Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
omor 8
(BKM Journal of Community Medicine and Public Health) Halaman 287-294
Abstract
Purpose: This study aimed to describe the mental health nurse’s role and
Dikirim: 17 Februari 2016
Diterbitkan: 1 Agustus 2016 motivation of the implementation of a ‘restraint free’ program (program bebas
pasung) at community health centers, Mataram, West Nusa Tenggara. Methods:
This was a qualitative research with case study design. The subjects were ten
nurses of mental health programs, three persons from families of sufferers, two
employees of community health service and one person who was a former
sufferer of a mental disorder. Data collection used focus group discussions
(FDG), in-depth interviews and observations. Results: The nurses had been
carrying out their role as executors of nursing care policy, as the direct nursing
care givers, and were giving the nursing to sufferers and their families as well as
continuing therapy for sufferers, and as educators, also educated the family.
Mental health information provided guidance to intern students doing mapping
of cases of mental disorders and empowering the sufferer. The form of the work
involves motivation of nurses, while working conditions were a factor that
cannot support nurses for give the nursing care to suffers and family.
Conclusion: Nurses have been implementing a ‘restraint free’ program.
however, it has not been always well received in the working conditions
experienced. So, it is recommended that mental health nurses be given help
and support partners or stakeholders to enhance preventive efforts, in their
promotive, curative and rehabilitative programmes.
1
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Nusa Tenggara Barat (Email: rifombojo@yahoo.com)
2
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
3
Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
287
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016
288
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016
289
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016
290
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016
“Saya sudah 2 kali meminta tolong mereka, saat sedang orang dengan skizofrenia (14). Family psychoeducation
butuh sekali, ini POL PP tidak ada yang mengangkat menurunkan beban keluarga dan meningkatkan
telepon, sehingga saya menjadi bingung ” ( Perawat 1) kemampuan merawat klien dengan halusinasi (15).
Perawat berperan dalam memberikan penyuluhan
“Pertama, yang harus ditingkatkan adalah kerjasama
kepada masyarakat. Pemberdayaan untuk meningkat-
lintas sektor maupun lintas program.” (Kasie yankesdas
kan pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa
dinkes Kota Mataram)
dan gangguan emosional pada level- level tertentu
perlu dilakukan agar tidak menimbulkan stigma
Kendala lain yang dirasakan oleh perawat dalam terhadap penderita gangguan jiwa yang bisa disembuh-
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga kan (4). Promosi kesehatan dengan role play dan
adalah tumpang tindih pekerjaan yang seharusnya ceramah dapat meningkatkan pengetahuan keluarga
menjadi tanggung jawab perawat, sehingga berdam- dan tokoh masyarakat (16).
pak pada asuhan keperawatan yang diberikan ke Dalam memberikan bimbingan praktik kepada
keluarga dan penderita tidak tercatat. mahasiswa, terlihat bahwa kemampuan seorang
instruktur klinik memandu mahasiswa, mempunyai
“Terutama adalah tumpang tindih program. Banyak korelasi positif dengan kemampuan mahasiswa untuk
rolling-rolling.” (staf dinkes kota Mataram) mencapai tujuan mata ajar sehingga diharapkan
berdampak positif terhadap mahasiswa (17).
BAHASAN Peran perawat sebagai koordinator kegiatan
Peran perawat kesehatan jiwa dalam pelaksanaan Dalam pemetaan kasus pasung, terlihat bahwa
program sebagai koordinator, perawat kesehatan jiwa harus
melakukan koordinasi, untuk menemukan kasus dan
291
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016
rujukan (6). Perawat juga berperan dalam Ikut serta obat belum terjangkau oleh sebagian masyarakat,
dalam pemberdayaan mantan penderita gangguan karena pada umumnya orang dengan gangguan jiwa
jiwa. Kelompok swabantu adalah suatu kelompok memerlukan pengobatan dalam waktu yang lama (28).
dengan anggota yang saling berbagi masalah, baik Pada beberapa kasus, obat-obatan jiwa tidak pernah
masalah fisik maupun emosional atau isu tertentu. digunakan, sementara pada kasus yang lain obat-
Kelompok ini mendiskusikan pemecahan masalah obatan jiwa, kadang kadang tidak tersedia (29).
yang dihadapi. Hasil penelitian mengungkapkan Terkait dengan program bebas pasung, kerja sama
setelah memberikan bimbingan keluarga dalam lintas sektoral merupakan hal yang sentral karena sifat
kelompok swabantu, kemampuan kognitif dan pasung yang multidimensi berkaitan dengan kewe-
psikomotor keluarga dalam merawat klien gangguan nangan dari setiap badan pemerintahan yang ada, tim
jiwa meningkat secara bermakna (18). yang ideal untuk mengawal program kesehatan jiwa
masyarakat dihadapkan pada tantangan kepemimpin-
Motivasi perawat kesehatan jiwa dalam pelaksana- an dan keaktifan para anggota, sehingga pada
an program realitanya belum banyak daerah yang mempuyai Tim
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi TPKJM berfungsi efektif (20).
intrinsik perawat kesehatan jiwa di Kota Mataram Perawat CMHN di puskesmas masih terbatas,
dalam melaksanakan program bebas pasung karena serta masih merangkap tugas (30). Selama ini dokter
adalah rasa suka terhadap bentuk pekerjaan. Hal ini dan pekerja kesehatan di puskesmas menghadapi
sesuai dengan teori motivasi yang dikemukan oleh beban pekerjaan yang sangat berat karena harus
Herzberg yang menyatakan bahwa bentuk pekerjaan menjalankan begitu banyak program kesehatan,
merupakan faktor yang memotivasi seseorang untuk sehingga terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan
mencapai kepuasan (8). program kesehatan jiwa (29). Hambatan dalam mem-
Perawat kesehatan jiwa mengalami kesulitan saat berikan perawatan kepada penderita gangguan jiwa
melepaskan beberapa kasus pemasungan di Provinsi meliputi waktu, sumber daya manusia, dan tenaga pro-
NTB (3). Apalagi, penderita memiliki orangtua yang fesional terlatih yang kurang untuk merawat penderita
berpendidikan tinggi dan level sosial yang bagus (19). gangguan jiwa (31).
Praktik pemasungan terkesan disembunyikan sebagai Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka
manifestasi solidaritas komunitas dan bentuk frustasi kondisi kerja yang dialami perawat merupakan bagian
masyarakat terhadap kesembuhan penderita (20). dari hygienes factor atau motivasi ekstrinsik atau faktor
Ekspresi keluarga memiliki korelasi yang positif yang menyebabkan ketidakpuasan. Berdasarkan teori
dengan tingkat kekambuhan pasien (21). Keluarga motivasi Herzberg, kondisi kerja merupakan salah satu
penderita skizofrenia memiliki ekspresi emosi yang faktor yang memotivasi seseorang untuk keluar dari
tinggi sebanyak 49,2% dengan pengukuran meng- ketidakpuasan (8), artinya Kondisi kerja yang dialami
gunakan instrumen flow questionnaire (22). Ekspresi perawat saat melaksanakan program bebas pasung
emosi keluarga yang tinggi menyebabkan frekuensi menyebabkan ketidaknyamanan perawat dalam me-
kekambuhan penderita skizofrenia bertambah (23). laksanakan program bebas pasung, sehingga tidak
Keberadaan penderita merupakan beban dan dilema dapat menunjang aktivitas perawat untuk memberikan
bagi keluarga karena tidak dapat memperhati- kan tindakan keperawatan kepada penderita dan keluarga.
penderita secara terus menerus. Caregiver merasa
terbebani dengan kondisi penderita (24) serta memiliki SIMPULAN
beban yang tinggi terhadap penderita skizofrenia (25).
Beberapa keluarga percaya bahwa roh jahat telah Perawat kesehatan jiwa di Kota Mataram tengah
memasuki tubuh anggota keluarga yang menderita melaksanakan program bebas pasung, namun belum
penyakit mental. Mereka menganggap bahwa kekuatan terlaksana secara maksimal terkait dengan kondisi
yang dihasilkan oleh pasien ketika mengamuk kerja yang dialami oleh perawat.
dipengaruhi oleh roh jahat (26). Beberapa keluarga Perawat kesehatan jiwa perlu meningkatkan kerja-
masih mencari pengobatan dari dukun atau peng- sama dengan tokoh agama, masyarakat dan semua
obatan secara agama untuk penderita gangguan jiwa lintas sektoral di Kota Mataram dalam pelaksanaan
(27). program bebas pasung, terutama dalam upaya
Kendala dalam layanan kesehatan jiwa adalah preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga
keterbatasan ketersediaan obat-obatan bagi pasien masalah-masalah terkait penyakit jiwa dapat teratasi.
dengan gangguan jiwa. Seandainya tersedia, harga
292
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016
Selain itu, diharapkan agar ketersediaan obat jiwa 3. Sunarto, M., Wijaya ER. Peningkatan kompetensi
di puskesmas selalu ada, agar keluarga penderita dapat perawat CMHN dan GP Plus dalam meningkatkan
kemandirian dan pemberdayaan pasien Gangguan
memperoleh obat untuk penderita. Kemudian, perlu Jiwa Berat Paska Pasung. In Buku kumpulan
pelatihan kesehatan jiwa yang berkelanjutan bagi abstrak bahasa indonesia (Ed.). Yogyakarta. 2014.
perawat di puskesmas sebagai bekal perawat untuk 4. Lestari W, Wardhani YF. Stigma dan Penanganan
Penderita Gangguan Jiwa Berat Yang Dipasung
memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada (Stigma and Management on People with Severe
keluarga dan masyarakat agar tercapai layanan Mental Disorders with Pasung).
5. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Nomor.
kesehatan jiwa yang optimal. Perlu dilakukan
22 Tahun 2013, Tentang Penanggulangan Pasung
penelitian dan evaluasi yang berkelanjutan terkait Di Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2013.
pelaksanaan program bebas pasung, seperti melaku- 6. Keliat BA, Akemat S. Keperawatan kesehatan jiwa
komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.
kan evaluasi kembali pemberian tanggung jawab
2011.
program kesehatan jiwa kepada perawat di puskesmas, 7. Keliat, B.A., Pidato Pengukuhan Prof. Budi Anna
serta penelitian lebih lanjut untuk memahami kasus Keliat. Kontribusi keperawatan kesehatan jiwa
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa di
pasung yang dialami oleh keluarga. Indonesia. Available
at:http://www.budiannakeliat.com/ [Accessed
February 8, 2015].
8. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. PT
Abstrak Rineka Cipta. Jakarta; 2010.
9. Moleong, L.J. Metologi Penelitian Kualitatif. Remaja
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menge- tahui Rosydakarya. Bandung. 2008.
peran dan motivasi perawat kesehatan jiwa dalam 10. Suharto B. Budaya Pasung dan Dampak Yuridis
implementasi program bebas pasung di puskesmas Sosiologis (Studi Tentang Upaya Pelepasan Pasung
kota Mataram NTB. Metode: penelitian ini dan Pencegahan Tindakan Pemasungan di
Kabupaten Wonogiri). IJMS-Indonesian Journal on
merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi
Medical Science. 2014 Mar 2;1(2).
kasus. Informan dari penelitian ini adalah 10 11. Keliat, B.A., Riasmini, M., Daulima NH. Efektifitas
perawat kesehatan jiwa, 3 orang keluarga pasien, 2 Penerapan Model Community Mental Health
orang staff puskesmas, dan 1 orang penderita. Hasil: Nursing terhadap kemampuan hidup pasien
Perawat telah menjalankan pekerjaan sesuai dengan gangguan jiwa dan keluarganya di Wilayah DKI
Jakarta. Naskah dipresentasikan dalam
tugasnya, yaitu merawat pasien, melaku- kan comprehensive psychosocial action among mental
edukasi baik kepada pasien maupun keluarga, health nursing in disaster situation. 2011a. :1–2.
menjadi mentor untuk mahasiwa magang dan 12. Mundakir. Hubungan pelaksanaan lima tugas
memberdayakan penderita agar dapat melakukan kesehatan keluarga dengan pencegahan
kekambuhan pada klien skizofrenia yang
kegiatan secara mandiri. Simpulan: Perawat
berkunjung di poli jiwa rumah sakit jiwa Menur
kesehatan jiwa di Kota Mataram tengah me- Surabaya. Jurnal kesehatan aiptinakes jatim, Vol 2,
laksanakan program bebas pasung, namun, belum No 1. 2012.
terlaksana secara maksimal terkait dengan kondisi 13. Martiningsih. Pengaruh pendidikan kesehatan jiwa
kerja yang dialami oleh perawat, sehingga terhadap kecemasan keluarga dalam
merawatanggota keluarga yang mengalami
disarankan kepada perawat kesehatan jiwa di Kota
skizofreniapasca masuk rumah sakit jiwa di
Mataram untuk meningkatkan kerjasama dengan kecamatan lawang. 2012;1–7.
multisektoral stakeholder dengan program bebas 14. Prasetiawati T. Intervensi psikoedukasi tentang
pasung, terutama dalam upaya preventif, promotif, skizofrenia pada caregiver komunitas peduli
kuratif dan rehabilitatif, sehingga masalah terkait skizofrenia indonesia (KPSI) terhadap peningkatan
pengetahuan dan penurunan stigma tentang
penyakit jiwa dapat teratasi. ganguan skizofrenia di yogyakarta.
15. Wardaningsih S, Keliat BA, Susanti H. Merawat
Kata kunci: peran; motivasi; perawat kesehatan keluarga dengan klien halusinasi melalui family
jiwa; program bebas pasung Indonesia psychoeducation. 2003.
16. Dhamayanti AE. Promosi kesehatan jiwa melalui
metode ceramah dengan role-play pada keluarga
penderita skizofrenia dan tokoh masyarakat di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Program
PUSTAKA pascasarjana universitas gadjah mada yogyakarta.
2004.
17. Wanda D. Hubungan antara perilaku instruktur
1. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. klinik dan pencapaian tujuan mata ajar oleh
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan mahasiswa tahap profesi keperawatan. 2004.
Kesehatan; 2013. 18. Utami TW, Keliat BA, Gayatri D, Utami R.
2. Diatri, H., Evaluation of the Indonesia Bebas Peningkatan Kemampuan Keluarga Merawat Klien
Pasung Program. 3 Summit of the Movement for Gangguan Jiwa Melalui Kelompok Swabantu.
Global Mental Health, Bangkok, Thailand. Jurnal Keperawatan Indonesia. 2011 Mar
Available at: http://www.globalmentalhealth .org. 24;14(1):37-44.
293
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No. 8 Tahun 2016
294