Sei sulla pagina 1di 13

ISSN 2087-4871

KESELAMATAN KAPAL PENANGKAP IKAN, TINJAUAN DARI ASPEK


REGULASI NASIONAL DAN INTERNASIONAL

(Fishing Vessel Safety from National and International Regulations Point of View)

Djodjo Suwardjo1, John Haluan2, Indra Jaya2 dan Soen’an H. Poernomo3

ABSTRACT
Fishing is a high risk occupation compared to other occupations. Charachteristics of the occupational in fishing vessel are
dangerous, dirty and difficult, known as “3d”. Generally, fishing vessels size is relatively small size, majority under 24 m length, sailing
and fishing in bad weather with rough sea with unskilled crews, so that those factors can increase the fatality rate of the fishing vessel
crews. Fishing vessel safety is a complex interactions among human factor (skipper and crew’s members), machines (fishing vessel and
safety equipment) and environmental (weather and fisheries management). Fishing safety problems emerge when minimum one of those
elements of human factor, machines or environment is misfucntion. The objectives of this research is to identify national and international
safety regulations for fishing vessel and also relationship between fishing vessel and merchant vessel safety policies in Indonesia. Research
was carried out from May 2008 – March 2009. Data was collected from any kind of source, such as Agency for Marine and Human
Resource Development, Directorate General of Capture Fisheries, Tegal Coastal Fishing Port, Pekalongan Archipelago Fishing Port,
Cilacap Ocean Fishing Port and Ministry of Communication. Fishing vessel safety policy basically is based on fishing vessel’s
seaworthiness, watchkeeping/ship manning, safety equipment, and pollution prevention from the ship activities in national level as well as
international level. Fishing vessel seaworthiness and watchkeeping/ship manning policies as a control function from the goverment to the
parties involved in fishing activities to increase safety of crews, fishing vessel and sea environment from fishing vessel activities. Due to the
characteristics of the working conditions on fishing vessel, more complex social environment of the fishermen and great number of fishermen
in Indonesia, regulations on fishing vessel safety; watchkeeping/ship manning; works in fishing; education, training and certification of
fishing vessel personnel; and fishing port, should be separated from the merchant ship safety regulations as international organizations
did.
Keywords : fishing vessel safety, watchkeeping/ship manning, human factor, machines, environment, education and
training, certification, separated regulation

ABSTRAK
Pekerjaan pada kapal penangkap ikan merupakan pekerjaan yang tergolong membahayakan dibanding
pekerjaan lain, maka profesi pelaut kapal penangkap ikan memiliki karakteristik pekerjaan “3d” yaitu:
membahayakan (dangerous), kotor (dirty) dan sulit (difficult) dengan ketiga sifat pekerjaan tersebut ditambah faktor
ukuran kapal yang didominasi kapal-kapal berukuran relatif kecil, berlayar pada perairan gelombang tinggi dengan
kondisi cuaca tidak menentu sehingga dapat meningkatkan tingkat kecelakaan kapal penangkap ikan. Keselamatan
kapal penangkap ikan merupakan interaksi faktor-faktor yang kompleks, yakni human factor (nakhoda dan anak buah
kapal), machines (kapal dan peralatan keselamatan) dan enviromental (cuaca dan skim pengelolaan sumberdaya
perikanan). Permasalahan keselamatan atau kecelakaan akan timbul apabila salah satu elemen dari human factor,
machines atau enviromental factor tersebut tidak berfungsi. Penelitian bertujuan mengidentifikasi peraturan keselamatan
kapal penangkap ikan pada tingkat nasional dan internasional serta keterkaitan kebijakan keselamatan kapal
penangkap ikan dan kapal niaga. Penelitian dilaksanakan Mei 2008 – Maret 2009. Data primer diperoleh dari
berbagai sumber, seperti Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegal Sari Kota Tegal, Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Pekalongan, Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap dan Kementerian Perhubungan. Kebijakan
keselamatan kapal penangkap ikan pada dasarnya mencakup kebijakan kelaikan kapal, dinas jaga kapal/pengawakan
kapal, dan pencegahan polusi laut dari kegiatan kapal penangkap ikan, baik pada tataran nasional maupun
internasional. Pengaturan kelaikan dan dinas jaga kapal/pengawakan kapal penangkap ikan merupakan pengawasan
atau kontrol dari pemerintah terhadap pihak yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan untuk meningkatkan
keselamatan jiwa, harta benda dan lingkungan laut. Mengingat karakteristik pekerjaan pada kapal penangkap ikan
membahayakan awak kapal dan lingkungan sosial lebih kompleks, serta jumlah nelayan yang begitu banyak, maka di
Indonesia, pengaturan tentang kelaiklautan kapal, dinas jaga kapal/pengawakan kapal, pendidikan, pelatihan dan
sertifikasi awak kapal, kepelautan kapal perikanan dan pelabuhan perikanan sebaiknya diatur tersendiri, sebagaimana
pengaturan pada tataran internasional telah diatur terpisah dari pengaturan kapal niaga.
Kata kunci: keselamatan kapal penangkapan ikan, dinas jaga kapal, kesalahan manusia, mesin, lingkungan,
pendidikan dan pelatihan, sertifikasi, peraturan

1
Staf Ditjen P2HP, Kementrian Kelautan dan Perikanan
2
Staf Departemen Pemanfatan Sumberdaya Perikanan, FPIK- IPB
3
Kepala Pusat Statistik dan Informasi, Sekjen Kementrian Kelautan dan Perikanan

Keselamatan Kapal Penangkapan Ikan, .................................... (SUWARDJO, HALUAN, JAYA, dan POERNOMO) 1
I. PENDAHULUAN armada penangkapan sebanyak 555.940
unit kapal penangkap ikan (Dirjen Peri-
Kegiatan penangkapan ikan di laut kanan Tangkap, 2008). Jumlah awak kapal
merupakan pekerjaan yang paling mem- di Indonesia tersebut 10% dari populasi ne-
bahayakan di dunia. Profesi pelaut kapal layan seluruh dunia.
penangkap ikan memiliki karakteristik pe- Tingginya tingkat kecelakaan awak
kerjaan “3d” yaitu: membahayakan (dange- kapal penangkap ikan memerlukan per-
rous), kotor (dirty) dan sulit (difficult) (FAO, hatian lebih serius melalui pengaturan
2000), dengan ketiga sifat pekerjaan ter- standar minimum pengetahuan dan kete-
sebut ditambah faktor ukuran kapal yang rampilan awak kapal penangkap ikan,
umumnya relatif kecil pada kondisi cuaca standar kapal penangkap ikan, standar alat
dan gelombang laut besar yang semakin tangkap ikan, standar pengawakan kapal
tidak menentu akibat adanya pemanasan penangkap ikan, standar operasi penang-
global maka tingkat kecelakaan kapal pe- kapan ikan, standar ketenagakerjaan pada
nangkap ikan semakin lebih tinggi. kapal penangkap ikan. Standar tersebut
Tingginya tingkat kecelakaan fatal harus disesuaikan dengan ukuran kapal,
(meninggal) kapal penangkap ikan di dunia, daya mesin utama kapal, daerah pelayaran
rata-rata 80 orang per 100.000 orang awak dan teknologi penangkapan yang diguna-
kapal meningkatkan perhatian badan inter- kan.
nasional seperti IMO, FAO dan ILO terhadap Keselamatan kapal penangkap ikan
pentingnya peningkatan keselamatan dan merupakan interaksi faktor-faktor yang
ketenagakerjaan pada kapal penangkap kompleks, yakni human factor (nakhoda dan
ikan. Badan–badan dunia tersebut dengan Anak Buah Kapal), machines (kapal dan
melibatkan pihak tripartit, yakni pihak pe- peralatan keselamatan) dan enviromental
merintah, pemilik kapal dan pelaut per- (cuaca dan skim pengelolaan sumberdaya
ikanan telah mengadopsi suatu konvensi perikanan). Permasalahan keselamatan
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan atau kecelakaan akan timbul apabila mini-
yang layak (decent work). mum satu elemen dari human factor, machi-
Di Indonesia, pendataan kecelakaan nes atau enviromental factor tersebut tidak
kapal penangkap ikan belum dilaksanakan berfungsi (Lincoln et al., 2002).
terstruktur. Hasil penelitian di PPP Tegal- Kebijakan pengaturan keselamatan
sari, PPN Pekalongan dan PPS Cilacap pada kapal penangkap ikan pada dasarnya ada-
tiga tahun terakhir (2006-2008) telah terjadi lah kebijakan kelaikan kapal dan peng-
61 kecelakaan fatal (menyebabkan awak awakan kapal penangkap ikan. Kapal pe-
kapal meninggal/ hilang) sebanyak 68 orang nangkap ikan harus memenuhi kelaiklautan
nelayan dari sejumlah 58.919 nelayan aktif. dan laik operasi penangkapan. Laiklaut
Tingkat kecelakaan fatal di ketiga lokasi meliputi laik kapal dan laik pengawakan
tersebut setara dengan 115 orang meninggal kapal sementara laik operasi penangkapan
per 100.000 orang nelayan aktif pertahun. meliputi laik alat tangkap, daerah penang-
Tingkat kecelakaan tersebut lebih tinggi dari kapan dan penanganan hasil tangkap.
rata-rata kecelakaan fatal kapal penangkap Kebijakan internasional tentang kese-
ikan tingkat dunia 80 orang meninggal per lamatan jiwa dan kapal penangkap ikan
100.000 orang nelayan. Kerugian harta lebih diutamakan penerapannya kepada
benda berupa kapal dan perlengkapannya awak kapal dan kapal-kapal penangkap
serta alat tangkap ikan hilang di laut ikan berukuran panjang kapal pada garis
tercatat sebanyak 22 unit. air (LWL) 24 m atau lebih, setara panjang
Penyebab kecelakaan fatal awak kapal keseluruhan kapal (LOA) 26,5 m atau lebih.
adalah rendahnya kesadaran awak kapal Pada peraturan internasional Works in
tentang keselamatan kerja pada pelayaran Fishing Convention Nomor 188, panjang
dan kegiatan penangkapan, rendahnya pe- kapal 24 m setara dengan 300 GT.
nguasaan kompetensi keselamatan pelaya- Permasalahan pengaturan kebijakan
ran dan penangkapan ikan, kapal tidak kelaiklautan kapal penangkap ikan, peng-
dilengkapi peralatan keselamatan sebagai- aturan pengawakan awak kapal, ketenaga-
mana seharusnya, cuaca buruk seperti kerjaan pada kapal penangkap ikan diatur
gelombang besar dan menderita sakit keras secara bersamaan dengan pengaturan awak
dalam pelayaran. kapal, keselamatan kapal dan ketenaga-
Awak kapal perikanan laut termasuk kerjaan pada kapal niaga sehingga menim-
nelayan tradisional di Indonesia berjumlah bulkan persepsi yang beragam. Hal ini me-
kurang lebih 2,78 juta orang mengawaki

2 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 1-13


ISSN 2087-4871

rupakan permasalahan dalam implementasi tenagakerjaan pada kapal penangkap ikan,


di tingkat operasional. standar operasi penangkapan dan asuransi
Mengingat karakteristik pekerjaan awak kapal. Identifikasi terhadap kewa-
pada kapal penangkap ikan sangat berbeda jiban para pihak terkait dengan kese-
dengan lainnya maka upaya pencegahan lamatan kapal seperti nakhoda dan anak
dan mitigasi risiko kecelakaan melalui buah kapal, pemilik kapal, syahbandar dan
peraturan keselamatan disarankan penga- pihak lainnya.
turan standar minimum pengetahuan dan Identifikasi terhadap peraturan intern-
keterampilan nakhoda dan perwira jaga, asional mengenai keselamatan kapal pena-
pengawakan, pendidikan dan pelatihan, ngkap ikan, standar minimum pengeta-
ujian dan sertifikasi awak kapal, standar huan dan keterampilan awak kapal, standar
kelaiklautan kapal dan standar ketenaga- kapal penangkap ikan, lalulintas di laut dan
kerjaan pada kapal penangkap ikan diatur peraturan internasional lainnya dalam ben-
tersendiri. tuk konvensi, protokol, tata laksana dan
Penelitian bertujuan untuk : standar minimum. Analisis keterkaitan
1. Mengidentifikasi kebijakan keselamatan antara peraturan nasional dan interna-
kapal penangkap ikan pada tingkat sional.
nasional dan internasional. Peraturan nasional mestinya sudah
2. Menganalisis kebijakan nasional tentang mengacu dan mengakomodasi peraturan
keselamatan kapal penangkap ikan di internasional yang relevan mengingat sema-
Indonesia. kin diberlakukannya peraturan internasio-
3. Keterkaitan kebijakan kapal penangkap nal. Hal ini sangat penting dalam per-
ikan dan kapal niaga serta keterkaitan kembangan isu-isu global baik dalam hal
antara internasional dan nasional ten- ekonomi, perdagangan, lingkungan dan ke-
tang keselamatan kapal penangkap ikan. tenagakerjaan.

II. METODOLOGI III. HASIL PENELITIAN


A. Identifikasi Peraturan Nasional
Penelitian dilaksanakan Mei 2008–
Menurut ILO (2000), peraturan per-
Maret 2009. Sumber data primer diperoleh
undangan nasional tentang keselamatan
dari Badan Pengembangan Sumberdaya
dan kesehatan awak kapal penangkap ikan
Manusia Kelautan dan Perikanan, Direk-
sangat bervariasi. Hal yang dapat me-
torat Jenderal Perikanan Tangkap dan
nyulitkan akibat adanya pendekatan ka-
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegal Sari
tegori kapal yang berbeda seperti panjang
Kota Tegal, Pelabuhan Perikanan Nusantara
kapal, tonase, tenaga mesin dan jangkauan
(PPN) Pekalongan, Pelabuhan Perikanan
operasi. Di beberapa negara Eropa dan
Samudera (PPS) Cilacap dan Kementerian
Jepang telah memiliki peraturan berkaitan
Perhubungan.
dengan keselamatan dan kesehatan pada
Data primer diperoleh dengan meng-
industri perikanan tangkap, sementara di
umpulkan dan menelaah dokumen-doku-
beberapa negara lainnya kurang mengatur
men kebijakan nasional maupun interna-
seperti Philiphine, China dan Amerika
sional dan mengidentifikasi penerapan
Serikat. Umumnya, semakin kecil ukuran
peraturan keselamatan di lapangan oleh
kapal semakin kurang diatur.
awak kapal atau pemilik kapal.
Peraturan perundangan tingkat nasio-
Data primer kecelakaan kapal diper-
nal tentang keselamatan kapal perikanan,
oleh dari HNSI Cabang Kota Tegal dan
sebagai berikut:
Syahbandar PPP Tegalsari, Satpolair PPN
Pekalongan dan HNSI Cabang Kab. Cilacap.
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
Sedangkan data sekunder diperoleh dari
tentang Perikanan
studi pustaka dari jurnal internasional,
Undang-Undang Nomor 31 Tahun
internet dan laporan.
2004 sebagaimana telah diubah dengan
Identifikasi terhadap peraturan nasi-
Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009
onal mencakup peraturan perundangan,
tentang Perikanan pada Pasal 42 ayat (1),
peraturan pemerintah, keputusan menteri,
mengamanatkan bahwa dalam rangka
keputusan direktur jenderal mengenai ke-
keselamatan operasional kapal perikanan,
laiklautan kapal penangkap ikan, penga-
ditunjuk syahbandar di pelabuhan peri-
wakan kapal penangkap ikan, pendidikan
kanan. Ayat (2a) memiliki fungsi mener-
dan pelatihan kepelautan kapal penangkap
bitkan Surat Persetujuan Berlayar; Ayat (2d)
ikan, ujian kompetensi dan sertifikasi, ke-
memeriksa teknis dan nautis kapal peri-

Keselamatan Kapal Penangkapan Ikan, .................................... (SUWARDJO, HALUAN, JAYA, dan POERNOMO) 3
kanan dan memeriksa alat penangkapan manusia pelaut perikanan atau nelayan
ikan dan alat bantu penangkapan ikan; melalui pelatihan fungsional kepelautan
Ayat (2n) memeriksa pemenuhan persya- kapal perikanan pada lembaga pelatihan
ratan pengawakan kapal perikanan. Pada yang berstandar. Kepada peserta pelatihan
Pasal 43 mengamanatkan bahwa setiap yang memenuhi syarat akan mendapatkan
kapal perikanan yang melakukan kegiatan sertifikat kompetensi kepelautan.
perikanan wajib memiliki surat laik operasi
kapal perikanan dari pengawas perikanan 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
tanpa dikenai biaya. tentang Pelayaran
Setiap kapal yang akan berlayar wajib Undang-Undang Nomor 17 Tahun
memiliki Surat Ijin Berlayar (istilah Undang- 2008 diterbitkan sebagai pengganti Undang-
Undang No.17/2008: Surat Persetujuan Undang Nomor 21 Tahun 1992. Undang-
Berlayar) yang dikeluarkan oleh syah- Undang tersebut telah mengakomodasi per-
bandar. Pasal 43 mengamanatkan bahwa aturan internasional yang telah diratifikasi
setiap kapal perikanan yang akan oleh pemerintah seperti standar pelatihan
melakukan kegiatan perikanan wajib dan sertifikasi pelaut niaga (STCW-1995)
memiliki Surat Laik Operasi (SLO) kapal dan ketenagakerjaan di sektor maritim
perikanan dari pengawas perikanan. Pada untuk kapal niaga yakni Maritime Labor
Pasal 44 mengamanatkan Surat Ijin Convention 2006. Pada undang-undang ini
Berlayar (SIB) kapal perikanan diterbitkan pasal-pasal yang mengatur keselamatan
oleh syahbandar setelah mendapatkan SLO. kapal penangkap ikan secara explisit sangat
Terbitnya SIB berarti kapal sudah dinya- terbatas. Secara umum undang-undang ini
takan layak untuk berlayar dan beroperasi mengatur pelayaran niaga. Pada Bab IX
menangkap ikan. Pasal 124 sampai dengan Pasal 150
Pengembangan sumberdaya manusia mengatur kelaik-lautan kapal meliputi:
pelaut perikanan sebagai faktor dominan keselamatan kapal, pencegahan pence-
dalam terwujudnya budaya keselamatan maran dari kapal, pengawakan kapal, garis
operasi penangkapan ikan, dalam Undang- muat kapal dan pemuatan.
Undang Nomor 31 Tahun 2004 Pasal 57, 58 Setiap pengadaan, pembangunan dan
dan 59 sebagaimana telah diubah dengan pengerjaan kapal termasuk perlengkapan-
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 nya serta pengoperasian kapal di perairan
mengamanatkan bahwa pemerintah menye- Indonesia harus memenuhi persyaratan
lenggarakan pendidikan, pelatihan dan pe- keselamatan kapal, meliputi: material;
nyuluhan perikanan untuk meningkatkan konstruksi; bangunan; permesinan dan
pengembangan sumberdaya manusia perlistrikan; stabilitas; tata susunan serta
perikanan. Sekurang-kurangnya satu satu- perlengkapan termasuk perlengkapan alat
an pendidikan dan/atau pelatihan untuk penolong dan radio; serta elektronika kapal.
dikembangkan menjadi satuan pendidikan Kapal yang dinyatakan memenuhi persya-
dan/atau pelatihan bertaraf internasional ratan keselamatan kapal diberi sertifikat,
serta dapat bekerjasama dengan lembaga yakni:
terkait baik tingkat nasional maupun 1. Sertifikat keselamatan kapal penum-
internasional. pang;
Implementasi pengembangan sum- 2. Sertifikat keselamatan kapal barang; dan
berdaya manusia pelaut perikanan pada 3. Sertifikat kelaikan dan pengawakan ka-
pendidikan formal melalui Program Studi pal penangkap ikan.
Teknologi Penangkapan Ikan (TPI) dan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2008
Program Studi Permesinan Perikanan
mengamanatkan kewajiban nakhoda seba-
Akademi Perikanan/Politeknik Perikanan
gai pihak yang memiliki wewenang dan
dan Sekolah Tinggi Perikanan serta Program
tanggungjawab dan wajib memberitahukan
Keahlian Nautika Perikanan Laut (NPL) dan
kepada Pejabat Pemeriksa Keselamatan
Teknika Perikanan Laut (TPL). Pada pen-
Kapal apabila mengetahui bahwa kondisi
didikan menengah perikanan, yakni Seko-
kapal atau bagian dari kapalnya, dinilai
lah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) dan
tidak memenuhi persyaratan keselamatan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kuri-
kapal. Kapal sesuai dengan jenis, ukuran
kulum pendidikan dan/atau pelatihan, staf
dan daerah pelayarannya wajib dilengkapi
pengajar, sarana prasarana, serta sistem
dengan peralatan meteorologi dan apabila
mutu mengacu pada standar nasional dan
nakhoda mengetahui adanya cuaca buruk
internasional STCW-F 1995 dari IMO,
yang membahayakan keselamatan berlayar
melalui pelatihan peningkatan sumberdaya

4 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 1-13


ISSN 2087-4871

wajib menyebarluaskannya kepada pihak pendidikan dan/atau pelatihan perikanan


lain. atau badan hukum pendidikan berdasarkan
Setiap kapal wajib diawaki oleh awak sistem standar mutu sesuai dengan per-
kapal yang memenuhi persyaratan kuali- aturan perundang-undangan yang berlaku.
fikasi dan kompetensi sesuai dengan keten- Ketentuan mengenai sistem standar mutu
tuan nasional dan internasional. Nakhoda pendidikan dan pelatihan, ujian dan ser-
wajib memenuhi persyaratan pendidikan, tifikasi pelaut kapal penangkap ikan diatur
pelatihan, kemampuan, dan keterampilan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri yang
serta kesehatan dan dilarang mempe- bertanggungjawab dibidang perikanan.
kerjakan seseorang di kapal dalam jabatan Pendidikan dan pelatihan pelaut
apapun tanpa disijil dan tanpa memiliki perikanan digolongkan menjadi:
kompetensi dan keterampilan serta doku- 1) Pendidikan dan Pelatihan Profesional
men pelaut yang dipersyaratkan. Pelaut Kapal Penangkap Ikan, merupa-
kan pendidikan formal tingkat menengah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun dan pendidikan tinggi untuk menda-
2000 Tentang Kepelautan patkan Sertifikat Keahlian Pelaut Kapal
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Penangkap Ikan;
Tahun 2000 tentang Kepelautan meru- 2) Pendidikan dan Pelatihan Fungsional
pakan produk hukum dibawah Undang- Pelaut Kapal Penangkap Ikan, pendi-
Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang dikan nonformal peningkatan jenjang
Pelayaran yang sekarang sudah diganti profesi pelaut kapal penangkap ikan;
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 3) Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan
2008 tentang Pelayaran. Mengingat belum Pelaut Kapal Penangkap Ikan pelaut
terbitnya PP yang mengatur kepelautan kapal penangkap ikan yakni pendidikan
turunan Undang-Undang Nomor 17 Tahun nonformal kecakapan untuk melakukan
2008 tentang Pelayaran maka Peraturan pekerjaan tertentu pada kapal penang-
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang kap ikan.
Kepelautan masih belum dicabut. Ujian Keahlian Pelaut Kapal Penang-
Bab VI Pasal 41 sampai dengan Pasal kap Ikan diselenggarakan oleh dewan
45 PP Nomor 7 Tahun 2000 mengatur mandiri, yakni Dewan Penguji Keahlian
mengenai pengawakan kapal, ujian dan Pelaut (DPKP). DPKP dibentuk oleh dan
sertifikasi pelaut kapal penangkap ikan. bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal
Pengawakan kapal penangkap ikan Perhubungan Laut. Untuk pelaksanaan
harus disesuaikan dengan : ujian kepelautan kapal penangkap ikan di
a. Daerah pelayaran; daerah dibentuk Panitia Ujian Keahlian
b. Ukuran kapal; Pelaut Kapal Penangkap Ikan (PUKP-KAPIN)
c. Daya penggerak kapal (kilowatt/KW). yang berdomisili di daerah seperti di Medan,
Pariaman, Jakarta, Tegal, Banyuwangi,
4. Peraturan Menteri Perhubungan KM 9 Bitung, Ambon dan Sorong.
Tahun 2005 Tentang Pendidikan, Pe- Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap
latihan, Ujian dan Sertifikasi Pelaut Ikan terdiri dari Sertifikat Keahlian
Perikanan (Certificate of Competency) Pelaut Kapal
Pendidikan dan pelatihan bagi pelaut Penangkap Ikan dan Sertifikat Keteram-
kapal penangkap ikan sangat penting dalam pilan (Certificate of Proviciency) Pelaut Kapal
peningkatan kapasitas sumberdaya manu- Penangkap Ikan.
sia awak kapal dan calon awak kapal. Jenis dan tingkat Sertifikat Keahlian
Peraturan Menteri ini merupakan penja- Pelaut Kapal Penangkap Ikan, terdiri dari :
baran dari Peraturan Pemerintah Nomor 7 a. Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap
Tahun 2000 tentang Kepelautan. Pada Ikan Tingkat I (ANKAPIN-I);
Peraturan Kementerian Perhubungan KM 9 b. Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap
Tahun 2005 Pasal 2 ayat (3) menyebutkan Ikan Tingkat II (ANKAPIN-II);
bahwa pendidikan dan pelatihan pelaut c. Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap
kapal penangkap ikan diselenggarakan oleh Ikan Tingkat III (ANKAPIN-III);
Menteri yang bertanggungjawab dibidang d. Sertifikat Ahli Teknika Kapal Penangkap
perikanan dalam hal ini Menteri Kelautan Ikan Tingkat I (ATKAPIN-I);
dan Perikanan setelah mendapatkan reko- e. Sertifikat Ahli Teknika Kapal Penangkap
mendasi dari Menteri Perhubungan. Ikan Tingkat II (ATKAPIN-II);
Pendidikan dan pelatihan pelaut kapal f. Sertifikat Ahli Teknika Kapal Penangkap
penangkap ikan dilaksanakan oleh unit-unit Ikan Tingkat III (ATKAPIN-III);

Keselamatan Kapal Penangkapan Ikan, .................................... (SUWARDJO, HALUAN, JAYA, dan POERNOMO) 5
g. Sertifikat Rating Kapal Penangkap Ikan. nangkap ikan diterbitkan atas dasar Surat
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 46
Sedangkan Jenis Sertifikat Keteram-
tahun 1996 Pasal 2 dan 4. Isi dokumen
pilan Pelaut Kapal Penangkap Ikan, ter-
tersebut memuat data kapal (nama kapal,
diri dari :
tanda panggilan, tempat pendaftaran,
a. Sertifikat Keselamatan Dasar Awak Ka-
tonase kotor, tempat dan tanggal pem-
pal Penangkap Ikan (Basic Safety Trainn-
bangunan dan panjang kapal), daerah
ing for all Fishing Vessel Personnel/BST–F
pelayaran (lokal/restricted area, perairan
Certificate);
Indonesia/Indonesian waters atau semua
b. Sertifikat Lanjutan Penanggulangan Ke-
lautan/ocean going).
bakaran (Advanced Fire Fighting Cer-
Sertifikat tersebut menyatakan bahwa
tificate);
kapal sudah diperiksa sesuai dengan
c. Sertifikat Pertolongan Medis Darurat
ketentuan dari aturan kelaikan kapal yang
(Medical Emergency First Aid Certificate);
berlaku dan peraturan perundangan lain-
d. Sertifikat Perawatan Medis di atas Kapal
nya yang terkait kepada kelaikan dan
(Medical Care on Board Certificate);
pengawakan kapal penangkap ikan.
e. Sertifikat Simulasi Radar (Radar Sim-
Selanjutnya dinyatakan hasil pemeriksaan
ulator Certificate);
menunjukkan bahwa kapal telah memenuhi
f. Sertifikat Simulasi ARPA (ARPA Simulator
ketentuan tentang keselamatan konstruksi,
Certificate);
permesinan, perlengkapan navigasi, alat-
g. Sertifikat Operator Radio Umum untuk
alat penolong, alat pemadam kebakaran,
GMDSS (General Radio Operator
perlengkapan radio, peralatan pencegah
Certificate/GOC for the GMDSS);
pencemaran dari kapal dan pencegahan
h. Sertifikat Operator Radio Terbatas untuk
pelanggaran di laut, serta kelengkapan-
GMDSS (Restricted Radio Operator
kelengkapan lainnya yang terkait dengan
Certificate/ROC for the GMDSS);
aturan kelaikan dan pengawakan kapal pe-
i. Sertifikat Kecakapan Pesawat Luput
nangkap ikan. Pemeriksaan kapal kembali
Maut dan Skoci Penyelamat (Proficiency
dalam kurun waktu empat tahun. Sertifikat
in Survival Craft and Rescue Boats
diterbitkan adpel atas nama Dirjen Per-
Certificate);
hubungan Laut. Pada surat keputusan
j. Sertifikat Perwira Keamanan Kapal (Ship
tersebut belum memberikan kelas kapal
Security Officer Certificate).
ikan dan alat keselamatan apa yang harus
Sertifikat-sertifikat Pelaut Kapal Pe-
ada di kapal.
nangkap Ikan diterbitkan oleh Ditjen Per-
hubungan Laut, Kementerian Perhubungan.
B. Identifikasi Peraturan Internasional
Peraturan internasional yang dike-
5. Surat Keputusan Menteri Perhubungan
luarkan oleh masing-masing lembaga inter-
Nomor 46 Tahun 1996
nasional atau kerjasama diantara ketiga
Kementerian Perhubungan hingga
badan tersebut, yakni International Maritime
Desember 2009 masih menggunakan Surat
Organization (IMO), International Labor Orga-
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 46
nization ILO dan Food and Agriculture Orga-
tahun 1996 Pasal 2 dan 3 sebagai dasar
nization (FAO) berkenaan dengan kesela-
hukum untuk menerbitkan Pas Tahunan
matan kapal penangkap ikan, sebagai
Kapal Penangkap Ikan. Pas Tahunan
berikut:
dikeluarkan Adpel atas nama Direktur
1. IMO: The Torremolinos International
Jenderal Perhubungan Laut. Pas Tahunan
Convention for the Safety of Fishing
Kapal Penangkap Ikan memuat data nama
Vessels, 1977;
kapal, tanda panggilan, tempat pendaftaran,
2. FAO/ILO/IMO: Standard of Training
tanda pendaftaran, ukuran kapal, tahun
Certification and Watchkeeping for
pembangunan, merek dan PK mesin, jumlah
Fishing Vessel Personnel (STCW-F) 1995
geladak, bahan kapal dan jumlah baling-
Convention;
baling serta pemilik kapal dan kedudukan
3. IMO: Convention on the International
pemilik, menyatakan bahwa telah meme-
Regulations for Preventing Collisions at
nuhi persyaratan sebagai kapal penangkap
Sea, 1972 (COLREGs);
ikan dan berhak berlayar dengan mengi-
4. ILO: Work in Fishing Convention No.188
barkan bendera Republik Indonesia.
and Recommendation No. 199;
Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan
5. IMO: International Convention on
Kapal Penangkap Ikan yang dilengkapi
Maritime Search and Rescue, 1979;
dengan lembaran tambahan mengenai
6. FAO/ILO/IMO: Code of Safety for
perlengkapan dan pengawakan kapal pe-

6 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 1-13


ISSN 2087-4871

Fishermen and Fishing Vessels, Part A Negara-negara perikanan di Asia


Safety and Health Practice; termasuk Asia Tenggara pernah menye-
7. FAO/ILO/IMO: Code of Safety for lenggarakan seminar di Beijing RRC pada
Fshermen and Fishing Vessels, Part B tanggal 21–24 September 2004, mem-
Safety and Health Requirements for the bicarakan permasalahan dalam merespon
Construction and Equipment of Fishing konvensi menghasilkan Guideline for The
Vessels; Safety of Fishing Vessels of 24 meters and
8. FAO/ILO/FAO: Voluntary Guidelines for over but less than 45 meters in length
the Design, Construction and Equipment operating in the East and South-east Asia
of Small Fishing Vessels; Region.
9. FAO: Code of Conduct for Responsible Pengesahan oleh negara-negara yang
Fisheries dari FAO; memiliki armada perikanan tangkap ter-
10. FAO/ILO/IMO: Document for Guidance masuk lambat, mengingat berbagai pertim-
on Training and Certifications of Fishing bangan teknik, diantaranya:
Vessel Personnel, 1995; a. Kapal-kapal berbadan ramping yang
11. IMO: Model Course 7.05 Skipper on a banyak dioperasikan di Asia, walaupun
Fishing Vessel; memiliki panjang kapal 24 m, sulit untuk
12. IMO: Model Course 7.06 Officer in memenuhi standar Konvensi tersebut
Charge of A Navigational Watch on A karena ruangan-ruangan di kapal sangat
Fishing Vessel; terbatas. Lain halnya dengan kapal-kapal
13. IMO: Model Course 7.07 Chief Engineer Uni Eropa umumnya berbadan lebar
Officer and Second Engineer Officer on A sehingga memiliki cukup ruangan se-
Fishing Vessel; hingga mampu memenuhi konvensi ter-
14. IMO: Model Course 1.33 Safety of sebut.
Fishing Operations (support level). b. Stabilitas kapal berbadan ramping sulit
memenuhi standar stabilitas sebagai-
Penjelasan beberapa konvensi interna-
mana diatur dalam konvensi.
sional internasional di atas secara garis
c. Di beberapa negara mengunakan ukuran
besar, sebagai berikut:
kapal dengan panjang dalam meter dan
1. IMO: The Torremolinos International ada yang menggunakan panjang kapal
Convention for the Safety of Fishing atau GT, sedangkan dalam konvensi
Vessels, 1977. tersebut belum ada kesetaraan antara
Konvensi ini diadopsi IMO pada 2 April panjang kapal dan GT.
1977. Konvensi mengatur standar kesela- d. Pencegahan, pendeteksian dan pemada-
matan kapal penangkap ikan yang ber- man kebakaran sebagaimana pada Kon-
ukuran panjang 24 m atau lebih tidak vensi apabila diterapkan pada kapal
termasuk kapal pengangkut ikan, kapal penangkap ikan dengan panjang 24
pengolah ikan, kapal latih, kapal patroli dan meter atau lebih tetapi berbadan ramping
kapal penangkap ikan untuk tujuan sulit untuk dipenuhi.
rekreasi dan olahraga. Konvensi ini diber- e. Peralatan Keselamatan yakni penem-
lakukan (entry into force) satu tahun setelah patan dewi-dewi utama untuk penem-
15 negara mengesahkan (meratifikasi) patan skoci penolong (rescue boat) atau
dengan jumlah agregat kapal penangkap skoci keselamatan (survival boat) pada
ikan negara-negara tersebut sebanyak kapal-kapal berbadan ramping.
14.000 unit. f. Peralatan radio komunikasi dan per-
Sampai dengan Februari 2009 kon- lengkapan navigasi modern sulit dipe-
vensi ini sudah diratifikasi oleh 17 negara nuhi untuk kapal-kapal penangkap ikan
namun agregat jumlah kapal penangkap di negara sedang berkembang yang
ikan dari negara-negara peserta baru men- umumnya nelayan tradisional mengingat
capai 3.400 unit. Negara-negara yang telah peralatan tersebut cukup mahal.
meratifikasi konvensi tersebut tersebut Indonesia sampai saat ini belum
adalah: Belanda, Bulgaria, Denmark, meratifikasi konvensi tersebut dengan
Francis, Islandia, Irlandia, Italia, Jerman, berbagai pertimbangan teknis dan non-
Kiribati, Kroasia, Kuba, Liberia, Lithuania, teknis diantaranya bahwa kapal-kapal
Norwegia, Saint Kitts and Nevis, Spanyol penangkap ikan di Indonesia menghadapi
dan Swedia. Dari 17 negara yang telah kesulitan teknis sebagaimana di atas juga
meratifikasi konvensi tidak ada satupun mempertimbangkan bahwa armada kapal
negara Asia. penangkap ikan di Indonesia 94% berbobot
kurang dari 5 GT. Apabila konvensi ini

Keselamatan Kapal Penangkapan Ikan, .................................... (SUWARDJO, HALUAN, JAYA, dan POERNOMO) 7
diamandemen berkaitan dengan akan 6. Persyaratan minimum yang disyaratkan
dimasukkannya kesetaraan kriteria panjang untuk sertifikasi GMDSS bagi petugas
kapal dengan GT dimana panjang kapal radio di kapal penangkap ikan;
24m setara dengan 300 GT maka kapal- 7. Tambahan pengetahuan dan pelatihan
kapal di Indonesia yang terkena peraturan minimum yang disyaratkan bagi petu-
kurang lebih hanya 30 kapal penangkap gas radio GMDSS;
ikan. 8. Persyaratan wajib minimum untuk
menjamin keberlanjutan kecakapan
2. FAO/ILO/IMO Standard of Training
dan pemutakhiran pengetahuan bagi
Certification and Watchkeeping for Fish-
nakhoda, perwira dan perwira mesin;
ing Vessel Personnel (STCW-F) 1995
9. Pelatihan keselamatan tingkat dasar
Konvensi diadopsi pada konferensi
bagi seluruh awak kapal penangkap
yang diselenggarakan oleh IMO, dari
ikan (Basic Safety Training for all fishing
tanggal 26 Juni sampai 7 Juli 1995.
vessels personnel);
Konferensi yang dihadiri 74 negara
10. Prinsip dasar yang harus diamati dalam
termasuk Indonesia tersebut mengadopsi
jaga navigasi pada kapal penangkap
Konvensi STCW-F 1995 dan sembilan
ikan.
resolusi pada lampirannya. Tujuan diter-
Dalam Konvensi STCW-F 1995 juga
bitkannya konvensi STCW-F 1995 adalah
dimuat sembilan resolusi pada Lampiran 2
untuk meningkatkan keselamatan jiwa dan
konvensi. Konvensi diberlakukan (entry into
harta benda di laut serta perlindungan
force) 12 bulan setelah tidak kurang dari 15
lingkungan laut dengan menetapkan me-
negara menandatangani tanpa syarat
lalui kesepakatan bersama standar–standar
sebagai ratifikasi, penerimaan atau per-
internasional pelatihan, sertifikasi dan
setujuan atau telah menyampaikan instru-
dinas jaga bagi orang yang bertugas di atas
men ratifikasi, penerimaan, persetujuan
kapal penangkap ikan.
atau penambahan anggota.
Konvensi ini mengatur standar
Pemerintah Indonesia hingga saat ini
persyaratan pengetahuan dan keterampilan
belum meratifikasi STCW-F 1995, namun
minimum sertifikasi awak kapal penangkap
dalam pengembangan pendidikan dan
ikan berukuran panjang 24 meter atau
pelatihan bertaraf internasional bidang
lebih, serta prinsip-prinsip dinas jaga laut.
kepelautan perikanan, kurikulum, sarana
Pengaturan standar persyaratan minimum
prasarana dan tenaga pengajar telah
untuk sertifikasi awak kapal penangkap
mengacu kepada Konvensi STCW-F 1995
ikan tersebut, yakni:
dan sedang disiapkan dokumen-dokumen
1. Persyaratan minimum yang diwajibkan
pengesahan Konvensi STCW-F 1995.
untuk sertifikasi nakhoda kapal penang-
Hingga Februari 2009 negara-negara
kap ikan panjang 24 meter atau lebih
yang telah mengesahkan STCW-F 1995
yang beroperasi di perairan tak terbatas;
sudah 14 negara, yakni Denmark, Faroe
2. Persyaratan minimum yang diwajibkan
Islands, Federasi Russia, Francis, Islandia,
untuk sertifikasi perwira yang melak-
Kiribati, Latvia, Maroko, Mauritania,
sanakan tugas jaga navigasi pada kapal
Norwegia, Spanyol, Sierra Leone, Syirian
penangkap ikan dengan panjang 24
8 meter atau lebih yang beroperasi di Arab Republic dan Ukraina.
perairan tak terbatas; 3. Convention on the International Regu-
3. Persyaratan minimum yang diwajibkan lations for Preventing Collisions at Sea,
untuk sertifikasi nakhoda kapal penang- 1972 (COLREGs)
kap ikan dengan panjang 24 meter atau Konvensi mengatur tata lalulintas di
lebih yang beroperasi di perairan ter- laut dimaksudkan untuk mencegah tubru-
batas; kan di laut. Konvensi diadopsi IMO pada
4. Persyaratan minimum yang disyaratkan tahun 1972 dan memasuki masa pember-
untuk sertifikasi perwira jaga navigasi di lakuan 15 Juli 1977 sebagai pengganti
kapal penangkap ikan dengan panjang Peraturan Pencegahan Tubrukan Tahun
24 meter atau lebih yang beroperasi di 1960. Konvensi mengatur pelayaran pada
perairan terbatas; berbagai kondisi perairan, kecepatan yang
5. Persyaratan minimum yang diwajibkan aman, berlayar pada alur pelayaran dengan
untuk sertifikasi Kepala Kamar Mesin jalur pemisah, kapal berlayar saling
dan Masinis II pada kapal penangkap melihat, berlayar pada jarak pandang
ikan yang digerakkan oleh mesin peng- terbatas, tindakan-tindakan yang harus
gerak utama dengan daya dorong 750 dilakukan dalam menghindari tubrukan.
kW atau lebih; Konvensi juga mengatur isyarat bunyi,

8 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 1-13


ISSN 2087-4871

cahaya dan sosok benda yang digunakan gungjawab; Prinsip-Prinsip Pengamatan pa-
pada sistem lalulintas di laut. Indonesia da saat Tugas Jaga Mesin.
sudah menggunakan peraturan lalulintas
5. ILO, Work in Fishing Convention (Conven-
untuk mencegah tubrukan di laut
tion No.188 and Recommen-dation 199)
sebagaimana dalam konvensi yang diadopsi
Sidang Ketenagakerjaan Internasional
tahun 1960 maupun yang terbaru 1972.
(ILC) ke-96 yang berlangsung pada tanggal
Tidak kurang dari 157 negara telah
29 Mei s.d. 15 Juni 2007 antara lain
meratifiksi konvensi ini.
membahas rancangan Konvensi ILO tentang
4. Document for Guidance on Training, Ketenagakerjaan di Sektor Perikanan Tang-
Certification and Watchkeeping of Fishing kap. Rancangan konvensi tersebut telah
Vessel Personnel , 1995. dibahas sejak Sidang ILC ke-93 tahun 2004
Kelompok Kerja FAO/ILO/IMO meng- dan pada ILC ke-94 tahun 2005 .
hasilkan suatu dokumen yang telah ditinjau Ruang lingkup konvensi dibatasi da-
kembali berjudul Document for Guidance on lam lingkup commercial fishing yang men-
Training, Certification and Watchkeeping of cakup semua kapal ikan yang beroperasi
Fishing Vessel Personnel. Dokumen ini untuk melakukan penangkapan ikan,
merupakan panduan pelatihan dan ser- kecuali kapal ikan untuk memenuhi
tifikasi sebagai turunan konvensi STCW-F kebutuhan sehari-hari (subsistence fishing).
1995. Apabila istilah commercial fishing ini di-
Dokumen panduan pelatihan, serti- terapkan terhadap kapal-kapal ikan yang
fikasi dan dinas jaga, sebagai berikut: mempunyai ijin usaha penangkapan ikan di
Pada Bagian A memuat prinsip- Indonesia, maka sebagian besar kapal-kapal
prinsip umum standar dan program pe- ikan tersebut masuk dalam kategori kapal
latihan, tenaga pengajar, metode pelatihan, ikan komersial. Kapal penangkap ikan di
pelatihan prakejuruan, kejuruan dan lan- Indonesia yang jumlahnya begitu besar
jutan, ujian dan minimum persyaratan pada umumnya dirancang dan dibangun di
untuk sertifikasi kepelautan termasuk galangan kapal lokal dengan teknologi
umur minimum, kesehatan dan pelayanan sederhana (tradisional), sehingga tidak ada
sertifikasi serta masalah kelelahan awak jaminan bahwa kapal tersebut telah me-
kapal kaitannya dengan dinas jaga. menuhi standar keamanan.
Bagian B dokumen mengatur unit Kapal-kapal berukuran 24 meter ke
kompetensi minimum yang harus dipenuhi atas milik nelayan belum dirancang seba-
untuk sertifikasi pelaut kapal penangkap gaimana diatur dalam konvensi rancangan
ikan bagi kapal-kapal penangkap ikan konstruksi kapal, tinggi langit-langit ruang-
berukuran kecil (panjang kapal < 12 meter). an, insulasi ruangan, getaran dan kebising-
Terdapat 34 mata pelatihan yang harus an, ventilasi, lampu penerangan, AC, luas
diikuti oleh peserta pelatihan kepelautan lantai ruang tidur, tempat dan peralatan
kapal penangkap ikan berukuran kecil. Hal ruang tidur, sanitasi, akomodasi dan fasi-
tersebut dimuat dalam Bab III. litas rekreasi.
Bagian C memuat kapal penangkap Perjanjian Kerja (Work Agreement)
ikan yang memiliki dek dengan panjang 12 yang didalamnya mengatur sistem pengu-
meter sampai dengan kurang dari 24 pahan dan sistem bagi hasil, serta sistem
meter, dimuat dalam Bab IV. hubungan kerja antara pekerja dan peng-
Bagian D memuat kapal penangkap usaha, diwajibkan untuk dibuat secara
ikan dengan panjang 24 meter dan lebih tertulis bagi kapal-kapal penangkap ikan
atau memiliki tenaga penggerak utama 750 yang mempekerjakan awak kapal. Di sektor
kw atau lebih. perikanan tangkap umumnya masih menga-
Sedangkan pada lampiran memuat nut sistem bagi hasil. Selama ini hubungan
silabus 42 jenis pelatihan, diantaranya antara pemilik kapal dan awak kapal dalam
pelatihan: Pelatihan Prosedur Darurat bagi sistem bagi hasil masih didasarkan atas
nakhoda dan perwira jaga; Pelatihan kesepakatan yang tidak tertulis. Banyak
Automatic Radar Plotting Aids (ARPA); diantara pemilik kapal juga merangkap
Kursus Radar Simulator; Pelatihan bagi sebagai awak kapal. Oleh karena itu
nakhoda dan perwira jaga navigasi dalam tanggungjawab antara pemilik kapal
Penanganan dan Olah Gerak Kapal (employyer), nahkoda (skipper), dan anak
Penangkapan Ikan; Pelatihan Perwira Mesin buah kapal (ABK) sebagaimana diatur
dalam Penanganan dan Olah Gerak Kapal dalam konvensi belum dapat dilaksanakan
Penangkap Ikan; Perikanan yang Bertang- secara utuh.

Keselamatan Kapal Penangkapan Ikan, .................................... (SUWARDJO, HALUAN, JAYA, dan POERNOMO) 9
Tingkat pendapatan nelayan sangat suits);
dipengaruhi oleh produktivitas yang diper- 2) Pencegahan dan pemadaman kebakaran
oleh berdasarkan sistem bagi hasil. Dalam (Fire prevention and fire fighting);
sistem bagi hasil ini, semua upaya dan 3) Prosedur darurat (Emergency procedur-
pengeluaran yang berkaitan dengan pening- es);
katan keamanan serta keselamatan dan 4) Pertolongan pertama pada kecelakaan
kesehatan kerja menjadi tanggungan sepe- (Elementary first aid);
nuhnya para nelayan. Konvensi juga meng- 5) Pencegahan polusi laut (prevention of
atur tentang kriteria pengawakan kapal-ka- marine polution);
pal penangkap ikan, yang dalam kondisi 6) Pencegahan kecelakaan di atas kapal
saat ini belum dapat dipenuhi oleh sebagian (prevention of shipboard accidents).
besar awak kapal yang memiliki sertifikasi
8. FAO/ILO/FAO Voluntary Guidelines for
kompetensi pelaut kapal penangkap ikan.
the Design, Construction and Equipment
Untuk melaksanakan pengawasan
of Small Fishing Vessels
penerapan konvensi dibutuhkan sumber-
Panduan ini bersifat voluntir, diter-
daya manusia pengawas ketenagakerjaan,
bitkan bersama pada tahun 1980 oleh IMO
hal ini dapat ditambahakan kepada tupoksi
atas nama ketiga lembaga PBB yakni
pengawas sumberdaya kelautan dan per-
FAO/ILO/IMO. Panduan ini mengatur
ikanan yang ada saat ini. Sampai saat ini
desain, konstruksi dan perlengkapan kapal
belum ada satu negarapun yang mera-
bagi kapal-kapal berukuran kecil yang baru.
tifikasi konvensi tetapi masih dalam tahap
Berukuran kecil menurut IMO adalah
sosialisasi dan peneltian mendalam tentang
kapal-kapal penangkap ikan yang beruku-
manfaat konvensi.
ran panjang length of waterline (LWL) antara
6. IMO Model Course 7.05 Skipper on a 12 meter sampai kurang dari 24 meter.
Fishing Vessel
9. Code of Safety for Fshermen and Fishing
Model Course 7.05 merupakan skim
Vessels.
pelatihan untuk nakhoda kapal penangkap
Part A: Safety and Health Practice 2005.
ikan berukuran panjang 24 meter atau lebih
Tata laksana ini bersifat voluntir.
yang beroperasi di perairan tak terbatas
Ketiga badan PBB yang terkait dengan
atau laut dalam. Setelah peserta mengikuti
peraturan ini bersepakat sesuai dengan
pelatihan dengan sempurna dan ditambah
kompetensi masing-masing, yaitu:
pengalaman berdinas jaga, nakhoda akan
FAO, masalah perikanan secara umum;
lebih mampu melaksanakan tugas dan
ILO, masalah ketenagakerjaan dalam indus-
tanggungjawab secara penuh tentang kese-
tri perikanan;
lamatan kapal, awak kapal dan hasil
IMO, masalah keselamaatan jiwa, kapal dan
tangkapan. Standar kopetensi yang harus
perlengkapannya di laut.
dipenuhi sesuai standar yang tertuang
Tata laksana bagian A (Part A)
dalam konvensi STCW-F 1995.
ditujukan kepada nakhoda dan anak buah
7. IMO Model Course 1.33 Safety of Fishing kapal berkaitan dengan persyaratan ope-
Operations (support level) rasional dan pekerjaan di atas kapal
Model pelatihan pendek bagi kelasi penangkap ikan. Tata laksana dimaksudkan
(bukan perwira) yang dikembangkan IMO untuk menyediakan informasi dalam mem-
dalam kaitannya dengan pemenuhan stan- promosikan keselamatan dan kesehatan
dar kompetensi keselamatan kapal penang- awak kapal pada kapal penangkap ikan,
kap ikan sesuai dokumen STCW-F 1995. definisi, kerjasama dan survei serta
Struktur model pelatihan didasarkan pada menjelaskan tugas dan tanggung jawab
peraturan STCW-F 1995 Regulation 1 yakni pihak yang berwenang (competent autho-
Basic Safety Training for All Fishing Vessel rities), pemilik kapal, nakhoda, anak buah
Personnel, bahwa awak kapal harus mem- kapal (ABK) dan lembaga pendidikan dan
peroleh pelatihan keselamatan dasar yang pelatihan yang berkenaan penyelenggara
disetujui oleh Administration IMO, dalam pendidikan dan pelatihan keselamatan dan
hal ini Dirjen Perhubungan Laut Kemen- kesehatan bagi awak kapal/calon awak
terian Perhubungan, meliputi: kapal penangkap ikan.
1) Teknik penyelamatan diri termasuk cara Pada Seksi II mengatur keselamatan
penggunaan jaket penolong dan bila kapal-kapal berukuran panjang kurang dari
memungkinkan pakaian cebur (personal 12 meter. Sedangkan pada Seksi III
survival techniques, including donning of mengatur keselamatan kapal berukuran
lifejackets and, as appropriate, immersion panjang kapal di atas 12 meter.

10 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 1-13


ISSN 2087-4871

10. Code of Safety for Fishermen and Fishing bulkan ketidakpatuhan (Jeremy Tuner, FAO
Vessels. 2005). Tabel 1 menggambarkan beberapa
Part B: Safety and Health Require-ments for peraturan nasional tentang kapal penang-
the Construction and Equipment of Fishing kap ikan yang dikaitkan dengan peraturan
Vessels 2005. internasional.
Tata laksana bagian B ditujukan
kepada pihak pembangun kapal dan pemilik IV. KESIMPULAN DAN SARAN
kapal berkaitan dengan persyaratan kons-
1. Hasil identifikasi peraturan perun-
truksi dan perlengkapan kapal penangkap
dangan tentang keselamatan kapal
ikan. Peraturan ini bersifat voluntir dan
penangkap ikan mengacu kepada UU
diterbitkan dalam rangka menyediakan
No.31/2004, UU No 45/2009, UU
informasi berkaitan dengan desain, kons-
No.17/2008, PP 7/2000, Peraturan
truksi dan perlengkapan kapal penangkap
Menteri KM 9/2005, Surat Keputusan
ikan dari titik pandang menggalakkan
Menhub No.46/1996. Peraturan kese-
keselamatan kapal penangkap ikan dan
lamatan kapal penangkap ikan masih
keselamatan serta kesehatan awak kapal.
diwarnai peraturan yang diwajibkan bagi
Pada Bab I memuat tujuan, dan
kapal niaga dan belum mengacu
definisi. Dilanjutkan Bab II mengatur
peraturan internasional untuk kapal
konstruksi dan bagian kapal yang harus
penangkap ikan.
kedap air serta perlengkapan kapal.
2. Belum ada pengaturan standar kapal
Sedangkan pada Bab III berkaitan dengan
penangkap, ketenagakerjaan, endor-
stabilitas kapal dan kelaiklautan kapal.
semen dan pengawakan pada kapal
Pada Bab IV diatur mengenai instalasi
penangkap ikan.
permesinan dan listrik kapal serta pena-
3. Identifikasi terhadap peraturan interna-
nganan ruang-ruangan mesin yang teri-
sional yang mengatur keselamatan ka-
solasi. Bab V memuat masalah proteksi,
pal penangkap ikan paling tidak teri-
deteksi, dan pemadaman kebakaran. Pada
dentifikasi lima konvensi, tiga Tata
Bab VI memuat perlindungan awak kapal.
laksana dan satu panduan (guideline)
Sedangkan pada Bab VII sampai Bab X
yang umumnya diwajibkan bagi kapal-
memuat informasi peralatan keselamatan
kapal berukuran panjang 24 m atau
dan penempatannya, prosedur darurat,
lebih sementara armada perikanan
radio komunikasi, peralatan navigasi dan
dunia 80% kapal berukuran panjang
akomodasi awak kapal.
kurang dari 24 m. Pengaturan meliputi
standar kapal, standar kualifikasi
C. Keterkaitan Peraturan Nasional deng-
nakhoda dan perwira jaga, ketenaga
an Peraturan Internasional
kerjaan, pendidikan dan pelatihan, ujian
Ketentuan hukum bagi keselamatan
dan sertifikasi, skim pelatihan nakhoda
kapal dan inspeksinya di setiap negara
dan kelasi kapal, peraturan untuk men-
sering mendikte/kerangka program pelati-
cegah tubrukan di laut, dan penang-
han. Jika kerangka tidak ada, maka perlu
kapan ikan yang bertanggungjawab.
dibuat sebaiknya sebagai bagian integral
Badan penerbit peraturan internasional
dari pengelolaan perikanan dalam konteks
untuk keselamatan kapal penangkap
yang lebih luas. Kerangka untuk perun-
ikan yakni IMO, ILO dan FAO baik
dang-undangan seperti itu dapat dikerjakan
secara sendiri-sendiri atau saling beker-
oleh pemerintah nasional dalam kerjasama
jasama.
erat dengan para pemangku kepentingan
4. Peraturan nasional yang belum menga-
seperti pemilik kapal, asosiasi nelayan dan
cu peraturan internasional yang relevan
kelompok-kelompok pengguna sesuai dan
mencakup pengaturan standar kapal
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dari
penangkap ikan, ketenagakerjaan dan
masing-masing Negara. Hal ini penting
pengawakan.
untuk memastikan bahwa peraturan telah
5. Mengingat karakteristik pekerjaan pada
mempertimbangkan berbagai sifat kegiatan
kapal penangkap ikan berbeda sekali
perikanan. Aturan yang mungkin sesuai
dengan kapal lainnya maka disarankan
untuk jenis pakan tertentu tidak selalu
pengaturan keselamatan awak kapal,
berlaku untuk jenis kapal atau perikanan
standar kapal penangkap ikan, penga-
lain. Undang-undang yang tidak sesuai
wakan, persyaratan kerja pada kapal
adalah kontraproduktif, karena akan diang-
penangkap ikan, pendidikan dan pela-
gap sebagai hal yang tidak realistis dan
tihan serta ujian dan sertifikasi diatur
tidak dapat diterapkan, sehingga menim-
tersendiri.

Keselamatan Kapal Penangkapan Ikan, .................................... (SUWARDJO, HALUAN, JAYA, dan POERNOMO) 11
6. Perlu pengkajian dan sosialisasi lebih Perlu adanya harmonisasi antara per-
mendalam kemungkinan meratifikasi aturan nasional terhadap peraturan inter-
STCW-F 1995 dan Torremolinos Safety of nasional tentang kapal penangkap ikan.
Fishing Vessel Convention 1977.

Tabel 1. Pengaturan Internasional dan nasional tentang Kapal Niaga dan Kapal Penangkap
Ikan
No. Ruang lingkup Peraturan Peraturan Peraturan
peraturan Internasional Internasional Nasional Kapal Keterangan
Kapal Niaga Kapal Ikan Ikan
1. Standar Kapal SOLAS Torremolinos Rujukan masih Perlu mengembangkan pengaturan standar
Safety of SOLAS, nasional kapal penangkap ikan berukuran
Fishing Vessel kecil mengingat armada kapal didominasi
Convention kapal kecil, sedangkan untuk kapal > 300 GT
1977 perlu mengacu Konvensi Torremolinos Safety
of Fishing vessel Convension.
2. Standar STCW 1995 STCW-F 1995 Sudah mengacu Belum ratifikasi STCW-F 1995
kualifikasi (IMO/ILO) (FAO/ ke STCW-F 1995
awak kapal ILO/IMO)
3. Persyaratan Maritime Labor Works in Belum ada MLC dan STCW 1995 kapal niaga telah
Pekerjaan di Convention Fishing pengaturan diakomodasi dalam UU No.17/2008,
atas kapal (ILO) 2006 Convention ketenaga- sedangkan Konvensi 188 dan Recom 199
188 dan kerjaan untuk belum dimuat dalam peraturan nasional.
Recommen- perikanan
dation 199 tangkap dan
(ILO) perlu mengacu
Konvensi ILO
No.188 dan 199
4. Pengawakan STCW 1995 STCW-F 1995 Belum ada Perlu segera pengaturan pengawakan kapal
Kapal (IMO/ILO) (FAO/ILO/ pengaturan penangkap dan kapal pengangkut ikan.
IMO) pengawakan
kapal ikan yang
sesuai UU
No.17/2008
5. Endorsement Sudah diatur Sudah diatur Belum diatur Perlu pengaturan pada tingkat direktorat
pada KM 9/ pada tingkat jenderal dan penerbitan sertifikat
2005 tetapi direktorat endorsemen.
sertifikat jenderal
endorsemen
belum
diterbitkan
6. Identitas SID Konvnesi SID Dokumen pelaut BST-F lebih sesuai untuk dimiliki oleh para
Pelaut dan ILO 185 Konvensi ILO kapal penangkap pelaut kapal penangkap ikan bukan BST.
sertifikat BST 185 ikan belum Dan perlu penetapan BST-F khusus awak
sesuai. kapal-kapal penangkap ikan <60 GT
7. Ukuran kapal Nasional: GT Nasional: GT Belum ada Diperlukan ketetapan kesetaraan dalam
Konvensi Internasional:M kesetaraan peraturan mengingat peraturan nasional
STCW: GT eter ukuran kapal mengacu peraturan internasional
dalam GT dan
meter pada
peraturan
nasional

DAFTAR PUSTAKA Departemen Perhubungan, 2005. Peraturan


Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000
Departemen Kelautan dan Perikanan dan Tentang Kepelautan. Peraturan
Japan International Cooperation Perundangan Bidang Transportasi.
Agency, 2009. Indonesian Fisheries Jakarta.
Statistics Index 2009. Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Perhubungan, 2006. Peraturan
Departemen Kelautan dan Perikanan. Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun
2005 Teantang Pendidikan, Pelatihan,
Departemen Perhubungan, 2008. Undang- Ujian dan Sertifikasi Pelaut Perikanan.
Undang Nomor 17 Tahun 2008 Peraturan Perundangan Bidang
Tentang Pelayaran. Peraturan Transportasi. Jakarta.
Perundangan Bidang Transportasi.
Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
2008. Statistik Perikanan Tangkap

12 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 1-13


ISSN 2087-4871

2008. Direktorat Jenderal Perikanan International Maritime Organization, 2005.


Tangkap. Departemen Kelautan dan IMO Model Course 7.05. Skipper on a
Perikanan. Fishing Vessel. 2008 Edition. London.

Food and Agriculture Organization, 2000. International Maritime Organization,


The State of World Fisheries and International Labor Organization, and
Aquaculture. Part 2. Selected Issues Food Agriculture Organization, 2006.
Facing Fishers and aquaculturists. Code of Safety for Fishermen and
Rome, Italy. Fishing Vessels 2005. Part A. Safety
and Health Practice. London.
Food and Agriculture Organization, 2007.
Text Convention Works in Fishing International Labor Organization, and Food
Sector. Provisional Record No.12A. Agriculture Organization, 2006. Code of
Ninety-sixth Session. Geneva. Swiss. Safety for Fishermen and Fishing
Vessels 2005. Part B. Safety and
International Maritime Organization, 1995. Health Requirements for the
1993 Torremolinos Protocol and Construction and Equipment of Fishing
Torremolinos International Convention Vessels. London.
for the Safety of Fishing Vessels,
Consolidated Edition, 1995. London Lincoln, Jennifer et al, 2002. Proceedings of
the International Fishing Industry
International Maritime Organization, 1996. Safety and Health Conference. U.S.
International Convention on Satandars Department of Health and Human
of Training, Certification and Services, Public Health Service, Center
Watchkeeping for Fishing Vessel for Disease Control and Prevention,
Personnel, 1995. London. National Institute for Occupational
Safety and Health, Occupational Health
International Maritime Organization, Program, Department of Environmental
International Labor Organization, and Health, Harvard School of Public
Food Agriculture Organization, 2006. Health. Massachusetts, U.S.A.
Code of Safety for Fishermen and
Fishing Vessels 2005. Part B. Safety PPN Pekalongan, 2007. Statistik Pelabuhan
and Health Requierements for The Perikanan Nusantara Pekalongan,
Construction and Equipment of Fishing 2007. Pelabuhan Perikanan Nusantara
Vessel. London. Pekalongan. Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap.Departemen
International Maritime Organization (2001). Kelautan dan Perikanan.
Document for Guidance on Training and
Certification of Fishing Vessel PPP Tegalsari, 2007. Data Kapal Perikanan
Personnel. 2001 Edition. FAO of United Aktif. Kapal Lokal dan Kapal
Nations,ILO and IMO, International Pendatang, 2007. Pelabuhan
Labor Organization, and Food Perikanan Pantai, Dinas Perikanan
Agriculture Organization, 2006. Code of dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah.
Safety for Fishermen and Fishing PPS Cilacap, 2007. Laporan Tahunan,
Vessels 2005. Tahun 2007. Pelabuhan Perikanan
Samudera Cilacap. Direktorat Jenderal
International Maritime Organization, 2005. Perikanan Tangkap. Departemen
IMO Model Course 1.33. Safety of Kelautan dan Perikanan.
Fishing Operations (Support Level).
2005 Edition. Course + Compedium.
London.

Keselamatan Kapal Penangkapan Ikan, .................................... (SUWARDJO, HALUAN, JAYA, dan POERNOMO) 13

Potrebbero piacerti anche