Sei sulla pagina 1di 8

Berita Kedokteran Masyarakat  Volume​ 32 N

​ omor ​8 
(BKM Journal of Community Medicine and Public Health)  Halaman​ 287-294 

Peran dan motivasi perawat kesehatan jiwa


dalam program bebas pasung: studi kasus di
Mataram
Role and motivation of mental health nurse in “restraint free”
program: a case study from Mataram
1 2 3
Arif Rahman , Carla Raymondalexas Marchira , Ibrahim Rahmat

Abstract
Purpose: This study aimed ​to ​describe the mental health nurse’s role and
Dikirim: ​17 Februari 2016 
Diterbitkan: ​1 Agustus 2016  motivation of the implementation of a ‘restraint free’ program (​program bebas
pasung​) at community health centers, Mataram, West Nusa Tenggara. ​Methods​:
This was a qualitative research with case study design. The subjects were ten
nurses of mental health programs, three persons from families of sufferers, two
employees of community health service and one person who was a former
sufferer of a mental disorder. Data collection used focus group discussions
(FDG), in-depth interviews and observations. ​Results: The nurses had been
carrying out their role as executors of nursing care policy, as the direct nursing
care givers, and were giving the nursing to sufferers and their families as well as
continuing therapy for sufferers, and as educators, also educated the family.
Mental health information provided guidance to intern students doing mapping
of cases of mental disorders and empowering the sufferer. The form of the work
involves motivation of nurses, while working conditions were a factor that
cannot support nurses for give the nursing care to suffers and family.
Conclusion​: Nurses have been implementing a ‘restraint free’ program.
however, it has not been always well received in the working conditions
experienced. So, it is recommended that mental health nurses be given help
and support partners or stakeholders to enhance preventive efforts, in their
promotive, curative and rehabilitative programmes.

Keywords: ​role; motivation; mental health nurses; Indonesian ‘restraint free’


program

1
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Nusa Tenggara Barat (Email: rifombojo@yahoo.com) 
2
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada 
3
Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada 

287
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016

mengetahui  bagaimana  gambaran  peran  dan  motivasi 


PENDAHULUAN
perawat  kesehatan  jiwa  dalam  pelaksanaan  program 
Prevalensi  gangguan  jiwa  berat  pada  penduduk  bebas  pasung  di  wilayah  puskesmas  Kota  Mataram, 
Indonesia  adalah  1,7  per  mil,  dan  proporsi  rumah  Provinsi Nusa Tenggara Barat. 
tangga  dengan  anggota  rumah  tangga yang mengalami 
gangguan  jiwa  berat  dan  pernah  dipasung  adalah 
METODE
14,3%  (1).  Selanjutnya,  diperkirakan  lebih  dari  18.000 
penderita  gangguan  jiwa  di  Indonesia  masih  dalam  Penelitian  ini  menggunakan  metode  kualitatif 
kondisi terpasung, dilaporkan 17% kasus pema- sungan  dengan  desain  studi kasus. Lokasi penelitian dilakukan 
telah  ditemukan  dan  hampir  70%  dari  penderita  telah  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Kota  Mataram  Provinsi 
dilepaskan  dan  dirawat  di  layanan  kesehatan  (2).  NTB  dengan  subjek  penelitian  perawat  penanggung 
Laporan  dari  Instalasi  Kesehatan  Jiwa  Masyarakat  jawab  program  kesehatan  jiwa  di  puskesmas  yang 
Rumah  Sakit  Jiwa  Provinsi  NTB  tahun  2012,  mengung-  pernah  mengikuti  pelatihan  BC-CMHN  ​(Basic  Course  in 
kapkan  estimasi  pemasungan  di  Provinsi  NTB  adalah  Community  Mental  Health  Nursing)  sejumlah  10  orang. 
319  kasus.  Namun,  sampai  semester  1  tahun  2014,  Pengumpulan  data  pada  penelitian  ini  menggunakan 
kasus  pasung  yang  ditemu-  kan  adalah  395  kasus.  FGD  ​(focus  group  discussions). ​Sebelum FGD dilakukan, 
Khusus  untuk  wilayah  Kota  Mataram,  estimasi  responden  menandatangani  lembar  persetujuan 
pemasungan  adalah  26  kasus  namun  yang  sudah  (informed  consent).  Guna  mendukung  keabsahan  data 
ditemukan dan dilepaskan sebanyak 19 kasus (3).    maka  dilakukan triangulasi sumber, yaitu teknik peme- 
Sebagai  upaya  untuk  mengatasi  permasalahan  riksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu 
pemasungan  di  Indonesia, Pemerintah melalui Menteri  yang  lain  di  luar  data,  untuk  keperluan  pengecekan 
Kesehatan  RI,  pada  tanggal  10  Oktober  2010  telah  atau  sebagai  pembanding  terhadap  data  yang  dikum- 
meluncurkan program bebas pasung yang akan dicapai  pulkan  (9).  Peneliti  melakukan  wawancara  mendalam 
pada  tahun  2014.  Namun,  direvisi  kembali  menjadi  dengan  beberapa  informan  untuk  memperoleh  tang- 
.
Program  Indonesia  Bebas  Pasung  2019 (4).​  Pemerintah  gapan  informan  terhadap  peran  perawat  kesehatan 
Daerah  Provinsi  Nusa  Tenggara  Barat  (NTB),  ber-  jiwa  terkait  pelaksanaan  program  bebas  pasung. 
dasarkan  Peraturan  Gubernur  Nusa  Tenggara  Barat  Informan  pendukung  terdiri  dari  3  orang  keluarga 
Nomor  22  Tahun  2013,  telah  mencanangkan  program  penderita  yang  tinggal  serumah  dengan  penderita,  2 
daerah  bebas  pasung  yang  akan  dicapai  pada  tahun  orang  petugas  Dinas  Kesehatan  Kota  Mataram  sebagai 
2018  (5).  Selanjutnya,  sebagai  langkah  awal  penangan-  penanggung  jawab  program  layanan  kesehatan jiwa di 
an  masalah  pasung  tersebut,  Dinas  Kesehatan Provinsi  Dinas  Kesehatan  Kota  Mataram,  1  orang  kader 
NTB  mengadakan  pelatihan  keperawatan  jiwa  (BC-  kesehatan  jiwa  serta  1  orang  mantan  penderita 
CMHN)  yang  diikuti  oleh  dokter  dan  perawat  (3),  gangguan  jiwa.  Selain  itu,  peneliti  mela-  kukan 
kemudian  bulan  April  2015,  Dinas  Kesehatan  Kota  triangulasi  metode,  yaitu  melakukan  observasi  serta 
Mataram mengadakan pelatihan yang sama.   mewawancarai  kembali  2  orang  peserta  FGD  pada 
Perawat  kesehatan  jiwa  komunitas  adalah  perawat  waktu  yang  berbeda,  dengan  memberikan  pertanyaan 
yang  ditempatkan  di  Puskesmas  dan  ditunjuk  untuk  yang  sama.  Pengumpulan  data  lain  dilakukan  dengan 
melakukan  layanan  kesehatan  jiwa  di  wilayah  kerja  observasi langsung kegiatan perawat.  
puskesmas,  dengan  peran  sebagai  pemberi  asuhan  Tahap  selanjutnya  adalah  melakukan  transkrip 
keperawatan  secara  langsung,  sebagai  pendidik  dan  semua  hasil  FGD  dan  hasil  wawancara  mendalam dari 
sebagai  koordinator  kegiatan  dalam  pelaksanaan  rekaman  data  dengan  tahapan  sebagai  berikut:  a) 
program  bebas  pasung  (6).  Layanan  kesehatan  ter-  Mentranskripkan  semua  hasil  FGD  dan  hasil  wawan- 
hadap  penderita  pasung bukan hanya sekedar melepas  cara  mendalam  dari  rekaman  data;  b)  Menganalisis 
tetapi  harus  dilanjutkan  dengan  asuhan  keperawatan  data  menggunakan  ​software  open  code.  Informasi  dari 
dan  pengobatan, setelah itu dilanjutkan dengan latihan  transkrip  data  dimasukan  ke  software  open  code  dan 
self  care,  sehingga  dapat  mandiri  dan  dapat  bekerja  selanjutnya  mereduksi  data  yaitu  mengidentifikasi 
dan  produktif  kembali (7). Program bebas pasung akan  satuan  terkecil  untuk  menemukan  makna  yang  sesuai 
terlaksana  apabila  perawat  memiliki  motivasi  bekerja  dengan  fokus  dan  masalah  penelitian;  c)  Melakukan 
dalam melaksanakan program bebas pasung.   koding  untuk  menelusuri  informasi  yang  menjadi 
Peran  perawat  sebagai  koordinator  program  bebas  satuan data. Selanjutnya, melakukan kategorisasi, yaitu 
pasung,  membuat  perawat  dalam  satu  posisi  penting.  data  diberi  kode  lalu  dikelompokkan  dalam  bagian 
Berdasarkan  hal  tersebut,  peneliti  tertarik  untuk  yang  memiliki  kesamaan;  d)  Melakukan  sintesisasi 

288
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016

yaitu  mencari  kaitan  antara  kategori yang satu dengan  Peran perawat sebagai pendidik.  


kategori  yang  lain  lalu  diberi  label;  dan  e)  Menyusun  Sebagai  pendidik,  peran  perawat  yang  pertama 
hipotesis  kerja  dengan  melakukan  interpretasi  untuk  adalah  dengan  memberikan  pendidikan  kesehatan 
membandingkan  antara  hasil  penelitian  dengan  infor-  jiwa  kepada  keluarga.  Berdasarkan  hasil FGD, perawat 
masi  yang  berasal  dari  literatur  atau  teori  sekaligus  kesehatan  jiwa  memberikan  pendidikan  kesehatan 
menjawab pertanyaan penelitian.  jiwa  kepada  keluarga  seperti  menyarankan  keluarga 
  agar  memperlakukan  penderita  dengan  baik,  meng- 

HASIL arahkan  keluarga  untuk  memenuhi  kebutuhan  dasar 


penderita,  misalnya  mandi,  makan,  mengajak  pen- 
Peran  perawat  kesehatan  jiwa  dalam  pelaksanaan  derita  untuk  berkomunikasi,  mengajak  penderita  ber- 
program.   sosialisasi  ke  lingkungan  sekitar  penderita,  mengajak 
Perawat  kesehatan  jiwa  memiliki  peran  sebagai  penderita  untuk  berkomunikasi,  atau  memberikan 
pemberi  asuhan  keperawatan  secara  langsung.  Peran  kesibukan  pada  penderita.  Selain  itu,  perawat  me- 
yang  pertama  adalah  memberikan  tindakan  nyarankan  kepada  keluarga  agar  memanfaatkan 
keperawatan  pada  keluarga  dan  penderita.  Perawat  puskesmas  sebagai  tempat  untuk  rawat  jalan,  serta 
kesehatan  jiwa  menyatakan  pernah  memberikan  memfasilitasi  penderita  untuk  memiliki  kartu  BPJS 
tindakan  keperawatan  kepada  keluarga dan penderita.  guna  mendapatkan  pengobatan  dan  melakukan 
Namun,  tindakan  ke-  perawatan  yang  diberikan  tidak  kontrol setelah keluar dari rumah sakit. 
setiap  hari  atau  bersifat  situasional  tergantung  pada    
keluhan  pen-  derita  pada  saat  dikunjungi.  Contoh    “Setiap  bulan  atau  2  kali  sebulan  saya  ajarkan 
tindakan  keperawatan  yang  dilakukan  perawat adalah  bagaimana  ADL.  Mandi  sendiri  sudah  bisa,  lalu  BAB, 
meng-  ajak  keluarga  untuk  memandikan  penderita,  dan  BAK  di  mandi  kamar  mandi juga sudah mau, hanya 
meng-  ajarkan  penderita  cara  menangani  halusinasi,  masalahnya  sekarang  keluarganya. Keluarga yang tidak 
mengarahkan  keluarga  agar  tidak  membiarkan  pen-  mau melepas anaknya sendiri” (Perawat 10) 
derita  sendirian,  memberikan  penderita  kesibukan    
serta  memberikan  arahan  kepada  keluarga  untuk  Sebagai  pendidik,  perawat  juga  berperan  dalam 
memberikan obat secara teratur kepada penderita.  memberikan  penyuluhan  kepada  masyarakat.  Hasil 
   FGD  menunjukkan  bahwa  pada  setiap  jadwal 
“iya,  yang  kemarin  kita  memang  memberikan  posyandu,  perawat  selalu  menyelipkan  penyuluhan 
pendidikan  kesehatan  bagi  keluarganya  dan  keluarga-  tentang  urgensi  kesehatan  jiwa  kepada  masyarakat 
nya  yang  melaksanakan,  tapi  kebetulan  kalau  kita  di  serta  melakukan  sosialisasi  kepada  masyarakat  agar 
sana,  misalnya  pasiennya  tidak  mau  mandi  ya,  kita  menggunakan  fasilitas  layanan  kesehatan  seperti 
bopong  pasiennya  kemudian  mandi,  pakai  baju  sendiri  puskesmas  sebagai  layanan  kesehatan  untuk  ganggu- 
kemudian salinan” (Perawat 10)  an jiwa . 
     
Sebagai  pemberi  asuhan  keperawatan  secara  “Selalu  saya  selipkan  penyuluhan  kasus  jiwa.  Banyak 
langsung,  peran  perawat  yang  lain  adalah  dengan  masyarakat,  bukan  hanya  kader  saja.  Banyak 
melanjutkan  terapi  untuk  penderita.  Selain  memberi-  masyarakat sudah mengerti.” (Perawat 7) 
kan  tindakan  keperawatan,  perawat  membantu  tera- 
 
pi  atau  pengobatan  lanjutan  bagi  penderita.  Terapi 
Peran  perawat  yang  lain  adalah  memberikan 
yang  diberikan  kepada  penderita  berdasarkan  rujuk- 
bimbingan  praktik  kepada  mahasiswa.  Berdasarkan 
an  balik  dari  rumah  sakit  jiwa  serta  menganjurkan 
hasil  wawancara  dengan  perawat,  selain  memberi 
keluarga  untuk  membawa  penderita  ke  puskesmas 
pendidikan  kepada  keluarga,  perawat  juga  memberi- 
untuk mendapatkan injeksi obat jiwa sekali sebulan. 
kan  bimbingan  praktik  kepada  mahasiswa  seperti 
  
mengajak  mahasiswa  untuk  memberikan  layanan 
“Rujukan  balik,  untuk  kita,  disana  ada  obat  yang  sudah 
keperawatan kepada keluarga dan penderita. 
diberikan. Mungkin kalau kita punya di puskesmas baru, 
 
kita  tindak  lanjuti  obat  berikutnya.  Kalau  kekurangan 
“​Kebetulan  di  sana  ada  mahasiswa,  saya  manfaatkan 
obat kita rujuk lagi” ( Perawat 7) 
mahasiswa  untuk  setiap  hari  memberikan  asuhan 
  keperawatan,  ya  memandikan,  membersihkan,  sambil 
 

289
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016

mengajari  keluarga.  Setelah  tidak  ada  mahasiwa,  saya    


tadi seperti itu.”​ ​(Perawat 7)  Motivasi  ekstrinsik  ​(hygienes  factor)  adalah berupa 
   kondisi  kerja.  Kondisi  kerja  yang  dialami oleh perawat 
Peran perawat sebagai koordinator kegiatan.   kesehatan  jiwa  pada  saat  melaksanakan  program 
Sebagai  koordinator  kegiatan,  perawat  berperan  bebas  pasung  di  Kota  Mataram  yang  pertama  adalah 
dalam  memetakan  kasus  pasung.  Hasil  penelitian  ini  penolakan  oleh  keluarga.  Perawat  mengemukakan, 
menggambarkan  bahwa  perawat  kesehatan  jiwa  sebagian  kasus  pasung  belum  sepenuhnya  dilaksana- 
melakukan  koordinasi  dengan  kader  kesehatan  untuk  kan  karena  keluarga  tidak  kooperatif  dan  menolak 
menemukan  kasus  baru  dan  kemudian  melakukan  untuk melepaskan penderita dari pemasungan. 
pemetaan lokasi penderita pasung.      
   “​Kalau yang sekarang, kebetulan kemarin terakhir tanya 
“Awalnya  kita  melakukan  pendataan  lewat  kader  dulu.  kepala  lingkungan  ternyata  pasiennya  ada,  tapi  belum 
Pendataan  lewat  kader,  ada  atau  tidak  di  lingkungan  turun  lagi.  Kalo  turun  sendiri  saya  tidak  berani  sendiri. 
pasien  yang  mengalami  gangguan  jiwa.  Setelah  ada  Harus  dengan  tim  lagi,  karena keluarga sudah menolak. 
data, baru kita turun ke lingkungan.” (Perawat 10)  Mereka sudah curiga.” (Perawat 6)   
     
Perawat  berperan  dalam  ikut  serta  dalam  Kondisi  kerja  yang  kedua  adalah  ekspresi 
pemberdayaan  mantan  penderita  gangguan  jiwa.  emosional  keluarga.  Hambatan  yang  dialami  oleh 
Selain  melepaskan  dan  merawat  penderita,  kegiatan  perawat  pada  saat  melakukan  kunjungan  rumah 
perawat  kesehatan  jiwa  yang  lain  adalah  bersama-  adalah  ekspresi  emosional  keluarga  seperti  jenuh, 
sama  tim  RSJ  Provinsi  NTB,  Dinas  kesehatan  Kota  trauma  dan  putus  asa,  sehingga  berdampak  pada 
Mataram,  serta  institusi  pendidikan  yang  berada  di  layanan  keperawatan  yang  diberikan  oleh  perawat 
Kota  Mataram  melakukan  pemberdayaan  terhadap  menjadi tidak optimal. 
mantan  penderita.  Langkah  awal  dari  kegiatan    
pemberdayaan  ini  adalah  membentuk  kelompok  “Iya,  kalau  dia  dilepas,  mau,  tetapi  siapa  yang  akan 
swabantu.  Kegiatan  yang  sudah  dilakukan  adalah  bertanggung  jawab,  ibu  akan  mencari  dia,  katanya. 
membuat  telur  asin,  menanam  cabai  serta  melakukan  Tidak  mungkin  petugasnya.  Kebutuhannya  yang  lain 
sosialisasi dengan masyarakat.  keluarga  semua,  tetapi  kalau  dia  sudah  hilang,  sudah 
   mengganggu  orang  lain,  keluarga  tidak  tanggung 
“Itu  yang  telah  berjalan  ini,  kemarin-kemarin  untuk  menjaga, sehingga akhirnya dipasung lagi.” (Perawat 4) 
kemandirian.  Itu  program  untuk  mencari  uang    
tambahan  dari  pembuatan  telur  asin”  ​(Mantan  Ketiaadaan  ​caregiver  atau  pengasuh  pen-  derita 
penderita)  adalah  kondisi  kerja  yang  ketiga.  Perawat  kesehatan 
   jiwa  mengungkapkan  hambatan  setelah  keluar  dari 
Motivasi  perawat  kesehatan  jiwa  dalam  pelak-  rumah  sakit  jiwa  adalah  ketiadaan  ​caregiver  atau 
sanaan program bebas pasung.   individu  dari  keluarga  yang  akan  memberikan asuhan 
Motivasi  intrinsik  perawat  kesehatan  jiwa  keperawatan di rumah. 
(motivation  factor)  adalah  berupa  bentuk  pekerjaan.    
Hasil  penelitian  menggambarkan  bahwa  perawat  “Sedikit  sulit  untuk  mengatasi,  ingin  mengatasi  pasung 
kesehatan  jiwa  menyukai  perannya  sebagai  pelaksana  ini,  tapi  untuk  selanjutnya,  dukungan  selanjutnya  yang 
dalam  program  bebas  pasung.  Bentuk  pekerjaan  yang  masih  jadi  PR  kita.  Misalnya,  seperti  keluarga  sudah 
bersifat  sosial  dan  kemanusiaan  menjadikan  program  bersedia,  lalu  pasien  juga  bersedia  diajak  keluar,  tetapi 
bebas  pasung  dinilai  sebagai  bentuk  ibadah  oleh  kalau  sudah  ditinggal  lagi,  ya  akhirnya  masuk  lagi 
sebagian  perawat.  Perawat  memandang bahwa bentuk  sehingga terpaksa digembok.” (Perawat 4) 
prestasi,  imbalan,  kesempatan  untuk  maju  atau    
penghargaan  bukanlah  tujuan  utama  dalam  Kondisi  kerja  lain  adalah  pengetahuan  keluarga 
melaksanakan program bebas pasung.  yang  kurang.  Keluarga  dari  penderita  adalah  pihak 
  yang  melakukan  pasung,  karena  ketidaktahuan  untuk 
​“Saya  tidak  memikirkan  imbalan  atau  penghargaan.  perawatan  penderita  yang  benar.  Hasil  penelitian  ini 
mengungkapkan  bahwa  pengetahuan  keluarga  me- 
Tidak  mungkin.  Tidak,  saya  tidak  pernah.  saya  bekerja 
rupakan  kendala  perawat  dalam  memberikan  asuhan 
betul-betul ikhlas karena Allah.” (Perawat 7) 
keperawatan  kepada  keluarga.  Keluarga  masih 

290
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016

menganggap  bahwa  kondisi penderita disebabkan oleh  Sebagai  pemberi  asuhan  keperawatan  secara 


roh  jahat,  sehingga  masih  mencari  pengobatan  dari  langsung,  perawat  telah  memberikan  tindakan 
dukun atau tokoh agama.  keperawatan  pada  penderita,  akan  tetapi,  tindakan 
   keperawatan  yang  telah  diberikan  tidak  didokumen- 
“Kita  mencari  obat  ke  berbagai  tempat,  kita  tahu dukun  tasikan  berdasarkan  format  keperawatan  kesehatan 
dimana.  Kita  ajak  ke  dukunnya  hingga  ke  Lombok  jiwa  komunitas,  sehingga  tidak  temukan  catatan 
tengah dan ke Lombok timur.” (Keluarga 1)  perkembangan  kesehatan  penderita  setelah  diberikan 
   tindakan  keperawatan.  Beberapa  penelitian  membuk- 
Keterbatasan  obat  adalah  kondisi yang juga dialami  tikan  terjadi  peningkatan  kemandirian  penderita  dan 
oleh  perawat.  Hasil  FGD  mengungkapkan  bahwa,  peningkatan  kemampuan  penderita  setelah  dilepas- 
perawat  kesehatan  jiwa  saat  ini  mengalami  kesulitan  kan  dari  pemasungan,  seperti  melakukan  perawatan 
melakukan  layanan  kesehatan  akibat  keterbatasan  diri  dan  mampu  berkomunikasi  dengan  baik  (3,  10, 
obat di puskesmas.  11).  Dalam  melanjutkan  terapi  untuk  penderita,  salah 
   satu  bentuk  peran  perawat  adalah  melakukan  kola- 
“Hampir  1  tahun  tidak  ada  obat,  sehingga  borasi  dengan  tim  kesehatan  lainnya  terutama 
membingungkan  saya.  Sudah  banyak  keluarga  pasien  manajemen obat dengan dokter (6). 
yang  selalu  menelpon,  bertanya  bagimana  ini  bu.  Sebagai  pendidik,  kegiatan  yang  dilakukan  oleh 
Mereka  mengamuk  dan  bertanya  mereka  harus  perawat  kesehatan  jiwa  adalah  memberikan 
bagaimana” (Perawat 10)  pendidikan  kesehatan  jiwa  kepada  individu  dan 
   keluarga  untuk  mengembangkan  kemampuan 
Kondisi  lain  adalah  belum  ada  kerja  sama  lintas  keluarga  dalam  menyelesaikan  masalah  dengan 
sektoral.  Hasil  FGD  terhadap  perawat  kesehatan  jiwa  melakukan  5  tugas  keluarga  (6).  Pelaksanaan  5  tugas 
mengungkapkan  bahwa  koordinasi  dengan  lintas  kesehatan  yang  sangat  baik  dapat  mencegah 
sektor  belum  berjalan,  seperti  perawat  mengalami  kekambuhan  (12).  Pendidikan  kesehatan  jiwa  kepada 
kesulitan  untuk  menghubungi  sektor  terkait,  terutama  keluarga  dapat  menurunkan  tingkat  kecemasan  (13). 
saat  membawa  penderita  yang  mengalami  perilaku  Intervensi  psikoedukasi  keluarga  tentang  skizofrenia 
amuk ke rumah sakit jiwa.  memberikan  perubahan  pengetahuan,  devaluasi, 
beban,  ekspresi,  emosi,  dan  pemberdayaan  keluarga 

“Saya  sudah  2  kali  meminta  tolong  mereka, saat sedang  orang  dengan  skizofrenia  (14).  ​Family  psychoeducation 

butuh  sekali,  ini  POL  PP  tidak  ada  yang  mengangkat  menurunkan  beban  keluarga  dan  meningkatkan 

telepon, sehingga saya menjadi bingung ” ( Perawat 1)  kemampuan merawat klien dengan halusinasi (15). 
Perawat  berperan  dalam  memberikan  penyuluhan 
  “Pertama,  yang  harus  ditingkatkan  adalah  kerjasama 
kepada  masyarakat.  Pemberdayaan  untuk  meningkat- 
lintas  sektor  maupun  lintas  program.” (Kasie yankesdas 
kan  pengetahuan  masyarakat  tentang  gangguan  jiwa 
dinkes Kota Mataram) 
dan  gangguan  emosional  pada  level-  level  tertentu 
perlu  dilakukan  agar  tidak  menimbulkan  stigma 
Kendala  lain  yang  dirasakan  oleh  perawat  dalam  terhadap penderita gangguan jiwa yang bisa disembuh- 
memberikan  asuhan  keperawatan  kepada  keluarga  kan  (4).  Promosi  kesehatan  dengan  ​role  play  ​dan 
adalah  tumpang  tindih  pekerjaan  yang  seharusnya  ceramah  dapat  meningkatkan  pengetahuan  keluarga 
menjadi  tanggung  jawab  perawat,  sehingga  berdam-  dan tokoh masyarakat (16). 
pak  pada  asuhan  keperawatan  yang  diberikan  ke  Dalam  memberikan  bimbingan  praktik  kepada 
keluarga dan penderita tidak tercatat.  mahasiswa,  terlihat  bahwa  kemampuan  seorang 
instruktur  klinik  memandu  mahasiswa,  mempunyai 
“Terutama  adalah  tumpang  tindih  program.  Banyak  korelasi  positif  dengan  kemampuan  mahasiswa  untuk 
rolling-rolling.” (staf dinkes kota Mataram)    mencapai  tujuan  mata  ajar  sehingga  diharapkan 
berdampak positif terhadap mahasiswa (17). 
 
BAHASAN Peran perawat sebagai koordinator kegiatan
Peran  perawat  kesehatan  jiwa  dalam  pelaksanaan  Dalam  pemetaan  kasus  pasung,  terlihat  bahwa 
program  sebagai  koordinator,  perawat  kesehatan  jiwa  harus 
melakukan  koordinasi,  untuk  menemukan  kasus  dan 

291
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016

rujukan  (6).  Perawat  juga  berperan  dalam  Ikut  serta  obat  belum  terjangkau  oleh  sebagian  masyarakat, 
dalam  pemberdayaan  mantan  penderita  gangguan  karena  pada  umumnya  orang  dengan  gangguan  jiwa 
jiwa.  Kelompok  swabantu  adalah  suatu  kelompok  memerlukan  pengobatan  dalam  waktu  yang  lama (28). 
dengan  anggota  yang  saling  berbagi  masalah,  baik  Pada  beberapa  kasus,  obat-obatan  jiwa  tidak  pernah 
masalah  fisik  maupun  emosional  atau  isu  tertentu.  digunakan,  sementara  pada  kasus  yang  lain  obat- 
Kelompok  ini  mendiskusikan  pemecahan  masalah  obatan jiwa, kadang kadang tidak tersedia (29). 
yang  dihadapi.  Hasil  penelitian  mengungkapkan  Terkait  dengan  program  bebas  pasung,  kerja sama 
setelah  memberikan  bimbingan  keluarga  dalam  lintas  sektoral merupakan hal yang sentral karena sifat 
kelompok  swabantu,  kemampuan  kognitif  dan  pasung  yang  multidimensi  berkaitan  dengan  kewe- 
psikomotor  keluarga  dalam  merawat  klien  gangguan  nangan  dari  setiap  badan  pemerintahan  yang  ada,  tim 
jiwa meningkat secara bermakna (18).  yang  ideal  untuk  mengawal  program  kesehatan  jiwa 
   masyarakat  dihadapkan  pada  tantangan  kepemimpin- 
Motivasi  perawat  kesehatan  jiwa  dalam  pelaksana-  an  dan  keaktifan  para  anggota,  sehingga  pada 
an program  realitanya  belum  banyak  daerah  yang  mempuyai  Tim 
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  motivasi  TPKJM berfungsi efektif (20). 
intrinsik  perawat  kesehatan  jiwa  di  Kota  Mataram  Perawat  CMHN  di  puskesmas  masih  terbatas, 
dalam  melaksanakan  program  bebas  pasung  karena  serta  masih  merangkap  tugas  (30).  Selama  ini  dokter 
adalah  rasa  suka  terhadap  bentuk  pekerjaan.  Hal  ini  dan  pekerja  kesehatan  di  puskesmas  menghadapi 
sesuai  dengan  teori  motivasi  yang  dikemukan  oleh  beban  pekerjaan  yang  sangat  berat  karena  harus 
Herzberg  yang  menyatakan  bahwa  bentuk  pekerjaan  menjalankan  begitu  banyak  program  kesehatan, 
merupakan  faktor  yang  memotivasi  seseorang  untuk  sehingga  terjadi  tumpang  tindih  dalam  melaksanakan 
mencapai kepuasan (8).  program  kesehatan  jiwa  (29).  Hambatan  dalam  mem- 
Perawat  kesehatan  jiwa  mengalami  kesulitan  saat  berikan  perawatan  kepada  penderita  gangguan  jiwa 
melepaskan  beberapa  kasus  pemasungan  di  Provinsi  meliputi  waktu,  sumber daya manusia, dan tenaga pro- 
NTB  (3).  Apalagi,  penderita  memiliki  orangtua  yang  fesional  terlatih  yang kurang untuk merawat penderita 
berpendidikan  tinggi  dan  level  sosial  yang  bagus  (19).  gangguan jiwa (31). 
Praktik  pemasungan  terkesan  disembunyikan  sebagai  Berdasarkan  hasil  penelitian  tersebut,  maka 
manifestasi  solidaritas  komunitas  dan  bentuk  frustasi  kondisi  kerja  yang  dialami  perawat merupakan bagian 
masyarakat terhadap kesembuhan penderita (20).  dari ​hygienes factor atau motivasi ekstrinsik atau faktor 
Ekspresi  keluarga  memiliki  korelasi  yang  positif  yang  menyebabkan  ketidakpuasan.  Berdasarkan  teori 
dengan  tingkat  kekambuhan  pasien  (21).    ​Keluarga  motivasi  Herzberg, kondisi kerja merupakan salah satu 
penderita  skizofrenia  memiliki  ekspresi  emosi  yang  faktor  yang  memotivasi  seseorang  untuk  keluar  dari 
tinggi  sebanyak  49,2%  dengan  pengukuran  meng-  ketidakpuasan  (8),  artinya  Kondisi  kerja  yang  dialami 
gunakan  instrumen  ​flow  questionnaire  ​(22).  Ekspresi  perawat  saat  melaksanakan  program  bebas  pasung 
emosi  keluarga  yang  tinggi  menyebabkan  frekuensi  menyebabkan  ketidaknyamanan  perawat  dalam  me- 
kekambuhan  penderita  skizofrenia  bertambah  (23).  laksanakan  program  bebas  pasung,  sehingga  tidak 
Keberadaan  penderita  merupakan  beban  dan  dilema  dapat menunjang aktivitas perawat untuk memberikan 
bagi  keluarga  karena  tidak  dapat  memperhati-  kan  tindakan keperawatan kepada penderita dan keluarga. 
penderita  secara  terus  menerus.  Caregiver  merasa   
terbebani  dengan  kondisi penderita (24) serta memiliki  SIMPULAN
beban yang tinggi terhadap penderita skizofrenia (25). 
Beberapa  keluarga  percaya  bahwa  roh  jahat  telah  Perawat  kesehatan  jiwa  di  Kota  Mataram  tengah 
memasuki  tubuh  anggota  keluarga  yang  menderita  melaksanakan  program  bebas  pasung,  namun  belum 
 ​
penyakit  mental. Mereka menganggap bahwa kekuatan  terlaksana  secara  maksimal  terkait  dengan  kondisi 
yang  dihasilkan  oleh  pasien  ketika  mengamuk  kerja yang dialami oleh perawat.  
dipengaruhi  oleh  roh  jahat  (26).  Beberapa  keluarga  Perawat  kesehatan  jiwa  perlu  meningkatkan  kerja- 
masih  mencari  pengobatan  dari  dukun  atau  peng-  sama  dengan  tokoh  agama,  masyarakat  dan  semua 
obatan  secara  agama  untuk  penderita  gangguan  jiwa  lintas  sektoral  di  Kota  Mataram  dalam  pelaksanaan 
(27).  program  bebas  pasung,  terutama  dalam  upaya 
Kendala  dalam  layanan  kesehatan  jiwa  adalah  preventif,  promotif,  kuratif  dan  rehabilitatif,  sehingga 
keterbatasan  ketersediaan  obat-obatan  bagi  pasien  masalah-masalah terkait penyakit jiwa dapat teratasi.  
dengan  gangguan  jiwa.  Seandainya  tersedia,  harga 

292
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016

Selain  itu,  diharapkan  agar  ketersediaan  obat  jiwa  3. Sunarto,  M.,  Wijaya  ER.  Peningkatan  kompetensi 
di  puskesmas selalu ada, agar keluarga penderita dapat  perawat  CMHN  dan  GP  Plus  dalam  meningkatkan 
kemandirian  dan  pemberdayaan  pasien Gangguan 
memperoleh  obat  untuk  penderita.  Kemudian,  perlu  Jiwa  Berat  Paska  Pasung.  In  Buku  kumpulan 
pelatihan  kesehatan  jiwa  yang  berkelanjutan  bagi  abstrak bahasa indonesia (Ed.). Yogyakarta. 2014.  
perawat  di  puskesmas  sebagai  bekal  perawat  untuk  4. Lestari  W,  Wardhani  YF.  Stigma  dan  Penanganan 
Penderita  Gangguan  Jiwa  Berat  Yang  Dipasung 
memberikan  pendidikan  kesehatan  jiwa  kepada  (Stigma  and  Management  on  People  with  Severe 
keluarga  dan  masyarakat  agar  tercapai  layanan  Mental Disorders with Pasung). 
5. Peraturan  Gubernur  Nusa  Tenggara  Barat, Nomor. 
kesehatan  jiwa  yang  optimal.  Perlu  dilakukan 
22  Tahun  2013,  Tentang  Penanggulangan  Pasung 
penelitian  dan  evaluasi  yang  berkelanjutan  terkait  Di Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2013. 
pelaksanaan  program  bebas  pasung,  seperti  melaku-  6. Keliat  BA,  Akemat  S.  Keperawatan  kesehatan  jiwa 
komunitas:  CMHN  (Basic  Course).  Jakarta:  EGC. 
kan  evaluasi  kembali  pemberian  tanggung  jawab 
2011. 
program  kesehatan jiwa kepada perawat di puskesmas,  7. Keliat, B.A., Pidato Pengukuhan Prof. Budi Anna 
serta  penelitian  lebih  lanjut  untuk  memahami  kasus  Keliat. Kontribusi keperawatan kesehatan jiwa 
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa di 
pasung yang dialami oleh keluarga.  Indonesia. Available 
  at:​http://www.budiannakeliat.com/​ [Accessed 
  February 8, 2015]. 
8. Notoatmodjo,  S.  Ilmu  Perilaku  Kesehatan.  PT 
Abstrak  Rineka Cipta. Jakarta; 2010. 
9. Moleong, L.J. Metologi Penelitian Kualitatif. Remaja 
Tujuan​:  Penelitian  ini bertujuan untuk menge- tahui  Rosydakarya. Bandung. 2008. 
peran  dan  motivasi  perawat  kesehatan  jiwa  dalam  10. Suharto  B.  Budaya  Pasung  dan  Dampak  Yuridis 
implementasi  program  bebas  pasung  di  puskesmas  Sosiologis  (Studi  Tentang  Upaya  Pelepasan  Pasung 
kota  Mataram  NTB.  ​Metode​:  penelitian  ini  dan  Pencegahan  Tindakan  Pemasungan  di 
Kabupaten  Wonogiri).  IJMS-Indonesian  Journal  on 
merupakan  penelitian  kualitatif  dengan desain studi 
Medical Science. 2014 Mar 2;1(2). 
kasus.  Informan  dari  penelitian  ini  adalah  10  11. Keliat,  B.A.,  Riasmini,  M.,  Daulima  NH.  Efektifitas 
perawat  kesehatan  jiwa,  3  orang  keluarga  pasien,  2  Penerapan  Model  Community  Mental  Health 
orang  staff  puskesmas, dan 1 orang penderita. ​Hasil:  Nursing  terhadap  kemampuan  hidup  pasien 
Perawat  telah  menjalankan pekerjaan sesuai dengan  gangguan  jiwa  dan  keluarganya  di  Wilayah  DKI 
Jakarta.  Naskah  dipresentasikan  dalam 
tugasnya,  yaitu  merawat  pasien,  melaku-  kan  comprehensive  psychosocial  action  among  mental 
edukasi  baik  kepada  pasien  maupun  keluarga,  health nursing in disaster situation. 2011a. :1–2.  
menjadi  mentor  untuk  mahasiwa  magang  dan  12. Mundakir.  Hubungan  pelaksanaan  lima  tugas 
memberdayakan  penderita  agar  dapat  melakukan  kesehatan  keluarga  dengan  pencegahan 
kekambuhan  pada  klien  skizofrenia  yang 
kegiatan  secara  mandiri.  ​Simpulan:  ​Perawat 
berkunjung  di  poli  jiwa  rumah  sakit  jiwa  Menur 
kesehatan  jiwa  di  Kota  Mataram  tengah  me-  Surabaya.  Jurnal  kesehatan  aiptinakes jatim, Vol 2, 
laksanakan  program  bebas  pasung,  namun,  belum  No 1. 2012. 
terlaksana  secara  maksimal  terkait  dengan  kondisi  13. Martiningsih. Pengaruh pendidikan kesehatan jiwa 
kerja  yang  dialami  oleh  perawat,  sehingga  terhadap  kecemasan  keluarga  dalam 
merawatanggota  keluarga  yang  mengalami 
disarankan  kepada  perawat  kesehatan  jiwa  di  Kota 
skizofreniapasca  masuk  rumah  sakit  jiwa  di 
Mataram  untuk  meningkatkan  kerjasama  dengan  kecamatan lawang. 2012;1–7.  
multisektoral  ​stakeholder  dengan  program  bebas  14. Prasetiawati  T.  Intervensi  psikoedukasi  tentang 
pasung,  terutama  dalam  upaya  preventif,  promotif,  skizofrenia  pada  caregiver  komunitas  peduli 
kuratif  dan  rehabilitatif,  sehingga  masalah  terkait  skizofrenia  indonesia  (KPSI)  terhadap peningkatan 
pengetahuan  dan  penurunan  stigma  tentang 
penyakit jiwa dapat teratasi.  ganguan skizofrenia di yogyakarta.  
15. Wardaningsih  S,  Keliat  BA,  Susanti  H.  Merawat 
Kata  kunci:  peran;  motivasi;  perawat  kesehatan  keluarga  dengan  klien  halusinasi  melalui  family 
jiwa; program bebas pasung Indonesia   psychoeducation. 2003.  
16. Dhamayanti  AE.  Promosi  kesehatan  jiwa  melalui 
metode  ceramah  dengan  role-play  pada  keluarga 
  penderita  skizofrenia  dan  tokoh  masyarakat  di 
RSUP  Dr.  Sardjito  Yogyakarta.  Program 
PUSTAKA pascasarjana  universitas  gadjah  mada  yogyakarta. 
2004. 
17. Wanda  D.  Hubungan  antara  perilaku  instruktur 
1. Departemen  Kesehatan  RI.  Riset  Kesehatan  Dasar.  klinik  dan  pencapaian  tujuan  mata  ajar  oleh 
Jakarta:  Badan  Penelitian  dan  Pengembangan  mahasiswa tahap profesi keperawatan. 2004.  
Kesehatan; 2013.  18. Utami  TW,  Keliat  BA,  Gayatri  D,  Utami  R. 
2. Diatri,  H.,  Evaluation  of  the  Indonesia  Bebas  Peningkatan  Kemampuan  Keluarga  Merawat Klien 
Pasung  Program.  3  Summit  of  the  Movement  for  Gangguan  Jiwa  Melalui  Kelompok  Swabantu. 
Global  Mental  Health,  Bangkok,  Thailand.  Jurnal  Keperawatan  Indonesia.  2011  Mar 
Available at: ​http://www.globalmentalhealth .org​.  24;14(1):37-44. 

293
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016

19. Keliat  PBA.  Menuju  Indonesia  Bebas  Pasung  - Science. 2011;7(5):802-11. 


@Published  on  Jan  27,  2015.  Wideshot  MetroTV 26. Pratiwi. A., Mc Eldowney. R.,  Richardson. F., He. F.,
(part 1). 2015. Family’s  Beliefs  About  A  Family  Member  With  A
20. Tyas,  T.H.  Pasung  Sebagai  Isu  Kesehatan  Jiwa  di Mental  Illness  In  Javanese  Culture.  Proceeding  Of
Indonesia.  di  dalam:  Faturochman,.  Tyas,  T.H., International  Conference  On  Postgraduate
Minza,  W.M.,  Lufityanto,  G.  Psikologi  Untuk Research.  e-ISBN  978-  983-3048-98-4.  1-2 December
Kesejahteraan  Masyarakat.  Yogyakarta:  Pustaka 2014, Kuala Lumpur, Malaysia.
Pelajar,  PP.  186-211.  Pustaka  Pelajar,  editor. 27. Puteh  I,  Marthoenis M, Minas H. Aceh Free Pasung:
Yogyakarta. 2012. Releasing  the  mentally  ill  from  physical  restraint.
21. Marchira  CR,  Sumarni  P,  Lusia  PW.  Hubungan International  journal  of  mental  health  systems.
antara  Ekspresi  Emosi  Keluarga  Pasien  dengan 2011 Dec;5(1):10.
Kekambuhan  Penderita  Skizofrenia  di  RS  Dr. 28. Prasetyo,  Y. A. ODMK dan Pemenuhan HAM. Jurnal
Sardjito  Yogyakarta.  Berita  Kedokteran HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. 2009; 5.
Masyarakat. 2008; 24(4):172. 29. Marchira  CR.  Integrasi  kesehatan  jiwa  pada
22. Darwin  P,  Hadisukanto  G,  Elvira  SD.  Beban pelayanan  primer  di  indonesia:  Sebuah  tantangan
Perawatan  dan  Ekspresi  Emosi  pada  Pramurawat di  masa  sekarang.  Jurnal  Manajemen  Pelayanan
Pasien  Skizofrenia  di  Rumah  Sakit  Jiwa.  Journal Kesehatan. 2011;14 (03).
Indonesia Medical Association. 2013;63(2):46-51. 30. Islam,  M.D.  Evaluasi  pelaksanaan  program
23. Fadli  SM,  Mitra  M.  Pengetahuan  dan  ekspresi kesehatan  jiwa  masyarakat  oleh  puskesmas  di
emosi  keluarga  serta  frekuensi  kekambuhan kabupaten aceh besar. 2008.
penderita  skizofrenia.  Kesmas:  National  Public 31. Medina  CO,  Kullgren  G,  Dahlblom  K.  A  qualitative
Health Journal. 2013 May 1;7(10):466-70. study  on  primary  health  care  professionals’
24. Fitrikasari  A,  S  AK,  Woroasih  S,  S WSA, Pengajar S, perceptions  of  mental  health,  suicidal  problems
Psikiatri PP-B. Medica Hospitalia. 2012;1(2):118–22. and  help-seeking  among  young  people  in
25. Hassan  WA,  Mohamed  II,  Elnaser  AE,  Sayed  NE. Nicaragua.  BMC  family  practice.  2014 
Burden  and  coping  strategies  in  caregivers  of Dec;15(1):129. Available from: 
schizophrenic  patients.  Journal  of  American http://www.pubmedcentral.nih.gov/ 

294

Potrebbero piacerti anche