Sei sulla pagina 1di 12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

3, November 2015

EVALUASI KANGAROO MOTHER CARE (KMC) PADA BBLR DI RSUD MARGONO


SOEKARJO PURWOKERTO

Priyatin Sulistyowati

Dosen Akademi Keperawatan Yakpermas Banyumas


Email: timluk_rafif@yahoo.co.id

ABSTRACT
KMC is an effective way to meet the need of warmth, breastfeeding, protection from
infection, stimulation, safety and affection in on LBW infants. The role of the nurse in the
developmental care, include KMC, is to minimize the short-term and long-term effects as a
result hospitalizationl. This research was to evaluate nurse’s knowledge, attitude, and
action for implementing KMC. This was an action research with quantitative and qualitative
approaches. The study was and action research conducted from April 27, 2014 to June 7,
2014. Total 24 nurses participated in research. Paired t-test and chi square analysed
collected data and qualitative analysis by in-depth interviews to four participants and Focus
Group Discussion with 5 participants support the statistic analyses. The results showed the
differences in nurses’ knowledge (p 0.005), attitudes (0.007) and action (p 0,000) for KMC
before and after the intervention. Qualitative results supported the need of intensive
promotion KMC of nurses to patients because many patients do not understand the
importance of KMC, and the need of KMC material refreshment. It concluded that there
was differences in knowledge, attitude and practice nurses before and after the
intervention of the provision of material.
Keywords: infants, Kangaroo Mother Care, Low Birth Weight, nurse, pediatric

ABSTRAK
KMC adalah cara efektif memenuhi kebutuhan dasar kehangatan, air susu ibu,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang pada BBLR. Peran
perawat dalam developmental care, salah satunya KMC, adalah meminimalisasi efek
jangka pendek dan jangka panjang akibat pengalaman hospitalisasi. Penelitian ini untuk
mengevaluasi pengetahuan, sikap dan tindakan KMC oleh perawat. Penelitian ini
menggunakan action research pada tanggal 27 April 2014 sampai dengan 7 Juni 2014.
Sampel total adalah 24 perawat. Paired t-test dan chi square diaplikasikan dalam analisis
data. Selain itu analisis kualitatif untuk mendukung kuantitatif dilakukan melalui wawancara
mendalam dengan 4 partisipan dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dengan 5 partisipan.
Hasil uji statistic menunjukkan perbedaan pengetahuan (p 0,005), sikap (p 0,007 ) dan
tindakan (p 0,000) KMC sebelum dan setelah intervensi. Hasil kualitatif pada penelitian ini
perlu adanya promosi KMC secara lebih intensif dari perawat ke pasien karena cukup
banyak pasien yang belum memahami pentingnya KMC dan perlu adanya intervensi
penyegaran kembali materi KMC. Disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan, sikap
dan tindakan perawat sebelum dan setelah intervensi pemberian materi.
Kata kunci: Bayi Berat Lahir Rendah, Kangaroo Mother Care, Perawat.

210
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

PENDAHULUAN keluarga, mempunyai tanggung jawab


Metode Kangaroo Mother Care (KMC) untuk memfasilitasi klien memperoleh
informasi yang lengkap tentang kondisi
merupakan salah satu teknologi tepat
kesehatan dan perawatan bayi prematur
guna yang sederhana, murah dan sangat
(Potter et al., 2013). Perawat diharapkan
dianjurkan untuk perawatan BBLR
mempunyai pengetahuan dan
(Pratomo, 2010). Manfaat KMC
ketrampilan terkini dalam memberikan
meningkatkan aktivitas menyusui dan
perawatan yang sesuai dengan
meningkatkan kepercayaan serta
kebutuhan pasien (Gordon and Watts,
kepuasan ibu (Charpak et al., 2005).
2011). Pengetahuan dan ketrampilan
KMC juga memberikan berbagai
yang harus dimiliki perawat terkait
keuntungan yang tidak dapat diberikan
dengan KMC adalah kapan mulai KMC,
inkubator. KMC dapat meningkatkan
teknik menggunakan KMC, kemampuan
kasih sayang antara ibu dan bayi oleh
komunikasi, konseling untuk keluarga,
karena merasakan kedekatan,
kemampuan memberikan pendidikan dan
membangun rasa percaya diri,
motivasi kepada keluarga dalam
meningkatkan keberhasilan menyusui
pelaksanaan perawatan metode kanguru
dan menurunkan pengalaman stress
pada ibu dan bayi (Johnson, 2008). KMC (WHO, 2003). Perawat neonatal sebagai
penyedia layanan kesehatan BBLR,
Akan meningkatkan angka kelangsungan
berada dalam posisi advokat
hidup pada BBLR dan bayi prematur
serta menurunkan resiko infeksi penggunaan KMC (Fenwick et al., 2001).
nosokomial, penyakit berat dan penyakit RSUD Prof. Dr. Margono
saluran pernapasan bawah (Agudelo et Soekarjo Purwokerto Soekarjo
al., 2003). Purwokerto sebagai rumah sakit rujukan
di wilayah Jawa Tengah Bagian Selatan.
Dukungan dari profesional
Menurut laporan Meternal Perinatal
kesehatan adalah penting dalam
tahun 2012 RSUD Prof. Dr. Margono
membantu ibu untuk mengatasi
Soekarjo Purwokerto Soekarjo distribusi
penderitaan yang berhubungan dengan
jenis kasus neonatus rujukan kasus
bayinya, penyakit saat perawatan di
BBLR menempati jumlah terbanyak,
rumah sakit (Miles et al., 2003). Studi
yaitu sebesar 22% (128) kasus.
menunjukkan bahwa perawat
Distribusi jenis kasus neonatus lahir,
memainkan peran penting dalam
BBLR menempati jumlah terbanyak,
mendukung interaksi antara ibu dan
yaitu sebesar 51%. Jumlah pasien BBLR
bayinya. Perawat memberikan dukungan
pada tahun 2011 sebesar 535 pasien,
psikososial untuk ibu agar dapat
sedangkan tahun 2012 jumlah pasien
meningkatkan peran ibu, perasaan ibu,
BBLR sebesar 565 pasien. Kasus
dan meningkatkan keyakinan ibu dalam
neonatus lahir di RSUD Prof. Dr.
perawatan bayinya (Turan et al., 2008).
Margono Soekarjo Purwokerto
Peran perawat pada bayi meninggal dilaporkan bahwa kasus
prematur adalah memberikan asuhan BBLR menempati jumlah terbanyak,
keperawatan yang paripurna dengan yaitu sebesar 86 pasien (37%). Hal ini
mempertahankan dan mendukung menunjukkan bahwa kasus BBLR
pertumbuhan dan perkembangan normal menjadi penyumbang terbesar kematian
anak. Perawat anak yang berperan neonatus yang lahir di RSUD Prof. Dr.
sebagai advokat dan edukator klien dan Margono Soekarjo Purwokerto (RSUD

211
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, p<0,05. Analisis kualitatif untuk


2012). mendukung kuantitatif dilakukan melalui
wawancara mendalam dengan 4
Untuk menurunkan jumlah
partisipan dan DKT dengan 5 partisipan.
pasien BBLR dan juga menurunkan
angka komplikasinya mulai bulan Juli Variabel independen dalam
2012 telah diterapkan KMC dalam penelitian ini adalah sikap, pengetahuan
perawatan pasien BBLR. Pelaksanaan dan tindakan perawat terhadap KMC.
KMC dilakukan bagi ibu yang memiliki Variabel dependen dalam penelitian ini
BBLR sebagai persiapan untuk adalah intervensi pemberian materi
perawatan di rumah. Berkaitan dengan KMC. Sedangkan variabel perancunya
faktor yang mendukung KMC RSUD adalah karakteristik perawat yang
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto meliputi: pendidikan, usia, lama bekerja,
telah menyediakan ruang khusus untuk paparan informasi sebelumnya.
pelaksanaan KMC di ruang Melati. HASIL
Tenaga paramedis yang ada sebanyak
24 orang, terdiri dari 5 orang lulusan S1 Tahap Diagnosis
keperawatan, 19 orang lulusan D3. Dua Proses pelaksanaan pengambilan data
orang perawat lulusan S1 keperawatan dilakukan dengan identifikasi masalah
dan Ners telah mengikuti pelatihan KMC untuk mengetahui pelaksanaan KMC
dan yang lain mengikuti in house saat ini. Hasil dari identifikasi
training. karakteristik responden dapat dijelaskan
Penelitian ini akan mengevaluasi bahwa perawat yang dievaluasi dalam
pelaksanaan tindakan KMC oleh perawat penelitian ini memiliki karakteristik yang
pada ibu yang memiliki BBLR di RSUD bervariasi. Dilihat dari umur sebagian
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. besar responden berusia 25-45 tahun.
Hal tersebut menggambarkan bahwa
METODE PENELITIAN umur responden merupakan umur
Penelitian ini menggunakan produktif untuk bekerja. Dilihat dari masa
metode action research. Pendekatan kerja, sebagian besar yaitu sebanyak
penelitian dilakukan dengan cara 75% perawat bekerja kurang dari 5
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan tahun. Hal ini dimungkinkan karena
kuantitatif untuk memperoleh data kebijakan dari rumah sakit adanya rotasi
karakteristik perawat, pengetahuan ruang minimal 2 tahun/sesuai kebutuhan.
perawat tentang KMC, sikap perawat Tingkat pendidikan responden paling
terhadap KMC dan pelaksanaan KMC. banyak adalah lulusan DIII Keperawatan
Pendekatan kualitatif dilakukan untuk sebanyak 19 orang. Hal tersebut
memperkuat hasil analisis kuantitatif dan menunjukkan sebagian perawat di
untuk memperoleh informasi lebih lanjut Ruang Melati memiliki pendidikan
mengenai hal-hal yang mempengaruhi perguruan tinggi. Dari keseluruhan
pelaksanaan KMC. perawat di Ruang Melati, baru 2 orang
atau 8,3% yang pernah mendapat
Besar sampel 24 perawat.
pelatihan KMC, sedangkan 22 orang
Analisis data yang digunakan analisis
perawat lainnya atau sebanyak 91,7%
univariat dan analisis bivariat
belum pernah mendapat pelatihan KMC.
menggunakan paired t-test dan chi
Data kualitatif diperoleh melalui
square dengan tingkat kemaknaan

212
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

wawancara dalam tahap ini untuk Tabel 1. Pengetahuan, Sikap dan


menggali bagaiman sikap dan Tindakan KMC Perawat (n=24)
pengetahuan perawat dalam
pelaksanaan KMC dilakukan Komponen A B
n % n %
menggunakan 4 sumber kunci.
Pengetahuan
Dari pengukuran sikap, 76-100 0 0 7 29,2
pengetahuan dan tindakan KMC 56-75 16 66,7 13 54,2
sebelum dilakukannya intervensi dari 24 ≤55 8 33,3 4 16,7
perawat, perawat masih memiliki
pengetahuan mengenai KMC ≤55 Sikap
sebanyak 33,3%. sebagian besar 76-100 11 45,8 20 83,3
56-75 10 41,7 4 16,7
perawat 45,8% perawat memiliki sikap ≤55 3 12,5 0 0
dengan skor 76-100 terhadap
pelaksanaan KMC, dalam arti perawat Tindakan
setuju dengan beberapa tindakan yang 76-100 10 41,7 24 100
dapat mendukung keberhasilan KMC. 56-75 14 58,3 0 0
Namun demikian dari hasil kuesioner ini, ≤55 0 0 0 0
peneliti juga menemukan bahwa ternyata Keterangan: A Sebelum Tindakan, B: Setelah
masih ada perawat yang kurang bersikap Tindakan
baik terhadap KMC, menganggap
orangtua bayi tidak perlu didorong dan penyusunan rencana. DKT dilakukan
diberikan informasi mengenai KMC. Dari dengan 5 orang perawat. Hasil DKT
kuantitatif juga dapat dilihat pelaksanaan perlunya intervensi penyegaran kembali
KMC yang belum optimal (100% materi terkait KMC.
sempurna) diperdalam melalui
wawancara terhadap nara sumber. Tahap Action Taking (Melakukan
Dalam pelaksanaan tindakan KMC Tindakan).
menurut partisipan terdapat beberapa
hambatan, antara lain rendahnya Peneliti bersama dengan perawat
kemauan pasien untuk menerapkan mengimplementasikan penyegaran
metode kanguru. Hal tersebut materi terkait KMC tanggal 9 Mei 2014.

“Hambatannya menurut saya terkait Evaluasi


kondisi bayinya dan kemauan ibunya.”
(Partisipan 2) Tahapan evaluasi dilakukan dengan
mengadakan pengukuran kembali dari
pengetahuan, sikap dan pelaksanaan
disampaikan seorang partisipan dalam KMC. Hasil dari pengukuran sebelum
wawancara pada tanggal 3 Mei 2014. dan sesudah intervensi kemudian
dilakukan uji statistika. Hasil ukur pada
Penyusunan Perencanaan Tabel 1.
Perencanaan untuk meningkatkan Dari Tabel 1 dapat diketahui
pelaksanaan KMC di ruang Melati adanya peningkatan baik pengetahuan,
dilakukan dengan Diskusi Kelompok sikap dan tindakan perawat sebelum dan
Terarah (DKT). DKT selain merupakan setelah intervensi. Tindakan perawat
bagian dari diagnosa juga bagian dari sudah dilakukan secara optimal, yakni

213
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

100%. Hal ini dikarenakan adanya Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data
dukungan fasilitas dari rumah sakit,
seperti dikatakan oleh responden dalam Variabel Skewness/
Standar Error
wawancara pada tanggal 3 Mei 2014.
Pengetahuan
Uji Normalitas data Pada Sebelum Setelah 0,229
penelitian ini uji normalitas data yang 0,852
digunakan adalah dengan membagi nilai Sikap
skewness dengan standar error pada Sebelum -0,391
masing-masing variabel. Berdasarkan Setelah 0,985
Tabel 2. dijelaskan bahwa variabel
pengetahuan, sikap dan tindakan Tindakan
Sebelum Setelah -1,356
sebelum dan setelah intervensi dengan 1,672
membagi nilai skewness dan standar
error ≤2, sehingga dinyatakan variabel
tersebut berdistribusi normal. Dengan intervensi memiliki p value <0,05 yang
demikian analisis bivariat dapat berarti baik pengetahuan, sikap dan
dilakukan dengan uji parametrik. tindakan memiliki perbedaan yang
bermakna sebelum dan sesudah
Perbedaan Rerata Skor Pengetahuan,
intervensi KMC.
Sikap dan Tindakan KMC
Pengaruh Variabel Perancu dengan
Hasil analisis perbedaan rata-rata
Variabel Independen dan Dependen
skor pengetahuan, sikap dan tindakan
sebelum dan sesudah intervensi Hasil chi square test menunjukkan
KMCmenggunakan Uji statistik paired t- karakteristik responden yang terdiri dari
test. umur, pendidikan, masa kerja, paparan
Tabel 3. menunjukkan aspek informasi sebelumnya, pelatihan KMC p
pengetahuan, yaitu t hitung 3,114 value >0,05. Hal ini dapat dikatakan
dengan nilai sig (2-tailed) 0,005<α=0,05. bahwa karakteristik responden sebagai
Pada aspek sikap yaitu t hitung 2,937 variabel perancu (confounding) terbukti
dengan nilai sig (2-tailed) 0,005<α=0,05. bukan menjadi faktor perancu terhadap
Sedangkan aspek tindakan yaitu t hitung variabel bebas (pengetahuan dan sikap)
5,675 dengan nilai sig (2-tailed) dan variabel terikat (pelaksanaan KMC).
0,005<α=0,05. Sehingga dapat PEMBAHASAN
disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap
dan tindakan sebelum dan sesudah KMC disebut berhasil bila adanya

Tabel 3. Hasil Uji Statistik Aspek Penilaian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan KMC
(n=24)

Aspek Penilaian t p Mean 95%CI


Difference
Pengetahuan 3,114 0,005 0,458 0,154-0,763

Sikap 2,937 0,007 0,500 0,148-0,852

Tindakan 5,675 0,000 0,583 0,371-0,796

214
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

dukungan baik fisik maupun emosional Hal ini menunjukkan bahwa umur
dari seluruh anggota keluarga, ibu, seseorang tidak mempengaruhi
masyarakat dan petugas kesehatan, pengetahuan, sikap ataupun tindakan
Tanpa adanya dukungan, akan sangat KMC perawat
sulit bagi ibu untuk dapat melakukan
Pada pendidikan, beberapa
KMC dengan berhasil (DepKes, 2008). penelitian menunjukkan bahwa ada
Penelitian terbaru yang berkaitan dengan pengaruh tingkat pendidikan terhadap
pengetahuan dan keyakinan perawatan tindakan KMC. Pendidikan
kanguru menunjukkan pengetahuan menggambarkan ketrampilan dan
pribdi perawat dan keyakinan kemampuan individu. Pendidikan
mempengaruhi dorongan dan keputusan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan
perawatan kanguru dengan bayi dan profesionalisme seorang perawat.
prematur sebagai praktek berbasis bukti Pendidikan mempunyai hubungan yang
(Engler et al., 2002). Pembahasan
sangat erat antara pekerjaan yang ada di
berikut akan menjelaskan makna dan klinik yang membutuhkan ketrampilan
hasil penelitian yang didapat dan yang memadai Ilyas (2012), Pada
membandingkan penemuan tersebut penelitian ini pendidikan responden
dengan penelitian sebelumnya atau mayoritas adalah DIII keperawatan yaitu
literatur. sebesar 79,2%. hal tersebut
Pengaruh Karakteristik Responden menunjukkan rata-rata perawat memiliki
Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan pendidikan perguruan tinggi, bahkan
Tindakan KMC. 20,8% adalah lulusan S1 keperawatan
ners. Sebagian responden sudah pernah
Dari hasil penelitian didapatkan hasil
mendapat informasi KMC sewaktu
bahwa karakteristik responden umur,
pendidikan DIII. Hasil uji statistik
pendidikan, masa kerja, paparan
menunjukkan pendidikan terahir dan
informasi sebelumnya, pelatihan KMC
paparan informasi sebelumnya
sebagai variabel perancu (confounding)
dihubungkan dengan pengetahuan, sikap
terbukti bukan menjadi faktor perancu
dan tindakan pelaksanaan KMC
terhadap variabel bebas (pengetahuan
menunjukkan p value >0,05, artinya
dan sikap) dan variabel terikat
pendidikan dan paparan informasi tidak
(pelaksanaan KMC).
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
Umur merupakan salah satu tindakan pelaksanaan KMC. Faktor yang
yang mempengaruhi daya tangkap dan diduga sebagai penyebab tidak
pola pikir seseorang. Semakin berhubungan secara bermakna tingkat
bertambah umursia seseorang maka pendidikan dengan pelaksanaan KMC
akan semakin berkembang daya tangkap adalah perawat yang memiliki tingkat
dan pola pikirnya sehingga pengetahuan pendidikan S1 keperawatan dan ners
yang diperoleh akan semakin baik adalah menajer keperawatan atau kepala
(Notoatmodjo, 2007). Hasil uji statistik ruang yang memiliki pokok dan
pada variabel umur dihubungkan dengan tanggungjawab untuk melaksanakan
pengetahuan menunjukkan p value fungsi menajemen ruang rawat inap,
=0,094, umur dihubungkan dengan sikap bukan sebagai tenaga teknis pelaksana
menunjukkan p value =0,288 dan umur KMC.
dihubungkan dengan pelaksanaan
tindakan KMC diperoleh p value =0,363.

215
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Hasil penelitian masa kerja pengetahuan, sikap dan tindakan


menunjukkan variasi masa bekerja cukup (O’Mahony et al., 2011), namun tidak
tinggi 2,82 hal tersebut dikarenakan dijelaskan apakah dampak tersebut
kebijakan rumah sakit yang telah masih efektif setelah jangka waktu yang
melakukan rotasi perawat kurang lebih lama.
satu tahun yang lalu, sehingga hampir Pada kenyataannya hasil
50% perawat memiliki masa kerja di penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
ruang Melati kurang dari 3 tahun. Masa hubungan antara paparan informasi
kerja perawat berkisar antara 1 tahun sebelumnya dengan peningkatan
hingga 10 tahun. Menurut Grealish & pengetahuan, sikap ataupun pelaksa-
Smale (2011), perawat yang mempunyai naan tindakan KMC. Hal tersebut dapat
kompetensi, masa kerja cukup dan disebabkan karena informasi yang
berpengalaman, akan memberikan didapat sudah lama sehingga
pelayanan yang lebih baik dibandingkan
kemungkinan responden sudah lupa.
dengan perawat yang baru. Hal ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang Dilihat dari variabel pelatihan
seharusnya lama masa kerja perawat KMC, sebagian besar responden belum
memberikan pengalaman dan mendapat pelatihan Perawatan BBLR
pengetahuan yang berpengaruh pada model Kangguru yaitu sebesar 91,7%.
tindakan perawatan KMC. Hasil uji Pentingnya pengetahuan terkait KMC,
statistik diperoleh masa kerja akan mempengaruhi pelaksanaan KMC
dihubungkan dengan pengetahuan p oleh perawat, sejalan penelitian (2013)
value =0,170, masa kerja dihubungkan yang meneliti dampak intervensi
dengan sikap p value =0,520 dan masa pendidikan pada ketrampilan mahasiswa
kerja dihubungkan dengan tindakan KMC perawat dengan hasil mahasiswa yang
p value =0,061, hal ini berarti tidak ada diberi intervensi pendidikan akan
hubungan masa kerja dengan meningkatkan pengetahuan dan
pengetahuan, sikap dan pelaksanaan ketrampilan mereka dalam merawat
tindakan KMC. Diasumsikan bahwa pasien. Menurut Notoatmojo (2009)
semakin bertambahnya masa bekerja pelatihan merupakan bagian dari proses
ternyata tidak menunjukkan peningkatan pendidikan yang bertujuan untuk
pengetahuan, sikap ataupun tindakan meningkatkan kemampuan dan
pelaksanaan KMC bahkan semakin ketrampilan khusus seseorang atau
terjadi penurunan. Faktor tidak adanya kelompok orang. Menurut Samsudin
hubungan antara masa kerja dapat (2006) pelatihan bagi sumberdaya
disebabkan karena terjadi kejenuhan manusia sangat diperlukan karena
terhadap rutinitas pekerjaan dan berkontribusi terhadap peningkatan
kebiasaan pelaksanaan KMC. pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan pekerjaan.
Sebagian responden pernah
mendapatkan informasi tentang KMC Aspek Pengetahuan Perawat
sebelumnya baik secara terstruktur KMC merupakan metode yang sangat
melalui pelatihan maupun tidak tepat dan mudah dilakukan guna
terstruktur saat perkuliahan, melalui mendukung kesehatan dan keselamatan
media cetak atau elektronik. Beberapa BBLR (WHO, 2003). Metode ini
penelitian menunjukkan ada dampak merupakan metode yang sederhana dan
pemberian edukasi terhadap

216
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

manusiawi, namun efektif untuk klinis serta dalam mengembangkan


menghindari berbagai stress yang keterampilan seorang perawat (Durham
dialami oleh BBLR selama perawatan and Alden, 2008). Hasil ini juga didukung
diruang perawatan intensif. Staf perawat oleh penelitian yang dilakukan oleh
merupakan tenaga kesehatan dalam Stikes and Barbier (2013)tentang
pelaksanaan KMC. Sehingga penerapan Plan-do-study-act model
pengetahuan, sikap dan tindakannya untuk meningkatkan KMC pada perawat,
menentukan keberhasilan KMC dari sisi dengan penelitian menunjukkan adanya
perawat (Blomqvist and Nyqvist, 2011). peningkatan yang signifikan pada
Hal tersebut telah dirasakan oleh pengetahuan perawat setelah intervensi.
perawat sesuai dengan penelitian Faktor pendukung lainnya yang
tentang persepsi perawat terkait mempengaruhi peningkatan pengetahu-
implementasi KMC yang menunjukkan an adalah tingkat pendidikan perawat
bahwa perawat merasakan KMC dapat
adalah pendidikan tinggi. Mayoritas
meningkatkan perkembangan dan perawat 80% perawat berpendidikan DIII
kesehatan bayi (Flynn, 2010). Namun keperawatan.Tingkat pendidikan yang
demikian masih ada kesalahpahaman tinggi dapat memperluas informasi
diantara perawat bahwa KMC tidak dapat tentang KMC. Menurut Notoatmodjo
dilakukan saat bayi belum stabil, yang (2007) bahwa pendidikan yang pernah
salah satunya disebabkan oleh ditempuh oleh seseorang merupakan
kurangnya pengetahuan tentang KMC salah satu faktor yang akan mendukung
(Nirmala et al., 2006) kemampuan seseorang untuk menerima
Berdasarkan hal tersebut maka informasi, semakin tinggi tingkat
dibutuhkan pemberian informasi dalam pendidikan seseorang maka semakin
rangka meningkatkan pengetahuan luas cara pandang dan cara pikir dalam
perawat tentang KMC. Pada penelitian menghadapi suatu keadaan yang terjadi
ini ditemukan adanya peningkatan yang di sekitarnya.
signifikan pada tingkat pengetahuan Untuk meningkatkan pemaham-
sebelum dan sesudah pemberian
an tentang materi pada penelitian, selain
informasi tentang KMC dengan p yaitu t menggunakan media cetak yaitu booklet,
hitung 3,114 dengan nilai sig (2-tailed) peneliti juga menggunakan media
0,005 <α=0,05. Hal ini menunjukkan elektronik berupa LCD dan laptop untuk
bahwa intervensi berupa pemberian menampilkan materi dan video tentang
informasi dapat meningkatkan
KMC. Hal tersebut sejalan dengan
pengetahuan perawat terkait KMC. Hal
penelitian yang dilakukan oleh (Liaw et
ini sejalan dengan pendapat (Nyqvist et
al., 2009) tentang peningkatan
al., 2010) yang mengemukakan bahwa kemampuan perawat dalam dukungan
sejak tahun 1996 Intervensi telah asuhan perkembangan dimana metode
digunakan sebagai metode efektif untuk yang digunakan dalam edukasi adalah
mempromosikan KMC. Strategi presentasi dan observasi video tentang
pembelajaran dengan kedua komponen asuhan perkembangan. Penggunaan
didaktik melalui penyediaan informasi metode elektronik dalam pelatihan KMC
dan program klinis pendidikan ini terbukti efektif ditunjukkan dengan
keperawatan sangat berpengaruh dalam adanya peningkatan perawat dalam
menentukan pemikiran kritis dan memberikan dukungan perkembangan.
kemampuan pengambilan keputusan

217
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

“..Disini sudah tersedia cukup lengkap, bayi semua dalam boks satu bayi satu boks,
untuk fasilitas ibu yang akan menyusui kita juga sudah menyiapkan satu ruangan, satu
ruang untuk KMC juga sudah ada lengkap dengan kamar mandi didalam, dan tiga
tempat tidur yang disekat dengan gorden” (Partisipan 1)

”..ibu yang akan melakukan KMC di ruangan ada untuk dipinjamkan ke pasien saat
melakukan KMC, Untuk bayinya ada gendongan bayi khusus KMC kita juga sediakan
diruangan, cuma gendongannya ibu harus ganti biaya, karena untuk dapat dipakai di
rumah ketika nanti pasien pulang.. “ (Partisipan 3)

Aspek Sikap Perawat intervensi dan setelah intervensi karena


adanya faktor keterlibatan rekan kerja
Pada aspek sikap yaitu t hitung 2,937
dan lingkungan rumah sakit yang
dengan nilai sig (2-tailed) 0,005<α=0,05.
mendukung, seperti adanya fasilitas dari
Sedangkan aspek tindakan yaitu t hitung
rumah sakit.
5,675 dengan nilai sig (2-tailed) 0,005
<α=0,05 yang berarti bahwa ada Wallin et al., (2005) meneliti
perbedaan yang signifikan skor antara pengaruh sikap perawat terhadap
rata-rata sikap sebelum dan sesudah kualitas perawatan. Hasil penelitiannya
pemberian intervensi KMC. Hal tersebut adalah pengaruh kualitas perawatan
sejalan dengan penelitian tentang efek dipengaruhi oleh dukungan rekan kerja.
program pendidikan laktasi pada perawat Faktor yang diidentifikasi sebagai
NICU yang menunjukkan bahwa program komponen integral termasuk pola staf
edukasi sangat efektif dalam yang memadai, kesiapan ibu dan
meningkatkan pengetahuan dan sikap dorongan dari manajemen (Johnson,
perawat (Bernaix, 2000). Peluang orang 2005). Faktor pola staf yang memadai
tua untuk mempraktikkan KMC di rumah dan kesiapan ibu menjadi salah satu
sakit sangat tergantung pada sikap faktor yang menentukan keberhasilan
perawat dan lingkungan rumah sakit KMC. Persepsi ibu dan tenaga
dimana pasien dirawat (Kymre and kesehatan akan mempengaruhi
Bondas, 2013). Hal ini juga didukung keberhasilan KMC (Nirmala et al., 2006)
oleh penelitian yang dilakukan oleh Chia Aspek Tindakan Perawat
et al., (2006) tentang sikap dan praktek
perawat dalam pelaksanaan KMC Penelitian ini menemukan adanya
dengan penelitian menunjukkan sikap perbedaan yang signifikan antara
positif dari perawat sangat mendukung tindakan perawat terhadap KMC
keberhasilan pelaksanaan KMC di NICU. sebelum dan sesudah pemberian
informasi. Dengan nilai aspek tindakan
Menurut Azwar (2005) ada yaitu t hitung 5,675 dengan nilai sig (2-
beberapa faktor yang mempengaruhi tailed) 0,005 <α=0,05.
sikap yaitu pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggap Peningkatan pengetahuan sete-
penting, media massa, institusi atau lah intervensi dimungkinkan karena pada
lembaga pendidikan dan lembaga agama dasarnya RSUD Prof Dr. Margono
serta faktor emosi dalam diri individu. Soekarjo Purwokerto sudah memiliki
Penyebab adanya peningkatan yang standar operasional prosedur terkait
signifikan antara sikap sebelum dengan KMC dan tindakan keperawatan

218
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

lainnya. Hal ini juga karena adanya Semakin kuat pengetahuan seseorang
intervensi yang merupakan salah satu akan kepentingan tindakan, maka
bentuk pelatihan, seperti yang semakin kuat tindakan tersebut akan
dikemukakan oleh Samsudin (2006) dilakukan. Fitriani (2001) menyatakan
pelatihan bagi sumberdaya manusia indikator dalam mencapai keberhasilan
sangat diperlukan karena berkontribusi suatu proses pendidikan kesehatan
terhadap peningkatan pengetahuan dan adalah adanya peningkatan
ketrampilan dalam melakukan pekerjaan. pengetahuan, sikap individu yang
diaplikasikan dalam tindakan.
Sejalan dengan teori Rogers &
Shoemaker (1971) dalam Marhaeni Berdasarkan teori pembelajaran
(2009) proses adopsi inovasi merupakan peneliti melakukan observasi tindakan 2
proses kejiwaan/mental yang terjadi minggu (14 hari) setelah intervensi KMC.
pada diri seseorang pada saat Hasil observasi pelaksanaan KMC
menghadapi suatu inovasi. Adopsi terjadi menemukan adanya perbedaan
proses penerapan suatu ide baru sejak signifikan pada pelaksanaan KMC
diketahui atau didengar sampai setelah intervensi dibandingkan dengan
diterapkan ide baru tersebut. Proses sebelum intervensi dengan p=0,000
perubahan perilaku ditentukan oleh jarak (<0,05). Hal tersebut sejalan dengan
waktu. Cepat lambatnya proses adopsi penelitian yang dilakukan oleh (Lally et
melalui 5 tahap perubahan yaitu (1) al., 2010) tentang bagaimana suatu
Awareneness (tahu dan sadar) pertama kebiasaan baru terbentuk yang
kali mendapat ide dari praktek baru; (2). membutuhkan waktu yang dibutuhkan
Interest (minat) mencari rintisan untuk mencapai kebiasaan dilakukan
informasi; (3). Evaluation (evaluasi) berkisar antara 18-22 hari. Penelitian ini
menilai manfaat inovasi yaitu penilaian membuktikan bahwa ada peningkatan
tentang untung rugi suatu inovasi bila yang signifikan pada skor observasi
melaksanakan; (4) trial (mencoba) dan tindakan perawat dalam merawat BBLR
(5) Adoption (adopsi) menerapkan dua minggu setelah pemberian informasi.
perubahan dari ide baru yang diterima.
Peningkatan pelaksanaan KMC,
Penerimaan ide baru dapat diamati pengetahuan dan sikap perawat dalam
melalui perubahan pengetahuan, sikap penelitian ini sangat dimungkinkan
dan tindakan dari ide yang diperoleh. karena adanya intervensi yang
Hasil pelaksanaan tindakan dilakukan, walaupun peningkatan belum
KMC di RS Prof. dr. Margono Soekarjo mencapai nilai yang sempurna. Manusia
Purwokerto dapat dilihat setelah pada umumnya akan selalu menentang
intervensi mencapai 100% tindakan baik. suatu perubahan, apalagi bila ternyata
Setiawati & Darmawan (2008) perubahan yang terjadi akan
mengatakan bahwa tindakan merupakan mengancam status, cara kerja dan
hubungan antara stimulus dan respon fasilitas lain yang selama ini
pada diri seseorang. Praktek yang dinikmatinya, Institute of Medicine (US)
diperoleh dari hasil pembelajaran akan Committee on Health and Behavior:
bertahan lebih lama. Pengetahuan akan Research, Practice, and Policy (2001).
pentingnya sesuatu dan bagaimana cara Secara sadar diakui, bahwa intervensi
melakukan, menjadi motivasi dasar bagi tidak akan serta merta menaikkan secara
seseorang untuk menampilkan tindakan. langsung indikator dari output yang

219
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

diinginkan, namun yang pasti akan breastfeeding mothers. Journal of


menciptakan situasi yang kondusif untuk Human Lactation, 16(3), 201-209.
mencapau tujuan (Kirkpatrick, 2013). Blomqvist, Y. T., & Nyqvist, K. H. (2011).
Selain itu tidak menutup kemungkinan Swedish mothers’ experience of
akan terjadi hal- hal yang tidak terduga continuous Kangaroo Mother Care.
setelah intervensi, seperti misalnya Journal of Clinical Nursing, 20(9‐10),
terjadi peningkatan performa secara 1472-1480.
drastis. Hal yang ini tidak bisa ditutupi, Charpak, N., Ruiz-Pelaez, J., Figueroa,
karena ini juga merupakan fenomena Z., & Team, K. R. (2005). Influence of
yang terjadi dalam penelitian ini. Evaluasi feeding patterns and other factors on
yang terus menerus dan refreshing akan early somatic growth of healthy,
menjadikan fenomena ini menjadi suatu preterm infants in home-based
hal yang biasa. kangaroo mother care: a cohort
KESIMPULAN study. Journal of pediatric
Ada perbedaan pengetahuan, sikap dan gastroenterology and nutrition, 41(4),
tindakan perawat terhadap pelaksanaan 430-437.
KMC di RSUD Prof. Dr. Margono Chia, P., Sellick, K., & Gan, S. (2006).
Soekarjo Purwokerto RSUD Prof. Dr. The attitudes and practices of
Margono Soekarjo Purwokerto sebelum neonatal nurses in the use of
dan setelah dilakukan intervensi. kangaroo care. The Australian
Journal Of Advanced Nursing: A
Perlu ada program orientasi Quarterly Publication Of The Royal
secara khusus tentang KMC bagi Australian Nursing Federation, 23(4),
perawat yang akan ditugaskan di ruang 20-27.
Melati baik perawat baru ataupun Durham, C. F., & Alden, K. R. (2008).
perawat yang dirotasi dari ruang lain. Enhancing patient safety in nursing
Rumah sakit sebagai pemegang education through patient simulation.
kebijakan perlu mensosiali-sasikan In R. G. Hughes (Ed.), Patient Safety
prosedur tetap KMC secara berkala. and Quality: An Evidence-Based
Penelitian ini dapat menjadi acuan Handbook for Nurses. Rockville
untuk penelitian sejenis dengan (MD): Agency for Healthcare
memperhatikan pemilihan asisten Research and Quality.
penelitian yang sesuai dengan tingkat Fenwick, J., Barclay, L., & Schmied, V.
pendidikan yang telah ditentukan dan (2001). ‘Chatting’: an important
terlebih dahulu dilakukan uji beda clinical tool in facilitating mothering in
dengan asisten peneliti. Diharapkan ada neonatal nurseries. Journal of
penelitian lebih lanjut yang advanced nursing, 33(5), 583-593.
mengidentifikasi pengaruh keberhasilan Flynn, A., & Leahy-Warren, P. (2010).
pemberian KMC dilihat dari ketrampilan Neonatal nurses’ knowledge and
ibu dalam melakukan KMC di rumah beliefs regarding kangaroo care with
preterm infants in an Irish neonatal
KEPUSTAKAAN unit. Journal of Neonatal Nursing,
Bernaix, L. W. (2000). Nurses' attitudes, 16(5), 221-228.
subjective norms, and behavioral Gordon, J., & Watts, C. (2011). Applying
intentions toward support of skills and knowledge: Principle of

220
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Nursing Practice F. Nursing personnel. Journal of Neonatal


standard, 25(33), 35-37. Nursing, 12(5), 177-184.
Grealish, L., & Anne Smale, L. (2011). Nyqvist, K. H., Anderson, G., Bergman,
Theory before practice: Implicit N., Cattaneo, A., Charpak, N.,
assumptions about clinical nursing Davanzo, R., . . . Pallás‐Allonso, C.
education in Australia as revealed (2010). State of the art and
through a shared critical reflection. recommendationsKangaroo mother
Contemporary Nurse, 39(1), 51-64. care: application in a high‐tech
Institute of Medicine (US). Committee on environment. Acta paediatrica, 99(6),
Health and Behavior: Research, 812-819.
Practice, and Policy. 2001. Health O’Mahony, S., Hutchinson, J.,
and behavior: The interplay of McConnell, A., Mathieson, H., &
biological, behavioral, and societal McCarthy, H. (2011). A pilot study of
influences. Washington (DC): the effect of a nutrition education
National Academies Press (US) programme on the nutrition
Johnson, A. N. (2005). Kangaroo holding knowledge and practice of nurses.
beyond the NICU. Pediatric nursing, Journal of Human Nutrition and
31(1), 53-56. Dietetics, 24(3), 300-300.
Kymre, I. G., & Bondas, T. (2013). Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P., &
Balancing preterm infants’ Hall, A. (2013). Fundamentals of
developmental needs with parents’ nursing (8 ed.). St. Louis: Elsevier
readiness for skin-to-skin care: a Health Sciences.
phenomenological study. Pratomo, H., Uhudiyah, U., Poernomo
International journal of qualitative Sigit Sidi, I., Rustina, Y., Suradi, R.,
studies on health and well-being, 8. Bergh, A.-M., . . . Gipson, R. (2012).
Lally, P., Van Jaarsveld, C. H., Potts, H. Supporting factors and barriers in
W., & Wardle, J. (2010). How are implementing kangaroo mother care
habits formed: Modelling habit in Indonesia. Paediatr Indonesiana,
formation in the real world. European 52(1), 43-50.
journal of social psychology, 40(6), Stikes, R., & Barbier, D. (2013). Applying
998-1009.. the plan‐do‐study‐act model to
Liaw, J.-J., Yang, L., Chang, L.-H., Chou, increase the use of kangaroo care.
H.-L., & Chao, S.-C. (2009). Journal of nursing management,
Improving neonatal caregiving 21(1), 70-78.
through a developmentally supportive Turan, T., Başbakkal, Z., & Özbek, Ş.
care training program. Applied (2008). Effect of nursing interventions
Nursing Research, 22(2), 86-93. on stressors of parents of premature
Miles, M. S., & Brunssen, S. H. (2003). infants in neonatal intensive care
Psychometric properties of the unit. Journal of Clinical Nursing,
parental stressor scale: infant 17(21), 2856-2866.
hospitalization. Advances in Neonatal Wallin, L., Rudberg, A., & Gunningberg,
Care, 3(4), 189-196. L. (2005). Staff experiences in
Nirmala, P., Rekha, S., & Washington, M. implementing guidelines for
(2006). Kangaroo mother care: effect Kangaroo Mother Care—a qualitative
and perception of mothers and health study. International journal of nursing
studies, 42(1), 61-73.

221

Potrebbero piacerti anche