Sei sulla pagina 1di 8

Faktor yang Memengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi

Rendys Septalia, Nunik Puspitasari


Departemen Biostatistika dan Kependudukan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 601115
Alamat Korespondensi:
Rendys Septalia, Email: rendys_onix@ymail.com

ABSTRACT
Contraception was the most effective way to control the population growth. The most widely favored in Indonesia
was a short-term contraceptive methods. High attainment acceptor on short-term contraceptive methods because
short-term contraceptive methods was a methods contraception affordable, while the fees for the long-term
contraceptive methods was more expensive. The incidence of injectable contraceptives and pills drop-out was higher
than the long-term contraceptive methods that contributed to the failure of population growth control program. This
study to analyze the factors that affect the selection contraceptive methods. This study was an observational study
with cross sectional design. Sampling with systematic random and obtained were 79 acceptors. The independent
variables were the cost of contraceptive use, non-material costs (experience side effects), cultural obstacle, social
adjustments obstacle, physic and mental health obstacle, and accessibility obstacle. Data collected using the
questionnaire and analyse by multiple logistic regression. The results showed that the significant factor were the
cost of contraceptive usage (pvalue = 0.002), the cost of non-material (experience side effects) (pvalue = 0.007), and
factors that didn’t have significant influence were cultural obstacle (pvalue = 0.105), social adjustments obstacle
(pvalue = 0.999), physic and mental health obstacle (pvalue = 0.920), and accessibility obstacle (pvalue = 0.438).
The conclusion were the cost of contraceptive use and non-material costs (experience side effects) affected the
selection of contraception. It was need the cooperation between religious leaders, community leaders, and health
care workers in a common understanding on the cost of contraceptive usage.

Keywords: Fertility, Contraceptive, Short-Term Contraceptive Methods

ABSTRAK
Salah satu upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang paling efektif adalah dengan penggunaan
kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang banyak disukai di Indonesia adalah non MKJP. Tingginya angka pencapaian
akseptor non MKJP karena non MKJP merupakan metode kontrasepsi yang relatif murah, sedangkan biaya
untuk pemasangan pemakaian MKJP cenderung lebih mahal. Namun pada pemakaian kontrasepsi suntik dan pil,
angka kejadian drop out lebih tinggi dibandingkan dengan MKJP. Sehingga memberikan kontribusi besar pada
kegagalan program pengendalian pertumbuhan penduduk. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor yang
mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain
penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik systematik random sampling, didapatkan
sampel sebesar 79 akseptor KB. Variabel independen yang diteliti adalah biaya pemakaian kontrasepsi, biaya non
materiil (pengalaman efek samping), hambatan norma budaya, hambatan penyesuaian sosial, hambatan kesehatan
fisik dan mental, dan hambatan aksesbilitas. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan analisis
menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan
adalah biaya pemakaian kontrasepsi (pvalue = 0,002), biaya non materiil (pengalaman efek samping) (pvalue = 0,007),
dan faktor yang tidak berpengaruh signifikan adalah hambatan norma budaya (pvalue = 0,105), hambatan penyesuaian
sosial (pvalue = 0,999), hambatan kesehatan fisik dan mental (pvalue = 0,920), dan hambatan aksesbilitas (pvalue =
0,438). Disimpulkan bahwa biaya pemakaian kontrasepsi dan biaya non materiil (pengalaman efek samping)
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk
kerja sama antara tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas pelayanan kesehatan dalam menyamakan persepsi
mengenai biaya pemakaian kontrasepsi.

Kata kunci: Fertilitas, Kontrasepsi, Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

91
92 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 2 Desember 2016: 91–98

PENDAHULUAN IUD 8,02%, implant 6,38%, MOW 1,64%, dan


Pemerintah telah melakukan berbagai MOP 0,06% (BKKBN, 2014a). Pencapaian
program untuk menekan laju pertambahan akseptor KB aktif di Kecamatan Tambaksari
penduduk. Salah satu upaya pengendalian laju Surabaya pada tahun 2013 adalah 70% akseptor
pertumbuhan penduduk yang paling efektif KB memilih kontrasepsi non MKJP dan 32,2%
adalah dengan penggunaan alat kontrasepsi untuk akseptor KB memilih kontrasepsi MKJP (BPS,
menghindari “4 terlalu” seperti terlalu tua, terlalu 2013). Laporan pencapaian akseptor KB di
muda, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak Puskesmas Pacarkeling pada tahun 2014 yaitu
kelahiran (Budijanto, 2013). Pengendalian laju suntik 42,5%, pil 19%, kondom 2,9%, IUD
pertambahan jumlah penduduk perlu dilakukan 17,5%, MOW 10%, MOP 0,1%, dan implant
agar tidak terjadi ledakan penduduk (Asih dan 8%.
Oesman, 2009). Pemakaian metode kontrasepsi jangka
Faktor penting dalam upaya program panjang memiliki banyak keuntungan, beberapa
keluarga berencana adalah pemilihan alat program untuk meningkatkan pemakaian metode
kontrasepsi yang tepat. Pemilihan kontrasepsi kontrasepsi jangka panjang di Indonesia telah
berdasarkan efektivitasnya dikategorikan menjadi dilakukan seperti pemerintah telah menerapkan
dua pilihan metode kontrasepsi seperti suntik, pil, kebijakan kepada masyarakat Indonesia untuk
dan kondom yang termasuk dalam katagori non menggunakan metode kontrasepsi yang efektif,
metode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) efisien, dan jangka panjang (Asih dan Oesman,
dan katagori metode kontrasepsi jangka panjang 2009).
(MJKP) seperti IUD, implant, MOW, dan MOP Terdapat banyak faktor yang memengaruhi
(Manuaba, 2010). seseorang dalam pemilihan kontrasepsi yang akan
Akseptor KB di Indonesia lebih menyukai digunakan. Faktor yang menjadi pertimbangan
pemakaian metode kontrasepsi non-MKJP. seseorang dalam memilih alat kontrasepsi antara
Berdasarkan data BKKBN tahun 2014 di lain faktor individu, faktor kesehatan, dan faktor
Indonesia, persentase pemakaian kontrasepsi metode kontrasepsi seperti biaya, dan efek
suntik 52,62%, pil 26,63%, kondom 5,50%, samping (Hartanto, 2015).
IUD 6,92%, implant 6,96%, MOW 1,28%, Menurut Bulatao (1983) terdapat determinan
dan MOP 0,09%. Mayoritas peserta KB baru yang mempengaruhi pembatasan fertilitas
didominasi oleh peserta KB yang menggunakan seperti faktor motivasi untuk mengatur fertilitas
Non MKJP, yaitu sebesar 84,74% dari seluruh yang dapat dipengaruhi oleh paritas dan besar
peserta KB baru. Sedangkan peserta KB baru keluarga yang diinginkan, sedangkan faktor biaya
yang menggunakan MKJP hanya sebesar 15,25%. untuk mendapatkan kontrasepsi dipengaruhi
(BKKBN, 2014b). oleh karakteristik individu dan struktur sosial.
Tingginya angka pencapaian akseptor KB Penelitian ini hanya meneliti biaya pengaturan
kontrasepsi non MKJP di Indonesia karena kelahiran tanpa memperhatikan motivasi dengan
kontrasepsi non MKJP merupakan metode asumsi bahwa semua akseptor KB mempunyai
kontrasepsi yang relatif murah, sedangkan biaya keinginan untuk menggunakan kontrasepsi.
untuk pemasangan pemakaian MKJP cenderung Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
lebih mahal jika dibandingkan dengan non MKJP faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
(Arliana dkk, 2013), Namun angka kelangsungan kontrasepsi.
drop out kontrasepsi non MKJP lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kontrasepsi MKJP METODE PENELITIAN
(BKKBN, 2013).
Jenis penelitian ini adalah penelitian
Akseptor KB baru maupun akseptor KB aktif
observasional dengan rancang bangun
di Jawa Timur lebih menyukai kontrasepsi non
yang menekankan waktu pengukuran data
MKJP seperti KB suntik dan pil. Data laporan
hanya satu kali pada saat yang sama. Lokasi
umpan balik pelayanan kontrasepsi, pencapaian
penelitian ini dilakukan di Puskesmas
akseptor KB baru di Jawa Timur pada tahun 2014
Pacarkeling Kota Surabaya dan dilaksanakan
yaitu suntik 58,87%, pil 21,93%, kondom 3,10%,
Septalia dan Puspitasari, Faktor yang Memengaruhi Pem … 93

pada bulan Oktober 2015 sampai November MKJP yaitu 81,2% mengatakan biaya pemakaian
2015. Populasi dalam penelitian ini adalah kontrasepsi tidak mahal. Sedangkan responden
akseptor KB yang berkunjung di Puskesmas yang memakai kontrasepsi MKJP yaitu 70,0%
Pacarkeling Kota Surabaya. Cara pengambilan mengatakan biaya pemakaian kontrasepsi mahal.
sampel menggunakan teknik sistematik random Hasil analisis regresi logistik sederhana pada
sampling, dengan besar sampel 79 responden tabel di atas adalah terdapat pengaruh biaya
akseptor KB. pemakaian kontrasepsi terhadap pemilihan
Variabel yang diteliti terdiri dari variabel metode kontrasepsi dengan nilai pvalue = 0,002.
independen yaitu biaya pemakaian kontrasepsi Pada variabel biaya non materiil (pengalaman
(anggapan akseptor KB mengenai mahal atau efek samping) terlihat bahwa sebagian besar
tidaknya biaya yang di tanggung dalam bentuk responden yang memakai kontrasepsi non MKJP
sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk yaitu 82,8% mengatakan pernah mengalami efek
mendapatkan pelayanan kontrasepsi), biaya non samping. Sedangkan responden yang memakai
materiil (pengalaman efek samping), hambatan kontrasepsi MKJP yaitu 47,6% mengatakan
norma budaya, hambatan penyesuaian sosial, tidak pernah mengalami efek samping. Hasil
hambatan kesehatan fisik dan mental, hambatan analisis regresi logistik sederhana didapatkan
aksesbilitas dan variabel dependen yaitu bahwa terdapat pengaruh biaya non materiil
pemilihan metode kontrasepsi. Pengumpulan (pengalaman efek samping) terhadap pemilihan
data dilakukan dengan wawancara menggunakan metode kontrasepsi, dengan nilai pvalue = 0,008.
kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Pada variabel hambatan norma budaya
regresi logistik ganda. terlihat bahwa sebagian besar responden yang
memakai kontrasepsi non MKJP yaitu 77,5%
mengatakan tidak ada larangan agama maupun
HASIL PENELITIAN
budaya mengenai pemakaian kontrasepsi.
Hasil tabulasi silang dan uji regresi logistik Sedangkan responden yang memakai kontrasepsi
sederhana faktor yang mempengaruhi pemilihan MKJP yaitu 50,0% mengatakan ada larangan
kontrasepsi di uraikan pada tabel 1. Sebagian agama maupun larangan budaya mengenai
besar responden yang memakai kontrasepsi non pemakaian kontrasepsi. Hasil analisis regresi

Tabel 1. Tabulasi Silang Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi


Metode Kontrasepsi
Jumlah
Variabel Non MKJP MKJP P
n (%) n (%) N (%)
Biaya pemakaian kontrasepsi
Mahal 3 30,0 7 70,0 10 100,0 0,002
Tidak mahal 56 81,2 13 18,8 69 100,0
Biaya non materiil (Pengalaman efek samping)
Mengalami 48 82,8 10 17,2 58 100,0 0,008
Tidak Mengalami 11 52,4 10 47,6 21 100,0
Hambatan norma budaya
Ada 4 50,0 4 50,0 8 100,0 0,105
Tidak ada 55 77,5 16 22,5 71 100,0
Hambatan penyesuaian sosial
Ada 3 100,0 0 0,0 3 100,0 0,999
Tidak ada 36 73,3 20 26,3 76 100,0
Hambatan kesehatan fisik dan mental
Ada 42 75,0 14 25,0 56 100,0 0,920
Tidak ada 17 26,1 6 73,9 23 100,0
Hambatan aksesbilitas
Ada 1 50,0 1 5,0 2 100,0 0,438
Tidak ada 58 75,3 19 24,7 77 100,0
94 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 2 Desember 2016: 91–98

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda


Variabel B pvalue OR CI 95%
Biaya pemakaian kontrasepsi -2,545 0,002 0,078 0,016–0,387
Biaya non materiil (pengalaman efek samping) 1,694 0,007 5,443 1,604–18,469
Constant 0,380 0,416 1,463

logistik sederhana didapatkan bahwa tidak Seluruh variabel yang berpengaruh kemudian
terdapat pengaruh hambatan norma budaya di uji lebih lanjut dengan menggunakan uji regresi
terhadap pemilihan metode kontrasepsi, dengan logistik ganda untuk mengetahui faktor yang
nilai pvalue = 0,105. mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi.
Pada variabel hambatan penyesuaian Hasil uji regresi logistik ganda didapatkan dua
sosial terlihat bahwa sebagian besar responden variabel yang signifikan yaitu biaya pemakaian
yang memakai kontrasepsi non MKJP yaitu kontrasepsi dan biaya
100% mengatakan ada konflik baik dengan non materiil (pengalaman efek samping).
suami maupun keluarga mengenai pemakaian Variabel ini mempunyai nilai pvalue lebih kecil
kontrasepsi, sedangkan responden yang memakai dari α, hasil uji regresi logistik ganda variabel
kontrasepsi MKJP yaitu 26,3% mengatakan tidak yang signifkan di uraikan pada tabel 2.
ada konflik baik dengan suami maupun keluarga Pada variabel biaya pemakaian kontrasepsi
mengenai pemakaian kontrasepsi. Hasil analisis memiliki nilai pvalue = 0,002. Sehingga dapat di
regresi logistik sederhana didapatkan bahwa tidak simpulkan bahwa akseptor KB yang menganggap
terdapat pengaruh hambatan penyesuaian sosial biaya yang harus ditanggung untuk mendapatkan
terhadap pemilihan metode kontrasepsi, dengan pelayanan kontrasepsi tidak mahal, mempunyai
nilai pvalue = 0,999. kemungkinan 0,078 kali lebih besar untuk
Pada variabel hambatan kesehatan fisik dan memilih kontrasepsi non MKJP dibandingkan
mental terlihat bahwa sebagian besar responden dengan akseptor KB yang menganggap biaya
yang memakai kontrasepsi non MKJP yaitu yang harus ditanggung untuk mendapatkan
75,0% mengatakan ada hambatan kesehatan pelayanan kontrasepsi mahal.
fisik dan mental seperti merasa tidak nyaman Pada variabel biaya non materiil (pengalaman
terhadap pemakaian kontrasepsi yang digunakan, efek samping) memiliki nilai pvalue = 0,007.
takut terjadi gangguan pada kesehatan, dan takut Sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor
akan kegagalan KB. Sedangkan responden KB yang pernah mengalami efek samping dari
yang memakai kontrasepsi MKJP yaitu 73,9% pemakaian kontrasepsi, mempunyai kemungkinan
mengatakan tidak ada hambatan kesehatan 5,443 kali lebih besar untuk memilih kontrasepsi
fisik dan mental. Hasil analisis regresi logistik non MKJP dibandingkan dengan akseptor KB
sederhana didapatkan bahwa tidak terdapat yang tidak pernah mengalami efek samping dari
pengaruh hambatan kesehatan fisik dan mental pemakaian alat kontrasepsi.
terhadap pemilihan metode kontrasepsi, dengan
nilai pvalue = 0,920.
PEMBAHASAN
Pada variabel hambatan aksesbilitas terlihat
bahwa sebagian besar responden yang memakai Biaya dapat mempengaruhi jangkauan
kontrasepsi non MKJP yaitu 75,3% mengatakan pemakaian kontrasepsi pada akseptor KB.
tidak ada hambatan aksesbilitas pemakaian Hasil uji regresi logistik, dapat diketahui bahwa
kontrasepsi. Sedangkan responden yang memakai biaya pemakaian kontrasepsi berpengaruh
kontrasepsi MKJP yaitu 24,7% mengatakan ada signifikan terhadap pemilihan metode
hambatan aksesbilitas pemakaian kontrasepsi. kontrasepsi. Akseptor KB yang menganggap
Hasil analisis regresi logistik sederhana biaya yang harus ditanggung untuk mendapatkan
didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh pelayanan kontrasepsi tidak mahal, mempunyai
hambatan aksesbilitas terhadap pemilihan metode kemungkinan 0,078 kali lebih besar untuk
kontrasepsi, dengan nilai pvalue = 0,438. memilih kontrasepsi non MKJP dibandingkan
Septalia dan Puspitasari, Faktor yang Memengaruhi Pem … 95

dengan akseptor KB yang menganggap biaya Akseptor KB yang pernah mengalami


yang harus ditanggung untuk mendapatkan efek samping dari pemakaian kontrasepsi,
pelayanan kontrasepsi mahal. mempunyai kemungkinan 5,443 kali lebih
Penelitian (Damayanti, 2013) sebagian besar besar untuk memilih kontrasepsi non MKJP
akseptor KB beranggapan bahwa kontrasepsi dibandingkan dengan akseptor KB yang tidak
non MKJP tidak mahal, sedangkan untuk pernah mengalami efek samping dari pemakaian
pemakaian kontrasepsi MKJP dirasa cukup alat kontrasepsi. Hal ini sejalan dengan penelitian
mahal. Pemakaian kontrasepsi jika dihitung dari Mato dan Rasyid (2014) bahwa terdapat pengaruh
segi ekonomisnya, kontrasepsi MKJP jelas lebih lama pemakaian alat kontrasepsi suntik terhadap
murah dibandingkan kontrasepsi non MKJP. gangguan menstruasi, perubahan berat badan,
Sebagian besar presepsi akseptor KB cenderung dan pusing.
melihat dari biaya yang harus dikeluarkan saat Akseptor KB yang merasa tidak nyaman
pemasangan tanpa melihat biaya untuk memakai dengan efek samping pemakaian kontrasepsi
kontrasepsi jika dihitung dalam jangka waktu non MKJP terutama KB suntik maka akan
panjang. beralih ke pemakaian kontrasepsi pil KB untuk
Biaya pelayanan pemasangan kontrasepsi mengatasi gangguan menstruasi tetapi masih
MKJP tampak jauh lebih mahal, akan tetapi menggunakan suntik sebagai antisipasi untuk
jika akseptor KB melihat dari segi jangka mencegah kehamilan. Hal ini juga sejalan dengan
waktu penggunaannya, tentu biaya yang harus penelitian Musdalifah dkk (2013) menunjukkan
dikeluarkan untuk pemakaian kontrasepsi MKJP terdapat hubungan antara efek samping dengan
akan lebih murah dibandingkan dengan non pemakaian kontrasepsi hormonal.
MKJP. Untuk sekali pemasangan, MKJP bisa Pemakaian kontrasepsi non MKJP yang
efektif selama 3–8 tahun, bahkan seumur hidup. paling banyak digunakan oleh akseptor KB
Sedangkan efektivitas kontrasepsi non MKJP adalah suntik, salah satu efek samping yang dapat
hanya 1–3 bulan saja. terjadi pada pemakaian kontrasepsi suntik adalah
Biaya pemakaian kontrasepsi dapat gangguan menstruasi. Walaupun suntik, pil,
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi non MKJP, implant dan IUD sama-sama menimbulkan efek
hal ini dapat disebabkan karena pengetahuan yang samping gangguan menstruasi tetapi pemakaian
minim mengenai biaya pemakaian kontrasepsi kontrasepsi non MKJP terutama KB suntik
jika dilihat dari segi efektivitas, efisien, dan di Indonesia masih cenderung paling banyak
jangka panjang. Mayoritas pendidikan akseptor diminati karena pemakaian kontrasepsi tersebut
KB yang menggunakan kontrasepsi non MKJP dapat dikendalikan oleh akseptor KB jika terjadi
adalah berpendidikan menengah ke bawah. Hal efek samping.
ini sejalan dengan penelitian Imbarwati (2009) Norma sebagai bagian dari budaya dan status
bahwa presepsi biaya KB IUD menjadi salah di masyarakat yang seharusnya dilakukan, yang
satu faktor pertimbangan bagi masyarakat untuk diperkuat dengan sangsi bagi yang melakukan
memilih menggunakan kontrasepsi non MKJP. penyimpangan (Bulatao, 1983). Hasil uji
regresi sederhana dapat diketahui bahwa tidak
Terlebih bagi masyarakat yang berpenghasilan
ada pengaruh hambatan norma budaya dengan
rendah dan merasa keberatan dengan jumlah
pemilihan metode kontrasepsi dengan nilai
biaya yang harus dikeluarkan pada saat
pvalue = 0,150. Walaupun tidak ada larangan
pemasangan.
agama dan budaya dalam pemakaian kontrasepsi,
Hampir semua kontrasepsi hormonal
sebagian besar akseptor KB lebih cenderung
memiliki efek samping, menurut Hartanto
menggunakan kontrasepsi non MKJP. Hal ini
(2015) efek samping merupakan salah satu faktor
dapat disebabkan karena pemakaian kontrasepsi
metode kontrasepsi yang dapat mempengaruhi
non MKJP dirasa murah, akseptor KB takut
pemilihan kontrasepsi. Hasil uji statistik
memakai KB lainnya, dan suami menolak KB
regresi sederhana maupun ganda didapatkan
lainnya. Selain itu juga ada beberapa pendapat
bahwa terdapat pengaruh biaya non materiil
agama yang melarang menggunakan kontrasepsi
(pengalaman efek samping) terhadap pemilihan
MKJP.
metode kontrasepsi.
96 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 2 Desember 2016: 91–98

Menurut penelitian Yanti dkk (2013) Pemakaian kontrasepsi memiliki keuntungan


didapatkan bahwa terdapat pengaruh kepercayaan dan kerugian, salah satu kerugian dari pemakaian
dan budaya akseptor KB terhadap penggunaan kontrasepsi terhadap kesehatan yaitu efek
kontrasepsi. Agama memperbolehkan KB dengan samping. Hasil uji regresi sederhana didapatkan
alasan KB dianggap penting untuk menjaga bahwa tidak ada pengaruh hambatan kesehatan
kesehatan ibu dan anak. Menurut Wahyuni fisik dan mental dengan pemilihan kontrasepsi,
dan Oktriyanto (2011) pandangan agama dengan nilai pvalue = 0,920. Walaupun akseptor
mengenai larangan pemakaian metode MKJP KB merasakan ketidaknyamanan karena efek
yaitu pendapat agama yang mengharamkan samping dari pemakaian kontrasepsi, khawatir
menggunakan kontrasepsi MOW dan MOP, mengalami gangguan kesehatan permanen
pengaturan kelahiran hanya terbatas pada terhadap pemakaian kontrasepsi yang digunakan,
pencegahan kehamilan sementara karena tidak dan khawatir akan kegagalan pemakaian
merubah ciptaan Allah SWT. Namun jika terdapat kontrasepsi yang digunakan, namun akseptor
alasan medis tertentu, dapat dibenarkan karena KB cenderung lebih memilih kontrasepsi non
termasuk dalam katagori darurat. MKJP.
Hambatan penyesuaian sosial yang di Salah satu faktor penyebab akseptor KB
analisis dalam penelitian ini adalah konflik menyukai pemakaian kontrasepsi non MKJP
dengan suami maupun dengan keluarga. Hasil karena sikap akseptor KB yang cenderung tidak
uji regresi sederhana dapat diketahui bahwa peduli terhadap kekhawatiran yang di alami,
tidak ada pengaruh hambatan penyesuaian sosial merasa cocok, praktis, dan murah. Penelitian ini
dengan pemilihan metode kontrasepsi, dengan sejalan dengan penelitian Noviyanti dkk (2010)
nilai pvalue = 0,999. Hal ini karena sebagian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara
besar akseptor KB memakai kontrasepsi non sikap dengan pemilihan KB hormonal, sikap
MKJP, yang mana sebagian besar akseptor KB mereka cenderung tidak peduli dengan efek
mengatakan tidak ada hambatan penyesuaian samping KB yang mereka gunakan.
sosial karena suami dan keluarga mendukung Jarak ke tempat pelayanan KB merupakan
pemakaian kontrasepsi non MKJP. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
Akseptor KB yang mengatakan ada konflik dalam penggunaan alat kontrasepsi. Hasil uji
dengan suami, akan memakai kontrasepsi non statistik regresi sederhana didapatkan bahwa
MKJP karena pemakaian kontrasepsi non MKJP tidak ada pengaruh hambatan aksesbilitas dengan
dirasa tidak mengganggu kenyamanan seksual. pemilihan metode kontrasepsi, dengan nilai pvalue
Hal ini sejalan dengan penelitian Retnowati = 0,438. Hambatan aksesbilitas tidak berpengaruh
(2010) didapatkan bahwa ada perbedaan dalam pemilihan metode kontrasepsi karena
kenyamanan seksual terhadap lama pemakaian jarak yang dekat dengan fasilitas kesehatan akan
AKDR yang mendorong akseptor KB AKDR memudahkan akseptor KB untuk menjangkau
drop out dan berpindah menggunakan kontrasepsi dan mengakses pelayanan yang diberikan.
non MKJP karena motivasi yang salah dari Semakin dekat tempat pelayanan KB (tidak ada
suami. hambatan aksesbilitas) maka akan memudahkan
Hasil tabulasi silang konflik keluarga akseptor KB untuk mengakses pelayanan KB.
didapatkan bahwa ada konflik dengan keluarga Hal ini sejalan dengan penelitian Alus (2011)
mengenai pemakaian kontrasepsi. Hal ini bahwa responden yang jarak ke tempat pelayanan
berhubungan dengan tidak adanya hambatan KB dekat memiliki peluang lebih besar untuk
pada norma budaya dan agama dalam keluarga menggunakan kontrasepsi MKJP.
yang mengakibatkan akseptor KB cenderung Menurut teori Bulatao (1983) hambatan
menggunakan kontrasepsi non MKJP. Norma aksesbilitas merupakan salah satu faktor
sebagai bagian dari budaya bagaimana status di yang menjadi pertimbangan seseorang untuk
masyarakat yang seharusnya dilakukan, yang melakukan pengaturan kelahiran. Seiring dengan
diperkuat dengan sangsi bagi yang melakukan perkembangan jaman, jarak bukan menjadi
penyimpangan (Bulatao, 1983). pertimbangan seseorang untuk menggunakan
Septalia dan Puspitasari, Faktor yang Memengaruhi Pem … 97

metode kontrasepsi. Salah satu penyebab tidak Arliana, W.O.D., Surake, Mukhsen, & Sewang,
ada pengaruh hambatan aksesbilitas karena Arifin. 2013. Faktor yang Berhubungan
Surabaya merupakan daerah perkotaan dan di dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
setiap kecamatan telah terdapat puskesmas, Hormonal Pada Akseptor KB di Kelurahan
sehingga tidak terdapat halangan jarak, halangan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten
transportasi, dan akseptor KB tidak mempunyai Buton Sulawesi Tenggara. Skripsi. Makassar:
perasaan takut untuk berkunjung ke tempat Universitas Hasanudin.
pelayanan KB. Hal ini sejalan dengan penelitian Asih, L., Oesman, H., 2009. Analisa Lanjut
Bahtiar dan Hidayatussani (2013) bahwa SDKI 2007 Faktor yang Memengaruhi
terdapat hubungan antara akses pelayanan KB Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang.
dengan pemilihan kontrasepsi hormonal dan non Laporan Hasil Penelitian. Jakarta: KB dan
hormonal. Kespro, BKKBN.
Bahtiar, H., Hidayatussani, J., 2013. Akses
Akseptor KB Kontrasepsi Hormonal dan Non
SIMPULAN DAN SARAN
Hormonal. Karya Tulis Ilmiah. Mataram:
Simpulan Stikes Yarsi.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode Bairagi, R., Mizanur, R., 1996. Contraceptive
kontrasepsi adalah Biaya pemakaian kontrasepsi Failure in Matlab, Bangladesh. International
dengan nilai pvalue = 0,002; OR = 0,078; CI 95% = Family Planning Perspectives. Volume 22
0,016–0,387, dan biaya non materiil (pengalaman Nomer 1: 21–25.
BKKBN, 2013. Survey Demografi Kesehatan
efek samping) dengan nilai pvalue = 0,007; OR =
Indonesia 2012. Jakarta: BKKBN.
5,443; CI 95% = 1,604–18,469.
BKKBN, 2014a. Laporan Umpan Balik Pelayanan
Faktor yang tidak mempengaruhi pemilihan
Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.
metode kontrasepsi terdiri dari hambatan norma
BKKBN, 2014b. Pemantauan Pasangan Usia
budaya dengan nilai pvalue = 0,105; hambatan
Subur Melalui Mini Survey 2013. Jakarta:
penyesuaian sosial dengan nilai pvalue = 0,999;
Puslitbang, BKKBN.
hambatan kesehatan fisik dan mental dengan nilai
BPS, 2013. Surabaya dalam Angka. Surabaya.
pvalue = 0,920; dan hambatan aksesbilitas dengan
Surabaya: Badan Pusat Statistik Surabaya.
nilai pvalue = 0,438.
Budijanto, 2013. Determinan “4 Terlalu” Masalah
Saran Kesehatan Reproduksi Hubungannya dengan
Penggunaan Alat KB Saat Ini di Indonesia.
Kerja sama antara tokoh agama, tokoh Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
masyarakat, dan petugas pelayanan kesehatan volume II: 17–24.
dalam menyamakan persepsi mengenai biaya Bulatao, R., 1983. Determinants of Fertility in
untuk pemakaian kontrasepsi jika di hitung dari Developing Countries. Volume 1. New York.
segi ekonomisnya. Bagi pengelola program KB Academic Press.
sebaiknya memberikan penghargaan berdasarkan Bulatao, R., 1983. Determinants of Fertility in
lama pemakaian kontrasepsi MKJP kepada Developing Countries. Volume 2. New York.
akseptor KB dan membuka kelas KB untuk Academic Press.
pasangan usia subur. Damayanti, R., 2013. Riset Operasional Keluarga
Berencana untuk Meningkatkan Metode
DAFTAR PUSTAKA Ragam Kontrasepsi. Jakarta: Universitas
Indonesia, Kemenkes RI, BKKBN.
Alus, R. 2012. Faktor yang Berhubungan Hartanto, H., 2015. Keluarga Berencana &
dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan.
Pancoran Mas Depok. Skripsi. Depok: Imbarwati, 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan
Universitas Indonesia. dengan Penggunaan KB IUD pada Akseptor
98 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 2 Desember 2016: 91–98

KB Non IUD di Kecamatan Peduguran Kota Usia Resiko Tinggi di Puskesmas Cipageran
Semarang. Tesis. Semarang; Universitas Cimahi Utara. Karya Tulis Ilmiah. Cimahi:
Diponegoro. Stikes Jendr.A. Yani.
Manuaba, I.B.G., 2010. Kebidanan, Riwayat Nyongesa, P., & Odunga, J., 2015. Contraceptive
Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Use In Sub-Saharan Africa: The Socialcultural
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Context. International Journal Of Public Health
Mato, R., & Rasyid H., 2014. Faktor-faktor yang Research. Volume 3 nomer 6: 336–339.
Mempengaruhi Efek Samping Pemakaian Retnowati, F.D., 2010. Perbedaan Kenyamanan
Kontrasepsi Suntik Depo Provera di Puskesmas Seksual Pada Akseptor AKDR di Puskesmas
Sudiang Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sragen. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta:
Diagnosis. Volume 5 nomer 2: 129–135. Universitas Sebelas Maret.
Musdalifah, Sarake, Mukhsen, & Rahma, Wahyuni, Sri., & Oktriyanto, 2011. Sterilisasi
2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurang Mendongkrak Penurunan Fertilitas.
Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri di Laporan Hasil Penelitian. Jakarta: KB dan
Wilayah Kerja Puskesmas Lampa Kecamatan Kesehatan Reproduksi, BKKBN.
Duampanua Kabupaten Pinrang. Skripsi. Yanti, N.H., Revida, Erika, & Asfriyati, 2013.
Makassar. Universitas Hasanudin. Pengaruh Budaya Akseptor KB Terhadap
Noviyanti, Astuti, Indria, & Erniawati, Siska, Penggunaan Kontrasepsi IUD di Kecamatan
2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Pemilihan KB Hormonal Jenis Pil dan Suntik Darma Agung: 1–15.
Pada Akseptor KB hormonal Golongan

Potrebbero piacerti anche