Sei sulla pagina 1di 9

Vol 2 No. 1.

April 2016 ISSN 2442-9511

PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAERAH IRIGASI WADUK


BATUJAI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Siska Adekantari
Fakultas teknik Prodi Teknik Sipil Universitas samawa,sumbawa besar NTB
Siskaadekantari99@gmail.com

Abstract;
The research area is the Batujai Reservoir which is located in Central Lombok Regency and
has eight irrigation areas and the area of agricultural land irrigated ± 8000 Ha spread in three
Sub-Districts namely West Praya District, Southwest Praya District and Jonggat District. The
purpose of this study is to identify how much available water resources exist in the irrigation
area of the Batujai Reservoir. This study is a quantitative descriptive study in which data
collection is done in two ways, namely: institutional survey and field survey. Calculation of
water availability uses runoff data generated from calculations using the Thoronthwaite-
Mether method and the discharge data obtained from the Batujai reservoir water observation
office. The results showed that the water availability of the irrigation area of the Batujai
Reservoir based on the Thronthwaite-Mather method obtained the total yield of reservoir
water in one year, namely 64,734,620 m3. While the results of the calculation of reservoir
water availability use secondary data on total reservoir water in one year amounting to
18,796,203 m3. The balance between the availability of reservoir water using both the
Thronthwaite-Mather method and the observed discharge data with irrigation water needs, the
excess water is more than the lack of water, this means that the rice-rice-secondary cropping
pattern for the research area is still applicable and to obtain high yields of rice production, the
cropping pattern must be adjusted to the availability of available water.

Keywords: Batujai Reservoir, Thronthwaite-Mather, Water Availability, Planting Pattern

Abstrak;

Daerah penelitian adalah Waduk Batujai yang terdapat di Kabupaten Lombok Tengah dan
memiliki delapan daerah irigasi dan luas lahan pertanian yang diairi ±8000 Ha tersebar di tiga
Kecamatan yaitu Kecamatan Praya Barat, Kecamatan Praya Barat Daya dan Kecamatan
Jonggat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi seberapa besar ketersedian
sumberdaya air yang ada di daerah irigasi Waduk Batujai. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif yang pengumpulan datanya dilakukan dengan dua cara yaitu: survei
instansional dan survei lapangan. Perhitungan ketersediaan air menggunakan data runoff
yang dihasilkan dari perhitungan dengan menggunakan metode Thoronthwaite-Mether dan
data debit yang di dapatkan dari kantor pengamatan air waduk Batujai. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketersediaan air daerah irigasi Waduk Batujai berdasarkan metode
Thronthwaite-Mather diperoleh hasil total air waduk dalam satu tahun yaitu 64.734.620 m3.
Sedangkan hasil perhitungan ketersediaan air waduk menggunakan data sekunder total air
waduk dalam satu tahun sebesar 18.796.203 m3. Perimbangan antara ketersediaan air waduk
baik yang menggunakan metode Thronthwaite-Mather maupun data debit hasil pengamatan
dengan kebutuhan air irigasi, kelebihan air lebih banyak dibandingkan dengan kekurangan air
hal ini berarti bahwa pola tanam padi – padi – palawija untuk daerah penelitian masih bisa
Vol 2 No. 1. April 2016 ISSN 2442-9511

diterapkan dan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi maka pola tanam harus
disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada.

Kata kunci : Waduk Batujai, Thronthwaite-Mather, Ketersediaan Air, Pola Tanam.

PENDAHULUAN ketersediaan debit air yang ada.


Menurunnya debit air disebabkan oleh
Kepulauan Indonesia terdiri dari kehilangan sumber air karena terjadinya
sekitar 17.508 pulau dan sekitar 6.000 kerusakan wilayah DAS, sedimentasi di
merupakan pulau yang berpenghuni bendungan dan embung yang tinggi telah
wilayah laut seluas 3 juta km2 dengan total menurunkan kemampuan bendungan dan
panjang garis pantai sekitar 84.000 km. embung untuk menampung air permukaan,
dan penggunaan air yang multi fungsi
Indonesia mempunyai potensi untuk industri air minum kemasan dan air
sumber daya air yang berlimpah dengan bersih untuk kebutuhan rumah tangga.
total sekitar 3900 miliar mᶟ per tahun yang
tersebar di 7956 sungai dan 521 danau.
Persediaan air di Indonesia hingga 6% dari Salah satu upaya pemenuhan
persediaan air dunia.Air merupakan salah Kebutuhan air di kabupaten Lombok
satu kebutuhan pokok bagi makhluk hidup Tengah telah ditempuh melalui
agar dapat mempertahankan hidupnya
pembangunan waduk. Salah satu waduk
perlu kita ketahui bahwa PSDA ini tidak
bisa terlepas dari sumber daya alam yang ada di Kabupaten Lombok Tengah
lainnya. Pengembangan sumber daya air adalah waduk Batujai yang berlokasi di
sendiri pada saat ini hanya 20% dari kecamatan Praya Barat, memiliki kapasitas
jumlah yang ada. Kita dapat melihat tampung 25 juta m3 yang dimanfaatkan
pengembangannya dari pemanfaatan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi
waduk, irigasi, air baku, pengendalian kebutuhan domestik, kebutuhan pertanian,
banjir dan sebagainya. Ini yang kita
dan peternakan. Dengan semakin
anggap sebagai kebutuhan aliran air.
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
. Fungsi air bagi kehidupan tidak air sejalan dengan perkembangan jumlah
dapat digantikan oleh komponen lain. Saat penduduk dan peningkatan aktifitas
ini kebutuhan air untuk mendukung ekonomi masyarakat, maka diperlukan
kebutuhan hidup terasa semakin suatu usaha pengembangan dan
meningkat seiring dengan meningkatnya pengelolaan sumberdaya air yang
jumlah penduduk dan berbagai
berkelanjutan yang lebih efektif dan
kebutuhannya.sumberdaya air saat ini
mulai terbatas, baik dari segi kualitas mampu mengatasi ketidakseimbangan
maupun kuantitasnya. Ketersediaan antara ketersedian air yang cenderung
sumberdaya air merupakan salah satu menurun dan kebutuhan air yang
kebutuhan terpenting yang dapat cenderung meningkat.
mempengaruhi kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat dimanapun Sektor pertanian di Kabupaten
berada. Lombok Tengah sangat bergantung pada
ketersedian sumberdaya air, sehingga
Kondisi sekarang ini Kabupaten
penurunan sumberdaya air secara langsung
Lombok Tengah mengalami defisit air
yaitu suatu keadaan dimana kebutuhan berdampak pada aktivitas perekonomian
akan air irigasi lebih besar dari masyarakat Lombok Tengah. Produktivitas
Vol 2 No. 1. April 2016 ISSN 2442-9511

pertanian pada lahan tadah hujan lebih TUJUAN PENELITIAN


rendah dibandingkan dengan sawah irigasi.
Produksi padi pada sawah irigasi sebesar 5 1. menganalisis perimbangan
ton per hektar sedangkan produksi padi di ketersediaan dan kebutuhan air
lahan tadah hujan hanya sebesar 2-3 ton
baik untuk saat ini maupun di masa
per hektar. Kondisi ini menggambarkan
lahan pertanian di Kabupaten Lombok mendatang
Tengah lebih bergantung pada sumber- 2. mengelolah dan mengembangkkan
sumber air dibandingkan dengan air hujan.
SDA daerah irigasi waduk batujai
Kekurangan sumber air di wilayah
pertanian merupakan penyebab utama kabupaten lombok tengah
kegagalan panen pertanian terutama 3. pengelolaan sumberdaya air
tanaman padi. Pada tahun 2007, sekitar berkelanjutan yang lebih efektif
3000 ha tanaman padi di Kabupaten
Lombok Tengah terancam gagal panen dan mengatasi kebutuhan
akibat kekurangan air. Pasokan air dari penduduk akan ketersedian air
sejumlah mata air yang ada di Lombok
Tengah hanya mampu memenuhi 40
persen dari total kebutuhan (BAPPEDA METODE PENELITIAN
Provinsi NTB, 2009).

Perimbangan antara ketersediaan


Penelitian dilakukan di Kabupaten
air waduk baik yang menggunakan metode
Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara
Thronthwaite-Mather maupun data debit
Barat. Yang menjadi lokasi penelitian
hasil pengamatan dengan kebutuhan air
adalah Waduk Batujai yang termasuk
irigasi, kelebihan air lebih banyak
dalam Sub DAS Mangkung yaitu sawah-
dibandingkan dengan kekurangan air hal
sawah yang air irigasinya berasal dari
ini berarti bahwa pola tanam padi – padi –
Waduk Batujai. Pengumpulan data
palawija untuk daerah penelitian masih
dilakukan dengan survey instansional dan
bisa diterapkan namun tidak bisa dirubah
survei lapangan. Survei instansional
ke pola tanam padi-padi-padi atau ke pola
dilakukan untuk mendapatkan data
tanam yang lain karena ketersediaan airnya
sekunder meliputi data curah hujan, suhu
belum cukup untuk menerapkan pola
udara dan debit sungai, tekstur tanah,
tanam padi-padi-padi atau pola tanam yang
penggunaan lahan dan data hasil produksi
lainnya. Dan untuk mendapatkan hasil
padi. Dan survei lapangan dilakukan untuk
produksi padi yang tinggi maka pola
mengambil data primer dan cek lapangan.
tanam harus disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada. Untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan, penelitian yang dilakukan
Vol 2 No. 1. April 2016 ISSN 2442-9511

menggunakan dua analisis, yaitu: Analisis pada bulan Oktober sebesar 127.180 m3.
Sedangkan hasil perhitungan ketersediaan
kuantitatif digunakan untuk mengetahui air waduk menggunakan data sekunder total
besarnya nilai potensi air sungai, potensi air waduk dalam satu tahun sebesar
18.796.203 m3.Volume terendah pada bulan
Juni sebesar -2.672.372 m3 dan tertinggi
pada bulan November sebesar 5.370.092 m3.
Tabel 1. Ketersediaan Air Waduk
Bulanan dengan Metode Thronthwaite-

air hujan dan besarnya nilai neraca air


dengan menggunakan metode Thornwaite-
Mather serta mengetahui pola tanam
tanaman pertanian di daerah irigasi waduk Mather Tahun 1997-2010
Batujai dan analisis deskriptif yaitu dengan
menggunakan grafik dan tabel untuk Dari Tabel 1 tersebut dapat diketahui nilai
menjelaskan kondisi ketersediaan atau ketersediaan air waduk perbulan dari tahun
1997 – 2010, dimana volume waduk
potensi sumberdaya air di daerah irigasi tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu
Waduk Batujai. sebesar 15.007.240 m3, sedangkan volume
waduk terendah terjadi pada bulan Oktober
dan November sebesar 127.180 m3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Ketersediaan Air
dari hasil perhitungan volume atau
Hasil penelitiaan menunjukkan
ketersediaan air waduk menggunakan data
bahwa ketersediaan Sumberdaya Air daerah
irigasi Waduk Batujai berdasarkan metode debit air yang masuk (In flow) dengan
Thronthwaite-Mather diperoleh hasil total
air waduk dalam satu tahun yaitu 64.734.620 debit air yang keluar dari waduk (Out
m3. Volume Waduk tertinggi pada bulan flow), ada empat bulan yang nilainya
Maret sebesar 15.007.240 m3 dan terendah
Vol 2 No. 1. April 2016 ISSN 2442-9511

negatif dimana bulan-bulan tersebut dengan besarnya volume air waduk yang
mengalami kekurangan air karena curah ditentukan dengan dua perhitungan yaitu
hujan yang kurang dan air yang keluar dari perhitungan dengan nilai runoff metode
waduk lebih besar dari pada air yang Thronthwaite-Mather dan dengan data
masuk ke waduk. debit yang didapatkan dari stasiun
pengamatan air Waduk Batujai. Untuk
Volume air tertinggi terjadi pada
besarnya kebutuhan air seluruh daerah
bulan Februari yaitu sebesar 5.370.092
irigasi (PWR) didasarkan dengan pola
m3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tanam padi – padi – palawija seperti pada
Tabel 8.

Tabel 8. Total Kebutuhan Air Daerah


Irigasi Pola Tanam Padi-Padi-Palawija Tahun
1997-2010

Tabel 2.

Optimalisasi Antara Ketersediaan Air


Permukaan dan Kebutuhan Air Irigasi
Untuk Peningkatan Produksi Padi
Daerah Irigasi Waduk Batujai

Optimalisasi yang dimaksud adalah upaya


untuk mengoptimalkan hasil pertanian
padi dengan melihat ketersediaan air
dengan kebutuhan air. Besarnya
ketersediaan air permukaan dinyatakan
Vol 2 No. 1. April 2016 ISSN 2442-9511

Besarnya nilai imbangan antara bertepatan dengan musim kemarau. Pada


ketersediaan air waduk menggunakan masa tanam I juga ada yang bernilai
metode Thronthwaite-Mather dengan negatif yaitu pada bulan November II,
kebutuhan air irigasi daerah penelitian dimana pada bulan tersebut utuk tanaman
dapat dilihat Tabel 9. padi masih memerlukan air yang banayak
karena merupakan awal tanam pada masa
Tabel 9. Imbangan antara Ketersedian Air tanam I.
Waduk Metode Thronthwaite- Mather
dengan Kebutuhan Air Irigasi Daerah ketersediaan air waduk dari data
Penelitian. hasil pengamatan (sekunder) mengalami
kekurangan pada bulan Juni, Juli, Agustus
dan September yaitu pada bulan-bulan
musim kemarau dimana curah hujan juga
sangat kecil. Dan bulan yang mengalami
kekurangan paling besar adalah bulan Juni
sebesar - 38.380 liter/detik. Besarnya
imbangan antara ketersediaan air waduk
dari data hasil pengamatan dengan
kebutuhan air irigasi

Imbangan antara ketersedian air


waduk metode Thronthwaite-Mather
dengan kebutuhan air irigasi daerah
penelitian dengan pola tanam padi – padi
– palawija mengalami kekurangan atau
bernilai negatif pada saat musim tanam III
yaitu terjadi pada bulan Agustus I-II,
September II dan Oktober I dan
Vol 2 No. 1. April 2016 ISSN 2442-9511

Dari hasil perimbangan antara


ketersediaan air waduk baik yang
Tabel 10. Imbangan Antara menggunakan metode Thronthwaite-
Ketersediaan Air Waduk dengan Data Mather maupun data debit hasil
Debit Hasil Pengamatan dan Kebutuhan pengamatan dengan kebutuhan air irigasi,
Air Irigasi Daerah Penelitian. kelebihan air lebih banyak dibandingkan
dengan kekurangan air hal ini berarti
bahwa pola tanam padi – padi – palawija
untuk daerah penelitian masih bisa
diterapkan namun tidak bisa dirubah ke
pola tanam padi-padi-padi atau ke pola
tanam yang lain karena ketersediaan
airnya belum cukup untuk menerapkan
pola tanam padi-padi-padi atau pola
tanam yang lainnya. Dan untuk
mendapatkan hasil produksi padi yang
tinggi maka pola tanam harus disesuaikan
dengan ketersediaan air yang ada.

Hambatan Serta Permasalahan


Sumber Daya Air Di Lombok Tengah

Bahaya penurunan ketersediaan air

diindikasikan dengan kondisi neraca

sumber daya air yang telah deficit.

Penurunan kualitas air berkorelasi dengan

peningkatan jumlah penduduk, aktivitas

pertanian dan industri.

Permasalahan atau isu strategis


sumber daya air adalah :

a) Penurunan jumlah mata air yang


sangat drastis;
b) Semakin meluasnya lahan kritis
baik di dalam maupun di luar
kawasan hutan;
c) Semakin meluasnya kawasan
terbangun yang mengancam
kelangsungan sumber mata air
Vol 2 No. 1. April 2016 ISSN 2442-9511

akibat peningkatan kegiatan bulan Juni sebesar -2.672.372 m3 dan


pembangunan; tertinggi pada bulan November sebesar
5.370.092 m3.
d) Ancaman terjadi krisis air akibat 2. Perimbangan antara ketersediaan air
peningkatan kebutuhan akan air; waduk baik yang menggunakan metode
e) Lebih dominannya upaya Thronthwaite-Mather maupun data debit
hasil pengamatan dengan kebutuhan air
pendayagunaan daripada
irigasi, kelebihan air lebih banyak
konservasi. dibandingkan dengan kekurangan air hal
ini berarti bahwa pola tanam padi – padi –
Solusi Menanggulangi Masalah
palawija untuk daerah penelitian masih
Sumber Daya Air bisa diterapkan namun tidak bisa dirubah
ke pola tanam padi-padi-padi atau ke pola
beberapa usaha yang bisa dilakukan oleh
tanam yang lain karena ketersediaan
masyarakat dalam menanggulangi airnya belum cukup untuk menerapkan
masalah sumber daya air, yakni : pola tanam padi-padi-padi atau pola
tanam yang lainnya. Dan untuk
(1) melakukan penghijauan serta mendapatkan hasil produksi padi yang
pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) tinggi maka pola tanam harus disesuaikan
untuk mengurangi intensitas dan volume dengan ketersediaan air yang ada.
erosi
DAFTAR PUSTAKA
(2) menjaga kelangsungan ketersediaan
air dengan tidak merusak atau Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan
Air. Penerbit IPB. Bogor
mengeksploitasi sumber mata air
Asdak, C., 2007. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gadjah
(3) mengurangi intensitas limbah rumah
Mada University Press. Yogyakarta.
tangga Astuti A. J. D., 2008. Evaluasi Tingkat
Kekritisan Air dan Kerusakan Lingkungan
(4) pembuatan sanitasi yang baik agar di Daerah Aliran Sungai Serang Kabupaten
sumber air lain tidak ikut tercemar. Kulon Progo Yogyakarta. Tesis. Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
KESIMPULAN Yogyakarta.
BAPPEDA, 2009. Pola Pengelolaan
Berdasarkan hasil penelitian dan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Pulau
pembahasan yang telah diuraikan Lombok. BAPPEDA Provinsi NTB.
sebelumnya maka dapat diambil Mataram.
kesimpulan bahwa: Barmawi dan Hatmoko, 2010.
1. Ketersediaan Sumberdaya Air daerah Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu.
irigasi Waduk Batujai berdasarkan Pusat Litbang Sumber Daya Air:
metode Thronthwaite-Mather diperoleh Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
hasil total air waduk dalam satu tahun BPS, 2010. Lombok Tengah dalam Angka.
yaitu 64.734.620 m3. Volume Waduk BAPPEDA Kabupaten Lombok Tengah.
tertinggi pada bulan Maret sebesar Praya.
15.007.240 m3 dan terendah pada bulan Kemitraan Penyelamatan Air. www.
Oktober sebesar 127.180 m3. Sedangkan kimpraswil.go.id (4 april 2007).
hasil perhitungan ketersediaan air waduk Kijne, J.W., 1073. Determining
Evapotranspiration. International Institute
menggunakan data sekunder total air
for Land Reclamation and Improvement,
waduk dalam satu tahun sebesar
Wageningen.
18.796.203 m3.Volume terendah pada
Vol 2 No. 1. April 2016 ISSN 2442-9511

Kodoatie dan Sjarief R., 2010. Pengelolaan


Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Kodoatie, R.J., Suharyanto, Sri S. dan
Sutarto, E., 2002. Pengelolaan Sumberdaya
Air dalam Otonomi Daerah. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Kung, P., 1971. Irrigation Agronomy in
Monsoon Asia. Foot and Agriculture
Organization of the United Nations. Rome.
Thornthwaite C.W., Mather J.R., 1957.
Instruction and Tables for Computing
Potential Evapotranspiration and The
Water Balance, Publication in Climatology,
Volume X, Number 3, Certerton, New
Jersey.
Tjasjono, 1999. Klimatologi Umum.
Penerbit ITB. Bandung.
Triatmodjo, B., 2008. Hidrologi Terapan.
Beta Offset: Yogyakarta.
Widodo, 2002. Studi Kebutuhan Air untuk
Tanaman Padi dari Air Irigasi Waduk
Pondok Ngawi. Skripsi. Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Zhi, M., 2001. Water Efficient Irrigation
and Environmentally Sustainable Irrigated
Rice Production in China.
http://www.icid.org/wat_mao.pdf.
https://www.slideshare.net/thariesanmuht
ar/masalah-air-dan-solusi

Potrebbero piacerti anche