Sei sulla pagina 1di 9

BAB III

ANALISA PICO

OKSIGENISASI DENGAN BAG AND MASK 10 LPM MEMPERBAIKI ASISDOSIS


RESPIRATORIK
PROBLEM KLINIK / Edema paru akut terjadi karena adanya penumpukan cairan di alveolar
POPULASI dan menyebabkan alveoli kolaps sehingga terjadi pertukaran gas
yangberlanjut pada hipoksemia bila berlanjut pasien akan mengalami
asidosis respiratorik.

12 respoden pasien dirawat di ICU RS Adi Husada Kapasari, dengan


edema paru.
INTERVENTION Desain penelitian menggunakan pre experimental one group pre
posttest design. Penelitian dilakukan mulai 29 November 2006 sampai
10 Januari 2007. Variable indipenden dalam penelitian ini adalah
memberikan oksigen dengan Bag and Mask 10 lpm, sedangkan
variable dependen adalah kondisi asidosis respiratorik.
COMPARATION TREATMENT OF SEVERE CARDIOGENIC PULMONARY
EDEMA WITH CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY
PRESSURE DELIVERED BY FACE MASK
Result :
After 30 minutes, both respiratory rate and arterial carbon dioxide
tension had decreased more in the patients who received oxygen plus
continuous positive airway pressure. The mean (±SD) respiratory rate
at 30 minutes decreased from 32±6 to 33±9 breaths per minute in the
patients receiving oxygen alone and from 35 ±8 to 27±6 breaths per
minute in those receiving oxygen plus continuous positive airway
pressure (P = 0.008); the arterial carbon dioxide tension decreased
from 64±17 to 62±14 mm Hg in those receiving oxygen alone and

1
from 58±8 to 46±4 mm Hg in those receiving oxygen plus continuous
positive airway pressure (P<0.001). The patients receiving continuous
positive airway pressure also had a greater increase in the arterial pH
(oxygen alone, from 7.15± to 7.18±0.18; oxygen plus continuous
positive airway pressure, from 7.18±0.08 to 7.28±0.06; P<0.001 ) and
in the ratio of arterial oxygen tension to the fraction of inspired
oxygen (oxygen alone, from 136±44 to 126±47; oxygen plus
continuous positive airway pressure, from 138±32 to 206±126; P =
0.01). After 24 hours, however, there were no significant differences
between the two treatment groups in any of these respiratory indexes.
Seven (35 percent) of the patients who received oxygen alone but none
who received oxygen plus continuous positive airway pressure
required intubation and mechanical ventilation (P = 0.005). However,
no significant difference was found in in-hospital mortality (oxygen
alone, 4 of 20 patients; oxygen plus continuous positive airway
pressure, 2 of 19; P = 0.36) or the length of the hospital stay.

OUTCOME Dari 12 responden, menunjukkan bahwa 10 responden (83%) terjadi


peningkatan PaO2 dan 2 responden (17%) tidak mengalami
peningkatan PaO2.

Hasil PaO2 menunjukkan rata-rata PaO2 78.05 mmHg sebelum


oksigenisasi dan rata-rata 110.27 mmHg setelah oksigenisasi dengan
Bag and Mask 10 lpm.
Pada pasien edema paru akut yang ditujukkan dengan hasil analisis
statistic Paired t –Test p = 0,005.

Hasil pH didapatkan hasil rata-rata pH 7.280 sebelum oksigenisasi dan


rata-rata 7.343 setelah oksigenisasi dengan Bag and Mask 10 lpm.
Pada pasien edema paru akut yang ditujukkan dengan hasil analisis
statistic Paired t –Test p = 0,003.

2
Hasil PaCO2 didapatkan hasil rata-rata PaCO2 53,6 mmHg sebelum
oksigenisasi dan rata-rata 49,5 mmHg setelah oksigenisasi dengan
Bag and Mask 10 lpm.
8 Respoden (67%) mengalami penurunan PaCO2, dan 4 responden
(33%) tidak terjadi penurunan PaCO2.
Pada pasien edema paru akut yang ditujukkan dengan hasil analisis
statistic Paired t –Test p = 0,004.

Pemberian oksigen dengan Bag and Mask 10 lpm mencegah


hipoksemia dan perbaikan asidosis pada klien edema paru.

PENGARUH TERAPI OKSIGENISASI NASAL PRONG TERHADAP PERUBAHAN


SATURASI OKSIGEN PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUPPROF.DR.R.DKANDOU MANADO
PROBLEM KLINIK / Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang
POPULASI disertai atau tanpa perdarahan intertinal, Pengelolaan kedaruratan pada
cedera kepala dengan pemberian terapi oksigenisasi diantaranya
menggunakan nasal prong untuk menjaga kestabilan oksigen di
jaringan tubuh dan otak.

Jumlah sample untuk penelitian ini sebanyak 16 orang(dari 138)


INSTALASI GAWAT DARURAT RSUPPROF.DR.R.DKANDOU
MANADO
INTERVENTION Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan
rancangan time series, instrument yang digunakan untuk internensi
adalah pengukuran nilai saturasi oksigen menggunakan alat pulse
oxymetri, sedangkan instrument pengumpulan data menggunakan nilai
saturasi oksigen berupa lembar observasi, teknik pengambilan sample
yaitu consecutive di INSTALASI GAWAT DARURAT RSU PPROF.

3
DR. R. DKANDOU MANADO pada tanggal 17 November 2016 – 09
Desember 2016
COMPARATION PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER
SEDERHANA DAN POSISI KEPALA 300TERHADAP
PERUBAHANTINGKAT KESADARAN PADA PASIEN
CEDERA KEPALA SEDANG DI RSUD
Hasil :
Ada pengaruh pemberian oksigen melalui masker sederhana dan posisi
kepala 300 terhadap perubahantingkat kesadaran pada pasien cedera
kepala sedang dengan nilai p value 0,009. dengan rerata nilai sebelum
dilakukan intervensi pemberian oksigen melalui masker sederhana dan
posisi kepala 300yaitu 10 dengan standar deviasi 1,145.
Dan setelah dilakukan intervensi pemberian oksigen melalui masker
sederhana dan posisi kepala 300yaitu 11,07 dengan standar deviasi
2,766
OUTCOME Berdasarkan hasil uji analisis dengan menggunakan uji t dependen dan
uji repeated ANOVA :

SaO2 sebelum dan sesudah 10 Nilai p – value = 0,000 < α 0,05


menit pertama
Hasil 10 menit ke dua dan Nilai p – value = 0,005 < α 0,05
ketiga menggunakan SaO2

hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden datang ke RS dengan keadaan hipoksia ringan – sedang
dengan saturasi SaO2 90% - < 95%. Setelah pemberian oksigenisasi
nasal prong selama 30 menit berada dalam kondisi normal dengan
saturasi oksigen 95% - 100%.

Berdasarkan didapatkan terapi oksigenisasi nasal prong berpengaruh


terhadap perubahan saturasi oksigen pasien cedera kepala di

4
INSTALASI GAWAT DARURAT RSUPPROF.DR.R.DKANDOU
MANADO
PENGARUH TERAPI OKSIGEN MENGGUNAKAN NON – REBREATING MASK
TERHADAP TEKANAN PARSIAL CO2 DARAH PADA PASIEN KEPALA SEDANG
PROBLEM KLINIK / POPULASI Cedera kepala menpati peringakat tertinggi RS
M.DJAMIL PADANG, yang menyebabkan tinggi angka
keakitan dan kematian. Tekanan parsial CO2 sangat
berpengaruh terhadap aliran darah otak dan tekanan
intracranial.

Pada penelitian jumlah sample 16 pasien yang sesuai


dengan kriteria inklusi dan ekslusi
INTERVENTION Penelitian ini merupakan penelitian clinical trial dengan
rancangan penelitian one shoot pretest and post test.
Pengambilan sample menggunakan non – probability
sampling dengan teknik consecutive sampling.
Dilakukan di IGD RS M. DJAMIL PADANG dari
tanggal 15 November 2012 sampai 2 Januari 2013
COMPARATION Tidak ada pembanding untuk oksigenisasi pada non
rebreating mask
OUTCOME Berdasarkan hasil rata-rata PCO2 sebelum dan sesudah
terapi oksigen menggunakan non rebreating mask
masing-masing 32,06+ 6,35 dan 39,00 + 3,74. Nilai PH
darah setelah pemberian terapi oksigen non rebreating
ini 75% berada pada nilai normal.

Dari hasil paired t test didapatkan hubungan bermakna


PCO2 sebelum dan sesudah terapi oksigen non
rebreating. Dan terjadi penurunan rata-rata PCO2 setelah
pemberian terapi oksigen non rebreating mask

5
Dari hasil uji hipotesa juga dapat diterima sesuai teori
ohn Dalton bahwa tingginyafraksi inspirasi O2 akan
meninhkatkan tekanan pasrsial gastersebut, yang akan
menurunkan tekanan parsial CO2 dalam NRM
1. Nilai PH dan PCO2 darah setelah terapi NRM
sebagian besar dalam batas normal
2. Terjadinya penurunan PCO2 setelah terapi NRM

HUBUNGAN OKSIGENISASI DENGAN KEJADIAN SHIVERING PASIEN SPINAL


ANESTESI DI RSUD PROF.DR.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
PROBLEM KLINIK / Angka kejadian shevering antara 5% - 65%, menyebabkan efek
POPULASI fisiologis yang sangat merugikan seperti vasokontriksi primer,
kompensasi kebutuhan oksigen yang meningkat sampai 5 kali
meningkatkan produksi karbon dioksida, menurunkan oksigen saturasi
arteri, metabolism obat menurun, menggangu terbentuknya factor
pembekuan, menurunkan respon imun, gangguan penyembuhan luka,
meningkatkan pemecahan protein dan iskemik otot jantung.

45 sample pada pasien spinal anestesi di RSUD PROF. DR.


MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan


pendekatan cross sestional. Pengambilan data sample dengan cara
INTERVENTION
purposive sampling didapakan 45 orang pada bulan November 2016
dan analisa data menggunakan uji statistic chi square.

COMPARATION Tidak ada pembanding untuk oksigenisasi pada shivering

OUTCOME 1. Pemberian oksigen pada pasien spinal anstesi di RSUD PROF.


DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO sebagian besar

6
lebih dari 2 L/menit yaitu 25 orang (55,6%)
2. Kejadian shivering pada pasien di RSUD PROF.DR.MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO sebagian tidak mengalami yaitu 33
orang (73.3%)
3. Ada hubungan antara pemberian oksigen dengan kejadian
shevering di RSUD PROF.DR.MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO (p Value = 0.000)

PENCEGAHAN IRITASI MUKOSA HIDUNG PADA PASIEN YANG MENDAPATKAN


OKSIGEN NASAL
PROBLEM KLINIK / POPULASI Humidifier merupakan suatu alat untuk melembabkan
oksigen sebelum diterima oleh pasien (Pavlovic, 2000).
Penggunaan humidifi er penting pada terapi oksigen,
tetapi hasil penelitian Nafi sah (2007) menemukan
bahwa pemakaian humidifi er selama lebih dari 24 jam
sudah mulai ditumbuhi bakteri. Bakar (2009)
menemukan pemakaian humidifier 12 jam sudah
ditumbuhi bakteri. Kondisi tersebut sangat berisiko
terjadinya infeksi pada pasien.

Sample yang dilakukan penelitian di Rumah Sakit Port


Health Center Surabaya yaitu 20 orang.
INTERVENTION Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu survei analitik dengan rancangan studi cross-
sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu pasien yang
memakai oksigen nasal lebih dari 8 jam di ruang
perawatan Rumah Sakit Port Health CenterSurabaya.
Sampel diambil satu bulan, dengan teknik consecutive
sampling, dengan kriteria inklusi tidak menderita
penyakit infeksi saluran nafas atas dan tidak menderita
penyakit imunitas/ penurunan imunitas, dengan

7
diidentifi kasi dari diagnosa medis pasien
COMPARATION Tidak ada pembanding untuk humidifier
OUTCOME Hasil pengambilan data tentang pengaruh pemberian
oksigen non-humidifier dengan flow kurang dari 5 liter
per menit (lpm) terhadap pencegahan iritasi mukosa
hidung didapatkan hasil menunjukkan bahwa pemberian
flow oksigen pada responden terbanyak adalah 3 lpm
(14 responden). Pemberian flow oksigen sampai dengan
4 lpm tidak mengakibatkan efek negatif pada mukosa
hidung yaitu tidak adanya tanda iritasi pada daerah
mukosa hidung. Hasil pengambilan data tentang
pengaruh lama pemberian oksigen nasal dengan
menggunakan non humidifier lebih dari 8 jam terhadap
pencegahan iritasi mukosa hidung didapatkan data
menunjukkan bahwa lama pemakaian oksigen nasal
terbanyak 72 jam

Pemberian oksigen nasal dengan non humidifier dapat


mencegah terjadinya iritasi mukosa hidung. Pemakaian
non-humidifier digunakan selama 140 jam dengan flow
oksigen kurang dari 5 lpm.

8
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. Medical Surgical Nursing ; Clinical Management For Continuity Of Care,
W.B Sunders Company, 1999
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia, vol. 8, Jakarta,2001
…………, Dasar Dasar Keperawatan Kardiotarasik, Edisi ketiga, Rumah Sakit Jantung
“Harapan Kita”, Jakarta 1993
©2004 Digitized by USU digital library 6

Potrebbero piacerti anche