dikategorikan tingkat keparahan berat,
bahkan ada tanaman yang mati. Persentase dan intensitas serangan tersebut menunjukkan bahwa hama yang hidup
pada tegakan sengon, berkembang dengan sumber makanan yang cocok. Begitu juga dengan persentase dan
intensitas serangan akibat penyakit karat tumor sudah mencapai 100%, sehingga dapat dikategorikan tingkat
keparahan yang tergolong berat.

Kata Kunci : boktor, intensitas serangan, karat tumor, persentase serangan, sengon.

PENDAHULUAN bahan baku meubel berkualitas menengah ke


bawah, penyangga cor bangunan, pembuatan
Sengon (Paraserianthes falcataria) rumah, bahan baku kertas, dan lain-lain.
merupakan salah satu pionir pohon Dengan harga yang cukup menggiurkan saat
multipurpose tree species di Indonesia. ini sengon banyak diusahakan untuk
Pohon ini menjadi bahanbakuyang sangat berbagai keperluan dalam bentuk kayu
baik untuk industri karena kecepatan tumbuh olahan berupa papan dengan ukuran tertentu
yang baik, dapat hidup di berbagai kondisi sebagai bahan baku pembuat peti, papan
tanah, serta bahan baku yang baik untuk penyekat, pengecoran semen dalam
industri panel kayu dan kayu lapis. konstruksi, industri korek api, pensil, papan
Kebutuhan kayu Sengon ini cukup besar partikel dan bahan baku industri pulp kertas.
karena kayu sengon sering dipakai untuk

https://doi.org/10.31938/jsn.v8i2.119
……………………………………….Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor | 60

Pohon sengon umur 1 tahun dapat pengganggu tanaman dari kelompok


mencapai tinggi 7 m, dan umur 12 tahun mikroba seperti jamur, bakteri, virus dan
dapat mencapai tinggi 39 m dengan diameter lain-lain. Secara umum hambatan yang
lebih dari 60 cm dan tinggi cabang 10-30 m. disebabkan oleh serangan Hama Penyakit
Diameter pohon yang sudah tua dapat Tanaman (HPT) dapat menurunkan hasil
mencapai 1 m, bahkan kadang lebih. Batang rata-rata 12% – 15 %. Pada tanaman dan
umumnya tidak berbanir, tumbuh lurus, dan kondisi tertentu, hambatan HPT dapat
silindris. Pohon sengon memiliki kulit licin, menurunkan produksi hingga 100 %.
berwarna abu-abu, atau kehijau-hijauan Tanaman tertentu memiliki jenis hama dan
(Siregar, et al., 2009). penyakit tertentu dengan tingkat serangan
Pohon sengon umumnya berukuran yang berbeda-beda dari waktu ke waktu.
cukup besar dengan tinggi pohon total Tantangan terberat budidaya sengon adalah
mencapai 40 m dan tinggi bebas cabang tingkat serangan hama dan penyakit yang
mencapai 20 m. Diameter pohon dewasa dapat menurunkan produksi sangat nyata,
dapat mencapai 100 cm atau kadang-kadang namun tantangan tersebut dapat
lebih, dengan tajuk lebar mendatar. Apabila dikendalikan dengan mudah asalkan para
tumbuh ditempat terbuka sengon cenderung pengelola hutan memahami, melaksanakan
memiliki kanopi yang terbentuk seperti dan tertib dalam melakukan budidaya
kubah atau payung. Pohon sengon pada tanaman yang sehat dan melakukan
umumnya tidak berbanir meskipun pengendalian dengan benar.
dilapangan kadang dijumpai pohon dengan Tujuan dari penelitian ini, untuk
banir kecil. Permukaan kulit batang memperoleh data luas dan intensitas
berwarna putih, abu-abu atau kehijauan, serangan hama boktor dan penyakit karat
halus, kadang-kadang sedikit beralur dengan tumor, perilaku hama boktor, dan bioekologi
garis-garis lentisel memanjang (Krisnawatiet penyebab penyakit karat tumor pada
al., 2011).Tanaman Sengon dapat tumbuh tanaman sengon, sebagai tanaman pelindung
baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol dan peneduh di areal Perkebunan Teh PT.
yang bertekstur lempung berpasir atau Perkebunan Nusantara VIII, Kebun Ciater,
lempung berdebu, dengan kemasaman tanah Jawa Barat.
sekitar pH 6-7. Ketinggian tempat yang
optimal untuk tanaman sengon antara 0 -
800 m dpl. Walapun demikian, tanaman BAHAN DAN METODE
sengon ini masih dapat tumbuh sampai
ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Bahan dan Alat
Sengon termasuk jenis tanaman tropis, Tanaman sengon umur 3 tahun
sehingga untuk tumbuhnya memerlukan sebagai tanaman peneduh di areal
suhu sekitar 18° - 27°C. Tanaman sengon perkebunan teh, alkohol 70%, spirtus,
membutuhkan batas curah hujan minimum aluminium foil, kertas koran, kertas tisu
yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 dan tali rafia. Alat yang digunakan gelas
bulan terkering, namun juga tidak terlalu obyek, kaca penutup, alat pemotong
basah, dan memiliki curah hujan tahunan (golok, gunting dan scalpel), pinset, jarum
yang berkisar antara 2000 - 4000 mm. ose, lampu bunsen, jaring serangga, kotak
Tanaman sengon membutuhkan kelembaban serangga, cawan petri, kapas, counter, ice
sekitar 50%-75% (Nasution, 2008). box,kamera, mikroskop dan lain-lain.
Budidaya tanaman sengon akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor pembatas Metode Penelitian
(penghambat) pertumbuhan. Salah satu Kegiatan di lapangan
faktor pembatas utama adalah serangan Pengamatan dilakukan secara visual
hama dan penyakit tanaman. Hama tanaman terhadap setiap tegakan yang terserang hama
sengon merupakan organisme pengganggu dan penyakit, jumlah pohon yang diamati
tanaman dari binatang serangga, mamalia, sebanyak 120 dengan tinggi rerata 16 – 20
nematoda (cacing) dan lain-lain, sementara meter. Kemudian dilakukan pengambilan
penyakit sengon merupakan organisme material hama dan penyakit untuk penelitian

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69
61 | Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor ………………………………………..

di Laboratorium. Selanjutnya menghitung udara, preparat diamati di bawah mikroskop.


persentase (proporsi tanaman yang terserang Selain pembuatan preparat basah dibuat pula
hama dan penyakit dalam suatu populasi preparat permanen untuk mengetahui bentuk
tanpa memperhitungkan berat atau tubuh buah fungi patogen karat tumor.
ringannya tingkat serangan) dan intensitas Pemeliharaan (rearing) hama boktor
serangan, dengan rumus : dilakukan dengan cara larva yang diperoleh
dari lapangan dengan berbagai instar,
dimasukkan kedalam kotak serangga,
kemudian diberi potongan batang sengon
untuk pakannya dan diamati setiap hari.
KP = persentase kejadian penyakit
n = jumlah pohon yang terserang
hama dan penyakit dalam plot HASIL DAN PEMBAHASAN
pengamatan
N = jumlah seluruh pohon yang Pengamatan Visual Gejala Serangan
diamati Hama Boktor
Gejala serangan hama boktor
Intensitas serangan suatu patogen dihitung adanya retakan pada kulit pohon (pecah-
dengan rumus : pecah), dari retakan tersebut, keluar cairan
berwarna coklat sampai coklat kehitam-
hitaman, juga keluar serbuk kayu yang agak
halus dan masih segar dengan warna
keputih-putihan menempel pada kulit pohon.
I P = Intensitas penyakit Serbuk ini merupakan hasil aktivitas larva
N = Jumlah pohon yang diamati sejak menetas dari telur yang memakan
n = Pohon yang terserang karat tumor jaringan kulit dengan cara menggerek
v = Nilai kategori serangan disekitar lokasi larva berada. Adanya serbuk
Z = Nilai kategori serangan tertinggi gerek yang menempel pada permukaan kulit
batang pohon bagian luar tersebut, dapat
Kegiatan di Laboratorium menjadi petunjuk terjadinya gejala serangan
Pemeliharaan (rearing) hama dan awal tanaman terserang hama boktor
pengamatan mikroskopis penyakit. (Gambar 1).
Pengamatan spora fungi patogen penyakit Xystrocera festiva Thombs.
(Uromycladium tepperianum) dilakukan (Coleoptera : Cerambycidea) atau sering
dengan pembuatan preparat basah secara disebut sebagai boktor atau uter-uter, sampai
sederhana. Pembuatan preparat basah saat ini dianggap sebagai hama yang paling
diambil bagian jaringan yang muda dengan merugikan pada hutan sengon karena
mengiris setipis mungkin (transparan), irisan menyebabkan kematian, patahnya batang
diletakkan pada gelas obyek yang sudah dan menurunkan jumlah dan kualitas kayu
diberi setetes air. Kemudian gelas obyek yang dihasilkan (Husaeni, 2010).
ditutup, sehingga tidak terjadi gelembung

Gambar 1. Gejala Serangan Awal Hama Boktor

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69
……………………………………….Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor | 62

Gambar 2. Larva Boktor yang Berada antara Kulit Batang dengan Kayu Gubal

Pengamatan Visual Gejala Serangan Sedangkan, tumor yang tua berwarna coklat
Penyakit Karat Tumor kemerah-merahan sampai hitam, dan
Pengamatan di lapangan biasanya tumor sudah keropos berlubang,
menunjukkan gejala yang khas, yaitu serta digunakan sebagai sarang semut atau
pertumbuhan lebih pada bagian yang serangga lainnya. Apabila yang terserang
terserang. Gejala diawali dengan adanya penyakit bagian tangkai daun majemuk atau
pembengkakan lokal di bagian yang tajuk, maka bagian tersebut agak
terserang (daun, cabang, dan batang), lama membengkok karena adanya penebalan dan
kelamaan pembengkakan berubah menjadi pembengkakan, kemudian tajuk daun
benjolan, kemudian menjadi bintil kecil atau menggulung berubah bentuk (malformasi)
disebut tumor (gall). Tumor yang timbul tanpa daun lagi. Serangan pada daun diawali
mempunyai bentuk bervariasi, mulai bulat dengan bentuk daun agak mengeriting,
sampai tidak beraturan dengan diameter dari tangkai daun terbentuk tumor (Gambar 3).
beberapa milimeter sampai lebih besar dari Jika tanaman mengalami serangan yang
10 cm. Tumor tersebut dapat berkelompok parah, maka seluruh bagian tanaman
atau menyebar pada bagian yang terserang. dipenuhi oleh tumor, kemudian daun
Tumor yang masih muda berwarna hijau mengering, mengalami kerontokan, diikuti
kecoklat-coklatan, diselimuti oleh lapisan oleh batang dan cabang pohon (Gambar 4)
seperti tepung berwarna kemerah-merahan, dan akhirnya tanaman mati.
merupakan kumpulan dari spora patogen.

Gambar 3. Gejala Awal Penyakit Karat Tumor pada Daun Majemuk dan Tangkai Daun

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69
63 | Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor ………………………………………..

Gambar 4. Karat Tumor Pada Batang dan Cabang Pohon Sengon

Hasil pengamatan mikroskopis pada bahwa teliospora fungi mempunyai rabung-


preparat basah dan preparat permanen di rabung yang radial, setiap satu tangkai
laboratorium, terlihat piknium dalam terdiri dari tiga Teliospora (Gambar 5).
keadaan tertutup maupun terbuka ke atas Ukuran spora berkisar lebar 14 – 20 µm dan
permukaan lapisan epidermis, piknidium panjang 17 – 28 µm (Rahayu dan Lee dalam
berbentuk bulat/mangkok atau berbentuk Rahayu, 2008). Infeksi dapat terjadi pada
seperti botol. Piknium berwarna coklat biji, semai maupun tanaman dewasa di
kemerah-merahan (Gambar 5). Fungi lapangan dan semua bagian tanaman seperti
menghasilkan teliospora berbentuk bulat pucuk, daun, cabang, ranting, batang dan
seperti payung (bagian pinggirnya bunga dapat terinfeksi oleh fungi tersebut
bergerigi), atau oleh Old (2002) dalam (Rahayu et al., 2005 dalam Rahayu, 2008).
Anggraeni dan Lelana (2011) dikatakan

Gambar 5. Piknium dan Teliospora Fungi Patogen Karat Tumor

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69
……………………………………….Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor | 64

Persentase dan Intensitas Serangan Hama serangan hama boktor rata-rata 56,66%,
Boktor dan Penyakit Karat Tumor persentase dan intensitas penyakit karat puru
Hasil perhitungan persentase dan intensitas sebesar 100% (kategori rusak), sedangkan
serangan hama boktor dan penyakit karat persentase dan intensitas serangan hama
tumor, dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Dari boktor dan penyakit karat puru sebesar 56,66
hasil Tabel 1 dan 2 persentase dan intensitas %.

Tabel 1. Persentase Serangan dan Intensitas Serangan Hama Boktor dan Penyakit Karat Tumor
(Percentage of Attack and Intensity of Boktor Pest Attack and Rust Disease of Tumor).
Jumlah Jumlah Jumlah Pohon
Pohon Pohon Terserang
yang Terserang Status Penyakit Karat Status
Persentase/ Persentase/
Diamati Hama Serangan Tumor Serangan
No Intensitas Intensitas
(Number Boktor(Num (Actack ( Number of (Actack
(%) (%)
off Trees ber of trees status) tress infected status)
Observed infected by by rust
) boktor) disease)
1. 10 6 60 berat 10 100 Berat
2. 10 7 70 berat 10 100 Berat
3. 10 5 50 berat 10 100 Berat
4. 10 9 90 berat 10 100 Berat
5. 10 6 60 berat 10 100 Berat
6. 10 7 70 berat 10 100 Berat
7. 10 4 40 berat 10 100 Berat
8. 10 4 40 berat 10 100 Berat
9. 10 5 50 berat 10 100 Berat
10. 10 5 50 berat 10 100 Berat
11. 10 6 60 berat 10 100 Berat
12. 10 4 40 berat 10 100 Berat
Ʃ 6.800 1.200
Rata-rata 56,66 100

Tabel 2. Jumlah Tanaman yang Terserang Hama Boktor dan Penyakit Karat Tumor secara
Bersamaan.(Number off Trees infected by pest and disease)
Jumlah Pohon Jumlah Pohon Terserang
yang Hama Boktor Sekaligus
Diamati(Number Terserang Penyakit Karat Persentase/
Status Serangan
No. off Trees Tumor. Intensitas
(Actack status)
Observed) (Number of trees infected (%)
by boktor pest and rust
disease)
1. 10 6 60 Berat
2. 10 7 70 Berat
3. 10 5 50 Berat
4. 10 9 90 Berat
5. 10 6 60 Berat
6. 10 7 70 Berat
7. 10 4 40 Berat
8. 10 4 40 Berat
9. 10 5 50 Berat
10. 10 5 50 Berat
11. 10 6 60 Berat
12. 10 4 40 Berat
Ʃ 6.800
Rata-rata 56,66

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69
65 | Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor ………………………………………..

PEMBAHASAN saluran-saluran ± 0,5 cm ke arah bawah


batang, saluran gerek ini seluruhnya tertutup
Gejala awal serangan hama boktor oleh ekskremen yang dihasilkan larva.
dicirikan dengan adanya retakan pada kulit Biasanya saluran gerek saling
batang dan serbuk gerek yang menempel, bersambungan, semakin ke bawah saluran
karena bercampur dengan cairan yang keluar gerek semakin melebar, karena ukuran
dari retakan. Hal ini terjadi karena perilaku larvanya juga makin membesar. Banyaknya
imago boktor betina yang meletakkan serbuk gerek ini bervariasi tergantung pada
telurnya secara berkelompok pada celah- umur dan banyaknya larva yang ada dalam
celah, retakkan atau luka pada permukaan kulit, bahkan serbuk gerek seringkali juga
batang dan ranting pohon. Seekor kumbang jatuh ke lantai hutan. Pada saat larva akan
betina dapat meletakkan kurang lebih 400 menjadi pupa, larva membentuk lubang
butir telur (Anonim., 2009; Duladi., 2012). gerek ke dalam kayu gubal kemudian
Telur berwarna putih kekuning-kuningan membelok ke arah atas, bentuk lubang gerek
dengan ukuran ± 1 mm berbentuk lonjong oval berukuran ± 0,75 – 1,33 cm, dalamnya
agak pipih, telur menetas, keluarlah larva mencapai 15 - 20 cm. Pada ujung lubang
(ulat) instar 1. Larva berbentuk gilik dengan gerek dibuat sedikit lebih lebar yang
warna kuning gading, bagian kepala digunakan untuk ruang pupasi, setiap ruang
berwarna coklat, pada permukaan tubuh pupasi hanya diisi satu larva boktor.
tampak jelas adanya guratan-guratan searah Kumbang dewasa keluar, pada saat
dengan lingkaran tubuh. Pada stadia larva kumbang meninggalkan lubang gerek,
inilah tahap kehidupan yang selalu aktif umumnya tingkat kerusakan batang sudah
memakan dan menggerek batang sengon, parah, sebagian kulit batang terkelupas, luka
dan selama perkembangan larva dari instar 1 gerek di permukaan tampak seperti ukiran
sampai dengan instar berikutnya selalu dengan lubang-lubang yang kosong sebagai
berada diantara kulit batang dan permukaan pertanda sudah ditinggalkan (Gambar 7).
kayu gubal. Larva menggerek jaringan kulit Kumbang boktor berwarna coklat kekuning-
batang pohon sengon bagian dalam atau kuningan agak mengkilap, di bagian pinggir
permukaan kayu atas mengarah ke bawah dari elitra dan sekeliling pronotum terdapat
batang (Gambar 6), stadium larva sangat garis lebar yang berwarna hijau kebiruan
panjang, diperlukan waktu 118 hari atau yang mengkilap. Ukuran tubuh kumbang
kurang lebih 4 bulan. Duladi (2012) jantan agak lebih kecil dari kumbang betina,
mengatakan bahwa larva yang baru menetas panjang antena 1,5 kali panjang tubuhnya
akan segera memakan kulit bagian dalam dan kakinya lebih panjang dan lebih kokoh
dan bagian dari kayu gubal membentuk (Anonim., 2016) (Gambar 8).

Gambar 6. Larva Boktor dan Kerusakan pada Batang Akibat Pola Makan dan Gerekan dari
Larva.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69
……………………………………….Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor | 66

Gambar 7. Lubang Gerek yang Sudah Ditingalkan Imago dan Imago yang Masih Ada di dalam
Lubang Gerek

Gambar 8. Imago Boktor (Xystrocera festiva)

Kumbang boktor adalah serangga nokturnal kurang lebih 6 bulan, dan terpanjang adalah
yaitu serangga yang aktif pada malam hari, masa larva 118 hari (Husaeni, 2001).
melakukan aktivitas terbang, perkawinan Tingkat keparahan hama boktor dan
dan bertelur pada malam. Siklus hidup penyakit karat tumor dalam penelitian ini,
sempurna dengan tahapan yang dimulai dari menggunakan tolok ukur seberapa parah
telur – larva – pupa – imago. Secara alami kerusakan suatu tegakan hutan dalam suatu
perkembangan dari telur sampai imago tingkatan. Perlu dilakukannya penilaian
memakan waktu 253 hari untuk kumbang tingkat keparahan hama boktor dan penyakit
jantan, dan 250 hari untuk kumbang betina. karat tumor pada tegakan sengon, untuk
Umur rata-rata kumbang jantan 11,5 hari – menanggulangi kerusakan yang terjadi
15 hari, dan umur rata-rata kumbang betina dengan menerapkan pengendalian hama dan
5,3 hari – 11 hari (Husaeni, 2001). Waktu penyakit tersebut. Keparahan hama dan
perkawinan dan bertelur terjadi beberapa penyakit (disease severity) merupakan
jam setelah kumbang keluar. Waktu bertelur proporsi atau persentase luas tanaman yang
hanya terjadi dalam satu hari, kebanyakan terserang. Sedangkan intensitas hama dan
kumbang hanya bertelur sampai 2 kali dalam penyakit adalah gambaran kuantitatif
waktu 2-8 hari. Umur kumbang betina rata- meliputi kepadatan atau density jumlah
rata 2 - 5 hari, dan kumbang jantan rata-rata individu per area, atau jumlah individu per
7 hari. Berdasarkan hasil pemeliharaan di volume yang terserang penyakit.
laboratorium, waktu yang diperlukan untuk Hasil penghitungan persentase
kelangsungan hidup mulai dari telur, larva, serangan dan intensitas serangan akibat
pupa dan imago adalah 174 hari atau hama boktor dan penyakit karat tumor pada
lokasi penelitian relatif tinggi, untuk hama

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69
67 | Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor ………………………………………..

boktor persentase dan intensitas terendah sehingga jenis fungi yang dapat tumbuh dan
40%, dan yang tertinggi 90%, sehingga memperbanyak diri, apabila tetap
dapat dikategorikan memiliki tingkat berhubungan dengan tumbuhan inangnya
keparahan yang tergolong berat, bahkan ada yaitu sengon selama hidupnya. Selain itu,
beberapa tanaman sengon yang mati. faktor lingkungan yang sangat berperan
Persentase dan intensitas serangan tersebut mempengaruhi awal perkembangan penyakit
menunjukkan bahwa X. festiva yang hidup yang bersifat infeksi. Faktor lingkungan
pada tegakan sengon di areal perkebunan teh antara lain suhu, kelembaban, cahaya,
Ciater berkembang cepat karena sumber keasaman dan lain-lain. Hal ini dapat
makanannya cocok. Sementara itu, digambarkan dengan segitiga penyakit.
persentase dan intensitas serangan akibat Untuk terjadi dan berkembangnya penyakit
penyakit karat tumor sudah mencapai 100%, secara optimal, maka harus terdapat
sehingga dapat dikategorikan memiliki kombinasi tiga faktor yaitu tanaman inang
tingkat keparahan penyakit yang tergolong yang rentan, patogen yang infektif, dan
berat. U. tepperianum merupakan salah satu kondisi lingkungan yang menguntungkan.
patogen yang monosiklik atau patogen daur Berdasarkan pengamatan, penyakit dengan
tunggal (Anggraeni dan Lelana, 2011). interval waktu tertentu atau hingga intensitas
Anonim (2014a) mengatakan bahwa patogen penyakit yang menimbulkan kerusakan
yang monosiklik adalah fungi karat, karena berat, atau kematian tanaman seperti yang
fungi tersebut menghasilkan spora pada terjadi pada penelitian ini, dapat dikatakan
akhir musim, spora tersebut berfungsi bahwa penyakit karat tumor pada sengon di
sebagai inokulum primer pada tahun kebun teh Ciater dapat disebut dengan
berikutnya, dan sebagai satu-satunya sumber epidemi (epifitotik). Epidemi (epifitotik)
inokulum pada awal tahun tersebut. Pada yaitu patogen yang menyebar dan
patogen monosiklik, inokulum primer menyerang banyak individu dalam suatu
merupakan satu-satunya inokulum yang populasi, meliputi areal yang luas dan dalam
tersedia selama musim tersebut, karena tidak waktu yang relatif pendek (Meliala, 2009).
ada inokulum sekunder dan tidak ada infeksi Sebagian besar epidemi terjadi secara lokal
sekunder, sehingga jumlah inokulum yang dan menyebabkan kerugian dari tidak berarti
dihasilkan pada akhir musim tersebut lebih sampai dengan sedang, namun epidemi
besar dari yang terdapat pada awal musim. tersebut masih dapat dikendalikan baik
Jumlah inokulum pada penyakit monosiklik secara alami maupun dengan pengendalian
mungkin akan meningkat terus menerus dari buatan. Akan tetapi peristiwa serangan
tahun ke tahun. penyakit karat tumor pada sengon ini
merupakan epidemi yang timbul secara tiba-
tiba, perkembangannya sangat cepat,
menyebar secara luas, serta menimbulkan
serangan berat sehingga di luar kendali.
Keterkaitan faktor lingkungan
dengan perkembangan suatu hama dan
penyakit tanaman sangat jelas, mengingat
tanaman tumbuh pada suatu media tumbuh,
pada suatu ruang atau wilayah yang
membutuhkan cahaya, kelembaban dan
udara, serta berhubungan erat dengan
keberadaan organisme lain. Rahayu (2007
Gambar 9. Tegakan Sengon yang Terserang dan 2008) menyatakan penyakit karat tumor
Boktor Juga Terserang karat berkembang intensif di daerah berkabut
Tumor (kelembaban tinggi), adanya kabut di musim
kemarau maupun musim penghujan,
Fungi karat tumor bersifat parasit berpotensi meningkatkan terjadinya penyakit
obligat seperti yang telah dijelaskan di atas, karat tumor baik di persemaian maupun di
lapangan. Tanaman sengon yang tumbuh di

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69
……………………………………….Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor | 68

tempat tinggi seperti di lereng bukit maupun berkabut dan lembab pada malam hari, yang
gunung, berpeluang mendapatkan serangan diikuti oleh sinar matahari yang cerah di
karat tumor lebih besar dibanding tanaman pagi hari dapat menstimulasi pembentukan
sengon yang tumbuh di tempat rendah dan konidia dalam jumlah besar pada daun yang
rata. Pada dasarnya, ketinggian tempat terinfeksi fungi ataupun patogen lainnya,
bukanlah faktor utama yang dapat dan dapat memicu terjadinya epidemi.
meningkatkan resiko terjadinya serangan
jamur karat ini. Namun kondisi lingkungan
seperti kelembaban yang tinggi, angin yang KESIMPULAN
perlahan serta adanya kabut, umumnya
terdapat di lokasi yang relatif tinggi. Persentase dan intensitas serangan
Pendapat Rahayu tersebut di atas diperkuat hama boktor pada sengon rata-rata sebesar
lagi bahwa perkembangan suatu penyakit 56,66% (katagori berat), sedangkan
tanaman hutan secara umum mempunyai persentase dan intensitas serangan penyakit
hubungan yang sangat erat dengan faktor karat tumor sebesar 100%. Penilaian luas
lingkungan seperti lamanya periode sinar serangan hama dan penyakit ditentukan
matahari, kecepatan angin, arah angin, untuk mengetahui seberapa luas hama
kelembaban relatif, curah hujandan boktor dan penyakit karat tumor menyerang
temperatur, keradaan kabut, intensitas suatu tegakan dalam satu ekosistem.
naungan, serta kondisi dan jenis tanaman Semakin luas serangan penyakit, cenderung
disekitarnya. Selanjutnya Rahayu juga memiliki tingkat keparahan yang tinggi.
mengatakan dari hasil penelitian dan
monitoring selama 7 tahun di Pulau Jawa
dan Sabah Malaysia, bahwa faktor UCAPAN TERIMA KASIH
lingkungan yang paling dominan
berpengaruh terhadap perkembangan Ucapan terima kasih penulis
penyaki karat tumor adalah intensitas kabut, sampaikan kepada Puslitbang Hutan yang
kelembaban relatif, dan kecepatan angin telah mendanai penelitian dengan anggaran
(Rahayu, 2014). Rahayu et al., 2010, DIPA tahun 2016. Juga kepada teknisi kami
penularan penyakit dapat terjadi melalui di laboratorium hama penyakit kelti
penyebaran teliospora dengan bantuan air Perlindungan Hutan.
(embun), angin, serangga dan manusia.
Untuk perkecambahan teliospora diperlukan
air, dan lamanya waktu berkecambah sangat DAFTAR PUSTAKA
tergantung pada suhu dan kondisi
berkabut/gelap akan mempercepat Anonim. (2014) (a). Teknik pengendalian
perkecambahan teliospora. Fungi karat penyakit karat puru pada pohon
masih bisa tetap hidup di musim sengon. Diperoleh dari
kemarau/kering pada bagian tanaman yang bp2sdmk.dephut.go.id//25.teknik.penge
terserang. Pada waktu mulai musim hujan, ndalian.penyakit.karat.puru.pada.poho.
serangan akan bertambah dan terus tersebar sengon. diakses tanggal 26 febuari
selama musim hujan. Menurut Nurhayati 2018.
(2011), kelembaban mempengaruhi
perkembangan penyakit, infeksi atau Anonim. (2014) (b). Penyakit karat
penetrasi, germinasi spora dan penyebaran puruuromycladim teperrianum pada
spora. Sumber kelembaban ini berasal dari sengon. Diperoleh dari
hujan, irigasi dan juga kelembaban relatif https;//harjoshrian.blogspot.com/2014/1
udara (RH). Kelembaban sangat 2/penyakit-karat-puru-
berpengaruh terhadap perkembangan uromycaldium.html. diakses tanggal 26
penyakit, karena patogen umumnya Febuari 2018.
memerlukan adanya lapisan air atau
kelembaban tertentu untuk dapat melakukan Anonim. (2013). Pengendalian penyakit
infeksi atau penetrasi pada inangnya. Cuaca karat puru pada tanaman sengon.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69
69 | Serangan Boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan Karat Tumor ………………………………………..

Diperoleh dari bppk candimuylo.


blogspot.com/2013/04/pengendalian.pe Siregar, Z.S., Yunanto, T., dan Ratnasari, J.
nyakit.karat.puru.pada sengon. Diakses (2009). Kayu sengon, prospek bisnis,
tanggal 26 Febuari 2018. budidaya, panen dan pascapanen. 84
pp. Jakarta. Penebar Swadaya.
Anggraeni, I. (2008) (a). Penyakit karat
tumor (gall rust) pada tanaman sengon Meliala, C. (2009). Pengantar Ilmu Penyakit
(Paraserianthes falcataria) di RPH Tumbuhan.Yogyakarta : Gadjah Mada
Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri. University Press.
Workshop Serangan Karat Tumor pada
Sengon. Balai Besar Penelitian Nasution, Ahmad Sanusi., (2008). Mengenal
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Kayu Sengon. Diperoleh dari http://
Hutan. Yogyakarta 19 November 2008. Sanoesi. Wordpress.com/2008/12.

Anggraeni, I. (2008). Penyakit karat puru Rahayu, S. (2007). Karat Tumor Disease Of
pada sengon (Paraserianthes Falcataria moluccana on Tawau,
falcataria) dan teknik pengendaliannya. Sabah, Malaysia (PhD. Thesis).
Booklet. Pusat Litbang Hutan Universitas Putra Malaysia, Malaysia.
Tanaman. Bogor.
Rahayu, S. (2008). Penyakit karat tumor
Anggraeni, I., B. Dendang dan N. E. Lelana. pada sengon (Falcataria moluccana
(2010). Pengendalian penyakit karat Miq). Dalam. Makalah Workshop
tumor (Uromycladium tepperianum Serangan Karat Tumor pada Sengon.
(Sacc.) Mc. Alpin) pada sengon Yogyakarta 19 Nopember 2008. Balai
(Falcataria mollucana (Miq.) Barneby Besar Penelitian Bioteknologi dan
& J.W. Grimes) di Panjalu Kabupaten Pemuliaan Tanaman Hutan.
Ciamis Jawa Barat, Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 7 (5), 273-278. Rahayu, S., Lee,S.S., Nor Aini. (2010). Gall
Rust Disease On Falcataria
Anggraeni dan Lelana. (2011).Penyakit moluccana(Miq). Barneby & J.W.
karat tumor pada sengon. Badan Grimes in Malaysia And Indonesia.
Penelitian Dan Pengembangan Hand Book. UPM Press, Serdang,
Kehutanan. Jakarta. Selangor, Malaysia (in Press). Dalam
Workshop Industri Kehutanan Berbasis
Duladi. (2012). Cara cerdas mengendalikan Huran Rakyat.
hama dan penyakit pada sengon.
Kampus IPB Taman Kencana Bogor : Rahayu, S. (2014).Strategi Pengelolaan
PT. Penerbit IPB Press. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia.
Penyakit Karat Tumor Pada Tanaman
Husaeni, E. (2010). Xystrocera festiva Sengon (Falcatria moluccana).
Thoms (Cerambycidae: Coleoptera). Yogyakarta : Gadjah Mada University
Biologi dan Pengendaliannya Pada Press.
Hutan Tanaman sengon. Bogor : IPB.
Sinaga, M. (2006). Dasar-dasar Ilmu
Husaeni., E. (2001). Hama Hutan Tanaman. Penyakit Tumbuhan. Jakarta : Penebar
Fakultas Kehutanan. IPB. Swadaya.

Krisnawati, H., E. Varis, M. Kallio, and M.


Kanninen. (2011). Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen: Ecology,
Silviculture, Productivity. Center for
International Forestry Research.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 8, No.2, Juli 2018, 59 – 69

Potrebbero piacerti anche