Sei sulla pagina 1di 127

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN

BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN NUTRISI IBU


LAKTASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT
TIMUR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

OLEH

MALIKATUL MA’MUNAH

NIM: 1111104000058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2015 M
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

Undergraduate Thesis, October 2015

Malikatul Ma’munah, NIM : 1111104000058

The Effect of Health Education by using Booklet on Knowledge of Nutrition For


Lactation Mother in Job Region of East Ciputat Local Clinic

xvi + 89 pages + 14 tables + 4 schemes + 1 image + 7 attachments

ABSTRACT

Nutrition which is consumed by lactation mother is important for composition in


producing ASI. The adequate nutrition can be produced through the balance of diet.
But, there are some factors which affect the balance of mother’s diet formation, such
as knowledge. A good acknowledgement is able to create a good behavior slowly.
Therefore, health education as the effort to improve knowledge. The effectiveness of
education election is neccessary to reach the maximum goal. Health education that
was delivered by using booklet significantly can improve the knowledge. To know
the effect of health education by using booklet on knowledge of nutrition for lactation
mother is the purpose of this research. This quasy eksperiment research was used pre-
test and post-test with control group design method that had been research through
lactation mother in job region of East Ciputat local clinic with 30 respondens of
lactation mother. In statistic counting, the result of Wilcoxon test was showed the
significant of knowledge improvement between pre and post intervention in
intervention group (p=0.0005). Whereas the result of Mann Whitney test was showed
the significant difference between intervention and control group (p=0.001). Finally,
it can be conclude that health education that was delivered by using booklet as a
medium can affect positively and significantly on improving the knowledge of
lactation mother nutrition.

Key words : Knowledge, Health Education, Booklet, Nutrition.

References : 89 references

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Oktober 2015

Malikatul Ma’munah, NIM : 1111104000058

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Pengetahuan Ibu


Laktasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur

xvi + 89 halaman + 14 tabel + 4 bagan + 1 gambar + 7 lampiran

ABSTRAK

Nutrisi yang dikonsumsi ibu sangat penting berfungsi sebagai komposisi dalam
produksi ASI. Asupan nutrisi yang cukup didapat dari pola makan ibu yang
seimbang. Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan
ibu yang seimbang, diantaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang baik
perlahan-lahan akan membentuk perilaku yang positif. Maka upaya untuk
meningkatkan pengetahuan adalah melalui pendidikan kesehatan. Pemilihan
pendidikan yang efektif diperlukan untuk mencapai tujuan yang maksimal.
Pendidikan kesehatan yang disampaikan menggunakan booklet dapat meningkatkan
pengetahuan yang signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan ibu laktasi di
wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur. Penelitian quasy eksperiment ini
menggunakan metode pre-test and post-test with control group design yang
dilakukan pada ibu-ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur dengan
responden 30 ibu menyusui. Pada perhitungan statistik, hasil uji Wilcoxon
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan
setelah intervensi pada kelompok intervensi (p=0.0005). Sedangkan hasil uji Mann
Whitney juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol (p=0.001). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan media booklet dapat berpengaruh
positif signifikan meningkatkan pengetahuan nutrisi ibu menyusui.

Kata kunci : Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan, Booklet, Nutrisi

Referensi : 89 referensi

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Malikatul Ma’munah

Tempat, Tanggal lahir : Pati, 26 April 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Ds. Sambilawang RT 03 RW 03 Kecamatan Trangkil


Kabupaten Pati, Jawa Tengah 59153

Nomor HP : +6289667996996

E-mail : malikah.asa@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu


Keperawatan

PENDIDIKAN

1.
TK. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 1998
2.
MI. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 2004
3.
MDPTs. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 2005
4.
MTs. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 2008
5.
MA. Raudlatul Ulum Guyangan Pati Lulus tahun 2011
6.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (S1) 2011 – sekarang
7.
Darus Sunnah International Institute For 2012 – sekarang
Hadith Sciences Jakarta (S1)
ORGANISASI

1. OSIS 2008-2010
2. BEM IK 2011-2012
3. CSS MoRA (Staf ahli Depkominfo) 2011-2012
4. CSS MoRA (LSO Majalah Denta) 2012-2015
5. LSO Majalah SANTRI CSS MoRA Nasional 2013-2015
6. IMDAR (Ikatan Mahasatri Darus Sunnah) 2012-2015
7. LSO Majalah NABAWI Darus Sunnah 2013-2015

viii
KATA PENGANTAR

Selaksa embun pagi yang menyandang rerumputan, menetes dari pucuk


dedaunan, terasa sejuk, sesejuk hari ini yang masih diberi kesempatan oleh Allah swt.
untuk senantiasa mengucapkan hamdan wa syukran lillah, puji dan syukur selamanya
tersanjungkan kepada_Nya ‘Azza wa Jalla, Dzat Maha Kasih yang tak pernah dan tak
akan pernah pilih kasih. Atas ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul, “Pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan
nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur”. Shalawat teriring
salam tak luput untuk selalu kami hadiahkan kepada kekasih yang terpilih, Rasulullah
Muhammad saw.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada PSIK UIN Syarif Hidayatullah dan sebagai
sarana belajar berfikir kritis dan metodologis untuk penulis.

Berbekal tawakkal dan ilmu yang teramat dangkal, penulis berusaha


merangkai kata demi kata, berjalan setapak demi setapak untuk menyusun skripsi ini,
namun tentulah masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengapresiasi jika ada komentar dan masukan untuk tulisan ini.

Penulis memiliki harapan yang sangat besar semoga secercah tulisah ini
memberikan manfaat bagi pembaca, sebagaimana kata hikmah berikut :

‫ و صاحب الخط تحت األرض مدفون‬# ‫الخط يبقى زمانا بعد موت صاحبه‬

“Sebuah tulisan akan dapat dinikmati sepanjang zaman, meskipun sang


penulisnya telah lapuk oleh tanah”.

Pada akhirnya, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu, mengarahkan, dan mendukung selama penyusunan skripsi ini.
Kerangka bunga terima kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ns. Kustati Budi Lestari, M. Kep., Sp. Kep. An. dan Ns. Yenita Agus,
M.Kep.,Sp.Mat.,PhD selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dengan sabar
dan ikhlas dan mendukung penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

ix
4. Ns. Puspita Palupi, S.Kep., Sp.Kep. Mat. selaku dosen penguji skripsi,
terima kasih saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
5. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberi arahan, semangat, dan motivasi dari
awal perkuliahan sampai saat ini.
6. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan yang
telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai
bahan rujukan skripsi.
8. Staff karyawan puskesmas Ciputat Timur yang telah memberikan
kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Ayahanda Musmari dan Ibunda Duryati tercinta, sejauh manapun kaki ini
melangkah, dimanapun raga ini akan berpijak, setinggi apapun cita-cita
yang akan tercapai, semua itu tidak terlepas dari doa dan keikhlasan kedua
orangtuaku ini. Ridla Allah telah menunggu kalian di surga firdaus kelak.
10. Adik-adikku tersayang Ahmad Faqih dan Abdullah Mujab, meskipun
kakakmu ini belum bisa menjadi uswatun hasanah untuk kalian, tetaplah
semangat dalam belajar dan lakukan hal yang luar biasa jika kalian ingin
menjadi orang yang luar biasa.
11. Kementerian Agama yang telah memberikan beasiswa penuh, sehingga
mengantarkan penulis sampai pada gerbang akhir pendidikan akademik di
perguruan tinggi.
12. Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA dan segenap dosen Darus Sunnah
International Institute For Hadith Sciences serta guru-guru kami di
Raudlatul Ulum Pati yang telah membekali penulis dengan segudang ilmu
dan nilai-nilai akhlak.
13. Sahabat-sahabatku PSIK 2011, CSS MoRA UIN Jakarta, Al-Aqsha Darus
Sunnah, Ikamaru Jakarta dan Sekitarnya, PMII Komfakes. Kita berjalan
berdampingan, bersama mengaruhi hiruk pikuk kehidupan di bumi hijrah
ini. Saling menginspirasi, saling menghibur, saling mendukung, dan setiap
canda tawa maupun tangis yang semakin mempererat tali persaudaraan
kita. Serta semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik riil dan
materi, terima kasih yang sebesar-besarnya.

Ciputat, Oktober 2015

Malikatul Ma’munah

x
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................i
Pernyataan Keaslian Karya............................................................................................ii
Abstract........................................................................................................................iii
Abstrak..........................................................................................................................iv
Pernyataan Persetujuan..................................................................................................v
Lembar Pengesahan......................................................................................................vi
Daftar Riwayat Hidup................................................................................................viii
Kata Pengantar..............................................................................................................ix
Daftar Isi.......................................................................................................................xi
Daftar Tabel................................................................................................................xiii
Daftar Bagan...............................................................................................................xiv
Daftar Gambar.............................................................................................................xv
Daftar Lampiran.........................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................8
C. Pertanyaan Penelitian...............................................................................9
D. Tujuan Penelitian....................................................................................10
E. Manfaat Penelitian..................................................................................10
F. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................13

A. Air Susu Ibu (ASI) dan Kandungan Gizi...............................................13


B. Menyusui/ Laktasi..................................................................................27
C. Nutrisi Ibu Menyusui..............................................................................29
D. Pengetahuan............................................................................................32
E. Pendidikan kesehatan.............................................................................36

xi
F. Penelitian Terkait....................................................................................47
G. Kerangka Teori penelitian......................................................................50

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS...............................................................................................51

A. Kerangka konsep...................................................................................51
B. Hipotetsis...............................................................................................53
C. Definisi Operasional..............................................................................54

BAB IV METODE PENELITIAN.........................................................................56

A. Rancangan Penelitian...........................................................................56
B. Populasi, Sampel, dan Sampling..........................................................57
C. Tempat Penelitian.................................................................................58
D. Waktu Penelitian..................................................................................58
E. Instrumen Penelitian.............................................................................58
F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.........................................................59
G. Prosedur Pengumpulan Data................................................................60
H. Prosedur Intervensi...............................................................................60
I. Pengolahan Data...................................................................................61
J. Metode Analisis Data...........................................................................62
K. Etika Penelitian....................................................................................63

BAB V HASIL PENELITIAN................................................................................66

A. Analisis Univariat................................................................................66
B. Analisis Bivariat...................................................................................71

BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................74

A. Karakteristik Responden......................................................................74
B. Pengetahuan Responden.......................................................................77
C. Keterbatasan Responden......................................................................86

BAB VII PENUTUP................................................................................................87

A. Kesimpulan..........................................................................................87
B. Saran.....................................................................................................88

Daftar Pustaka...........................................................................................................90

Lampiran

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi protein, karbohidrat, dan lemak ASI menurut stadium laktasi
Tabel 2.2. Pembagian porsi menu makanan sehari untuk ibu menyusui (2200 kkal)
Tabel 2.3. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan selama
menyusui antara wanita Amerika dan wanita Indonesia
Tabel 2.4. Keterangan Domain Persepsi
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 4.1. Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Menyusui
Tabel 5.1. Usia Responden Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.3. Pekerjaan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.4. Rata-rata Penghasilan Kepala Keluarga pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi
Tabel 5.5. Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan Responden pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.6. Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi
Tabel 5.7. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.8. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden Saat Post-Test Pada
Kedua Kelompok

xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Keterangan konsep teori Health Belief Model
Bagan 2.2. Kerangka Teori Penelitian
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Bagan 4.1. Bentuk Rancangan Penelitian

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi kelenjar mammae

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 5. Media Booklet

Lampiran 5. Rekapitulasi Skor Pengetahuan Responden

Lampiran 6. Analisis Univariat

Lampiran 7. Analisis Bivariat

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prosentase bayi di Amerika Serikat yang mulai diberikan ASI (Air

Susu Ibu) meningkat menjadi 77%. Data tersebut didapatkan antara tahun

2000 dan 2010, angka bayi yang diberi ASI sampai usia enam bulan naik

dari 35 % menjadi 49 % dan diberi ASI sampai usia 12 bulan naik dari 16 %

menjadi 28 % selama periode waktu tersebut (CDC & ISN 2013). Kondisi

ini tidak lepas dari keefektifan promosi kesehatan tentang pentingnya ASI.

Hambatan yang menyebabkan tidak efektifnya promosi ASI adalah

kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI dan maraknya promosi

susu formula (Kebijakan Gerakan Sadar Gizi RI, 2012).

The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) pada tahun

2007 memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila

diberikan ASI pada satu jam pertama kelahiran. Dengan pemberian ASI

dalam satu jam pertama, bayi akan mendapatkan zat gizi yang penting dan

mereka terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling

rentan dalam kehidupannya (Paramita,2011). Hasil Riskesdas 2013

menunjukkan pemberian ASI kurang dari satu jam meningkat menjadi 34,5

% dari 29,3 % pada tahun 2010. Angka tertinggi di Nusa Tenggara Barat,

yaitu 52,9 % dan terendah di Papua Barat, yaitu 21,7 %. Namun, angka ini

masih dibawah target pencapaian oleh UNICEF yaitu 80 %. Oleh karena itu

diperlukan usaha-usaha untuk memperbaiki pemberian ASI.

1
2

Menurut hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002 –

2012 di atas menunjukkan angka kematian balita, bayi, dan neonatus di

Indonesia cenderung menurun. Pada tahun 2012, Angka Kematian Balita

sebesar 32/1000 kelahiran hidup, bayi 23/1000 kelahiran hidup, dan

neonatus 14/1000 kelahiran hidup. Dari jumlah total 146.739 kematian, 52

% terjadi di 5 propinsi, yaitu Jawa Barat 16%, Jawa Tengah 12%, Jawa

Timur 11%, Sumatera Utara 8%, dan Banten 5%. Sedangkan 48 % lainnya

terjadi di 28 propinsi seperti Aceh 3%, NTB 4%, NTT 3%, Sumatera

Selatan 3%, dan sebagainya(Direktorat Jederal GIKIA 2002-2012).

Angka kematian bayi di provinsi Banten pada tahun 2013 adalah

29,5/1000 kelahiran hidup. Angka ini menurun dari tahun 2010 dimana

angka kematian bayi mencapai 34,2/1000 kelahiran hidup. Penurunan angka

kematian ini dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

instansi terkait, salah satunya adalah kegiatan promosi kesehatan (Dinkes

Provinsi Banten tahun 2010-2011). Walaupun pencapaian telah

menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi

jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali

lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih

tinggi dari Thailand (Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan

Pembangunan Milenium Indonesia, 2010).

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik untuk bayi selama 6

bulan pertama. Bukti ilmiah menyatakan bahwa manfaat ASI bagi daya

tahan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan bayi. ASI memberi semua

energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama
3

kehidupannya. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian

bayi. Pemberian ASI eksklusif ini artinya bayi tidak diberikan makanan atau

minuman selain ASI. Sedangkan, pemberian cairan tambahan akan

meningkatkan risiko terkena penyakit. Melihat pentingnya ASI ini, maka

perlu memperhatikan bagaimana produksi ASI yang berkualitas (Yuliarti,

2010).

Selain dari segi ilmu kesehatan, Islam telah menganjurkan kepada ibu-

ibu yang memiliki bayi untuk disusui dengan ASI. Hal ini telah tersurat

dalam al-qur’an :

           
Artinya: ―Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan‖ (QS. Al-
Baqarah : 233)

Sejak zaman dulu, ketika nabi Musa dilahirkan juga sudah ada anjuran

untuk menyusui, Sebagaimana Firman Allah :

      


Artinya: ―Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; Susuilah Dia‖. (QS. Al-
Qashash: 7)

Ayat tersebut secara implisit bahwa nabi Musa disusui karena adanya

ilham atau potensi naluri instingtif yang Allah swt. berikan kepada ibu

beliau.

Demikian perintah menyusui anak dengan ASI, bahwasannya ajaran

islam sangat menekankan pentingnya pemberian ASI bagi anak

(Perpustakaan Nasional RI, 2009).


4

Keberhasilan pemberian ASI dipengaruhi oleh kondisi semasa hamil

dan masa menyusui. Status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Zat-zat gizi

yang dikonsumsi oleh ibu hamil berfungsi sebagai zat makanan bagi janin

dan sebagai komposisi dalam memenuhi kebutuhan produksi ASI

(Proverawati, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian Maga et al. (2013),

Empat variabel determinan yang secara signifikan (p < 0,05) menentukan

produksi ASI, yaitu status gizi, perawatan payudara, konseling laktasi, dan

kemampuan bayi menyusu. Hubungan antara status gizi selama kehamilan

dengan produksi ASI (p = 0,018) dengan besar kontribusi (phi =1,42 %). Uji

multivariat dengan uji regresi logistik dengan nilai β=1,107, p=0,009 dgn

besar resiko β=3,026, artinya apabila ibu hamil mengalami status gizi

kurang akan memungkinkan terjadinya produksi ASI berkurang secara

signifikan dengan besar resiko 3,026 kali lebih besar dibandingkan dengan

yang tidak mengalami status gizi kurang.

Faktor nutrisi ibu selama hamil dan menyusui, menu makanan yang

tidak seimbang dan mengkonsumsi makanan yang kurang teratur akan

mempengaruhi produksi ASI. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh

Wulansari (2009) dan Sariati (2013) bahwa status nutrisi ibu menyusui

sangat erat kaitannya dengan produksi air susu. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Wahyuna & Abidin (2013) di Kabupaten Pidie Jaya dengan

sampel 55 ibu menyusui menunjukkan bahwa mayoritas pola makan ibu

menyusui berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak 31 responden (56,4

%), berdasarkan pengetahuan berada pada kateori rendah, yaitu sebanyak 36


5

responden (65,5 %), berdasarkan sosial budaya mayoritas pada kategori

negatif, yaitu sebanyak 34 responden (61,8 %), berdasarkan status gizi

mayoritas pada kategori gizi kurang, yaitu sebanyak 28 responden (50,9 %).

Nutrisi ibu menyusui tergantung bagaimana pola makan ibu. Pola

makan merupakan bentuk perilaku. Salah satu faktor intern yang

mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia adalah pengetahuan.

Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indera

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian basar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku

kesehatan dipengaruhi pula oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi

(Notoatmodjo, 2007)

Faktor sosial, ketidakmampuan ekonomi, dan budaya juga

mempengaruhi status gizi ibu. Kebiasaan tidak makan ikan pada daerah

tertentu terjadi karena selain mahal harganya, rasa amis yang dirasa dapat

mengganggu nafsu makan, bahkan mereka memiliki kepercayaan jika balita

makan daging atau ikan, akan menyebabkan cacingan. Kebiasaan

masyarakat yang menyukai sayuran yang dimasak sampai matang sekali

karena anggapan bila sayuran yang dimasak belum empuk berarti belum

matang sehingga mereka tidak mau memakannya. Ketidakmauan dan

ketidaktahuan inilah yang kemudian membuat pola makan ibu kurang

memenuhi zat gizi yang seimbang (Noorkasiani, 2009).

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tujuh ibu

menyusui di puskesmas Ciputat Timur menunjukkan pengetahuan mereka


6

tentang nutrisi bagi ibu menyusui masih kurang. Diantaranya mengatakan

bahwa tidak mengetahui betul komponen nutrisi apa saja dan seberapa

banyak yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhannya, tidak mengetahui

manfaat pengaturan nutrisi untuk ibu menyusui, tidak mengetahui bahwa

nutrisi mempengaruhi produksi ASI, dan masih ada yang menganggap

bahwa ibu menyusui pantang terhadap makan makanan tertentu, serta tidak

mengetahui dampak bagi ibu dan bayi jika nutrisi yang dikonsumsi ibu

kurang. Jika masalah ini tidak ditangani maka akan menimbulkan dampak

buruk bagi kesehatan ibu dan bayi.

Dampak jika bayi tidak mendapatkan ASI dengan optimal akan

mudah jatuh sakit karena antibodi di dalam tubuh bayi belum terbentuk

dengan sempurna. Bayi akan menunjukkan tanda dehidrasi, seperti buang

air kecil kurang dari 6 kali, warna urinnya keruh kecoklatan, bayi rewel luar

biasa, tidak keluar air mata saat menangis, turgor kulit tidak elastis, pola

pertumbuhan berat badan dan tinggi badan turun drastis atau stagnan, bayi

kurang aktif, dan terlihat tidak sehat (Yuliawati, 2013). ASI mengandung

komposisi nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi sesuai dengan tahap

perkembangannya. Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam

ASI menjamin status gizi bayi baik. ASI melindungi bayi dari penyakit

infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut

bagian bawah. Sehingga akan mengurangi angka kesakitan dan kematian

bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2012; Sudarma, 2008)

Usaha pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan individu adalah

dengan pendidikan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Haroon et al.


7

(2013) memperlihatkan bahwa pendidikan kesehatan mengenai menyusui

dan/atau dukungan menyusui rata-rata dapat meningkatkan angka

pemberian ASI dan menurunkan angka tidak menyusui pada saat lahir, <1

bulan, dan 1-5 bulan. Pendidikan kesehatan yang komprehensif sangat

dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu menjelang periode

menyusui. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaeti dan

Lestari (2013), bahwa penyuluhan kesehatan tentang menyusui yang

komprehensif secara signifikan (p=0,001) efektif meningkatkan

keberhasilan pemberian ASI pada ibu postpartum sebesar 93 %, karena rata-

rata pengetahuan ibu meningkat setelah diberi pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan dapat menggunakan berbagai media, salah

satunya adalah menggunakan booklet. Hasil penelitian oleh Rahayu (2014),

pretest menunjukan mean pengetahuan kelompok eksperimen sebesar 32,92,

setelah penyuluhan meningkat sebesar 81,46, pada kelompok kontrol mean

pretest yang didapat sebesar 31,25 dan post test sebesar 31,88. Sedangkan

dalam tes tindakan mean kelompok eksperimen sebesar 49,17 setelah

dilakukan penyuluhan meningkat menjadi 91,33, dari kelompok kontrol

mean dari pre-test tindakan sebesar 49,54 dan post test tindakan kedua

sebesar 53,50. Bahwa terjadi peningkatan pada kelompok eksperimen baik

pada pengetahuan dan tindakan setelah diberikan penyuluhan menggunakan

media booklet. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Mintarsih (2007);

Farudin (2011); Yulianti (2013); dan Srimiyati (2014) membuktikan apabila

penyuluhan dengan menggunakan booklet mampu meningkatkan

pengetahuan dan memperbaiki tindakan responden.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

cakupan ASI eksklusif di propinsi Banten masih rendah, karena belum

mencapai target nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan oleh

faktor pekerjaan, pengetahuan, status gizi ibu, dan pola menyusui. Jika hal

ini tidak ditangani, maka akan berdampak buruk pada kesehatan anak

sebagai penerus masa depan bangsa. Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan terhadap tujuh ibu menyusui di puskesmas Ciputat Timur,

didapatkan bahwa masih banyak ibu menyusui yang pengetahuannya kurang

tentang nutrisi yang seimbang. Tingkat pengetahuan ibu yang rendah

mengenai nutrisi seimbang secara tidak langsung akan berdampak pada

kualitas dan kuantitas ASI yang diproduksi. Di puskesmas ini telah

dilakukan konseling dengan metode ceramah, namun hasilnya belum

mencapai target yang diinginkan.

Peneliti melakukan studi literatur bahwa penyuluhan atau promosi

kesehatan menggunakan media seperti booklet efektif untuk meningkatkan

pengetahuan ibu, sehingga nantinya dapat mengubah pola pikir dan perilaku

ibu. Namun, pendidikan kesehatan menggunakan media booklet ini belum

pernah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur dalam masalah

nutrisi ibu menyusui. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti perbedaan

pendidikan kesehatan menggunakan booklet dan ceramah terhadap

pengetahuan nutrisi ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Ciputat

Timur.
9

C. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana karakteristik ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas

Ciputat Timur?

b. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui sebelum diberikan

pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada kelompok intervensi?

c. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui setelah diberikan

pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada kelompok intervensi?

d. Apakah booklet berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu

menyusui?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi pengaruh booklet terhadap peningkatan pengetahuan

ibu tentang nutrisi pada masa laktasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik ibu menyusui di wilayah kerja

puskesmas Ciputat Timur.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui sebelum

diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada

kelompok intervensi.

c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui setelah

diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada

kelompok intervensi.
10

d. Mengetahui pengaruh booklet terhadap peningkatan

pengetahuan ibu.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perawat

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat akan

pentingnya peran tenaga profesional dalam memberikan dukungan

kepada ibu menyusui. Selain menjadi care giver (penyedia layanan

keperawatan), perawat juga berperan sebagai educator. Di sinilah

perawat dituntut untuk bisa memberikan edukasi yang benar, sehingga

dapat menambah pengetahuan yang kemudian berpengaruh pada

perilaku dan pola pikir masyarakat.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang terpadu meliputi pencegahan,

pengobatan, dan rehabitlitasi. Ketiga komponen ini saling terkait dalam

mendukung keberhasilan program-program kesehatan. Pendidikan

kesehatan menjadi komponen pertama yatu sebagai program

pencegahan. Maka penyedia layanan kesehatan dapat menjadikan

program pendidikan kesehatan yang efektif untuk mencapai target yang

ditetapkan.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya

Keperawatan Anak dan Keperawatan Maternitas mengenai urgensi


11

pendidikan kesehatan dan dukungan terhadap ibu menyusui untuk

memberikan ASI untuk meningkatkan kualitas praktik perawatan bayi

baru lahir. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan

dalam pengembangan evidence based ilmu keperawatan, khususnya

mengenai praktik penatalaksanaan bayi baru lahir sampai selesai masa

maksimal pemberian ASI.

4. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan masyarakat agar

semakin meningkat pengetahuannya. Kemudian mengubah persepsinya,

sehingga perlahan-lahan akan termotivasi untuk mengatur pola makan

yang baik. Karena masyarakat yang sehat dapat memberikan kontribusi

terhadap kemajuan kesehatan di Indonesia.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggambarkan pengaruh pendidikan kesehatan

menggunakan booklet terhadap pengetahuan nutrisi ibu laktasi di wilayah

kerja Puskesmas Ciputat Timur. Populasi penelitian ini adalah ibu menyusui

di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan dengan

metode analitik kuantitatif dengan desain quasi eksperimental. Data yang

dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh melalui pengukuran

langsung kepada responden nilai pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui.

Pengukuran dilakukan dengan memberikan kuesioner sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi baik pada kelompok intervensi maupun kelompok


12

kontrol. Setelah data terkumpul, data dianalisis dan diolah dengan

menggunakan uji statistik.


13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI) dan Kandungan Gizi

1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu

emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang

dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan satu-

satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi

bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI

mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi,

serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat

makanan (Purwanti, 2007).

Jadi, Air Susu Ibu adalah produk dari kelenjar mamae berupa

cairan yang mengandung nutrisi lengkap untuk mencukupi kebutuhan

bayi serta berfungsi sebagai kekebalan tubuhnya.

2. Manfaat ASI

ASI merupakan minuman alamiah yang menyediakan komposisi

yang tepat dan nutrisi yang seimbang untuk semua bayi selama usia

bulan-bulan pertama. ASI juga memberikan manfaat pada ibu. Menurut

Whitney dan Rolfes (2005); Suririnah (2009); Hayati (2009); dan

Bahiyatun (2009) manfaat yang bisa didapat melalui menyusui sebagai

berikut:
14

a. Manfaat untuk bayi

1) ASI menyediakan hormon-hormon yang dapat meningkatkan

perkembangan kognitif dan fisiologis.

2) Melindungi dari berbagai macam infeksi dan penyakit kronik,

termasuk diabetes (tipe 1) dan hipertensi, di kehidupan

selanjutnya.

3) Melindungi dari alergi makanan.

4) Mencegah karies gigi karena mengandung selenium.

b. Manfaat untuk ibu

1) Mencegah kanker payu dara dan kanker ovarium.

2) Isapan bayi menstimulasi hormon yang mengatur produksi dan

pelepasan kolostrum, selanjutnya memicu pengeluaran ASI.

Kontraksi otot rahim juga terbantu untuk kembali pada ukuran

sebelum hamil.

3) Pemberian ASI secara penuh selama minimal enam bulan

membantu ibu bayi kembali pada bentuk tubuh semula tanpa

menjalankan diet khusus.

4) Kesadaran ibu memberikan makan untuk bayinya dengan sesuatu

yang dihasilkan dari tubuhnya merupakan kepuasan tersendiri

yang besar.

5) Pemberian ASI secara penuh mempunyai efek kontraseptif

tertentu, memperkecil kemungkinan kehamilan walaupunn tidak

mungkin mencegahnya seratus persen.


15

c. Manfaat yang lain

1) Mengurangi anggaran biaya pengobatan karena menurunkan

risiko sakit atau waktu perawatan.

2) ASI selalu tersedia gratis, sehingga menghemat uang belanja.

3) Tidak perlu persiapan khusus, membuat, membungkus, dan

praktis.

3. Komposisi ASI

Komposisi ASI memang kompleks. Menurut Judith (2011)

komposisi tersebut sebagai berikut:

a. Kolostrum

Kolostrum menyediakan sekitar 580 – 700 kkal/L mengandung

tinggi protein, rendah karbohidrat dan lemak dari pada air susu yang

matur, Ig A dan laktoferin, dan protein matur yang lain seperti

sodium, potasium, dan klor. Konsentrasi sel mononuklear lebih

tinggi di dalam kolostrum. Setiap 100 ml mengandung 600 IgA, 80

IgG, dan 125 IgM. Komposisi ini akan terus berubah sesuai dengan

ketahanan tubuh bayi (Purwanti, 2007)

b. Air

Bayi tidak membutuhkan cairan selain ASI untuk menjaga

hidrasinya. ASI mengandung 88,1 % air sehingga ASI sudah

mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. ASI

dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada

hari ketiga atau keempat (Yuliarti, 2010). ASI juga menyediakan


16

energi sekitar 0,65 kkal/mL, meskipun kandungan energinya

bervariasi dengan komposisi lemak.

c. Lemak

Lemak adalah komponen terbanyak kedua (3,8 %) dalam ASI

dengan konsentrasi (3 – 5 dalam susu matur). Lemak menyediakan

setengah dari energi yang ada dalam ASI.

d. DHA

DHA adalah komponen esensial dalam ASI yang berperan

dalam perkembangan retinal dan terakumulasi selama bula-bulan

terakhir masa kehamilan. Keuntungan ASI sangat penting untuk bayi

yang lahir prematur (usia kehamilan sebelum 37 minggu), mungkin

karena konsentrasi DHA yang lebih tinggi pada susu ibu yang

melahirkan bayi pre-term dibandingkan dengan bayi full-term.

e. Asam Lemak Trans

Asam lemak trans berasal dari diet ibu. Konsentrasi lebih

sering pada wanita berkebangsaan Amerika dan Kanada, tetapi

rendah pada wanita Eropa dan Afrika.

f. Kolesterol

Kolesterol adalah komponen esensial dari semua membran sel,

dibutuhkan selama pertumbuhan dan replikasi sel. Konsentrasi

kolesterol antara 10 – 20 mg/dL dan tergantung pada waktu.

Konsumsi kolesterol dini melalui ASI tampaknya dapat menurunkan

kadar kolesterol dalam darah pada kehidupan selanjutnya.


17

g. Protein

Kadar protein dalam ASI relatif rendah (0,8 – 1,0 %).

Konsentrasi protein yang disintesis oleh kelenjar mammae lebih

dipengaruhi oleh usia bayi dari pada intake ibu dan serum protein

ibu. Protein yang disintesis lebih beragam karena hormon-hormon

mengatur ekspresi gen dan membantu perubahan sintesis protein.

Meskipun konsentrasinya relatif rendah, protein ASI sangat penting

baik bernilai nutritif ataun non-nutritif. Protein dan turunannya

seperti peptida, menunjukkan efek antivirus dan antimikroba.

Dua protein susu, yaitu lactadherin dan mucin bersifat sangat

glycosylate. Protein ini adalah modifikasi yang masing-masing

memiliki kemampuan untuk melindungi bayi terhadap rotavirus dan

Escheria coli (Molinari et al, 2013).

Kasein adalah komponen protein yang banyak dalam ASI

matur. Kasein, kalsium pospat, dan ion-ion yang lain termasuk

magnesium dan sitrat muncul sebagai agregat dan sumber warna

putih dalam susu.

Protein whey adalah protein yang tetap larut dalam air setelah

diendapkan dari susu oleh asam atau enzim. Protein whey

terkandung dalam susu dan protein serum, enzim, dan imunoglobulin

diantara yang lain.

Konsentrasi protein total menurun di dua bulan pertama

laktasi, baik pada ibu matur dan prematur. Setelah diamati antara

susu matur dan prematur pada hari 7, 14, dan 30. Di dalam susu
18

matur, konsentrasi protein tertinggi pada hari ke-7 pada 17,9 gr/L

dan penurunan selama menyusui dengan konsentrasi protein pada

hari 14 dan 30 secara signifikan lebih rendah daripada konsentrasi

susu matur. Dalam susu prematur, konsentrasi tertinggi pada hari ke-

7 pada 19,3 gr/L dan tetap tinggi di minggu kedua, menurun hanya

sedikit menjadi 17,5 gr/L pada hari 14 (Molinari et al, 2013).

h. Nitrogen non-protein

Nitrogen non-protein menyediakan 20 – 25 % dari nitrogen

dalam susu. Jumlah urea 30 – 50 % dari nitrogen non-protein, dan

nukleotida 20 %, tergantung pada tahap laktasi dan diet ibu.

Beberapa nitrogen ini tersedia untuk bayi, berguna untuk

memproduksi asam amino nonesensial. Beberapa nitrogen

nonprotein digunakan untuk memproduksi protein lain seperti

hormon, faktor pertumbuhan, asam amino bebas, asam nukleat,

nukleotida, dan karnitin.

i. Karbohidrat dalam ASI

Laktosa adalah karbohidrat yang dominan dalam ASI.

Karbohidrat lain seperti monosakarida, polisakarida, oligosakarida,

dan protein pengikat karbohidrat. Sebagai komponen karbohidrat

terbanyak kedua, oligosakarida menyumbangkan kalori dengan

osmolalitas yang rendah, menstimulasi pertumbuhan dari bakteri

bifidus di dalam saluran pencernaan, dan menghambat pertumbuhan

E. coli dan bakteri berbahaya lain.


19

Oligosakarida adalah karbohidrat rantai panjang yang terdapat

laktosa pada salah satu ujungnya. Oligosakarida bisa bebas atau

berikatan dengan protein (glikoprotein), atau berikatan dengan lemak

(glikolipid), atau berikatan dengan struktur yang lain. Oligosakarida

dalam ASI mencegah terikatnya mikroorganisme patogen di dalam

saluran pencernaan, sehingga mencegah infeksi dan diare (Judith,

2011).

j. Vitamin

1) Vitamin larut lemak

a) Vitamin A. Beberapa vitamin A dalam bentuk beta-

karoten memberikan warna kuning pada kolostrum. Dalam

ASI matur, vitamin A sebesar 75 µg/dL atau 280 IU/dL.

Kadar ini adekuat untuk kebutuhan bayi.

b) Vitamin D. Vitamin D ada dalam kompartemen lemak dan

air dalam ASI. Kadar vitamin D dalam ASI berbeda

tergantung diet ibu dan pajanan oleh sinar matahari. Ibu

yang sering terpapar sinar matahari dilaporkan kadar

vitamin D meningkat sepuluh kali lipat (Judith, 2011).

Status vitamin D pada ibu mempengaruhi konsentrasi

vitamin D pada ASI (Yin et al, 2012).

c) Vitamin E. ASI mengandung 40 µg vitamin E per gram

lemak susu. Kadar alpha-tokoferol menurun dari

kolostrum ke susu transisional sampai ke susu matur,

sedangkan beta dan gamma tokoferol cenderung stabil


20

setiap tahapan laktasi. Vitamin E sangat dibutuhkan bayi

untuk integritas otot dan ketahanan sel darah merah

berhemolisis (Judith, 2011).

d) Vitamin K. Kadar vitamin K dalam ASI 2,3 µg/dL. Kira-

kira 5 % bayi yang disusui berisiko kekurangan vitamin K

berdasarkan pada faktor pembekuan yang bergantung pada

vitamin K (Judith, 2011).

2) Vitamin larut air

Vitamin larut air dalam ASI umumnya responsif

terhadap diet ibu atau suplements (vitamin C, riboflavin,

niasin, B6, dan biotin). Masalah klinis yang berhubungan

dengan vitamin ini jarang terjadi pada bayi yang dirawat oleh

ibu dengan diet tidak memadai. Vitamin B6 dianggap paling

kurang kandungannya dalam ASI. Kadar B6 dalam ASI

mencerminkan asupan ibu.

Vitamin B12 dan Asam Folat. Faktor-faktor yang

mempengaruhi sekresi protein (mis. Hormon, usia bayi, atau

waktu sejak dilahirkan) lebih mungkin mempengaruhi kadar

B12 dan asam folat dalam ASI dari pada intake nutrisi.

Defisiensi B12 telah dilaporkan terjadi pada ibu-ibu dengan

operasi bypass lambung, wanita dengan hipotiroidisme dan

mengkonsumsi pola makan vegan, memiliki anemia pernisiosa

laten, atau umumnya malnutrisi (Judith, 2011).


21

Asam folat adalah zat esensial untuk sintesis DNA atau

komponen sel yang lain, khususnya selama periode masa

pertumbuhan. Kebutuhan asam folat meningkat selama

kehamilan karena untuk meningkatkan multiplikasi sel dan

pergantian metabolik, plasenta dan perkembangan fetus,

pertumbuhan uterus, dan ekspansi volume darah ibu (Lamers,

2011).

k. Mineral Dalam ASI

Mineral dalam ASI berhubungan langsung dengan tingkat

pertumbuhan (Judith, 2011). Trace mineral seperti Zn, Mn, Cu, dan

Co berperan penting dalam sintesis protein, metabolisme vitamin,

pembentukan jaringan ikat, dan fungsi imun. (Miller et al, 1988;

Cousins dan Hempe dalam Toni, 2007).

Menurut Supariasa (2002), komposisi ASI tidak konstan dan

tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi

komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras/ suku, keadaan gizi ibu,

diet, dan status ekonomi sosial.

1) Komposisi ASI menurut stadium laktasi

Stadium laktasi terdiri dari tiga tingkatan, yaitu kolostrum,

air susu transisi, dan air susu matur.

a) Kolostrum

Karakteristik dari cairan kolostrum ini lebih kental dan

berwarna kuning dari pada ASI matur, lebih banyak

mengandung protein dimana protein utamanya adalah


22

gamma globulin, lebih banyak mengandung antibodi

dibandingkan ASI matur dan dapat memberikan

perlindungan pada bayi smapai usia 6 bulan pertama. Kadar

karbohidrat dan lemaknya rendah dari pada ASI matur,

lebih tinggi mengandung mineral terutama sodium

dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu, kolostrum juga

memiliki total energi 58 kalori/100 ml serta volume

kolostrum berkisar 150 – 300 ml/24 jam.

b) Air susu transisi adalah peralihan dari kolostrum sampai

manjadi matur. Beberapa karakteristik ASI masa peralihan

yaitu kadar protein lebih rendah, sedangkan kadar lemak

dan karbohidrat semakin tinggi dibandingkan dengan

kolostrum, dan volumenya lebih banyak dari pada

kolostrum.

Tabel 2.1. Komposisi protein, karbohidrat, dan lemak dalam ASI menurut
stadium laktasi
Waktu Protein Karbohidra Lemak
(gr %) t (gr %)
(gr %)
Hari ke 5 2,00 6,42 3,2
Hari ke 9 1,73 6,73 3,7
Minggu ke 3 atau 1,30 7,11 4,0
ke 4

c) ASI matur adalah ASI yang disekresi pada hari kesepuluh

atau setelah minggu ketiga. Komposisi ASI masa ini relatif

konstan.
23

2) Pengaruh Ras terhadap komposisi ASI

Ras (bangsa) juga mempengaruhi susunan zat gizi dari

ASI. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi dan budaya,

kebiasaan makan dan pola hidup ibu-ibu di setiap negara

tidaklah sama. Perbedaan yang paling nyata adalah pada kadar

lemak dan beberapa vitamin dan mineral penting.

3) Pengaruh keadaan nutrisi pada komposisi ASI

Ibu dengan malnutrisi berpengaruh kurang baik terhadap

komposisi nutrisi ASI dan substansi imunnya. Sebuah penelitian

yang dilakukan pada wanita-wanita malnutrisi di Kolombia

menunjukkan bahwa kolostrum hanya mengandung satu dari

ketiga konsentrasi IgG normal dan kurang dari setengah kadar

albumin normal juga kekurangan yang signifikan pada kadar

IgA kolostrum normal dan keempat komponen komplemen (C4).

Perbedaan tersebut tidak ada pada ASI yang matur, seiring

dengan perkembangan status nutrisi ibu malnutrisi selama

beberapa minggu postpartum. Oleh karena itu, kualitas ASI

secara signifikan dipengaruhi oleh status nutrisi ibu (Roberts,

2008).

4) Pengaruh diet pada komposisi ASI

Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsumsi protein

yang baik pada ibu menyusui dapat meningkatkan konsentrasi

protein, lemak, vitamin, dan sebagainya yang terkandung dalam

ASI.
24

4. Proses Produksi ASI

Di bawah pengaruh hormonal yang terdapat selama kehamilan,

kelenjar mammae mengembangkan struktur dan fungsi kelenjar internal

yang diperlukan untuk menghasilkan air susu. Payudara yang mampu

menghasilkan air susu memilki anyaman duktus semakin kecil yang

bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobulus (Sherwood,

2011).

Dalam proses produksi ASI atau laktogenesis terdapat tiga fase

yaitu:

a. Laktogenesis I

Selama masa kehamilan, payudara biasanya menjadi lebih

besar seiring dengan meningkatnya jumlah dan ukuran kelenjar

alveoli sebagai hasil dari peningkatan hormon estrogen. Pada saat

pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan HPL yang berperan

dalam produksi ASI, aktif bekerja. Hal ini terjadi sampai seorang

bayi telah disusui untuk beberapa hari dimana produksi susu yang

sebenarnya dimulai.

Selama tahap pertama produksi susu, susu mulai terbentuk,

laktosa dan protein susu meningkat. Tahapan ini berlangsung

sampai hari-hari pertama postpartum (Judith, 2011).

b. Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya

tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba,

namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan


25

terjadinya produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase

Laktogenesis II.

Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah

meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan 3 jam

kemudian kembali ke level sebelum rangsangan. Keluarnya

hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk

memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu

sendiri.

c. Laktogenesis III

Produksi ASI tahap ini dimulai kira-kira 10 hari setelah

kelahiran, dimana komposisi ASI mulai stabil (Judith, 2011). Pada

tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan

memproduksi ASI dengan banyak pula. Apabila payudara

dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf

produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi

seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga

seberapa sering payudara dikosongkan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Proses produksi ASI sangat kompleks dan memahami mekanisme

dasar sekresi ASI penting karena untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi sekresinya (Judith, 2011). Faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ASI adalah pengaruh makanan, suplementasi,

aktivitas, psikologi, kesehatan, pengetahuan tentang pantangan dan


26

kebutuhan, sosial dan ekonomi, bayi yang tidak mau menyusu, dan

masalah payudara (Permatasari, 2013).

Menurut Bahiyatun (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan air susu ibu meliputi:

a. Rangsangan otot-otot payudara. Rangsangan ini diperlukan untuk

memperbanyak air susu ibu dengan mengaktivasi kelenjar-

kelenajarnya. Dengan adanya rangsangan, otot-otot akan

berkontraksi lebih dan kontraksi ini diperlukan dalam laktasi.

b. Keteraturan bayi menghisap. Isapan anak akan merangsang otot-

otot polos payudara untuk berkontraksi yang kemudian

merangsang susunan saraf di sekitarnya dan meneruskan

rangsangan ini ke otak. Otak akan memerintahkan kelenjar

hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitari lebih

banyak, sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron yang

masih ada menjadi lebih rendah. Pengeluaran hormon pituitari

yang lebih banyak akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot

polos payudara dan uterus yang berguna mempercepat

pembentukan ASI, sedangkan kontraksi otot-otot polos uterus

mempercepat evolusi.

c. Kesehatan ibu. Kesehatan ibu memegang peranan penting dalam

produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makannya

kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan

diolah oleh sel-sel asini di payudara. Hal ini akan menyebabkan

produksi ASI menurun.


27

d. Makanan dan istirahat ibu. Makanan diperlukan oleh ibu dalam

jumlah lebih banyak mulai dari hamil hingga masa nifas, karena

kebutuhan nutrisi diperlukan oleh ibu dan bayi. Istirahat berarti

mengadakan pelemasan pada otot-otot dan saraf setelah mengalami

ketegangan karena beraktivitas. (Bahiyatun, 2009)

B. Menyusui/Laktasi

1. Anatomi dan Fisiologi Laktasi

Unit fungsional kelenjar mammaria adalah alveoli. Setiap alveolus

tersusun dari sekelompok sel sekretori dengan satu duktus yang terletak

di pusat, yang berfungsi untuk mensekresi susu. Duktus ini tersusun

seperti percabangan pohon. Setiap duktus yang lebih kecil yang menuju

ke duktus yang lebih lebar mengumpulkan 6 sampai 10 cabang.

Percabangan tersebut terkumpul dan menuju ke nipple (Judith, 2011).

Susu dibentuk oleh sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lumen

alveolus, lalu dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu

ke permukaan puting payudara (Sherwood, 2011).

Sedangkan menyusui adalah proses alamiah yang berupa sekresi

ASI oleh kelenjar payudara pada periode pemberian ASI kepada bayi

langsung dari payudara ibu (Priyono, 2010; Billings, 2007)


28

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Mammae

Sumber: jurnalbidandiah.blogspot.com www.lusa.web.id

Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan

pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon

plasenta, yaitu hormon estrogen, progesteron, dan hormon laktogenik

plasenta. Kadar estrogen yang tinggi mendorong perkembangan ekstensif

duktus, sementara progesteron yang tinggi merangsang pembentukan

alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin (Suatu hormon

hipofisisi anterior yang dirangsang oleh peningkatan kadar estrogen) dan

Human chorionic somatomammotropin (suatu hormon plasenta yang

memilki struktur serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin) juga

ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamaria dengan

menginduksi sintesis enzim-enzim yang ibutuhkan untuk memproduksi

susu (Sherwood, 2011).


29

C. Nutrisi Ibu Menyusui

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi (nutrition) adalah keseluruhan proses dimana organisme

hidup mendapatkan dan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan

untuk kelangsungan organisme tersebut, pertumbuhan dan perbaikan

jaringan tubuh yang aus (Kamus Keperawatan, 2012).

Nutrisi adalah kebutuhan makanan dan cairan pada manusia atau

binatang untuk menjalankan fungsi fisiologi yang normal, termasuk

energi, kebutuhan, pertahanan, pertumbuhan, aktivitas, reproduksi, dan

laktasi (Stedman, 2004).

Jadi, nutrisi merupakan suatu proses fisiologis. Nutrisi diperoleh

dan diserap oleh tubuh berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan

hidup serta mengambil manfaat untuk pemulihan dan mengurangi angka

kematian.

2. Kebutuhan Nutrisi Ibu Menyusui

Gizi seimbang untuk ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan

bagi dirinya dan pertumbuhan serta perkembangan bayinya. Dengan

demikian kebutuhan ibu menyusui lebih banyak dari pada ibu tidak

menyusui. Konsumsi makanan harus seimbang sesuai dengan jumlah dan

proporsinya. Jika kebutuhan ibu sendiri tidak mengandung zat gizi yang

cukup, maka kebutuhan zat tersebut untuk memproduksi ASI diambil

dari persediaan yang ada dalam tubuh ibu (Permenkes RI, 2014).
30

Tabel 2.2 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Ibu Menyusui
(2200 kkal)

Bahan Jumlah pagi Selingan Siang Selingan Malam


Makanan porsi pagi sore
(p)
Nasi atau 6p 2p 1p 2p ½p 1,5p
bahan
makanan
penukar
Lauk hewani 3p 1p - 1p - 1p
atau bahan
makanan
penukar
Lauk nabati 3p 1p - 1p - 1p
atau bahan
makanan
penukar
Sayur atau 3p 1p - 1p - 1p
bahan
makanan
penukar
Buah atau 4p - 1p 1p 1p 1p
bahan
makanan
penukar
Gula 2p 1p - - 1p -
Minyak 5p 1,5p 1p 1p - 1p
Susu 1p - - - - 1p
Sumber : Pembagian Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan 2012

Tabel 2.3. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan selama


menyusui antara wanita Amerika dan Wanita Indonesia

Zat Gizi Wanita Menyusui


Wanita Amerika Wanita Indonesia
1—6 bulan 7-12 bulan 1-6 bulan 7-12
bulan
Kalori (kkal) +500 +500 +700 +500
Protein (g) 65 62 64 60

Vitamin A (µg) 1300 1200 850 800


Vitamin D (µg) 10 10 10 10
31

Vitamin E (µg) 12 11 12 10
Vitamin K (µg) 65 65 65 65
Vitamin C (µg) 95 90 85 70
Thiamine (mg) 1,6 1,6 1,3 1,3
Ribovlafin (mg) 1,8 1,7 1,6 1,6
Niacin (mg) 20 20 12 12
Folat (µg) 280 260 200 190
Vitamin B12 (µg) 2,6 2,6 1,3 1,3
Kalsium (mg) 1200 1200 1000 1000
Fosfor (mg) 1200 1200 750 650
Zat Besi (mg) 15 15 28 28
Zinc (mg) 19 16 25 25
Iodine (µg) 200 200 200 200
Selenium (µg) 75 75 80 75
Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2002 dalam Khairi 2012

3. Pentingnya Nutrisi Selama Menyusui

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air

susu yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila

pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat,

integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan.

Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam memgatur nutrisinya, yang

terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang

berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

bayinya (Permatasari, 2013).


32

D. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi sesudah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over

behavior) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai fakta atau informasi

yang kita anggap benar berdasarkan pemikiran yang melibatkan

pengujian empiris (pemikiran fenomena yang diobservasi secara

langsung) atau berdasarkan atas proses berpikir lainnya seperti

pemberian alasan logis atau penyelesaian masalah (Hidayat, 2007).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

merupakan hasil ―tahu‖ pengindraan manusia terhadap suatu objek

tertentu. sehingga pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang.

2. Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi

Kebutuhan zat gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan

tidak menyusui. Jika sebelum menyusui kebutuhan energi dan protein

perempuan usia 19 – 29 tahun sebesar 1.900 kkal dan 50 g per hari, pada

waktu menyusui kebutuhannya meningkat menjadi 2.400 kkal dan 67 g

per hari pada 6 bulan pertama serta 2.450 kkal dan 67 g per hari pada 6
33

bulan kedua. Pengetahuan ibu tentang hal ini penting untuk mendukung

pemberian ASI untuk bayi (Kurniasih, dkk, 2010). Oleh karena itu,

beberapa hal yang harus diketahui ibu menyusui adalah manfaat nutrisi

bagi ibu menyusui, prinsip gizi yang seimbang, bahan makanan yang

dapat meningkatkan produksi ASI, suplemen untuk ibu menyusui, pola

hidup bersih, serta dampak kekurangan gizi (Almatsier,2010).

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang

bersangkutan mengungkap akan hal-hal yang diketahuinya dalam bentuk

atau jawaban baik lisan maupun tulisan (Notoatmodjo, 2003).

Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan

secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu:

a. Pertanyaan subjektif

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk

pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga

cara menilainya akan berbeda-beda.

b. Pertanyaan objektif

Pertanyaan pilihan ganda, menjodohkan, benar atau salah, disebut

pertanyaan objektif karena pertanyaan ini dapat dinilai secara pasti

oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas.

Pengukuran tingkat pengetahuan menurut Rustaman (2007), terdiri

dari :

a. Baik, jika 76-100 % pertanyaan dapat dijawab dengan benar.

b. Cukup, jika 56-75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.


34

c. Kurang, jika <56% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

a. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin baik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan

demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu

orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (WHO,

2002).

b. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan

perilaku melalui pengajaran, sehingga pendidikan itu perlu

mempertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya

dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah

menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek juga mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini akan menentukan

sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif


35

dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap

obyek tersebut. Jadi, Tingkat pendidikan merupakan faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang untuk menerima informasi yang

semakin baik (Arikunto, 2006).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari

dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang bekerja diluar rumah

cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi dibandingkan

sehari-hari berada dirumah (Arikunto, 2006).

d. Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak

memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang

lebih luas (Notoadmodjo, 2003).

e. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut (Notoatmodjo, 2010).

f. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

pada masa lalu (Notoatmodjo, 2012).


36

E. Pendidikan Kesehatan/ Edukasi

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan proses pemindahan materi

dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.

Artinya perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam individu

atau masyarakat sendiri. Pendidikan kesehatan adalah istilah yang

diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk

mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan

kesempatan pembelajaran (Lawrence Green dalam Mubarak, 2007).

Menurut Craven dan Hirnle (1996), pendidikan kesehatan adalah

penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui praktik

belajar atau instruksi dengan tujuan untuk mengingat fakta/ kondisi

nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self

direction), dan aktif memberikan informasi-informasi.

Menurut Nursalam & Ferry Efendi (2008), pendidikan kesehatan

merupakan proses belajar yang harus dialami oleh individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat yang menjadi sasaran dengan tujuan akhir

adalah perubahan perilaku. Benyamin Bloom (1908) dalam Nursalam &

Efendi (2008), membagi perilaku ke dalam 3 domain, yaitu domain

kognitif (cognitive domain), domain sikap (attitude domain), dan domain

psikomotor (psychomotor domain).


37

a. Domain kognitif (pengetahuan)

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan mempunyai enam

tingkatan, yaitu: Tahu (know), Memahami (comprehension),

Aplikasi (application), Analisis (analysis), Sintesis (synthetis), dan

Evaluasi (evaluation).

b. Domain sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus (objek). Komponen sikap mempunyai

tiga komponen pokok, yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide, dan

konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu objek, serta kecenderungan untuk bertindak.

Sikap mempunyai empat tingkatan, yaitu: menerima (receiving),

merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggungjawab

(responsible).

c. Domain psikomotor (praktik)

Psikomotor mempunyai empat tingkatan, yaitu: persepsi

(perseption), respons terpimpin (guided response), mekanisme

(mechanism), dan adaptasi (adaptation).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut hasil sidang The President’s Committee on Health

Education pada tanggal 14 September 1971, tujuan pendidikan kesehatan


38

adalah sebagai sarana yang menjembatani kesenjangan antara informasi

kesehatan dan praktik kesehatan yang memotivasi seseorang untuk

memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga

dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan buruk dan

membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan (Mico & Ross,

1975).

Sedangkan tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang

Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan derajat

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua program

kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan,

gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan

lainnya.

Secara khusus, rumusan tujuan pendidikan kesehatan disebutkan

oleh Maulana (2009) sebagai berikut:

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di

masyarakat. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan

bertanggungjawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi

kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau

berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan

hidup sehat.
39

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

Jadi, tujuan pendidikan kesehatan adalah sebagai sarana

menyampaikan informasi tentang pentingnya perilaku sehat,

menumbuhkan dan mengembangkan perilaku sehat secara mandiri, dan

menggunakan pelayanan kesehatan yang terpadu.

3. Teori Health Belief Model

Health Belief Model (HBM) dikembangkan sejak tahun 1950 oleh

kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan yang

berkaitan dengan kepercayaan dalam hal kesehatan. Model ini salah satu

model pertama yang dirancang untuk mendorong penduduk melakukan

tindakan ke arah kesehatan yang positif. Health Belief Model

menekankan pada ―peranan persepsi seseorang terhadap kerentanan

suatu penyakit dan keefektifan potensial dalam pengobatan‖. Artinya

dalam pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan bagaimana

persepsi individu mengenai kerentanan dirinya terhadap penyakit,

sehingga individu akan melakukan tindakan yang dapat mencegah

penyakit yang akan menyerangnya (Bensley, 2008).

Melihat hal tersebut, model ini digunakan sebagai upaya untuk

menjelaskan secara luas kegagalan partisipasi masyarakat dalam program

pencegahan atau deteksi penyakit (Hockbaum, 1958; Rosenstock, 1974

dalam Maulana, 2009). Selain itu HBM digunakan untuk

mengidentifikasi beberapa faktor prioritas penting yang berdampak


40

terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak

menentu (Rosenstock, 1974 dalam Maulana, 2009).

Health Belief Model merupakan model kognitif, yang digunakan

untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut teori ini,

seseorang memungkinan untuk melakukan tindakan pencegahan

dipengaruhi oleh dua hasil keyakinan atau penilaian kesehatan, antara

lain:

a. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (Perceived threat of

injury or illness).

Hal ini berdasarkan pada sejauh mana seseorang berfikir bahwa

penyakit akan mengancam dirinya. Jika seseorang merasa bahwa

ancaman tersebut semakin meningkat, makan upaya pencegahan yang

dilakukan juga akan meningkat. Penilaian akan ancaman ini

didasarkan pada kerentanan yang dirasakan (perceived vulnerability)

dan keseriusan yang dirasakan (Perceived severity).

b. Keuntungan dan kerugian (Benefits and costs)

Keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan menjadi

pertimbangan individu apakah akan melakukan tindakan pencegahan

atau tidak.

c. Posisi yang menonjol (salient position) juga menjadi keyakinan

seseorang untuk memulai proses perilaku. Hal ini berupa informasi

dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan.


41

Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan, pertimbangan keuntungan dan

kerugian dipengaruhi oleh variabel demografi, variabel

sosiopsikologis, dan variabel struktural.

Persepsi Individu Faktor Pemodifikasi Kemungkinan Tindakan

Variabel demografi
(usia, jenis kelamin, ras,
etnis, dll) Manfaat yang dirasakan
Variabel dari tindakan preventif
sosiopsikologis
(kepribadian, kelas Minus
sosial, tekanan dari
teman sebaya, dan Halangan yang
kelompok panutan, dll.) dirasakan pada tindakan
Variabel struktural preventif
(pengetahuan tentang
penyakit, kontak
sebelumnya dengan, dll)
penyakit.

Kerentanan yang
dirasakan pada resiko Ancaman yang Kemungkinan untuk
yang ditimbulkan. dirasakan dari resiko menjalankan tindakan
Keseriusan yang yang ditimbulkan. kesehatan preventif
dirasakanpada resiko yang dianjurkan.
yang ditimbulkan.

Petunjuk untuk
Tindakan
1. Kampanye media
massa
2. Berita dari orang
lain
3. Surat peringatan
dari dokter atau
dokter gigi
4. Penyakit pada
anggota keluarga
atau teman
5. Surat kabar atau
artikel majalah

Bagan 2.1 Keterangan konsep teori Health Belief Model yang dikutip Edberg
(2009) dalam buku ―kesehatan masyarakat, teori sosial dan perilaku‖
42

Domain Deskripsi
Persepsi kerentanan Derajat risiko yang dirasakan
seseorang terhadap masalah kesehatan
Persepsi keparahan Tingkat kepercayaan seseorang
bahwa konsekuensi masalah
kesehatan yang akan menjadi parah
Persepsi manfaat Hasil positif yang dipercaya
seseorang sebagai hasil dari tindakan
Persepsi hambatan Hasil negatif yang dipercaya sebagai
hasil dari tindakan
Petunjuk untuk bertindak Peristiwa eksternal yang memotivasi
seseorang untuk bertindak.
Efikasi diri Kepercayaan seseorang akan
kemampuannya dalam melakukan
tindakan.
Tabel 2.4. Keterangan Domain Persepsi

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Machfoedz & Suryani (2007), diantara metode yang

digunakan dalam aplikasi pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Diskusi

Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah

untuk mengambil kesimpulan atau bisa disebut kelompok kecil (Efendi

& Makhfudli, 2009). Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2000) dalam

Simamora (2009), mendefiniskan metode diskusi sebagai metode

mengajar yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah (problem

solving).

Ciri-cirinya peserta mulai 3 – 15 orang, membahas satu materi, dan

dipimpin oleh seorang ketua. Kelebihannya dapat mengembangkan


43

kreatifitas, dapat mengemukakan berbagai pendapat, tumbuh berbagai

analisis. Kelemahannya adalah ada peserta yang tidak berkesempatan

untuk bicara, tidak bisa diikuti oleh peserta yang kurang

pengetahuannya, memerlukan waktu yang lama, dan tidak dapat

digunakan dalam kelompok besar (Machfoedz & Suryani, 2007).

b. Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara

memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu

kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang

sedang disajikan (Muhibbin, 2000 dalam Simamora, 2009).

Ciri-cirinya memperagakan materi pendidikan secara visual.

Kelebihannya membantu peserta memahami dengan jelas jalannya

suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis

penjelasan, dan kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat

diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkrit. Kelemahannya tidak

semua benda dapat didemonstrasikan, memerlukan perencanaan yang

teliti, biaya besar, dan memerlukan fasilitas yang banyak (Simamora,

2009).

c. Role Playing

Metode role playing ini adalah peserta memainkan peran dalam suatu

situasi. Kelebihannya dapat mengembangkan kecakapan perilaku

tertentu, menambah rasa percaya diri peserta, dan membantu untuk

menganalisis masalahnya. Kelemahannya permainan bisa keluar dari


44

tujuan, pemain kadang keluar di tengah-tengah permainan, dan

diperlukan ketua tim yang terlatih (Machfoedz, 2007).

d. Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan

menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada

sejumlah audiens, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah

M, 2000 dalam Simamora, 2009).

Ciri-ciri dari metode ini adalah peserta didik berjumlah besar,

disampaikan dengan lisan. Kelebihannya antara lain; mudah, murah,

diikuti oleh peserta yang banyak (Machfoedz & Suryani, 2007).

Sedangkan kelemahannya adalah kurang diketahui umpan balik, sulit

dinilai hasilnya, kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (Simamora,

2009), dan jika terlalu lama membuat jenuh (Djamarah, S.B., 2000

dalam Simamora, 2009).

5. Media yang Digunakan dalam Pendidikan Kesehatan

Menurut Machfoedz & Suryani (2007), media pendidikan ada 3

macam, yaitu:

a. Media Cetak

1) Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk

menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan-

larangan kepada khalayak massa, bentuk buku, baik tulisan

maupun gambar. Sehingga akhir dari tujuannya tersebut adalah

agar masyarakat yang sebagai obyek memahami dan menuruti


45

pesan yang terkandung dalam media komunikasi massa tersebut

(Machfoedz & Suryani, 2007).

Kelebihan booklet :

a) Keunggulan dari booklet itu adalah bahwa booklet ini

menggunakan media cetak sehingga biaya yang

dikeluarkannya itu bisa lebih murah jika dibandingkan dengan

menggunakan media audio dan visual serta juga audio visual.

b) Proses booklet agar sampai kepada obyek atau masyarakat bisa

dilakukan sewaktu-waktu.

c) Proses penyampaiannya juga bisa disesuaikan dengan kondisi

yang ada.

d) Lebih terperinci dan jelas, karena lebih banyak bisa mengulas

tentang pesan yang disampaikannya.

Kelemahan Booklet :

a) Booklet ini tidak bisa menyebar ke seluruh masyarakat, karena

disebabkan keterbatasan penyebaran booklet.

b) Tidak langsungnya proses penyampaiannya, sehingga umpan

balik dari obyek kepada penyampai pesan tidak secara

langsung (tertunda).

c) Memerlukan banyak tenaga dalam penyebarannya.

2) Leaflat ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat

dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.

3) Flyer (selebaran) ialah seperti leaflat tidak dalam bentuk lipatan.


46

4) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau

informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.

Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi

gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan dan

informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah,

mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan.

6) Poster adalah suatu bentuk media cetak berisi pesan-pesan/

informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok,

di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.

b. Media Elektronik

1) Televisi. Penyampaian informasi kesehatan melalui media televisi

dapat berbentuk: sandiwara, sinetron, forum diskusi, atau hanya

tanya jawab sekitar masalah kesehatan, dll.

2) Radio. Penyampaian informasi kesehatan melalui radio juga dapat

berbentuk macam-macam, antara lain tanya jawab, ceramah, radio

spot, dan sebagainnya.

3) Video

4) Slide

c. Media Papan

Papan-papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi

dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media papan disini


47

juga termasuk pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang

ditempel pada kendaraan umum (Mahfoedz, 2007).

F. Penelitian Terkait

1. Penelitian Wahyuna & Abidin (2013) tentang gambaran ibu menyusui di

Kabupaten Pidie Jaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas

pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak

31 responden (56,4 %), berdasarkan pengetahuan berada pada kategori

rendah, yaitu sebanyak 36 responden (65,5 %), berdasarkan sosial

budaya mayoritas pada kategori negatif, yaitu sebanyak 34 responden

(61,8 %), berdasarkan status gizi mayoritas pada kategori gizi kurang,

yaitu sebanyak 28 responden (50,9 %).

2. Penelitian Maga et al. (2013) menyimpulkan bahwa empat variabel

determinan yang secara signifikan (p < 0,05) menentukan produksi ASI,

yaitu status gizi, perawatan payudara, konseling laktasi, dan kemampuan

bayi menyusu. Hubungan antara status gizi selama kehamilan dengan

produksi ASI (p = 0,018) dengan besar kontribusi (phi =1,42 %). Uji

multivariat dengan uji regresi logistik dengan nilai B=1,107, p=0,009 dgn

besar resiko ExpB=3,026, artinya apabila ibu hamil mengalami status

gizi kurang akan memungkinkan terjadinya produksi ASI berkurang

secara signifikan dengan besar resiko 3,026 kali lebih besar dibandingkan

dengan yang tidak mengalami status gizi kurang.

3. Penelitian Farudin (2011) tentang perbedaan efek konseling gizi dengan

media leaflet dan booklet terhadap tingkat pengetahuan, asupan energi

dan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di rsud dr. Moewardi
48

surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen random

(randomized controlled trial). Jumlah sampel dalam penelitian ini

sebanyak 32 orang dibagi menjadi dua kelompok sampel yaitu satu

kelompok kontrol yang diberikan leaflet dan kelompok perlakuan yang

diberikan booklet. Hasil analisis data menggunakan uji statistik

independent t- test (p< 0,05) terhadap asupan energi diperoleh p = 0.670

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna nilai rata-rata asupan

energi antara kelompok leaflet dan booklet, dan sedangkan skor

pengetahuan diperoleh p= 0.01 ada perbedaan bermakna rata skor

pengetahuan, kadar gula darah puasa diperoleh p=0.041 dan kadar gula

darah 2 jam post prandial dengan p = 0.043 menunjukkan adanya

perbedaan bermakna antara kelompok booklet dan leaflet.

4. Penelitian Srimiyati (2014) tentang Pengaruh pendidikan kesehatan

menggunakan booklet terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan

wanita premenopause. Penenlitian ini menggunakan desain Pra-

eksperimental one group pretest dan posttest design, random sampling,

tehnik multistage sample. Menggunakan uji wilcoxon dan pair sample t-

test dgn tingkat kemaknaan 0,05, interval kepercayaan 95 %. Hasilnya

Terdapat perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dibandingkan

dengan sesudah dan perbedaannya bermakna secara statistik p<0,005.

5. Penelitian Yulianti (2013) tentang booklet untuk meningkatkan

pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di

desa Plumbungan Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Metode

yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pretest-posttest control


49

group. Sampel berjumlah 45 terdiri dari 2 kelompok intervensi dan 1

kelompok kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat

(uji one-way ANOVA dan t-test tidak berpasangan). Hasilnya nilai mean

kelompok eksperimen I sebesar 10.93, eksperimen II sebesar 9, dan

kontrol sebesar 8.27. hal ini menunjukkan bahwa penggunaan booklet

lebih efektif dibandingkan leaflat atau ceramah.


50

G. Kerangka Teori Penelitian

Bagan 2.2. Kerangka Teori Penelitian dimodifikasi dari konsep Health


Belief Model

Persepsi Individu Faktor Pemodifikasi Kemungkinan Tindakan

Variabel demografi
(usia, jenis kelamin, ras,
etnis, dll) Manfaat yang dirasakan
Variabel dari tindakan preventif
sosiopsikologis
(kepribadian, kelas Minus
sosial, tekanan dari
teman sebaya, dan Halangan yang
kelompok panutan, dll.) dirasakan pada tindakan
Variabel struktural preventif
(pengetahuan tentang
penyakit, kontak
sebelumnya dengan, dll)
penyakit.

Kerentanan yang
dirasakan pada resiko Ancaman yang Kemungkinan untuk
yang ditimbulkan. dirasakan dari resiko menjalankan tindakan
Keseriusan yang yang ditimbulkan. kesehatan preventif
dirasakanpada resiko yang dianjurkan.
yang ditimbulkan.

Petunjuk untuk Tindakan

Pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu laktasi

ceramah Ceramah + booklet

Pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi


51

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel.

Kerangka konsep ini yang akan membantu peneliti menghubungkan hasil

penelitian dengan teori (Nursalam, 2008).

Penelitian ini menentukan apakah ada atau tidaknya hubungan antara

variabel independen atau variabel yang telah diprediksi dengan variabel

dependen atau variabel respon. Kelompok yang dinilai biasanya

menggambarkan tingkat variabel independen. Independen dan dependen

dipilih untuk tipe variabelnya karena pemilihan ini telah diperkirakan bahwa

variabel respon tergantung pada tingkat variabel yang telah diprediksi

(Forthofer, 2007).

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasi pengetahuan ibu

menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan melalui ceramah yang

menggunakan media booklet dan pendidikan kesehatan melalui ceramah saja.

Di sini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel

terikat (dependent). Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan ibu-ibu

mengenai nutrisi ibu menyusui, sedangkan variabel terikat (dependent) yang

akan diteliti yaitu pendidikan kesehatan.

Variabel perancu (confounding) merupakan variabel yang berhubungan

dengan variabel bebas dan variabel terikat yang nilainya ikut menentukan

variabel lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Identifikasi


52

variabel perancu sangat penting untuk menghindari kesimpulan yang salah

(Nursalam, 2008). Variabel perancu pada penelitian ini adalah usia,

pendidikan, pekerjaan, informasi, lingkungan, dan pengalaman.

Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian tentang pengaruh pendidikan


kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan nutrisi ibu laktasi di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur.

Pengetahuan ibu Variabel independen: Variabel dependen


menyusui tentang
Pendidikan kesehatan Rata-rata tingkat
1 kebutuhan nutrisi
dengan ceramah dan pengetahuan ibu
yang seimbang (pre-
booklet menyusui tentang
test)
kebutuhan nutrisi
yang seimbang
(post-test)
Pengetahuan ibu
menyusui tentang Variabel independen:
kebutuhan nutrisi
Pendidikan kesehatan
yang seimbang (pre-
dengan ceramah
test)

Variabel
confounding :
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Lingkungan
5. Pengalaman.

Keterangan :

__________ : variabel yang diteliti

-------------- : variabel yang tidak diteliti


53

B. Hipotesis

Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban sementara yang dibuat oleh

peneliti bagi problematika yang diajukan dalan sebuah penelitian (Arikunto,

2010). Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah

H0 : Booklet tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan ibu

tentang nutrisi ibu menyusui.

H1 : Booklet berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan ibu

tentang nutrisi ibu menyusui.


54

C. Definis Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Umur Umur responden Ditanyakan dalam Umur dinyatakan dalam Nominal


berdasarkan ulang kuesioner data umum tahun
tahun terakhir 1. <20 tahun
2. 20 – 35 tahun
3. > 35 tahun
2. Pendidikan Pendidikan formal Ditanyakan dalam Pendidikan dinyatakan Ordinal
terakhir yang pernah kuesioner data umum berdasarkan jenjang
diikuti oleh responden pendidikan yang
ditempuh:
1. Tidak sekolah
2. SD
3. SMPsederajat
4. SMA/sederajat
5. Perguruan Tinggi

3. Penghasilan Rata-rata jumlah Ditanyakan dalam Diklasifikasikan dengan Rasio


pendapatan kepala kuesioner data umum menggunakan standar
keluarga dalam satu UMR setempat
bulan 1. < 2,7 juta
2. > 2,7 juta
55

4. Pekerjaan Pekerjaan subyek Ditanyakan dalam Dinyatakan dengan: Nominal


sehari-hari baik di kuesioner data umum 1. Tidak bekerja
instansi pemerintah 2. Bekerja
maupun swasta
5. Pengetahuan ibu Hal-hal yang diketahui / Kuesioner : tentang Dinyatakan dalam Ordinal
tentang nutrisi pemahaman responden pengetahuan nutrisi kategori:
untuk ibu laktasi tentang kebutuhan ibu menyusui d. Baik jika nilai
(variabel nutrisi pada masa pengetahuan diatas
dependen) laktasi rata-rata
e. Kurang baik jika nilai
pengetahuan dibawah
rata-rata

6. Pendidikan Kegiatan Dilakukan pretest - -


kesehatan menyampaikan sebelum diberikan
menggunakan informasi dengan pendidikan kesehatan
ceramah dan ceramah dan dan post test setelah
booklet tentang menggunakan media diberikan pendidikan
nutrisi untuk ibu booklet yang berisi kesehatan pada ibu
laktasi (variabel tentang kebutuhan laktasi
independen) nutrisi untuk ibu laktasi
56

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan, mendapatkan data yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis, menjawab pertanyaan penelitian, serta alat untuk

mengontrol atau mengendalikan berbagai variabel yang berpengaruh dalam

penelitian (Nursalam, 2008). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

dengan metode quasi experiment. Desain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pre-post test with control group design, karena peneliti ingin

membandingkan variabel dependen antara dua kelompok (Budiharto, 2008;

Nursalam, 2008; Carmen G. Loiselle et al. Dalam Swarjana, 2012).

Rancangan penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh booklet

terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja Puskesmas

Ciputat Timur. Pengukuran pengetahuan dilakukan sebelum diberikan

perlakuan (pre-test) dan setelah diberikan perlakuan (post-test).

Bagan 4.1 Bentuk rancangan penelitian.

Kelompok Pre-test dengan Kelompok Posttest


booklet

Kelompok Pretest tanpa booklet Kelompok Posttest

Sumber: Diagram of quasi experimental with control group design


(Varkevisser et al, 2003. Dalam Swarjana, 2012)
57

B. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki

karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki/ diamati (Imron &

Munif, 2010). Populasi ini adalah ibu menyusui yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Ciputat Timur.

2. Sampel dan Sampling

Sampel adalah sebagian kecil populasi yang dijadikan sebagai objek

penelitian (Saebani, 2008; Imron & Munif, 2010). Pengambilan sampel

dalam penilitian ini menggunakan teknik non-random sampling jenis

purposive sample, yaitu pemilihan kelompok subjek berdasarkan ciri-ciri

tertentu atau karakteristik yang memenuhi tujuan penelitian. Peneliti

mengambil ibu-ibu menyusui yang memiliki bayi berusia 0 – 24 bulan.

Ukuran besar sampel didasarkan atas pendapat Gay dan Diehl (1992)

bahwa besar sampel yang digunakan dalam penelitian dengan metode

eksperimen (baik true ekxperiment maupun quasi eksperiment adalah

minimal 15 subjek perkelompoknya (Umar, 2011). Jadi, peneliti akan

menggunakan 30 orang untuk menjadi responden.

Sampel yang digunakan berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0 – 24 bulan.

b. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.

c. Bersedia untuk menjadi responden.


58

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Alasan

memilih lokasi ini adalah pengetahuan ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas ini

masih kurang, kepedulian untuk memberikan ASI yang berkualitas dan cukup

juga masih kurang. Keberhasilan program promosi kesehatan di puskesmas

yang belum mencapai target sehingga perlu dukungan program yang lebih

efektif. Selain itu, yang menjadi pertimbangan peneliti adalah belum pernah

dilakukan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja

Puskesmas ini.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian efektif dilakukan selama 4 minggu. Mulai akhir bulan

April sampai akhir bulan Mei 2015.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket

adalah responden mengisi kuesioner tanpa dilakukan wawancara (Lapau,

2012). Instrumen ini ada 3 macam yang terdiri dari: instrumen A yang berisi

data demografi tentang pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik ibu

menyusui, kuesioner B berkaitan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang

nutrisi yang seimbang dengan pilihan jawaban ―benar‖ dan ―salah‖, dan

kuesioner C berkaitan dengan pengetahuan ibu menyusui dengan pilihan

jawaban pilihan ganda. Penetapan nilai pengetahuan berdasarkan pernyataan

benar dan salah. Uji coba kuesioner akan dilakukan pada minggu keempat

bulan April 2015 dengan menyebarkan kuesioner kepada ibu-ibu menyusui di


59

wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur. Jumlah subjek yang digunakan

sekitar 30 orang (Riyanto, 2011).

Tabel 4.1. Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Menyusui

Pertanyaan

Variabel Subvariabel Favorable Unfavor- Jumlah


Soal
able

1. Pengertian nutrisi
Pengetahuan 1,2 2
seimbang untuk ibu
tentang menyusui
2. Kegunaan dan
nutrisi yang 3,4,5,6 4
prinsip nutrisi pada
seimbang ibu menyusui
3. Sumber nutrisi ibu 7,8,9,10,11,1
bagi ibu
menyusui 2,14 13 14
menyusui 15,17,18,19,2
0
4. Dampak kekurangan
22 21 2
nutrisi pada ibu
menyusui
5. Ukuran jumlah 1,2,3,4,5,6 - 6
kebutuhan
Jumlah 28

Pernyataan dalam penelitian ini menggunakan alternatif jawaban

―benar‖ dan ―salah‖, kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana

pernyataan dengan kriteria positif skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika

jawaban salah. Sedangkan pernyataan dengan kriteria negatif skor 1 jika

jawaban salah dan skor 0 jika jawaban benar.

F. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Untuk menguji


60

validitas dalam kuesioner yang menggunakan skala Guttman adalah

dengan content validity.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalaha indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012).

Untuk menguji kuesioner dengan KR 20 (Adapun perhitungannya

menggunakan sistem komputer.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan melakukan beberapa

prosedur, sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Puskesmas

sebagai tempat penelitian.

2. Melakukan sosialisasi rencana penelitian pada kepala Puskesmas dan

beberapa staf terkait kemudian dibuat kesepakatan untuk melaksanakan

program pendidikan kesehatan di Puskesmas.

3. Mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.

4. Meminta calon responden terpilih agar bersedia menjadi responden setelah

mendapat penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian ini

serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden yang

bersedia kemudian diberikan informed consent untuk ditandatangani.

H. Prosedur Intervensi

Prosedur intervensi yang akan diberikan kepada responden adalah

sebagai berikut :
61

1. Sebelum memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi untuk ibu

menyusui, peneliti membuat booklet sebagai panduan, tentang nutrisi ibu

menyusui dengan merujuk pada berbagai sumber yang relevan serta

dikoreksi oleh editor ahli.

2. Evaluasi awal tingkat pengetahuan dilakukan sebelum responden

mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi yang seimbang.

3. Pendidikan kesehatan tentang nutrisi yang seimbang untuk ibu menyusui

dilakukan setelah responden mengisi semua kuesioner tahap awal.

Intervensi edukasi dengan media booklet yang boleh dibawa pulang.

Pendidikan kesehatan dilakukan selama 15 menit.

4. Evaluasi akhir tingkat pengetahuan dilakukan segera setelah pendidikan

kesehatan tentang nutrisi diberikan.

I. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan

beberapa tahapan. Tujuan dari pengolahan data adalah mengubah data

menjadi informasi (Wasis, 2008). Tahapan pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing

Editing dilakukan untuk mencermati kelengkapan pengisian, kesalahan

pengisian, atau jawaban yang belum terisi, kejelasan dan kesesuaian

antara jawaban dengan pertanyaan responden agar dapat diolah dengan

baik.

2. Coding

Coding adalah pemberian kode untuk setiap jawaban sesuai dengan

petunjuk koding. Pemberian kode digunakan untuk data karakteristik


62

responden. Pemberian kode agar memudahkan peneliti untuk menginput

data.

3. Scoring

Scoring adalah pemberian nilai pada format isian. Pemberian skor agar

memudahkan menginterpretasikan data yang bersifat kualitatif menjadi

kuantitatif.

4. Entri data

Setelah selesai diberi kode maka semua data dimasukkan kedalam

program komputer yang sesuai.

5. Cleaning data

Kegiatan pembersihan data dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan dan

ketidaksesuaian data dengan cara pengecekan kembali, sehingga data

siap dianalisa.

J. Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah cara analisis untuk variabel tunggal. Penting

dilakukan untuk menganalisis distribusi ukuran sampel dari variabel

tunggal. Hasil perhitungannya disebut distribusi frekuensi (Lapau, 2012).

Pada penelitian ini, hasil analisis univariat terdiri dari distribusi frekuensi

dan presentase untuk jenis data kategorik (usia, agama, pekerjaan,

pendidikan, dan penghasilan) dan tendensi sentral untuk data numerik

meliputi mean, median, standar deviasi (tingkat pengetahuan sebelum

dan sesudah pada kedua kelompok).


63

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data

mengikuti atau mendekati normal, yaitu distribusi data dengan bentuk

lonceng (bell shaped), dan data yang baik adalah data yang terdistribusi

normal (Santoso, 2010). Jika sudah diketahui bagaimana distribusi

datanya maka dilanjutkan uji bivariat.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang menunjukkan hubungan antara satu

variabel independen dengan satu variabel dependen (Lapau, 2012).

Pemilihan uji statistika yang digunakan untuk mengetahui perbedaan

pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi adalah paired t test

jika data terdistribusi normal, tetapi jika data tidak terdistribusi normal

maka menggunkan Wilcoxon test (Hidayat, 2013). Kemudian untuk

mengetahui perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

maka menggunkan t-test jika data terdistribusi normal atau uji Mann

Whitney jika data tidak terdistribusi normal. Signifikansi ditentukan dari

hasil uji beda dengan manggunakan nilai one-tailed. One-tailed ini

digunakan pada hipotesis yang sebelumnya telah diketahui arahnya.

K. Etika Penelitian

Sebelum dilakukan, penelitian ini juga memenuhi beberapa prinsip etik

dan formulir inform consent yang diberikan pada responden (Hidayat, 2008

dan Nursalam, 2008)

1. Self determination
64

Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan apakah bersedia

atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, setelah semua informasi

yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan, dengan menandatangani

informed consent yang disediakan.

2. Anonymity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi menggunakan kode

responden.

3. Confidentiality

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang

diberikannya. Semua catatan dan data responden disimpan di file

berpassword sebagai dokumen penelitian.

4. Inform Consent

Perlindungan hak-hak responden dijamin dan tercantum dalam lembar

persetujuan. Sebelum responden menyetujui untuk berpartisipasi dalam

penelitian, responden harus memahami tentang penelitian yang akan

dilakukan, formulir/ lembar persetujuan memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti tentang

tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Dijelaskan prosedur dan

tehnik yang akan dilakukan serta tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian.

b. Subjek penelitian diberi penjelasan mengenai resiko dan

ketidaknyamanan potensial yang mungkin akan dialami. Jika selama

kegiatan penelitian responden merasa tidak nyaman maka intervensi

dihentikan.
65

c. Subjek diberi tahu mengenai manfaat yang akan didapatkan pada

penelitian yang akan dilakukan.

d. Peneliti bersedia menjawab semua pertanyaan mengenai prosedur

yang diajukan subjek penelitian dan bersedia memberikan penjelasan

dengan lengkap tentang prosedur penelitian yang dilakukan.

e. Jika selama berlangsungnya kegiatan penelitian ini subjek ingin

mengundurkan diri, maka dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa

konsekuensi apapun.
66

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan hasil pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan

booklet terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui. Penelitian ini

mengambil sampel 34 responden. Dari 34 responden ini dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu 17 responden untuk kelompok intervensi dan 17 responden untuk

kelompok kontrol. Setelah dilakukan analisa, dari 34 responden 4 orang

mengundurkan diri. Alasan responden mengundurkan diri yaitu dua responden

tidak bersedia mengisi lembar kuesioner post test, satu responden tidak menjawab

kuesioner dengan lengkap, dan satu responden tidak jelas dalam mengisi

kuesioner. Sehingga total data yang diolah adalah 15 responden untuk kelompok

intervensi dan 15 responden untuk kelompok kontrol.

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 30 responden yang memenuhi kriteria

inklusi penelitian. Dari total 30 responden, 15 responden diambil bersamaan

dengan kegiatan posyandu dan 15 responden yang lain diambil di tempat

responden berdomisili. Hasil pengolahan data akan ditampilkan dalam bentuk

tabel-tabel. Adapun tabel karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 5.1. Usia Responden Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi


Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Usia
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
Usia 20 – 35 tahun 13 86.7 11 73.3
Usia > 35 tahun 2 13.3 4 26.7
Total 15 100.0 15 100.0
67

Berdasarkan tabel 5.1. Dari kedua kelompok, mayoritas responden

berada pada usia produktif (20 – 35 tahun) sebanyak 13 responden (86.7 %)

pada kelompok kontrol dan 11 responden (73.3 %) pada kelompok intervensi.

Sedangkan responden yang berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 2 responden

(13.3 %) pada kelompok kontrol dan 4 responden (26.7 %) pada kelompok

intervensi.

Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Responden pada Kelompok Kontrol dan


Intervensi
Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Tingkat pendidikan
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
SD 4 26.7 2 13.3
SMP 5 33.3 5 33.3
SMA 5 33.3 5 33.3
Perguruan Tinggi 1 6.7 3 20.0
Total 15 100.0 15 100.0

Berdasarkan tabel 5.2. Pendidikan terakhir responden yang sampai

perguruan tinggi sangat sedikit yaitu 1 responden (6.7 %) pada kelompok

kontrol dan 3 responden (20.0 %) pada kelompok intervensi). Sedangkan

responden yang pendidikan terakhirnya SD sebanyak 4 responden (26.7 %)

pada kelompok kontrol dan 2 responden (13.3 %) pada kelompok intervensi.

Responden yang pendidikan terakhirnya SMP sebanyak 5 responden (33.3 %)

pada kelompok kontrol dan 5 responden (33.3 %) pada kelompok intervensi.

Frekuensi yang sama juga pada jumlah responden dengan pendidikan terakhir

SMA, yaitu 5 responden (33.3 %) pada kelompok kontrol dan 5 responden

pada kelompok intervensi.


68

Tabel 5.3. Pekerjaan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi


Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Pekerjaan
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
Tidak bekerja 14 93.3 10 66.7
Bekerja 1 6.7 5 33.3
Total 15 100.0 15 100.0

Berdasarkan tabel 5.3. Menggambarkan mayoritas responden tidak

bekerja. Jumlah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 14 responden

(93.3 %) pada kelompok kontrol dan sebanyak 10 responden (66.7 %) pada

kelompok intervensi. Sedangkan responden yang bekerja sebanyak 1

responden (6.7 %) pada kelompok kontrol dan 5 responden (33.3 %).

Tabel 5.4. Rata-rata Penghasilan Kepala Keluarga pada Kelompok Kontrol


dan Intervensi
Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
< 2.7 juta/bulan 6 40.0 11 73.3
> 2.7 juta/bulan 9 60.0 4 26.7
Total 15 100.0 15 100.0

Berdasarkan tabel 5.4. menggambarkan jumlah kepala keluarga

responden dengan penghasilan rata-rata perbulan dibawah UMR (Upah

Minimun Regional) lebih banyak dari jumlah kepala keluarga responden

dengan penghasilan rata-rata perbulan diatas UMR. Kepala keluarga

responden dengan penghasilan rata-rata perbulan dibawah UMR sebanyak 6

responden (40.0 %) pada kelompok kontrol dan 11 responden (73.3 %) pada

kelompok intervensi. Sedangkan kepala keluarga responden dengan


69

penghasilan rata-rata perbulan diatas UMR adalah sebanyak 9 responden

(60.0 %) pada kelompok kontrol dan 4 responden (26.7 %) pada kelompok

intervensi.

2. Gambaran Rata-rata Skor Pengetahuan Responden

Gambaran rata-rata skor pengetahuan responden tentang nutrisi ibu

menyusui pre-test dan post-test pada kelompok intervensi dan kontrol dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.5. Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan Responden pada


Kelompok Kontrol dan Intervensi
Standar
Kelompok Rata- Nilai Min-
deviasi
responden rata tengah maks
(SD)
Intervensi Pre-test 18.67 18.00 2.87 15-25
Post-test 25.67 26.00 1.496 23-28
Kontrol Pre-test 21.73 22.00 3.283 16-26
Post-test 23.93 24.00 1.163 23-26

Berdasarkan tabel 5.5. rata-rata skor pengetahuan pada

kelompok intervensi saat pre-test adalah 18.67 dengan nilai

minimum 15 dan nilai maksimum 25. Saat post-test meningkat

menjadi 25.67 dengan nilai minimum 23 dan nilai maksimum 28.

Sedangkan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok kontrol saat

pre-test adalah 21.73 dengan nilai minimum 16 dan nilai maksimum

26. Saat post-test meningkat menjadi 23.93 dengan nilai minimum

23 dan nilai maksimum 26.

Gambaran pengetahuan responden tentang nutrisi ibu

menyusui dapat dilihat pada tabel berikut:


70

Tabel 5.6. Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok

Kontrol dan Intervensi

Pre-test Post-test
Kurang Kurang
Baik Baik
baik baik
(persen) (persen) (persen) (persen)
n n n n
% % % %
Kelompok
8 53.3 7 46.7 8 53.3 7 53.3
kontrol
Kelompok
7 46.7 8 53.3 9 60.0 6 40.0
intervensi

Berdasarkan tabel 5.6. Jumlah responden dengan pengetahuan

baik menunjukkan adanya peningkatan pada kelompok intervensi.

Pada saat pre-test jumlah responden yang berpengetahuan baik

sebanyak 7 responden (46.7 %) dan jumlah responden yang

berpengetahuan kurang baik sebanyak 8 responden (53.3 %).

Kemudian pada saat post-test jumlah responden yang

berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (60.0 %) dan jumlah

responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 6 responden

(40.0 %). Hasil ini berbeda pada kelompok kontrol yang

menunjukkan tidak ada peningkatan jumlah responden yang

berpengetahuan baik. Pada saat pre-test jumlah responden yang

berpengetahuan baik sebanyak 8 responden (53.3 %) dan jumlah

responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 7 responden

(46.7 %). Kemudian pada saat post-test jumlah responden yang

berpengetahuan baik sebanyak 8 responden (53.3 %) dan jumlah


71

responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 7 responden

(46.7 %).

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian

yaitu apakah pendidikan kesehatan yang disampaikan menggunakan media

booklet mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang nutrisi ibu

menyusui atau tidak. Pengujian keabsahan hipotesis dilakukan dengan

menganalisa perbedaan rerata skor nilai pengetahuan responden sebelum dan

setelah intervensi baik pada kelompok intervensi, kelompok kontrol, dan juga

perbedaan rerata antara kedua kelompok.

Sebelum dilakukan uji beda rata-rata maka dilakukan uji normalitas

untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi

normal. Hasil analisis uji normalitas menunjukkan nilai p Kolmogorov-

Smirnov = 0.000. Nilai tersebut p < 0.05, artinya data berasal dari populasi

yang tidak terdistribusi normal. Sehingga analisis data selanjutnya

menggunakan analisis nonparametrik. Analisis nonparametrik untuk melihat

beda rerata nilai pengetahuan pada kelompok yang sama menggunakan uji

Wilcoxon, sedangkan penghitungan statistik beda rerata pada kelompok yang

berbeda menggunakan uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney digunakan

untuk membandingkan apakah ada perbedaan antara kedua nilai dari kedua

kelompok tersebut secara signifikan. Uji statistik pada kedua penghitungan

tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan 95 % (alpha 0.05).


72

1. Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media booklet terhadap

nilai pengetahuan responden pada kedua kelompok

Analisa perbedaan rerata nilai pengetahuan tentang nutrisi ibu

menyusui dapat dilihat dalam tabel 5.7. berikut.

Tabel 5.7. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden pada


Kelompok Kontrol dan Intervensi

Nilai pengetahuan Alpha (α) Nilai (p)


Intervensi 0.05 0.0005
Kontrol 0.05 0.0125

Tabel 5.7. menggambarkan bahwa hasil analisis uji Wilcoxon pada

kedua kelompok sama-sama berbeda secara signifikan. Nilai p pada

kelompok intervensi adalah 0.0005 (<0.05), sedangkan nilai p pada

kelompok kontrol adalah 0.0125. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan booklet maupun tanpa

booklet sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan pengetahuan responden.

2. Analisis Beda Rerata nilai pengetahuan responden saat post-test

pada kedua kelompok

Analisa beda rerata skor pengetahuan responden antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol saat post-test dapat dilihat pada tabel

5.8. berikut.
73

Tabel 5.8. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden Saat Post-
Test Pada Kedua Kelompok (n=30)
Nilai pengetahuan Mean rank Nilai p
Intervensi 20.23
0.001
Kontrol 10.77

Tabel 5.8. Menunjukkan hasil analisa uji Mann Whitney pada skor

pengetahuan post-test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

menunjukkan dengan nilai p= 0.001 (<0.05) artinya ada perbedaan

pengetahuan yang signifikan antara kedua kelompok saat post-test.


74

BAB VI
PEMBAHASAN

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya pemecahan masalah

kesehatan melalui pendidikan. Pendidikan kesehatan sangat penting karena akan

menunjang program-program kesehatan lainnya. Saat ini, dalam program-program

pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Kalaupun program

itu telah melibatkan pendidikan kesehatan, tetapi kurang berbobot. Alasannya

karena pendidikan kesehatan itu tidak menghasilkan manfaat yang segera dan

mudah dilihat atau diukur (Notoatmodjo, 2011). Melalui pendidikan kesehatan

informasi-informasi penting akan sampai kepada klien agar pengetahuannya

meningkat. Karena pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir ke arah

yang positif, sehingga akan menumbuhkan perilaku atau kebiasaan hidup sehat

(Asiah et al., 2010; Rahmawati & Panunggal, 2014; dan Novrianda et al., 2015).

A. Karakteristik Responden

Penelitian ini menggambarkan dua kelompok responden, baik

kelompok intervensi maupun kelompok kontrol memiliki tingkat pengetahuan

yang berbeda. Dari 30 responden, 1 orang yang pernah mengikuti pendidikan

kesehatan mengenai nutrisi seimbang bagi ibu menyusui. Sedangkan 29

responden lainnya mengatakan tidak pernah mengikuti dan memang tidak

pernah diadakan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu menyusui dari

pelayanan kesehatan terdekat. Hasil penelitian menunjukkan 8 responden

(53.3 %) pada kelompok intervensi memiliki pengetahuan kurang baik dan 7

responden (46.7 %) pada kelompok kontrol memiliki pengetahuan kurang


75

baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan tentang nutrisi ibu laktasi

di wilayah ini.

Karakteristik berdasarkan usia mayoritas responden berusia 20 – 35

tahun, yaitu sebanyak 24 responden. Dari 24 responden yang berusia 20 – 35

tahun. Faktor usia mempengaruhi pengetahuan responden. Semakin

bertambah usia dapat mempengaruhi cara berfikir dan mempunyai

pengalaman yang lebih banyak. Sehingga pengetahuan yang diperoleh

semakin banyak (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Asiah et al., (2010) dan Suwanti & Wahyuni, (2012) yang menyatakan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara usia dengan pengetahuan. Tetapi belum

tentu usia yang lebih matang memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada

usia dibawahnya, karena ada faktor lain seperti pengalaman, pekerjaan,

pendidikan, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat

pengetahuannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan

usia dengan tinggat pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi.

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan manusia adalah tingkat

pendidikan. Secara teori semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka

semakin mudah mendapatkan informasi dan tingkat pengetahuan seseorang

semakin baik (Arikunto, 2006). Suatu penelitian menunjukkan ada hubungan

yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, karena

pendidikan seseorang mempengaruhi sikap atau respon yang diberikan

terhadap informasi yang ia peroleh. (Suwanti & Wahyuni, 2012). Hasil

penelitian ini menunjukkan masih sedikit responden yang tingkat

pendidikannya perguruan tinggi, yaitu sebanyak 4 responden. Tetapi dalam


76

hal ini perlu diteliti kembali karena pengetahuan yang dimaksud adalah

pengetahuan yang spesifik, yaitu pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui.

Sehingga tidak setiap responden memiliki pengetahuan yang baik tentang

nutrisi ibu menyusui. Maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan

tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi.

Karakteristik responden berikutnya adalah pekerjaan. Pekerjaan

responden dikelompokkan menjadi bekerja dan tidak bekerja. Hasil dari

penelitian didapatkan mayoritas responden tidak bekerja yaitu 24 responden.

Pekerjaan responden berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Karena

seseorang yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses yang baik

terhadap informasi dibandingkan seseorang yang sehari-hari berada di rumah

(Arikunto, 2006). Namun, jenis pekerjaan dan tempat bekerja yang berbeda

akan mempengaruhi informasi yang diperoleh. Maka perlu dilakukan

penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan terhadap pengetahuan tentang

nutrisi ibu laktasi.

Tingkat pendapatan kepala keluarga dikelompokkan berdasarkan UMR

(Upah Minimum Regional) yaitu 2.710.000 juta/bulan. Hasil penelitian

menunjukkan mayoritas kepala keluarga responden memiliki penghasilan di

bawah UMR (2.710.000 juta/bulan) yaitu 17 responden. Dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari, seseorang dengan tingkat upah yang tinggi, dapat

menjangkau kebutuhan yang diperlukan termasuk kebutuhan nutrisinya

(Hapsari, 2013). Selain itu, seseorang dengan tingkat upah yang tinggi dapat

mudah mengakses layanan kesehatan yang lebih baik. Maka, hal ini perlu

diteliti kembali mengenai hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan


77

pengetahuan dan pola perilaku makan yang sehat, karena kebutuhan dan

prioritas pembelanjaan setiap keluarga berbeda-beda.

B. Pengetahuan Responden

Seseorang memerlukan nutrisi untuk menjaga agar tubuhnya dapat

melakukan segala proses fisiologinya (Stedman, 2004). Nutrisi yang terdiri

dari sumber energi, zat pengatur, dan zat pelindung, dan segala proses yang

terjadi dalam tubuh manusia. Bila seseorang salah dalam mengkonsumsi

makanan maka akan menimbulkan dampak buruk, diantaranya adalah status

gizi individu (Almatsier, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Nadimin, et al. (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan status gizi ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Moncobalang

kabupaten Gowa yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pola

makan dan status gizi ibu menyusui.

Sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus (Nursalam &

Efendi (2008), artinya pola makan merupakan respon dari pengetahuan yang

dimiliki oleh individu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Istiningtyas (2010) yang menyatakan bahwa sikap pola makan dipengaruhi

oleh pengetahuan, meskipun peningkatan pengetahuan saja tidak dapat

mengubah sikap seseorang dalam jangka waktu pendek. Dalam teori Health

Belief Model menekankan pada peranan persepsi seseorang terhadap

kerentanan suatu penyakit dan keefektifan potensial dalam pengobatan

(Bensley, 2008). Salah satu upaya untuk mengubah persepsi individu adalah

memberikan informasi, sehingga pengetahuannya tentang nutrisi bagi ibu

laktasi baik. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan


78

individu tentang nutrisi ibu laktasi yang diberikan pendidikan kesehatan. Oleh

sebab itu, perlu adanya pendidikan kesehatan yang efektif untuk meningkatka

pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi.

Persepsi kerentanan (perceived susceptibility) terhadap suatu penyakit

akan mempengaruhi tindakan pencegahan dari individu, artinya risiko

penyakit yang akan muncul dapat mendorong individu agar bertindak untuk

mencegah penyakit tersebut (Bensley, 2008). Hal ini didukung yang

dilakukan oleh Khosidah & Purwanti (2014) yang berjudul Persepsi ibu

rumah tangga tentang VCT terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS

menyatakan bahwa ada pengaruh secara bersama-sama variabel persepsi

kerentanan HIV/AIDS dan variabel faktor pencetus terhadap perilaku VCT.

Oleh sebab itu, perlu diberikan informasi tentang dampak yang mungkin

ditimbulkan jika tidak melakukan Dalam Penelitian ini, informasi tentang

persepsi kerentanan disampaikan melalui pernyataan kuesioner poin ke 21

dan 22, bahwa ibu dengan asupan nutrisi kurang, akan berdampak pada

kesehatan bayi. Selain itu, tumbuh kembang bayi dapat tetap atau menurun

karena kebutuhan ASI-nya tidak cukup.

Persepsi keseriusan (perceived seriousness), yaitu apabila risiko yang

muncul benar terjadi maka akan menerima konsekuensi yang berat, seperti

kebutuhan bayi dan ibu tidak terpenuhi secara maksimal (Edberg, 2009).

Kombinasi persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan akan menimbulkan

persepsi ancaman, maka seseorang akan merubah perilakunya berdasarkan

persepsi ancaman dari risiko yang akan ditimbulkan (Glanz, 2008). Maka
79

perlu diteliti mengenai hubungan persepsi dengan perilaku pola makan yang

seimbang bagi ibu menyusui.

Persepsi tentang manfaat juga berpengaruh terhadap perilaku

pencegahan suatu penyakit (Glanz, 2008). Seseorang akan terdorong

melakukan tindakan pencegahan karena merasa bahwa tindakan tersebut

bermanfaat untuk menghindari risiko yang akan muncul (Ningsih et al.,

2013). Persepsi positif ini sangat berperan penting pada perilaku seseorang

dalam mengambil suatu keputusan kesehatan atas dirinya ataupun

lingkungannya. Jika manfaat yang didapat semakin besar maka individu akan

cenderung melakukan tindakan pencegahan tersebut. Sebaliknya, jika

manfaat yang akan didapat sedikit maka kemungkinan kecil individu

melakukan tindakan pencegahan tersebut. Hal ini didukung dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Gamelia & Wijayanti (2013) yang

menyatakan bahwa persepsi manfaat dari suatu tindakan pencegahan malaria

merupakan variabel yang berpengaruh paling kuat dengan signifikansi < 0.05.

Variabel persepsi tentang manfaat berpengaruh 2,94 kali lebih besar untuk

mendorong seseorang melakukan tindakan pencegahan.

Dalam penelitian ini, responden diberikan informasi tentang manfaat

asupan nutrisi ibu yang cukup melalui pernyataan-pernyataan kuesioner poin

ke 1, 2, 3, dan 16, bahwasannya nutrisi ibu selama menyusui akan diserap

oleh tubuh dan digunakan untuk kebutuhan dirinya dan bayinya, yaitu untuk

melakukan aktivitas, cadangan dalam tubuh, dan memproduksi ASI. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab dengan benar


80

pada pernyataan-pernyataan ini. Jadi, pengetahuan responden baik mengenai

persepsi manfaat nutrisi ibu menyusui.

Persepsi hambatan juga mempengaruhi perilaku individu, artinya

persepsi individu bahwa tidak terlalu banyak konsekuensi negatif bila

mengambil tindakan pencegahan (Edberg, 2009). Namun, hal ini perlu diteliti

kembali apakah tindakan pencegahan dari dampak masalah gizi juga

mempengaruhi perilaku individu untuk mengatur pola makan atau gaya

hidupnya, karena tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Gamelia & Wijayanti (2013) yang menyatakan bahwa persepsi hambatan

tidak mempengaruhi perilaku individu, karena pencegahan yang dilakukan

individu mempertimbangkan biaya dan beban yang ditanggung.

Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan tindakan

pencegahan juga mempengaruhi perilaku individu (Edberg, 2009). Ibu

menyusui memiliki kepercayaan diri bahwa tindakan yang dilakukan ibu

sudah benar, akan tetapi karena pengetahuan yang kurang matang, sehingga

ibu ragu-ragu kemudian tidak mempedulikan asupan nutrisinya. Oleh sebab

itu, adanya peristiwa eksternal yang positif, dukungan keluarga terdekat,

dukungan tenaga kesehatan, dukungan tokoh-tokoh penting, serta media masa

seperti leaflat, booklet, televisi, radio, poster ini penting karena dapat

memotivasi individu untuk melakukan tindakan pencegahan.

Persepsi individu melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari

ancaman yang akan diterima dipengaruhi oleh pengetahuan (Edberg, 2009).

Sehingga pengetahuan bahwa pemenuhan nutrisi yang baik bagi ibu

menyusui akan mendorong ibu untuk mengatur pola makan yang baik. Hal ini
81

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadimin (2010) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

pola makan. Semakin baik pengetahuan ibu maka semakin baik pola

makannya. Dengan pengetahuan yang baik, ibu dapat memberikan kontribusi

yang benar terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi selama ibu menyusui.

Sehingga pantangan-pantangan atau mitos-mitos yang dikenakan pada ibu

dapat diperhatikan. Jangan sampai pantangan tersebut merugikan kondisi ibu

maupun anak.

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan

diantaranya adalah melalui pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Hasil

penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan responden

yang diberikan pendidikan kesehatan baik pada kelompok perlakuan maupun

kelompok kontrol. Rata-rata pengetahuan responden pada kedua kelompok

meningkat yaitu 18.67 menjadi 25.67 pada kelompok intervensi dan 21.73

menjadi 23.93 pada kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rahmawati et al., (2007), Zulaekah, (2012), Keseuntung et al.,

(2015), dan Suraya et al., (2015) dengan judul yang berbeda, menyatakan

bahwa ada peningkatan pengetahuan pada kelompok yang diberikan

pendidikan kesehatan.

Pengetahuan dapat diterima seseorang melaui indera. Paling banyak

pengetahuan disalurkan ke dalam otak melalui indera pandang. Kurang lebih

75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui

indera pandang, 13% melalui indera pendengaran, dan 12% lainnya tersalur
82

melalui indera yang lain (Arsyad. A. dalam Rahmawati, 2007). Maka

peningkatan pengetahuan dengan media audio dan visual sangat signifikan.

Dalam penelitian ini, media yang digunakan untuk pendidikan

kesehatan adalah menggunakan booklet yang disertakan dalam ceramah.

Penyampaian informasi melalui audio sekaligus media visual ini, diharapkan

akan membantu keefektifan pendidikan kesehatan. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Zulaekah, (2012) yang berjudul pendidikan

gizi dengan media booklet terhadap pengetahuan gizi menyatakan pendidikan

gizi dengan media booklet efektif meningkatkan pengetahuan gizi anak SD

yang anemia. Pada penelitian ini juga menggunakan booklet agar masyarakat

yang sebagai obyek memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam

media komunikasi dapat tercapai dengan maksimal. Media booklet lebih

efektif meningkatkan pengetahuan individu. Hal ini didukung dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2007); Apriani & Kumalasari

(2014); Artini et al., (2014); dan Agustin et al., (2014) yang menyatakan

bahwa media booklet lebih efektif meningkatkan pengetahuan responden dari

pada ceramah, leaflat, atau peer group.

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok intervensi

dan kelompok kontrol. Untuk kelompok kontrol diberikan pendidikan

kesehatan melalui ceramah saja, sehingga yang membedakan antara

kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah media booklet. Pada

dasarnya pendidikan kesehatan melalui ceramah juga berpengaruh

meningkatkan pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sarwani et al., (2014) yang menyatakan ada perbedaan


83

pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan ceramah dengan rata-rata skor

pengetahuan 10.82 menjadi 12.18 sebanyak 60.7 % responden. Namun,

dengan pemilihan desain penelitian yang seperti ini diharapkan dapat

diketahui adakah pengaruh booklet atau tidak. Media booklet ini efektif

meningkatkan pengetahuan. Sesuai dengan hasil penelitian Hapsari, (2013)

berjudul efektivitas komunikasi media booklet ―anak alami‖ sebagai media

penyampaian pesan gentle birthing service yang menyatakan bahwa 74 %

dari 100 responden menilai booklet memiliki efektivitas komunikasi sebagai

media penyampai pesan.

Ada perbedaan peningkatan pengetahuan antara kelompok intervensi

dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi nilai rata-rata pengetahuan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet adalah 18.67.

Kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet

pengetahuannya meningkat dengan skor rerata 25.67. Jadi, selisih antara

sebelum dan sesudah adalah 7.0. Sedangkan pada kelompok kontrol nilai

rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tanpa media

booklet adalah 21.73. Kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan

tanpa booklet nilai rata-rata pengetahuannya meningkat menjadi 23.93. Jadi,

selisih antara rerata sebelum dan sesudah adalah 2.2. Dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan pengetahuan responden pada

kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media booklet

dan tidak.

Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok intervensi gambaran

pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 7


84

responden (46.7 %) berpengetahuan baik dan 8 responden (53.3 %)

berpengetahuan kurang baik. Sedangkan gambaran pengetahuan responden

setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 9 responden (60.0 %)

berpengetahuan baik dan 6 responden (40.0 %) berpengetahuan kurang baik.

Adapun pada kelompok kontrol gambaran pengetahuan responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 8 responden (53.3 %)

berpengetahuan baik dan 7 responden (46.7 %) berpengetahuan kurang baik.

Sedangkan gambaran pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan

kesehatan sebanyak 8 responden (53.3 %) berpengetahuan baik dan 7

responden (46.7 %) berpengetahuan kurang baik. Pengetahuan yang kurang

ini mengenai prinsip nutrisi, sumber dan kegunaan nutrisi, dampak

kekurangan gizi, dan ukuran kebutuhan nutrisi bagi ibu menyusui. Banyak

responden yang tidak tepat dalam menjawab pertanyaan tentang hal tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu diberikan pendidikan kesehatan

mengenai hal tersebut.

Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan beda rata-rata nilai pengetahuan

antara pre-test dan post-test pada kelompok intervensi adalah p = 0.0005

(<0.05) dan pada kelompok kontrol adalah p = 0.0125 (<0.05). Nilai ini

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Jika dilihat dari selisih nilai

rata-rata, pada kelompok intervensi selisih peningkatan nilai rata-rata relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan selisih peningkatan nilai rata-rata pada

kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan

dari pendidikan kesehatan yang diberikan menggunakan booklet terhadap

peningkatan pengetahuan.
85

Hasil uji Mann Whitney diperoleh beda rata-rata post-test antara kedua

kelompok adalah p = 0.001 (< 0.05), artinya ada perbedaan yang signifikan

antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Srimiyati (2014) yang menyatakan

Terdapat perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dibandingkan dengan

sesudah dan perbedaannya bermakna secara statistik p<0,005 dan penelitian

yang dilakukan oleh Farudin (2011) dan Yulianti (2013) yang menyatakan

bahwa penggunaan booklet lebih efektif dibandingkan leaflat atau ceramah.

Pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan metode atau media

yang ada, seperti ceramah, diskusi, peer group, demonstrasi, booklet, slide,

dan lain-lain dapat mempengaruhi seseorang, baik pengetahuan, perilaku,

atau sikap sesuai dengan tujuan dari pendidikan kesehatan tersebut. Tetapi,

memilih metode atau media yang paling efektif diperlukan untuk

menyampaikan informasi yang tepat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan

referensi bahwa pemberian informasi melalui booklet yang disertakan dalam

ceramah berpengaruh signifikan meningkatkan pengetahuan. Beberapa

penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih

(2007); Ataupah (2007); Farudin (2011); Zulaekah (2012); Yulianti (2013);

Srimiyati (2014); Agustin (2014); Artini (2014); dan Apriani & Kumalasari

(2014) yang sama-sama menyatakan bahwa pendidikan kesehatan

menggunakan media booklet lebih efektif dari pada media yang lain.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dijadikan acuan bahwa booklet

merupakan media yang paling efektif untuk pendidikan kesehatan.


86

C. Keterbatasan penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang

menjadi kekurangan dalam penelitian ini.

1. Kendala Penelitian

Kendala yang dihadapi selama melakukan penelitian ini adalah peneliti

tidak bisa mengumpulkan responden dalam satu waktu, sehingga

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan data, ada

beberapa responden yang mengundurkan diri, sehingga harus mencari

responden lain, dan tidak ada jadwal kegiatan posyandu di minggu ke

empat, sehingga peneliti harus mendatangi rumah responden karena

untuk mengejar waktu target.

2. Kelemahan penelitian

a. Variabel penelitian ini menggunakan variabel tunggal, sehingga

hasil penelitian terbatas pada pengetahuan saja.

b. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup,

sehingga responden hanya memiliki dua alternatif jawaban benar

dan salah. Oleh karena itu, belum bisa menggambarkan

pengetahuan responden tentang nutrisi ibu menyusui secara

mendalam.
87

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan

dijelaskan pada bab 5 dan 6, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden mayoritas berusia antara 20 – 35 tahun yaitu 13

responden (86.7 %) pada kelompok kontrol dan 11 responden (73.3 %)

pada kelompok intervensi, tingkat pendidikan masih sedikit yang sarjana

yaitu 1 responden (6.7 %) pada kelompok intervensi dan 3 responden

(20.0 %) pada kelompok kontrol, pekerjaan responden mayoritas tidak

bekerja yaitu sebanyak 14 responden (93.3 %) pada kelompok kontrol

dan 10 responden (66.7 %) pada kelompok intervensi, serta mayoritas

rata-rata penghasilan kepala keluarga adalah kurang dari UMR yaitu 11

responden (73.3 %) pada kelompok intervensi. Tetapi berbeda pada

kelompok kontrol, rata-rata penghasilan kepala keluarga adalah lebih dari

UMR yaitu 9 responden (60.0 %)

2. Rata-rata skor pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas

Ciputat Timur saat pre-test pada kelompok perlakuan adalah 18.67

dengan skor terendah 15 dan skor tertinggi 25. Sedangkan pada

kelompok kontrol adalah 21.73 dengan skor terendah 16 dan skor

tertinggi 26.

3. Rata-rata skor skor pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja

puskesmas Ciputat Timur saat post-test pada kelompok perlakuan adalah

25.67 dengan skor terendah 23 dan tertinggi 28. Sedangkan pada


88

kelompok kontrol adalah 23.93 dengan skor terendah 23 dan tertinggi 28.

Artinya kedua kelompok sama-sama meningkat pengetahuannya.

Namun, pada kelompok perlakuan penigkatan pengetahuan lebih tinggi

dibandingkan pada kelompok kontrol.

4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa booklet mempengaruhi skor

pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur

dengan nilai beda rata-rata post-test antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol p= 0.001( <0.05). nilai yang lebih kecil dari alpha ini

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa booklet berpengaruh positif

meningkatkan pengetahuan tentang ntrisi ibu menyusui.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Pengetahuan yang minim dapat menghambat pelaksanaan

program-program kesehatan. Sehingga dibutuhkan program penunjang

sebagai sarana penyampaian informasi kesehatan. Salah satunya adalah

dengan program pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang

disertai booklet. Sesuai dengan penelitian di atas, bahwa metode ini sangat

berpengaruh positif untuk peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan

menjadi salah satu fungsi perawat yaitu sebagai educator (pendidik), maka

perlu memilih metode efektif agar dapat mencapai tujuan yang maksimal.

2. Bagi Masyarakat

Pengetahuan tentang kesehatan sangat penting untuk berperilaku

hidup yang sehat. Maka penting juga mengikuti program pendidikan


89

kesehatan untuk memperoleh informasi. Nutrisi bagi ibu menyusui

merupakan hal penting yang harus diketahui oleh ibu-ibu menyusui agar

dapat menjaga kesehatan dirinya dan dapat memberikan ASI yang terbaik

bagi anaknya.

3. Bagi Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan puskesmas sebagai

penyedia layanan primer dapat menyelenggarakan program pendidikan

kesehatan dengan metode ceramah dan booklet. Adapun booklet yang

digunakan harus memenuhi kriteria yaitu menngunakan kalimat yang

pendek, sederhana, singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal,

penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dan dikemas yang menarik

(Hapsari, 2013). Program ini nantinya akan menunjang peningkatan

pelayanan kesehatan dan pelaksanaan program-program lain yang terkait

seperti program ASI eksklusif, gerakan sadar gizi, dan lain-lain.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Dilakukan penelitian lain tentang hubungan pengetahuan

nutrisi ibu menyusui dengan sikap dan perilaku pola makan

yang seimbang.

b. Dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik responden

terhadap perbedaan pengetahuan nutrisi ibu menyusui.

c. Dilakukan penelitian tentang hubungan persepsi dengan

perilaku pola makan yang seimbang bagi ibu menyusui.

d. Dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pola makan ibu menyusui.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI.

Agustin, Maria et al. (2014). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Media Booklet


Dibandingkan Dengan Audiovisual Terhadap Pengetahuan Orang Tua
Tentang Karies Gigi Pada Anak Usia 5 – 9 Tahun Di Desa Makam Haji.

Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedi

Anonim. 2013. Imunisasi Survei Nasional 2013.

Anonim. 2014. Breastfeeding Report Card United States 2013, National Center
for Chronic Diseases Control and Prevention and Health promotion. Diakses
3-12-2014 15:15.

Apriani, Arista dan Mei Lina Fitri Kumalasari. 2014. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Deteksi Dini Kanker Payudara Pada WUS Di Surakarta Jawa Tengah.

Arifin, Siregar. 2006. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhinya. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta.

Artini, Friza Rahmi et al. 2014. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Menggunakan Media Leaflat Dengan Booklet Terhadap Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Tentang Chikungunya Di Desa Trangsan Gatak
Sukoharjo. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Asiah, Siti et al. 2010. Pengaruh edukasi kelompok sebaya terhadap perubahan
perilaku pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur di kota
semarang. http://jurnal.unimus.ac.id.

Ataupah, Yanti M. 2007. Pengaruh Health Education Tentang Fluor Albus


Menggunakan Media Booklet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Putri Di Smpn 4 Kupang NTT. Skripsi (S1) Keperawatan
Universitas Airlangga.

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Becker, M. H., Drachman, R. H., & Kirsht, J. P. 1974. A new approach to


explaining sick-role behavior in low-income populations. American Journal
of Public Health, 64(3), 205–216.
Behrman, E Richard (Editor). 2007. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Jakarta:
EGC.

Bensley, Robert J. 2008. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


EGC.

Brown, Judith E. 2011. Nutrition Through the Life Cycle International Edition.
Canada: Wadsworth Cengage Learning.

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.

Dirckx, John H (Editor). 2004. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi
Kesehatan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Endres, Jeannette Brakhane. 2004. Food, Nutrition, and The Young Child Fifth
Edition. New Jersey: PEARSON Merril Prentice Hall.

Farudin, Ahmad. 2011. Perbedaan Efek Konseling Gizi Dengan Media Leaflet
Dan Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan, Asupan Energi Dan Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.
Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Fitri Wahyuna dan Zainal Abidin. 2013. Gambaran Sosial budaya Dengan Pola
Makan Ibu Menyusui Di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya
Kabupaten Pide Jaya Tahun 2013 (Jurnal). Jurnal Karya Tulis Ilmiah
diakses 5-12-2014 20:23.

Forthofer, Ronald N. 2007. Biostatistics A Guide to Design, Analysis, and


Dizcovery Second Edition. USA: Elsevier.

Gamelia, Elviera dan Siwi Pramatama Mars Wijayanti. 2013. Persepsi, Peluang
Aksi, dan Informasi serta Perilaku Pencegahan Malaria. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 8, Maret 2013.

Hapsari, Cindy Melinda. 2013. Efektivitas Komunikasi Media Booklet “Anak


Alami” Sebagai Media Penyampai Pesan Gentle Birthing Service. Jurnal E-
Komunikasi, vol I. No.3 Tahun 2013. Hal.273

Haroon, Sarah et al. 2013. Breastfeeding Promotion Interventions and


Breastfeeding Practices : A systematic review. Bio Medical Center Public
Health.
Hayati, Aslis Wirda. 2009. Gizi Bayi: Buku Saku. Jakarta: EGC

Imron, mochammad & Amrul Munif. 2010. Metodologi Penelitian Bidang


Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Istiningtyas, Aina. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Gaya
Hidup Sehat Dengan Perilaku Gaya Hidup Sehat Mahasiswa Di PSIK Undip
Semarang. Jurnal Kesmadaska. Vol. 1 No. 1 Juli 2010.

Johnson, Ruth. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC.

Judith, E Brown. 2011. Nutrition Through The Life Cycle Fifth Edition.

Kaseuntung, Christiana et al. 2015. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap


Pengetahuan Wanita Usia Subur dalam Pemilihan Kontrasepsi di Desa
Kalama Darat Kecamatan Tamako Kepulauan Sangihe. Ejournal
Keperawatan (eKp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi


dalam Rangka Percepatan 1000 Hari Pertama Kehidupan.

Khair, Sabi’ah. 2012. Pengambilan Keputusan Pemenuhan Kebutuhan Ibu Hamil


Anemia Di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB
(Tesis). Tesis Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.

Khosidah, Amik dan Sugi Purwanti. 2014. Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang
Volluntary Councelling And Testing (VCT) Terhadap Perilaku Pencegahan
HIV/AIDS. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5, No. 2 Edisi Desember 2014,
hal. 67-78.

Kurniasih, Dedeh,dkk. (2010). Sehat danBugar Berkat Gizi Seimmbang. Jakarta:


Gramedia

Lamers, Y. 2011. Folate recommendations for pregnancy, lactation, and infancy.


Annals of Nutrition & Metabolism. The British Journal of Nutrition Vol
59(1), 32-7.

Lapau, Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan


Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: YPOI.

Maga, Irmaya et al. 2013. Faktor Determinan Produksi ASI pada Ibu Menyusui di
Puskesmas Talaga Jaya kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Jurnal
Kebidanan Politeknik Gorontalo.
Mahfoedz, Ircham & Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Promosi
Kesehatan Cetakan ke-5. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.

Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Mico, Paul R & Helen S Ross. 1975. Health Education and Behavioral Sciences.
California: Third Party Associates, Inc.

Mintarsih P, Wiwin. 2007. Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet Dan


Poster Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang
Kesehatan Reproduksi Di Kabupaten Tasikmalaya. Tesis Universitas
Gadjah Mada.

Molinari, C. E., Casadio, Y. S., Hartmann, B. T., Arthur, P. G., & Hartmann, P. E.
2013. Longitudinal analysis of protein glycosylation and beta]-casein
phosphorylation in term and preterm human milk during the first 2 months
of lactation. The British Journal of Nutrition, Vol. 110(1), 105-15.

Mubarak, Wahit Iqbal et al. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nadimin, et. al. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Ibu
Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Moncobalang Kabupaten Gowa.
Media Gizi Pangan.Vol. IX, Edisi 1, Januari-Juni 2010.

Nasir, Narila .M. 2013. Gizi Maternal. Banten: UIN Jakarta Press.

Ningsih, Haryati, et al. 2013. Perilaku Ibu Terhadap Pencegahan Dan Pengobatan
Anak Balita Penderita Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawa
Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo.

Noorkasiani. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta:


Rineka Cipta.

__________, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka


Cipta.

__________, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Novrianda, Dwi et al. 2015. Perbandingan Efektivitas Pendidikan Kesehatan


Terhadap Pengetahuan Dan Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA Di
Puskesmas Padang Pasir Dan Pauh. Jurnal Sains Farmasi Dan Klinis (E-
ISSN : 2442-5435) Vol. 01. No. 02 Ei 2015.

Nurbaeti, Irma & Kustati Budi Lestari. 2013. Efektivitas Comprehensive


Breastfeeding Education Terhadap keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu
(ASI) pada Periode Postpartum. Jurnal Keperawatan Universitas
Padjajaran Vol. 1(2) Agustus 2013.

Nursalam & Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Paramita, Siska. 2011. Faktor yang Berhubungan Dengan Praktek Inisiasi


Menyusui Dini Pada Ibu Dengan Batita Di Puskesmas Bukit Duri (Jurnal).
Jurnal Universitas Pembangunan Nasional. 32 (2000-2010).

Peraturan Kementerian Kesehatan. 2014. Pedoman Gizi Seimbang.

Permatasari, Cicilia. 2013. Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui.


https://www.academia.edu/8355976/Gizi_seimbang_bagi_ibu_menyusui-
lengkap diakses 15-12-2014 12:22.

Perpustakaan Nasional RI. 2009. Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an (Tafsir


Al-Qur’an Tematik). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.

Portal Nasional Republik Indonesia. 86 % Bayi di Indonesia tidak diberi ASI


eksklusif, 2008 diakses 22-10-2014 01:17.

Proverawati, A. Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi dan Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Purwanti, Hubertin Sri. 2007. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku untuk
Bidan. Jakarta: EGC.

Puspitasari, Linda et al. 2015. Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan


Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Upaya Menangani Balita Gizi Kurang di
Desa Mancasan Sukoharjo.

Rahayu, Oky Herdyan dan Maspiyah. 2014. Pengaruh Penyuluhan Menggunakan


Media Booklet Terhadap Peningkatan Perilaku Mahasiswi UNESA Tentang
Kosmetik Ilegal Pemutih Wajah. e- Journal. Vol. 03 (1), 246-250. diakses
14-11-2014.
Rahmawati, Ira et al. 2007. Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audio Visual
Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Balita Gizi
Kurang Dan Buruk Di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan
Tengah. Jurnal Gizi linik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Nopember 2007:
69-77.
Rahmawati, Nuris Zuraida dan Binar Panunggal. 2014. Hubungan pengetahuan
dan sikap ibu dengan perilaku pemberian makanan anak usia 12 – 24 bulan.
Journal of nutrition vol. 3, no. 1 (2014).

Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Roberts, Bonnie Worthington (Editor). 2008. Nutrition Throughout The Life


Cycle. McGraw Hill.

Sariati, Murni. 2013. Dampak Kualitas Makanan Ibu Menyusui Terhadap


Kualitas ASI.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Ed. 6. Jakarta:
EGC.

Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Srimiyati. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet


Terhadap Pengetahuan Dan Gejala Kecemasan Wanita Premenopause.
Jurnal Universitas Gadjah Mada.

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suraya, Huda Nuri, Ilhami Romus, dan Suyanto. 2015. Pengaruh Penyuluhan
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu PKK Tentang Pemeriksaan Payudara
Sendiri. JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015.

Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0 – 12 Bulan. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Suwanti, Endang dan Sri Wahyuni. 2012. Karakteristik Ibu Kaitannya


Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu. Jurnal terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2,
November 2012. Hal. 1-94.
Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.

Toni, F., Grigoletto, L., Rapp, C. J., Socha, M. T., & Tomlinson, D. J. 2007.
Effect of replacing dietary inorganic forms of zinc, manganese, and copper
with complexed sources on lactation and reproductive performance of dairy
cows. Professional Animal Scientist, 23(4), 409-416.

Umar, Husein. 2011. Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: Rajawali Pers.

Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Weller, Barbara F. 2005. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC.

Whitney, Ellie & Sharon Rady Rolfes. 2005. Understanding Nutrition Tenth
Edition. USA: Thomson Wadsworth.

Widiastuti, Rahayu et al. 2012. Kamus Keperawatan. Jakarta: Prestasi


Pustakaraya.

Wulansari, Melati Artika. 2009. Hubungan Antara pengetahuan Gizi Dengan


Status Gizi Ibu Menyusui Di Posyandu Desa Gawanan Colomadu
Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah.

Yin, J., Quinn, S., Dwyer, T., Ponsonby, A. -., & Jones, G. 2012. Maternal diet,
breastfeeding and adolescent body composition: A 16-year prospective
study. European Journal of Clinical Nutrition, 66(12), 1329-34.

Yulianti, Indah. 2013. Booklet Untuk Meningkatkan Pengetahuan


Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Demam Berdarah Dengue (Dbd)
Di Desa Plumbungan Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen.
Jurnal Keperawatan Vol.2(2).

Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI- Makanan Terbaik Untuk Kesehatan,


Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: ANDI.

Yuliawati, Andria. 2013. Korelasi antara asupan nutrisi dengan produksi asi di
desa Nogosari kec. Rowokangkung kab. Lumajang. Jurnal Kebidanan
Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto.

Zulaekah, Siti. 2012. Pendidikan Gizi Dengan Media Booklet Terhadap


Pengetahuan Gizi. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7 (2)(2012)127-133 atau
bisa diakses melalui http://journal.unnes.ac.id/index.php/kesmas
No. Responden :.........................

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Malikatul Ma’munah (1111104000058) adalah mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet

Terhadap Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur”.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di

Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Untuk keperluan tersebut saya harapkan kesediaan ibu untuk menjadi responden

dalam penelitian ini. Selanjutnya jika ibu bersedia saya mohon untuk mengisi kuesioner

yang telah saya sediakan dengan jujur dan apa adanya. Semua informasi yang ibu berikan

akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika ibu bersedia,

silakan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Ciputat, April 2015

Peneliti Nama responden

Malikatul Ma’munah (............................................................)


Kode :...........................

Kuesioner Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap


Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi

No. Responden ( )

A. Kuesioner Data Demografi


Alamat Lengkap :............................................................................................
Usia : .............................................................................................
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun

Agama : Islam Hindu


Katolik Budha
Protestan

Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah SMA/ Sederajat


SD/Sederajat Perguruan Tinggi
SMP/Sederajat

Pekerjaan : Tidak bekerja Wiraswasta


Guru/ Pendidik Lainnya (...............................)
Petani/ Nelayan

Penghasilan kepala keluarga tiap bulan :


< 2,71 juta/bulan > 2,71 juta/bulan
B. Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda (V) pada kolom berikut.

No Pernyataan Benar Salah


Nutrisi merupakan makanan atau cairan yang diperoleh
1.
untuk diserap tubuh.
Nutrisi ibu menyusui dibutuhkan untuk mencukupi
2. kebutuhan dirinya dan bayinya, dan untuk menghasilkan air
susu untuk kebutuhan bayinya.
Nutrisi pada ibu menyusui digunakan untuk melakukan
3. aktivitas, cadangan dalam tubuh, dan proses memproduksi
ASI dengan komposisi yang seimbang.
Jumlah asupan nutrisi ibu menyusui dapat mempengaruhi
4.
jumlah ASI yang dihasilkan.
Pantangan makan makanan tertentu pada ibu menyusui
5. dapat mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI yang
dihasilkan.
Ibu menyusui memerlukan jumlah makanan yang lebih
6.
banyak dari pada ibu tidak menyusui.
Ibu menyusui tidak perlu terlalu ketat dalam mengatur
7.
makanan yang dikonsumsi.
Sumber nutrisi berasal dari karbohidrat, protein, lemak, dan
8.
vitamin.
9. Karbohidrat merupakan sumber energi bagi tubuh
Makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi,
10
jagung, roti, dan gandum.
11. Protein merupakan sumber zat pembangun bagi tubuh.
Makanan sumber protein adalah tahu, tempe, telur, daging,
12.
dan kacang-kacangan.
13. Pepaya, pisang, dan singkong termasuk sumber protein
14. Protein terdiri dari protein nabati dan protein hewani.
15. Zat pengatur bagi tubuh berasal dari vitamin.
16. Vitamin berguna untuk melindungi tubuh dari infeksi.
Sumber vitamin berasal dari sayuran dan buah-buahan
17.
segar.
Makanan yang mengandung vitamin A adalah kacang
18.
kedelai, buncis, ikan salmon, dan jus wortel.
Vitamin C dibutuhkan untuk daya tahan tubuh terhadap
19.
infeksi.
Sebaiknya ibu menyusui minum air putih ditambah 3 gelas
20.
perhari dari biasanya.
Meskipun asupan nutrisi ibu kurang, tidak akan berdampak
21.
pada kesehatan bayi/anak.
Jika ASI untuk bayi tidak cukup, maka tumbuh kembang
22.
bayi dapat menurun atau tetap.

C. Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda anggap tepat.


1. Sebaiknya ibu yang menyusui mengkonsumsi sayur perharinya sebanyak...
a. 2 porsi
b. 3 porsi
c. 4 porsi
2. Sebaiknya ibu yang menyusui mengkonsumsi nasi perharinya sebanyak...
a. 2 porsi
b. 4 porsi
c. 6 porsi
3. Sebaiknya ibu yang menyusui minum air dalam sehari sebanyak...
a. + 3 gelas
b. + 5 gelas
c. + 7 gelas
4. Sebaiknya ibu mengkonsumsi buah-buahan perharinya sebanyak...
a. 1 porsi
b. 2 porsi
c. 3 porsi
5. Dibawah ini makanan mengandung karbohidrat..
a. Nasi, jagung, biskuit
b. Ayam, ikan, singkong
c. Nasi, tempe, tahu
6. Dibawah ini makanan mengandung protein...
a. Putih telor ayam, cumi-cumi, ikan mas
b. Jagung, tomat, singkong
c. Daging, terong, nanas
No Subjek
NamaUsia
Subjek
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 C1 C2 C3 C4 C5 C6 total
1A 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 21
2B 2 1 4 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 20
3C 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 19
4D 2 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 21
5E 2 1 5 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 9
6F 2 1 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 21
7G 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 20
8H 3 1 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 17
9I 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 20
10 J 2 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 21
11 K 2 1 5 5 2 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 19
12 L 2 1 3 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 20
13 M 2 1 3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 17
14 N 2 1 5 4 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 17
15 O 3 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 19
16 P 2 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 19
17 Q 2 1 4 1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 19
18 R 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 20
19 S 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 20
20 T 2 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 17
21 U 2 1 5 1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20
22 V 2 1 3 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 20
23 W 2 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 20
24 X 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 19
25 Y 2 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 20
26 Z 2 1 3 4 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 18
27 AA 2 1 5 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 20
28 AB 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 21
29 AC 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 22
30 AD 3 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 20

total 30 30 29 30 21 26 19 29 30 29 29 29 12 29 26 27 28 27 29 25 18 24 19 4 5 13 23 29 576
P 1 1 1 1 0,7 0,9 0,6 1 1 1 1 1 0,4 1 0,9 0,9 0,9 0,9 1 0,8 0,6 0,8 0,6 0 0,2 0,4 0,8 1
Q 0 0 0 0 0,3 0,1 0,4 0 0 0 0 0 0,6 0 0,1 0,1 0,1 0,1 0 0,2 0,4 0,2 0,4 1 0,8 0,6 0,2 0
PQ 0 0 0 0 0,2 0,1 0,2 0 0 0 0 0 0,2 0 0,1 0,1 0,1 0,1 0 0,1 0,2 0,2 0,2 0 0,1 0,2 0,2 0

k 22
jml PQ 1,92
var 5,226666667
mean 19,2
KR 20 0,662779397
KR 21 0,557823129
LAMPIRAN 5

Rekapitulasi Skor Pengetahuan

Kelompok Kontrol (Pretest) Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi Kelompok Intervensi


(Posttest) (Pretest) (Posttest)
P B % S % B % S % B % S % B % S %
B1 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0
B2 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0
B3 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0
B4 14 93.3 1 6.7 10 86.7 2 13.3 11 73.3 4 26.7 14 93.3 1 6.7
B5 9 60.0 6 40.0 10 66.7 5 33.3 6 40.0 9 60.0 8 53.3 7 46.7
B6 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 00.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0
B7 10 66.7 5 33.3 13 86.7 2 13.3 8 53.3 7 46.7 12 80.0 3 20.0
B8 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3 14 93.3 1 6.7
B9 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 11 73.3 4 26.7 15 100.0 0 00.0
B10 14 93.3 1 6.7 15 100.0 0 00.0 10 66.7 5 33.3 15 100.0 0 00.0
B11 11 73.3 4 26.7 15 100.0 0 00.0 7 46.7 8 53.3 13 86.7 2 13.3
B12 13 86.7 2 13.3 12 93.3 1 6.7 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0
B13 8 53.3 7 46.7 8 60.0 6 40.0 9 60.0 6 40.0 11 73.3 4 26.7
B14 14 93.3 1 6.7 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0
B15 11 73.3 4 26.7 15 100.0 0 00.0 10 66.7 5 33.3 14 93.3 1 6.7
B16 14 93.3 1 6.7 14 93.3 1 6.7 11 73.3 4 26.7 14 93.3 1 6.7
B17 14 93.3 1 6.7 14 93.3 1 6.7 13 86.7 2 13.3 14 93.3 1 6.7
B18 14 93.3 1 6.7 12 93.3 1 6.7 10 66.7 5 33.3 15 100.0 0 00.0
B19 12 80.0 3 20.0 15 100.0 0 00.0 9 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0
B20 14 93.3 1 6.7 14 93.3 1 6.7 9 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0
B21 9 60.0 6 40.0 7 46.7 8 53.3 10 66.7 5 33.3 11 73.3 4 26.7
B22 13 86.7 2 13.3 14 93.3 1 6.7 11 73.3 4 26.7 13 86.7 2 13.3
C1 11 73.3 4 26.7 14 93.3 1 6.7 9 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0
C2 11 6.7 14 93.3 8 53.3 7 46.7 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3
C3 05 33.3 10 66.7 7 46.7 8 53.3 4 26.7 11 73.3 12 80.0 3 20.0
C4 2 13.3 13 86.7 7 46.7 8 53.3 1 6.7 14 93.3 12 80.0 3 20.0
C5 10 66.7 5 33.3 15 100.0 0 00.0 9 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0
C6 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0

TABEL RATA-RATA PENGETAHUAN RESPONDEN

Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata Median Std. Deviasi


Rata-rata pengetahuan sebelum pada
16 26 21.73 22.00 3.283
kelompok kontrol
Rata-rata pengetahuan sesudah pada
23 26 23.93 24.00 1.163
kelompok kontrol
Rata-rata pengetahuan sebelum pada
15 25 18.67 18.00 2.870
kelompok Intervensi
Rata-rata pengetahuan sesudah pada
23 28 25.67 26.00 1.496
kelompok Intervensi
LAMPIRAN 6

Analisis Univariat
FREQUENCIES

<Rata-rata nilai pengetahuan ibu menyusui>

Frequency Table

<Rata-rata nilai pengetahuan ibu menyusui pre-test>

Frequency Table

<Rata-rata nilai pengetahuan ibu menyusui post-test>


<NILAI PENGETAHUAN RESPONDEN>

<UJI HOMOGENITAS DATA>


<UJI NORMALITAS>
LAMPIRAN 7

Analisis Bivariat

<UJI WILCOXON KELOMPOK KONTROL>

<UJI WILCOXON KELOMPOK INTERVENSI>


<UJI MANN WHITNEY PRE-TEST PADA KEDUA KELOMPOK>

<UJI MANN WHITNEY POST-TEST PADA KEDUA KELOMPOK>

Potrebbero piacerti anche