Sei sulla pagina 1di 17

ANALISIS PROKSIMAT, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, DAN KOMPOSISI

PIGMEN Ulva lactuca L. DARI PERAIRAN PANTAI KUKUP

(Proximate analysis, antioxidant activity, and pigmen composition of Ulva


lactuca L. from kukup beach)

Junet Franzisca da Costaa*, Windu Merdekawatib, Ferly Rambu Otua


a
Program Studi Gizi,Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,Universitas Kristen Satya Wacana
b
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,Universitas Kristen
Satya Wacana

* Penulis korespondensi
Email: junetdacosta@staff.uksw.edu

ABSTRACT
Seaweed has been widely consumed in Asia include Indonesia, especially coastal community. Seaweed
has nutrients and non-nutrients compound that benefit health. Unfortunatelly, information about the
potential of edible seaweed is limited. The objective of this study is to analyze the total nutrient levels
(proximate), antioxidant activity, and pigment composition of Ulva lactuca L. that grow abundantly in
Pantai Kukup, Gunung Kidul regency, Central Java. Ulva lactuca L. had 11.53% of water content, 2.94%
of ash content, 5.17% of fat, 17.43% of protein, and 62.93% of carbohydrate. Antioxidant test by using
DPPH found that inhibition concentration (IC50) of Ulva lactuca L. was 88890.55 ppm. Ulva lactuca L.
contain chlorophyll a, b, and c, neoxanthin, anteraxanthin, dinoxanthin, flavoxanthin, micronone, and
vaucheriaxanthin and other unidentified pigments. Ulva lactuca L. has high carbohydrate and protein with
low lipid, which is potential as functional food material. Moreover, Ulva lactuca L. showed antioxidant
activity, which is prospective in health, pharmaceutical, cosmetic.

Keywords: antioxidant activity, natural pigment, Ulva lactuca L.

ABSTRAK
Rumput laut telah banyak dikonsumsi di Asia termasuk Indonesia khususnya masyarakat pesisir. Rumput
laut kaya akan zat gizi dan non gizi yang bermanfaat untuk menunjang kesehatan tubuh. Akan tetapi,
informasi mengenai potensi rumput laut yang biasa dimakan masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kadar nutrisi total (proksimat), aktivitas antioksidan, dan komposisi pigmen rumput laut
hijau Ulva lactuca L. yang tumbuh di perairan pantai Kukup, kabupaten Gunung Kidul, Jawa Tengah dan
dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar pantai. Ulva lactuca L. memiliki kadar air 11,53%, kadar abu
2,94%, lemak 5,17,% protein 17,43%, dan karbohidrat 62,93%. Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH
menunjukkan konsentrasi penghambatan 50% (IC50) Ulva lactuca L. yaitu 88890.55 ppm. Ulva lactuca L.
mengandung pigmen korofil a, b, dan c, neoxantin, anteraxantin, dinoxantin, flavoxantin, micronone, dan
vaucheriaxantin dan pigmen lain yang belum teridentifikasi. Ulva lactuca L. memiliki kadar karbohidrat
dan protein yang cukup tinggi tetapi rendah lemak sehingga berpotensi sebagai bahan baku makanan
fungsional. Aktivitas antioksidan pada Ulva lactuca L. prospektif untuk dikembangkan dalam bidang
kesehatan, farmasi, dan kosmetik.

Kata kunci: aktivitas antioksidan, pigmen alami, Ulva lactuca L.

1
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.

PENDAHULUAN al. (2013) menemukan kadar nutrisi yang


berbeda pada Caulerpa racemossa
Rumput laut banyak diteliti pada (Chlorophyceae) dan Gracillaria verrucosa
beberapa dekade terakhir karena (Rhodophyceae) dengan kadar karbohidrat,
mengandung zat-zat gizi dan non gizi yang protein, lemak, air, dan abu berturut-turut
bermanfaat bagi manusia, baik sebagai 48,68%, 21,73%, 8,68%, 92,37% dan
sumber bahan makanan maupun sebagai 20,91% pada Caulerpa racemossa, dan
bahan baku pada industri pangan, farmasi, 72,49%, 4,61%, 3,32%, 80,70% dan
dan kosmetik. Sejak dulu rumput laut telah 19,57% pada Gracillaria verrucosa.
dimanfaatkan baik sebagai sumber Porphyra sp. juga memiliki kandungan
makanan, obat-obatan, bahan baku industri, nutrisi yang berbeda dengan Gracillaria
pupuk, dan makanan hewan ternak. verrucosa walaupun sama-sama
Perancis dan Norwegia mulai merintis merupakan jenis rumput laut merah
pemanfaatan rumput laut untuk pembuatan (Rhodophyceae) yakni 16,46% karbohidrat,
gelas sejak abad ke-17 (Delaney et al., 11,35% protein, 0,42% lemak, 51,20% air,
2016), sedangkan Cina dan Jepang sudah dan 16,46% abu (Sormin, 2011). Dengan
mulai memanfaatkan nilai ekonomis rumput demikian, sebagai negara kepulauan yang
laut sejak tahun 1670 sebagai bahan baku kaya akan rumput laut, maka eksplorasi
obat-obatan, makanan tambahan, kandungan nutrisi rumput laut di Indonesia
kosmetika, pakan ternak, dan pupuk organik menjadi penting untuk dilakukan guna
(Suparmi dan Sachri, 2009), bahkan menemukan zat-zat nutrisi penting yang
temuan arkeologi Jepang bermanfaat bagi manusia terutama di
menginformasikan bahwa rumput laut bidang pangan dan kesehatan.
sudah dimanfaatkan sejak 6000 BCE – 300 Selain kandungan nutrisi yang kaya,
BCE di Jomon dan 300 BCE – 400 CE di rumput laut juga dilaporkan memiliki
Yayoi (Nisizawa et al., 1987). aktivitas antioksidan yang tinggi (Wijesekara
Rumput laut termasuk dalam divisi et al., 2012; Miyasitha et al., 2012; Nawaly
Thallophyta yaitu tumbuhan yang et al., 2013; Kosanić et al., 2014).
mempunyai akar, daun, dan batang yang Antioksidan merupakan senyawa yang
semu. Seluruh bagian rumput laut disebut dapat menghambat reaksi oksidasi dengan
dengan istilah thallus dan diklasifikasikan cara mengikat radikal bebas dan molekul
berdasarkan warna thallusnya ke dalam 4 yang sangat reaktif. Tubuh manusia dapat
kelas, yaitu rumput laut hijau menetralisir radikal bebas karena tubuh
(Chlorophyceae), rumput laut merah menghasilkan antioksidan alami tetapi
(Rhodophyceae), rumput laut coklat jumlahnya tidak cukup untuk menetralkan
(Phaeophyceae) dan rumput laut pirang radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh
(Chrysophyceae) (Atmadja et al., 1996; terutama bila jumlah radikal bebas tersebut
Ghosh et al., 2012). berlebih. Untuk mencegah efek radikal
Rumput laut kaya akan asam amino bebas yang berlebih di dalam tubuh
esensial, lemak tidak jenuh (omega 3 dan diperlukan sumber antioksidan lain yang
6), serat kasar, polisakarida (non-pati), berasal dari luar tubuh. Antioksidan dapat
mineral (K, Ca, P, Fe, I, dan Na,) serta diperoleh dari makanan. Selain itu, terdapat
vitamin (A, B1, B2, B6, B12, dan C) juga antioksidan sintetik seperti BHT
(Handayani et al., 2004; Mendis and Kim, (Butylat Hydroxy Toluena). Akan tetapi
2011; Sulistyowati, 2013), bahkan apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat
kandungan serat pangan pada rumput laut menjadi racun bagi tubuh (Djapiala et al.,
ditemukan lebih tinggi dari tumbuhan darat 2011). Oleh sebab itu, antioksidan alami
yakni 33 – 62% (berat kering) (Mendis and disinyalir lebih aman untuk digunakan.
Kim, 2011). Salah satu senyawa antioksidan dari
Kandungan nutrisi rumput laut rumput laut adalah pigmen atau zat warna
berbeda-beda menurut jenisnya. Ma’ruf et yang memberi warna rumput laut.

2
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.

Karotenoid, pigmen alami berwarna kuning kandungan nutrisi Ulva lactuca L. segar
hingga orange, yang terdapat di rumput laut maupun yang sudah diproses dari wilayah
merupakan antioksidan yang potensial ini belum diteliti. Oleh karena itu, penelitian
(Wijesekara et al., 2012; Miyashita et al. ini bertujuan untuk mengetahui kadar total
2012). Karotenoid adalah pigmen karbohidrat, protein, lemak, abu, dan air
fotosintesis yang secara in vivo membantu pada Ulva lactuca L. serta potensi
klorofil memanen cahaya matahari tetapi antioksidan ekstrak kasar dan kandungan
sekaligus juga berperan untuk melindungi pigmen sebagai informasi dasar bagi
klorofil dari intensitas cahaya berlebih yang pemanfaatan Ulva lactuca L. secara optimal
merusak dengan cara memadamkan dalam bidang industri makanan maupun
oksigen singlet dan memerangkap radikal farmasi.
bebas (Gross, 1991; Wang et al., 2004).
Peran karotenoid sebagai pelindung klorofil BAHAN DAN METODE
juga terjadi secara in vitro (da Costa et
al.,2007). Baweja et al. (2016) dan Sampel dan Presparasi Sampel
Miyashita et al. (2012) menyatakan bahwa Sampel yang digunakan dalam
karakteristik untuk memadamkan dan penelitian ini adalah rumput laut yang biasa
memburu radikal bebas merupakan dasar dikonsumsi oleh masyarakat di pesisir
pemanfaatan karotenoid sebagai selatan Pulau Jawa, Gunung Kidul.
antioksidan untuk mencegah berbagai Pengambilan sampel rumput laut dilakukan
penyakit kardiovaskular, kanker, dan pada saat air laut surut. Sampel rumput laut
penyakit-penyakit kronis lainnya. Selain yang diperoleh dicuci dengan air laut untuk
sebagai antioksidan, karotenoid rumput laut menghilangkan kotoran dan epifit yang
seperti α-karoten, β-karoten, dan β- menempel. Sampel dikemas dalam plastik
kriptoxantin merupakan provitamin A. hitam (polybag) dan disimpan dalam cool
Ulva lactuca L. merupakan salah satu jenis box yang telah diisi es batu. Selanjutnya
rumput laut hijau yang memiliki wilayah sampel disimpan di dalam freezer sampai
sebaran yang sangat luas di dunia, yakni di analisis selanjutnya dilakukan.
benua Eropa, Amerika, maupun Asia, Sampel rumput laut diidentifikasi di
termasuk Indonesia (Algabase). Ulva Laboratorium Sistematika Tumbuhan
lactuca L. disebut juga sebagai sea lettuce Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada,
karena talusnya yang lebar seperti bentuk Jogjakarta.
daun,dengan panjang antara 30 – 50 cm
(ada yang mencapai 100cm). Masyarakat Analisis Kadar Abu dan Kadar Air
pesisir pantai Selatan Jawa, khususnya Analisis kadar abu (total mineral)
wilayah Gunung Kidul selama ini telah dan kadar air dilakukan secara
memanfaatkan Ulva lactuca L. sebagai termogravimetri dengan mengacu metode
bahan pangan. Kondisi perairan yang Sudarmadji et al. (1984). Sampel sebanyak
terhubung dengan Samudera Hindia, 2 gram dimasukkan ke dalam cawan
dengan arus yang tidak begitu kuat serta porselen yang sudah diketahui bobotnya.
substrat berupa rataan terumbu karang, Sampel untuk analisis kadar abu (2 gram),
mendukung pertumbuhan Ulva lactuca L. diarangkan di atas bunsen dengan nyala api
sehingga tumbuh melimpah di Pantai kecil sampai berasap. Selanjutnya
Kukup. Pantai Kukup adalah daerah dimasukkan ke dalam tanur pada suhu
destinasi wisata, sehingga disamping 550°C sampai menjadi abu yang berwarna
mengkonsumsi langsung sebagai sayuran, putih, sedangkan sampel untuk analisis
masyarakat di sekitar pantai Kukup juga kadar air (2 gram) langsung dimasukkan ke
membuat kerupuk dari Ulva lactuca L. dan dalam oven dengan suhu 105oC selama
dijual sebagai oleh-oleh. Akan tetapi, kurang lebih 3 jam. Cawan dari oven dan
tanur didinginkan dalam desikator dan

3
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.

dilakukan penimbangan hingga diperoleh karbohidrat dimulai dengan pembuatan


bobot tetap. kurva standar dengan 0,1 gram glukosa
yang dilarutkan dengan aquades,
Analisis Kadar Protein kemudian di masukkan kedalam labu takar
Analisis kadar protein total dilakukan 250 ml. Selanjutnya dibuat bebeapa seri
dengan metode Kjedahl menurut pengenceran untuk pembuatan kurva
Sudarmadji et al. (1984). Sebanyak 1 gram standar lalu ditambahkan dengan cepat 5
sampel dimasukkan ke dalam labu kjeldahl ml pereaksi anthrone dan didihkan. Setelah
dan didestruksi menggunakan 20 ml asam didinginkan, absorbansi dibaca dengan
sulfat pekat dengan pemanasan sampai spektrofotometer pada panjang gelombang
larutan berwarna jernih. Larutan hasil 630 nm. Selanjutnya dilakukan analisis
destruksi diencerkan dan didestilasi dengan sampel. Sebanyak 1 gram sampel
penambahan 10 ml NaOH 10 %. Destilat dilarutkan dalam 100 ml aquades setelah itu
ditampung dalam 25 ml larutan H3BO3 3 %. disaring dengan kertas saring. Sebanyak 5
Larutan H3BO3 dititrasi dengan larutan HCl ml filtrat sampel dimasukkan kedalam
standar menggunakan metil merah sebagai tabung reaksi dan ditambahkan HCl 3 ml
indikator. Dari hasil titrasi ini total nitrogen dan larutan Anthrone 3 ml lalu
dapat diketahui. Nilai total nitrogen yang dihomogenisasi. Setelah itu didihkan
diperoleh kemudian dikalikan dengan faktor selama 10 menit dan didinginkan, kemudian
koreksi 6,25 untuk mendapatkan kadar di homogenkan kembali. Intensitas warna
protein total. yang terbentuk dibaca dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang
Analisis Kadar Lemak 630 nm.
Analisis kadar lemak menggunakan
metode Soxhlet menurut Sudarmadji et al. Uji Aktivitas Antioksidan
(1984). Labu soxhlet dikeringkan dalam Uji antioksidan dilakukan dengan
oven dan ditimbang bobot awalnya. menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
Sebanyak 2 gram sampel dibungkus (DPPH) sebagai radikal bebas menurut
dengan kertas saring, kemudian ditutup Banerjee et al. (2005). Sampel diekstraksi
dengan kapas wool yang bebas lemak. dengan menggunakan metanol. Sampel
Kertas saring yang berisi sampel tersebut basah sebanyak 5 gram dipotong kecil-kecil
dimasukkan dalam alat ektraksi soxhlet, (± 1 cm) kemudian dihaluskan lalu
kemudian dipasang alat kondensor dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
diatasnya dan labu lemak di bawahnya. direndam dengan 100 ml methanol selama
Pelarut dietil eter dituangkan ke dalam labu 1 jam di atas shaker. Larutan hasil
lemak secukupnya sesuai dengan ukuran perendaman disaring dan filtratnya
yang digunakan. Selanjutnya dilakukan dievaporasi menggunakan rotary evaporator
refluks minimum 5 jam sampai pelarut yang pada suhu 40ºC. Ekstrak kering selanjutnya
turun kembali ke labu lemak berwarna dimasukkan ke dalam vial untuk pengujian.
jernih. Pelarut yang ada di dalam labu Pengujian dimulai dengan pembuatan seri
lemak didestilasi dan ditampung. Labu konsentrasi, yaitu 100, 500, 1000, 2000,
lemak yang berisi hasil ekstraksi 4000, 8000, 16000 ppm. Setiap seri
dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C konsentrasi ditambahkan larutan DPPH 0,1
kemudian didinginkan dalam desikator dan mM sebanyak 3 ml (1:3 v/v). Selanjutnya
dilakukan penimbangan hingga diperoleh sampel dan DPPH divortex selama 1 menit
bobot tetap. kemudian diinkubasi selama 30 menit pada
suhu ruang. Absorbansi diukur
Analisis Kadar Karbohidrat menggunakan Spektrofometer U-1240
Analisis kadar karbohidrat dilakukan Shimadzu Mini-UV pada panjang
dengan metode Anthrone menurut gelombang 517 nm. Nilai Inhibition
Sudarmadji et al. (1984). Analisi kadar Concentration (IC50) dicatat sebagai jumlah

4
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.

konsentrasi sampel untuk mengurangi dimonitor pada panjang gelombang 430 nm.
konsentrasi DPPH sebanyak 50%. Persen Kromatogram setiap puncak dianalisis
penghambatan dihitung dengan rumus : menggunakan acuan pustaka yang
menggunakan sampel dan metode yang
𝐴𝑏𝑠.𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% penghambat = 𝑥 100 % sama.
𝐴𝑏𝑠.𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜

Ekstraksi sampel Analisis Data


Sampel rumput laut sebanyak 85.5 Data yang diperoleh dianalisis
gram dipotong kecil-kecil dan ditambah menggunakan Program Ms. Excell 2007
CaCO3 kemudian diblender dan diekstraksi dan Origin 6.1.
menggunakan pelarut aseton:methanol 3:7
v/v sebanyak 200 mL. Proses ekstraksi HASIL DAN PEMBAHASAN
diulang sampai residu berwarna pucat. Analisis Proksimat
Hasil ekstraksi disaring kemudian dipartisi Secara morfologi, rumput laut tidak
menggunakan dietil eter dengan mempunyai akar, batang maupun daun
perbandingan 1:1 v/v. Larutan garam jenuh sejati, keseluruhan bagian tubuh disebut
ditambahkan untuk membantu proses thallus. Secara taksonomi, rumput laut
pemisahan larutan pigmen (ekstrak kasar). termasuk dalam divisio Thallophyta.
Ekstrak pigmen (lapisan atas) ditampung Rumput laut tumbuh melekat pada substrat
dan dipekatkan dengan rotary evaporator. berupa karang, lumpur pasir, batu, dan
Ekstrak pigmen kering yang diperoleh benda keras lainnya. Sampel rumput laut
dilarutkan dengan sedikit aseton kemudian hijau yang digunakan dalam penelitian ini
ditampung pada botol sampel dan teridentifikasi sebagai Ulva lactuca
dikeringkan dengan gas N2 kemudian Linnaeus (Ulva lactuca L.) (Gambar 1).
disimpan di freezer untuk analisis Hasil analisis proksimat rumput laut
selanjutnya. Seluruh proses ekstraksi hijau Ulva lactuca L. yang merupakan hasil
sampel dilakukan dalam kondisi cahaya rata-rata dari tiga kali pengulangan
remang pada suhu ruang. diperlihatkan pada Tabel 1. Ulva lactuca L.
memiliki kandungan nutrisi berturut-turut
Identifikasi Pigmen dengan Kromatografi karbohidrat total 62,93%, lemak total 5,17%,
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) protein total 17,43%, kadar abu (mineral
Komposisi pigmen sampel dianalisis total) 2,94%, dan kadar air 11,53%.
menggunakan KCKT LC-20AD (Shimadzu, Kadar karbohidrat total Ulva lactuca
Kyoto) yang dilengkapi dengan detektor L. pada penelitian ini (62,93%) cukup tinggi
PDA (photodiode array) SPD - M20A pada bahkan ditemukan lebih tinggi dibandingkan
panjang gelombang 190 – 800 nm. Kolom dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
KCKT yang digunakan adalah RP - C18 Di Indonesia, kadar kabohidrat total Ulva
ODS Shim-Pack yang dilengkapi dengan lactuca L. dari perairan Ujung Genteng,
guard coloum. Analisis pigmen mengacu Sukabumi, Jawa Barat adalah 56.48%
pada metode Hegazi et al. (1998) yang (Santi et al., 2012), dari perairan Banten
telah dimodifikasi. Elusi pigmen 60,3% (Krisye et al., 2014) dan perairan
menggunakan sistem elusi gradien Pameungpeuk Jawa Barat 58.1% (Rasyid et
campuran methanol:asetonitril 7:3 dengan al., 2017). Penelitian terkait analisis
kecepatan alir 1 mL/menit pada suhu 30oC proksimat pada Ulva lactuca L.di beberapa
selama 60 menit. Ekstrak pigmen kasar negara lain menunjukkan kadar karbohidrat
dilarutkan dalam 5 mL asetonitril kemudian yaitu 59,1% (Rohan-Ghadikalei et al.,
disaring menggunakan membrane filter 2012), 46,42% (Khairy and El-Shafay,
whatman 0,2 μm. Sebanyak 20 μL filtrat 2013), dan 55,6% (Abdel-Khaliq et al.,
diinjeksi ke kolom KCKT. Komposisi pigmen 2014).

5
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.

Gambar 1. Talus Ulva lactuca L

Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Ulva lactuca L.


Jenis Nutrisi Kadar Rata-rata (%)
Karbohidrat 62,93
Lemak 5,17
Protein 17,43
Abu 2,94
Air 11,53

Dibandingkan dengan jenis lain dari yang disimpulkan dari hasil penelitian-
sesama genus Ulva, kadar karbohidrat total penelitian sebelumnya.
Ulva lactuca L. dalam penelitian ini lebih Kadar protein Ulva lactuca L. yang
tinggi dari Ulva fasciata yang dilaporkan dari ditemukan dalam penelitian ini (17,43%)
pantai bagian Tenggara India dan Mesir hampir sama dengan beberapa penelitian
berturut-turut 19,68% (Manivannanet al. sebelumnya seperti yang dilaporkan oleh
2009) dan 23,7% (Ismail, 2017), akan tetapi Khairy and El-Shafay (2013), Abdel-Khaliq
masih lebih rendah dari Ulva fasciata yang et al. (2014), dan Rohani-Ghadikolalei et al.
dilaporkan oleh Rameshkumar et al. (2012) (2012) berturut-turut 17,88%, 17,60%, dan
yakni 70,1%. Ulva reticulata dan Ulva rigida 17,10%. Akan tetapi ada beberapa hasil
juga memiliki kandungan karbohidrat total penelitian sebelumnya yang memiliki kadar
lebih rendah dari Ulva lactuca L. dalam protein total lebih rendah dari rentang kadar
penelitian yakni berturut-turut 55,77% protein total Ulva lactuca L. yang
(Ratana-Arporn and Chirapart, 2006) dan dikemukakan seperti pada hasil temuan
16, 74% (Frikha et al., 2011). Rasyid et al. (2017) sebesar 13,60%, Krisye
Total protein Ulva lactuca L. dalam et al. (2014) sebesar 5,30%, dan Santi et
penelitian ini sebesar 17,43% berat kering. al., (2012) sebesar 2,85%. Ortiz et al.
Baweja et al., (2016) menyatakan bahwa (2006) mengemukakan hasil kadar protein
total protein rumput laut hijau dan merah total Ulva lactuca L. sebesar 27,20%,
berkisar antar 10 – 48% berat kering dan dimana angka ini lebih tinggi dari rentang
khusus Ulva Lactuca L. berkisar antara 10 – yang dikemukakan.
26% (Nisizawa et al., 1987; Fleurence, Lemak total Ulva lactuca L. dalam
1999; Fleurence et al., 2012). Dengan penelitian ini sebesar 5,17% berat kering.
demikian kadar protein total Ulva lactuca L. Dibandingkan dengan lemak total dari pada
dalam penelitian ini masuk dalam rentang penelitian-penelitian sebelumnya maka

6
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.

kadar lemak total Ulva lactuca L. dalam sangat mempengaruhi kandungan nutrisi
penelitian ini lebih tinggi dari yang Ulva lactuca L. Kandungan nutrisi dapat
dilaporkan oleh Rohani-Ghadikolaei et al. bervariasi menurut kondisi lingkungan pada
(2012) (3,60%), Khairy and El-Shafay habitat Ulva lactuca L. (Santi et al., 2012;
(2013) (3,57%), Krisye et al. (2014) Krisye et al., 2014; dan Rasyid et al., 2017).
(2,90%), Santi et al. (2012) (2,24%), dan Analisis proksimat pada rumput laut yang
Abdel-Khaliq et al. (2014) (0,70%), tetapi tumbuh di perairan pada benua Eropa
lebih rendah dari yang dilaporkan oleh (Polat and Ozogul, 2013, Amerika (Ortiz et
Yaich et al. (2011) (7,78%). al., 2006; Ryther et al., 1985) serta Asia
Lemak total rumput laut sangat (Khairy and El-Shafay, 2013; Rohani-
rendah. Khairy and El-Shafay (2013) Ghadikolalei et al., 2012) dapat
melaporkan kadar lemak total beberapa menunjukkan hasil yang berbeda. Selain
rumput laut coklat, merah, dan hijau kurang perbedaan tempat dan pengaruh musim
dari 4% berdasarkan berat kering. Akan (Khairy and El-Shafay, 2013; Polat and
tetapi jika dibandingkan dengan tumbuhan Ozogul, 2013; Rohani-Ghadikolalei et al.
darat, kandungan polyunsaturated fat 2012; Ryther et al. 1985; Fleurence, 1999),
(PUFA) pada rumput laut lebih tinggi, yang kedalaman turut mempengaruhi kandungan
dapat berperan sebagai antioksidan yang dan komposisi nutrisi Ulva lactuca L. (Dere
kuat untuk mencegah penyakit-penyakit et al., 2003). Umur talus juga berpengaruh
kardiovaskular, osteoarthritis, dan diabetes terhadap kandungan komposisi kimia Ulva
(Mendis and Kim, 2011). Undaria dan Ulva lactuca L. yang ditemukan pada penelitian
merupakan genus rumput laut yang kaya ini dimana sampel yang digunakan masih
akan asam lemak stearidonic (omega 3) muda dilihat dari ukuran talus kurang dari
dan hexadecatrienoic (omega 6) (Baweja et 10 cm dan warna talus masih hijau terang.
al., 2016).
Kadar abu merupakan kandungan Uji Aktivitas Antioksidan
total mineral yang dikandung oleh suatu Uji aktivitas antioksidan ekstrak Ulva
bahan. Kadar abu Ulva lactuca L. dalam lactuca L. dalam penelitian ini
penelitian ini sebesar 2.94% berdasarkan menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
berat basah yang mana lebih rendah (DPPH) sebagai sumber radikal bebas.
dibandingkan dengan kadar abu beberapa DPPH banyak dipilih karena radikal bebas
penelitian sebelumnya yang berkisar antara ini tergolong stabil (Molyneux, 2004). Ulva
11 – 18 % (Rasyid et al., 2017; Turan et al., lactuca L. dilarutkan dalam methanol
2015; Krisye et al., 2014; Rohani- (ekstrak methanol) sehingga diharapkan
Ghadikolalei et al., 2012; Yaich et al., 2011), hanya senyawa yang larut dalam methanol
bahkan Nisizawa et al. (1987) melaporkan misalnya pigmen (klorofil dan karotenoid)
kadar abu Ulva lactuca L. sebesar 22.6%. dan asam lemak bisa larut, jadi tidak semua
Kadar air Ulva lactuca L. dalam komponen seluler sel akan terlarut (Marxen
penelitian ini (11,53%) ditemukan lebih et al., 2007).
rendah dari yang dilaporkan oleh Rasyid et Sebagai radikal bebas, DPPH
al. (2017) (16,90%), Turan et al. (2015) membutuhkan donor atom hidrogen untuk
(30,89%), dan Krisye et al. (2014) (16,70%), membuatnya stabil. Penelitian ini akan
namun masih lebih tinggi dari temuan menguji kemampuan Ulva lactuca L. untuk
Abdel-Khaliq et al. (2014) (8.50%) dan mendonorkan atom hidrogen kepada DPPH
Rohani-Ghadikolalei et al. (2012). dan meredam aktivitas DPPH. Absorbansi
Variasi kandungan karbohidrat, maksimum DPPH pada panjang gelombang
protein, lemak, abu, dan air Ulva lactuca L. 517 nm (Blois, 1958; Molyneux, 2004).
sangat tergantung dari lingkungan dimana Berkurangnya absorbansi DPPH yang
rumput laut ini ditemukan. Letak geografis dimonitor pada panjang gelombang 517 nm

7
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.

Tabel 2. Hasil dari Uji Antioksidan dengan Metode DPPH


Abs. Abs.
Abs . Persentase
Konsentrasi [ppm] DPPH 517 Terkoreksi 517
517 nm Inhibisi (%)
nm nm
100 0.810 0.003 0.807 2.641920
500 0.808 0.003 0.805 2.849073
1000 0.806 0.003 0.799 3.591116
2000 0.806 0.007 0.798 3.747774
4000 0.798 0.008 0.786 5.146737
8000 0.785 0.012 0.761 8.181700
16000 0.763 0.024 0.739 10.88671
Abs. Blanko 0.829

12
Persentase Penghambatan (%)

10

6
y = 0.00053x + 2.88801
R² = 0.97220
4

0
0 5000 10000 15000 20000
Konsentrasi Ulva lactuca L. (ppm)

Gambar 2. Kurva persentase penghambatan konsentrasi ekstrak Ulva lactuca L. terhadap


DPPH.

menunjukkan berkurangnya konsentrasi persentase penghambatan terhadap DPPH


DPPH dalam larutan. Dengan kata lain, (Gambar 2) sehingga daya hambat
ekstrak methanol Ulva lactuca L. yang berbanding lurus dengan konsentrasi
dicampur dengan DPPH telah ekstrak. Berdasarkan persamaan regresi
bereaksi/menangkap molekul DPPH. yang dihasilkan dari kurva hubungan
Konsentrasi ekstrak methanol Ulva lactuca konsentrasi ekstrak Ulva lactuca L.
L. untuk menangkap dengan molekul DPPH terhadap persentase penghambatan pada
hingga 50% disebut juga dengan Efficient berbagai seri konsentrasi, maka konsentrasi
Concentration (EC50) atau Inhibition Ulva lactuca L. yang diperlukan untuk
Concentration(IC50) (Molyneux, 2004). meredam radikal bebas DPPH hingga 50%
Hasil pengujian aktivitas antioksidan (IC50) adalah sebesar 88890.55 ppm.
Ulva lactuca L. dari beberapa konsentrasi Molyneux (2004) menyatakan bahwa
ekstrak methanol Ulva lactuca L. semakin kecil konsentrasi IC50 maka
ditunjukkan pada Tabel 2. Dari kurva semakin besar aktivitas antioksidan.
tampak bahwa semakin besar konsentrasi Dengan kata lain, semakin kecil konsentrasi
ekstrak Ulva lactuca L., semakin besar suatu senyawa yang dapat menghambat

8
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.

1800

1600 11

Absorbansi (mAU) 1400

1200

1000

800

600

400 5 6 28
21 31
1718 20 22 29
200 7 13 24 27
1 32
19 23 30
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu Tambat (menit)

Gambar 3. Kromatogram KCKT ekstrak kasar Ulva lactuca L. yang dideteksi pada panjang gelombang
430 nm. Serapan maksimum setiap puncak yang diberi nomor merupakan pigmen-pigmen
yang teridentifikasi pada Tabel 3.

aktivitas DPPH atau radikal bebas lain


maka kemampuan antioksidannya semakin
tinggi.
Beberapa penelitian yang menguji pigmen, senyawa polifenol, dan flavonoid.
aktivitas antioksidan Ulva lactuca L. dari Ulva lactuca L. yang diuji dalam penelitian
wilayah yang berbeda menunjukkan nilai ini masih muda sehingga kandungan
IC50 yang berbeda-beda pula. Abd. El-Baky senyawa bioaktif mungkin masih sedikit.
et al. (2008) menemukan nilai IC50 Ulva Akan tetapi, Ulva lactuca L. memiliki
lactuca L. yang ditumbuhkan di laboratorium potensi antioksidan yang perlu untuk diteliti
dengan air laut alami lebih jauh, teutama dengan menguji setiap
pada konsentrasi 16.50 μg/ml, sedangkan senyawa bioaktif yang terlarut di dalam
Farvin and Jacobsen (2013) dan Kosanić et ekstrak methanol secara terpisah.
al. (2014) mendapatkan nilai IC50 berturut-
turut sebesar 1266.7 ± 11.0 μg/ml dan Komposisi Pigmen
623.58 ± 2.35 μg/ml dari sampel yang Komposisi pigmen Ulva lactuca L.
diambil langsung dari perairan pantai. dihasilkan dari proses pemisahan ekstrak
Dibandingkan dengan penelitian- kasar melalui KCKT yang dilengkapi
penelitian sebelumnya, kemampuan Ulva dengan detektor PDA selama 60 menit.
lactuca L. meredam radikal bebas dari Kromatogram KCKT hasil pemisahan
DPPH dalam penelitian ini lebih rendah ekstrak kasar Ulva lactuca L. yang
karena konsentrasi penghambatan 50% merupakan tampilan 3 dimensi fungsi
yang lebih tinggi dari penelitian-penelitian Absorbansi (mAU), waktu tambat (tR), dan
sebelumnya. Kemampuan untuk panjang gelombang (nm) menghasilkan 32
menangkap radikal bebas sangat puncak serapan maksimum yang dideteksi
dipengaruhi dengan kandungan senyawa- pada panjang gelombang 430 nm (Gambar
senyawa bioaktif dalam thallus antara lain 3).

9
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.

Tabel 3. Komposisi Pigmen Ulva lactuca L. yang Dideteksi Pada Panjang Gelombang 430 nm
Puncak tR' tR Eluent (nm) Pigmen Acuan Pustaka
0 2.772
1 1.879 4.651 416, 656 golongan klorofil Hegazi et al., 1998; Limantara &
Heriyanto, 2010,
2 2.103 4.875 397, 423, 613, 669 Klorofilid a Britton, 1995, Hegazi et al., 1998;
Limantara & Heriyanto, 2010
3 2.444 5.216 416, 439, 466, golongan xantofil dan Britton, 1995
613, 666 klorofilid a
4 2.796 5.568 402, 427, 445, golongan xantofil dan Britton, 1995
472, 662 klorofil
5 3.041 5.813 413, 436, 464 Neoxantin Britton, 1995
6 3.415 6.187 416, 440, 470 Dinoxantin Britton, 1995, Jeffrey et al. 1997
7 4.3 7.072 402, 423, 449 Flavoxantin Britton, 1995, Hegazi et al., 1998;
Limantara & Heriyanto, 2010
8 4.908 7.68 421, 441, 468 Micronone Hegazi et al., 1998
9 5.377 8.149 412, 434, 463 9'cis-neoxantin Hegazi et al., 1998
10 5.911 8.683 412, 434, 461 9'cis-neoxantin - like Hegazi et al., 1998
11 7.052 9.824 422, 445, 473 Anteraxantin Britton, 1995; Jeffrey et al., 1997; Hegazi
et al., 1998; Limantara & Heriyanto,
2010; Heriyanto et al., 2017
12 8.172 10.944 463, 599, 646 Divinil klorofil b Jeffrey et al., 1997
13 9.207 11.979 430, 463, 577, golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
604, 656
14 9.985 12.757 464, 603, 653 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
15 10.561 13.333 465, 653 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
16 11.02 13.792 420, 441, 468 Vaucheriaxantin Britton, 1995, Jeffrey et al., 1997
17 11.553 14.325 418, 441, 463 Vaucheriaxantin-like Britton, 1995, Jeffrey et al., 1997
18 11.959 14.731 453, 582, 634 Chlorophyll c-like Jeffrey et al., 1997
19 15.607 18.379 440, 656 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
20 18.529 21.301 465, 600, 650 klorofil b' Hegazi et al., 1998; Limantara &
Heriyanto, 2010
21 19.873 22.645 465, 599, 651 golongan klorofil b' Hegazi et al., 1998; Limantara &
Heriyanto, 2010
22 20.716 23.488 458, 546, 593, 642 Golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
23 22.455 25.227 458, 599, 652 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
24 24.908 27.68 471, 603, 654 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
25 26.636 29.408 413, 538, 665 Feofitin a Jeffrey et al., 1997
26 29.441 32.213 410, 463, 537, 664 golongan feofitin a Jeffrey et al., 1997
27 30.977 33.749 416, 506, 537, golongan feofitin a Jeffrey et al., 1997
570, 610, 656

28 35.681 38.453 430, 583, 614, 664 Klorofil a Jeffrey et al., 1997, Hegazi et al., 1998;
Limantara & Heriyanto, 2010, Heriyanto
et al., 2017
29 39.884 42.656 421, 573, 610, 657 golongan klorofil a Jeffrey et al., 1997, Limantara &
Heriyanto, 2010
30 41.559 44.331 412, 537, 573, golongan klorofil a Jeffrey et al., 1997, Limantara &
610, 663 Heriyanto, 2010
31 48.161 50.933 436, 672 golongan klorofil a Jeffrey et al., 1997, Limantara &
Heriyanto, 2010
32 52.332 55.104 413, 505, 537, golongan feofitin a Jeffrey et al., 1997, Limantara &
610, 664 Heriyanto, 2010

10
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.

Panjang gelombang 430 nm dipilih karena klorofilid a, feofitin a, dan juga bentuk
baik klorofil maupun karotenoid sama-sama epimer klorofil a dan b. Pigmen mirip klorofil
mengabsorbsi cahaya pada panjang c yang teridentifikasi pada tR 11,959 menit
gelombang ini. Klorofil memiliki serapan dengan serapan maksimum pada 453, 582,
maksimum pada panjang gelombang 410, dan 634 nm sepertinya bentuk klorofil c
430, 453, dan 642, dan 662 nm, sedangkan baru atau bahkan klorofil jenis baru yang
karotenoid memiliki serapan maksimum ditemukan tingkat kepolarannya lebih
pada 430 – 470 nm, 470 – 500 nm, dan 500 rendah dibandingkan kelompok karotenoid
– 530 nm (Gross, 1991). Identifikasi pigmen xantofil. Klorofil c biasanya terelusi terlebih
dilakukan dengan membandingkan waktu dahulu sebelum kelompok karotenoid
tambat yang dikenal dengan time retention xantofil pada KCKT fase terbalik (Hegazi et
(tR) dan pola spektra yang merupakan hasil al., 1998; Limantara & Heriyanto, 2010;
plot fungsi absorbansi (mAU) dan panjang Heriyanto et al., 2017).
gelombang (nm) pada waktu tambat dimana Selain klorofil, pigmen lain yang
terjadi serapan maksimum. Hasil identifikasi berhasil dipisahkan oleh KCKT adalah
pigmen setiap puncak ditampilkan pada kelompok karotenoid. Identifikasi jenis
Tabel 3. karoteind dalam penelitian ini tidak hanya
Waktu tambat (tR) sebenarnya didasarkan pada bentuk pola spektra dan
merupakan hasil pengurangan waktu panjang gelombang serapan maksimum,
tambat serapan maksimum pigmen (tR’) tetapi juga berdasarkan persentase rasio
dengan waktu tambat eluent (t0) (Pfander puncak III terhadap puncak II (% III:II) setiap
and Riesen, 1995; Hegazi et al.,1998). spektrum hasil plot absorbansi dan panjang
Waktu tambat eluent (t0) adalah waktu yang gelombang masing-masing puncak.
dibutuhkan oleh larutan fase gerak Pola spektrum karotenoid biasanya
(pengelusi) untuk melalui kolom (Pfander memiliki tiga puncak serapan maksimum
and Riesen, 1995) yakni puncak pertama yang disebut dengan fine structure.
kromatogram KCKT (Britton, 1995). Waktu Serapan maksimum yang membentuk tiga
tambat eluent (t0) pada penelitian ini adalah puncak terkait dengan jumlah ikatan
2.772 menit. rangkap pada struktur karotenoid, sehingga
KCKT memisahkan pigmen beberapa karotenoid dengan jumlah ikatan
berdasarkan kepolarannya. Pemisahan rangkap (kromofor) yang sama seperti β-
pigmen ekstrak kasar Ulva lactuca L. karoten, neoxantin, violaxantin, kriptoxantin,
menggunakan KCKT fase terbalik (Reverse- dan zeaxantin (9 ikatan rangkap), memiliki
phased HPLC) pada penelitian ini, sehingga pola spektrum yang sama (Gross, 1991;
pigmen yang keluar terlebih dulu adalah Britton, 1995; Jeffrey et al., 1997). Posisi
pigmen yang lebih polar (Gross, 1991). tiga puncak serapan maksimum karotenoid
Klorofil a dan b bersifat kurang polar, tetapi sangat dipengaruhi oleh bentuk struktur
klorofil c dan turunan klorofil a seperti molekul (kondisi cincin, gugus tertentu
klorofilid a bersifat polar sehingga dapat antara lain gugus karbonil) dan pelarut
dideteksi pada menit-menit awal (Gross, 1991), oleh sebab itu,ratio posisi
pemisahan, kemudian diikuti oleh kelompok tiga puncak serapan maksimum karotenoid
karotenoid xantofil yang lebih polar dapat membantu untuk membedakan jenis-
dibandingkan dengan kelompok karotenoid jenis karotenoid yang memiliki jumlah ikatan
karoten. rangkap yang sama (Britton, 1995; Jeffrey
Berdasarkan komposisi pigmen et al., 1997).
yang teridentifikasi pada Tabel 3, kelompok Persentase rasio III:II sangat
klorofil yang terdeteksi dari ekstrak kasar membantu dalam proses identifikasi
Ulva lactuca L. adalah klorofil a, b, c, dan karotenoid. Vaucheriaxantin (puncak 16
turunan kedua jenis klorofil tersebut seperti pada Gambar 3) memiliki serapan

11
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.

maksimum yang hampir sama dengan Berdasarkan hasil identifikasi pigmen


violaxantin (420, 441, 468 nm) tetapi dari ekstrak kasar Ulva lactuca L., terlihat
memiliki %III:II sebesar 53% yang lebih bahwa Ulva lactuca L. memiliki 3 jenis
kecil dari violaxantin (95-98%) (Britton, karotenoid allenic yakni neoxantin,
1995) sehingga dapat diidentifikasi sebagai anteraxantin, dan vaucheriaxantin. Dengan
vaucheriaxantin. Sebaliknya, puncak 5 pada demikian, Ulva lactuca L. memiliki potensi
Gambar 3 teridentifikasi sebagai neoxantin yang sangat besar sebagai antioksidan
karena walaupun memiliki %III:II yang sama untuk mencegah dan menghambat
yakni dengan vaucheriaxantin tetapi munculnya penyakit-penyakit metabolik
menunjukkan serapan maksimum pada akibat oksidasi dalam tubuh sehingga
panjang gelombang yang berbeda, yang pigmen-pigmen ini juga dapat dimanfaatkan
lebih mirip ke neoxantin. secara luas yang terkait dengan kesehatan
Keseluruhan karotenoid yang seperti kosmetik, pangan fungsional, dan
teridentifikasi dari kromatogram KCKT farmasi.
adalah neoxantin dan turunannya,
dinoxantin, flavoxantin, micronone, KESIMPULAN
anteraxantin, dan beberapa kromatogram Ulva lactuca L. memiliki potensi yang
lain yang tidak teridentifikasi. Semua jenis besar untuk dikembangkan sebagai bahan
karotenoid tersebut adalah merupakan baku pangan fungsional karena mempunyai
kelompok xantofil yang bersifat lebih polar kadar karbohidrat dan protein yang cukup
dibandingkan dengan klorofil a, b, dan tinggi tetapi rendah lemak. Selain
turunannya, serta kelompok karotenoid kandungan nutrisi yang baik, ekstrak kasar
karoten seperti α-karoten, β-karoten, ε- Ulva lactuca L. juga menunjukkan aktivitas
karoten. antioksidan terhadap radikal bebas DPPH.
Neoxantin dan anteraxantin Ulva lactuca L. juga mengandung pigmen
merupakan kelompok xantofil yang alami dari kelompok klorofil yakni klorofil a,
umumnya ditemukan pada rumput laut hijau b, dan c, dan kelompok karotenoid antara
(Dumay and Morançais, 2016), dan juga lain neoxantin, anteraxantin, dinoxantin,
ditemukan dalam penelitian ini. Neoxantin, flavoxantin, micronone, dan
anteraxantin, vaucheriaxantin, dan vaucheriaxantin. Setiap pigmen
fukoxantin adalah jenis xantofil yang menunjukkan aktivitas bioaktif, dan diantara
memiliki ikatan allenic pada struktur pigmen yang ada, neoxantin, anteraxantin,
molekulnya (C=C=C), dimana ikatan ini dan vaucheriaxantin memiliki ikatan allenic
sangat jarang terdapat pada senyawa alami seperti pada fucoxantin yang disinyalir
lainnya dan hanya ditemukan pada bertanggungjawab terhadap aktivitas
beberapa jenis alga (Gross, 1991; Jeffrey et antioksidan dan penghambatan terjadinya
al., 1997; Miyashita et al., 2011). Ikatan kanker, obesitas, diabetes, dan penyakit
allenic pada fukoxantin disimpulkan oleh metabolik lainnya. Dengan demikian, Ulva
Kim dan Pangestuti (2012) sebagai lactuca L. merupakan komoditi yang sangat
penyebab fukoxantin menjadi pemburu menjanjikan untuk dikembangkan secara
radikal bebas yang baik sehingga memiliki besar-besaran dalam bidang pangan,
potensi yang besar dalam bidang kesehatan, farmasi, dan kosmetik.
neutraceutical dan farmaceutical untuk
mengganti antioksidan sintetik. Selain itu, UCAPAN TERIMA KASIH
pada suatu perlakuan menggunakan Penulis menyampaikan terima kasih
fukoxantin dan neoxantin juga memberikan kepada Heriyanto, Ph.D dari Ma Chung
efek supresif terhadap obesitas dimana Research Center for Photosynthetic
disimpulkan merupakan pengaruh dari Pigment (MRCPP) atas komunikasi pendek
ikatan allenic yang terdapat pada kedua dan artikel-artikel terkait yang memperkaya
xantofil ini (Kim and Pangestuti, 2012; ulasan hasil penelitian ini.
Shirosaki and Koyama, 2012).

12
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.

DAFTAR PUSTAKA da Costa, J. F., F. F. Karwur, dan L.


Abdel-Khaliq, A., H. M. Hassan, M. E. Limantara. 2007. Fotoproteksi Beta
Rateb, and O. Hammouda. 2014. Karoten dan Lutein Terhadap Klorofil
Antimicrobial Activity of Three Ulva a Dalam Aseton. Prosiding Seminar
Species Collected from Some Pigmen Nasional 2007 “Back To
Egyptian Mediterranean Seashores. Nature Dengan Pigmen Alami”.
International Journal of Engineering Salatiga, 24 Agustus 2007.
Research and General Science. Delaney, A., K. Frangoudes, and S.-A. Li.
2(5): 648-669 2016. Society and Seaweed:
Abd. El-Baky, H. H., F. K. El Bas, and G. S. Understanding the Past and Present.
El Baroty. 2008. Evaluation of In: Seaweed in Health and Disease
Marine Alga Ulva lactuca L. as A Prevention. Edited by J. Fleurence
Source of Natural Preservative and I. Levine. Elsevier, Inc. Oxford.
Ingredient. American-Eirasian J. p. 8
Agric & Environ.Sci. 3(3): 434 – 444. Dere, S., N. Dalkiran, D. Karacağlu, G.
Algabase.http://www.algaebase.org/search/ Yildiz, and E. Dere. 2003. The
species/detail/?species_id=T3ccc55 determination of total protein, total
72f89e4911&sk=0&from=results. soluble carbohydrate and pigment
Diakses pada 22 Agustus 2017. contents of some macroalgae
Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistidjo, dan collected from Gemlik-Karacaali
Rachmaniar. 1996. Pengenalan (Bursa) and Erdek-Ormanlı
Jenis-jenis Rumput Laut. Jakarta. (Balıkesir) in the Sea of Marmara,
Puslitbang Oseanologi LIPI. Turkey. Oceanologia, 45(3):453-471
Banerjee, A., N. Dasgupta, and B. De. Dumay, J., and M. Morançais. 2016. Protein
2005. In Vitro Study of Antioxidant and Pigment, In: Seaweed in Health
Activity of Syzygium cumini Fruit. J. and Disease Prevention. Edited by J.
Food Chemistry. 90:727-733. Fleurence and I. Levine. Elsevier,
doi:10.1016/j.foodchem.2004.04.033 Inc. Oxford. p. 282
Baweja, P., S. Kumar, D. Sahoo, and I. Djapiala, F.Y., L. Montolalu, A.D.Y. dan F.
Levine, 2016. Biology of Seaweed. Mentang. 2011. Kandungan total
In: Seaweed in Health and Disease fenol dalam rumput laut
Prevention. Edited by J. Fleurence Caulerparacemosa yang berpotensi
and I. Levine. Elsevier, Inc. Oxford. sebagai antioksidan. JurnalMedia
p. 54 Teknologi Hasil Perikanan. (1): 5-9
Blois, M.S. 1958. Antioxidant Farvin, K. H. S., and C. Jacobsen. 2013.
Determinations by the Use of a Phenolic compounds and antioxidant
Stable Free Radical. Nature. activities of selected species of
181(4617):1199-1200. seaweeds from Danish coast. Food
Britton, G. 1995. UV/Visible Spectroscopy, Chemistry 138 : 1670–1681
In: Carotenoids - Spectroscopy, Fleurence, J. 1999. Seaweed proteins:
edited by. Britton, G., S. Liaaen- biochemical,nutritional aspects and
Jensen, and Pfander, H.Vol.1B. potential uses. Trends in Food
Birkhäuser Verlag Basel. p.13-62 Science & Technology 10:25-28.

13
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.

http://www.life.sci.qut.edu.au/epping/ Pigment Composition of Brown


LQB381ScROLL/Fronteirs_reviews/s Seaweeds Collected from Panjang
eaweed.pdf Island, Central Java, Indonesia.
Fleurence, J., M. Morançais, J. Dumay, P. Philippine Journal of Science,
Decottignies,V. Turpin, M. Munier, N. 146(3):323-330
Garcia-Bueno, and P. Jaouen. 2012. Ismail, G. A. 2017. Biochemical composition
What are the prospects for using of some Egyptian seaweeds with
seaweed in human nutrition and for potent nutritive and antioxidant
marine animals raised through properties. Food Sci. Technol,
aquaculture? Trends in Food Campinas, 37(2):294-302.
Science & Technology, 27:57-61 http://dx.doi.org/10.1590/1678-
Frikha, F., M. Kammoun, N. Hammami, R.A. 457X.20316
Mchirgui, L. Belbahri, Y. Gargouri, N. Jeffrey, S.W., R.F.C. Mantoura, and T.
Miled, and F. Ben-Rebah. 2011. Bjørnland. 1997. In: Phytoplankton
Chemical composition and some Pigments in Oceanography:
biological activities of marine algae Guidelines to Modern Methods.
collected in Tunisia. Ciencias Edited by. Jeffrey, S.W., R.F.C.
Marinas, 37(2): 113–124 Mantoura, and S.W. Wright.
Ghosh, R., K. Banerjee, and A. Mitra. 2012. UNESCO. p. 449 - 559
Eco-Biochemical Studies of Khairy, H.M., and S.M. El-Shafay. 2013.
Common Seaweeds in the Lower Seasonal variations in the
Gangetic Delta In : Handbook of biochemical composition of some
Marine Macroalgae. Biotechnology common seaweed species from the
and Applied Phycology. John Wiley coast of Abu Qir Bay, Alexandria,
& Sons, Ltd. p.45 – 57. Egypt. Oceanologia, 55(2):435-452.
Gross, J. 1991. Pigments in Vegetables: doi:10.5697/oc.55-2.435
Chlorophyll and Carotenoids. Van Kim, S., and R. Pangestuti. 2012. Biological
Nostrand Reinhold. New York. 351p Activities and Potential Health
Handayani, T., Sutarno, dan A. D. Benefits of Fucoxanthin Derived
Setyawan. 2004. Analisis Komposisi from Marine Brown Algae. In:
Nutrisi Rumput Laut Sargassum Advances in Food and Nutrition
crassifolium J. Agardh. Biofarmasi, Research – Marine Medicinal Foods,
2(2):45-52. Implications and Applications Macro
Hegazi, M.M.I., Ruzafa, A.P., Almela, L., & and Microalga. Edited by. S. Kim
Candela, M.E. 1998. Separation and Vol.64. Elsevier Inc.Oxford. p.115-
identification of chlorophylls and 116
carotenoids from Caulerpa prolifera, Kosanić, M., B. Ranković, and T.
Jania rubens and Padina pavonica Stanojković. 2014. Biological
by reversed-phase high-performance activities of two macroalgae from
liquid chromatography. Journal of Adriatic Coast of Montenegro. Saudi
Chromatography A, 829: 153-159. Journal of Biological Science.
Heriyanto, A. D. Juliadiningtyas, Y. Shioi1, 22(4):1-8.
L. Limantara, and T. H. P. http://dx.doi.org/10.1016/j.sjbs.2014.
Brotosudarmo. 2017. Analysis of 11.004

14
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.

Krisye, M. Kawaroe, dan U. Hasanudin. Miyashita, K., M. Airanthi, K. Widjaja-Adhi,


2016. Biodegradasi Anaerobik M. Abe, and M. Hosokawa, 2012.
Makroalga Ulva sp. untuk Algal Carotenoids as Potent
Menghasilkan Biogas dengan Antioxidants. In : Handbook of
Metode Batch. Oseanologi dan Marine Macroalgae. Biotechnology
Limnologi di Indonesia. 1(1):57-65 and Applied Phycology. John Wiley
Limantara, L. and Heriyanto. 2010. Studi & Sons, Ltd. West Sussex. p.403 –
Komposisi Pigmen dan Kandungan 414 .
Fukosantin Rumput Laut Cokelat Miyashita, K., S. Nishikawa, F. Beppu, T.
dari Perairan Madura dengan Tsukui, M. Abe, and M. Hosokawa.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. 2011. The allenic carotenoid
Ilmu Kelautan, 15(1):23-32 fucoxanthin, a novel marine
Ma’ruf, W.F., R. Ibrahim, E.N. Dewi, E. nutraceutical from brown seaweeds.
Susanto, dan U. Amalia. 2013. Profil J Sci Food Agric, 91: 1166–1174
Rumput laut Caulerpa racemosa dan Molyneux, P. 2004. The use of the stable
Gracilaria verrucosa sebagai Edible free radical diphenylpicrylhydrazyl
Food. Jurnal Saintek Perikanan, (DPPH) for estimating antioxidant
9(1):68-74. Activity. J. Sci. Technol., 26(2) : 211-
Maninvannan, K., G. Thirumaran, G. 219
Karthikai Devi, P. Anantharaman, Nawaly, H., A.B. Susanto, dan J.L.A.
and T. Balasubramanian. 2009. Uktolseja. 2013. Senyawa Bioaktif
Proximate Composition of Different dari Rumput Laut Sebagai
Group of Seaweeds from Vedalai Antioksidan. Prosiding Seminar
Coastal Waters (Gulf of Mannar): Nasional X Pendidikan Biologi FKIP
Southeast Coast of India. Middle- UNS. Juli 2013.
East Journal of Scientific Research, https://www.researchgate.net/publica
4(2):72-77 tion/260131089
Marxen, K., K. H. Vanselow, S. Lippemeier, Nisizawa K., H. Noda, R. Kikuchi, and T.
R. Hintze, A. Ruser, and U. Hansen. Watanabe. 1987. The Main
2007. Determination of DPPH Seaweed Foods in Japan.
Radical Oxidation Caused by Hydrobiologia, 111/152:5-29.
Methanolic Extracts of Some Ortiz, J., N. Romero, P. Robert, J. Araya, J.
Microalgal Species by Linear Lopez-Hernández, C. Bozzo, E.
Regression Analysis of Navarrete, A. Osorio, and A. Rios.
Spectrophotometric Measurements. 2006. Dietary fiber, amino acid, fatty
Sensors, 7: 2080-2095 acid and tocopherol contents of the
Mendis, E. and S. Kim, 2011. Present and edible seaweeds Ulva lactuca and
Future Prospects of Seaweeds in Durvillaea antarctica.
Developing Functional Foods. In: Pfander, H. and R. Riesen. 1995.
Marine Medicinal Foods. Chromatography: Part IV High-
Implications and Applications, Macro Performance Liquid
and Microalgae. Edited by Kim, S. Chromatography, In: Carotenoids –
Academic Press. p.7 Isolation and Analysis, edited by.

15
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.

Britton, G., S. Liaaen-Jensen, and Research – Marine Medicinal Foods,


Pfander, H.Vol.1A. Birkhäuser Implications and Applications Macro
Verlag Basel. p.145-198. and Microalga. Edited by. S. Kim
Polat, S. and Y. Ozogul. 2013. Seasonal Vol.64. Elsevier Inc.Oxford. p.201
proximate and fatty acid variations of Soegiarto A, Sulistijo, dan W. S. Atmadja.
some seaweeds from the 1978. Rumput Laut(Algae): Manfaat,
northeastern Mediterranean Coast. Potensi, dan Usaha Budidaya.
Ocenaologia, 55(2):375-391. Jakarta: LON-LIPI.
doi:10.5697/oc.55-2.375 Sormin, R.B.D. 2011. Komposisi Kimia dan
Ratana-arporn, P. and A. Chirapart. 2006. Potensi Bioaktif Sayur Laut
Nutritional Evaluation of Tropical (Porphyra sp). Prosiding Seminar
Green Seaweeds Caulerpa Nasional: Pengembangan Pulau-
lentillifera and Ulva reticulate. pulau kecil, tahun 2011.
Kasetsart J. (Nat. Sci.) 40 (Suppl.) : Sudarmadji, S. B. Haryono, dan Suhardi.
75 - 83 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Rasyid, A. 2017. Evaluation of Nutritional Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Composition of The Dried Seaweed Sulistyowati, H. 2013. Struktur komunitas
Ulva lactuca from Pameungpeuk seaweed (rumput laut) di Pantai
Waters, Indonesia. Tropical Life Pasir Putih Kabupaten
Sciences Research, 28(2):119-125 Situbondo. Jurnal Ilmu
Rohani-Ghadikolaei, K., E. Abdulalian, and Dasar,4(1):58–61.
Wing-Keong Ng. 2012. Evaluation of Suparmi dan A. Sahri. 2009. Mengenal
the proximate, fatty acid and mineral Potensi Rumput Laut: Kajian
composition of representative green, Pemanfaatan Sumber Daya Rumput
brown and red seaweeds from the Laut dari Aspek Industri dan
Persian Gulf of Iran as potential food Kesehatan. Sultan Agung, 44(118):95-
and feed resources. J. Food Sci 116.
Technol, 49(6):774-780 Turan, F., S. Ozgun, S. Sayın, G.
Ryther, J.H., T. A. DeBusk, and J.E. Ozyılmaz. 2015. Biochemical
Peterson. 1985. Studies of Marine composition of some red and green
Macroalgae: Saline Desert Water seaweeds from Iskenderun Bay, the
Cultivation and Effects of northeastern Mediterranean coast of
Environmental Stress on Proximate Turkey. J. Black Sea/Mediterranean
Composition. A. Report. U.S. Environment, 21(3): 239-249
Department of Energy. 70p. Wang, Y., L. Mao, and Hu, X. 2004. Insight
Santy, R.A., T.C. Sunarti., D. Santoso, dan into the Structural Role of Carotenoids
D.A. Triwisari. 2012. Komposisi in Photosystem I: A Quantum
Kimia dan Profil Polisakarida Chemical Ananlysis. Biophys. J.
Rumput Laut Hijau. Jurnal Akuatika, 86:3097-3111.
3(2):105-114. Wijesekara, I., M. Senevirathne, L.Yong-
Shirosaki, M., and T. Koyama. 2012. Xin, and S. Kim. 2012. Functional
Laminaria japonica as a Food for Ingredients from Marine Algae as
Prevention of Obesity and Diabetes. Potential Antioxidants in the Food
In: Advances in Food and Nutrition Industry. In : Handbook of Marine

16
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.

Macroalgae. Biotechnology and Tunisia. Food Chemistry 128: 895–


Applied Phycology. John Wiley & 901
Sons, Ltd. West Sussex. p.400 – 402. Zakaria, F. R., Priosoeryanto, B. P., Erniaty,
Yaich, H., H. Garna, S. Besbes, M. Paquot, dan Sajida, 2017. Karakteristik Nori
C. Blecker, H. Attia. 2011. Chemical dari Campuran Rumput Laut Ulva
composition and functional properties lactuca dan Eucheuma cottonii. JPB
of Ulva lactuca seaweed collected in Kelautan dan Perikanan, 12(1):23-30

17

Potrebbero piacerti anche