Sei sulla pagina 1di 14

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR KOTA


PADANG

Desmawati Radjab & Hermawati Syarif


UNP Padang

Abstract

This article discusses and interpretes the findings of the study of the
implementation of English instruction at Elementary Schools of
Padang City. Through observation, questionnaire, informal interview,
and documentation, the data were collected from the sample of state
schools which offer English as the local subject. Using descriptive
analysis technique, it was found that the implementation of the English
instructional strategies did not truly follow the directions designed for
the elementary school students for the teachers did not have definitive
curriculum. Thus, the instruction was not much in a good track, that is
(1) oral language skills tended to be ignored; (2) the instruction for
three grades of the students (3, 4, and 5) was seen overlapped for they
used the same book as the only source of the teaching materials; (3)
the instructional assessment was conducted in all kinds, such as
process evaluation, port-folio, formative and summative test. However,
it was mostly on the written form, different from the objective of
English learning at the elementary schools; and (4) there were
problems faced in offering the subject, namely, the teachers were not
fully given the opportunity to improve their English, and the status of
English as local subject makes the subject ignored by the headmasters
of schools.
Keywords/ phrases: Instructional strategy, teaching materials, media,
assessment, teachers’ problems

A. PENDAHULUAN jurusan bahasa Inggris, telah diambil


alih oleh guru kelas yang tidak
Sudah hampir sepuluh tahun
pembelajaran bahasa Inggris dilaksana- memiliki latar belakang pendidikan
bahasa Inggris. Di kabupaten Solok,
kan di sekolah dasar (semenjak
lanjutan uji coba yang dilaksanakan
dicanangkannya muatan lokal bahasa
oleh Gebu Minang dengan program
Inggris oleh Dinas P & K Sumatera
kerjasama dengan jurusan Bahasa
Barat tahun 1997), dan telah berbagai
Inggris FBSS UNP Padang dan Pemda
bentuk uji coba dilakukan oleh lem-
Kabupaten Solok kurang membuahkan
baga - lembaga formal maupun swasta.
hasil yang diharapkan. Walaupun ada
Hal tersebut menunjukkan bahwa
kontrol dari tim yang ditugasi, mereka
masyarakat menerima dengan antusias
tidak dapat berbuat banyak karena
adanya mata pelajaran tersebut. Pada
tahun 2000, saat peneliti meninjau program tersebut semakin hari semakin
terabaikan dengan hilangnya satu per-
pelaksanaannya di kota Padang, peng-
ajar yang pada masa uji coba satu guru bahasa Inggris yang ditugas-
kan karena telah menjadi PNS tanpa
(sebelumnya) ditentukan dari lulusan

32
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

ada penggantinya yang disiapkan oleh Dengan sifat anak yang senang
Pemda setempat. Namun, lembaga- meniru (Tough, 1995), bahasa Inggris
lembaga tertentu, yang memiliki dana yang diajarkan dan yang didengarnya
untuk membayar guru bahasa Inggris, akan cepat dimengerti dan ditirunya.
terutama swasta, kelihatannya tetap Melalui proses peniruan, pengulangan
meneruskan program pemerintah ini dan pengucapan, anak-anak yang
dengan menggunakan tenaga honorer. sebenarnya lebih cepat mempelajari
Dari hasil peninjauan secara selintas, bahasa Inggris seperti mereka belajar
dengan penanganan yang serius, bahasa pertamanya mendapatkan
lembaga - lembaga tersebut ada yang model yang tidak benar dari guru yang
membuahkan hasil yang baik, misal- tidak memenuhi syarat (unqualified).
nya, SD Baiturrahmah dan DEK. Oleh sebab itu, sangat dikhawatirkan
Keadaan ini memperlihatkan kesen- apabila kualifikasi guru bahasa Inggris
jangan penanganan program tersebut yang mengajar masih diragukan akan
bagi kedua jenis lembaga, yakni berdampak jelek terhadap keterampilan
lembaga pemerintah dan lembaga berbahasa Inggris siswa.
swasta. Untuk guru yang mengajar
Fenomena di atas memperlihatkan bahasa asing (Inggris) kepada anak-
bahwa pada sekolah-sekolah dasar anak, Brown (1994: 91-93)
pemerintah, pengadaan guru bahasa menyarankan keterampilan khusus
Inggris yang seharusnya direkrut oleh yang didasarkan perkembangan anak
Diknas, diserahkan kepada sekolah. dan memilahnya atas lima kategori,
Sementara itu, setiap sekolah memiliki yakni (1) perkem-bangan intelektual
kebijakan dan kemampuan yang ber- anak-anak yang masih berada pada
beda sehingga kualifikasi guru yang tingkat intelektual concrete operations
direkrut juga berbeda. Ada sekolah (Piaget) memung-kinkan guru
yang merekrut guru yang berlatar menghindari penjelasan secara abstrak
belakang pendidikan bahasa Inggris, dan kaidah-kaidah yang kompleks; (2)
dan ada yang hanya mengandalkan Attention span ( jangka waktu
guru kelas yang hanya memiliki sedikit perhatian anak yang pendek)
kemampuan dan ketrampilan ber- mengharuskan guru dapat berimpro-
bahasa Inggris dari hasil pelatihan dan visasi untuk menvariasikan kegiatan
ada yang hanya sekedar mengisi pembelajaran; (3) Sensory Input
kekosongan saja. Penanganan seperti (kecenderungan anak-anak yang lebih
ini tentu akan berdampak negatif pada suka melihat dan mendengar) meng-
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah undang perhatian guru menciptakan
dasar. kegiatan yang sesuai yang lebih
Dari hasil monitoring terhadap menarik bagi murid; (4) faktor afektif:
hasil pelatihan bahasa Inggris guru- anak sangat sensitif, khususnya
guru SD kota Padang yang dilaksana- terhadap teman, egonya yang masih
kan oleh Syarif dkk. (2001) terdeteksi dalam proses pembentukan perlu
bahwa dari 20 orang guru kelas yang bantuan guru menghadapi hambatan
ditatar, hanya 9 orang yang mengajar- yang dihadapi dalam belajar; dan (5)
kan bahasa Inggris di kelas tempatnya dengan bahasa yang bermakna dan
mengajar. Walaupun memiliki kemau- otentik yang disukai anak, guru dapat
an yang kuat, karena kemampuan yang membangkitkan daya kreasi anaknya.
kurang, guru bermasalah dengan Oleh karena itu, pada per-
semua aspek pembelajaran yang di- mulaan belajar bahasa, suasana komu-
lihat, yakni materi ajar, strategi pembe- nikatif harus dikembangkan melalui
lajaran dan media yang digunakan. interaksi yang efektif agar mereka

33
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

dapat melatih keluwesan berbahasa benda-benda tiruan juga merupakan


(Rivers, 1987). Selama berinteraksi, media yang sangat menyenangkan
anak diharapkan dapat menyampaikan, baginya dalam belajar bahasa dan
menerima serta menginterpretasikan digunakan untuk menjelaskan kata
konsep dalam konteks berbahasa yang baru kepada murid.
(Brown, 1995). Berkaitan dengan bahan ajar,
Sesuai dengan pernyataan S. secara umum, Brown (1995) menge-
Savignon (1983) yakni: The most mukakan tiga cara bagi guru untuk
effective programs will be those that mempersiapkannya, yakni adopting,
involve learners in the experience of developing and adapting materials.
language as a network of relations Cara yang paling mudah bagi guru
between people, things and events., adalah adopting (mengadopsi), yakni
guru dapat mengintegrasikan beberapa menggunakan secara keseluruhan
metoda dan kegiatan kelas yang dapat bahan ajar yang sudah dibuat penulis
menunjang terjadinya komunikasi dan tertentu tanpa merubahnya. Cara ini
hubungan yang erat antarmurid dalam mudah, tapi mungkin kurang baik bila
proses pemerolehan pengalaman ber- bahan ajar tidak sesuai dengan
bahasa (Richard-Amato (1988:182). kurikulum yang digunakan guru. Cara
Sebagai teknik pengelolaan, coopera- lain adalah developing (membuat),
tive learning dianggap suatu teknik yakni guru meramu sendiri bahan
yang sangat efektif karena seorang ajarnya, berdasarkan referensi yang
murid dapat menolong murid lain dimilikinya. Cara ini baik, tapi hasil
dalam kelompok 4 atau 5 orang bahan ajarnya belum dapat dipertim-
sebagai usaha mencapai tujuan. bangkan. Cara berikutnya adalah
Hubungan yang menyenangkan antar adapting (menyesuaikan), yakni guru
murid ini merupakan salah satu mengambil referensi tertentu, menye-
pengelolaan pembelajaran yang baik. suaikannya dengan kurikulum, me-
Di samping hal yang telah nambah, mengurangi dan juga memo-
disebutkan, perlu diperhatikan bebe- difikasi sesuai dengan kebutuhan dan
rapa faktor lain. Di antaranya adalah kurikulum pelajaran tersebut.
variasi bahan pembelajaran untuk Untuk mempersiapkan bahan ajar,
menunjang kebetahan anak dalam guru seyogyanya memperhatikan cara
belajar bahasa. Permainan dengan ling- pemilihannya. Ada beberapa prinsip
kungan yang memungkinkan partisi- pemilihan bahan ajar untuk anak yang
pasi aktif semua murid juga sangat perlu dipertimbangkan, yakni keber-
menunjang (Jeftic, 1986). Berikutnya maknaan, keontentikan, keterinte-
adalah pemberian tugas (project) yang grasian, mengundang keaktifan siswa,
dapat mengembangkan keterampilan bervariasi and lucu (Sugeng, 2007).
psikomotorik dan keterbelakangan Materi akan bermakna apabila didasar-
berbahasa secara simultan Brown kan pada kebutuhan anak. Bahan ajar
(1995). Dan mengekpresikan suatu yang otentik merupakan bahan yang
kejadian dengan cerita yang bersifat diambil dari bahan yang digunakan
universal. dalam kehidupan sehari-hari. Penginte-
Di samping itu, penggunaan grasian empat keterampilan berbahasa
media yang tepat juga perlu menjadi melalui bahan yang dipilih dengan
perhatian guru. Karena dunia anak- bermacam - macam kegiatan yang
anak adalah dunia bermain, anak-anak menarik dan lucu mengundang keaktif-
akan lebih termotivasi bila dihadapkan an siswa. Prinsip-prinsip tersebut dapat
kepada situasi dan benda-benda nyata memenuhi kebutuhan anak sesuai
(real objects). Gambar-gambar dan

34
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

dengan tingkat perkembangan lingkah motivasi dan kemampuan anak dalam


lakunya. mempelajari bahasa asing tersebut di
Sebagai umpan balik, evaluasi suasana selanjutnya karena guru
terhadap pembelajaran juga harus merupakan figur yang sangat penting
dipertimbangkan. Dalam hal ini, teknik bagi kehidupan belajarnya seperti
dan jenis assessment merupakan hal diungkapkan Harmer.
yang perlu diperhatikan. Beberapa Kesenjangan yang terbaca dari
teknik assessment yang disarankan fenomena pembelajaran bahasa Inggris
oleh para ahli pembelajaran bahasa di sekolah Dasar dengan teori yang
untuk penilaian anak-anak sebagai menyangkut dengan kemampuan ber-
pengukuran kemampuan, kemajuan bahasa anak usia dini, dalam artikel ini
belajar, dan prestasi murid adalah dianalisis secara empiris pelaksanaan
Nonverbal Response, Oral Interview pembelajaran bahasa Inggris di SD
(wawancara) dan Role-Play (Bermain kota Padang 8 tahun setelah pelatihan
Peran). Sementara itu, jenis assessment diberikan. Perhatian utama ditujukan
yang mungkin dilaksanakan adalah pada empat permasalahan pengetahuan
self-assessment, peer-assessment, dan yang sangat krusial dalam pembelaja-
portfolio-assessment. ran bahasa Inggris di SD kota Padang,
Shabaan (2005) menekankan yakni strategi pembelajaran, bahan
pentingnya formative assessment dari- ajar, evaluasi pembelajaran yang di-
pada summative assessment terutama gunakan, dan permasalahan yang
dalam communicative language teach- dihadapi oleh guru-guru bahasa
ing (CLT) dengan penggunaan catatan Inggris.
dskriptif perkembangan siswa dalam
pembelajaran. Dengan demikian, B. METODE PENELITIAN
assessment memberikan umpan balik Dengan teknik cluster random,
kepada murid untuk dapat menumbuh- sampel diambil dan diacak dari lima
kembangkan motivasi belajar mereka kecamatan (Padang Utara, Padang
dan juga merupakan umpan balik bagi Barat, Padang Timur, dan Padang
guru untuk meningkatkan proses Selatan, Koto Tangah), 14% dari total
pembelajaran. populasi, yakni 14 sekolah yang
Kemampuan guru yang memadai masing-masingnya hanya memiliki 1
dalam menggunakan bahasa asing orang guru bahasa Inggris (lebih dari
yang diajarkan merupakan syarat 10% yang dikemukakan Gay, 1989).
mutlak bagi kesuksesan program yang sekaligus menjadi subjek
pengajaran. Menurut Nunan (1981) penelitian. Dari masing-masing keca-
dan Harmer (2002), dari sekian banyak matan dipilih secara acak 2 sekolah
kemampuan yang harus dimiliki guru (masing-masing dua orang guru),
dalam mengajarkan bahasa, kemam- kecuali dari kecamatan Koto Tangah
puan dalam menggunakan bahasa hanya 2 sekolah (masing-masing 1
tersebut menjadi prasyarat yang tidak orang guru).
dapat ditangguhkan. Dengan kemam- Data penelitian dikumpulkan
puan ini, didukung oleh pengalaman melalui observasi yang ditunjang
dan keterampilan mengajarnya, guru dengan wawancara informal (inter-
dapat melaksanakan tugasnya dengan view); pengumpulan dokumen, seperti
baik untuk mencapai tujuan pengajaran bahan ajar, RPP (rancangan program
yang diharapkan. Keberhasilan guru pengajaran) kalau ada, lembaran ujian;
mengajar di kelas pemula, terutama di dan kuesioner. Ini dilakukan dengan
tingkat sekolah dasar, memberikan memasukkan empat aspek utama,
pengaruh yang sangat positif terhadap yakni strategi pembelajaran, bahan

35
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

ajar, penilaian pembelajaran, dan diharapkan dapat menjawab per-


kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru tanyaan-pertanyaan dalam rumusan
dalam proses pembelajaran. Selain masalah.
observasi, untuk menemukan kesulitan
guru digunakan angket dan wawan- C. HASIL DAN PEMBAHASAN
cara. Data dari hasil pengamatan
Data yang terkumpul dari hasil teknik pembelajaran bahasa Inggris
observasi, wawancara, dan PRP terhadap 7 buah sekolah yang
dianalisis dengan teknik deskriptif. direpresentasikan oleh kegiatan tujuh
Data ditabulasikan, dipersentasekan, orang guru bahasa Inggris di kota
dan kemudian dideskripsikan secara Padang, dapat dilihat pada tabel 1
analitis dan interpretatif. Hasilnya berikut.

Tabel 1. Teknik Pembelajaran dan Keterpaduan Keterampilan Bahasa


dengan Unsur Bahasa

Jumlah Sekolah/Guru
No Kriteria (%)
TT 1 2 3 4
1. Kegiatan pendahuluan sesuai dengan pengalaman
murid melalui action dan tanya jawab. 29 43 28
2. Penyajian pelajaran dilaksanakan secara efektif dengan
kegiatan ulangan dan menyenangkan. 43 29 28
3. Contoh-contoh digunakan secara efektif dengan media
yang tepat guna. 29 43 28
4. Guru menyediakan waktu yang cukup bagi murid
untuk merespon stimulus yag diberikan. 57 43
5. Guru berusaha membatasi penggunaan bahasa pertama. 43 29 28
6. Guru memberikan perhatian pada unsur bahasa dan
penggunaan bahasa yang sama dengan latihan 71 29
pengulangan.
7. Unsur bahasa dijelaskan secara induktif saat
melatihkan keterampilan bahasa tertentu dengan 43 29 28
mengundang murid menyatakan pengalaman.
8. Tujuan-tujuan yang direncanakan terlihat jelas. 28 43 29
9. Kegiatan simulasi digunakan dalam pengenalan dan
latihan berbahasa. 43 29 28
10. Latihan-latihan dilakukan dan disajikan secara efektif
dengan megintegrasikan listening dan speaking dan 71 29
sebaliknya.
11. Kerampilan reading dan writing juga dilakukan secara 43 57
terintegrasi.
Catatan: T/T = tidak terlaksana, 1= kurang, 2= cukup baik, 3= baik,
4 = paling baik

Dari 11 kriteria yang dijabarkan pada ada guru yang tidak melaksanakan
tabel 1, secara umum teknik pembe- sesuai dengan kriteria yang diminta (9
lajaran dan keterpaduan ketrampilan kriteria dari 11 yang diberikan terisi
bahasa dengan unsur bahasa kurang dengan ketidakterlaksanaan). Persen-
terlaksana dengan baik, bahkan masih tase jawaban lebih banyak berada pada

36
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

kolom ketidakterlaksanaan dan kurang hanya pada 4 kriteria (12, 13, 19, dan
terlaksana, rata-rata kira-kira pada taraf 20) yang masih belum terlaksana,
50%. Hanya kira-kira 29% yang namun jumlah guru yang tidak
melaksanakan dengan cukup baik, melaksanakan kriteria tersebut cukup
yang terlihat pada kolom 2. Namun, banyak, yakni sekitar 64%. Dan
masih ditemukan guru yang secara sebagian besar kriteria (7 kriteria)
maksimal efektif menyajikan pelaja- menunjukkan kurang terlaksana. Guru
ran, serta menyediakan waktu bagi lebih menikmati cara mereka menjelas-
murid untuk merespon stimulus walau- kan pelajaran tanpa memikirkan rambu
pun dalam jumlah yang sedikit. Pada -rambu yang seharusnya dilaksanakan.
kriteria ke 4, 57% guru terlihat cukup Ini dilakukan oleh kira-kira 55% guru.
baik dalam menyediakan waktu bagi Kegiatan pembelajaran masih didomi-
murid untuk merespon stimulus yang nasi guru (75%), dan hanya dua orang
diberikan. guru yang menunjukkan interaksi yang
Selanjutnya, tingkat usaha guru baik. Data ini diperparah lagi dengan
untuk melibatkan murid dalam hasil jawaban kuesioner yang terpantau
pembelajaran dapat dilihat pada tabel bahwa kendatipun PRP wajib dibuat
2. Walaupun masih rendah, pada (jawaban dari 83% guru) dan 17%
tingkat keterlibatan murid (tabel 2) menyatakan tidak wajib, masih ada
terlihat sedikit perbedaan dengan data 40% dari guru tidak membuat PRP.
tabel 1. Kalau pada tabel 1, tingkat Mereka cenderung mengikuti urutan
ketidakterlaksanaan terlihat pada ham- penyajian buku teks, dan 60% dari
pir semua kriteria, pada tabel 2 ini, guru menyusun PRP per pertemuan.

Tabel 2. Tingkat keterlibatan murid dalam pembelajaran bahasa Inggris

No Kriteria Jumlah Sekolah/Guru


(%)
TT 1 2 3 4
12. Kegiatan kelas lebih menunjukkan interaksi dan
mengadakan kontak dengan murid. 71 29
13. Kegiatan murid divariasikan, yakni individual,
berpasangan dan kelompok. 71 29
14. Respon verbal murid dipancing secara efekti 71 29

15. Guru berkeliling mengontrol interaksi dan kontak 43


dengan murid. 57
16. Guru menjawab pertanyaan dengan bijaksana dan
dapat memuaskan murid. 29 71

17. Kegiatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan


dan tingkat kemampuan murid. 71 29
18. Guru menggunakan penjelasan yang tepat agar murid
berbicara secara alamiah dalam waktu yang panjang. 71 29
19. Guru merancang kegiatan-kegiatan berkomunikasi
dalam bahasa Inggris bagi murid. 43 57
20. Guru membuat sebagian besar murid terlibat dalam
kegiatan kelas yang bervariasi seperti permainan atau 71 29
nyanyi.
Catatan: T/T = tidak terlaksana, 1= kurang, 2= cukup baik, 3= baik,
4 = paling baik.

37
Kriteria untuk melihat kesesuaian tidakterlaksanaan (kira-kira 53%). Dan
media dan materi ajar dalam pembe- 32% kurang terlihat pelaksanaannya.
lajaran direpresentasikan melalui tabel Dengan kata lain, sebagian besar besar
3. Sama dengan keadaan yang ada kriteria tidak terpenuhi oleh guru
pada tabel-tabel sebelumnya, ketidak- dalam mensinerjikan media dengan
terlaksanaan kriteria yang dipersyarat- bahan ajar dalam pembelajaran. Dalam
kan tergambar pada semua item yang menjelaskan concrete nouns, sebagian
diberikan pada tingkat kesesuaian guru menerjemahkan ke dalam bahasa
media dengan materi ajar. Persentase Indonesia ketimbang menggunakan
yang terbanyak tedapat pada kelompok media.

Tabel 3. Tingkat Kesesuaian Media dan Materi Ajar


Jumlah Sekolah/Guru
No Kriteria (%)
TT 1 2 3 4
21. Materi pengajaran dijelaskan dengan cara yang dapat
dipahami murid dan menggunakan media yang tepat. 43 29 28
22. Untuk mengajarkan concrete nouns, guru
menggunakan real objects sebagai media. 43 28 29
23. Guru menggunakan realia sebagai media pembelajaran
bila real object tidak praktis untuk memperkenalkan 71 29
concrete nouns.
24. Untuk memperkenakan action verbs , guru bertindak 71 29
sebagai model untuk membantu murid memahaminya.
25. Nyanyian digunakan sebagai media dalam
memperkenalkan dan melatihkan materi ajar. 57 14 29
Catatan: T/T = tidak terlaksana, 1= kurang, 2= cukup baik, 3= baik, 4 = paling baik.

Ada tiga hal yang diamati dalam melalui tabel 4, 5 dan 6. Deskripsi
penggunaan bahan ajar, yang masing- pemilihan bahan ajar dapat dilihat pada
masing deskripsinya direpresentasikan tabel 4 berikut.

Tabel 4. Pemilihan Bahan Ajar

Jumlah Sekolah/Guru
No Kriteria (%)

TT 1 2 3 4
26. Guru meramu bahan ajar dari beberapa sumber
yang disesuaikan dengan topik pembelajaran 43 43 14
dalam kurikulum.

27. Guru tidak menggunakan sumber bahan tertentu, 71 14 15


tetapi menentukan sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat kemampuan murid.
Catatan: T/T = tidak terlaksana, 1= kurang, 2= cukup baik, 3= baik,
4 = paling baik

38
Tabel 4 menunjukkan bahwa bangkan kurikulum dan menggunakan
kriteria pemilihan bahan atau materi bebrapa sumber bahan.
ajar kurang terpenuhi atau bahkan Senada dengan hasil pengamat-
cenderung tidak terpenuhi. Lima orang an yang dilakukan, dari hasil kuesioner
guru (71%) menggunakan sumber yang disebar, terlihat bahwa pada
bahan tertentu yang sesuai dengan umumnya, guru memilih sub-topik
keinginannya dan kelihatannya juga berdasarkan pada ketersediaan materi
sesuai dengan keinginan murid. Guru dan ketertarikan guru pada topik
hanya menggunakan salah satu buku (95%), dan hanya 5% yang memilih
sumber untuk keseluruhan pelajaran sesuai dengan kedekatan topik dengan
tanpa menghiraukan kurikulum. Hanya pengetahuan murid.
satu (14%) guru yang dapat melak- Selanjutnya, kesesuaian urutan
sanakan cukup baik dalam memilih peyajian materi dapat dilihat pada tabel
bahan ajar, yakni cukup mempertim- 5 berikut.

Tabel 5. Tingkat Kesesuaian Urutan Materi dengan Kemampuan Murid

No Kriteria Jumlah Sekolah/Guru


(%)
TT 1 2 3 4
28. Materi yang disajikan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. 57 43
29. Materi disajikan dari hal-hal yang dekat dengan
lingkungan murid sampai ke yang lebih jauh, 71 29
30. Materi disajikan sesuai dengan tingkat
kemampuan murid. 71 29
31. Materi disajikan dari yang paling mudah ke yang
relatif sulit. 71 29
32. Materi disajikan dari hal-hal yang konkrit ke hal-
hal yang lebih abstrak. 43 57

Catatan: T/T = tidak terlaksana, 1= kurang, 2= cukup baik, 3= baik,


4 = paling baik.

Pada tabel 5 terlihat bahwa pada terlaksanaan. Hanya kira-kira 33% dari
umumnya guru kurang dapat menye- guru yang cukup baik dalam meme-
suaikan urutan penyajian materi nuhi kriteria kesesuaian materi dengan
dengan kemampuan murid. Persentase tingkat kemampuan murid.
keterlaksanaan terfokus pada kolom Pengembangan bahan ajar yang
kedua, yang mengindikasikan kurang memperlihatkan tingkat kreatifitas
terlaksana. Bahkan kriteria 32 masih guru, dapat dilihat dari tabel 6 berikut.
ada 43% yang menunjukkan ketidak-

39
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

Tabel 6. Pengembangan Bahan Ajar


No Kriteria Jumlah Sekolah/Guru
(%)
TT 1 2 3 4
33. Ada keseimbangan materi dan variasi kegiatan
latihan selama pelajaran berlangsung. 43 29 28
34. Guru mengembangkan bahan ajar dengan
memberikan tugas-tugas, baik individual, 43 57
berpasangan, maupun kelompok.
Catatan: T/T = tidak terlaksana, 1= kurang, 2= cukup baik, 3= baik sekali,
4 = paling baik.

Hasil pengamatan yang digambarkan Keterlaksanaannya tersebar pada


pada tabel 6 ini memperlihatkan empat kolom pertama. Terlihat bahwa
bahwa, 43% guru tidak menunjukkan kriteria memberikan penilaian pada
kreatifitasnya baik dalam memper- setiap aktivitas murid selama pembe-
hitungkan keseimbangan materi dan lajaran bervariasi. Kira-kira 36% guru
variasi kegiatan yang diberikan mau- memperlihatkan melaksanakan ke 8
pun dalam mengembangkan bahan ajar kriteria yang diiberikan dengan cukup
melalui tugas-tugas. baik. Ada 5 kriteria yang tidak
Kriteria evaluasi ketercapaian tersentuh/ kurang tersentuh, yakni peer
pembelajaran mencakup penilaian evaluation, pengukuhan atas hasil kerja
portofolio sederhana, evaluasi harian, kelompok, pemajangan hasil tugas
formatif dan sumatif murid baik secara murid, di dinding kelas, pencatatan
lisan maupun tulisan yang terinden- kemajuan murid, serta penilaian respon
tifikasi dalam tabel 7. Berdasarkan murid dalam kegiatan berpasangan.
tabel 7, secara umum, guru telah Untuk penilaian pada setiap aktifitas
melaksanakan evaluasi pembelajaran murid, respon stimulus serta respons
walaupun penilaian yang sesuai verbal yang diberikan, serta ujian
dengan kriteria yang dikehendaki matching dan filling in, telah
belum dapat terlihat sepenuhnya. dilaksanakan dengan baik.

Tabel 7. Evaluasi Ketercapaian Pembelajaran


Jumlah Sekolah/Guru
No Kriteria (%)
TT 1 2 3 4
35 Guru memberikan penilaian pada setiap 14 43 43
aktivitas murid selama pembelajaran.
36 Guru memberikan kesempatan kepada 29 43 28
murid untuk menilai hasil karya kelompok
lain.
37 Guru memberikan pengukuhan atas hasil 28 43 29
belajar terhadap karya kelompok.
38 Guru mengumpulkan semua hasil tugas 28 43 29
murid untuk dipajang di dinding kelas.
39 Semua kemajuan murid pada setiap kali 28 29 43
tatap muka dicatat.

40
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

40 Guru menilai respon murid berupa gerakan 28 43 29


terhadap instruksi yang diminta guru
melalui kegiatan yang direncanakan secara
sembunyi (Oral Test).
41 Guru menilai respon stimulus dan respon 28 43 29
verbal murid melalui kegiatan berpasangan/
dan atau kelompok.
42 Guru menilai ujian tulis melalui matching 43 57
dan atau filling in dengan menggunakan
media gambar.
Catatan: T/T = tidak terlaksana, 1 = kurang, 2 = cukup baik, 3 = baik, 4
= paling baik

Dari hasil kuesioner yang disebarkan sesuai dengan teori pembelajaran yang
kepada guru-guru bahasa Inggris, sesuai dengan kurikulum berbasis
dalam proses pembelajaran, kesulitan kompetensi. Pada teknik pembelajaran,
mendasar yang dihadapinya adalah misalnya, 50% guru kurang mempe-
meminta murid melakukan instruksi dulikan rambu-rambu dalam pembe-
dalam bahasa Inggris, yakni 80%. lajaran, seperti mulai dari tujuan
Sementara itu, 20% dari guru menya- pembelajaran, kegiatan pendahuluan,
takan bahwa mereka menghadapi penjelasan, pelatihan, dan evaluasi.
kesulitan untuk memberikan model Prinsip penggunaan pengalaman murid
dalam memperkenalkan kosakata baru. untuk pengenalan topik terlihat kurang
Dalam mempersiapkan materi ajar, baik. Guru bahasa Inggris cenderung
90% guru menyatakan kesulitan dalam tidak melaksanakan kegiatan pendahu-
memvariasikan bahan yang telah luan sesuai dengan pengalaman murid
dipilih.Selanjutnya, 50% guru menya- seperti melalui action atau tanya
takan kurang percaya diri untuk jawab. Hal ini mengimplikasikan
mengekspresikan sesuatu dalam bahasa bahwa guru kurang berusaha memo-
Inggris yang tepat, sedangkan 50% tivasi dan menarik perhatian murid dari
tidak memberikan jawaban (abstain). pengalaman mereka sendiri. Sebagai
Untuk mengevaluasi kemajuan murid, akibatnya murid pada puncak kegiatan
60% dari guru menyatakan kurang pembelajaran tidak dapat memahami
paham untuk menentukan jenis tes dan menggunakan pengetahuan mereka
yang cocok dengan tujuan pembe- dalam menjawab pertanyaan atau
lajaran, dan 40 % menyatakan kurang berdiskusi. Seyogyanya guru melaku-
mampu mengaplikasikan tes lisan yang kan kegiatan pendahuluan (pre-
telah dipersiapkan. Kendala lain adalah activity) dalam pembelajaran untuk
ketidaksiapan sekolah dalam melak- membawa murid ke komunikasi yang
sanakan mata pelajaran bahasa Inggris sesuai dengan alamnya sehingga
sebagai mata pelajaran muatan lokal tercipta lingkungan bahasa yang
(73%) dan 27% tidak memberikan kondusif (lihat Ellis, 1988).
jawaban. Guru cenderung mempergunakan
Tiga unsur yang dideskripsikan bahasa Indonesia untuk menjelaskan
dalam strategi pembelajaran bahasa unsur bahasa dan ketrampilan
Inggris, yakni teknik pembelajaran dan berbahasa, menerjemahkan setiap kata
keterpaduan keterampilan bahasa dan struktur yang diajarkan. Tidak
dengan unsur bahasa mengindikasikan tergambar keterintegrasian keterampil-
bahwa guru kurang melaksanakannya an berbahasa (Listening, Speaking,

41
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

Reading, dan Writing). Antara pembe- Walaupun demikian, masih ada


lajaran unsur dan keterampilan bahasa guru yang secara baik melaksanakan
seakan-akan dijadikan dua hal yang kegiatan tersebut. Hal ini terutama
terpisah. Padahal unsur bahasa, seperti dimungkinkan oleh perbedaan profe-
structure dan vocabulary merupakan sionalitas guru. Guru yang mempunyai
komponen pembangun keterampilan profesionalitas rendah cenderung
berbahasa tersebut. Di samping itu, mengalami kendala untuk menciptakan
simulasi dalam pengenalan dan latihan teknik pembelajaran yang tepat.
menggunakan bahasa masih belum Sementara itu, guru yang memiliki
terlihat secara menyeluruh. Pengu- profesionalitas yang tinggi lebih
langan secara komunikatif dalam lati- mudah menentukan teknik untuk
han berbahasa merupakan hal yang membuat murid belajar dengan baik.
sangat diperlukan oleh anak-anak (lihat Ini se jalan dengan yang dikemukakan
Brumfit,1995) karena hasil akhir pem- Houston (1988) bahwa guru yang
belajaran yang diharapkan adalah profesional memiliki kemampuan yang
keterampilan murid dalam mengguna- efektif dalam menentukan kegiatan
kan bahasa secara sederhana. Namun dengan murid-muridnya dengan cara-
demikian, masih ada guru memper- cara yang bervariasi.
lihatkan kemampuannya yang cukup Selanjutnya, dalam menggunakan
baik dalam menggunakan bahasa bahan ajar, pada dasarnya, guru belum
Inggris dan guru yang menggunakan melakukan sesuai dengan yang di-
bahasa Inggris dalam pembelajaran sarankan oleh kurikulum. Guru meng-
walaupun masih kurang bagus. gunakan buku tertentu dan mengikuti
Tingkat keterlibatan murid pembelajaran sesuai dengan urutan
yang kurang baik cenderung disebab- yang terdapat dalam buku tersebut.
kan oleh pendominasian kegiatan kelas Dan urutan penyajian materi pun pada
oleh guru.Kegiatan yang dilakukan umumnya kurang disesuaikan dengan
kurang bervariasi untuk membuat kemampuan murid dan tujuan
kegairahan murid dalam berkomuni- pembelajaran yang ingin dicapai. Di
kasi. Pengontrolan interaksi dan kontak samping itu, dalam hal pengembangan
dengan murid kurang dilaksanakan. bahan ajar, berdasarkan pengamatan,
Guru kurang dapat menciptakan 50% guru tidak memperlihatkan kese-
komunikasi dua atau multiarah dalam imbangan materi dengan variasi
kelas. Selanjutnya, untuk mensinerji- kegiatan. Guru kurang dapat men-
kan penggunaan media dengan bahan gembangkan materi selama pembe-
ajar dalam pembelajaran juga kurang lajaran berlansung, seperti memberikan
terpenuhi oleh guru. Dalam menjelas- tugas-tugas yang mungkin cocok
kan concrete nouns, sebagian guru dengan situasi saat itu.
menerjemahkan ke dalam bahasa Guru seharusnya meramu bahan
Indonesia ketimbang menggunakan ajar dari beberapa sumber yang
media. Seyogyanya guru memperhati- disesuaikan dengan topik pembelajaran
kan perkembangan murid pada umur di dalam kurikulum dan memodifikasi
sekolah dasar. Kegiatan dengan meng- sesuai dengan kebutuhan (Brown,
gunakan media yang bervariasi dan 1995). Untuk mempersiapkan bahan
cocok dengan perkembangan murid ajar, guru seyogyanya memper-
merupakan hal yang patut diper- timbangkan prinsip kebermaknaan,
timbangkan oleh guru dalam mengajar keontentikan, keterintegrasian, meng-
bahasa asing (lihat Pantaleon dan undang keaktifan siswa, bervariasi and
Brumfit,1995). lucu (Sugeng, 2007).

42
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

Variasi bahan pengajaran yang sebagai anak yang masih mem-


diberikan juga menunjang kebetahan butuhkan kemampuan lisan, seyog-
anak dalam belajar bahasa. Guru yanya guru lebih mementingkan tes
dituntut dapat menyusun materi sede- lisan yang cenderung dapat melihat
mikian rupa sehingga setiap pertemuan komunikasi aktif murid. Ini dapat
terlihat perkembangan. Misalnya, hari dipahami karena pada dasarnya, guru
pertama guru memberikan materi yang bahasa Inggris di SD masih memiliki
dititik-beratkan kepada kosakata, hari kemampuan yang kurang dalam
berikutnya percakapan, dan seterusnya. keterampilan berbahasa Inggris lisan.
Untuk memperkenalkan atau menutup Terakhir adalah kendala yang
materi pelajaran guru dapat meleng- dihadapi. Pada umumnya, kendala
kapi kegiatan dengan permainan atau yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris
nyanyian. Dengan materi yang ber- berhubungan dengan kemampuannya
variasi dapat menghilangkan kebo- yang kurang dalam mengelola pembe-
sanan mereka dalam belajar. lajaran, mulai dari proses merencana-
Pada evaluasi ketercapaian pembe- kan pembelajaran sampai pada pelak-
lajaran, guru cukup baik dalam sanaan. Dengan demikian, kepercayaan
mencatat kemajuan siswa secara rutin dirinya menjadi berkurang dalam
selama proses pembelajaran walaupun memberikan model untuk memper-
belum setiap tatap muka. Hal ini kenalkan kosakata baru; mengeks-
sedikit telah mendekati yang disaran- presikan sesuatu dalam bahasa Inggris
kan oleh Brown bahwa dalam pende- yang tepat; kurang mampu mengapli-
katan komunikatif, guru seyogyanya kasikan tes lisan yang telah dipersiap-
melakukan penilaian proses pembe- kan; dan ketidaksiapan sekolah dalam
lajaran dan pencatatan secara berkelan- melaksanakan mata pelajaran bahasa
jutan kemajuan siswa dengan port- Inggris sebagai mata pelajaran muatan
folio assessment. lokal.
Di samping penilaian guru ter- Hasil interviu informal terhadap
hadap murid, seyogyanya guru juga guru menggambarkan bahwa keadaan
dapat memberikan kesempatan kepada ini terjadi terutama dimungkinkan oleh
murid untuk menilai hasil karya kekurangseriusan pihak terkait dalam
kelompok lain. Tapi hal ini berjalan menangani pembelajaran bahasa
kurang baik. Murid tidak ikut terlibat Inggris. Baik sekolah maupun guru
dalam penilaian. Peer-assessment merasa kurang memiliki tanggung
salah satu cara penilaian yang bagus di jawab untuk keberhasilan pembe-
mana murid dapat bekerja kelompok, lajaran karena mata pelajaran bahasa
kemudian hasil kerja mereka dinilai Inggris di sekolah dasar hanya merupa-
oleh kelompok lain dengan komentar kan muatan lokal dan tidak diujikan
yang membangun terhadap hasil kerja secara nasional. Di samping itu, guru
temannya di bawah bimbingan guru. bahasa Inggris di SD merupakan guru-
Ini tidak terlaksana mungkin disebab- guru muda yang masih belum memiliki
kan oleh kebiasaan guru yang kurang pengalaman banyak untuk mengelola
memberi kesempatan kepada murid pembelajaran.
untuk menilai temannya sendiri karena
dirasa kurang populer. D. SIMPULAN DAN SARAN
Walaupun secara umum guru telah Secara umum, strategi pembe-
melaksanakan evaluasi, mereka lebih lajaran yang dilakukan oleh guru
memilih memberikan tes tertulis bahasa Inggris di SD kota Padang
daripada tes lisan. Pada hal untuk kurang terlaksana dengan baik.
bahasa Inggris di sekolah dasar, Pembelajaran kurang komunikatif dan

43
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

kurang mengacu pada tujuan pembe- nai strategi belajar-mengajar di SD


lajaran. Di samping itu guru lebih dengan membaca jurnal dan berhu-
mengutamakan language usage ketim- bungan langsung dengan Jurusan
bang language use. Sebagian besar Bahasa Inggris UNP sebagai lembaga
guru di SD tidak memiliki kurikulum keguruan (teaching clinic). Diharap-
bahasa Inggris, sehingga pengajaran kan UNP dan Diknas meningkatkan
bahasa Inggris kurang terarah. Dan kerjasama dalam melakasanakan pena-
yang tidak kalah pentingnya adalah taran-penataran pengajaran bahasa
kurang sekali menggunakan media Inggris untuk meningkatkan penge-
dalam pembelajaran. tahuan guru-guru bahasa Inggris SD.
Karena tidak adanya kurikulum Selanjutnya, Diknas sebagai lembaga
yang definitif sebagai pedoman, lebih yang merekrut guru, memberi prioritas
banyak terjadi tumpang tindih antara dalam recruitment guru-guru bahasa
bahan ajar yang diberikan untuk kelas Inggris di SD sehingga tidak terjadi
3, 4, dan 5. Sebagian guru meng- pergantian guru yang berkelanjutan.
gunakan urutan buku yang dipakai,
sebagian menentukan sendiri dan
sebagian mengikuti LKS. DAFTAR PUSTAKA
Evaluasi yang diberikan guru
kurang sesuai dengan tujuan pembe- Allwright, Dick dan Kathleen M.
lajaran bahasa Inggris di sekolah dasar. Buley. 1991. Focus on the
Kurang terlihat penilaian proses. Language Classroom.
Bentuk tes formatif yang diberikan Cambridge: Cup.
juga tidak bervariasi. Guru kurang
memperlihatkan kegiatan peer evalua- Amir, Zainuddin. dkk. 1997.
tion. Tidak terlihat kesempatan yang Pelaksanaan Pengajaran
diberikan kepada murid saling menilai Bahasa Inggris di Skolah
pekerjaan temannya. Ujian yang Dasar Kota Madya Padang:
diberikan kebanyakan tertulis bukan Suatu Kaji Tindak tentang
ujian lisan. Pengajaran Bahasa Inggris
Kendala-kendala juga dihadapi sebagai Muatan Lokal di
dalam pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Laporan
SD kota Padang. Karena kemampuan Penelitian. Padang: IKIP
berbahasa Inggris yang kurang, guru
menemui kesulitan untuk merancang Brown, H. Douglas.1994. Teaching by
cara mengajar yang sesuai dan Principles: An Interactive
membuat tes yang cocok bagi murid. Approach to Language
Di samping itu, untuk memperoleh Pedagogy. New Jersey: Pren
bahan ajar, sekolah kurang menfasili- Inc.
tasinya. Bertukar-tukarnya guru bahasa
Inggris di sekolah karena tidak ada Brown, H. Douglas. 2004. Language
pengangkatan guru bahasa Inggris juga Assessment: Principles and
menjadi kendala. Guru kurang meng- Classroom Practices. New
gunakan atau diberikan kesempatan York: Pearson Education.
untuk mengikuti pelatihan bahasa Brown, James Dean.1995. The
Inggris. Elements of Language
Berdasarkan simpulan hasil temu- Curriculum: A Systematic
an, disarankan agar guru-guru bahasa Approach to Program
Inggris di SD selalu mengembangkan Development. Boston: Heinle
pengetahuan dan keterampilan menge- & Heinle Publishers.

44
Lingua Didaktika Volume 3 No. 1 Tahun 3, Desember 2009

Cambridge. Cambridge
Brumfit, Christhoper, Moon, Jayne University Press.
dan Tongue, Ray (eds.). 1994.
Teaching English to Children: Nunan, David. 1991. Language
from practice to principles. Teaching Methodology: A Text
China: Thomas Nelson and Book for Teachers. Nnew
Sons, Ltd. York: Prentice Hall
International Ltd.
Clark, John. 1990. ”Teaching Children:
Is it Difficult?” JET. October. Richard, Jack. 2001. Curriculum
Development in Language
Harmer, Jeremy. 2002. The Practice of Teaching. Cambridge:
English Language Teaching. Cambridge University Press.
New York: Longman.
Rixon, Shelagh. 1992. “State of the art
Haycraft, John. 1984. An Introduction article.” Language Teaching.
to English Language Teaching. Vol.25 no. 2. April.
Singapore: Longman Group
Ltd. Shaaban, K. 2005. “Assessment of
Young Learners”. English
Holden, William R. 1996. “Warms– Teaching Forum. No. 41, hal.
Up, Works-Outs, and Win- 34-40.
Downs Vocabulary Practice.”
English Teaching Forum. Vol Shumin, Kang. 1997. “Factors to
34. No.3. Consider Developing Adult
EFL Students’ Speaking
Houston, W. Robert, Renēe Tipton Ability.” English Teaching
Clift, H. Jerome Freiberg, and Forum. Vol. 35. No.3
Allen R. Warner. 1988. Touch
the Future : Teach! Houston: Tannenbaun, J.A. 2005. “Assessment
West Publishing Company. of Young Learners”. English
Teaching Forum. No.41. hal.
Krashen, Stephen. D. 1983. Principles
in Second Language Tomlinson, Brian dan Masuhara,
Acquisition. London: A Hitomi. 2004. Developing
Wheaten & Co. Ltd. Language Course Materials.
Singapore: Regional Language
Linse, Carolyne T. 2005. Practical Centre.
English Language Teaching:
Young Learners. New York: Uberman, Agnieszka. 1998. “The Use
MacGraw Hill Companies, Inc. of Games for Vocabulary
Presentation and Revision”.
Littlewood, William. 1983. English Teaching Forum.
Communicative Language Vol.36. No.1
Teaching: An Introduction.

45

Potrebbero piacerti anche