Sei sulla pagina 1di 15

AKRUAL: Jurnal Akuntansi Vol 9, No 2, April 2018, 142-156

AKRUAL: Jurnal Akuntansi, volume 9, nomor 2, April 2018 (142-156)


p-ISSN: 2085-9643
e-ISSN: 2502-6380 http://journal.unesa.ac.id/index.php/aj

TAX AMNESTY DARI PERSPEKTIF MASYARAKAT PAJAK

Nabila Istighfarin
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
nabila.istighfarin@gmail.com
Fidiana
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
fidiana@stiesia.ac.id

Received: 30-11-2017
ABSTRAK
Otoritas pajak melakukan reformasi di bidang perpajakan, salah satunya melaui tax
amnesty untuk meningkatkan kepatuhan pajak. Penulisan ini bertujuan untuk
mengetahui implementasi tax amnesty. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Revised: 08-03-2018 kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam
kepada informan penelitian yaitu otoritas pajak, wajib pajak, dan konsultan pajak.
Data yang terkumpul dianalisis dengan membagi ke dalam tema-tema dan sub
Accepted: 19-04-2018 tema. Penelitian ini menemukan bahwa implementasi tax amnesty belum berjalan
secara optimal karena belum adanya standarisasi informasi antar otoritas pajak
yang satu dengan yang lainnya, KPP satu dengan yang lainnya, masih belum
memadainya jumlah pegawai yang bertugas melayani tax amensty, kurangnya
kualitas sistem antrian pelayanan tax amnesty, dan masih belum intensifnya
sosialisasi tax amnesty untuk wajib pajak.

Kata Kunci: kepatuhan pajak; masyarakat pajak; tax amnesty.

ABSTRACT
Tax authority has done the reformation in the field of taxation, one of the
reformation in taxations is tax amnesty to improve the tax compliance. The
purpose of this research is to find out the implementation of tax amnesty from the
perspective of tax public, meanwhile the way to achieve the goal of this research is
carried out by conducting interview with several parties from the tax authorities,
tax consultants, and the taxpayer. This research is qualitative and 11 informants in
tax community perspective. The data collection technique has been carried out by
using depth interview to the related parties. The data analysis data has been done
by using data collection, verification, data reduction, and data presenting. The
result of this research shows that the implementation of tax amnesty has not run
well and optimal yet because it still has constrained problem i.e. the lack of
standardization information among tax authorities one and anothers, and among
one KPP to another in the implementation of tax amnesty, the numbers of
employees at KPP has not adequate yet, the lack of quality of queuing system of
tax amnesty services, and the socialization of tax amnesty for taxpayers has not
been intesive yet.

Keywords: tax amnesty; tax compliance; tax community.

How to cite: Istighfarin, N., Fidiana. (2018). Tax Amnesty dari Perspektif Masyarakat Pajak. Akrual: Jurnal
Akuntansi. 9 (2): 142-156.doi: http://dx.doi.org/10.26740/jaj.v9n2.p142-156

PENDAHULUAN (Kementerian Keuangan, 2016). Peran pajak


Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar yang diharapkan sebagai satu-satunya sumber
(84,9%) negara untuk mendanai APBN pendapatan, ternyata terdapat kendala kepatuhan

142 Copyright @ 2018 AKRUAL: Jurnal Akuntansi


Istighfarin, Fidiana, Tax Amnesty dari Perspektif Wajib Pajak

wajib pajak sehingga penerimaan pajak tidak mana target penerimaan sebesar 165 triliun
maksimal. Pemerintah akhirnya mengeluarkan hanya dicapai sebesar 97,2 triliun atau (58,9%)
kebijakan tax amnesty. dari target penerimaan pajak (Nugroho, 2016).
Kebijakan tax amnesty diharapkan akan Ketidakberhasilan tax amnesty ini
memperbaiki masalah kepatuhan, memperbaiki memotivasi penulis untuk menggali hal-hal yang
database perpajakan di Indonesia, dan sekaligus relevan dengan ketidaksuksesan tax amnesty.
mengurangi kebocoran pajak (Ngadiman dan Oleh karena data tax amnesty tidak dipublikasi
Huslin, 2015; Pratiwi, 2016; Ragimun, 2014; (bukan konsumsi publik), maka penulis
dan Sari, 2005). Penerapan kebijakan berupaya menggali implementasi tax amnesty
pengampunan pajak atau lebih dikenal sebagai dari sudut pandang masyarakat pajak (otoritas
kebijakan tax amnesty diatur dalam Undang- pajak, konsultan pajak, dan wajib pajak) di
undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2016. wilayah Surabaya. Dalam penulisan ini
Pada tahap awal, pemerintah memperkirakan menghasilkan gambaran pelaksanaan tax
kebijakan tax amnesty ini akan berpotensi amnesty dari kacamata masyarakat pajak terkait
menyumbang tambahan penerimaan negara motivasi, kendala dan tantangan serta hal teknis
sebesar Rp100 triliun (Brodjonegoro, 2016). Tax atas ketidaktercapaian tax amnesty.
amnesty seharusnya akan memberikan dampak Penelitian terdahulu yang berhubungan
positif yang luar biasa bagi struktur APBN ke dengan tax amnesty diantaranya kajian oleh
depannya. Pengalaman di banyak negara sudah Bagiada dan Darmayasa (2016) bahwa tax
membukti-kan hal tersebut. Korea Selatan, amnesty menjadi kebijakan yang didasarkan oleh
Afrika Selatan dan India adalah contoh-contoh niat tulus (kama) untuk meningkatkan penda-
negara yang sukses menerapkan kebijakan tax patan negara dalam jangka pendek dan jangka
amnesty (Bagiada dan Darmayasa, 2016). panjang dengan memberikan tarif tebusan yang
Namun ternyata, target tersebut tidak tercapai. berlandaskan kebajikan (dharma) untuk menarik
Pada tahun 1984 pemerintah pernah artha wajib pajak dari luar negeri ke dalam
meluncurkan kebijakan tax amnesty. Dalam negeri. Hasil kebijakan tax amnesty diharapkan
implementasinya, kebijakan tersebut dinilai mampu mencerahkan hati seluruh wajib pajak
tidak sukses. Hal ini salah satunya disebabkan demi mewujudkan kepatuhan sukarela untuk
oleh rendahnya respon wajib pajak. Oleh karena meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Asih
itu, pemerintah meresponnya dengan dan Chomsatu (2016) memberi gambaran
menerapkan modernisasi sistem perpajakan di motivasi masyarakat mengikuti tax amnesty
Indonesia (Ragimun, 2014). Saat ini tax amnesty melalui pertimbangan tarif. Penelitian-penelitian
telah memasuki tahap ketiga. Tax amnesty terdahulu belum memberi jawaban ketidak
periode I dinyatakan tidak terlalu sukses yang suksesan tax amnesty. Penelitian tersebut

143
AKRUAL: Jurnal Akuntansi, volume 9, nomor 2, April 2018 (142-156)

umumnya berkutat mengingatkan otoritas bahwa pajak sebagai rahasia.


tarif menjadi salah satu pertimbangan mematuhi Penelitian ini menggunakan data primer.
pajak. Oleh karena itu, penelitian ini hendak Data diperoleh secara langsung dari informan
mengisi gap riset mengapa tax amnesty tidak dapat berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku,
berhasil mencapai target atau tidak mampu fenomena, peristiwa-peristiwa, pengetahuan,
meningkatkan penerimaan negara sebagaimana yang ditemui penulis di Kantor Pelayanan Pajak.
yang telah ditargetkan termasuk kendala-kendala Data yang diperoleh penulis berupa hasil
pencapaian target. wawancara tidak terstruktur. Tahapan penyajian
data dapat dijelaskan sebagai berikut (Miles dan
METODE PENELITIAN
Huberman, 1992) pertama, data yang diperoleh
Untuk mencapai tujuan penulisan yang bersifat
dari hasil wawancara di lapangan disalin dalam
memperoleh gambaran fenomena tentang
bentuk transkrip. Kedua, pengambilan keputusan
motivasi dan seputar perilaku masyarakat pajak
atau verifikasi yaitu setelah meperoleh data yang
tentang tax amnesty, maka studi ini
dibutuhkan, maka akan ditentukan pola, model,
menggunakan penulisan kualitatif. Penulisan
dan tema yang sesuai dengan fokus penulisan.
kualitatif merupakan proses penulisan yang
Ketiga, reduksi data dengan cara memilih hal
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
pokok yang sesuai pada fokus penulisan.
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
Keempat, penyajian data merupakan tersusunnya
yang diamati (Moleong, 2007). Cara ini efektif
informasi yang memungkinkan adanya
untuk melukiskan secara sistematis fakta-fakta
penarikan kesimpulan.
atau karakteristik populasi tertentu, dan bidang
tertentu, baik berupa keadaan, permasalahan, Tabel 1. Daftar Informan Penulisan
No Status Nama KPP
sikap, pendapat, kondisi, prosedur atau sistem 1 Otoritas Bpk. Hary Gubeng
secara faktual dan cermat. Studi kasus umumnya Pajak
2 Konsultan Bpk. Gondo Genteng
digunakan untuk menjelaskan dan menggam- Pajak
Bpk.Basuki Wonocolo
barkan/mendeskripsikan serta memecahkan
Ibu Indri Mulyorejo
masalah (Soewadji, 2012:26). 3 Wajib Ibu Arista Sawahan
Pajak
Informan dipilih dengan menggunakan Ibu Sumariyati Gubeng
Ibu Diyah Sukomanunggal
teknik convenience sampling yaitu 1) wajib
Bpk. Winarto Rungkut
pajak yang mengikuti tax amnesty; dan 2) Ibu Sari Karangpilang
Bpk. Wonocolo
bersedia meluangkan waktunya untuk Kurniawan
memberikan informasi lengkap dan akurat. Ibu Yuhana Sukomanunggal
Sumber: data diolah penulis
Sebagaimana diketahui secara umum, tidak
semua masyarakat pajak bersedia memberikan Informan dalam penulisan ini disamarkan
informasi perpajakan, mereka menganggap namanya (lihat tabel 1), bertujuan untuk

144 Copyright @ 2018 AKRUAL: Jurnal Akuntansi


Istighfarin, Fidiana, Tax Amnesty dari Perspektif Wajib Pajak

menjaga kenyamanan dan bagian dari etika “Kebijakan tax amnesty yaitu suatu kebijakan
penulisan kualitatif. yang ditunjukkan kepada wajib pajak yang
tidak jujur dalam melaporkan kewajiban
perpajakannya, dengan tax amnesty ini adalah
ANALISIS DAN PEMBAHASAN saat untuk bisa membuat kejujuran itu dengan
tarif yang tidak terlalu mahal, dibandingkan
Latar Belakang Implementasi Tax amnesty
dengan tarif normal yang sebesar 5%.”
Pada dasarnya pemerintah mengeluarkan
Pandangan Bapak Gondo menguatkan
kebijakan pengampunan pajak untuk memenuhi
temuan (Belkaoui, 2014; Darmayasa dan
penerimaan jangka panjang serta jangka pendek.
Aneswari, 2015) bahwa tax amnesty adalah
Tax amnesty dilakukan untuk memperbaiki
suatu kebijakan yang ditujukan bagi wajib pajak
perekonomian Indonesia khususnya. Hal ini
yang selama ini lalai dalam melaporkan hartanya
sejalan dengan pandangan Ibu Indri (Konsultan
serta untuk meningkatkan kepatuhan sukarela
Pajak) berpendapat bahwa:
berupa kesediaan melaporkan pajak secara
“Kebijakan tax amnesty itu memang untuk saat benar, lengkap, dan jelas. Dari pendapat kedua
ini diperlukan karena perekonomian Indonesia
untuk saat ini lagi turun, jadi tax amnesty bisa informan tersebut, terlihat jelas bahwa
dijadikan sebagai salah satu langkah awal
penerapan kebijakan tax amnesty tidak hanya
untuk memperbaiki perekonomian Indonesia.”
Pendapat Ibu Indri lebih menekankan akan memperbaiki kondisi perekonomian di

bahwa untuk kedepannnya adanya tax amnesty Indonesia saja, tapi mampu mendorong wajib

tahun ini akan sangat membantu upaya pajak untuk mengungkapkan data atas harta atau

pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, kekayaan secara sukarela (voluntary dis-

pembangunan, mengurangi pengangguran, dan clousure). Hal itu tidak jauh berbeda dengan

mengurangi kemiskinan. Asih dan Chomsatu pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Hary,

(2016) juga menyatakan bahwa pertumbuhan Pegawai Seksi Pelayanan tax amnesty yang

ekonomi saat ini cenderung mengalami berada di KPP Surabaya bahwa tax amnesty

perlambatan penerimaan pajak berkurang dan lebih kepada pengungkapan seluruh harta wajib

berdampak pada ketersediaan likuiditas dalam pajak:


“Tax amnesty itu mengungkapkan seluruh
negeri. Hal itu yang menjadi motif pemerintah
harta bisa apapun hartanya definisi harta itu
mengeluarkan Undang-undang pengampunan sendiri adalah tambahan kemampuan ekonomis
berupa asset tidak berwujud dan asset
pajak (tax amnesty) dengan diikuti dengan berwujud seperti contohnya rumah, tanah,
peraturan Menteri Keuangan 118/PMK.03/2016 kendaraan, uang tunai, dan sebagainya. Jadi
definisi tax amnesty itu sendiri yaitu
tentang penerapan kebijakan dari Undang- pengungkapan atas harta wajib pajak yang
undang tersebut. Sedangkan pandangan berbeda belum dilaporkan untuk tahun 2015 dan tahun
sebelumnya.”
disampaikan oleh Bapak Gondo selaku
Pandangan yang sama juga disampaikan
Konsultan Pajak mengenai tax amnesty bahwa:
oleh Bapak Basuki sebagai Konsultan Pajak

145
AKRUAL: Jurnal Akuntansi, volume 9, nomor 2, April 2018 (142-156)

mengenai tax amnesty adalah dengan cara Motivasi ini dapat dikaitkan dengan tax amnesty,
melakukan pengungkapan harta sebagai berikut: bahwa wajib pajak untuk mengikuti kebijakan
“Kewenangan kebijakan tax amnesty itu ini berkaitan dengan penghindaran pajak (tax
kebijakan yang bagus ya karena sebagai
sarana untuk bisa memasukkan harta yang avoidance) dan sanksi administrasi perpajakan
belum dilaporkan, jadi dengan mengikuti tax (Suandy, 2008). Motivasi ini ditemukan pada
amnesty tidak akan diusut asal muasalnya
yang belum tercantum di SPT pribadi wajib pajak di salah satu KPP di Surabaya (Ibu
maupun di SPT Badan. Dengan itu maka Arista) sebagai berikut:
dimasukkan dengan tidak melihat asal-usul
harta tersebut dan juga berapa besar nominal “Saya ikut ya karena menghindari resiko
harta tersebut dan juga berapa jumlah uang terkena pemeriksaan untuk periode tahun 2015
kebawah dikarenakan pengalaman dari teman-
tebusan yang dibayarkan.”
teman yang terkena pemeriksaan
Informan diatas sepakat dan paham bahwa membutuhkan banyak waktu untuk
menemukan data yang diminta KPP dan
tax amnesty adalah pengampunan pajak atas
ditahun-tahun sebelumnya saya juga ada
penghapusan pajak yang terutang, tidak dikenai beberapa harta yang menurut saya kecil atau
tidak material yang tidak saya laporkan.”
sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana
Tidak jauh berbeda dengan pandangan-
dibidang perpajakan, dengan cara meng-
pandangan tersebut, ternyata wajib pajak yang
ungkapkan seluruh harta atau kekayaan yang
lain juga menegaskan motivasi penghindaran
belum dilaporkan dan membayar uang tebusan
resiko wajib pajak mengikuti tax amnesty,
sebesar tarif yang berlaku. Data pengungkapan
seperti disampaikan oleh Ibu Sumariyati dan Ibu
harta yang berasal dari wajib pajak sangat berarti
Indri:
bagi aparat pajak.
“Saya ikut tax amnesty memanfaatkan program
Kedepan, dengan tercatatnya data harta pemerintah yang memberikan kompensasi bagi
atau kekayaan wajib pajak dalam sistem wajib pajak yang selama ini belum melaporkan
atau kurang melaporkan harta yang dimiliki.
administrasi perpajakan melalui program tax Selain itu untuk memanfaatkan fasilitas bebas
amnesty, maka selanjutnya sulit bagi wajib pajak pemeriksaan selama 5 tahun yang diberikan
pemerintah apabila wajib pajak mengikuti
untuk menghindar dari kewajiban perpajakan di program tax amnesty.
masa yang akan datang (Darussalam, 2011). Biasanya tujuan yang melatarbelakangi wajib
pajak mengikuti tax amnesty yaitu manfaat
yang akan diterima wajib pajak. Manfaatnya
Motivasi 1: Penghindaran Risiko salah satunya adalah bahwa wajib pajak tidak
akan diperiksa, karena di undang-undang
Lim (2011) mendefinisikan tax avoidance
sudah dituangkan tentang manfaat yang akan
sebagai penghematan pajak yang timbul dengan diperoleh wajib pajak apabila berpartisipasi
dalam kebijakan tax amnesty.”
memanfaatkan ketentuan perpajakan yang
Apa yang disampaikan Ibu Sumariyati dan
dilakukan secara legal untuk meminimalkan
Ibu Indri diatas merupakan pernyataan yang
kewajiban pajak. Upaya ini bertujuan untuk
menekankan bahwa motivasi wajib pajak
memperoleh manfaat pajak dengan cara yang
mengikuti kebijakan tax amnesty ini didasarkan
tidak melanggar undang-undang perpajakan.
oleh manfaat yang diberikan oleh Direktorat
146 Copyright @ 2018 AKRUAL: Jurnal Akuntansi
Istighfarin, Fidiana, Tax Amnesty dari Perspektif Wajib Pajak

Jenderal pajak, apabila wajib pajak mengikuti mengenai bebas dari tindakan pemeriksaan
kebijakan tax amnesty ini berupa bebas dari pajak, dalam hal ini wajib pajak telah dijamin
tindakan pemeriksaan pajak dan penghapusan dalam undang-undang tersebut tidak akan
sanksi administrasi perpajakan untuk tahun dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti
pajak sebelumnya. permulaan dan penyidikan atas kesalahan pajak
Prinsip seperti ini dapat dijelaskan melalui di masa lalu dan kedepannya setelah tax amnesty
teori pertukaran seperti pada tulisan Fidiana berakhir diharapkan menjadi wajib pajak yang
(2015:264) yang mengaitkan perilaku patuh pada peraturan perundang-undangan
penghindaran wajib pajak dengan sistem perpajakan.
imbalan atau kompensasi yang akan diterima
wajib pajak berupa manfaat bebas tindakan Motivasi 2: Pola Pikir Ekonomis/Bisnis
pemeriksaan pajak apabila wajib pajak Wajib pajak memperhitungkan tarif terendah,
mengikuti program kebijakan tax amnesty antara ikut tax amnesty atau lapor dengan denda
sebagai imbalan atas pengorbanan mereka di SPT. Inilah motivasi mereka ikut tax amnesty
membayar pajak. Hal tersebut serupa dengan penulisan Fidiana
Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian (2014) menyatakan bahwa Rational economic
kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, man murni yang ditandai dengan pola pikir
mengolah data dan keterangan lainnya, untuk matematis dalam urusan perpajakan yang mana
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban tax amnesty dimaksudkan untuk memaksimalkan
perpajakan serta untuk tujuan lain, dalam rangka manfaat dan menghindari biaya lainnya. Wajib
melaksanakan ketentuan peraturan perundang- pajak cenderung tertarik dengan tarif pajak yang
undangan perpajakan (Waluyo dan Ilyas, rendah dibandingkan dengan tarif pajak yang
2001:10). Sementara Hidayat (2002) tinggi, dan ini ditawarkan oleh tax amnesty.
mendeskripsi pemeriksaan pajak sampai saat ini Bagiada dan Darmayasa (2016:19) menjelaskan
masih dipandang sebagai sosok yang bahwa dengan adanya tarif tebusan
menakutkan yang dirasakan wajib pajak ketika pengampunan pajak, relatif memikat wajib pajak
berurusan dengan masalah pajak. Sebab dari itu, sehingga mendorong mereka untuk
Dengan adanya bebas dari tindakan pemeriksaan memanfaatkan tax amnesty. Hal ini tidak jauh
pajak membuat wajib pajak tergiur untuk berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ibu
memanfaatkan program tax amnesty. Hal ini Diyah sebagai wajib pajak motivasi mengikuti
menandaskan mulai tumbuhnya rasa kepatuhan tax amnesty sebagai berikut:
secara sukarela wajib pajak untuk melaporkan “Saya ikut tax amnesty karena menurut saya
tarif uang tebusan yang cukup menarik ya
kewajiban perpajakannya. Terbukti itu tertuang sebesar 2% sampai dengan 5%, tarif itu kan
pada undang-undang pengampunan pajak masih dibawah tarif normal jadi saya ingin
ikut.”
147
AKRUAL: Jurnal Akuntansi, volume 9, nomor 2, April 2018 (142-156)

Pandangan yang sama juga disampaikan menjadikan motivasi wajib pajak mengikuti
oleh Bapak Basuki selaku Konsultan pajak tax amnesty ini, karena ingin melakukan
berpendapat bahwa: kewajiban perpajakannya secara benar agar
“Sebetulnya dengan adanya tarif tebusan segitu terhindar dari denda dan sanksi bunga. Tapi
ya cukup menarik ya, karena kalau
dibandingkan tarif PPh sebesar 5%, 15%, dan ternyata tidak jauh berbeda dengan
25% sedangkan tarif tax amnesty yang hanya pernyataan yang disampaikan Bapak Winarto
2%, 3%, dan 5% berarti kan masih dibawah
tarif normal PPh jadi sangat kecil motivasi mengikuti tax amnesty dikarenakan
dibandingkan di SPT normal.”
adanya sanksi bunga bila tidak mengikuti tax
Yang disampaikan Ibu Diyah dan
amnesty berikut:
Bapak Basuki menyatakan bahwa terkait pola
“Saya ikut tax amnesty kan kalau misalkan
pikir matematis wajib pajak melalui saya ga ikut saya dikenakan sanksi sebesar
tarif PPh pribadi yang berlaku dan sanksi
pemanfaatan tarif tebusan yang rendah, bunga sebesar 2 % perbulan maksimal 24
sehingga mendapatkan manfaat pajak. bulan atau maksimal 48 %. Memang sayang
banget tapi dilihat resikonya sangat besar dan
Dengan adanya tarif tebusan yang diberikan sudah dijadikan dasar Undang-undang juga
kan.”
pemerintah dengan tarif yang lebih rendah, itu
Hal itu juga diperkuat oleh pernyataan
akan menumbuhkan motivasi wajib pajak
Bapak Hary dari Pegawai Seksi Pelayanan
berpartisipasi dalam program amnesti pajak.
Tax amnesty di KPP yang berada di Surabaya
Hal itu sesuai pada penulisan Asih dan
bahwa
Chomsatu (2016:340) tarif uang tebusan yang
“Apabila wajib pajak yang mengikuti tax
diberikan dalam amnesti pajak lebih rendah amnesty dan dikemudian hari ternyata
dibandingkan dengan tarif pajak pada ditemukan ada harta yang tidak diungkapkan
akan dikenakan sanksi denda dengan tarif yang
umumnya, diharapkan dengan tarif yang berlaku dan ditambah sanksi denda sebesar 200
%. Sedangkan wajib pajak yang tidak ikut tax
rendah keikutsertaan program amnesti pajak amnesty apabila ditemukan harta yang belum
semakin meningkat. Karena wajib pajak pada dilaporkan didalam pembetulan SPT Tahunan,
maka temuan harta tersebut akan dikenakan
dasarnya menghindari tarif pajak yang tinggi sanksi denda dengan tarif yang berlaku dan
ditambahkan sanksi bunga sebesar 2 %
namun terutang tarif pajak yang lebih rendah, perbulan maksimal kurun waktu 24 bulan.”
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tarif Dari pernyataan yang disampaikan oleh
pajak yang dikenakan tinggi pula motivasi Bapak Winarto dan Bapak Hary menyatakan
wajib pajak untuk melakukan penghindaran bahwa wajib pajak termotivasi mengikuti tax
pajak (Herlina dan Toly, 2013). amnesty, dikarenakan wajib pajak lebih kepada
Motivasi berbeda terkait implementasi menghindari sanksi administrasi perpajakan
tax amnety didasarkan pada penghindaran berupa sanksi bunga dan denda. Wajib pajak
sanksi admnistrasi. Herlina dan Toly (2013) cenderung akan patuh melakukan kewajiban
Sanksi admnistrasi tersebut dapat berupa perpajakannya apabila sudah dikenakan sanksi
denda dan sanksi bunga. Hal ini yang tegas atas segala tindakan tidak jujur dalam
148 Copyright @ 2018 AKRUAL: Jurnal Akuntansi
Istighfarin, Fidiana, Tax Amnesty dari Perspektif Wajib Pajak

menyampaikan kewajiban perpajakannya. terhukum akan menjadi jera dan tidak lagi
Rahayu dan Suhayati (2010:87) pengertian melakukan kesalahan yang sama (Zahidah,
sanksi administrasi perpajakan merupakan 2010:15).
pembayaran kerugian kepada negara khususnya Jadi dapat disimpulkan pengenaan sanksi
yang berupa denda yang dikenakan terhadap administrasi perpajakan merupakan cara otoritas
pelanggaran kewajiban pelaporan, bunga yang pajak agar wajib pajak patuh dan tidak
dikenakan terhadap pelanggaran kewajiban melakukan tindakan curang dalam memenuhi
pembayaran pajak, dan kenaikan berupa kewajiban perpajakannya. Dengan adanya sanksi
kenaikan jumlah pajak yang harus dibayar, berat, diharapkan wajib pajak akan jera dan
terhadap pelanggaran berkaitan dengan memiliki motivasi untuk ikut serta
kewajiban yang diatur dalam ketentuan material. menyukseskan progam kebijakan tax amnesty.
Devano dan Rahayu (2006:112) bahwa Kendala dan Tantangan Tax amnesty
pelaksanaan sanksi perpajakan diterapkan Berdasarkan hasil wawancara penulis mengenai
sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban kajian empiris yang ada dilapangan
perpajakan oleh wajib pajak sebagaimana yang menunjukkan bahwa implementasi tax amnesty
telah diatur dalam undang-undang perpajakan. ini menghadapi beberapa kendala yang pertama
Pelaksanaan sanksi kepada wajib pajak dapat masalah sosialisasi pajak. Kegiatan sosialisasi
menyebabkan terpenuhinya kewajiban pajak ini sangat penting karena pengetahuan dan
perpajakan oleh wajib pajak sehingga dapat wawasan wajib pajak akan sistem dan peraturan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Wajib perpajakan yang berlaku saat ini masih sangat
pajak akan patuh (karena tekanan) karena kurang. Kurangnya pengetahuan dan pema-
mereka memikirkan adanya sanksi berat berupa haman wajib pajak terhadap pengisian formulir
denda akibat tindakan illegal dalam usahanya tax amnesty dan penyiapan dokumen pendukung
menyelundupkan pajak. amnesti ini yang menjadikan kendala wajib
Sebagaiamana diketahui suatu kebijakan pajak mengikuti tax amnesty. Berikut adalah
berupa pengenaan sanksi dapat dipergunakan pernyataan dari Ibu Arista dan Ibu Diyah selaku
untuk dua tujuan utama, yang pertama adalah wajib pajak yang ada di Surabaya tentang
untuk mendidik dan yang kedua adalah untuk kendala dan tantangan implementasi tax amnesty
menghukum. Mendidik dimaksudkan agar “Kendala saya ikut tax amnesty, saya agak
kebingungan dalam pengisian kolom-kolom
mereka yang dikenakan sanksi akan menjadi yang disediakan oleh KPP terutama pada
lebih baik dan lebih mengetahui hak dan bagian kolom kode harta yang membuat saya
sedikit kebingungan.”
kewajibannya sehingga tidak lagi melakukan
“Saya agak bingung ya untuk pengisian
kesalahan yang sama. Maksud yang kedua formulir surat pernyataan harta dan pada
adalah untuk menghukum sehingga pihak yang kode harta dan pada saat saya lapor terdapat
kendala formulir surat pernyataan harta saya

149
AKRUAL: Jurnal Akuntansi, volume 9, nomor 2, April 2018 (142-156)

tidak terbaca pada sistem komputerisasi sebagai proses dimana kita belajar melalui
pajak yang membuat harus diedit-edit ulang
dan memakan waktu yang cukup lama interaksi dengan orang lain, tentang cara berfikir
sekali.” merasakan dan bertindak dimana kesemuanya
Sedangkan pendapat yang sama juga itu merupakan hal-hal yang sangat penting
dikemukakan Ibu Yuhana sebagai wajib pajak dalam menghasilkan partisipasi sosial yang
dan Bapak Basuki sebagai konsultan pajak efektif. Sosialisasi pajak yang diberikan kepada
mengenai kendala dan hambatan saat mengikuti masyarakat dimaksudkan untuk memberikan
tax amnesty: pengetahuan dan wawasan kepada wajib pajak
“Saya kesulitan saat mengisi form tax
mengenai kebijakan perpajakan (Winerungan,
amnesty karena cara pengisiannya berbeda
dengan pada SPT biasanya.” 2013).
“Kesulitan dalam penyiapan dokumen pen- Perlunya melakukan strategi sosialisasi
dukung untuk tax amnesty, misalnya harta
secara jelas agar tidak membuat bingung wajib
kepemilikan rumah yang belum ikut tax
amnesty tapi bukti kepemilikannya sertifikat- pajak, dengan penafsiran yang berbeda dari
nya rumah itu milik siapa ternyata milik
sendiri ataupun masih milik orang lain bisa petugas satu dengan petugas yang lainnya
dibilang status harta tersebut bagaimana. mengenai penjelasan tax amnesty. Upaya
Sejauh ini kendala yang saya temui ya dalam
penyiapan dokumen pendukung seperti itu.” sosialisasi secara bekelanjutan untuk mem-
Pendapat informan diatas menekankan berikan pengertian, informasi, dan pembinaan
bahwa wajib pajak masih menemui kesulitan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib
dalam mengisi surat permohonan tax amnesty pajak pada khususnya mengenai kebijakan
dan kurangnya pemahaman wajib pajak terkait perpajakan. Bentuk sosialisasi perpajakan bisa
tax amnesty. Hal tersebut bisa dipahami karena dilakukan dengan penyuluhan. kegiatan pe-
masih minimnya sosialisasi terhadap wajib nyuluhan pajak memiliki andil besar dalam
pajak, karena terdapat pengisian kolom harta menyukseskan sosialisasi pajak ke seluruh wajib
yang sedikit rumit dan apalagi terdapat kendala pajak.
dalam penyiapan bukti-bukti pendukung harta, Sedangkan kendala yang lain tentang
itu yang membuat wajib pajak masih merasa masalah tidak adanya standarisasi informasi tax
kebingungan. amnesty antar otoritas pajak. Hal ini dibuktikan
Hal ini dibutuhkan peran penting DJP adanya informasi yang berbeda yang diterima
untuk memberikan pemahaman yang jelas wajib pajak pada saat mengikuti tax amnesty
dengan cara sosialaisasi secara menyeluruh yang disampaikan oleh otoritas pajak, dan juga
kepada wajib pajak, agar kedepannya wajib kurangnya pemahaman otoritas pajak tentang
pajak lebih paham dan memperoleh kemudahan prosedur dan pedoman teknis kebijakan tax
atas pengisian formulir surat pernyataan harta amnesty secara komprehensip untuk disampai-
tax amnesty. Wurianti (2016:6) Sosialisasi kan kepada wajib pajak. Berikut ini pernyataan
adalah suatu konsep umum yang dimaknakan dari Ibu Yuhana dan Ibu Diyah sebagai wajib
150 Copyright @ 2018 AKRUAL: Jurnal Akuntansi
Istighfarin, Fidiana, Tax Amnesty dari Perspektif Wajib Pajak

pajak yang ada di Surabaya mengenai kendala ketika menerima instruksi atau arahan dari
dan tantangan yang dihadapin dalam imple- atasannya.
mentasi tax amnesty: Seharusnya otoritas pajak memberikan
“Saya kurang puas atas segi pelayanan tax pemahaman yang jelas kepada wajib pajak, agar
amnesty, karena bagian penerima juga masih
kurang paham dengan pengisian tax amnesty tidak membuat wajib pajak menunggu lama
mereka terkadang masih bertanya-tanya untuk memperoleh informasi tentang prosedur
dengan rekan kerja disampingnya entah
karena memang tax amnesty ini peraturan dan teknik penyampaiana pengampuanan pajak.
baru atau karena cara pengisiannya yang
rumit tapi seharusnya bagian pajak harus Kedepannya kualitas pelayanan yang diberikan
paham betul dengan program pengampunan Kantor Pelayanan Pajak pada program tax
pajak terbaru ini agar masyarakat pun juga
puas dengan pelayanannya.” amnesty yang sedang dijalankan yang

“Saya agak tidak puas ya, karena pihak KPP diharapkan akan meningkatkan motivasi wajib
khususnya bagian penerimaan kurang pajak ikutserta dalam mensukseskan kebijakan
cekatan dan masih saling bertanya kepada
pihak bagian penerimaan lain, menurut saya ini.
mungkin ini peraturan baru, sehingga petugas
belum paham betul tentang kebijakan yang Kendala yang kedua terkait masalah
baru ini.” birokrasi pajak. Menurut Fidiana (2014) banyak
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu wajib pajak masih mengeluhkan rumitnya
Sumariyati terkait kendala dan hambatan birokrasi pajak. Wajib pajak tidak hanya direpoti
implementasi tax amnesty yang berada di KPP dengan menghitung dan membayar pajak, tapi
Surabaya: juga dipersulit dengan media laporan pajak,
“Petugasnya terkadang kurang paham betul yaitu formulir surat pernyataan amnesti pajak.
sehingga sering tanya antar sesama petugas
sehingga saya harus menunggu lama. Kendala birokrasi perpajakan ini cenderung
Seharusnya juga lebih ditekankan dengan
menambah pengetahuan petugas tax amnesty penyampaian informasinya sudah benar kepada
lebih dalam, agar tidak saling tanya antar wajib pajak, tapi wajib pajak masih terkendala
petugas sehingga tidak membutuhkan waktu
lama dalam pengecekan.” rumitnya pengisian form amnesti yang membuat
Menilik dari pernyataan diatas bahwa dari wajib pajak harus beberapa kali kembali lagi ke
otoritas pajak belum siap mengenai kebijakan KPP untuk melengkapi dokumen-dokumen
tax amnesty, hal ini dibuktikan kurangnya amnesti pajak. Berikut ini pernyataan Ibu
pemahaman otoritas pajak mengenai kebijakan Sumariyati dan Bapak Winarto sebagai wajib
tax amnesty untuk disampaikan kepada wajib pajak terkait kendala dan tantangan yang
pajak dan adanya perbedaan penafsiran antara dihadapi:
petugas yang satu dan petugas yang lain terkait “Pelayanan tax amnesty kurang memuaskan
karena petugasnya sedikit menyulitkan wajib
dengan penjelasan tentang tax amnesty yang pajak dengan kelengkapan dokumen
akan disampaikan kepada wajib pajak. sehingga saya harus bolak-balik ke KPP.”

Penyebabnya, pemahaman petugas berbeda

151
AKRUAL: Jurnal Akuntansi, volume 9, nomor 2, April 2018 (142-156)

“Saya masukin data lapor tax amnesty sudah “Saya kurang puas atas sistem antrian yang
kembali tiga kali kalau gak empat kali revisi begitu lama sekali, memakan waktu hingga
data, datanya masih kurang, dan datanya seharian lamanya saya menunggu data saya
masih salah ini waktunya juga sangat mepet bisa diterima oleh petugas pajak.”
sekali.”
Tidak jauh berbeda dengan pandangan
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu
tersebut berikut pernyataan Bapak Kurniawan
Sari kendala dan tantangan saat melaporkan tax
sebagai wajib pajak yang ada di KPP Surabaya
amnesty:
mengenai kendala dan tantangan mengikuti tax
“Penafsiran peraturan tax amnesty harus
benar-benar disosialisasikan dengan sejelas- amnesty:
jelasnya kepada petugas sehingga tidak ada “Saya datang ke KPP jam setengah 6 pagi
lagi penafsiran yang berbeda antara KPP satu baru dilayani sekitar jam 4 sore. antrian yang
dengan lainnya, Kanwil satu dengan kawil menumpuk dan menunggu lama itu sangat
lainnya, dan petugas satu dengan petugas melelahkan sekali, dari memasukkan data
lainnya. Informasi yang salah atau penafsiran mulai pagi hari manggilnya lama kemudian
yang berbeda sangat merepotkan wajib dipanggil ada masalah data lama lagi.”
pajaknya sehingga harus bolak-balik ke KPP
/ Kanwil.” “Seharusnya disediakan sistem antrian yang
Apa yang disampaikan wajib pajak lebih baik lagi, kemudian petugas pajaknya
dibuat lebih banyak orang yang
mengenai kendala birokrasi pajak yang dihadapi mengerjakannya dan petugas penulis tax
amnesty dibuat lebih banyak orang lagi agar
dalam mengikuti program amnesti pajak lebih antriannya lebih cepat dan tidak menunggu
menekankan pada aspek teknis, yaitu kurang lama.”

efektifnya informasi yang disampaikan otoritas Sedangkan pendapatan yang sama

pajak kepada wajib pajak. hal ini membuktikan dikemukan Ibu Sumariyati sebagai wajib pajak

wajib pajak masih harus bolak-balik ke KPP dan Ibu Indri selaku konsultan pajak mengenai

untuk melengkapi berkas pengampunan pajak kendala dan tantangan saat mengikuti tax

yang kurang ataupun masih adanya kesalahan amnesty:

pengisian. Hal ini yang seharusnya kebijakan ini “Saya berharap agar petugas tax amnesty
lebih ditambahkan lagi agar pelayanannya
menjadi efektif tapi menjadi tidak efisien karena cepat dan tidak sampai membuat saya
menunggu lama.”
masih adanya kendala teknis dilapangan.
Kendala yang selanjutnya yang dihadapi “Kedepannnya mungkin tax amnesty
mungkin dari segi teknis bisa diperbaiki lagi
wajib pajak terkait masalah sistem antrian yang masalah antrian.”
lama, dan kurangnya sumber daya manusia yang Apa yang disampaikan informan diatas
berada di Kantor Pelayanan Pajak ini menyatakan bahwa kurang efektifnya kualitas
menyebabkan tidak efisiennya pelayanan tax pelayanan antrian kebijakan tax amnesty dan
amnesty yang ditunjukkan untuk memberikan serta kurangnya sumber daya yang ada
kemudahan dan kenyamanan wajib pajak dalam dilapangan menyebabkan wajib pajak yang
berpartisipasi dalam program amnesti pajak. hal mengikuti tax amnesty ini merasa terkendala
ini dibuktikan oleh pendapat Ibu Sari mengenai dengan pelayanan yang diberikan Kantor
kendala dan tantangan mengikuti tax amnesty: Pelayanan Pajak. Pelayanan tax amnesty yang
152 Copyright @ 2018 AKRUAL: Jurnal Akuntansi
Istighfarin, Fidiana, Tax Amnesty dari Perspektif Wajib Pajak

diberikan kepada wajib pajak merupakan kepada masyarakat wajib pajak akan terpenuhi
pelayanan publik yang lebih diarahkan sebagai bilamana SDM melakukan tugasnya secara
suatu cara pemenuhan kebutuhan masyarakat profesional, disiplin, dan transparan.
dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang- Pelayanan yang baik merupakan salah
undangan yang berlaku (Mutia, 2014). satu faktor penting dalam menciptakan kepuasan
Arum (2012) menyarankan kualitas kepada wajib pajak. Ismail (2016) menyatakan
pelayanan pajak harus ditingkatkan lagi oleh bahwa untuk kualitas pelayanan pajak di KPP
otoritas pajak. Pelayanan yang baik akan agar terus meningkatkan kecepatan proses
memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam pelayanan, dengan cara memperbaiki semua
sistem informasi perpajakan termasuk dalam fasilitas penunjang yang ada seperti mesin
segi kualitas pelayanan perpajakan. Demikian antrian dan komputer yang digunakan untuk
pula cara pandang hubungan psikologi wajib melayani wajib pajak, dan jangan sampai ada
pajak dengan otoritas pajak pada skema lagi gangguan teknis yang dapat menguras
pertukaran (exchange theory). Menurut skema energi dan menghabiskan waktu petugas. Seperti
ini kepatuhan sukarela dapat diciptakan jika masalah soft copy WP yang tidak dapat di-copy
wajib pajak memperoleh utilitas berupa layanan ke hard disc KPP. Hal tersebut agar sesuai
publik yang memuaskan atas pembayaran dengan kebutuhan wajib pajak sehingga wajib
pajaknya (Fidiana, 2015). Dalam hal ini Otoritas pajak merasa nyaman dan memperoleh
pajak dituntut menciptakan fasilitas pajak dan kemudahan dalam menyampaikan kewajiban
sistem administrasi perpajakan yang mudah dan perpajakannya.
sederhana serta kesediaan melayani wajib pajak
dengan ramah, jujur dan efisien sehingga akan KESIMPULAN
timbul rasa percaya diri dari otoritas pajak. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan selama
Kedepannnya untuk diperbaiki lagi 14 hari, penulisan ini menyimpulkan hasil
masalah kualitas pelayanan sistem antrian tax temuan-temuan sebagai berikut: pertama,
amnesty dan selain itu juga perlunya kurangnya standarisasi informasi yang sama
peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang antar otoritas pajak yang satu dengan yang lain,
berada di Kantor Pelayanan Pajak, terlebih lagi dan antara KPP satu dengan yang lainnya dalam
agar wajib pajak merasakan kepuasan atas pelaksanaan implementasi tax amnesty. Hal
pelayanan tax amnesty. Menurut Wurianti tersebut menyebabkan wajib pajak bingung
(2016:6) pelayanan perpajakan dibentuk oleh dalam menerima informasi untuk keikutsertaan
dimensi kualitas sumber daya manusia (SDM), penyampaian tax amnesty. Kedua, masih belum
ketentuan perpajakan dan sistem informasi memadainya jumlah pegawai di KPP yang ada
perpajakan. Standar kualitas pelayanan prima di Surabaya yang dalam pengalokasinya sangat

153
AKRUAL: Jurnal Akuntansi, volume 9, nomor 2, April 2018 (142-156)

kurang dan terbatas jumlah pegawai. Sehingga di KPP Pratama yang ada di Surabaya,
hal tersebut menyebabkan tidak efektifnya khususnya pada bagian seski pelayanan dan
pelayanan dalam implementasi tax amnesty. penulis tax amnesty. Hal itu dilakukan agar
Ketiga, pelaksanaan implementasi tax amnesty pelaksanaan tax amnesty dapat berjalan dengan
saat ini belum berjalan dengan baik karena baik dan dapat meningkatkan pelayanan tax
kurangnya ketersedian sarana dan prasana amnesty bagi masyarakat/wajib pajak; (3)
teknologi informasi dan komunikasi, seperti perlunya perbaikan mengenai ketersedian sarana
masalah komputer, masalah sistem antrian tax dan prasarana yang ada di KPP di Surabaya
amnesty, dan lain sebagainya di nilai kurang dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
memadai. Hal tersebut dikarenakan masih wajib pajak, agar proses pelayanan tax amnesty
terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di dilakukan dapat lebih efektif dan efisien serta
Kantor Pelayanan Pajak dan masih kurang lebih optimal lagi; (4) perlunya peningkatan
memadainya sistem antrian untuk pelayanan tax standar informasi yang sama antar otoritas pajak
amnesty. Keempat, pelaksanaan sosialisasi yang yang satu dengan yang lainnya, dan antar KPP
kurang intensif dan tidak berkelanjutan yang di satu dengan yang lainnya agar pelaksanaan tax
lakukan oleh KPP di Surabaya. Hal ini amnesty tidak membuat wajib pajak bingung
dibuktikan bahwa masyarakat/wajib pajak masih dalam penyampaian informasi yang diterima; (5)
terkendala masalah rumitnya birokrasi pajak sebaiknya dilakukan peningkatan kualitas
seperti masih rumitnya pengisian formulir pelayanan tax amnesty yang lebih cepat dan
pernyataan tax amnesty dan penyiapan dokumen efisien sehingga masyarakat/wajib pajak tidak
pendukung. Wajib pajak belum mengetahui dan perlu mengantri terlalu lama pada saat pelaporan
memperoleh informasi yang cukup baik tax amnesty; (6) dilakukannya lagi sosialisasi
mengenai proses pelaksanaan tax amnesty. yang lebih intensif dan berkelanjutan oleh
Berdasarkan dari hasil evaluasi dan Kantor Pelayanan Pajak yang ada di Surabaya
penulisan yang dilakukan dengan kepada masyarakat/wajib pajak mengenai
memperhatikan simpulan diatas, pada penulisan prosedur dan teknik penyampaian program tax
ini ada yang tidak bisa dicapai yaitu ada amnesty. Hal ini dilakukan dengan cara
beberapa terkendala keterbatasan dan kerahasian memberikan seminar atau penyuluhan kepada
informasi, maka saran untuk penulisan masyarakat/wajib pajak mengenai cara pengisian
selanjutnya disarankan sebagai berikut: (1) penyampain tax amnesty.
melakukan peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang cepat, tanggap, dan berkompeten
dalam memberikan pelayanan perpajakan
berkaitan dengan pelaksanaan implementasi tax
amnesty; (2) ditambahkan lagi jumlah pegawai
154 Copyright @ 2018 AKRUAL: Jurnal Akuntansi
Istighfarin, Fidiana, Tax Amnesty dari Perspektif Wajib Pajak

DAFTAR PUSTAKA . (2015). Kepatuhan Pajak Dalam


Arum, H. P. (2012). Pengaruh kesadaran wajib Perspektif Neo Ashabiyah. EKUITAS
pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak (Jurnal Ekonomi dan Keuangan). Vol. 19
terhadap kepatuhan wajib pajak orang No. 2, p. 260-275.
pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan Herlina, H., & Toly, A. A. (2014). Faktor-Faktor
pekerjaan bebas (studi di wilayah kpp Yang Mempengaruhi Perencanaan Wajib
pratama cilacap) (Doctoral dissertation, Pajak Di Surabaya. Tax & Accounting
Fakultas Ekonomika dan Bisnis). Review, 3(2), 135.
Chomsatu, Y., & Asih, S. (2016). Pengaruh Hidayat, N. (2002). Persiapan Wajib Pajak
Prinsip Keadilan Dan Struktur Tarif Pajak dalam Menghadapi Pemeriksaan Pajak.
Terhadap Keikutsertaan Program Amnesti Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol.1, No. 12,
Pajak. In Seminar Nasional Fakultas p. 16-19.
Ekonomi Uniba Surakarta (Vol. 2, No. 1, Ismail, H. (2016). Pendampingan WP UMKM
Pp. 338-347). dalam Program Amnesti Pajak.
Bagiada, I. M., & Darmayasa, I. N. (2016). Tax Diunduh tanggal 2 Januari 2017,
amnesty Upaya Membangun Kepatuhan http://www.beritasatu.com/.
Sukarela. Artikel disajikan dalam Kementrian Keuangan. (2016). Media Keuangan
Simposium Nasional Akuntansi Vokasi V Transparansi Informasi Kebijkan Fiskal.
Makassar, 12-24 Mei 2016: 1-24. Edisi April 2016. DJPK. Jakarta.
Riahi-Belkaoui, A. (2004). Relationship between Lim, Y. (2011). Tax avoidance, cost of debt and
tax compliance internationally and selected shareholder activism: Evidence from Korea.
determinants of tax morale. Journal of Journal of Banking & Finance, 35(2), 456–
International Accounting, Auditing and 470. doi:10.1016/j.jbankfin.2010.08.021
Taxation, 13(2), 135–143. doi:10.1016/j. Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992).
intaccaudtax.2004.09.001 Analisis data kualitatif.
Brodjonegoro, B. (2016). Wawancara Eksklusif Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian
Menteri Keuangan: Kebijakan Tax Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT.
Amnesty Tahun 2016. Diunduh tanggal 23 Remaja Rosdakary Offset. ISBN 979-514-
September 2016, http://www.pajak.go.id/. 051-5.
Darussalam, D. (2011). Mendongkrak Pajak dan Mutia, S. P. T. (2014). Pengaruh Sanksi
Underground Economy. Investor Daily. Perpajakan, Kesadaran Perpajakan,
Jakarta. Pelayanan Fiskus, Dan Tingkat Pemahaman
Darmayasa, I. N., & Aneswari, Y. R. (2015). Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
The Ethical Practice of Tax Consultant Pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak
Based on Local Culture. Procedia - Social Orang Pribadi yang terdaftar di KPP
and Behavioral Sciences, 211, 142–148. Pratama Padang). Jurnal Akuntansi, 2(1).
doi:10.1016/j.sbspro.2015.11.021 Ngadiman, N., & Huslin, D. (2015). Pengaruh
Devano, S., & Rahayu, S. K. (2006). Perpajakan: Sunset Policy, Tax Amnesty, Dan Sanksi
Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta: Kencana. Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Fidiana, F. 2014. Memperbarui Kesadaran dan (Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak
Kepatuhan Berakuntansi, Berpajak, dan Pratama Jakarta Kembangan). Jurnal
Berzakat. Disertasi. Program Doctor Akuntansi, 19(2), 225-241.
Universitas Brawijaya. Malang. Nugroho, A. C. (2016). Tebusan Amnesti Pajak:
. 2014. Eman dan Iman: Dualisme Per 3 Oktober Rp97, 2 Triliun Deklarasi
Kesadaran dan Kepatuhan. Artikel disajikan dan Repatriasi Rp.3.629 Triliun. Diunduh
dalam Simposium Nasional Akuntansi tanggal 7 Oktober 2016, http://finansial.
XVII Mataram. 24-27 September: 1-23. bisnis.com/.

155
AKRUAL: Jurnal Akuntansi, volume 9, nomor 2, April 2018 (142-156)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor Winerungan, O. L. (2013). Sosialisasi


118/PMK.03/2016 Pelaksanaan Undang- Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi
undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Perpajakan Terhadap Kepatuhan WPOP Di
Pengampunan Pajak. Jakarta. KPP Manado dan KPP Bitung. Jurnal
Pratiwi, R. (2016). Pengaruh Reinventing EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Policy, Tax Amnesty, Sanksi Pajak Dan Bisnis dan Akuntansi, 1(3).
Kepercayaan Terhadap Sistem Wurianti, E. L. E., & Subardjo, A. (2016).
Pemerintahanterhadap Kepatuhan Wajib Analisis Faktor–Faktor yang mempengaruhi
Pajak Pada Kpp Pratama Semarang Tengah Kepatuhan Wajib Pajak di Wilayah KPP
Dua (Doctoral Dissertation, Fakultas Pratama. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,
Ekonomi Unissula). 4(6).
Ragimun. (2014). Analisis Implementasi Zahidah, C. (2010). Pengaruh tingkat,
Pengampunan Pajak (Tax amnesty) Di pemahaman, kepatuhan dan ketegasan
Indonesia. Diunduh tanggal 23 September sanksi perpajakan terhadap kewajiban
2016, http://www.kemenkeu.go.id/. perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan
Rahayu, S. K., & Suhayati, E. (2010). Auditing Menengah (UKM) di wilayah Jakarta
Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Selatan.
Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2016 Pengampunan Pajak.
Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 131. Jakarta.
Sari, A. F. (2005). Analisis Kebijakan
Pengampunan Pajak Dengan Penerimaan
Negara. Skripsi. Universitas Indonesia.
Soewadji, J. (2012). Pengantar Metodologi
Penulisan. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Suandy, E. (2008). Perencanaan Pajak (Vol.
Edisi 4). Jakarta: Salemba.
Waluyo & W, B, Ilyas. (2001). Penyesuaian
Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-
undangan Perpajakan. Edisi Pertama.
Salemba Empat. Jakarta.

156 Copyright @ 2018 AKRUAL: Jurnal Akuntansi

Potrebbero piacerti anche