Sei sulla pagina 1di 16

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL


TRIMESTER III DI PUSKESMAS
UMBULHARJO II

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
SRI YUNITA
1610104203

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS `AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III DI PUSKESMAS
UMBULHARJO II

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Sains Terapan
Program Studi Bidan Pendidik Diploma IV
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
SRI YUNITA
1610104203

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS `AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III DI PUSKESMAS
UMBULHARJO II

Sri Yunita, Suyani


Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Email : sriyunita6@gmail.com

Abstract : This research use quantitative design with cross sectional research design.
The sample in this study was taken with total sampling technique amounted to 45
respondents. Methods of data collection using secondary data, by analyzing the
cohort of pregnant women and classify factors related to the incidence of anemia.
Data analysis using Chi Square statistical test. Based on the results of research, the
incidence of anemia in pregnant women third trimester at Umbulharjo II Health
Center II is 32 people (71.1%). Based on statistical test of Chi Square with
significance level of 0,05, it was found that there was correlation between the
distance of pregnancy and the occurrence of anemia with p-value (0.003) <α (0,05),
there was relationship between age and occurrence of anemia with p-value value
0,05), there is relation between frequency of ANC and incidence of anemia with p-
value value (0,005) <α (0,05), no relation between parity and occurrence of anemia
with p-value (1, 00)> α (0.05) and no relationship between nutritional status and the
incidence of anemia with p-value (0.656)> α (0,05). This suggests that factors related
to the incidence of anemia in third trimester pregnant women at Umbulharjo II
Health Center are factors of pregnancy distance, age and frequency of ANC.

Keyword : Anemia, Women in Third Trimester

Abstrak : Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif dengan desain


penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan tehnik total
sampling berjumlah 45 responden. Metode pengumpulan data menggunakan data
sekunder, dengan menganalisis kohort ibu hamil dan mengklasifikasikan faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia. Analisis data menggunakan uji
statistik Chi Square. Berdasarkan hasil penelitian, kejadian anemia pada ibu hamil
trimester III di Puskesmas Umbulharjo II yaitu 32 orang (71,1%). Berdasarkan uji
statistik Chi Square dengan taraf signifikasi 0,05 diperoleh hasil ada hubungan antara
jarak kehamilan dan kejadian anemia dengan nilai p-value (0,003) < α (0,05), ada
hubungan antara umur dan kejadian anemia dengan nilai p-value (0,033) < α (0,05),
ada hubungan antara frekuensi ANC dan kejadian anemia dengan nilai p-value
(0,005) < α (0,05), tidak ada hubungan antara paritas dan kejadian anemia dengan
nilai p-value (1,00) > α (0,05) dan tidak ada hubungan antara status gizi dan kejadian
anemia dengan nilai p-value (0,656) > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Umbulharjo II adalah faktor jarak kehamilan, umur dan frekuensi ANC.

Kata Kunci : Anemia, Ibu Hamil Trimester III


PENDAHULUAN

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, anemia kehamilan terbanyak (Irianto, 2014).


di antaranya dapat dilihat dari indikator Prevalensi anemia pada ibu hamil cukup
Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah tinggi yaitu sebesar 37,1% yang artinya
jumlah kematian ibu selama masa mendekati masalah kesehatan masyarakat
yang berat (severe public health problem
kehamilan, persalinan dan nifas yang
adalah ≥ 40%) (Fikawati dkk, 2015).
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, Berdasarkan data dari Profil Kesehatan
dan nifas atau pengelolaannya tetapi Daerah Istimewa Yogyakarta (2016)
bukan karena sebab-sebab lain seperti prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu
kecelakaan, terjatuh, dll di setiap 14,85%. Prevalensi di 4 Kabupaten dan 1
100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, Kota yaitu Kulonprogo 13%, Sleman
2015). 10,36%, Bantul 19,21%, Gunungkidul
Laporan Survei Demografi 9,87% dan Kota Yogyakarta 32,39%. Dari
Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir data tersebut prevalensi tertinggi terjadi di
memperkirakan Angka Kematian Ibu Kota Yogyakarta dan terendah terjadi di
(AKI) meningkat dari tahun 2007 yaitu Kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan data dari Dinkes Kota
228 kematian per 100.000 kelahiran
Yogyakarta (2015) persentase anemia pada
hidup menjadi 359 kematian per 100.000 ibu hamil dari tahun 2010 sampai 2015 yaitu
kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI, tahun 2010 22.45%, 2011 25.9%, 2012
2012). 24.33%, 2013 24.11%, 2014 28.1% dan
Berdasarkan Profil Kementerian 2015 32,39%. Kejadian anemia ibu hamil
Kesehatan (2015) Lima penyebab kematian pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2015
ibu terbesar di Indonesia yaitu perdarahan mengalami fluktuaktif dengan
(30,3%), hipertensi dalam kehamilan (HDK) kecenderungan adanya peningkatan. Di Kota
(27,1%), infeksi (7,3%), partus lama/macet Yogyakarta, Puskesmas Umbulharjo II
(1,8%), dan abortus (1,6). Menurut Irianto mempunyai prevalensi tertinggi anemia pada
(2014) bahwa angka kematian ibu yang ibu hamil yaitu 42,59%.
tinggi berhubungan erat dengan anemia yang Dampak negatif anemia terhadap
dideritanya ketika hamil. Dari lima ibu hamil dan janinnya yaitu abortus,
penyebab AKI terbesar di Indonesia tersebut
empat diantaranya merupakan dampak yang
hambatan tumbuh kembang janin dalam
terjadi apabila ibu hamil mengalami anemia rahim, mudah terjadi infeksi
yaitu perdarahan, infeksi, partus lama/macet dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%),
dan abortus. Anemia pada ibu hamil mola hidatidosa, hiperemesis
didefinisikan sebagai penurunan kadar gravidarum, perdarahan antepartum,
hemoglobin < 11 gr% selama kehamilan Ketuban Pecah Dini (KPD), terjadi
pada trimester I dan III atau kurang dari 10,5 kematian intrauteri, prematur, Berat
gr% selama trimester II (Proverawati, 2011). badan lahir rendah (BBLR), kelahiran
Menurut WHO (World Health dengan anemia, dapat terjadi cacat
Organization) prevalensi anemia pada ibu bawaan dan bayi mudah mendapat
hamil di seluruh dunia pada tahun 1993-
infeksi sampai kematian perinatal
2005 adalah 24,8% dari total penduduk
dunia. Sekitar 2 milyar orang atau sekitar
(Mandang dkk, 2016).
30% dari populasi dunia diketahui anemis, Menurut Irianti dkk (2015)
terutama anemia defisiensi besi. Menurut Penyebab paling umum dari anemia pada
Irianti dkk (2015), perkiraan global 51 juta kehamilan adalah kekurangan zat besi.
wanita hamil atau sekitar 41,8% dari seluruh Anemia defisiensi zat besi pada ibu
wanita hamil mengalami anemia. Prevalensi hamil masih menjadi masalah utama gizi
anemia dinegara berkembang relatif tinggi di Indonesia. Anemia gizi besi
yaitu 33% sampai 75%. merupakan masalah gizi pada semua
Indonesia merupakan salah satu kelompok umur dengan prevalensi
negara berkembang dengan jumlah penderita paling tinggi pada kelompok ibu hamil
yaitu sekitar 70%. Defisiensi zat besi retikulosit (Ret-He), sel darah merah
saat hamil berpengaruh kepada ibu dan (RBC) dan hemoglobin (Irianti dkk,
bayi. Setengah dari ekstra zat besi yang 2015).
dibutuhkan selama hamil digunakan Untuk menanggulangi masalah
dalam pembuatan Hb untuk anemia di Indonesia, pemerintah telah
meningkatkan suplai darah ibu hamil. mencanangkan pemerataan
Selama kehamilan massa sel darah pendistribusian tablet Fe. Dimana
merah bertambah sekitar 18%, sehingga pemberian tablet zat besi pada ibu hamil
diperlukan zat besi yang cukup sebagai dapat dibedakan menjadi Fe 1 (Pertama
pembentuk sel darah merah. Kebutuhan kali ibu mendapatkan tablet Fe) yaitu
zat besi terbesar terjadi pada trimester yang mendapat 30 tablet, Fe 2 (Kedua
akhir kehamilan dimana janin kali ibu mendapatkan tablet Fe) yaitu
menyimpan zat besi sebagai cadangan yang mendapat 30 tablet dan Fe 3
dalam tubuhnya. Ketidakcukupan zat (Ketiga kali ibu mendapatkan tablet Fe)
besi akan menyebabkan kekurangan Hb yang mendapatkan 30 tablet selama
dalam darah yang diperlukan untuk masa kehamilan. Pemberian tablet besi
membawa oksigen kepada janin dan sel minimal 90 tablet selama kehamilan
ibu hamil (Fikawati dkk, 2015). (Riskesda, 2013).
Menurut penelitian dari Upaya pemerintah dalam
Purwandari dkk (2016) faktor-faktor mengatasi anemia defisiensi besi ibu
yang berhubungan dengan kejadian hamil yaitu terfokus pada pelaksanaan
anemia pada ibu hamil yaitu paritas, program penanggulangan anemia
umur, kunjungan Antenatal Care (ANC) defisiensi besi pada ibu hamil dengan
dan konsumsi tablet zat besi (Fe). membagikan tablet Fe kepada ibu hamil
Sedangkan menurut Irianto (2014) sebanyak satu tablet setiap hari berturut
anemia pada ibu hamil disebabkan selama kehamilan dan pemerintah juga
karena kehamilan berulang dalam waktu melakukan upaya penyuluhan terkait
singkat. Cadangan zat besi ibu yang tablet Fe dengan harapan ibu hamil dapat
sebenarnya belum pulih akhirnya patuh mengkonsumsi tablet Fe dan
terkuras untuk keperluan janin yang mengetahui pentingnya mengkonsumsi
dikandung berikutnya. Itulah sebabnya tablet Fe (Kemenkes RI, 2015).
pengaturan jarak kehamilan menjadi Dalam penanganan masalah
penting untuk diperhatikan sehingga ibu anemia kehamilan peran bidan sangatlah
siap untuk menerima janin kembali tanpa dibutuhkan, Menurut Keputusan Menteri
harus menghabiskan cadangan besinya. Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Menurut Dietary Reference Intake 369/MENKES/SK/III/2007, standar
kebutuhan zat besi pada ibu hamil kompetensi bidan ke 3 yaitu bidan
meningkat dari 18 mg/hari pada wanita memberikan asuhan antenatal yang
dewasa menjadi 27 mg/hari pada ibu bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
hamil. WHO merekomendasikan agar kesehatan selama kehamilan yang
setiap ibu hamil mengkonsumsi meliputi: deteksi dini, pengobatan, atau
suplementasi Fe 60 mg per hari selama 6 rujukan untuk komplikasi tertentu.
bulan. Studi menunjukkan bahwa Dalam melakukan asuhan antenatal,
suplementasi Fe pada ibu hamil dapat bidan memberikan ANC terpadu dimana
menurunkan sebesar 73% insiden salah satu komponen pelayanan
anemia pada kehamilan aterm dan 67% kesehatan ibu hamil yaitu pemberian zat
insiden anemia defisiensi besi pada besi sebanyak 90 tablet (Fe 3).
kehamilan aterm. Hal ini bisa dijelaskan Pandangan Islam terkait anemia
bahwa suplementasi Fe dapat dalam kehamilan terdapat pada Q.S Al-
meningkatkan antara lain jumlah Mukmin ayat 14 :
komplikasi yang bisa terjadi pada
kehamilannya, ini merupakan salah satu
cara untuk menjaga kehamilan.
Berdasarkan studi pendahuluan
Artinya : “kemudian air mani itu
yang dilakukan di Puskesmas
Kami jadikan segumpal darah, lalu
Umbulharjo II, didapatkan data
segumpal darah itu Kami jadikan
kunjungan ibu hamil trimester III yang
segumpal daging, dan segumpal daging
diperiksa kadar Hb pada tanggal 02
it Kami jadikan tulang belulang, lalu
Januari sampai 18 Februari 2017
tulang belulang itu Kami bungkus
berjumlah 26 orang, dan didapatkan
dengan daging. Kemudian kami jadikan
hasil ibu hamil trimester III yang tidak
dia mahluk yang (berbentuk) lain. Maka
anemia yaitu yang mempunyai kadar Hb
Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
≥ 11 gr/dl berjumlah 4 orang, sedangkan
Paling Baik”.
yang mengalami anemia yaitu kadar Hb
Berdasarkan penjelasan Q.S Al-
< 11 gr/dl berjumlah 22 orang.
Mukmin ayat 14 bahwa Allah SWT
Berdasarkan latar belakang
menciptakan manusia melaui proses
tersebut, maka penulis tertarik dan
yang sempurna. Oleh karena itu ibu
termotivasi untuk melakukan penelitian
hamil harus menjaga kehamilannya
tentang “Faktor-faktor yang
karena anak merupakan suatu nikmat
Berhubungan dengan Kejadian Anemia
dan anugerah yang harus kita syukuri
Pada Ibu Hamil Trimester III di
dan kita jaga. Dengan ibu melakukan
Puskesmas Umbulharjo II”.
ANC secara rutin, ibu hamil dapat
mengetahui perkembangan janinnya dan

METODE PENELETIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan sekunder, dengan menganalisis kohort
kuantitatif dengan desain penelitian ibu hamil dan mengklasifikasikan faktor-
cross sectional. Sampel dalam penelitian faktor yang berhubungan dengan
ini diambil dengan tehnik total sampling kejadian anemia. Analisis data
berjumlah 45 responden. Metode menggunakan uji statistik Chi Square.
pengumpulan data menggunakan data

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
a. Data Responden
Distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Umbulharjo II
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Umbulharjo
Kejadian Anemia Frekuensi Persentase
(f) (%)
Anemia 32 71,1
Tidak Anemia 13 28,9
Jumlah 45 100

Berdasarkan pada Tabel 4.1 hamil trimester III (71,1%) yang


diketahui bahwa dari 45 ibu hamil mengalami anemia, dan paling sedikit
trimester III di Puskemas Umbulharjo 13 ibu hamil trimester III (28,9%)
II, terdapat paling banyak 32 ibu yang tidak anemia.
Gambaran mengenai paritas, jarak kehamilan, umur, status gizi dan
frekuensi ANC pada responden penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Data paritas, jarak kehamilan, umur, status gizi dan frekuensi ANC
pada pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Umbulharjo II
Karakteristik Frekuensi Persentase
Responden (f) (%)
Paritas
Berisiko 2 4,4
Tidak Berisiko 43 95,6
Jarak Kehamilan
Berisiko 19 42,2
Tidak Berisiko 26 57,8
Umur
Berisiko 25 55,6
Tidak Berisiko 20 44,4
Status Gizi
Kurang 6 13,3
Baik 39 86,7
Frekuensi ANC
Kurang 25 55,6
Cukup 20 44,4
Jumlah 45 100

1) Karakteristik Paritas Responden 3) Karakteristik Umur Responden


Berdasarkan pada Tabel 4.2 Berdasarkan pada Tabel 4.2
diketahui bahwa dari 45 ibu diketahui bahwa dari 45 ibu
hamil trimester III di Puskemas hamil trimester III di Puskemas
Umbulharjo II, terdapat paling Umbulharjo II, terdapat paling
banyak 43 ibu hamil trimester III banyak 25 ibu hamil trimester III
(95,6%) yang mempunyai paritas (55,6%) yang mempunyai umur
tidak berisiko, dan paling sedikit berisiko, dan paling sedikit 20
2 ibu hamil trimester III (4,4%) ibu hamil trimester III (44,4%)
yang mempunyai paritas berisiko. yang mempunyai umur tidak
berisiko.
2) Karakteristik Jarak Kehamilan
Responden 4) Karakteristik Status Gizi
Berdasarkan pada Tabel 4.2 Responden
diketahui bahwa dari 45 ibu Berdasarkan pada Tabel 4.2
hamil trimester III di Puskemas diketahui bahwa dari 45 ibu
Umbulharjo II, terdapat paling hamil trimester III di Puskemas
banyak 26 ibu hamil trimester III Umbulharjo II, terdapat paling
(57,8%) yang mempunyai jarak banyak 39 ibu hamil trimester III
kehamilan tidak berisiko, dan (86,7%) yang mempunyai status
paling sedikit 19 ibu hamil gizi baik, dan paling sedikit 6 ibu
trimester III (42,2%) yang hamil trimester III (13,3%) yang
mempunyai jarak kehamilan mempunyai status gizi kurang.
berisiko.
5) Karakteristik Frekuensi ANC (55,6%) yang mempunyai
Responden frekuensi ANC kurang, dan
Berdasarkan pada Tabel 4.2 paling sedikit 20 ibu hamil
diketahui bahwa dari 45 ibu trimester III (44,4%) yang
hamil trimester III di Puskemas mempunyai frekuensi ANC
Umbulharjo II, terdapat paling cukup.
banyak 25 ibu hamil trimester III

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian anemia di Puskemas Umbulharjo II


ini dilakukan untuk mengetahui ada tahun 2017. Uji statistik menggunakan
atau tidak adanya hubungan antara chi square dengan tingkat kemaknaan α
faktor-faktor predisposisi terjadinya = 5 %.

1) Uji hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Umbulharjo II
Tabel 4.3 Tabulasi silang antara paritas dengan kejadian anemia
Kejadian Anemia
Total
Faktor Anemia Tidak Anemia P-value
f % f % N %
Paritas
Berisiko 2 4,4 0 0 2 4,4
(>3)
1,00
Tidak Berisiko 30 66,7 13 28,9 43 95,6
(≤3)

Total 32 71,1 13 28,9 45 100

Berdasarkan pada Tabel 4.3 diatas bahwa variabel paritas tidak memiliki
diketahui hasil analisis statistik untuk hubungan dengan kejadian anemia.
syarat chi square tidak terpenuhi, Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis
sehingga yang dibaca fisher’s exact test penelitian pertama yaitu, “Tidak ada
dengan nilai p-value = 1,00. Bentuk hubungan antara paritas dengan
hubungan antara variabel paritas kejadian anemia pada ibu hamil
dengan kejadian anemia berdasarkan trimester III di Puskesmas Umbulharjo
nilai p-value (1,00) > α (0,05) artinya II” adalah ditolak.

2) Uji hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester
III di Puskesmas Umbulharjo II
Tabel 4.4 Tabulasi silang antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia
Kejadian Anemia
Total P-
Faktor Anemia Tidak Anemia
value
f % f % N %
Jarak Kehamilan
Berisiko 18 40 1 2,2 19 42,2
(< 2 dan >10 thn) 0,003
Tidak Berisiko 14 31,1 12 26,7 26 57,8
(2 dan 10 tahun)
Total 32 71,1 13 28,9 45 100
Berdasarkan pada Tabel 4.4 hubungan dengan kejadian anemia.
diatas diketahui nilai p-value = 0,003. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis
Bentuk hubungan antara variabel jarak penelitian kedua yaitu, “Ada hubungan
kehamilan dan kejadian anemia antara jarak kehamilan dengan kejadian
berdasarkan nilai p-value (0,003) < α anemia pada ibu hamil trimester III di
(0,05) yang menunjukkan bahwa Puskesmas Umbulharjo II” adalah
variabel jarak kehamilan memiliki diterima.

3) Uji hubungan umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Umbulharjo II
Tabel 4.5 Tabulasi silang antara umur dengan kejadian anemia
Kejadian Anemia
Total
Faktor Anemia Tidak Anemia P-value
f % f % N %
Umur
Berisiko 21 46,7 4 8,9 25 55,6
(< 20 dan >35
thn) 0,033
Tidak Berisiko 11 24,4 9 20 20 44,4
(20 - 35 tahun)
Total 32 71,1 13 28,9 45 100

Berdasarkan pada Tabel 4.5 anemia. Hasil ini menunjukkan bahwa


diatas diketahui nilai p-value = 0,033. hipotesis penelitian ketiga yaitu, “Ada
Bentuk hubungan antara variabel umur hubungan antara umur dengan kejadian
dan kejadian anemia berdasarkan nilai anemia pada ibu hamil trimester III di
p-value (0,033) < α (0,05) yang Puskesmas Umbulharjo II” adalah
menunjukkan bahwa variabel umur diterima.
memiliki hubungan dengan kejadian

4) Uji hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Umbulharjo I
Tabel 4.6 Tabulasi silang antara status gizi dengan kejadian anemia
Kejadian Anemia
Total
Faktor Anemia Tidak Anemia P-value
f % f % N %
Status Gizi
Kurang 5 11,1 1 2,2 6 13,3
(LILA <23,5 cm)
0,656
Baik 27 60 12 26,7 39 86,7
(LILA >23,5 cm)

Total 32 71,1 13 28,9 45 100

Berdasarkan pada Tabel 4.6 hubungan antara variabel status gizi


diatas diketahui hasil analisis statistik dengan kejadian anemia berdasarkan
untuk syarat chi square tidak terpenuhi, nilai p-value (0,656) > α (0,05) artinya
sehingga yang dibaca fisher’s exact test bahwa variabel status gizi tidak
dengan nilai p-value = 0,656. Bentuk memiliki hubungan dengan kejadian
anemia. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan kejadian anemia pada ibu hamil
hipotesis penelitian keempat yaitu, trimester III di Puskesmas Umbulharjo
“Tidak ada hubungan antara status gizi II” adalah ditolak.

5) Uji hubungan frekuensi ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester
III di Puskesmas Umbulharjo II
Tabel 4.7 Tabulasi silang frekuensi ANC dengan kejadian anemia
Kejadian Anemia
Total
Faktor Anemia Tidak Anemia P-value
f % f % N %
Frekuensi ANC

Kurang 22 48,9 3 6,7 25 55,6


(< 4 kali) 0,005
Cukup 10 22,2 10 22,2 20 44,4
(≥ 4 kali)
Total 32 71,1 13 28,9 45 100
Berdasarkan pada Tabel 4.7 hubungan dengan kejadian anemia.
diatas diketahui nilai p-value = 0,005. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis
Bentuk hubungan antara variabel penelitian kelima yaitu, “Ada
frekuensi ANC dan kejadian anemia hubungan antara frekuensi ANC
berdasarkan nilai p-value (0,005) < α dengan kejadian anemia pada ibu hamil
(0,05) yang menunjukkan bahwa trimester III di Puskesmas Umbulharjo
variabel frekuensi ANC memiliki II”adalah diterima.

PEMBAHASAN
Anemia merupakan penurunan perempuan selama trimester III
kemampuan darah untuk membawa (Proverawati, 2011). Kebutuhan zat besi
oksigen. Akibat dari penurunan jumlah sel terbesar terjadi pada trimester akhir
darah merah atau berkurangnya kehamilan dimana janin menyimpan zat
konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi besi sebagai cadangan dalam tubuhnya.
darah, yaitu konsentrasi hemoglobin < 11 Ketidakcukupan zat besi akan
gr/dl pada trimester I dan III kehamilan, menyebabkan kekurangan Hb dalam darah
serta < 10,5 gr/dl pada trimester II. yang diperlukan untuk membawa oksigen
Anemia dalam kehamilan menurut WHO kepada janin dan sel ibu hamil (Fikawati
didefinisikan sebagai keadaan dimana dkk, 2015).
kadar hemoglobin yang kurang dari 11 Berdasarkan hasil penelitian
gr/dl (Irianti dkk, 2015). Selama menunjukkan bahwa dari 45 ibu hamil
kehamilan terjadi peningkatan volume trimester III di Puskemas Umbulharjo II,
darah (hypervolemia). Hypervolemia terdapat paling banyak 32 ibu hamil
merupakan hasil dari peningkatan volume trimester III (71,1%) yang mengalami
plasma dan eritrosit (sel darah merah) anemia, dan paling sedikit 13 ibu hamil
yang berada dalam tubuh tetapi trimester III (28,9%) yang tidak anemia.
peningkatan ini tidak seimbang yaitu Hal ini dikarenakan kejadian anemia di
volume plasma peningkatan jauh lebih Puskemas Umbulaharjo II dipengaruhi
besar sehingga beri efek yaitu konsentrasi oleh kurangnya asupan bahan yang
hemoglobin berkurang dari 12 g/100ml mengandung zat besi serta pengetahuan
(Saiffudin, 2009). mengenai cara mengkonsumsi tablet Fe.
Penyebab paling umum dari Selain dari faktor tersebut, adapun hasil
anemia kehamilan adalah kekurangan zat penelitian ini menunjukkan ada beberapa
besi, hal ini terjadi pada 1/3 dari faktor yang mempunyai hubungan dengan
kejadian anemia di Puskesmas dalam kehamilan salah satu
Umbulharjo II yaitu sebagai berikut : penyebabnya adalah ibu yang sering
a. Hubungan Paritas dengan Kejadian melahirkan dan pada kehamilan
Anemia berikutnya ibu kurang memperhatikan
Berdasarkan hasil penelitian asupan nutrisi yang baik dalam
menunjukkan bahwa ibu hamil yang kehamilan. Kecenderungan bahwa
memeriksakan kehamilan di semakin banyak jumlah kelahiran
Puskesmas Umbulharjo II, diperoleh (paritas), maka akan semakin tinggi
bahwa 30 orang (66,7%) dari 32 ibu angka kejadian anemia. Sehingga ada
hamil trimester III yang mengalami kesenjangan antara fakta dengan teori
anemia berada pada paritas yang tidak dan ini bisa dipengaruhi oleh nutrisi,
berisiko. Hasil analisis bivariat kepatuhan dan cara dalam
menunjukkan p-value 1,00 yang mengkonsumsi tablet Fe.
artinya dapat diketahui bahwa tidak
ada hubungan antara paritas dengan b. Hubungan Jarak Kehamilan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil Kejadian Anemia
trimester III di Puskesmas Berdasarkan hasil penelitian
Umbulharjo II. menunjukkan bahwa ibu hamil yang
Penelitian ini sejalan dengan memeriksakan kehamilan di
penelitian yang dilakukan oleh Puskesmas Umbulharjo II, diperoleh
Luthfiyati (2015) yang menunjukkan bahwa 18 orang (40%) dari 32 ibu
bahwa tidak ada hubungan yang hamil trimester III yang mengalami
signifikan antara paritas dengan anemia berada pada jarak kehamilan
kejadian anemia pada ibu hamil di yang berisiko. Hasil analisis bivariat
Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta menunjukkan p-value 0,003 yang
tahun 2012. artinya dapat diketahui bahwa ada
Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara jarak kehamilan
hubungan antara paritas dengan dengan kejadian anemia pada ibu
kejadian anemia pada ibu hamil, hamil trimester III di Puskesmas
karena sebagian besar ibu hamil Umbulharjo II.
berada pada paritas yang tidak Penelitian ini sesuai teori
berisiko yaitu paritas < 3. Menurut Irianto (2014) bahwa anemia pada ibu
teori dari Arisman (2009) bahwa hamil disebabkan karena kehamilan
Paritas > 3 merupakan faktor berulang dalam waktu singkat.
terjadinya anemia. Hal ini disebabkan Sehingga cadangan zat besi ibu yang
karena terlalu sering hamil dapat sebenarnya belum pulih akhirnya
menguras cadangan zat gizi tubuh terkuras untuk keperluan janin yang
ibu. Anemia dipengaruhi oleh dikandung berikutnya. Makin sering
kehamilan dan persalinan yang seorang wanita mengalami kehamilan
sering, semakin sering seorang wanita dan melahirkan, akan makin banyak
mengalami kehamilan dan persalinan kehilangan zat besi dan menjadi
akan semakin banyak kehilangan zat makin anemis. Jika persediaan
besi dan semakin anemis (Manuaba, cadangan Fe minimal, maka setiap
2010). kehamilan akan menguras persediaan
Menurut fakta diatas diperoleh Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan
bahwa 30 orang (66,7%) dari 32 ibu anemia pada kehamilan berikutnya.
hamil trimester III yang mengalami Oleh karena itu, perlu diupayakan
anemia berada pada paritas yang tidak agar jarak antar kehamilan tidak
berisiko. Sedangkan menurut Herlina terlalu pendek, minimal lebih dari 2
(2009) resiko ibu mengalami anemia tahun.
Dan menurut Manuaba (2010) anemia berada pada umur yang
setiap kehamilan akan menyebabkan berisiko. Hasil analisis bivariat
cadangan zat besi berkurang oleh menunjukkan p-value 0,033 yang
karena itu pada setiap akhir artinya dapat diketahui bahwa ada
kehamilan diperlukan waktu 2 tahun hubungan antara umur dengan
untuk mengembalikan cadangan zat kejadian anemia pada ibu hamil
besi ketingkat normal dengan syarat trimester III di Puskesmas
bahwa selama masa tenggang waktu Umbulharjo II.
tersebut kesehatan dan gizi dalam Hasil penelitian ini sejalan
kondisi yang baik. Maka sebaiknya dengan penelitian yang dilakukan
jarak persalinan terakhir dengan jarak oleh Luthfiyati (2015) yang
persalinan berikutnya minimal 2 menunjukkan bahwa ada hubungan
tahun. Makin pendek jarak kehamilan yang signifikan antara umur dengan
makin besar kematian maternal bagi kejadian anemia pada ibu hamil di
ibu dan anak, terutama jika jarak Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta
tersebut < 2 tahun dapat terjadi tahun 2012.
komplikasi kehamilan dan persalinan Penelitian ini sesuai teori
seperti anemia berat, partus lama dan Manuaba (2010) bahwa umur ibu
perdarahan. Oleh karena itu seorang yang ideal dalam kehamilan yaitu
wanita memerlukan waktu 2-3 tahun pada kelompok umur 20-35 tahun dan
untuk jarak kehamilannya agar pulih pada umur tersebut kurang beresiko
secara fisiologis akibat hamil atau komplikasi kehamilan serta memiliki
persalinan sehingga dapat reproduksi yang sehat. Hal ini terkait
mempersiapkan diri untuk kehamilan dengan kondisi biologis dan
dan persalinan berikutnya. psikologis dari ibu hamil. Sebaliknya
Hasil penelitian ini sejalan pada kelompok umur < 20 tahun
dengan penelitian yang dilakukan beresiko anemia sebab pada
oleh Andriani (2013) yang kelompok umur tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan perkembangan biologis yaitu
antara jarak kehamilan dengan reproduksi belum optimal. Selain itu,
kejadian anemia pada ibu hamil di kehamilan pada kelompok usia diatas
Puskesmas Jetis I Bantul tahun 2013. 35 tahun merupakan kehamilan yang
Dan penelitian dari Nurhidayati beresiko tinggi. Wanita hamil dengan
(2013) bahwa hubungan jarak umur diatas 35 tahun juga akan rentan
kehamilan dengan kejadian anemia anemia. Hal ini menyebabkan daya
menunjukkan pada ibu hamil dengan tahun tubuh mulai menurun dan
jarak kehamilan resiko rendah (≥ 2 mudah terkena berbagai infeksi
tahun sampai < 10 tahun) memiliki selama masa kehamilan.
tingkat kejadian anemia lebih rendah Menurut fakta diatas diperoleh
dibandingkan ibu hamil dengan jarak bahwa 21 orang (46,7%) dari 32 ibu
kehamilan resiko tinggi ( < 2 tahun > hamil trimester III yang mengalami
10 tahun). anemia berada pada umur yang
c. Hubungan Umur dengan Kejadian berisiko. Hal ini sejalan dengan teori
Anemia Soebroto (2010) umur < 20 tahun
Berdasarkan hasil penelitian membutuhkan zat besi lebih banyak
menunjukkan bahwa ibu hamil yang untuk keperluan pertumbuhan diri
memeriksakan kehamilan di sendiri serta janin yang akan
Puskesmas Umbulharjo II, diperoleh dikandungnya.
bahwa 21 orang (46,7%) dari 32 ibu
hamil trimester III yang mengalami
d. Hubungan Status Gizi dengan kehamilan dapat terpenuhi. Upaya
Kejadian Anemia untuk meningkatkan status gizi ibu
Berdasarkan hasil penelitian hamil perlu mengkonsumsi nutrisi
menunjukkan bahwa ibu hamil yang yang baik, konsumsi tablet Fe secara
memeriksakan kehamilan di rutin, meningkatkan pengetahuan
Puskesmas Umbulharjo II, diperoleh tentang kebutuhan gizi dan nutrisi
bahwa 27 orang (60%) dari 32 ibu selama kehamilan.
hamil trimester III yang mengalami e. Hubungan Frekuensi ANC dengan
anemia berada pada status gizi yang Kejadian Anemia
baik. Hasil analisis bivariat Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan p-value 0,656 yang menunjukkan bahwa ibu hamil yang
artinya dapat diketahui bahwa tidak memeriksakan kehamilan di
ada hubungan antara status gizi Puskesmas Umbulharjo II, diperoleh
dengan kejadian anemia pada ibu bahwa 22 orang (48,9%) dari 32 ibu
hamil trimester III di Puskesmas hamil trimester III yang mengalami
Umbulharjo II. Hasil penelitian ini anemia mempunyai frekuensi ANC
berbeda dengan penelitian yang yang kurang. Hasil analisis bivariat
dilakukan oleh Luthfiyati (2015) yang menunjukkan p-value 0,005 yang
menyatakan bahwa ada hubungan artinya dapat diketahui bahwa ada
yang signifikan antara status gizi hubungan antara frekuensi ANC
dengan kejadian anemia pada ibu dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di Puskesmas Jetis Kota hamil trimester III di Puskesmas
Yogyakarta tahun 2012. Umbulharjo II.
Pada penelitian ini tidak ada Penelitian ini sejalan dengan
hubungan antara status gizi dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliarti
kejadian anemia pada ibu hamil (2017) bahwa ada hubungan antara
dimungkinkan terjadi karena kunjungan ANC dengan kejadian
kurangnya asupan zat besi dan protein anemia di Puskesmas Melur tahun
dari makanan dan kurang 2015. Dan penelitian dari Sugma
menkonsumsi tablet Fe. Menurut teori (2015) bahwa ada hubungan yang
Irianto (2014) bahwa banyak faktor bermakna antara keteraturan antenatal
yang dapat menyebabkan timbulnya care dengan kejadian anemia, dimana
anemia, antara lain kurangnya asupan ibu hamil yang melakukan kunjungan
zat besi dan protein dari makanan, antenatal care secara teratur
adanya gangguan absorpsi di usus, mempunyai resiko yang lebih kecil
perdarahan akut maupun kronis, dan terkena anemia daripada ibu hamil
meningkatnya kebutuhan zat besi dengan kunjungan antenatal care yang
seperti pada wanita hamil. Dan tidak atau kurang teratur.
menurut teori Irianti (2015) Menurut teori Purwandari dkk,
menyatakan bahwa zat besi adalah (2016) bahwa kunjungan ANC untuk
salahsatu nutrien yang tidak dapat menghasilkan kehamilan yang sehat
diperoleh dalam jumlah yang adekuat melalui pemeriksaan fisik, pemberian
dari makanan yang dikonsumsi suplemen serta penyuluhan kesehatan
selama masa kehamilan. Oleh karena ibu hamil. Kunjungan antenatal yang
itu, perlu diberikan suplemen zat besi teratur mengakibatkan segera
(tablet sulfas ferrosus) pada ibu terdeteksinya berbagai faktor risiko
hamil. kehamilan, salah satunya anemia.
Untuk itu ibu hamil harus Dari pernyataan tersebut disimpulkan
diwajibkan minum tablet Fe secara bahwa ibu hamil yang sering
teratur agar kebutuhan zat besi selama melakukan ANC dapat meminimalisir
kejadian anemia, karena pada saat Dari hasil analisis data diatas
melakukan ANC ibu hamil telah dari tiga faktor tersebut yang
mendapatkan tablet Fe dan KIE mempunyai peluang terbesar untuk
tentang anemia. Dan sebaliknya terjadi anemia adalah faktor jarak
apabila ibu hamil kurang melakukan kehamilan yaitu jarak kehamilan
kunjungan ANC, ini dapat berisiko (< 2 dan >10 tahun) memiliki
memperbesar risiko terjadinya resiko 15 kali lebih besar untuk dapat
anemia, karena tidak mendapatkan menderita anemia.
tablet Fe dan informasi tentang
anemia.

DAFTAR PUSTAKA
1. Andriani, Vera. (2013). Faktor-faktor 9. Irianti, B., dkk. (2015). Asuhan
Predisposisi Terjadinya Anemia pada Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta :
Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Sagung Seto.
Jetis I Bantul Daerah Istimewa 10. Kementerian Kesehatan Republik
Yogyakarta Tahun 2013. Program Indonesia. (2015). Profil Kesehatan
Studi Bidan Pendidik Jenjang D IV Indonesia 2015. Jakarta :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
'Aisyiyah Yogyakarta 2013. Naskah Indonesia
Publikasi. 11. Luthfiyati, Yana. (2015). Faktor-
2. Arisman. (2009). Gizi dalam Daur faktor yang Berhubungan dengan
Kehidupan. Jakarta : EGC. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
3. Departemen Agama. (2015). Al-Qur’an Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta
dan Terjemahannya. Jakarta : Bumi Tahun 2012. Jurnal Medika Respati,
Restu. Vol. X No. 2.
4. Dinas Kesehatan Provinsi. (2015). 12. Mandang, J., dkk. (2016). Asuhan
Profil Kesehatan Daerah Istimewa Kebidanan Kehamilan. Bogor : In
Yogyakarta. Media.
5. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. 13. Manuaba. (2010). Pengantar Kuliah
(2015). Laporan Tahunan Kota Obstetri. Jakarta : EGC
Yogyakarta 2015. 14. Nurhidayati, R. D. (2013). Analisis
6. Departemen Kesehatan Republik Faktor Penyebab Terjadinya Anemia
Indonesia. (2007). Keputusan Menteri pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Puskesmas Tawangsari Kabupaten
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Sukoharjo. S1 Keperawatan Fakultas
Standar Profesi Bidan. Jakarta : Ilmu Keehatan Universitas
Departemen Kesehatan Republik Muhammadiyah Surakarta 2013.
Indonesia. Naskah Publikasi.
7. Fikawati, S., dkk. (2015). Gizi Ibu 15. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
dan Bayi. Jakarta : Rajagrafindo Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :
Persada. Jakarta.
8. Irianto, Koes. (2014). Gizi Seimbang 16. Proverawati, A. (2011). Anemia dan
dalam Kesehatan Reproduksi. Anemia kehamilan. Yogyakarta :
Bandung : Alfabeta. Nuha Medika.
17. Purwandari, A. dkk. (2016). Faktor- 21. Sugma, S. V. M. (2015). Hubungan
Faktor Yang Berhubungan Dengan Keteraturan Antenata Care dengan
Kejadian Anemia. JIDAN : Jurnal Kejadian Anemia di Puskesmas
Ilmiah Bidan. Volume 4 Nomor 1. Kasihan I Bantul Yogyakarta.
18. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Program Studi Bidan Pendidik
(201)3. Badan Penelitian dan Jenjang D IV Sekolah Tinggi Ilmu
Pengembangan Kesehatan Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta
Kementerian RI tahun 2013. Tahun 2015. Naskah Publikasi.
19. Saifuddin, A.B., (2009). Pelayanan 22. World Health Organization.
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Worldwide prevalence on anaemia
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka 1993-2005. dalam
Sarwono Prawirohardjo. http://www.who.int/vmnis/database/a
20. SDKI. (2012). Survei Demografi naemia/anaemia_status_summary/en/.
Kesehatan Indonesia. Jakarta. Diakses tanggal 20 September 2016.

Potrebbero piacerti anche