Sei sulla pagina 1di 9

1.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara


Hingga saat ini, para arkeolog telah berhasil menemukan 7 prasasti yang diyakini merupakan peninggalan
kerajaan Tarumanegara. Masing-masing prasasti tersebut ditemukan di tempat yang berbeda-beda di
sekitaran wilayah Jawa Barat dan berisi tentang berita-berita yang berbeda pula. Masing-masing prasasti
tersebut di antaranya

1. Prasasti Ciaruteun (Ciampea) ditemukan di tepi sungai Ciarunteun, Bogor. Prasasti ini
menyebutkan nama Tarumanegara dan Raja Purnawarman dan terlukis sepasang telapak
kaki yang diyakini miliki Purnawarman
2. Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak) ditemukan di perkebunan jambu di bukit Koleangkak,
yang letaknya sekitar 30 km sebelah barat Bogor. Prasasti ini berisi pujian terhadap
pemerintahan raja Purnawarman.
3. Prasasti Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir, Cibungbulang, Bogor. Berisi
lukisan telapak kaki gajah yang disamakan dengan telapak kaki Airawata, gajah tunggangan
dewa Indra.
4. Prasasti Muara Cianten ditemukan di tepi sungai Cisadane, Bogor. Prasasti ini berisi
pahatan gambar sulur-suluran dan aksara ikal yang belum bisa dibaca.
5. Prasasti Pasir Awi ditemukan di Sukamakmur, Jonggol. Prasasti ini berisi pahatan gambar
ranting pohon, buah, dan sepasang telapak kaki
6. Prasasti Cidanghiyang (Lebak) ditemukan di tepi sungai Cidanghiang, Munjul, Pandeglang,
Banten. Prasasti ini berisi 2 baris puisi yang mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
7. Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan
pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang. Prasasti ini berisi kabar
tentang penggalian sungai Gomati pada masa kepemimpinan Purnawarman

Prasasti-prasasti yang menjadi sumber sejarah kerajaan Tarumanegara di atas merupakan bukti utama
keberadaan dan kedaulatan kerajaan ini di masa silam. Selengkapnya tentang gambar dan isi dari ketujuh
prasasti tersebut, Anda dapat membacanya di link ini.

2. Berita dari China


Sumber sejarah kerajaan Tarumanegara lainnya adalah 3 berita dari tulisan China. Ketiga sumber
berita tersebut yaitu sebuah buku berjudul Fa Kao Chi (414 M), catatan kerajaan Dinasti Sui (528 M), dan
catatan kerajaan Dinasti Tang (669 M).

Buku berjudul Fa Kao Chi ditulis oleh Fa Hien mengisahkan tentang keadaan masyarakat Ye Po Ti yang
lebih banyak memeluk agama Hindu dibandingkan agama Budha. Ye Po Ti sendiri diyakini sebagai
sebutan Pulau Jawa (Jawadwipa) dalam dialek China. Anggapan tersebut didasari fakta bahwa Fa Hien
memang seorang saudagar yang sering berlayar ke Jawa untuk urusan perniagaan.

Sementara catatan kerajaan Dinasti Sui dan Dinasti Tang menyebutkan adanya utusan yang datang dari
kerajaan Tolomo di daerah selatan. Nama Tolomo sendiri secara entimologi kerap dikaitkan dengan
Taruma.

3. Arca Peninggalan Tarumanegara


Selain prasasti dan berita dari China, beberapa benda arkeologis berupa arca yang ditemukan di sekitar
Jakarta, Banten, dan Jawa Barat juga dapat menjadi sumber sejarah kerajaan Tarumanegara, khususnya
terkait dengan gambaran kuatnya pengaruh Hindu di daerah tersebut pada masa silam.

Arca-arca yang telah ditemukan di antaranya arca gajah di Ciampea; arca Brahma, arca singa, arca raksasa,
dan arca duduk di Gunung Cibodas; arca Siwa di Tanjung Barat; arca Durga di Tanjung Priok; arca
Rajaresi di Cilincing; dan 3 arca Wisnu di Cibuaya. Dari analisa kandungan karbon, arca-arca tersebut
memang diketahui berasal dari masa sekitar abad ke 4 sd 6 Masehi. [Baca Juga : Letak Kerajaan
Tarumangera]

4. Candi Peninggalan Tarumanegara


Sebagaimana kerajaan bercorak Hindu lainnya, kerajaan Tarumanegara juga memiliki peninggalan berupa
komplek percandian. Percandian yang berstruktur batu bata tersebut terbagi dalam 2 komplek, yaitu
komplek Segaran 1 sd 5 dan komplek Talagajaya 1 sd 8. Kesemua candi yang kini tinggal berupa
reruntuhan tersebut ditemukan di daerah Karawang.

5. Naskah Wangsakerta
Naskah Wangsakerta berisi sebuah penjelasan yang sangat lengkap tentang sejarah kerajaan Tarumanegara
pada masa silam. Akan tetapi, banyak ahli yang meragukan keaslian berita yang terdapat dalam naskah ini
karena pada beberapa bagian isinya justru berkontradiksi dengan sumber sejarah kerajaan Tarumanegara
lainnya. Oleh karena itu, naskah ini lantas hanya dijadikan rujukan apabila pada runutan sejarah
Tarumanegara menemukan missing link (titik gelap yang tidak terungkap).

Sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja Jayasinghawarman ketika memimpin
pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh yang terus menerus
menyerang kerajaan Salakanagara.

Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi


Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama
Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang
dipakai untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali
terdapat di tempat ini. Tanaman tarum tumbuh di sekitar Sungai Citarum. Selain untuk
pengawet kain, tanaman ini merupakan komoditas ekspor dan merupakan devisa
pemasukan terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja mencapai usia
lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan kepanditaan. Sebagai pertapa,
Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama dan gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja
Guru Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya tidak satupun yang
memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri terpaksa para ahli
berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia – sia. Setelahnya ke cina untuk
mempelajari hubungan cina dengan Indonesia di masa lampau mereka menemukan
naskah – naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya
Tolomo. Menurut catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke cina pada
tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M. sehingga dapat di simpulkan Tarumanegara berdiri
sejak sekitar abad ke V dan ke VI.

B. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara


1. Prasasti
a. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di pinggir sungai Ciaruteun,
dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki
yang dipahatkan di atas aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris, ditulis dalam bentuk puisi
India dengan irama anustubh (Anustubh: jumlah suku kata pada masing-masing baris
dalam satu bait puisi Jawa kuno sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini mengingatkam
adanya hbungan dengan prasasti raja Mahendawarman I dari keluarga Pallawa. Bunyi
dari prasasti ini ialah :
vikrantasyavanipateh
srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya
visnor iva padadvayam
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’
b. Prasasti Pasir Koleangkak
Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km sebelah barat Bogor.
Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-purnnavarmma
pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane nityadaksambhaktanamyandripanam-
bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam
‘’ gagah, memgagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang
tiada taranya- yang termashur sri Purnnavarman- yang sekali waktu( memerintah) di
Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus senjata
musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-
kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi
musuh-musuhnya’’
c. Prasasti Kebonkopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata.
Bunyinya sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/ vatabhasya vibhatidam- padavayam
‘’ Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah penguasa taruma
(yang) agung dalam….dan(?) kejayaan’’
d. Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)
Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman. Tulisannya
dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar. Yang khas dari prasasti ini
adalah:
- Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Panjab, yaitu sungai
Candrabhaga dan Gomati.
- Merupakan satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan anasir penanggalan
namun tidak memuat angka tahun yang pasti, hanya menyebutkan phalguna dan caitra
yang bertepatan dengan bulan Februari- April.
- Menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana diserati 1000 ekor sapi
yang dihadiahkan
- Menyebutkan dua nama lain dari Purnawarman
- Candrabhaga meruakan nama sungai India yang diberikan kepada sebuah sungai di
Jawa dan nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, Chandrabagha dapat di
artikan menjadi bekasi = Bhagasasi = Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra =
Bulan), yang diduga pusat Kerajaan Tarumanegara. Bunyi Prasasti Tugu sebagai berikut
:
pura rajadhirajena guruna inabahuna
khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau
pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa
narendradhvajabhutena srimata purnnavarmmana
caitrasukla-trayodsyam dinais siddhaikavinsakaih
ayata satrasahasrena dhanusam sasaterna ca
dvavinsena nadi ramya gomati nirmalodaka
pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim
brahmanair ggo-sahasrena prayati krtadaksina
‘’Dulu (kali yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan
mempuyai lengan kencang dan kuat( yakni raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke
laut setelah kali ini sampai di istana kerajaan yang termasyur. Di dalam tahun keduapuluh-
duanya dari tahta yang mulai raja Purnawarman yang berkilau-kilauan karena kepandaian
dan kebijaksanaanya serta menjadi panji segala raja, maka sekarang beliau menitahkan
pula menggali kali yang permai dan berair jenih, Gomati namanya, setelah sungai itu
mengalir di tengah-tengah tanah kediaman yang mulia Sang Pendeta nenek-da( Sang
Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan
Phalguna dan disudahi pada tanggal 13 paro-terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja,
sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak. Selamatan baginya dilakukan oleh para
brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan ‘’

e. Prasasti Pasir Awi (Pasir Awi, Bogor)


Tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti ini juga terdapat
gambar tapak kaki
f. Prasasti Muara Cianten (muara Cianten, Bogor)
Prasasti ini juga terdapat telapak kaki. Sayang tulisannya belum dapat di artikan sebab
tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak banyak yang di ketahui tentang isinya
g. Prasasti Cidanghiang atau Lebak
Ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul,
kabupaten Pandeglang, Banten. Ditemukan tahun 1947 dan berisi dua baris aksara yang
merupakan satu Sloka dalam metrum anustubh. Bunyi prasasti ini:
vikranto yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah)
narendraddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah
“Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari
raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”
2. Arca
a. Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang menggambarkan sifat-
sifat Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
b. Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti Purnawarman.
Arca ini memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang ditemukan di Kemboja,
Siam dan Semenanjung Melayu.
c. Arca Wisnu cibuaya II( di desa Cibuaya)
Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
- Jenis batu yang digunakan
- Bentuk arca dan laksananya
- Bentuk badan
- Makuta
3. Sumber lain
a. Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa)
tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam catatannya di sebutkan rakyat Tolomo
sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga
menyebutkan dalam bukunya Fa Kuo Chien bahwa rakyat Tolomo bermata pencaharian
bertani, berdagang dan pandai membuat minuman dari malai kelapa. Dari bukti-bukti yang
ada, para ahli sejarah menduga Tolomo/ taluma menurut Fa hien adalah Tarumanegara
b. Dinasti Soui
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga di perkuat dari berita Dinasti Soui, bahwa
tahun 528 dan 535 datang utusan dari negeri Tolomo yang terletak disebelah selatan
c. Dinasti Tang Muda
Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari
Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk Tarumanegara.
d. Dinasti Tang( 618-906)
Menyebutkan nama sebuah daerah bernama Ho-ling atau Jawa, yang terletak di Lautan
Selatan, sebelah timur Sumatra dan sebelah barat Bali. Nama Ho-ling oleh para sarjana
disesuaikan dengan Kalinga yang letaknya diperkirakan di Jawa Tengah Utara/ Walaing.
Daerah yang disebut Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas , perak, cula badak dan
gading gajah. Sedangkan penduduknya membuat benteng-benteng kayu dan rumah-
rumah mereka beratap daun kelapa.

Peta ditemukannya prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara:

C. Letak dan wilayah kekuasaan


Dari sumber – sumber di atas dapat di simpulkan bahwa Tarumanegara terletak di jawa
Barat. Pusatnya belum dapat di pastikan, namun para ahli menduga kali Chandabagha
adalah kali Bekasi, kira – kira anatar sungai Citarum dan sungai Cisadane. Adapun
wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai
perbatasan Cirebon.
D. Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta(Naskah Wangsakerta adalah
istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta
secara pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta".)
Raja-raja Tarumanegara
No Raja Masa pemerintahan
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535
7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman 640-666
12 Linggawarman 666-669

E. Kehidupan Masyarakat
Segi yang sangat penting di dalam kehidupan suatu masyarakat , adalah
matapencaharian masayarakat pada saat itu . Berdasarkan bukti-bukti dan sumber yang
ada sampai saat ini ,dapatlah di duga bagaimana kira-kira marta pencaharian penduduk
pada zaman Tarumanegara . Kalau dugaan tentang barang-barang dagangan yang
berasal dari daerah Ho – ling dapat diterima ,maka kita memperoleh gambaran bahwa
pada masa itu perburuan ,pertambangan ,perikanan dan perniagaan termasuk mata
pencarian penduduk Tarumanegara di samping pertanian ,peleyaran ,dan perternakan .
Bukti pada masa itu ada perburuan adalah , adanya berita tentang perdagangan cula
badak dan gading gajah , sedangkan gajah dan badak adalah hewan liar . Dari situ lah
disimpulkan untuk mendapatkan itu , mereka harus berburu .Sedang perikanan ,pada
masa itu terjadi jual beli kulit penyu . Untuk pertambangan ,kita peroleh dari perdagangan
mas dan perak . Jelaslah trelah disebutkan berulang kali perdangan ini membuktikan
adanya perniagaan pada saat itu . Pada prasasti tugu disebutkan usaha pembuatan
saluran yang dilakukan pada tahunke dua pulah dua tahun pemerintahan raja
purnawarman . Yang kegunaanya untuk mengatasi banjir yang selalu melanda daerah
pertanian di sekitar itu,. Selain itu ditemukan alat dari batu yang erat hubunganya dengan
pertanian .Sedangkan pertenekan belum tau adanya bukti. Mengenai pelayaran ,barang
kali ini tidak usah disangsikan lagi, karena letak tarumanegara yang cukup streategis
dijalan nusantara , membuat adanya keterampilan penduduknya di bidang pelayaran .
Untuk tegnologi belum ditemukan buktinya namun, pada saat itu mereka telah mempunyai
kepandaian membuat minuman arak yang terbuat dari mayang , nira dari bunga kelapa.
Selain ini makan pokok pada saat itu adalah beras .selain beras mereka makan buah –
buahan serta daging .
Pada saat itu perhubungan taruamnegara dengan kerajaan lain menggunakan
perhubungan air. Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan dengan adanya data
bahwa lembu merupakan hewan piaraan.Ruapanya selain untuk hadiah kepada kaum
brahmana dan pertanian ,hewan ini juga di pergunakan untuk melakukan hubungan
dalam negri ,dari satu tempat ke tempat lain ,yang tidak terlalu berjauhan letaknya .
Berdasarkan suber-sumber yang sangat tidak lengkap itu ,dapat diperkirakan golongan
masyarakat pada masa itu ialah kaum tani, pemburu , pedagang pelaut ,nelayan , dan
peternak .walaupun demikian ,tidak dapat dipastikan ,bagaiman pembagian kerja itu
dilakukan . ditinjau dari segi budaya ,golongan terbagi menjadi dua yaitu golongan
masyarakat berbudaya hindu dan golongan masyarrakt berbudaya asli .
Menurut bukti yang ada kita hanya mengetahui adanya aksara pallawa dan bahasa
sansekerta pada masa itu .Namun berita dari cina menyebutkan adanya suatu bahasa
dengan nama kwun lun .yang digunakan baik dijawa maupun di Sumatra.kwunlun ini
adalah bahasa Indonesia yang tercampur dengan bahasa sansekerta .
Dari berita fa – shien jelas ,bahwa pada awal abad ke 5 di trauma Negara terdapat tiga
macam agama , yaitu agama budha ,Hindu dan agama yang kotor .dan dari ketiga agama
tersebut agama hindulah yang paling banyak karena diperkuat dengan berbagai macam
prasati yang ditemukan .Antara lain Prasasti tugu ,prasasti Jambu ,Prasasti Pasir
kolengkak .apa yang kita ketahui tentang agama budha di trauma Negara , sama sekali
terbatas kepada berita Fa shien yang mengatakn bahwa pada waktu itu terdapat sedikit
sekali orang beragama budaha termasuk dia .agama kotor adalah agama yang sudah
lama ada sebelum masuknya pengaruh India ke Indonesia .

F. Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara


Tahun 686 Kerajaan Tarumanegara runtuh ditaklukan Dapunta Hyang Salendra, yaitu raja
Sriwijaya dari Kedah. Dalam prasasti kedukan bukit yang ditemukan di dekat Palembang
mempunyai angka tahun 605 Caka atau sama dengan 683 Masehi, menerangkan tentang
perjalanan penjelajahan Raja Dapunta Hyang Cri Jayanaca. Raja berangkat dari
Minangatamwan dengan armada berkekuatan 20.000 tentara dan menaklukan beberapa
daerah sehingga menjadikan Palembang sebagai Bandar pelabuhan terbesar di Sumatra
(Suwarna Dwipa). Dalam sejarah, Palembang menjadi tempat penting untuk pusat ziarah
umat beragama Buddha Mahayana. Karena kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 670
M dan didirikannya Bandar pelabuhan Palembang, maka kekuatan armada laut semakin
kuat dan bertambah besar sehingga dengan mudah memperluas kekuasaannya di Tanah
Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara

Letak Kerajaan Tarumanegara dan Ibu Kotanya Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
letak kerajaan Tarumanegara adalah wilayah di sekitar Jawa Barat. Wilayah tersebut meluas
seiring perkembangan kerajaan ini setelah dipimpin oleh Raja Purnawarman. Raja
Purnawarman –seperti yang dijelaskan dalam Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, dan
beberapa prasasti lainnya- adalah sosok raja yang sangat pandai berperang. Ia berhasil
melakukan ekspansi atau perluasan wilayah dengan melakukan perang dan penaklukan
terhadap Kerajaan Salakanagara yang sebelumnya juga ikut berkuasa di tanah Sunda.
Melalui ekspansi itu, wilayah dan letak Kerajaan Tarumanegara semakin meluas bahkan
hingga daerah Jakarta (Tanjung Priok) dan Banten. Wilayah dan letak kerajaan
Tarumanegara tersebut seperti dijelaskan pada gambar peta di bawah ini.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/05/letak-kerajaan-tarumanegara-lokasi.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
KEHIDUPAN POLITIK

Berdasarkan tulisan-tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui bahwa raja yang pernah
memerintah

di tarumanegara hanyalah raja purnawarman. Raja purnawarman adalah raja besar yang telah
berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu yang
menyatakan raja purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah
kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk
memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.

KEHIDUPAN SOSIAL

Kehidupan social kerajaan tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja
purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja
purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting
dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para dewa.

KEHIDUPAN EKONOMI

Prasasti tugu menyatakan bahwavraja purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat


sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis
yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir
serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di kerajaan tarumanegara denagn
dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan
perekonomian masyarakat kerajaan tarumanegara sudah berjalan teratur.

KEHIDUPAN BUDAYA

Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai
bukti kebesaran kerjaan tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat
pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti
tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan tarumanegara.

RUNTUHNYA KERAJAAN TARUMANEGARA, diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7


Masehi. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa setelah abad ke-7, berita mengenai kerajaan ini tidak
pernah terdengar lagi baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri . Para ahli berpendapat
bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar disebabkan karena adanya
tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah.

Berikut adalah raja-raja Tarumanagara:


1. Jayasingawarman (358 - 382) Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja
Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari SALANKAYANA di India yang mengungsi ke Nusantara karena
daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Setelah Jayasingawarman
mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara. Salakanagara kemudian
berubah menjadi Kerajaan Daerah. Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).
2. Dharmayawarman (382 - 395 M) Dipusarakan di tepi kali Candrabaga.
3. Purnawarman (395 - 434 M) Ia membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih
dekat ke pantai dan dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam
tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya. Pustaka Nusantara,parwa II sarga 3 (halaman
159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang
dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang
Purbalingga?) di Jawa Tengah. Secara tradisional Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-
raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.
4. Wisnuwarman (434-455)
5. Indrawarman (455-515)
6. Candrawarman (515-535 M)
7. Suryawarman (535 - 561 M) Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang
memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga
mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu
Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut.
Sedangkan putera Manikmaya, tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima
Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya
mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
8. Kertawarman (561-628)
9. Sudhawarman (628-639)
10. Hariwangsawarman (639-640)
11. Nagajayawarman (640-666)
12. Linggawarman (666-669) Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja.
Dalam tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman
sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua
bernama Sobakancanamenjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
13. TARUSBAWA (669 – 723 M) Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan
mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah
sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba
(ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini
dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan
Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh (SENA or SANNA) berjodoh dengan Sanaha puteri Maharani Sima dari
Kerajaan Kalingga, Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun menuntut kepada
Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan
perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah
menjadi dua kerajaan, yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.

Silsilah Raja Kerajaan Tarumanagara24Aug 2011

Penjelasan tentang
Tarumanagara
cukup jelas di Naskah Wangsakereta.Sayangnya, naskah ini mengundang polemik
dan banyak pakar sejarahyang meragukan naskah-naskah ini bisa dijadikan
rujukan sejarah.Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara
didirikan oleh Rajadirajaguru ayasinga!arman pada tahun "#$, yang kemudian
digantikan oleh putranya, %harmaya!arman &"$' ( ")# *. ayasinga!arman
dipusarakan di tepi kali +omati, sedangkan putranya di tepi
kaliCandrabaga. aharaja Purna!arman adalahraja
Tarumanagara
yang ketiga &")#- " *. a membangunibukota kerajaan baru pada
tahun ")/ yang terletak lebih dekat ke pantai. %inamainya kota
ituSundapura(pertama kalinya nama 0Sunda1 digunakan.Prasasti Pasir
uara yang menyebutkan peristi!a pengembalian pemerintahan kepada
RajaSunda itu dibuat tahun #"2 . %alam tahun tersebut yang menjadi
penguasaTarumanagaraadalah Surya!arman &#"# ( #23 * Raja
Tarumanagara ke-/.
Pustaka Jawadwipa
, par!a , sarga3 &halaman $4 dan $3* memberikan keterangan bah!a dalam
masa pemerintahan Candra!arman&#3#-#"# *, ayah Surya!arman, banyak
penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas
daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara.
%itinjaudari segi ini, maka Surya!arman melakukan hal yang sama sebagai
lanjutan politik ayahnya.Rakeyan uru Pengambat yang tersurat dalam
prasasti Pasir uara mungkin sekali seorang pejabat tinggi Tarumanagara
yang sebelumnya menjadi !akil raja sebagai pimpinan pemerintahan di daerah
tersebut. 5ang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai pengembalian
pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana6 7pakah daerah
itumerupakan pusat 8erajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang
termasuk ka!asan8erajaan Sunda

Potrebbero piacerti anche