Sei sulla pagina 1di 13

JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

MANAJEMEN EPILEPSI PADA KEHAMILAN

Agus Taufiqurrohman1, Damodoro Nuradyo2, Harsono3,

ABSTRACT

Epilepsy is recognized as the commonest serious neurological disorder in the world.


Women with epilepsy experience several gender-related physical and social problems. They
constitute high obstetric risk because of reduced fertility, risk of seizures during pregnancy, and
complications of pregnancy. Hormonal and other factors can alter the pharmacokinetics of
antiepileptic drugs during pregnancy and puerperium. Antenatal exposure to antiepileptic drugs,
particularly at higher dosage and in polytherapy, increases the risk of fetal malformation. Recent
reports raise the possibility of selective developmental language deficits and neurocognitive
deficits with antenatal exposure to antiepileptic drugs. There are concerns regarding the effect of
traces of antiepileptic drugs that pass to the infant during breast-feeding. The pre conception
management is the cornerstone for epilepsy care in Women with epilepsy. A careful reappraisal of
each case should ascertain the diagnosis, the need for continued antiepileptic drugs therapy,
selection of appropriate antiepileptic drugs, optimization of the dosage, and prescription of folic
acid. During pregnancy, the fetal status needs to be monitored with estimation of serum a-feto-
protein and ultrasound screening for malformations. The dosage of antiepileptic drugs can be
adjusted according to clinical requirement and blood levels of antiepileptic drugs. Several
institutions recommend oral vitamin K toward the end of pregnancy when enzymeinducing.

Key Words : epilepsy, pregnancy, management, complication

1
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Bagian I.P. Saraf F.K UGM/SMF Saraf RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
3
Staf Pengajar Bagian I.P. Saraf F.K UGM/SMF Saraf RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

PENDAHULUAN yang merugikan pada anak yang


Setiap tahun, hampir 12.000 dilahirkan dari ibu dengan epilepsi.
perempuan di Amerika Serikat Outcome ini termasuk kematian janin dan
mengalami kehamilan saat menjalani kematian perinatal, malformasi dan
terapi dengan obat antiepilepsi (OAE). anomali kongenital, perdarahan neonatal,
Kurang lebih 6% bayi yang dilahirkan oleh berat badan lahir rendah, keterlambatan
ibu yamg mendapat terapi OAE tersebut perkembangan, dan epilepsi masa kanak-
mengalami cacat bawaan baik secara kanak5.
anatomis maupun fisiologis1. Beberapa Mengacu pada bahasan di atas,
penelitian epidemiologik juga perempuan hamil dengan epilepsi
menemukan bayi dari ibu yang menderita dihadapkan pada kondisi yang unik.
epilepsi mengalami cacat lahir sekitar Penghentian sama sekali OAE juga bukan
dua sampai tiga kali lipat dibanding suatu keputusan yang realistik. Satu sisi,
populasi umum2. Di seluruh dunia, sekitar kehamilannya mempunyai risiko untuk
40.000 bayi setiap tahun terpajan OAE di meningkatkan serangan, di sisi lain
dalam kandungan. Diperkirakan sekitar penggunaan OAE umumnya mempunyai
1.500-2.000 dari bayi tersebut mengalami efek teratogenik. Penanganan epilepsi
cacat lahir sebagai dampak OAE pada perempuan hamil perlu
tersebut3. direncanakan secara cermat .4

Pada masa lalu, perempuan


dengan epilepsi disarankan untuk tidak DAMPAK EPILEPSI TERHADAP
memiliki anak dan sebagian besar negara KEHAMILAN
memiliki hukum yang menghambat Sekitar 30% perempuan hamil
pernikahan bagi mereka yang memiliki yang sudah mendapat terapi mengalami
epilepsi tetapi perilaku ini telah secara kenaikan frekuensi bangkitan. Risiko
bertahap memberikan jalan bagi sebuah paling tinggi dihadapi oleh mereka yang
suasana dimana pernikahan dan keibuan sudah memiliki bangkitan lebih dari satu
menjadi sesuatu yang dapat diterima bagi kali sebelum hamil. Risiko paling rendah
perempuan dengan epilepsi, dan terjadi pada mereka yang pada masa
manajemen kehamilan pada perempuan sebelum kehamilan hanya mengalami
dengan epilepsi semakin mendapatkan bangkitan kurang dari satu kali dalam
perhatian dari neurolog dan dokter lain4. sembilan bulan6.
Sebagian besar perempuan Fungsi ginjal juga meningkat
dengan epilepsi saat ini dapat memiliki dengan adanya peningkatan creatinine
dan membesarkan anak yan normal dan clearance 50% yang berdampak pada
sehat, tetapi kehamilan mereka memiliki metabolisme. Hal ini akan menurunkan
peningkatan risiko untuk komplikasi. kadar OAE dalam sirkulasi darah,
Kehamilan dapat menyebabkan sehingga kebutuhan OAE meningkat.
eksaserbasi frekuensi bangkitan pada Selain itu, estrogen yang bersifat
beberapa perempuan dengan epilepsi, epileptogenik meningkat selama
dan baik epilepsi maternal dan paparan kehamilan dan mencapai puncaknya
obat antiepileptik in utero dapat pada trimester ke tiga. Hal itu berdampak
meningkatkan risiko terjadinya outcome pada peningkatan frekuensi bangkitan.
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

Sebaliknya, progesteron yang bersifat (gestational onset epilepsy) mungkin


antiepileptik akan meningkat pada fase mengalami bangkitan pertama mereka
luteal dalam siklus menstruasi sehingga ketika hamil dan setelah itu mungkin
pada masa itu frekuensi bangkitan akan terus mendapatkan bangkitan rekuren
turun7. spontan. Sekitar 1% hingga 2%
Pada kehamilan akan terjadi perempuan dengan epilepsi mungkin
hemodilusi, dengan akibat filtrasi mengalami status epileptikus selama
glomerulus berkurang sehingga terjadi kehamilan, yang berhubungan dengan
retensi cairan serta edema, akibatnya mortalitas dan morbiditas yang tinggi10.
kadar obat dalam plasma akan menurun.
Retensi cairan yang terjadi menyebabkan DAMPAK EPILEPSI TERHADAP
hiponatremi. Keadaan ini akan KEHAMILAN
menimbulkan gangguan parsial dari Bayi dari ibu yang menderita
sodium pump yang mengakibatkan epilepsi memiliki risiko yang lebih tinggi
peninggian eksitabilitas neuron dan untuk sejumlah outcome kehamilan yang
mempresipitasi bangkitan8. merugikan. Di antaranya adalah kematian
Secara ringkas, beberapa janin, malformasi kongenital, perdarahan
penyebab yang dideteksi memicu neonatus, berat badan lahir rendah,
kenaikan frekuensi bangkitan adalah : (1) keterlambatan perkembangan, kesulitan
Faktor hormonal, peningkatan estrogen makan, dan epilepsi masa kanak-kanak11.
yang bersifat epileptogenik, (2) Sejumlah data epidemiologi
Metabolik, yaitu peningkatan sodium dan menunjukkan, anak dari perempuan
retensi cairan, (3) Psikologik dan penderita epilepsi mengalami cacat lahir
emosional, yaitu kecemasan atau sekitar 2–3 kali lebih tinggi dari populasi
ketegangan yang cenderung meningkat umum2. Di seluruh dunia, sekitar 40.000
serta gangguan tidur, (4) Farmakokinetik bayi setiap tahun terpajan OAE di dalam
yaitu gangguan ikatan protein atau kandungan. Diperkirakan sekitar 1.500-
protein binding plasma dan absorbsi 2.000 dari bayi tersebut mengalami cacat
OAE, (5) Kurangnya ketaatan pasien lahir sebagai dampak OAE tersebut.
selama kehamilan terhadap terapi yang Bangkitan selama kehamilan
disebabkan karena malas, bosan atau meningkatkan risiko outcome kehamilan
adanya mual-muntah selama kehamilan yang merugikan. Bangkitan pada
maupun kekawatiran terhadap efek trimester pertama diketahui
samping obat9,3. meningkatkan risiko malformasi
Kebanyakan perempuan dengan kongenital pada keturunan 12,3%
epilepsi telah mengalami bangkitan berbanding 4% dengan anak yang
sebelum kehamilan. Meskipun jarang terpapar dengan bangkitan maternal
terjadi, beberapa perempuan dengan pada waktu yang lain. Bangkitan umum
epilepsi mungkin mengalami bangkitan tonik-klonik meningkatkan risiko hipoksia
hanya selama kehamilan, yang disebut dan asidosis dan juga cedera karena
dengan gestational epilepsy. Perempuan trauma benda tumpul. Peneliti dari
tersebut akan bebas bangkitan diantara Kanada menemukan bahwa bangkitan
kehamilan. Sebuah subkelompok lain maternal selama kehamilan
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

meningkatkan risiko keterlambatan tampaknya terjadi lebih sering pada bayi


perkembangan. Meski jarang terjadi, dari ibu dengan epilepsi. Penelitian lain
status epileptikus dapat menyebabkan telah menunjukkan kenaikan tingkat
tingkat mortalias yang tinggi bagi ibu dan kematian neonatus dan perinatal. Tingkat
anak. Di dalam sebuah penelitian kematian perinatal berkisar dari 1,3
terhadap 29 kasus yang dilaporkan, 9 ibu hingga 7,8% dibandingkan dengan 1,0
dan 14 anak meninggal selama atau hingga 3,9% kontrol11.
sesaat setelah episode status Serangan epilepsi selama
epileptikus. Anak dari seorang trimester pertama kehamilan juga
perempuan yang memiliki tiga kali berhubungan dengan peningkatan risiko
bangkitan tonik klonik umum selama terjadinya cacat. Pada penelitian
kehamilannya, dapat menyebabkan ditemukan sekitar 12% anak lahir cacat
perdarahan intraserebral .11 dari ibu epilepsi yang mengkonsumsi
OAE dan mengalami serangan pada
Kematian Janin trimester pertama. Ibu yang tidak
Kematian janin, didefinisikan mengalami serangan pada trimester
sebagai fetal loss setelah usia kehamilan pertama kehamilan namun juga
20 minggu tampaknya menjadi hal yang mengkonsumsi OAE, cacat lahir yang
umum terjadi dan kemungkinan terjadi hanya sekitar 4 %. Serangan
merupakan masalah yang sama besarnya selama kehamilan juga dihubungkan
dengan malformasi dan anomali dengan lebih tingginya angka fetal dan
kongenital. Penelitian yang maternal mortality rates sebesar 30%–
membandingkan tingkat stillbirth 50%12. Hiilesmaa et al. meneliti hubungan
menemukan tingkat yang lebih tinggi antara epilepsi general dan kematian
pada bayi dari ibu dengan epilepsi (1,3- janin. Hasil penelitian tersebut
1,4%) dibandingkan dengan bayi dari ibu menunjukkan peningkatan kematian
tanpa epilepsi (1,2-7,8%). Aborsi spontan, maternal dan fetal berhubungan dengan
didefinisikan sebagai fetal loss pada usia status epileptikus dan efek samping
kehamilan kurang dari 20 minggu, bangkitan secara umum pada janin

Tabel 1 menunjukkan berbagai penelitian tentang angka kematian bayi dari ibu epilepsi.
Tabel 1. Tingkat lahir mati dan kematian neonatus pada bayi dari ibu epilepsi5

Kematian neonatus
Lahir mati (%)
(%)
Peneliti Kontro
Kasus Kontrol Kasus
l
Janz, 1964 12,1 7,0 1,3 -
Spiedel dan Meadow,
1,3 1,2 2,7 1,0
1972
Bjenkdal dan Bahna,1973 5,3 7,8 3,2 1,5
Fedrick, 1973 2,7 1,1 - -
Higgins dan Comertond,
5,2 - 7,8 3,9
1974
Knight dan Rhind, 1075 2,0 - 2,9 -
Nakane, 1979 13,5 4,3 - -
Nakane, 1980 14,0 6,7 - -
Nelson dan Ellenberg,
5,1 1,9 3,5 2,7
1982
Svigos, 1984 0 1,3 - -
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

seperti hipoksia dan asidosis. Hal itu tipe bangkitan tertentu, frekuensi atau
mengindikasikan, terapi OAE perlu OAE terhadap aspek perkembangan
dilanjutkan meskipun kewaspadaan janin11.
terhadap teratogenik OAE harus
diperhatikan .
9 Malformasi dan Teratogenesis OAE
Berbagai penelitian menemukan,
Perdarahan Neonatus OAE yang dikonsumsi ibu lebih menjadi
Sebuah fenomena perdarahan penyebab cacat lahir dibanding
neonatus yang unik telah digambarkan penyakitnya atau epilepsinya sendiri.
pada bayi dengan epilepsi. Berbeda OAE menyebabkan efek teratogenik pada
dengan gangguan perdarahan lain pada janin5. Penelitian yang dilakukan oleh
bayi dimana perdarahan cenderung Holmes et al. menunjukkan, peningkatan
terjadi selama 24 jam pertama cacat lahir pada bayi yang dilahirkan oleh
kehidupan. Pada awalnya berhubungan ibu penderita epilepsi yang mendapat
dengan paparan terhadap fenobarbital terapi OAE lebih tinggi dibandingkan
atau primidone tetapi selanjutnya juga dengan yang tidak mendapat terapi13.
ditunjukkan pada anak yang terpapar Meskipun dihadapkan pada risiko
dengan fenitoin, karbamazepin, cacat lahir, penghentian OAE pada
diazepam, mefobarbital, amobarbital, perempuan hamil bukan suatu tindakan
dan ethosuximide. Sebuah kelompok yang realistik. Hal itu disebabkan karena
peneliti menunjukkan bahwa vigabatrin kondisi kehamilan itu sendiri
juga meningkatkan risiko perdarahan meningkatkan risiko bangkitan. Sekitar
neonatus. Angka prevalensi mencapai 30% perempuan hamil yang sudah
setinggi 30% tetapi tampaknya memiliki mendapat terapi mengalami kenaikan
rata-rata 10%. Mortalitas tinggi, lebih dari frekuensi bangkitan. Risiko paling tinggi
30%, karena perdarahan terjadi dalam dihadapi oleh mereka yang sudah
kavitas interna dan tidak diketahui hingga memiliki bangkitan lebih dari satu kali
anak mengalami syok. Perdarahan sebelum hamil. Risiko paling rendah
diakibatkan karena defisiensi faktor terjadi pada mereka yang pada masa
penjendalan yang tergantung vitamin K sebelum kehamilan hanya mengalami
yaitu faktor II, VII, IX dan X. Antikonvulsan bangkitan kurang dari satu kali dalam
bekerja seperti warfarin, dan sembilan bulan6.
menghambat transport vitamin K Beberapa efek teratogenik OAE,
melewati plasenta11. dalam dosis tertentu, masa rentan
pemberian, dan jenis anomali yang
Berat Badan Lahir Rendah diakibatkan oleh OAE dijelaskan dalam
Berat badan lahir rendah (kurang tabel 2.
dari 2500g) dan prematuritas telah
ditunjukkan pada bayi dari ibu penderita Sejumlah OAE baru telah
epilepsi. Rata-rata tingkatan berkisar dipasarkan di Amerika Serikat sejak
dari 7-10% untuk berat badan lahir tahun 1993: gabapentin, felbamate,
rendah dan 4-11% untuk prematuritas. lamotrigine, leveticaretam,
Penelitian ini tidak menganalisis efek dari oxcarbazepine, tiagabine, topiramate,
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

dan zonisamide. Jumlah laporan Spina bifida merupakan istilah dari


kehamilan yang terpapar obat ini sangat bahasa Latin yang berarti medula spinalis
rendah, dan tidak cukup besar untuk yang terbuka, mengacu pada cacat lahir
dapat menentukan apakah ada yang ditandai dengan adanya medula
peningkatan risiko outcome yang spinalis yang tidak terbentuk secara
merugikan dengan paparan janin. Kita lengkap. Anensefali merupakan salah
mengetahui bahwa konsentrasi satu bentuk NTD yang ditandai sebagian
lamotrigin dan levetiracetam mengalami besar otak, tulang tengkorak dan
penurunan selama kehamilan dan telah mungkin medula spinalis tidak
menduga bahwa hal ini juga benar untuk terbentuk16.
OAE yang baru lainnya4.
Pemberian terapi jangka panjang PENATALAKSANAAN EPILEPSI
dengan zat yang diperkirakan PADA KEHAMILAN
mempunyai efek teratogenik yang Memperhatikan bahasan di atas,
potensial pada masa usia kehamilan yang perempuan hamil dengan epilepsi
sensitif harus dipertimbangkan dengan dihadapkan pada kondisi yang unik. Satu
cermat, hal ini termasuk penggunaan sisi dengan kehamilannya mempunyai
OAE. Gangguan pada masa rawan ini risiko untuk meningkat serangannya,
menimbulkan cacat terutama pada namun di sisi lain penggunaan OAE tidak
sistem saraf pusat, karena sistem saraf sepenuhnya aman dan bebas diberikan
pusat sedang terbentuk dan mengingat efek samping bagi janin yang
berkembang 14,15. dikandungnya. Penanganan epilepsi pada
Neural Tube Defect (NTD) adalah perempuan hamil perlu direncanakan
cacat yang terjadi pada susunan saraf secara cermat.
pusat termasuk otak dan medula spinalis.
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Tabel 2. Berbagai jenis OAE, dosis, masa rentan pemberian dan jenis anomali14

Masa rentan,
Obat Dosis Jenis anomali yang mungkin timbul
Post konsepsi
Carbamazepi Terapeutik, Organogenesis Facial dysmorphism, sama seperti yang terli-
n hat pada pemakaian Oxazolidine–2,4 diones,
Kronik ( 18 – 60 hari )
spina bifida, hipoplasi falang distal,
keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan
Phenytoin / Terapeutik, Organogenesis Sindroma fetal hidantoin, hipoplasi kuku dan
phalang distal, okular hipertelorisme, batang
Fosphenytoin Kronik ( 18 – 60 hari )
hidung rata, celah bibir/palatum, cacat
jantung kongenital, mikrosefali,
perkembangan lambat
Asam Terapeutik, Organogenesis Brachisefali dengan dahi yang tinggi,
valproat shallow orbits,okular hipertelorisme, hidung
Kronik ( 18 – 60 hari )
dan mulut kecil, telinga letak rendah, jari dan
jempol dempet, kuku jari hiper konvek, septo
optik displasi, celah bibir/palatum, kelainan
anggota gerak bawah, keterlambatan
tumbuh kembang, mikrosefali, spina bifida,
anomali traktus UG dan repirastorius,
kraniosinotosis, autisme.
Phenobarbita Terapeutik, Organogenesis Celah wajah, kelainan jantung kongenital,
l fasial dismorfisme dan hipoplasi kuku
Kronik ( 18 – 60 hari ) seperti yang terlihat pada penggunaan
Oxazolidine–2,4 diones, neonatus
withdrawal, ketidak mampuan belajar,
retardasi mental
Clonazepam Terapeutik, Organogenesis Anomali kongenital dilaporkan pada 13%
bayi dari ibu yang mengkonsumsi
Kronik ( 18 – 60 hari ) clonazepam kom binasi dgn OAE lain. Tidak
ada pola anomali yang tetap. Pada satu
penelitian, ditemukan kraniofasial atau
digital embriopati antikonvul san pada bayi
dari ibu yang menkonsumsi clonazepam
kombinasi dengan primidone
Primodon Terapeutik, Organogenesis Hirsute forehead, thick nasal root, fasial
dismorfisme dan hipoplasi kuku sama
Kronik ( 18 – 60 hari ) seperti pada pemakaian Oxazolidine–2,4
diones,cacat jantung kongenital,
perkembangan lambat
Oxazolidine – Terapeutik, Organogenesis pertumbuhan lambat, mikrosefali, celah bibir
2,4 diones (tri / palatum, wajah abnormal dengan alis
methadion, Kronik ( 18 – 60 hari ) bentuk v, batang hidung lebar, lipatan
tubuh calon ibu, persalinan, menyusui,
Penyuluhan Prakonsepsi dan Ate Natal ketaatan minum OAE dan kemungkinan
Care perubahan dosis dan/atau jenis OAE yang
Menjelang perkawinan, hakekat diminumnya 17.
dan seluk beluk kehamilan sudah harus Beberapa konseling bagi
dijelaskan kepada penderita dan calon perempuan epileptik yang akan segera
suaminya. Hal ini berkaitan dengan memiliki anak adalah penting5. Hal ini
kehamilan dan seluruh proses perubahan berkaitan dangan seluruh proses
perubahan yang terjadi pada janin dan perubahan yang terjadi pada janin dan
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

tubuh calon ibu, persalinan, menyusui, ultrasonografi untuk mengetahui ada


ketaatan minum OAE, dan kemungkinan atau tidak adanya neural-tube defects,
adanya perubahan dosis dan/atau jenis bibir sumbing, dan kelainan jantung
yang diminumnya. Penderita harus bawaan. Pemeriksaan tersebut
diyakinkan bahwa sebagian besar dikerjakan sejak kehamilan 6 minggu
perempuan melahirkan dengan normal, sampai 36 minggu. Tentu saja,
tetapi kepada penderita juga harus pemeriksaan tersebut harus dipahami
diberitahukan bahwa perempuan sepenuhnya oleh penderita dan
penyandang epilepsi mempunyai risiko suaminya. Khusus untuk pemantauan
lebih tinggi untuk melahirkan bayi yang kadar OAE, tidak ada konsensus atau
cacat, itupun sebagian besar disebabkan bukti epidemiologi kuat yang mendukung
oleh obat yang diminumnya. Bangkitan pemeriksaan kadar OAE lebih sering dari
yang terkontrol baik, terutama bangkitan pada biasa (status tidak hamil). Walaupun
tonik-klonik, akan melahirkan bayi sehat. kadar OAE menurun selama kehamilan,
Penekanan kepada pentingnya fragmen obat yang tidak terikat protein
kebangkitan yang terkontrol akan dalam keadaan lebih konstan. Di samping
meningkatkan ketaatan penderita untuk hal tersebut diatas, penderita dianjurkan
minum obat selama hamil18. untuk tidur secara cukup. Kurang tidur
Evaluasi prakonsepsi adalah fase dapat mencetuskan bangkitan epilepsi
yang paling penting di dalam manajemen maupun meningkatkan frekuensinya18.
epilepsi dan kehamilan. Perempuan hamil
dengan epilepsi perlu untuk memiliki Pemberian OAE
tinjauan neurologis pada tahap ini, untuk Apabila monoterapi dapat
memastikan diagnosis dan kebutuhan mengendalikan serangan epilepsi dengan
untuk diteruskannya pengobatan dengan baik maka pemberian OAE harus
OAE 10. diteruskan. Perubahan jenis OAE selama
Monitoring malformasi janin kehamilan untuk tujuan mengurangi
seharusnya dilakukan hingga akhir risiko teratogenik merupakan kontra
trimester pertama. Prosedur skrining lini indikasi dengan berbagai alasan.
pertama mungkin berupa estimasi -feto- Perubahan jenis obat justru dapat
protein (AFP) serum, yang cenderung mengundang serangan17. Secara umum,
meningkat dalam kasus NTD terbuka. risiko dapat diminimalisir dengan
Kadar AFP serum meningkat secara penggunaan multivitamin prakonsepsi
bertahap selama trimester pertama dan dengan folat, menggunakan OAE dalam
menurun hingga bulan keempat monoterapi pada dosis efektif yang
kehamilan10. paling rendah, dan dengan mencegah
Kewaspadaan dokter dan terjadinya bangkitan pada ibu4.
kekhawatiran penderita akan Hingga saat ini, belum ada
kemungkinan terjadinya cacat pada janin penelitian prospektif, terkendali
mendorong dikerjakannya pemeriksaan komparatif yang mengindikasikan bahwa
antenatal yang tidak sederhana, meliputi OAE mana yang paling aman selama
pemeriksaan kadar OAE, asam folat, kehamilan. Secara keseluruhan, bayi dari
AFP, vitamin K, dan pemeriksaan ibu dengan epilepsi dilaporkan memiliki
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

tingkat malformasi mayor kongenital menjadi 5% pada ibu yang mengkonsumsi


antara 4% dan 6% sekitar dua kali dari 2 macam OAE, serta meningkat lagi
populasi umum. Peningkatan risiko ini menjadi 10% pada ibu yang
sangat tinggi bagi perempuan yang mengkonsumsi 3 macam OAE dan pada
memerlukan politerapi OAE, memiliki ibu yang menkonsumsi 4 macam OAE
epilepsi refraktori, atau memerlukan risiko ini meningkat menjadi sekitar 20%.
kadar obat yang tinggi untuk Kombinasi asam valproat, karbamazepin
pengendalian bangkitan. Hal ini dan fenobarbital kemungkinan lebih
menunjukkan bahwa pengendalian teratogenik dari pada kombinasi OAE
bangkitan maternal yang optimal, yang lain15,19. Pengaruh jumlah OAE
monoterapi, dan menghindari kadar terhadap kejadian malformasi seperti
serum puncak yang tinggi (membagi tertera pada tabel 3.
dosis total harian ke dalam dosis multipel Berdasarkan data, OAE yang
yang lebih kecil dengan puncak paling sering digunakan adalah
postabsorptif yang lebih kecil) akan lebih karbamazepin, fenitoin, dan asam
aman bagi bayi. Laporan dari North valproat1. OAE generasi baru seperti
American Pregnancy Registry lamotigrin, topiramat, felbamat,
menunjukkan risiko yang lebih tinggi gabapentin, tiagabin, vigabatrin,
untuk abnormalitas kongenital dengan oxcarbazepin, levetiracetam, fosfenitoin
penggunaan fenobarbital dan valproat5. masih sangat terbatas penggunaannya
Terjadinya cacat lahir ini selain dan memerlukan penelitian lebih lanjut
bergantung pada jenis dan dosis obat untuk mengetahui sejauh mana efek
OAE, lama dan waktu serta cara teratogen bisa ditimbulkan23. Saat ini
pemberiannya, juga dipengaruhi oleh belum bisa ditentukan di antara jenis OAE
faktor genetik, beratnya epilepsi yang golongan baru tersebut mana yang
diderita ibu, atau kombinasi dari berbagai sebaiknya digunakan serta mana yang
faktor tersebut. Beberapa data mempunyai efek teratogenik lebih kecil
menyebutkan, cacat lahir lebih banyak atau lebih besar dari pada yang lain14.
terjadi pada anak dari ibu yang harus Penovich et al. (2004) me-
mengkonsumsi lebih dari satu macam rekomendasikan penggunaan OAE dalam
OAE secara bersamaan selama kehamilan : 1. Gunakan monoterapi
kehamilan dibandingkan dengan yang dengan OAE yang dipilih untuk sindrom
mengkonsumsi hanya satu macam OAE atau tipe bangkitan. 2. Gunakan dosis
saja. Secara nyata besarnya peningkatan yang paling rendah yang diperlukan
ini tidak diketahui. Beberapa peneliti untuk mengendalikan bangkitan dengan
menemukan sekitar 3% cacat lahir pada optimal. 3. Hindari kadar puncak yang
ibu hamil yang mengkonsumsi hanya satu tinggi dengan membagi dosis harian total
macam OAE, dibandingkan ibu epilepsi ke dalam dosis multipel yang lebih kecil.
yang tidak mengkonsumsi OAE selama 4. Ada bukti bahwa sediaan extended-
kehamilan yang hanya mengalami cacat release mungkin lebih aman selama
lahir sekitar 2%. Risiko ini meningkat kehamilan. 5. Periksa kadar obat total

Tabel 3. Rata-rata Kejadian Malformasi Berdasarkan Jumlah OAE20

Kondisi Maternal Rata-rata Malformasi Janin


Populasi normal 2%
Epilepsi tanpa terapi 2-3%
Epilepsi dengan 1 OAE 4-7%
Epilepsi dengan 2 OAE 5-10%
Epilepsi dengan 3 OAE 10-50%
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

dan bebas (jika tersedia) setiap bulan5. terbukti ada defisiensi asam folat maka
kepada penderita perlu diberi asam folat
Pemberian Asam Folat dengan dosis yang lebih tinggi, dapat
Folat merupakan vitamin esensial diberikan sampai 4 mg/hari18.
yang diperlukan pada sintesa nukleotid
dan metilasi DNA22. Pada trimester Pemberian Vitamin K
pertama kehamilan, folat sangat penting Bayi dari ibu yang mendapatkan
dalam mencegah cacat bawaan, pengobatan dengan OAE tertentu
khususnya NTD. Metilasi DNA penting (karbamazepin, fenitoin, primidon,
juga untuk mencegah kanker. fenobarbiton) memiliki risiko yang lebih
Pertumbuhan yang cepat selama embrio tinggi untuk mengalami perdarahan pada
membutuhkan sintesis DNA neonatus yang disebabkan defisiensi
meningkatkan kebutuhan folat. faktor penjendalan yang tergantung pada
Metabolisme abnormal folat akan vitamin K. Ibu dengan obat ini harus
mengakibatkan penurunan sintesis DNA mendapatkan penanganan profilaksis
dan metilasi gen, dengan dampak pada dengan vitamin K (Konakion) 20 mg oral
kerusakan embrio yang sedang per hari dari usia kehamilan 36 minggu
tumbuh .23 hingga persalinan dan bayi mereka harus
Neural tube defect adalah salah mendapatkan vitamin K 1 mg
satu dari malformasi yang terjadi lebih intramuskuler pada saat kelahiran26.
sering pada wanita dengan pengobatan Pada awalnya berhubungan dengan
antiepileptik, khususnya dengan sodium paparan terhadap fenobarbital atau
valproat. Telah diketahui dengan jelas primidon tetapi selanjutnya juga
bahwa asam folat prakonsepsi (dengan ditunjukkan pada anak yang terpapar
dosis 4-5 mg/hari) efektif dalam dengan fenitoin, karbamazepin,
mengurangi risiko neural tube defect diazepam, mefobarbital, amobarbital,
diantara ibu dengan risiko tinggi karena dan ethosuximide. Sebuah kelompok
memiliki anak yang dengan kondisi peneliti menunjukkan bahwa vigabatrin
tersebut sebelumnya. Terlebih lagi, juga meningkatkan risiko perdarahan
penelitian pada binatang (tikus) neonatus. Angka prevalensi mencapai
menunjukkan bahwa dosis tinggi valproat setinggi 30% tetapi tampaknya memiliki
berhubungan dengan perubahan rata-rata 10%. Mortalitas tinggi, lebih dari
konsentrasi bentuk folat spesifik di dalam 30%, karena perdarahan terjadi dalam
jaringan embrionik dan peningkatan kavitas interna dan tidak diketahui hingga
insidensi anomali neural tube. Tetapi anak mengalami syok. Perdarahan
penelitian pada manusia yang diakibatkan karena defisiensi faktor
menunjukkan sebuah efek protektif dari penjendalan yang tergantung vitamin K
suplemen folat pada wanita dengan yaitu faktor II, VII, IX dan X. Antikonvulsan
epilepsi masih kurang24. bekerja seperti warfarin, dan
Dosis optimal asam folat belum menghambat transport vitamin K
diketahui secara pasti. Untuk perempuan melewati plasenta . 11

yang tidak mengalami defisiensi asam


folat cukup diberi 1 mg/hari. Apabila Persalinan dan Menyusui
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

Persalinan adalah waktu dimana Monitoring konsentrasi obat serum bayi


terjadi peningkatan risiko baik untuk ibu disarankan tetapi bukan keharusan.
maupun janin. Bangkitan relatif mungkin Rekomendasi umum adalah untuk
terjadi selama persalinan dengan akibat meneruskan pemberian ASI, tetapi
risiko pada janin karena anoksia24. pemberian mungkin dapat dilakukan
Persalinan harus dilakukan di klinik atau sebelum ibu menggunakan dosis OAE-
rumah sakit dengan fasilitas untuk nya9.
perawatan epilepsi dan unit perawatan Banyak perempuan penyandang
intensif untuk neonatus. Selama epilepsi yang mampu menyusui anaknya
persalinan, OAE harus tetap diberikan; secara baik. Kadar OAE ditentukan oleh
apabila perlu maka dapat diberi dosis kadar obat dalam plasma dan tingkat
tambahan dan/atau obat penetral terikatnya obat oleh protein. Makin tinggi
terutama apabila terjadi partus lama. tingkat keterikatan oleh protein maka
Perlu diingat bahwa OAE yang kadar obat dalam ASI semakin rendah.
menginduksi enzim merupakan inhibitor Fenitoin dan asam valproat terikat
kompetitif terhadap prothrombin protein cukup tinggi sehingga kadarnya
precusors; hal demikian ini menempatkan dalam ASI cukup rendah. Lebih dari itu,
bayi dalam keadaan risiko tinggi untuk fenitoin cukup sulit diabsorbsi oleh
terjadinya perdarahan termasuk traktus gastrointestinalis bayi. Dengan
perdarahan otak. Risiko tertinggi demikian ibu yang minum fenitoin dan
terdapat pada hari pertama pascalahir, asam valproat diperbolehkan menyusui
dan bayi mungkin memerlukan bayinya. Karbamazepin dan fenobarbital
pemeriksaan koagulasi. Untuk terdapat dalam ASI dalam kadar yang
mengurangi risiko perdarahan maka lebih tinggi; dengan demikian kepada
pada bayi perlu diberikan vitamin K pada perempuan yang bersangkutan kurang
saat lahir, akhir minggu pertama, dan dianjurkan untuk menyusui bayinya, atau
akhir minggu ke-empat bayi diberi 2 mg diperbolehkan menyusui bayinya dengan
vitamin K secara oral18. pengawasan yang ketat. Apabila si ibu
Bagaimanapun, bayi perlu untuk minum fenobarbital maka bayinya harus
mendapatkan pengawasan yang hati-hati selalu diawasi apakah tidak dapat
terhadap efek apapun yang berkaitan menghisap ASI atau tampak mengantuk
dengan paparan OAE melalui susu ibu. terus. Apabila terjadi keduanya maka

Kadar kandungan Obat Anti Epilepsi dalam Air Susu Ibu tergambar pada tabel 4.
Tabel 4. Obat antiepilepsi dalam ASI dibanding kadar dalam darah9

Obat anti epilepsi Proporsi dalam ASI (%)


VPA <10
Fenitoin 20
CBZ 40
Fenobarbiton 50
Primidon 80
LTG 61
TPM 86
Okskarbazepin 80
Zonisamid 41-57
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

pemberian ASI harus segera 3. Azarbayjani, F. Common mechanism


dihentikan18. for teratogenicity of antiepileptic
drugs. Drug induced embryonic
SIMPULAN arrhythmia and hypoxia-
Sebagian besar perempuan reoxygenation damage. Acta
dengan epilepsi saat ini dapat memiliki Universitatis Upsaliensis.
dan membesarkan anak yang normal dan Comprehensive Summaries of
sehat, tetapi kehamilan mereka memiliki Uppsala Dissertations from the
peningkatan risiko untuk komplikasi. Faculty of Pharmacy, 2001; 253. 54
Kehamilan dapat menyebabkan pp. Uppsala. ISBN 91-554-5065-2.
peningkatan frekuensi bangkitan pada 4. Yerby MS, Kaplan P, Trant T. Risks
beberapa perempuan dengan epilepsi. and management of pregnancy in
Bangkitan epilepsi maternal dan paparan women with epilepsy. Cleveland
obat antiepilepsi in utero dapat Clinic Journal of Medicine, 2004; Vol
meningkatkan risiko terjadinya outcome 71-Supplement 2.
yang merugikan pada anak yang 5. Penovich PE, Karen E. Eck, Vasiliki V.
dilahirkan dari ibu dengan epilepsi. Recommendations for the care of
Outcome ini termasuk fetal loss dan women with epilepsy. Cleveland
kematian perinatal, malformasi dan Clinic Journal of Medicine, 2004; Vol
anomali kongenital, perdarahan neonatal, 71.
berat badan lahir rendah, keterlambatan 6. Schmidt D, Canger R, Avanzini G,
perkembangan, dan epilepsi masa kanak- Battino D, Cusi C, Beck Mannagetta
kanak. G, Koch S, Rating D, Janz D. Change
Penatalaksanaan epilepsi pada of seizure frequency in pregnant
kehamilan meliputi pentalaksanaan epileptic women. J Neurol Neurosurg
konsultasi dan edukasi prakonsepsi, Psychiatry ,1983; 46:751-755.
pemilihan OAE sebelum dan selama 7. Aaron B Caughey, Suzanne R Trupin,
kehamilan, ANC dan pemberian supemen Francisco Talavera, David Chelmow,
volat dan Vit K, persalinan dan post Frederick B Gaupp, Lee P, Shulman
partum (menyususi). P,H. 2004. Seizure Disorders in
Pregnancy © Copyright 2004,
DAFTAR PUSTAKA eMedicine.com, Inc.
1. Bittigau P, Sifringer M, Ikonomidou C. 8. Iskandar J. Epilepsi Pada Kehamilan,
Antiepileptic drugs and apoptosis in USU digital library, Medan, 2002
the developing brain, Ann N Y Acad 9. Hiilesmaa VK, Teramo K, Granstorm
Sci, 2003; 993:103-124. ML, Bardy AH. Fetal Head Growth
2. Finnell RH, Dansky LV. Parental Retardation associated with Maternal
epilepsy, anticonvulsant drugs, and Antiepileptic Drugs. Lancet, 1982;
reproductive outcome: epidemiologic 165-7
and experimental findings spanning 10. Thomas SV. Managemen Epilepsy
three decades : Animal studies. and Pregnancy, J Postgrad Med
Reprod Toxicol, 1991;5:281-299. March, 2006; Vol 52,
www.jpgmonline.com
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

11. Yerby MS. Neurological Management fisiologik. Pidato Pengukuhan


of Women with Epilepsy. North Jabatan Guru Besar dalam Ilmu
Pacific Epilepsy Research Mother Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran
Joseph Plaza . Associate Clinical UGM, Yogyakarta, 2004.
Professor of Public Health, and 18. Harsono. Epilepsi, edisi kedua.
Obstetrics and Gynecology Oregon Gadjah Mada University Press,
Health Sciences University Portland, Yogyakarta, 2007.
Oregon. Yerby@seizures.net. 2001 19. Noah S, Davis. Teratology and Drug
12. Rochester JA, Kirchner JT. Epilepsy Use During Pregnancy.
in pregnancy. Am Fam Physician. Oct eMedicine.com,Inc., 2004.
, 1997; 15; 56 (6) : 1631-1638. 20. Wibowo S, Abdul Ghofir. Obat Anti
13. Holmes LB. The teratogenicity of Epilepsi, Pustaka Cendekia Press,
anticonvulsant drugs. N Engl J Med Yogyakarta, 2006.
2001 Apr 12; 344:1132-1138 21. Dalessio. Anticonvulsant Drugs are
14. Polifka E , Friedman JM, Hall J. Teratogens. Journal Watch
Clinical teratology in the age of Neurology, 2001; June 8, Source.
genomics. Canadian Medical 22. Hansen DK, Billings RE. Phenitoin
Association Journal, 2002; August Teratogenecity and Effect on
6.167 (3). Embrionic and Maternal folate
15. Bittigau P, Sifringer M, Genz K, Reith Metabolism. Teratology,
E, Pospischil D, Govindrajalu S, 1985;31:363-71.
Dzietko M, Pesditschek S, Mai I, 23. Finnell RH. Bielec B, Nau H.
Dikranian K, Olney JW, Ikonomidou Anticonvulsan Drugs: Mechanisme
C. Anti Epileptic Drugs and and Pathogenesis of Teratogenicity.
Apoptotoc Neurodegeneration in the In: Kavlock RJ, Datson GP, editors.
Developing Brain. Proc Natl Acad Sci Drug Toxicity in Embrionic
USA, 2002; 12 (23):15089-94 Development II. Handbook of
16. Lombardi T. Women’s Health Grand Experimental Pharmacology.
Rounds-Folic Acid Update for Newyork: Springer-Verlag. 1991,P
Pharmacists. School of Public Health, 121-58.
University at Albany. 24. Greer, Ian, Glasgow, Gordon Lang.
www.albany.edu/sph/coned/womenh The Management of Pregnancy
gr.html. Accessed November 13, inWomen with Epilepsy, A Clinical
2003 Practice Guideline for Professionals
17. Harsono. Karakteristik epilepsi pada Involved in Maternity Care in
perempuan, pendekatan manajemen Scotland, 1997.
berdasarkan perubahan-perubahan

Potrebbero piacerti anche