Sei sulla pagina 1di 15

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY


TWO STRAY DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH

Oleh:
Marina Tivani, Irawan Suntoro, Dwi Yulianti
FKIP Unila, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung
e-mail:marina.tivani@yahoo.com
Hp 081369906285

Abstract: implementation of cooperative learning type two stay two stray in


increased activity and civic education achievement of student class 10 SMA
Negeri 1 Kotagajah. This study aimed to describe: 1 lesson plans of cooperative
learning type Two Stay Two Stray; 2) implementation of the learning process with
cooperative learning type Two Stay Two Stray; 3) increased civic education
achievement through cooperative learning type Two Stay Two Stray. This study
uses a model of action research is divided into three cycles, the first cycle was
cooperative learning type TSTS by using media images and articles, the second
cycle with media images and power point, while the third cycle with a power point
and video media equation citizens regardless of tribe, religion, race, and class
(SARA). Data were collected through testing and observation, then the data is
analyzed qualitatively and quantitatively and presented in the form of tables, graphs
and report observations. The results of this study are: 1) the syntax of cooperative
learning type TSTS ie, delivery destination, information presentation, assignments,
discussion of work on Student Worksheet (LKS), stay or spread, sharing, group
discussions, class discussions, awards; 2) Teacher activity and student learning
activity of cooperative learning type TSTS; 3) civics students' learning achievement
after implemented cooperative learning tipe TSTS has increased in each cycle,
which is 72% in the first cycle, 84% in the second cycle and 92% in the third cycle.

Keywords: cooperative type two stay two stray, learning activity, civic education
achievement

Abstrak: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray
dalam peningkatan aktivitas dan prestasi belajar pendidikan
kewarganegaraan siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ; 2) proses
pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray
(TSTS); 3) peningkatan prestasi belajar PKn melalui pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray (TSTS). Penelitian ini menggunakan model Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang terbagi menjadi tiga siklus, tindakan siklus I adalah
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan menggunakan media gambar dan artikel,
siklus II dengan media gambar dan power point, sedangkan siklus III dengan media
2

power point dan Video persamaan warga negara tanpa membedakan Suku, Agama,
Ras, Antar golongan (SARA). Data dikumpulkan melalui tes dan observasi, dan
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif serta disajikan berupa tabel, grafik dan
catatan hasil observasi. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) sintak pembelajaran
kooperatif tipe TSTS yaitu, penyampaian tujuan, penyajian informasi, pemberian
tugas, diskusi mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), tinggal atau berpencar,
berbagi, diskusi kelompok, diskusi kelas, penghargaan; 2) Aktivitas guru dan
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TSTS; 3) prestasi belajar
PKn siswa setelah dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TSTS mengalami
peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu 72% pada siklus I, 84% pada siklus II dan
92% pada siklus III.

Kata Kunci : pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, aktivitas belajar dan
prestasi belajar PKn

PENDAHULUAN Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


merupakan mata pelajaran yang
Pendidikan di Indonesia diharapkan
memfokuskan pada pembentukan
dapat mempersiapkan peserta didik
warga negara yang memahami dan
menjadi warga Negara yang memiliki
mampu melaksanakan hak-hak dan
komitmen kuat dan konsisten untuk
kewajibannya untuk menjadi warga
mempertahankan Negara Kesatuan
Negara yang baik, yang cerdas,
Republik Indonesia. Komitmen yang
terampil, dan berkarakter yang
kuat dan konsisten terhadap prinsip dan
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
semangat kebangsaan dalam kehidupan
1945. Pendidikan Kewarganegaraan
bermasyarakat, berbangsa dan
(Civic Education) merupakan mata
bernegara yang berdasarkan Pancasila
pelajaran yang memfokuskan pada
dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus
pembentukan diri yang beragam dari
menerus untuk memberikan
segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia,
pemahaman yang mendalam tentang
dan suku bangsa.
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konstitusi Negara Republik Indonesia PKn di Indonesia diharapkan dapat
perlu ditanamkan kepada seluruh mempersiapkan peserta didik menjadi
komponen bangsa Indonesia, warga negara yang memiliki komitmen
khususnya generasi muda sebagai yang kuat dan konsisten untuk
generasi penerus. mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dengan
3

mempelajari PKn siswa dapat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


mengembangkan keterampilan yang (RPP) yang telah dibuat dimana proses
mereka miliki secara sistematis, jujur pembelajaran masih cenderung
dan disiplin. Oleh sebab itu, siswa menggunakan model yang kurang
sebagai calon generasi penerus, harus bervariasi. Penerapan metode
dibekali pengetahuan tersebut melalui pembelajaran yang kurang bervariasi
kegiatan pembelajaran di sekolah. yakni antara lain masih menggunakan
metode ceramah sehingga siswa
Berdasarkan prasurvei, di semester
memiliki kecenderungan bersifat pasif.
genap tahun ajaran 2010-2011 prestasi
belajar siswa kelas X SMA N 1 Pembelajaran yang diterapkan kurang
Kotagajah rendah dengan ketuntasan dapat memotivasi siswa untuk terlibat
klasikal hanya 56% dari jumlah siswa. secara aktif dan langsung mendapatkan
Ada dua faktor yang menjadi penyebab pengalaman belajar. Pembelajarannya
permasalahan ini, yaitu dari siswa kurang diminati siswa dengan penyajian
sebagai peserta dan guru sebagai yang monoton, baik dari segi metode
fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. maupun media pembelajaran, suasana
Hasil analisis kondisi siswa kelas X di kelas yang pasif dengan tidak
lapangan dapat dikatakan bahwa hampir banyaknya siswa yang mau bertanya
75% siswa memiliki aktivitas belajar dalam proses pembelajaran, siswa
rendah. Materi PKn yang sifatnya kurang berani mengemukakan gagasan
berupa uraian dan membutuhkan dalam kegiatan belajar, kurang peduli di
banyak penalaran dan mengingat fakta- kelas dengan kurang antusiasnya
fakta tidaklah terlalu menyenangkan mengikuti pelajaran dan lebih banyak
bagi beberapa siswa. yang ribut sehingga suasana kelas yang
tidak bergairah untuk meningkatkan
Berdasarkan identifikasi masalah yang
prestasi belajar PKn.
dilakukan peneliti dalam pembelajaran
PKn kelas X di SMA Negeri I Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kotagajah, diketahui bahwa proses guru mata pelajaran PKn kelas X SMA
pembelajaran yang terjadi masih kurang N 1 Kotagajah, diketahui bahwa metode
maksimal antara lain karena yang digunakan adalah metode ceramah
pelaksanaannya kurang sesuai dengan dan diskusi kelompok. Karakteristik
4

siswanya yang kurang berperan aktif siswa dalam pembelajaran karena


dalam setiap pembelajaran sehingga kurangnya interaksi guru dengan siswa.
lebih banyak aktivitas guru dibanding
Uraian permasalahan tersebut di atas
siswanya dan adanya kemampuan
menunjukkan pentingnya suatu strategi
akademik siswa yang bervariasi dalam
pembelajaran yang tepat dalam
satu kelas. Karakteristik siswa yang
pembelajaran. Siswa tidak akan bisa
kurang aktif tersebut menyebabkan
memahami materi tersebut secara luas
tidak tercapainya ketuntasan belajar
jika hanya membaca, mendengarkan
karena rendahnya nilai prestasi siswa.
penjelasan, atau melihat saja. Tetapi,
Berdasarkan hasil uraian di atas, siswa juga harus mengerti objek belajar,
peneliti menduga bahwa metode menganalisis, mengidentifikasi, dan
ceramah kurang tepat apabila kemudian membuat kesimpulan sendiri
diterapkan di SMA Negeri I Kotagajah berdasarkan teori yang tepat.
karena dengan metode tersebut, siswa
Karakteristik siswa kelas X SMA N 1
cenderung hanya mendengar dan
Kotagajah cenderung heterogen dalam
memperhatikan guru tanpa turut
kemampuan awal mereka maupun gaya
berperan aktif dalam proses
belajarnya, dalam pembelajaran di kelas
pembelajaran. Kemudian, dalam diskusi
sebagian besar banyak berbicara
kelompok yang ikut berperan aktif
sehingga terkesan “tidak bisa diam”,
hanyalah siswa yang mempunyai
banyak bergerak sehingga pembelajaran
kemampuan akademik tinggi.
secara klasikal kurang efektif untuk
Sedangkan siswa yang mempunyai
meningkatkan aktivitas dan prestasi
kemampuan akademik rendah hanya
belajar Pkn siswa.
bersikap pasif dan cenderung
mengandalkan teman. Apabila guru Salah satu upaya yang dapat dilakukan
mengajukan pertanyaan hanya sedikit untuk memperbaiki pembelajaran PKn
siswa yang menjawab, dan bila guru di SMA Negeri I Kotagajah adalah
memberikan kesempatan untuk menerapkan strategi pembelajaran
bertanya maka sedikit pula yang yang mampu memberikan fasilitas
mengajukan pertanyaan. Hal ini kepada siswa untuk saling bekerjasama.
mengakibatkan kurangnya aktivitas Lie (2002:12) menyebutkan bahwa
sistem pembelajaran yang memberi
5

kesempatan kepada siswa untuk dua diantaranya akan tinggal sebagai


bekerja sama dengan sesama siswa pemberi informasi bagi kelompok lain
dalam tugas-tugas terstruktur disebut yang datang bertemu, sedangkan dua
sebagai sistem “Pembelajaran Gotong orang lainnya akan berkunjung ke
Royong atau Pembelajaran Kooperatif”. kelompok lain guna mencari informasi
lebih lanjut mengenai tugas yang ada.
Pembelajaran kooperatif memiliki
dampak positif bagi siswa yang hasil Lie: (2002 : 28) menyebutkan
belajarnya rendah sehingga mampu pembelajaran kooperatif TSTS adalah
memberikan peningkatan hasil belajar pembelajaran kooperatif yang dapat
yang signifikan. Pembelajaran mendorong anggota kelompok untuk
kooperatif bertujuan untuk memperoleh konsep secara mendalam
meningkatkan partisipasi siswa, melalui pemberian peran pada siswa.
memfasilitasi siswa dengan pengalaman Teknik ini biasa digunakan dalam
sikap kepemimpinan dan membuat semua mata pelajaran dan untuk semua
keputusan dalam kelompok serta tingkatan usia anak didik. Struktur dua
memberikan kesempatan pada siswa tinggal dua tamu memberi kesempatan
untuk berinteraksi dan belajar bersama- kepada kelompok untuk membagikan
sama siswa yang berbeda latar hasil dan informasi dengan kelompok
belakangnya. lain.

Berdasarkan perkembangannya, Pembagian kelompok dalam


pembelajaran kooperatif terbagi dalam pembelajaran kooperatif TSTS
beberapa tipe. Salah satunya adalah memperhatikan kemampuan akademis
Two Stay Two Stray (TSTS). Dalam siswa. Guru membuat kelompok yang
model pembelajaran kooperatif tipe heterogen dengan alasan memberi
TSTS, siswa yang dibagi menjadi kesempatan siswa untuk saling
beberapa kelompok kecil yang terdiri mengajar (peer tutoring) dan saling
dari empat orang siswa yang heterogen mendukung, meningkatkan relasi dan
terutama dari segi kemampuannya. interaksi antar ras, etnik dan gender
sesuai dengan namanya, teknik ini serta memudahkan pengelolaah kelas
merupakan salah satu bentuk kelompok karena masing-masing kelompok
yang anggotanya empat orang, dimana memiliki siswa yang berkemampuan
6

tinggi, yang dapat membantu teman terbagi menjadi empat tahap yaitu,
lainnya dalam memecahkan suatu perencanaan, pelaksanaan, observasi
permasalahan dalam kelompok dan refleksi.

Berdasarkan kondisi tersebut maka Penelitian dilaksanakan di SMAN 1


perlu dilakukan penelitian tindakan Kotagajah Lampung Tengah. Penelitian
dengan judul “ Penerapan Model ini dilaksanakan pada semester ganjil
Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay pada Tahun Pelajaran 2011/2012
Two Stray dalam Peningkatkan dibulan Februari sampai bulan April.
Aktivitas dan Prestasi Belajar Pendidian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
Kewarganegaraan Siswa Kelas X di
X SMA Negeri I Kotagajah yang
SMA N 1 Kotagajah .
berjumlah 64 orang siswa yang terdiri
Berdasarkan permasalahan yang telah dari 32 siswa pada kelas X.1 dan 32
dirumuskan, penelitian ini bertujuan siswa pada kelas X.6. Materi pelajaran
untuk meningkatkan kualitas proses pada penelitian ini adalah Menganalisis
pembelajaran sehingga penelitian ini persamaan kedudukan warga negara
mendeskripsikan (1) Perencanaan dalam kehidupan bermasyarakat,
pembelajaran PKn melalui berbangsa dan negara.
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (2)
Peneliti bertindak sebagai pelaku
Proses pelaksanaan PKn melalui
tindakan, dan dibantu oleh dua orang
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (3)
mitra penelitian yang membantu
Peningkatan prestasi belajar PKn siswa
peneliti dalam mengamati proses
melalui pembelajaran kooperatif tipe
pembelajaran di dalam kelas mengenai
TSTS.
kekurangan maupun proses
METODE PENELITIAN pembelajaran yang sudah baik. Data-
data, hasil pengamatan, dan hasil
Metode yang digunakan pada penelitian
diskusi tiap siklus menjadi pijakan pada
ini merupakan metode Penelitian
siklus berikutnya.
Tindakan Kelas (PTK) dan
menggunakan model Kemmis & Mc Tindakan pada tiap kelas dilakukan
Taggart (1989:5). Prosedur yang dalam tiga siklus, masing-masing siklus
dipakai berbentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan yang
7

terdiri dua pertemuan untuk proses dikatakan berhasil jika ada peningkatan
pembelajaran dan satu pertemuan untuk siswa dalam aktivitas belajar PKn
tes formatif. Jadi lamanya penelitian ini setiap siklusnya telah mencapai 75%
sebanyak sembilan pertemuan masing dari seluruh siswa
masing pertemuan 2x45 menit pada jam
Prestasi belajar PKn dikatakan berhasil
pembelajaran formal.
apabila ada peningkatan nilai skor
Indikator keberhasilan penelitian setiap siklus dan siklus dihentikan bila
tindakan kelas ini difokuskan pada dua 75% dari jumlah keseluruhan siswa
jenis aspek sebagai indikator perkelas mendapat nilai tuntas (KKM
keberhasilan, yaitu proses dan produk. 70) dalam nilai secara keseluruhan.
Pada aspek proses menekankan pada
Instrumen pengumpulan data yang
proses pembelajaran kooperatif tipe
dipergunakan berupa lembar observasi
TSTS dilihat dari banyaknya siswa
APKG, rubrik aktivitas belajar dan soal
yang aktif dalam pembelajaran, dan
tes formatif. Sebagai penilaian aktivitas
aspek produk yang menekankan pada
siswa dan prestasi belajar siswa adalah
peningkatan prestasi PKn siswa yang
lembar pengamatan aktivitas siswa dan
diterapkan secara per siklus.
tes formatif. Untuk menilai aktivitas
Penilaian Rencana Pelaksanaan siswa dilakukan dengan mengumpulkan
Pembelajaran (RPP) menggunakan data-data atau informasi dari hasil
Rubrik yang dimodifikasi dari format pengamatan aktivitas yang siswa
Penilaian Kinerja Guru (PKG). RPP lakukan pada saat pembelajaran dengan
dikatakan berhasil bila ada peningkatan memberikan tanda (√) apabila siswa
skor setiap siklus dan siklus dihentikan tersebut melakukan indikator aktivitas.
jika telah mencapai skor rata – rata 3 Sedangkan penilaian prestasi belajar
dengan kategori baik. PKn dilakukan dengan memberikan tes
formatif soal pilihan jamak dan esai
Aktivitas guru dikatakan berhasil
kepada siswa setelah dilaksanakan
apabila ada peningkatan aktivitas setiap
proses pembelajaran.
siklus dan dihentikan jika aktivitas guru
mencapai 80% aktivitas dari jumlah Data yang telah terkumpul kemudian
aktivitas guru yang telah direncanakan ( ditindaklanjuti dengan melakukan
16 aktifitas). Aktivitas belajar PKn analisis dan diinterpretasikan, sehingga
8

dapat diketahui akan hasil dari pada RPP siklus II dapat diperbaiki
pelaksanaan tindakan yang telah untuk pembelajaran siswa pada siklus
dilakukan. Hasil analisis dan III.
interpretasi tersebut sebagai dasar untuk
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif
melakukan evaluasi sehingga dapat
tipe TSTS yang baik membutuhkan
diketahui berhasil tidaknya tindakan
peran aktif guru yang meliputi
yang telah dilaksanakan dengan tujuan
penyiapan pembelajaran,
yang diharapkan.
perorganisasian materi dengan
HASIL PENELITIAN DAN menggunakan media artikel, gambar,
PEMBAHASAN
video dan slide, pengoganisasian kelas
Hasil Penelitian dan pembagian peran siswa dalam

Berdasarkan hasil observasi kelompok, sampai dengan penilaian

perencanaan pembelajaran dengan hasil belajar. Selain itu, dibutuhkan

menggunakan Alat Penilaian juga peran aktif siswa dalam menggali

Kemampuan Guru (APKG) pada siklus dan bertukar informasi, mengemukakan

I dari 7 aspek yang telah ditetapkan pendapat, menjawab dan mengajukan

mendapat nilai 2,42 dan persentase pertanyaan dalam proses pembelajaran

48,57%, masuk kategori sedang. Hasil baik sebagai tamu (stray) maupun

observasi perencanaan pembelajaran sebagai tuan rumah (stay).

dengan menggunakan Alat Penilaian


Secara rinci sintak pembelajaran
Kemampuan Guru (APKG) pada siklus
kooperatif tipe TSTS digambarkan
II dari 7 aspek yang telah ditetapkan
sebagai berikut, (1) Penyampaian
mendapat nilai 2,85 dan persentase
tujuan, (2) Penyajian informasi, (3)
57.14%, masuk kategori sedang. Pada
Pemberian tugas, (4) Diskusi awal :
siklus III dari 7 aspek yang telah
Siswa mengerjakan tugas, (5) Tinggal
ditetapkan mendapat nilai 3,71
atau berpencar, (6) Berbagi, (7) Diskusi
(74.14%), masuk kategori baik.
kelompok, (8) Diskusi kelas, (9)
Terjadinya peningkatan skor pada RPP
Penghargaan.
karena hal ini disebabkan karena RPP
pada siklus III didesain berdasarkan Hasil analisis terhadap pelaksanaan
hasil refleksi RPP siklus II sehingga tindakan kelas dengan pembelajaran
kekurangan-kekurangan yang terdapat
9

kooperatif tipe TSTS disajikan dalam telah sesuai dengan harapan. Terjadi
tabel Berikut ini: peningkatan rata-rata prestasi belajar
klasikal pada tiap siklusnya. Hal ini
Tabel 4.1 Rekapitulasi Pelaksanaan
Tindakan Siklus I, II, III ditunjukkan pada akhir siklus nilai
Pembelajaran Kooperatif rata-rata yang dapat dicapai oleh siswa
TSTS
kelas X.1 ini adalah 87,53. Sedangkan
nilai rata-rata kelas X.6 yaitu 84,76
Siklus I Siklus II Siklus III
Selain itu hampir seluruh siswa telah
Kls
Pt Pt Pt Pt Pt Pt mencapai ketuntasan.
1 2 1 2 1 2
Secara keseluruhan prestasi belajar PKn
100 dengan pembelajaran kooperatif tipe
75,0 81,2 87,5 93,7 93,7
X.1 %
% 5% % 5% 5%
TSTS Siklus I, II, dan III tertera pada

75,0 87,5 93,7 100 100 100 tabel berikut:


X.6
% % 5% % % %
Tabel 4.10a Rekapitulasi Prestasi PKn
Dengan Pembelajaran
Perbandingan aktivitas pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS
Siklus I, II dan III tertera pada tabel Kelas X.1

berikut:
Kelas X.1

Tabel 4.6 Persentas Aktivitas Belajar Kriteria


No Siklus Siklus Siklus
Siswa Siklus I, II, dan III 1 2 3

Siswa Siswa Siswa 8 4


siswa 2 siswa
Aktif Aktif Aktif 1 < KKM siswa
(7%)
Kls (25%) (13%)
Siklus Siklus Siklus
I II III 24 28 30
2 > KKM siswa siswa Siswa
X.1 69,99% 82,49% 91,24%
(75%) (87%) (93%)
X.6 63,74% 78,74% 87,49%
Nilai
4 87 90 90
Rata- Tertinggi
66,87% 80,61% 89,34%
rata
Nilai
5 62 65 68
Terendah

Prestasi belajar Pkn dengan


pembelajaran kooperatif tipe TSTS
10

Tabel 4.10b Rekapitulasi Prestasi PKn Pembahasan


dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TSTS Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
Kelas X.1 TSTS ini dirancang berdasarkan terori
ASSURE karena model teori ini sesuai
dengan jenis penelitian yaitu model
Kelas X.6
berorientasi kelas. Hasil analisis
Kriteria
No karakteristik siswa kelas X di SMA N 1
Siklus Siklus Siklus Kotagajah cenderung heterogen dalam
1 2 3 kemampuan awal mereka maupun gaya

1 6 belajarnya, ada beberapa siswa yang


10 3
siswa siswa siswa memiliki gaya belajar audio, ada yang
< KKM
(31%) (19%) (10%)
memiliki gaya belajar visual, dan
2 22 26 29 kinestetik. Siswa kelas X sebagian
siswa siswa siswa besar banyak bicara sehingga terkesan
> KKM
(69%) (81%) (90%)
„tidak bisa diam‟, banyak bergerak
4 Nilai sehingga membutuhkan metode dan
83 87 87
Tertinggi media yang mampu mengakomodir
5 Nilai 62 65 67 kebutuhan seluruh siswa agara proses
Terendah pembelajaran dapat berjalan dengan
baik dan dapat mencapai tujuan
Tabel 4.11 Data Ketuntasan Belajar pembelajaran yang telah ditetapkan.
PKn Pembelajaran
Kooperatif tipe TSTS
Penyusunan RPP PKn adalah suatu
proses perencanaan pembelajaran yang
No Ketun- Sik- Sik- Sik-
disusun didasarkan pada teori belajar
tasan lus 1 lus 2 lus 3
dan pembelajaran kontruktivisme yang
1 Jumlah 46 54 59
memandang pembelajaran adalah suatu
siswa
proses pembentukan pengetahuan yang
2 Persen- 72 84 92 dilakukan oleh siswa secara aktif
tase
dengan cara melakukan kegiatan, aktif,
dan menyusun konsep yang bermakna
pada hal-hal yang dipelajarinya. Siswa
11

mempunyai kesempatan untuk struktur kognitif yang disebabkan oleh


mendapatkan pengalaman langsung lingkungan.
dalam menerapkan ide-ide mereka.
Pandangan konstuktivisme Piaget dan
Pembelajaran dapat berhasil Vigotsky dalam Rusman (2012 : 201)
meningkatkan aktivitas belajar dan dapat berjalan berdampingan yang
prestasi belajar siswa jika mengandung menekankan pada kegiatan internal
kebermakanaan, hal ini sesuai dengan individu dan pengalaman yang dimiliki
teori Ausubel dalam Isjoni (2012:51) dengan interaksi sosial dan melakukan
menyebutkan bahan pelajaran yang konstruksi pengetahuan dari lingkungan
dipelajari haruslah bermakna (meaning sosialnya. Berkaitan dengan karya dan
full). Pembelajaran bermakna penjelasan Piaget, para konstrukvis
merupakan suatu proses mengaitkan menekankan pentingnya interaksi
informasi baru pada konsep-konsep dengan teman sebaya melalui
relevan yang terdapat dalam struktur pembentukan kelompok belajar.
kognitif seseorang. Struktur kognitif
Fitrah manusia sebagai makhluk sosial
ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan
yang penuh ketergantungan dengan
generalisasi-generalisasi yang telah
orang lain, mempinyai tujuan dan
dipelajari dan dianggap siswa.
tanggung jawab bersama, pemberian
Piaget dalam Gredler (2011:336) tugas dan rasa senasib. Sehingga
menjelaskan bahwa perkembangan dibutuhkan pembelajaran yang
kognitif itu sendiri merupakan suatu memberikan manfaat kenyataan itu
usaha penyesuaian diri terhadap dengan belajar berkelompok secara
lingkungan melalui proses asimilasi dan kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan
akomodasi. Asimilasi merupakan suatu untuk saling berbagi pengetahuan,
tindakan pasif dalam membangun pengalaman, tugas dan tanggung jawab.
pengetahuan utama yang melibatkan Pembelajaran kooperatif ditegaskan
penafsiran peristiwa dalam oleh Slavin (2005 : 2) sebagai berikut:
hubungannya dengan struktur kognitif ”Cooperative learning refers to a
yang ada. Sedangkan, akomodasi variety of teaching methods in which
merupakan suatu pengetahuan yang students work in small groups to help
baru yang mengacu pada perubahan one another learn academic content”.
12

Pembelajaran kooperatif dapat guru dalam penyusunan Rencana


menumbuhkan kemampuan belajar dan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
kemampuan bersosialisasi juga dapat dengan rata-rata total di siklus pertama
menumbuhkan antusias atau minat 2,42 dengan kategori sedang naik 0,43
siswa dalam mengikuti pembelajaran, menjadi 3,2 di siklus kedua dengan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif kategori sedang, dan naik 0,86 menjadi
adalah Two stay two Stray (TSTS). 3,71 di siklus ketiga, hal ini disebabkan
karena RPP pada siklus siklus III
Dalam pembelajaran kooperatif tipe
didesain berdasarkan hasil refleksi RPP
TSTS peneliti juga memperhatikan
siklus I dan II sehingga kekurangan-
pemilihan strategi, teknologi, media dan
kekurangan yang terdapat pada RPP
materi pembelajaran harus sesuai agar
siklus Idan II dapat diperbaiki untuk
pembelajaran menjadi lebih efektif,
pembelajaran siswa pada siklus II.
efesien, menyenangkan, dan berpusat
kepada siswa, sehingga siswalah yang Kekurangan-kekurangan yang ada pada
lebih aktif dalam kegiatan RPP siklus I dan II diperbaiki pada RPP
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan siklus III. Guru mulai menentukan dan
Lesle J.Brigges dalam Sanjaya (2008 : mengembangkan alat bantu
204) menyatakan bahwa media adalah pembelajaran dengan menggunakan
alat untuk perangsang bagi siswa dalam power poin untuk menjelaskan materi
proses pembelajaran. Selanjutnya Rossi di depan kelas, memilih sumber belajar,
dan Breidle dalam Sanjaya (2008 : 204) menentukan cara-cara memotivasi
mengemukakan bahwa media siswa dengan menayangkan video
pembelajaran adalah seluruh alat dan persamaan warga negara dan selalu
bahan yang dapat dipakai untuk tujuan memberikan dorongan dan arahan
pendidikan, seperti radio, televisi, buku, kepada siswa untuk selalu aktif dalam
koran, majalah dan sebagainya. pembelajaran.

Secara keseluruhan, aspek penyusunan Dalam mengaktifkan siswa di dalam


pembelajaran kooperatif tipe TSTS proses pembelajaran, peneliti
telah disusun secara sangat baik. memperhatikan beberapa aspek
Berdasarkan atas data tersebut di atas psikologis dan sosial siswa karena hal
telah terjadi peningkatan kemampuan ini sangat menentukan proses dan
13

keberhasilan belajarnya. Pembelajaran belajar dan akan memberikan dampak


kooperatif sesuai dengan fitrah manusia yang positif bagi siswa untuk
sebagai makhluk sosial yang penuh perkembangan kognitifnya. Siswa akan
ketergantungan dengan orang lain, lebih mudah mengkonstruksi
mempunyai tujuan dan tanggung jawab pengetahuannya pada saat pembelajaran
bersama, pembagian tugas, dan rasa dengan meningkatkan aktivitas
senasib. Dengan memanfaatkan belajarnya.
kenyatan itu, belajar berkelompok
Prinsip-prinsip Piaget dalam
secara kooperatif, siswa dilatih dan
pembelajaran diterapkan dalam
dibiasakan untuk saling berbagi
program-program yang menekankan
(sharing) pengetahuan, pengalaman,
pembelajaran melalui penemuan dan
tugas, dan tanggung jawab.
pengalaman-pengalaman nyata dengan
Proses pembelajaran kooperatif tipe pemanipulasian alat, bahan, atau media
TSTS sejalan dengan konsep belajar belajar yang dipersiapkan oleh guru.
konstruktivisme Jean Piaget yakni Pada saat penjelasan materi, guru
peran guru sebagai fasilitator, bukan menggunakan media belajar yang lebih
sebagai pemberi informasi. Guru perlu menari, Adanya media belajar yang
menciptakan lingkungan belajar yang menarik tersebut akan menarik minat
kondusif bagi siswa-siswanya dan siswa untuk belajar. Secara tidak
membantu siswa menghubungkan langsung dapat membantu
antara apa yang sudah diketahui siswa perkembangan kognitif siswa menjadi
dengan apa yang sedang dan akan lebih cepat.
dipelajari sehingga siswa lebih mudah
Prinsip Piaget sejalan dengan teori
mengkontruksi pengetahuannya.
belajar Vygotsky yang menekankan
Konsep teori tersebut sesuai dengan
pada interaksi sosial sebagai sebuah
aplikasi pembelajaran kooperatif tipe
mekanisme untuk mendukung
TSTS. Guru mendesain suasana
perkembangan kognitif karena menurut
pembelajaran yang dapat
teori ini interaksi bisa mendukung
menumbuhkan aktivitas belajar siswa.
pembelajaran. teori belajar Vygotsky
Tentunya dengan menciptakan
juga menenkankan siswa perlu belajar
lingkungan pembelajaran yang
dan bekerja secara berkelompok
menyenangkan, siswa akan semangat
14

sehingga siswa dapat saling berinteraksi pemberian tugas, diskusi,


dan diperlukan bantuan guru terhadap tinggalatau berpencar, berbagi,
siswa dalam kegiatan pembelajaran. diskusi kelompok, diskusi kelas,
Guru telah menerapkan prinsip-prinsip penghargaan.
tersebut dengan mengelompokkan siswa 2. Aktivitas guru dan siswa sudah
ke dalam kelompok kooperatif mengacu pada pembelajaran
(kelompok diskusi). Manfaat positif dari kooperatif tipe TSTS yang
pengelompokkan siswa dalam terlaksana dengan baik yaitu
pembelajaran di kelas antara lain: guru menciptakan iklim
mengajarkan siswa menjadi percaya pembelajaran yang tidak
pada guru, kemampuan untuk berfikir, membosankan. Aktivitas
mencari informasi dari sumber lain dan belajar siswa dengan
belajar dari siswa lain; mendorong siswa menggunakan pembelajaran
untuk mengungkapkan idenya secara kooperatif tipe TSTS meningkat
verbal dan membandingkan dengan ide tiap siklusnya. terlihat siswa X.1
temannya; dan membantu siswa belajar dan X.6 sangat antusias,
menghormati siswa yang pintar dan aktivitas siswa pada
siswa yang lemah, juga menerima pembelajaran kooperatif tipe
perbedaan ini. TSTS memberi kesempatan
kepada kelompok untuk
KESIMPULAN DAN SARAN
membagi hasil dan informasi

Kesimpulan dengan kelompok lain.


3. Prestasi belajar siswa
1. Kemampuan guru dalam mengalami peningkatan yaitu
menyusun Rencana Pelaksanaan 72%, pada siklus I, 84 %, siklus
Pembelajaran (RPP) dengan II dan 92% Siklus III.
menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe TSTS Saran
mengalami peningkatan.
1. Kepada guru, pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe TSTS dapat
kooperatif tipe TSTS pada mata
digunakan dalam pembelajaran
pelajaran PKn yaitu : penyajian
PKn untuk meningkatkan
informasi, penyajian informasi,
15

aktivitas belajar dan prestasi Senjaya, Wina. 2008. Strategi


belajar siswa. Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
2. Sekolah hendaknya Jakarta: Kencana Pranada
memfasilitasi pemanfaatan Media Group
Smaldino, Sharon. Lowter, Deborah.
sarana dan prasarana serta
Russel, James D. 2011.
kebutuhan guru dalam Teknologi Pembelajaran dan
menunjang kegiatan Media untuk Belajar. Jakarta:
pembelajaran berupa Kencana Prenada Media
Group.
penyediaan alokasi anggaran
Slavin, R, E. 2005. Cooperative
untuk kegiatan pengembangan Learning. Bandung: Nusa
kompetansi guru. Media
. 2008. Cooperatif
3. Bagi peneliti lain, berdasarkan Learning: Teori Riset dan
Praktik. Bandung: Nusa
hasil penelitian ini diperlukan
Media.
adanya penelitian lebih lanjut Trianto. 2011.Model Pembelajaran
untuk pelaksanaan pembelajaran Terpadu. Jakarta. Bumi Aksara
Winkel, W.S. 2004. Psikologi
kooperatif tipe TSTS dengan
Pengajaran. Jakarta:
subyek dan cakupan yang lebih Gramedia.
luas. Zamroni. 2001. Pendidikan untuk
demokrasi: Tantangan Menuju
Civil Society. Yogyakarta :
DAFTAR PUSTAKA
Bigrafi.

Gredler, Margareth E. 2011. Learning


and Instruction: Teori dan
Aplikasi Edisi Ke-6. Jakarta.
Kencana
Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif:
Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik.
Pustaka Pelajar. Jakarta
Lie, Anita. 2002. Cooperative
Learning. PT. Gramedia.
Jakarta.
Sardiman . 2003. Cooperative
Learning. Jakarta:
Grasindo.

Potrebbero piacerti anche