Sei sulla pagina 1di 12

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KEPATUHAN MINUM OBAT

TERHADAP PERUBAHAN GEJALA HALUSINASI PADA KLIEN


SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Prof.Dr.M ILDREM PROVSU MEDAN

Jek Amidos Pardede & Rini Andriyani Siregar


Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan

ABSTRACT
Schizophrenia is a chronic mental illness that affects the brain and cause impaired thinking, perceptions,
emotions, movement and strange behavior. The problem is getting higher Schizophrenia is characterized by
positive symptoms and negative. And of the symptoms of schizophrenia are often encountered are
hallucinations. Hallucination is a state of a person experiencing a change in the pattern and amount of
stimulation initiated internally or externally to any stimulation. Treatment for hallucinations take a long time. In
general, patient behavior is difficult to be directed hallucinations. They tend to be inexpensive bored and lazy to
do taking medication is the degree to which patients follow the advice of the treating physician. Quasi
Experiment study design pre-post test. Total population in this study 323 patients were identified based on the
estimate (approximate) so that the number of samples of 20 patients with 10% droop out so that the sample to
18 patients and a total sample of 18 patients. The results using Paired T-Test (Test T dependent) that shows
health education adherence to changing client hallucinations in schizophrenia symptoms (0.009) .This means
that there is an influence of health education adherence to changing client hallucinations in schizophrenia
symptoms. The study recommends to the Regional Mental Hospital nurse Prof.Dr.MuhammadIldremProvsu
Medan to provide health education to patients or families of patients.

Keywords: health education, medication adherence, symptoms of hallucinations,


Schizophrenia

ABSTRAK
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronis yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan
pikiran,persepsi,emosi,gerakan dan perilaku yang aneh. Masalah Skizofrenia sudah semakin tinggi ditandai
dengan gejala-gejala positif maupun negatif. Dan dari gejala skizofrenia yang sering dijumpai adalah Halusinasi.
Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola dan jumlah stimulasi yang
diprakarsai secara internal atau eksternal terhadap setiap stimulasi.. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 12
Februari sampai dengan tanggal 18 Juli 2015. Tujuan Umum dilakukan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien
skizofrenia. Dan Tujuan Khusus penelitiannya untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat sebelum
pemberian pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien
skizofrenia. Desain penelitian Quasi Experimen pre-post test. Jumlah populasi dalam penelitian ini 323 pasien
ditentukan berdasarkan estimasi(perkiraan) sehingga jumlah sampel 20 pasien dengan droop out 10% sehingga
sampelnya menjadi 18 pasien dan total sampel 18 pasien. Hasil penelitian dengan menggunakan uji Paired T-
Test (uji T dependen) yang menunjukkan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan
gejala halusinasi pada klien skizofrenia (0,009).Hal ini berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan kepatuhan
minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia. Penelitian ini merekomendasikan
kepada perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien atau keluarga dari pasien.

Kata kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan minum obat, gejala halusinasi,


Skizofrenia

1
Pendahuluan

Kesehatan Jiwa merupakan keadaan diri perasaan ambivalen, perasaan konstriksi


yang mampu bertanggung jawab, adanya atau tidak sesuai dan hilangnya empati
kesadaran diri, tidak kuatir dengan apapun, kepada orang lain yang berupa menarik
dapat mengatasi ketegangan sehari-hari, diri, regresif atau aneh (Shander, 1994
diterima dalam suatu kelompok serta dalam Dongoes, 2007) dan Rhoads (2011)
berfungsi dengan baik dimasyarakat yang juga mengatakan bahwa skizofrenia
pada umumnya puas dengan kehidupannya merupakan penyakit kronis, parah dan
(Shivers, 2012). melumpuhkan, gangguan otak yang
ditandai dengan pikiran kacau, waham,
Menurut data yang didapat oleh WHO halusinasi dan perilaku aneh atau
(2009) diperkirakan 450 juta orang katatonik.
diseluruh dunia mengalami gangguan jiwa,
sekitar 10% orang dewasa akan mengalami Prevalensi skizofrenia yang cukup tinggi
gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk bukan hanya didunia dan perilaku yang
diperkirakan akan mengalami gangguan muncul pada klien skizofrenia antara lain:
jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. motivasi kurang sebesar 81% isolasi sosial
Gangguan jiwa mencapai 13% dari sebesar 72% , perilaku makan dan tidur
penyakit secara keseluruhan dan yang buruk sebesar 72%, sukar
kemungkinan akan berkembang menjadi menyelesaikan tugas sebesar 72%, sukar
25% ditahun 2030.Gangguan jiwa tersebut mengatur keuangan sebesar 72%,
berhubungan dengan bunuh diri setiap penampilan yang tidak rapi/bersih 64%
tahunnya akibat gangguan jiwa, hingga lupa melakukan sesuatu sebesar 64%
sekarang penanganan penderita gangguan kurang perhatian pada orang lain sebesar
jiwa belum memuaskan sehingga terjadi 56% sering bertengkar sebesar 47% bicara
peningkatan seperti yang terlihat diatas, pada diri sendiri 41% tidak teratur minum
sesuai dari data yang telah dipaparkan obat sebesar 40% (Pardede, Keliat, &
bahwa gangguan jiwa berat yang Wardani, 2013).
mempunyai prevalensi paling tinggi adalah
skizofrenia. Berdasarkan simptom dan paparan di atas
menunjukkan bahwa pada skizofrenia
Skizofrenia menggambarkan suatu kondisi banyak ditemukan masalah-masalah
psikotik yang kadang-kadang ditandai keperawatan diantaranya waham,
dengan apatis, tidak mempunyai hasrat, halusinasi, resiko perilaku kekerasan dan
sosial, afek tumpul, dan alogia yang dapat harga diri rendah (Keliat, 2006). Masalah
mengalami gangguan dalam pikiran, skizofrenia sudah semakin tinggi sesuai
persepsi dan perilaku yang dengan prevalensi yang telah disebutkan
dimenifestasikan pada gangguan bentuk diatas baik didunia maupun di Indonesia,
konsep yang sewaktu-waktu dapat sehingga perawat juga ikut adil dalam
mengarah ke salah mengartikan kenyataan, merawat pasien skizofrenia berdasarkan
delusi dan halusinasi. Perubahan dalam asuhan keperawatan yang sudah

2
ditetapkan, klien skizofrenia 70% mencakup factor penyakit yang
mengalami halusinasi (Stuart, 2009) . Hal mempengaruhi ketidak patuhan minum
ini juga didukung oleh fontaine (2009) obat sebanyak 81 orang (81,2%) tidak
menyatakan halusinasi dengar merupakan patuh, faktor regimen terapi yang
gejala skizofrenia yang paling sering mempengaruhi ketidak patuhan minum
dijumpai yang mencakup 50% - 80% dari obat sebanyak 73 orang (73,7%) tidak
keseluruhan halusinasi. patuh, dan faktor interaksi klien dengan
professional kesehatan yang
Halusinasi merupakan keadaan seseorang memepengaruhi ketidak patuhan minum
mengalami perubahan dalam pola dan obat sebanyak 58 orang (58,6%) tidak
jumlah stimulasi yang diprakarsai secara patuh. Kesimpulannya bahwa tingginya
internal atau eksternal disekitar dengan angka ketidak patuhan minum obat pasien
pengurangan berlebihan, distorsi, atau skizofrenia akan mengalami kekambuhan
kelainan berespon terhadap setiap dan harus dirawat kembali di rumah sakit
stimulasi (Townsend, 2009) dan halusinasi untuk mendapatkan pengobatan ataupun
juga merupakan perubahan dalam jumlah perawatan.
dan pola dari stimulasi yang diterima dan
disertai dengan penurunan berlebihan Kekambuhan sebagai akibat dari regimen
distorsi atau kerusakan respon beberapa teraupetik tidak efektif dapat lebih parah
stimulasi (NANDA, 2009). Halusinasi dan bahaya dari pada klien gangguan
juga merupakan persepsi yang salah atau awitan awal (Weiden, 2007 dalam
palsu tetapi tidak ada rangsangan yang wardani, 2009)dan banyak alasan
menimbulkannya (tidak ada objeknya). pengobatan antara lain: (1) Kesulitan
Halusinasi muncul sebagai suatu proses mengingat kapan dan apakah obat sudah
panjang yang berkaitan dengan diminum. (2) Kesulitan memenuhi jadwal
kepribadian seseorang.Karena rutin minum obat.(3) Memutuskan untuk
itu,halusinasi dipengaruhi oleh mengurangi dosis obat tanpa anjuran dari
pengalaman psikologis seseorang dokter. (4) Menghentikan pengobatan
(Baihalqi, 2007).Kebanyakan klien yang karena merasa pengobatan sudah tidak
mengalami halusinasi sering tidak patuh diperlukan. Kegagalan dalam minum obat
dengan terapi minum obat secara teratur sesuai program adalah alasan paling sering
sehingga dapatmemicu terjadinya dalam kekambuhan sehingga kembalilagi
kekambuhan pada klien itu sendiri. masuk kerumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan maupun perawatan.
Kekambuhan merupakan keadaan penyakit
setelah berada pada periode pemulihan Oleh sebab itu, berdasarkan pendekatan
yang disebabkan 3 faktor yaitu: aspek psikososial, dalam pemberian treatment,
obat, aspek klien, aspek keluarga terapi media atau biologis tidak dapat
(Wardani, Hamdani dan Wiarsih, 2009) berdiri sendiri. Salah satu cara agar dapat
dan hasil penelitian Siahaan dan Wardani patuh minum obat dengan memberikan
(2012) menyatakan bahwa faktor-faktor pendidikan kesehatan kepada pasien juga
yang mempengaruhi ketidak patuhan keluarga agar dapat mengerti pentingnya
minum obat klien halusinasi yang minumobat (Saputra & Hidayat, 2010).
mengalami kekambuhan/ relaps yang Dan klien juga harus dimotivasi dan

3
yakinkan pada klien dengan patuh minum dan dirawat inap sebanyak 2006 atau
obat klien akan cepat sembuh dan 96.9% sehingga peneliti tertarik untuk
terhindar dari kekambuhan penyakitnya melakukan penelitian pada klien halusinasi
dan dapat meneruskan pengobatan itu dengan melakukan pendidikan kesehatan
dengan benar tanpa pengawasan kepatuhan minum obat terhadap penurunan
(Purnamasari et al, 2013). gejala halusinasi pada klien skizofrenia.

Pendidikan kesehatan merupakan bagian Berdasarkan hasil studi terdahulu yang


dari promosi kesehatan yaitu suatu dilakukan oleh peneliti kepada salah satu
prosesuntuk meningkatkan kemampuan perawat Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu
masyarakat dalam memelihara dan Medan mengatakan bahwa masih banyak
meningkatkan kesehatan dan tidak hanya pasien halusinasi yang tidakpatuh minum
mengkaitkan diri pada peningkatan atau obat dan masih ada yang mengalami
memperbaiki lingkungan (baik secara fisik kekambuhan. Peneliti juga menanyakan
maupun non fisisk) dalam rangka kepada perawat tentang Pendidikan
memelihara dan meningkatkankesehatan kesehatann apa saja yang dilakukan
mereka (Notomodjo, 2007). Pendidikan kepada pasien halusinasi,perawat
kesehatan merupakan proses perubahan mananggapinya dengan mengatakan tidak
pada diri seseorang yang di hubungkan pernah melakukan pendidikan kesehatan
dengan pencapaian tujuan kesehatan kepada pasiennya, tapi perawathanya
individu dan masyarakat. Pendidikan menasehati pasien agar rajin untuk minum
kesehatan tentang halusinasi sangat obat.
penting diberikan kepada pasien dan
keluarga.Pendidikan kesehatan merupakan Dari hasil pertanyataan perawat tersebut
kombinasi pengalaman dasar yang peneliti mempunyai asumsi bahwa
direncanakan untuk belajar teoritis yang pendidikan kesehatan tentang kepatuhan
menyediakan kesempatanbagi individu, minum obat juga dapat mempengaruhi
kelompok dan masyarakat untuk menerima pasien halusinasi tidak patuh dalamminum
informasi dan keahlian yang diperlukan obat.Maka peneliti tertarik untuk
dalam mengambil keputusan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
kesehatan (Pardede, Edelman & Mandle, Pendidikan kesehatan Terhadap kepatuhan
2013) juga dapat didefenisikan sebagai minum obat pada pasien halusinasi.
kombinasi pengalaman belajar yang
direncanakan untuk memfasilitasi tindakan Metode Penelitian
kondusif untuk kesehatan.
Penelitian ini menggunakan metode
Hasil survey yang didapat penulis dari Penelitian yaitu quasi Experimental pre-
Medikal Record tahun 2014 di Rumah post test dengan intervensi pendidikan
Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem kesehatan kepatuhan minum obat.
Daerah Provsu Medanpada bulan Januari Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
sampai Desember bahwa pasien gangguan Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah
jiwa sebanyak 2070 orang dan 13.065 Provsu Medan. Populasi penelitian ini
orang mengalami skizofrenia, pasien yang adalah Pasien Halusinasi yang dirawat
rawat jalan sebanyak 11.059 atau 77.1% inap dan sampel yang digunakan dalam

4
penelitian ini adalah Purposiv sampling kriteria dan bersedia menjadi responden.
dengan jumlah sampel 18 responden. Penelitian memberikan penjelasan kepada
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini responden tentang penelitian yang
adalah: Klien dengan masalah utama dilakukan, tujuan penelitian, dan mengisi
halusinasi,Tidak sedang dalam mengalami informed consent bagi responden yang
halusinasi, Mampu berbahasa Indonesia, bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
Memiliki kemampuan baca tulis yang Kepada responden diingatkan untuk
baik,Mau bekerja sama dan Kriteria mengisi semua pertanyaan yang ada, dan
ekslusi : Tidak bersedia menjadi respon. setelah di isi dikembalikan kepada peneliti
Penelitian ini menggunakan instrumen saat itu juga. Selanjutnya data di
berupa kuesioner. kumpulkan dan di lakukan pengolahan
data dengan menggunakan program
Prosedur pengumpulan data dalam komputer. Analisa data terdiri dari :
penelitian ini dilakukan dengan cara Analisa Univariat dan analisa Bivariat.
setelah mendapatkan izin dari ketua Dalam Penelitian ini mendapat izin dari
Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Direktur Rumah Sakit Jiwa
Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu
Indonesia. Selanjutnya peneliti mendatangi Medan untuk melakukan penelitian di
responden penelitian yang memenuhi Ruangan rawat inap.

Hasil Penelitian

Variabel Mean St.D Std.E P


Kepatuhan minum obat Sebelum dilakukan 1.71 .470 .114
pendidikan kesehatan
.053
Kepatuhan minum obat sesudah dilakukan 1.35 .493 .119
pendidikan kesehatan

Gejala Halusinasi Mean St. D Std. E p


Kognitif 7.50 3.240 .764 .195
Afektif 7.11 1.491 .351 .794
Perilaku 6.89 3.027 .713 .219
Sosial 6.78 2.756 .650 .027
Komposit 28.28 10.514 2478 1232

Gejala Halusinasi Mean St. D Std. E p


Kognitif 5.89 1.641 .387 .164
Afektif 5.89 1.491 .351 .033
Perilaku 5.17 1.886 .445 .275
Sosial 5.89 1.568 .369 .974
Komposit 22.84 6.586 .1552 1446

Gejala Mean Mean Mean St. Devisiasi P


Halusinasi Sebelum Sesudah Selisih

5
Kognitif 7.50 5.89 .1.611 2.852 .028
Afektif 7.11 5.89 .1.222 3.154 .119
Perilaku 6.89 5.17 .1.722 3.006 .026
Sosial 6.78 5.89 .889 3.270 .265
Komposit 28.07 22.84 5.444 12.282 .438

Pendidikan Kesehatan Mean St.Devi St.Err 95%CI upper T Df Sig.


asi or Lower 2Taile
d
Kepatuhan Minum Obat sebelum dan .353 .493 .119 .606 .100 2.954 16 0.009
sesudah dilakukan penkes
Kognitif sebelum dan sesudah 1.611 2.852 .672 .193 3.029 2.397 17 .028
dilakukan penkes
Afektif sebelum dan sesudah 1.222 3.154 .743 -.346 2.791 1.644 17 .119
dilakukan penkes
Perilaku sebelum dan sesudah 1.722 3.006 .709 .227 3.217 2.431 17 .026
dilakukan penkes
Sosial sebelum & sesudah dilakukan .889 3.270 .771 .737 2.515 1.153 17 .265
penkes

Pembahasan

a. Kepatuhan Minum Obat Pasien


Halusinasi Sebelum Diberikan
Pendidikan Kesehatan
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa dilakukan oleh Saputra & Hudayat (2010)
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan
kepatuhan minum obat masih banyak klien untuk dapat patuh minum obat dengan
yang berada di Rumah Sakit Jiwa Daerah memberikan pendidikan kesehatankepada
Provsu medan yang tidak patuh untuk pasein dan keluarga agar dapat mengerti
minum obat sehingga klien sering kali pentingnya minum obat. Dan didukung oleh
mengalami kekambuhan. Menurut teori penelitian yang dilakukan Purnamasari
yang dikemukakan oleh Wardani (2009) (2013) bahwa klien perlu mendapatkan
bahwa banyak hal yang membuat klien tidak motivasi yang positif dan yakinkan pada
patuh untuk minum obat salah satunya, sulit klien dengan patuh minum obat klien akan
untuk mengingat kapan minum obat dan cepat sembuh dan terhindar dari
apakah sudah minum obat, kesulitan kekambuhan. Menurut asumsi peneliti
bahwa sangat penting dukungan keluarga
Memenuhi jadwal rutin minum obat, bagi klien karna dapat membantu klien
kemudian memutuskan sendiri untuk dalam membangun kepercayaan untuk dapat
mengurangi dosis obat. Penelitian yang

6
sembuh dari penyakitnya, tanpa dukungan sehingga mencegah kekambuhan lagi pada
keluarga klien tidak dapat berbuat apa-apa. klien halusinasi.

Penelitian ini mendapatkan hasil yang Penelitian lain juga memberikan terapi
meningkat setelah diberikan pendidikan keperawatan pada klien skizofrenia dengan
kesehatan kepatuhan minum obat,dimana masalah halusinasi dengan menurunkan
terjadi peningkatan rata-rata skor berarti gejala seperti yang dilakukan Wahyuni
membuktikan terjadi penurunan gejala (2010) mengajarkan untuk mengubah
padaresponden skizofrenia dengan keyakinan terhadap pikiran yang tidak
halusinasi di Rumah sakit jiwa Daerah rasional dan pernyataan negative tentang
Provinsi Sumatra Utara Medan. Menurut dirinya sendiri kearah yang lebih positif atau
Teori Pendidikan Kepatuhan Minum Obat, rasional sehingga perilaku yang timbul
dimana pendidikan kepatuhan minum obat menjadi lebih baik. Hayes (2005)
membantu klien untuk lebih mampu untuk menegaskan bahwa pendidikan kesehatan
patuh minum obat dan mengajarkan klien klien untuk tidak menghindari tujuan
untuk tidak berhenti minum obat dan hidupnya atau mampu menerima dan
mencengah kekambuhan pada klien berkomitmen terhadap dirinya sehingga
halusinasi dan didukung juga menurut mampu mengatasi masalahnya, hal ini
Skiner(1938,dalam Notoatmodjo,2007) didukung oleh Stuart (2009) yang
bahwa kepatuhan minum obat pada pasien mengatakan klien harus bisa bertahan
merupakan suatu perilaku terbuka (overt dengan apa yang sudah dipilihnya
behavior),pendidikan kepatuhan minum obat ketikasudah berkomitmen sehingga dengan
mengajak klien lebih berperilaku terbuka mampu menerima dan berkomitmen klien
dan mampu menerima keadaanya sehingga diharapankan tidak akan mengalami
bisa berkomitmen dengan keputusan yang kekambuhan lagi. Asumsi peneliti dengan
dia buat. Menurut asumsi peneliti bahwa pemberian kepatuhan minum obat ini
kepatuhan minum obat dapat diharap dapat menurunkan gejala halusinasi
ditingkatkan.Jika dilakukan pendidikan dan betapa pentingnya mempunyai
kesehatan kepada pasien,agar pasien tersebut komitmen untuk membangun rasa percaya
lebih mengerti dan memahami obat yang diri bahwa mereka dapat sembuh dengan
digunakannya, serta dukungan moral yang cara teratur minum obat.
membangkitkan semangat terhadap pasien

7
b. Analisa Gejala Halusinasi Klien Diberikan Pendidikan Kesehatan
Skizofrenia Sebelum dan sesudah
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa kesehatan pada klien halusinasi dalam
sebelum dilakukan pemberian pendidikan mengontrol halusinasi akan mempengaruhi
kesehatan terhadap klien halusinasi analisa kemampuan kognitif dan psikomotor klien,
gejalanya menunjukkan buruk karena sehingga klien halusinasi akan mengalami
responden sulit untuk mengontrol emosi. penurunan terhadap intensitas tanda dan
Menurut Morisson (2009) mengatakan gejala halusinasi yang muncul. Dan
pemberian pendidikan kesehatan terkait didukung oleh Copel (2007) bahwa
dengan gejala Halusinasi kognitif pemberian pendidikan kesehatan dapat
,afektip,perilaku dan sosial dapat mengontrol membantu klien untuk mengembangkan
perilaku marah, mengontrol klien yang pola pikir yang rasional.Asumsi peneliti
berbicara sendiri atau halusinasi yang dapat bahwa sangatlah penting untuk penerapan
meningkatkan hubungan interaksi klien pendidikan kesehatan kepadaklien halusinasi
dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan untuk dapatmengontrol emosi maupun
penelitian yang dilakukan oleh Caroline, gejala lainnya agar tidak muncul dan dapat
Keliat, & Sabri (2008) bahwa penerapan menurunkan gejala halusinasi tersebut.
standar asuhan keperawatan pendidikan
c. Analisa Perubahan Gejala Halusinasi
Klien Skizofrenia sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa dalam otak manusia, dimana pendidikan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan kesehatan akan menjadi penentu dalam
terdapat perubahan pada klien halusinasi menjelaskan bagaimana manusia
karena klien dapat mengontrol emosi dan berpikir,merasa, dan bertindak. Menurut
menghindari suara-suara yang mereka Halgin dan Whitbourne (2007) bahwa
dengar dengan cara mengardisk yang penerapan latihan komunikasi dalam
mereka dapat dari pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan melakukan interaksi
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan orang lain adalah intervensi perilaku
Oemarjoedi (2003) bahwa pemberian yang meliputi pemberian penguatan
pendidikan kesehatan meyakini pola terhadap perilaku yang sesuai khususnya
pemikiran manusia terbentuk melalui proses dalam hal membina hubungan interpersonal.
rangkaian stimulus-kognisirespon yang Asumsi peneliti bahwa dengan pemberian
saling terkait dan membentuk jaringan pendidikan kesehatan kita dapat membantu

8
klien untuk berinteraksi dengan orang lain kesempatan untuk bertanya apa yang mereka
dengan cara memberikan mereka tidak mengerti.
d. Analisa Perbedaan Gejala Halusinasi
Klien Skizofrenia sebelum dan sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa Ramdhani dalam Prawitasari (2002) bahwa
sangat berbeda sesudah dilakukan dan pada penerapan pendidikan kesehatan
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan ini memberikan ketrampilan berkomunikasi
dapat kita lihat dari nilai, rata-rata uji diajarkan cara bertanya untuk konfirmasi,
statistic ini menunjukkan bahwa pendidikan cara memberi dan menerima pujian, cara
kesehatan sangat membantu untuk mengeluh dan menghadapi keluhan, cara
menurunkan gejala halusinasi. Menurut menolak, cara meminta pertolongan, cara
Davis (2005) mengatakan pemberian menuntut hak, cara berempati, dan cara
pendidikan kesehatan pada klien skizofrenia berinteraksi dengan orang lain. Asumsi
untuk intervensi meningkatkan kepercayaan peneliti untuk tetap menerapkan pendidikan
yang positif bagi klien sehingga muncul kesehatan pada klien skizofrenia karena ini
perilaku yang positif juga pada klien. Hal ini sangat membantu mereka untuk
sesuai dengan yang disampaikan oleh menurunkan gejala halusinasi.

e. Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Terhadap Kepatuhan Pasien Halusinasi
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa ada signifikan pendidikan kesehatan terhadap
pengaruh pendidikan kesehatan kepatuhan kepatuhan minum obat pada pasien
minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi. Menurut WHO pendidikan
halusinasi pada klien skizofrenia.Hal ini kesehatan merupakan suatu proses yang
dibuktikan dari hasil penelitian bahwa bertujuan memungkinkan kesehatannya, hal
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan ini didukung oleh penelitian sebelumnya
nilai yang didapat 1,71 sedangkan sesudah Pardede (2013) bahwa pendidikan kesehatan
dilakukan pendidikan kesehatan nilainya kepatuhan minum obat merupakan
1,35. Dan dari hasil uju T-dependent pemberian informasi kepada klien untuk
menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan mempengaruhi klien agar patuh minum obat
kesehatan terhadap kepatuhan minum obat sehingga tidak menimbulkan kekambuhan
pada pasien halusinasi nilai dan tidak kembali lagi kerumah sakit untuk
p:0,0009(p<0,005) artinya ada pengaruh rawat inap. Menurut asumsi peneliti sangat

9
penting kita memberikan pendidikan sebagai bahan informasi dan mencegah
kesehatan kepatuhan minum obat untuk terjadinya kekambuhan kembali.

Kesimpulan 4. obat terhadap penurunan gejala


Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan halusinasi di Rumah Sakit Jiwa
dapat diambil kesimpulan mengenai Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Medan tahun 2015 setelah dilakukan
Kepatuhan Minum Obat Pada Perubahan pendidikan kesehatan.
Gejala Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia 5. Mengetahui perbedaan gejala halusinasi
Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad klien skizofrenia sesudah diberikan
Ildrem Daerah Provsu Medan Tahun 2015 pendidikan kesehatan kepatuhan minum
1. Mengetahui tingkat kepatuhan minum obat terhadap penurunan gejala
obat sebelum dan sesudah pemberian halusinasi di Rumah Sakit Jiwa
pendidikan kesehatan kepatuhan minum Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu
obat terhadap perubahan gejala Medan tahun 2015 setelah dilakukan
halusinasi pada klien skizofrenia di pendidikan kesehatan.
Rumah Sakit Jiwa 6. Hasil uji Paired Sample Test
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
Medan tahun 2015 sebelum dilakukan signifikan pada perubahan gejala
pendidikan kesehatan. halusinasi klien skizofrenia sebelum dan
2. Mengetahui Analisa gejala halusinasi sesudah pemberian pendidikan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan kesehatan dengan nilai p=
kepatuhanminum obat di Rumah Sakit 0,009(p<0,05).
Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu
Medan tahun 2015 setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
3. Mengetahui perubahan gejala halusinasi
klien skizofrenia sesudah diberikan
pendidikan kesehatan kepatuhan minum
Daftar Pustaka
Bach,P.,& Hayes,S.C.(2002) The Use Of RehospitalizationOf psychotic
Acceptance. And patients : A Randomized
Communitment Therapy To Controlled
prevent The Trial.Jurnal.OF.Consuling And

10
Clinical psychology,5; 1129- Prof.V.L.Ratu umbuysang
1139 Manado

Doengoes : M. E, Townsend, M, c, R Kandar (2011).Pengaruh terapi Perilaku


Moorhouse,M,F (2007), Modeling
Rencana Asuhan Keperawatan PartisipasipanTerhadap
Psikiatrik (3𝑡ℎ ed). Jakarta : Kepatuhan Minum Obat Pada
EGC Klien Penatalaksanaan
Regimen Teraupetik Tidak
Feronita S. Hubungan Antara Pemberian Efektif Di RSJD Dr.Amino
Dukungan Keluarga Dengan Gondo Hutomo Semarang.
Kepatuhan Minum Obat Pada (2014,
Penderita Skizofrenia Di rumah http://lib.ui.ac.id/file=digital/20
Sakit Jiwa Dr.Radjiman 300661-T30349 Dwi% 20
wediodiningrat Lawang Indah %20 Iswanti. 02-08-
Malang. http://etd.e 2014).
prints.um.ac.id/6552.htm.Diaks
es tanggal 15-9-2010 Kaplan (2002).The Strategy Focused
Organization: How the
Fontaine, K.L.(2009). Mental Health BalancedScorecard Companies
Nursing (6th ed).New Jersey: Thrive in the New Business
Upper Saddle Rivwr pearson Environment.Harvard Business
Prentice Hal School.Publishing Boston

Hawani.D.(2007). Pendekatan Holistik Keliat, (2014), Keperawatan Kesehatan


pada Gangguan Skizofrenia, Jiwa Komunitas,Jakarta : EGC
Jakarta:FKK,UI
Nanda.(2009).Nursing Diagnosis:
Hayes,3.C,& Stosahl.K.D.(2005).A Definition & : NANDA
pratical Guide To Acceptance International
and Commitment Therapy.New
York:Springer Science and Notoatmodjo, S.(2007). Pengantar
Business Media. Pendidikan Kesehatan Dan
Perilaku. Jakarta : EGC
Isaac (2005).Keperawatan Kesehatan Jiwa
& Psikiatri (3𝑡ℎ ed). Jakarta : Niven(2002).Psikologi
EGC Kesehatan.Jakarta:EGC

Jurnal Kesehatan/ Vol.1/No.1/Juni/2012 NuSalam. (2008). Konsep dan Penerapan


Hubungan Pengetahuan MetodologiPenelitian Ilmu
Keluarga Dengan Kepatuhan Keperawatan :Jakarta :
minum obat Pasien Skizofrenia Salemba Medika.
Poliklinik Rumah Sakit

11
Pardede.J.P,Keliat.B.A.&Wardani.I.Y. Sakit Jiwa Pemprovsu
(2013) Pengaruh Acceptance Medan.Tesis-FIK-UI.Tidak di
And Commitmen Therapy Dan publikasikan
Pendidikan Kesehatan
Kepatuhan Minum Obat Wardani (2009) hubungan perilaku tidak
Terhadap Gejala: Kemampuan patuh minum obat pada pasien
Menerimadan Berkomitmen Skizofrenia
Pada Pengobatan Dan 2014,http://www.google.co.id/
Kepatuhan Klien Skizofrenia webhp?sourceid=chrome
Tesis FK UI. instant&ion=1&espv=2&ie=U
TF-
Rhoads,J.(2011). Clinical Consalt, For 8#Daftar+pustaka+Wardani+20
Psychiatric Mental Health 09
Care.New York: Springer
Publishing Company. Wardani, I.Y.,Hamid, A.Y.,& Wiarsih,
W.(2009). Pengalaman
Shives L.R. (2012). Basic Concepts Keluarga Menghadapi ketidak
Psychiatric Mental Health patuhan Anggota keluarga
Nursing. (8𝑡ℎ ed). Philadephia: dengan skizofrenia dalam
Lippincott. Wiliam & Vilkins mengikuti cipta regimen
teraupetik:
Stuart.Gail W & Laraia, Michele pengobatan.Tesis.Tidak
T.(2005)Principles & Practice dipublikasikan
of Psychiatric Nursing (8𝑡ℎ ed).
Philadelphia: Elseveir Mosby WHO (2009) Mental Health : who Library
cataloging-in-Publication Data
Suliha. (2002). Pendidikan Kesehatan
Keperawatan,Jakarta :EGC WHO (2010) Mental Health and
Devolopment : Targetting
Videbeck, S. L. (2008). Psychiatric- People With Mental Heath
Mental Heath Conditions as a Vilnerable
𝑡ℎ group : Who Library
Nursing, (4 ed).Philadelhia :
Lippincott Williams & Vilkips. cataloging-in-Publication Data

Videbeck, S.L. (2011) : Psychiatric- Yoga,I,s(2011). Hubungan Dukungan


Mental Health Keluarga Dengan Kepatuhan
𝑡ℎ Pasien Minum Obat di
Nursing.(5 𝑒𝑑). Philadelphia :
Lippincott Williams & Vilkins. Poliklinik Rumah Sakit Jiwa
Wahyuni, Daerah Provinsi Sumatera
S.E,keliat,B.A.,&.Yusron.(201 Utara Medan. Diperoleh
0).Pengaruh Cognitive tanggal 4 Juli 2013 dari
Behaviour Therapy Terhadap http://repositony.usu.ac.id/hand
Halusinasi pasien di Rumah le/123456789/27432

12

Potrebbero piacerti anche