Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
14 (1)
ISSN 1907-1760
The Sustainability Status of Integrated Livestock Area in Lima Puluh Kota - West Sumatra
Suyitman1, S.H. Sutjahjo2, dan A. Djulardi1
1
Fakultas Peternakan Universitas Andalas
Kampus Limau Manis Padang, 25163
2
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor
e-mail: suyitman_psl@yahoo.co.id
(Diterima: 12 Juli 2011; Disetujui: 1 Desember 2011)
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the sustainability status by measuring sustainability index of
Kabupaten Lima Puluh Kota area in five dimensions of sustainability. The research methods was
Multidimensional Scaling (MDS) that called Rap-BANGKAPET. Rap-BANGKAPET supported with
Leverage and Monte Carlo analysis to determine attributes that affects the index and status of
sustainability. Sustainability analysis resulted ecological dimension was less sustained (46.50%),
economical dimension was sustained (69.53%), social and cultural dimension was sustained enough
(55.14%), infrastructure and technology dimension was less sustained (45.48%), legal and institutional
dimension less sustained (47.46%). From 73 attributes which analysed, only 24 attributes will need to settle
immediately because could affects sustainability index sensitively, proven with minimum error at 95%
confidence level. Prospective analysis is needed to build scenarios to increase sustainability index and
sustainability status in future. There is progressive-optimistic scenarios with overall improvement at
sensitive attributes could increase sustainability status of area.
Keywords: Sustainability status ecological, social and cultural, infrastructure and technology, legal and
institutional dimension, Kabupaten Lima Puluh Kota Region
318 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)
Vol. 14 (1)
unggulan dan dikenal sebagai lumbung ternak Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas
sapi potong di Sumbar (BPS, 2011). pertimbangan Kabupaten Lima Puluh Kota
Di Kabupaten Lima Puluh Kota Suma- mempunyai potensi yang memungkinkan
tera Barat peternakan sapi potong mempunyai untuk pengembangan kawasan berbasis peter-
potensi yang sangat baik untuk dikembangkan nakan sapi potong terpadu dan didukung
dan telah ditetapkan sebagai komoditas ung- dengan sarana dan prasarana umum yang
gulan daerah. Kebijakan ini sangat direspon memadai. Penetapan lokasi penelitian dipilih
oleh masyarakat berdasarkan 6 (enam) fakta di secara sengaja (purposive sampling) sebanyak
lapangan. Pertama, permintaan pasar ter- 3 (tiga) kecamatan, yaitu: Kecamatan Luhak,
hadap komoditas peternakan sapi potong Situjuah Limo Nagari, dan Lareh Sago
cukup tinggi. Kedua, potensi lahan yang Halaban - Kabupaten Lima Puluh Kota
tersedia dan ketersediaan sumber pakan sangat Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilak-
mendukung untuk pengembangan usaha peter- sanakan mulai Bulan Juli sampai Desember
nakan sapi potong. Ketiga, kesesuaian kondisi 2011. Lokasi penelitian dapat dilihat pada
agroklimat. Keempat, budaya masyarakat dan Gambar 1.
tenaga kerja yang terdapat di daerah ini cukup
mendukung pengembangan usaha peternakan Jenis dan Sumber Data
sapi potong. Kelima, dukungan pemerintah
daerah terhadap sektor peternakan sapi potong Jenis data yang diperlukan dalam
cukup baik. Keenam, pasar produk peter- analisis keberlanjutan pengembangan kawasan
nakan memberikan peluang pasar yang sangat berbasis peternakan sapi potong terpadu
baik. Selain produk peternakan untuk men- adalah data primer berupa atribut-atribut yang
cukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten terkait dengan lima dimensi keberlanjutan
Lima Puluh Kota, juga untuk melayani per- pembangunan, yaitu: dimensi ekologi, eko-
mintaan dari kota-kota lain. Hal ini ditun- nomi, sosial, teknologi/infrastruktur, serta
jukkan oleh banyaknya ternak sapi potong hukum/kelembagaan. Data primer dapat ber-
yang dipotong serta ternak yang keluar setiap sumber dari para responden dan pakar yang
tahunnya (BPS, 2011). terpilih, serta hasil pengamatan langsung di
Penelitian ini bertujuan untuk menge- lokasi penelitian.
tahui status keberlanjutan wilayah berbasis Teknik penentuan responden dalam
peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten rangka menggali informasi dan pengeta-
Lima Puluh Kota dari lima dimensi keber- huannya ditentukan/dipilih secara sengaja
lanjutan yaitu: dimensi ekologi, dimensi (purposive sampling) dari aspek jumlah ternak
ekonomi, dimensi sosial dan budaya, dimensi yang dimiliki. Pemilihan responden dise-
infrastruktur dan teknologi, serta dimensi suaikan dengan kondisi lingkungan dan
hukum dan kelembagaan. Dengan mengetahui jumlah responden yang akan diambil yaitu
status keberlanjutan wilayah dari lima dimen- responden yang dapat dianggap mewakili dan
si, akan memudahkan dalam melakukan memahami permasalahan yang diteliti.
perbaikan-perbaikan terhadap atribut-atribut Penentuan responden dilakukan dua cara:
yang sensitif berpengaruh terhadap pening-
katan status keberlanjutan wilayah terutama Pertama, responden dari peternak untuk
pada dimensi keberlanjutan dengan status survei sosial ekonomi di lokasi penelitian
yang lebih rendah guna mendukung pengem- dilakukan dengan menggunakan metode
bangan kawasan. purposive random sampling. Data sosial eko-
nomi tersebut digunakan untuk analisis
METODE perilaku peternak dan menentukan status serta
indeks tingkat perkembangan kawasan ber-
Tempat dan Waktu Penelitian basis peternakan sapi potong. Jumlah res-
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten ponden (n) dapat ditentukan dengan meng-
Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.) 319
Vol. 14 (1)
gunakan rumus sebagai berikut: (Kavanagh, sapi), peternak skala usaha sedang (4-10 ekor
2001). sapi), dan peternak skala usaha besar (> 10
N ekor) sapi.
n = ----------------
1 + Ne2 Kedua, responden dari kalangan pakar.
Responden pakar sebanyak 15 (lima belas)
Keterangan: orang dipilih secara sengaja (purposive samp-
n = Jumlah responden. ling). Responden yang terpilih memiliki
N = Jumlah populasi (kepala keluarga kepakaran sesuai dengan bidang yang dikaji.
peternak). Syarat-syarat responden pakar antara lain: (a)
e = Galat yang dapat diterima (10 %). Mempunyai pengalaman yang kompeten se-
Responden sebanyak 150 (seratus lima suai bidang yang dikaji. (b) Memiliki reputasi,
puluh) orang diambil dari 3 (lima) kecamatan kedudukan/jabatan dalam kompetensinya de-
yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota, ngan bidang yang dikaji dan telah menun-
yaitu: Kecamatan Luhak, Situjuah Limo jukkan kredibilitasnya sebagai ahli atau pakar
Nagari, dan Lareh Sago Halaban - Kabupaten pada bidang yang diteliti. (c) Mempunyai
Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. komitmen terhadap permasalahan yang dikaji.
Penentuan responden ditentukan secara acak (d) Bersifat netral dan bersedia menerima
untuk masing-masing kecamatan. Responden pendapat responden lain. (e) Memiliki kredi-
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) skala usaha, bilitas yang tinggi dan bersedia dimintai
yaitu: peternak skala usaha kecil (1-3 ekor pendapat.
Gambar 1. Lokasi penelitian wilayah berbasis peternakan sapi potong terpadu di Kecamatan
Luhak, Situjuah Limo Nagari, dan Lareh Sago Halaban - Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi
Sumatera Barat
320 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)
Vol. 14 (1)
Tabel 2. Kategori status keberlanjutan pengembangan kawasan berdasarkan nilai indeks hasil
analisis Rap-BANGKAPET
Buruk Baik
0% 50% 100%
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.) 321
Vol. 14 (1)
Dimensi Ekologi
322 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)
Vol. 14 (1)
penelitian. Data sekunder seperti data pro- studi yang terdiri atas berbagai pakar dan
duksi peternakan, komoditas unggulan, jumlah stakeholder yang terkait dengan topik pene-
penduduk, kegiatan utama masyarakat di litian ini.
sektor peternakan, aksesibilitas kawasan ke
kawasan/daerah lainnya, kedekatan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
pasar, kelengkapan sarana dan prasarana
pendukung, potensi lahan untuk mendukung Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis
pengembangan kawasan, dan perolehan Peternakan Sapi Potong Terpadu di
PDRB, fasilitas pendidikan latihan dan Kabupaten Kabupaten Lima Puluh Kota
penyuluhan, fasilitas kesehatan hewan dan IB,
fasilitas ibadah, fasilitas olah raga, fasilitas Dalam penelitian pengembangan
keamanan, fasilitas ekonomi seperti keter- kawasan berbasis peternakan sapi potong
sediaan pasar dan koperasi unit desa (KUD). terpadu di wilayah Kabupaten Lima Puluh
Data sekunder ini diperoleh dari instansi- Kota, penentuan indeks keberlanjutan kawa-
instansi terkait di Kabupaten Lima Puluh san ditetapkan pada lima dimensi keber-
Kota, seperti: Bappekab, Dinas Peternakan, lanjutan, yaitu: dimensi ekologi, ekonomi,
Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), sosial dan budaya, infrastruktur/ teknologi,
Kecamatan dan Desa dalam wilayah Keca- serta hukum/kelembagaan dengan atribut dan
matan Luhak, Situjuah Limo Nagari, dan nilai skoring hasil pendapat pakar. Berda-
Lareh Sago Halaban - Kabupaten Lima Puluh sarkan hasil analisis dengan menggunakan
Kota Provinsi Sumatera Barat. Rap-BANGKAPET (MDS) diperoleh nilai
indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi:
Metode Pengumpulan Data 46,50 % (status kurang berkelanjutan),
dimensi hukum/kelembagaan: 47,46 % (status
Metode pengumpulan data dalam anali- kurang berkelanjutan), dimensi infrastruktur/
sis keberlanjutan pengembangan kawasan teknologi: 45,48% (status kurang berkelan-
berbasis peternakan sapi potong terpadu di jutan), dimensi sosial budaya: 55,14 % (status
Kabupaten Lima Puluh Kota dilakukan me- cukup berkelanjutan), dan dimensi ekonomi:
lalui wawancara, diskusi, kuisioner, dan 69,53 % (status cukup berkelanjutan).
survey lapangan dengan responden di wilayah
60
40
Dimensi Kelembagaan (47,46 %) Dimensi Ekonomi (69,53 %)
20
Gambar 4. Diagram layang (kite diagram) nilai indeks keberlanjutan wilayah berbasis peternakan
sapi potong terpadu diKabupaten Kabupaten Lima Puluh Kota
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.) 323
Vol. 14 (1)
Agar nilai indeks ini di masa yang akan Skenario Strategi Pengembangan Wilayah
datang dapat terus meningkat sampai men- untuk Pengembangan Kawasan Berbasis
capai status berkelanjutan, perlu perbaikan- Peternakan Sapi Potong Terpadu yang
perbaikan terhadap atribut yang sensitif Berkelanjutan di Kabupaten Kabupaten
berpengaruh terhadap nilai indeks dimensi Lima Puluh Kota
ekologi, infrastruktur/teknologi, dan hukum/
kelembagaan pada atribut-atribut yang dinilai Strategi pengembangan wilayah Kabu-
oleh para pakar didasarkan pada kondisi paten Lima Puluh Kota untuk pengembangan
existing wilayah. Adapun nilai indeks lima kawasan berkelanjutan berbasis peternakan
dimensi keberlanjutan hasil analisis Rap- sapipotong terpadu dilakukan menggunakan
BANGKAPET seperti pada Gambar 4. analisis prospektif yang bertujuan untuk
324 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)
Vol. 14 (1)
memprediksi kemungkinan yang akan terjadi faktor kunci/penentu yang mempunyai penga-
di masa yang akan datang sesuai dengan ruh kuat dan ketergantungan antar faktor tidak
tujuan yang ingin dicapai. terlalu kuat, yaitu: (1) Ketersediaan agro-
Berdasarkan hasil analisis keberlanjutan industri peternakan, (2) Ketersediaan rumah
(MDS) diperoleh 24 (dua puluh empat) faktor potong hewan (RPH), (3) Jumlah penduduk
atau atribut yang sensitif (Gambar 5, 6, 7, 8, yang bekerja di bidang agroindustri
dan 9) dari 73 (tujuh puluh tiga) atribut yang peternakan, (4) Koperasi tani ternak, (5)
diteliti dan selanjutnya diajukan kepada pakar Pasar produk agroindustri peternakan, (6)
untuk dianalisis Prospektif (Tabel 3). Ketersediaan bangunan agroindustri peter-
Berdasarkan hasil analisis tingkat nakan, dan (7) Ketersediaan industri pakan.
kepentingan antar faktor diperoleh 7 (tujuh)
Gambar 5. Peran masing-masing atribut aspek ekologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root
mean square (RMS)
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.) 325
Vol. 14 (1)
Gambar 6. Peran masing-masing atribut aspek ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root
mean square (RMS)
326 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)
Vol. 14 (1)
Gambar 7. Peran masing-masing atribut aspek sosial budaya yang dinyatakan dalam bentuk nilai
root mean square (RMS)
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.) 327
Vol. 14 (1)
Gambar 8. Peran masing-masing atribut aspek teknologi dan infrastruktur yang dinyatakan dalam
bentuk nilai root mean square (RMS)
328 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)
Vol. 14 (1)
Gambar 9. Peran masing-masing atribut aspek hukum dan kelembagaan yang dinyatakan dalam
bentuk nilai root mean square (RMS)
Dengan demikian ketujuh faktor tersebut hewan yang memadai serta industri pakan
perlu dikelola dengan baik dan dibuat ber- ternak. Keberadaan industri hasil ternak ini
bagai keadaan (state) yang mungkin terjadi di juga akan mempengaruhi pasar produk hasil
masa yang akan datang agar terwujud peternakan dan berdampak banyak (multiplier
pengembangan kawasan berkelanjutan ber- effects) terhadap perkembangan kawasan dan
basis peternakan sapi potong terpadu di yang pada akhirnya akan meningkatkan
Kabupaten Lima Puluh Kota untuk men- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
dukung pelaksanaan otonomi daerah. Oleh sebab itu, ketersediaan industri pengo-
Ketersediaan industri pengolahan hasil lahan hasil ternak sangat membantu kawasan
ternak, seperti: industri pengolahan daging ini dalam rangka memajukan pertumbuhan
sapi, industri pengolahan kulit, dan industri kawasan dan meningkatkan PDRB daerah ini.
pupuk organik akan membutuhkan bahan baku Keberadaan industri pengolahan hasil ternak
ternak sapi potong yang cukup banyak, selain juga akan meningkatkan agribisnis komoditas
itu juga akan membutuhkan dan menyerap unggulan lokalita, yang saling mendukung dan
tenaga kerja yang cukup banyak di kawasan menguatkan termasuk industri kecil, peng-
ini, membutuhkan ketersediaan rumah potong olahan hasil, jasa pemasaran dan agrowisata
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.) 329
Vol. 14 (1)
dengan mengoptimalkan manfaat sumberdaya berapa daerah, dan selain itu dapat menyerap
alam, secara efisien dan ekonomis, sehingga tenaga kerja setempat serta memberikan
tidak ada limbah yang terbuang atau yang multiplier effects terhadap wilayah ini,
yang tidak dimanfaatkan untuk kesejahteraan sehingga industri pakan dapat memberikan
masyarakat (usaha pertanian terpadu tanpa sumbangan pendapatan kepada masyarakat
limbah). maupun daerah.
Peternak dalam memberikan pakan Dalam rangka membangun kawasan
pada umumnya sudah menanam rumput berbasis peternakan sapi potong terpadu yang
unggul di sekitar tempat tinggal dan meman- maju, kehadiran koperasi sangat dibutuhkan
faatkan rumput alam yang banyak tumbuh di untuk memudahkan masyarakat mencari sun-
padang penggembalaan, kebun, hutan, serta tikan dana/modal, menampung produk agro-
memanfaatkan limbah pertanian dan limbah industri peternakan dan memasarkannya, serta
agroindustri pertanian yang cukup tersedia di lebih mempermudah dalam pelayanan pem-
wilayah ini. Dalam rangka menjamin keter- biayaan kegiatan ekonomi mikro masyarakat
sediaan pakan dan kecukupan gizi ternak, setempat. Koperasi yang terbentuk sebaiknya
pembangunan industri pakan sangat dibu- merupakan upaya kesadaran dan partisipasi
tuhkan di daerah ini, apalagi ketersediaan dari masyarakat dalam menjalankan program
produk pertanian (jagung) dan limbah per- pengembangan untuk kepentingannya sendiri.
tanian (jerami padi, daun jagung, daun ketela Pada pola ini masyarakatlah yang memiliki
pohon, dan daun kacang tanah) serta limbah inisiatif dan berperan penuh pada kegiatan-
industri pertanian (dedak padi, ampas tahu, kegiatan mereka, sehingga keberhasilannya
ampas kecap, dan tongkol jagung) yang bisa sangat ditentukan dari rasa tanggungjawab
dimanfaatkan untuk pakan ternak cukup dari masyarakat itu sendiri. Langkah awal dari
banyak tersedia. Dengan adanya industri pembentukan koperasi ini harus ada pen-
pakan ternak di wilayah ini, selain untuk dampingan, pengorganisasian, dan pember-
memenuhi kebutuhan pakan ternak di daerah dayaan masyarakat (Warner, 2002 dan Moe,
sendiri, selebihnya bisa dipasarkan ke be- 2004).
Gambar 7. Hasil analisis tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem yang
dikaji
330 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)
Vol. 14 (1)
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.) 331
Vol. 14 (1)
Lampiran 1. Atribut-atribut yang dikaji dalam dimensi keberlanjutan wilayah berbasis peternakan
sapi potong terpadu di Kabupaten Lima Puluh Kota
332 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)
Vol. 14 (1)
pakan ternak (rumput raja (2) ada dan cukup; (3) Ada dan cukup luas.
dan rumput gajah).
Kuantitas limbah
2 0 (0) ada banyak; (1) sedikit; (2) tidak ada.
peternakan.
Jarak lokasi usaha (0) di lokasi permukiman; (1) dekat: 50 – 100
peternakan dengan 2 0 m dari permukiman; (2) jauh: >100 m dari
permukiman penduduk. permukiman.
Kejadian kekeringan. (0) sering; (1) kadang-kadang; (2) tidak
2 0
pernah terjadi.
Frekuensi kejadian banjir. (0) sering; (1) kadang-kadang; 2) tidak
2 0
pernah terjadi.
Curah hujan. 2 0 (0) rendah; (1) sedang; (2) tinggi.
Kondisi prasarana jalan (0) Sangat jelek, (1) jelek, (2) agak baik
3 0
usahatani. (3) baik.
Kondisi prasarana jalan (0) sangat jelek, (1) jelek, (2) agak baik
3 0
desa. (3) baik.
Dimensi Ekonomi
Keuntungan (profit) dalam mengacu pada analisis usaha: Revenue Cost
budidaya peternakan sapi Ratio (R/C):
potong. (0) rugi besar (R/C<0,75); (1) rugi sedikit
4 0 (R/C:0,75-1,0) ; (2) kembali modal
(R/C:1,0); (3) menguntungkan (R/C:1,0-
1,25) ; (4) sangat menguntungkan
(R/C:>1,25).
Kontribusi terhadap (0) rendah: < 10 %; (1) sedang: 10 -20 %;
2 0
PDRB. (2) tinggi: >20 %.
Kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Daerah (0) rendah: < 30 %; (1) sedang: 30 -50 %;
2 0
(PAD) untuk bidang (2) tinggi: >50 %.
pertanian.
Rataan penghasilan (0) di bawah; (1) sama; (2)) lebih tinggi
peternak relatif terhadap 2 0 dari upah minimum regional (UMR).
UMR Provinsi Sumbar.
Rataan penghasilan
peternak relatif terhadap 2 0 (0) < 30 %; (1) 30 - 70%; (2) > 70 % UMR
total pendapatan.
Transfer keuntungan. (0) lebih banyak di penduduk luar daerah;
2 0 (1) seimbang antara lokal dan luar daerah;
(2) terutama berada di penduduk lokal.
Pasar produk agroindustri (0) pasar lokal; (1) pasar nasional;
2 0
peternakan. (2) pasar internasional.
Ketersediaan pasar
(0) tidak ada; (1) ada pada desa tertentu;
ternak/sub terminal 2 0
(2) tersedia pada setiap desa.
agribisnis.
Tempat peternak menjual (0) lewat perantara; (1) pasar ternak;
ternaknya. 2 0 (2) pengusaha industri pemotongan ternak
sapi potong.
Ketersediaan industri (0) tidak ada; (1) ada pada desa tertentu;
2 0
pakan. (2) tersedia pada setiap desa.
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.) 333
Vol. 14 (1)
334 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)
Vol. 14 (1)
peternakan. keluarga.
Peran masyarakat dalam
2 0 (0) tidak ada; (1) sedikit; (2) banyak.
usaha peternakan.
Frekuensi penyuluhan dan (0) tidak pernah ada; (1) sekali dalam
pelatihan. setahun; (2) dua kali dalam setahun;
3 0
(3) minimal tiga kali dalam setahun.
Tingkat penyerapan
3 0 (0) rendah; (1) sedang; (3) tinggi.
tenaga kerja pertanian.
Alternatif usaha selain
usaha agribisnis 2 0 (0) banyak; (1) sedikit; (2) tidak ada.
peternakan.
Jumlah penduduk yang
bekerja di bidang 2 0 (0) tidak ada; (1) sedikit; (2) banyak.
agroindustri peternakan.
Alokasi waktu yang (0) hanya hobby; (1) paruh waktu;
digunakan untuk usaha 3 0 (2) musiman; (3) penuh waktu.
agribisnis peternakan.
Jumlah desa dengan
(0) tidak ada; (1) desa tertentu saja;
penduduk bekerja di 2 0
(2) semua desa.
sektor peternakan.
Dimensi Teknologi dan
Infrastruktur
Penyebaran tempat (0) tidak dilakukan; (1) terpusat; (2) agak
3 0
Poskeswan. terpusat; (3) tersebar.
Penyebaran pos (0) tidak dilakukan; (1) terpusat; (2) agak
pelayanan inseminasi 3 0 terpusat; (3) tersebar.
buatan (IB).
Penggunaan vitamin dan (0) tidak pernah; (1) kadang-kadang;
probiotik untuk memacu 2 0 (2) rutin.
pertumbuhan ternak.
Teknologi pakan. 2 0 (0) tradisional; (1) sederhana; (2) modern.
Teknologi pengolahan
limbah peternakan/ 2 0 (0) tidak ada; (1) sederhana; (2) modern.
agroindustri peternakan .
Teknologi pengolahan
2 0 (0) tidak ada; (1) sederhana; (2) modern.
hasil produk peternakan.
Teknologi informasi dan
2 0 (0) sangat minim; (1) cukup; (2) baik.
transportasi.
Ketersediaan sarana dan
2 0 (0) sangat minim; (1) cukup; (2) lengkap.
prasarana agribisnis.
Ketersediaan infrastruktur/
sarana dan prasarana 2 0 (0) sangat minim; (1) cukup; (2) lengkap.
umum.
Tingkat penguasaan
teknologi budidaya (0) rendah; (1) sedang; (2) tinggi.
2 0
peternakan.
Ketersediaan teknologi (0) tidak tersedia; (1) tersedia tetapi tidak
2 0
informasi peternakan. optimal; (2) tersedia optimal.
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.) 335
Vol. 14 (1)
336 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu (Suyitman et al.)