Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
net/publication/317037660
CITATIONS READS
0 1,168
1 author:
Zuber Angkasa
Universitas Muhammadiyah Palembang
7 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Zuber Angkasa on 21 May 2017.
ABSCTRACT
The development of new urbanism paradigm in the world today, has been reminded of the importance of
vernacular architecture in urban planning.. It would be advantageous for areas with high ethnic diversity as South
Sumatra. This study aims to inventory the vernacular house typology in South Sumatra. Methods of study is to
examine the vernacular houses of all ethnicities in South Sumatra (29 ethnicity) plus two ethnic from neighboring
provinces (Kubu and Lambak). The study found 18 different types of houses, and also found that the typology of
the roof consists of a limas roof, pelana roof, and a perisai roof. The variety of roof reflects the high ethnic
mobilization in South Sumatra. Even so, as a result of acculturation that occurs in these dynamics, the variety is
found only on the shape of the roof, while the other part of the building does not have a clear marker of difference.
Implications of the New Urbanism presented in the design of contemporary urban planning in South Sumatra.
Kata kunci: arsitektur vernakular, Sumatera Selatan, tipologi bentuk, tipologi atap, keanekaragaman etnik
Rumah Pesirah
Rumah ini merupakan rumah besar dari
kabupaten Musi Banyuasin. Atap berbentuk
campuran limas dan pelana, tetapi pada
dasarnya adalah limas. Teras tedapat di kedua
samping bangunan, begitu pula pencapaian. Gambar 6 Rumah Tua Bubungan Lima [28]
Atap Pelana
Rumah Rakit
Rumah rakit merupakan rumah terapung
yang banyak ditemukan di Sungai Musi.
Rumah rakit selalu terapung di atas air
sehingga praktis berada di badan sungai [29].
Rumah terapung ini menggunakan susunan
balok kayu atau bambu dengan lantai bahan
Gambar 4 Rumah Pesirah [25] papan. Atap berbentuk pelana datar dengan
penutup dari daun nipah, alang, atau ijuk,
diikat dengan tali dari rotan. Varian dengan
bentuk pelana yang lebih melengkung
disebut Rumah Rakit Tionghoa. Bagian
ujung pelana diperkuat dengan sistem
konstruksi Tionghoa karena rumah ini pada
awalnya memang dibuat oleh etnik Tionghoa
yang sempat dilarang untuk tinggal di daratan
[18]. Rumah ditempatkan sejajar dengan
tepian sungai dan tersusun berderet ke arah
Gambar 8 Rumah Ulu Minanga [21]
daratan. Rumah yang berada paling ke arah
sungai umum digunakan untuk berdagang
sementara rumah yang lebih ke darat Rumah Baghi
disebabkan karena penghuni rumah bekerja Rumah tipe ini berada di kawasan Pelang
di darat [18]. Bangunan ini berfungsi sebagai Kenidai, Pagar Alam dan merupakan
tempat tinggal, warung, bengkel, dan rumah dari suku Basemah/Pasma. Rumah
sebagainya. Bagian depan rumah dapat Baghi memiliki tiga tipe sesuai dengan
difungsikan untuk tempat mencari ikan. status sosial pemilik. Tipe ini mencakup
Rumah Tatahan yang memiliki ukiran
halus, Rumah Kilapan yang tidak berukir,
dan Rumah Padu Kingking yang
mengkombinasikan kayu dan bambu.
Atap secara umum berbentuk pelana
trapesium dengan patahan pada
bubungan. Kajian Rinaldi et al [32]
menyimpulkan kalau tipe rumah ini
tergolong tahan gempa.
Rumah Ulu
Rumah Ulu sebenarnya lebih pantas
dipandang sebagai kelompok dari beberapa
jenis rumah karena istilah Ulu itu sendiri
adalah penanda lokasi hulu sungai Musi dan
di lokasi ini terdapat banyak etnik. Gambar 9 Rumah Besemah [32]
Karakteristik umum dari rumah ulu memiliki
bentuk dasar segi empat. Sebagian ruangan Rumah Tunggu Tubang
memiliki plafond (pagu hantu) untuk Rumah ini banyak ditemukan di kawasan
menyimpan barang dan makanan. Sementara Pulau Panggung, OKI dan Muaraenim.
itu atap berbentuk pelana, bukannya limas. Rumah ini merupakan rumah etnik
Atap pelana ini menjorok ke depan dan ke Semendo. Atap secara umum berbentuk
belakang pada bagian tengahnya. Rumah pelana trapesium dengan patahan pada
berbentuk panggung untuk menghindari bubungan.
musim pasang dan biantang buas. Hanya ada
satu tangga terletak di depan rumah dan
beranak tangga ganjil [31]. Bagian atas untuk
tempat tinggal dan bawah untuk
penyimpanan alat rumah tangga.
Perahu Kolek
Khusus bagi suku Sekak, diketahui bahwa
sebagian dari mereka yang tidak memiliki
tanah di darat, umumnya tinggal di atas
perahu kolek, seperti halnya suku Anak Laut
yang berada di sekitar Kepulauan Riau atau
suku Bajau di kawasan timur Indonesia. Gambar 15 Bentuk besar Rumah Vernakular Lom
Perahu kolek juga digunakan sebagai hunian [37]
bagi etnik yang disebut “Orang Sampan” di
Sumatera Selatan. Sungguh demikian, hal ini
semestinya lebih dilihat sebagai masalah
Gambar 16 Balai Adat Lom [38]
Gambar 18 Rumah Rakit Pedamaran [41]
Rumah Godong
Rumah godong adalah rumah dari suku Kubu Rumah Komering
(Anak Dalam) yang bermukim terutama di Rumah Komering memiliki bentuk Melayu
kawasan Jambi. Rumah godong sangat dengan panggung tinggi. Rumah Komering
sederhana karena dibangun hanya ketika banyak ditemukan di kawasan sekitar DAS
membuka lahan atau menunggu panen. Komering.
Bahan baku rumah Godong adalah kayu dan
jerami untuk atap. Sementara paku
digantikan dengan sistem ikat rotan. Rumah
godong sendiri fungsinya lebih sebagai
tempat penyimpanan atau menerima tamu
sementara penduduk tidur di tanah (Rumah
ditano) atau tenda (Susudung) dan tikar
(Bolalapion) [39]. Bentuk rumah panggung
dengan tinggi sekitar 1,2 meter. Karena Gambar 19 Rumah Adat Suku Komering [42]
bentuk yang sangat sederhana, rumah tipe ini
kemungkinan digunakan secara umum pada Rumah Bongkar Pasang
suku-suku pedalaman perambah hutan di Rumah ini ditemukan pada wilayah suku
Sumatera, termasuk suku Kikim di DAS Penesak atau Meranjat, di kawasan Ogan Ilir,
Kikim, Kabupaten Lahat. khususnya Kecamatan Tanjung Batu,
Payaraman, Lubuk Keliat, dan Indralaya
Selatan.
Atap Perisai
Rumah Rakit Pedamaran Gambar 20 Rumah Bongkar Pasang [43]
Rumah rakit dalam bentuk besar dengan atap
perisai banyak ditemukan di kawasan Tipologi Rumah Vernakular Sumatera
Pedamaran, Kecamatan Pedamaran, Selatan
Kabupaten OKI. Rumah-rumah suku Davis [44] menyatakan bahwa pada umumnya
Pedamaran ini memiliki proporsi atap yang rumah di Sumatera memiliki atap yang tinggi
sangat besar dibandingkan bagian bawah dengan lantai utama terangkat dari tanah dan
rumah. Di sisi lain, rumah tidak berbentuk beranda menjorok maju. Atap yang tinggi diduga
panggung, tetapi langsung mengambang di dirancang agar air dapat segera turun karena atap
atas air atau dengan tali tambang maupun tinggi mengakibatkan kemiringan atap yang
tiang tersembunyi. curam pula untuk menghindari penggunaan
lahan yang terlalu luas. Selain itu, atap tinggi
diperlukan untuk sirkulasi udara yang lebih baik.
Bentuk atap sendiri dipandang sebagai bentuk
simbolik dari perahu yang membawa leluhur
penduduk ke pulau Sumatera. Walau begitu, Menariknya, tipe-tipe atap rumah ini tidak
hipotesis ini tidak dapat diterima karena leluhur terlokalisasi di satu titik. Rumah-rumah limas
suku-suku di Sumatera lebih mungkin datang memang ditemukan di sepanjang lembah di
dalam jalan darat ketika Paparan Sunda masih tengah Sumatera Selatan (DAS Musi) dari
terbentuk, ketimbang lewat laut seperti rupa Palembang sampai Lematang yang menerus
muka bumi saat ini. Sungguh demikian, jika dari timur ke barat, tetapi rumah dengan atap
rumah dibuat pada periode sejarah, hal ini dapat limas juga ditemukan di Musi Banyuasin di
diterima terkait migrasi penduduk menggunakan utara dan Lintang di pedalaman barat hingga
sungai [45]. Tetapi terdapat bukti kalau rumah ke Lambak di Bengkulu dan Ranau di barat
tipe Melayu dengan atap pelana telah ada di daya. Sementara itu rumah tipe perisai
Sumatera Selatan sekitar abad ke-7 Masehi [45]. banyak di kawasan timur laut. Rumah dengan
Begitu pula, Schefold et al [45] berargumen tipe atap pelana banyak ditemukan di
bahwa sebenarnya, asosiasi nautikal dari rumah kawasan pedalaman barat, tetapi juga
vernakular Sumatera Selatan sebenarnya digunakan pada rumah rakit dan perahu kolek
terdapat pada bentuk lantai ketimbang atap. yang memiliki mobilisasi tinggi di sepanjang
sungai dan laut, maupun rumah panggung air
Walaupun studi ini tidak meninjau secara di pesisir sungai dan laut, serta rumah Lom di
mendalam keseluruhan dari 29 suku asal kawasan Bangka. Hal ini mencerminkan
Sumatera Selatan dan suku-suku sekitarnya dinamika mobilisasi etnik yang tinggi di
dalam aspek arsitektur vernakular, sejumlah Sumatera Selatan [45]. Karenanya rumah-
kesimpulan tipologis mengenai rumah rumah adat dapat saling mengalami
vernakular Sumatera Selatan dapat ditarik. akulturasi.
Terdapat 18 tipe rumah yang ditemukan di
Sumatera Selatan. Dari 18 tipe ini, enam
memiliki atap limas, sembilan atap pelana,
dan tiga atap perisai. Bentuk optimal untuk
meneruskan air hujan adalah bentuk pelana
dan perisai karena meneruskan langsung air
hujan dari puncak rumah. Adanya tipe limas
yang merupakan tipe yang cukup banyak
menentang pandangan umum kalau rumah-
Gambar 21 Persebaran Etnik dan Rumah Vernakular
rumah Sumatera memiliki atap yang
dioptimalkan untuk meneruskan air hujan
turun, karena atap limas memiliki bagian Semua rumah memiliki tipologi panggung,
bawah yang lebih landai. kecuali rumah rakit dan perahu kolek yang
mengapung di atas sungai. Tipe ini
Tabel 2 Tipe Rumah berdasarkan Tipe Atap disebabkan kebutuhan untuk menyelamatkan
No Nama Rumah Tipe Atap diri dari binatang buas atau banjir pada tanah
1 Pesirah Limas rawa di Sumatera Selatan. Ketika hal ini tidak
2 Limas Limas lagi terlalu dipermasalahkan, bagian kolong
3 Lintang Limas ini dapat digunakan sebagai tempat
4 Tua Bubungan Lima Limas penyimpanan. Risiko gempa dikompensasi
5 Lamban Tuha Limas dengan model penyusunan tiang penyangga
6 Gudang Limas panggung yang dirancang khusus.
7 Panggung Air Pelana Bersama dengan tipe yang hampir semuanya
8 Lom Pelana panggung, tipe dinding juga bervariasi
9 Perahu Kolek Pelana bahkan untuk satu etnik. Hal ini dapat
10 Rakit Pelana
disebabkan kekerabatan yang sebenarnya
11 Minanga Pelana
terlalu dekat dari suku-suku yang ada.
12 Baghi Pelana
13 Godong Pelana Karenanya, walau Schefold et al [45]
14 Tunggu Tubang Pelana berpendapat bahwa provinsi Sumatera
15 Potong Jang Pelana Selatan mungkin merupakan provinsi paling
16 Bongkar Pasang Perisai kaya dalam keanekaragaman etnik, hal ini
17 Komering Perisai tidak terekam pada keanekaragaman yang
18 Rakit Pedamaran Perisai
mencolok pada tipologi rumah, kecuali pada sehingga memungkinkan nilai-nilai
bentuk atap. publik/sosial dapat diutamakan kembali,
sebagaimana hakikat masyarakat kolektivis
Dalam konteks urbanisme baru, rumah-rumah Indonesia, ketimbang nilai-nilai privasi yang
ini kemudian memungkinkan pembentukan diunggulkan dalam paradigma modernisme.
pusat-pusat kota berbasis vernakular. Sejumlah
implikasi yang dapat diambil antara lain:
Masyarakat dapat dilayani di pusat Daftar Pustaka
permukiman dengan fasilitas yang dibentuk
menyerupai arsitektur vernakular terkait, [1] Undang-Undang RI No 28 tahun 2002
khususnya Puskesmas, sekolah, dan rumah Tentang Bangunan Gedung.
ibadah. Hal ini pada awalnya dapat dilakukan [2] Glassie, H. (1990). Architects, vernacular
dengan semata mengubah bentuk atap, traditions, and society. Traditional
dengan proporsi yang sesuai, berdasarkan Dwellings and Settlements Review, 9-
daerah masing-masing. Dengan cara ini, 21.
masyarakat mendapatkan identitas yang lebih
kuat dan memungkinkan mereka lebih [3] BPS (2011) Kewarganegaraan, Suku
merasa akrab dengan fasilitas publik yang Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-
ada, terlebih jika eksterior bawah maupun Hari Penduduk Indonesia: Hasil
interior diadaptasi sesuai arsitektur Sensus Penduduk 2010. Jakarta: BPS
vernakular terkait. [4] Prijotomo, J. (1996). When West Meets East:
Rumah-rumah bergaya vernakular baru dapat One Century of Architecture in
disisipkan di antara bangunan-bangunan Indonesia (1890s-
permanen yang telah ada, kapanpun 1990s). Architronic, 5(3), 04a.
memungkinkan, setidaknya pada bentuk atap.
Hal ini akan menciptakan pencampuran tipe [5] Sumintardia, D (1974) Traditional Housing
rumah yang menghilangkan kesan in Indonesia: Palembang – South
modernisme di perkotaan. Lebih dari itu, Sumatra
trotoar dapat diperluas dan menghilangkan [6] Alimansyur, M. Ma'moen Abdullah,
garasi yang ada di depan rumah, dengan Djumiran, Zainal Makmur, Tabrani
menggantinya dengan garasi di bawah rumah Sidin. (1985). Arsitektur Tradisional
bagi rumah bergaya vernakuler berbentuk daerah Sumatera Selatan. Proyek
panggung. Inventarisasi Kebudayaan Daerah
Relasi antara kelompok kaya dan kurang Direktorat Sejarah dan Nilai
mampu dapat dijembatani salah satunya Tradisional Departemen Pendidikan
dengan desain rumah bergaya vernakular, dan Kebudayaan.
baik rumah orang kaya ataupun rumah orang
kurang mampu. Dengan adanya jalan [7] Schefold, R. (2014). Indonesian Houses:
samping yang lebar dan kosong dari PKL, Volume 2: Survey of Vernacular
penghuni rumah vernakular yang kaya dapat Architecture in Western
mengundang yang kurang mampu untuk Indonesia (Vol. 2). Brill.
melihat-lihat, sementara gaya vernakular [8] Louw, M. P. (2012). The new urbanism and
orang kurang mampu dapat mendorong rasa new ruralism frameworks as potential
ketertarikan dan komunikasi orang kaya tools for sustainable rural
dengan orang kurang mampu. development in South Africa (Doctoral
dissertation, Stellenbosch:
Stellenbosch University).
Kesimpulan
[9] Groat, L. N., & Wang, D.
Sebagai kesimpulan, diketahui bahwa dari total (2013). Architectural research
31 suku yang diperiksa, diperoleh 18 jenis rumah methods. John Wiley & Sons.
vernakular, terbagi dalam tiga kelompok [10] Bohl, C. C. (2000). New urbanism and the
berdasarkan tipe atap. Selanjutnya, telah dibuat city: Potential applications and
sejumlah rekomendasi implementasi tipologi ini implications for distressed inner‐city
pada urbanisme baru di Sumatera Selatan
neighborhoods. Housing Policy Palembang. Prosiding Simposium
Debate, 11(4), 761-801 Alam Bina Serantau, Denpasar, Bali,
Indonesia, hal. 218-239
[11] Hipp, J. (2010). What is the
‘neighbourhood’in neighbourhood [21] Murod, C. dkk. (2002) Langgam Arsitektur
satisfaction? Comparing the effects of Rumah Tradisional Daerah Minanga
structural characteristics measured at di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
the micro-neighbourhood and tract Universitas Sriwijaya
levels. Urban Studies, 47(12), 2517-
[22] Triyuly, W., Sri Desfita, Y., & Ade Tria, J.
2536.
(2013). Identifikasi Rumah
[12] Ercoskun, O. Y. (2009). Green urban Tradisional di Lorong Firma Kawasan
planning and design for smarter 3-4 Ulu, Palembang. Prosiding Temu
communities. Organizational Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan
Communication and Sustainable Binaan 2013, F-17.
Development: ICTs for Mobility: ICTs
[23] Siswanto, A., Salim, A. S. B. S., Dahlan, N.
for Mobility, 41.
D., & Hariza, A. (2013). The
[13] Jacoby, S. (2013). The reasoning of Phenomenology of Lamban Tuha: The
architecture: type and the problem of Local Wisdom of South Sumatra
historicity (Doctoral dissertation, Traditional Architecture. International
Berlin, Technische Universtität Berlin, Transaction Journal of Engineering,
Diss., 2013). Management, & Applied Sciences &
Technologies, 4(2), 157-170.
[14] Ellis, C. (2002). The new urbanism:
Critiques and rebuttals. Journal of [24] Fransiska, W., Setiawan, W. (2006) Rumah
Urban Design, 7(3), 261-291. Lamban Tuha: Palembang, Sumatera
Selatan. Indonesia Design, 3(14), 104-
[15] Bettencourt, L. M. (2013). The kind of
107
problem a city is. Die Stadt
Entschlusseln: Wie Echtzeitdaten Den [25] Anonim (2014) Rumah Adat yang ada di
Urbanismus Verandern: Wie Propinsi Sumatera Selatan.
Echtzeitdaten den Urbanismus http://www.hdesignideas.com/2014/1
verändern, 175-187. 0/rumah-adat-yang-ada-di-
propinsi.html
[16] Santun, D. I. M., Murni, M., & Supriyanto,
S. (2010). Iliran dan Uluan: Dikotomi [26] Majid, I (2008) Rumah Panggung Khas
dan Dinamika dalam Sejarah Kultural Empat Lawang.
Palembang. Palembang: Eja Publisher. http://forumlintangempatlawang.blogs
pot.com/2008/03/rumah-panggung-
[17] Siswanto, A., Salim, A. S. B. S., Dahlan, N.
khas-empat-
D., & Hariza, A. (2011). Architectural
lawang.html#ixzz4TV96d4RN
And Physical Characteristics Of
Indigenous Limas’houses In South [27] Rumah Perumahan (2016) Desain Bentuk
Sumatra. Universiti Putra Malaysia Rumah Adat Empat Lawang dan
Penjelasannya.
[18] Diem, A.F. (2004) Pengaruh Orientasi
http://www.rumahperumahan.com/20
Bangunan terhadap Pengkondisian
16/08/desain-bentuk-rumah-adat-
Thermal Dalam Ruangan pada Rumah
empat-lawang.html
Rakit Palembang. Tesis. Universitas
Diponegoro [28] Harian Rakyat Bengkulu. 5 Februari 2015.
Rumah Tua Bubungan Lima yang
[19] Zulfikri. (2004) Efektivitas bukaan Pintu
Nyaris Punah Sudah Ada Sejak Tahun
pada Rumah Tradisional Limas
1916, Bubungan Ditulis Doa-Doa.
Palembang terhadap Pengendalian
temperatur Udara dalam Ruangan. [29] Hidayat, H. (2014) Konteks Ekologi Kota
Tesis. Universitas Diponegoro. Tepian Sungai dalam Perspektif
Lokalitas Bahan Bangunan.
[20] Ardiansyah, S.T. (2011) Makna dan
Architecture Event 2014: Membangun
Identitas Ruang Rumah Limas
Karakter Kota Berbasis Lokalitas
[30] Amin, Z. (2013). Rumah Rakit Hemat /mengenal-kehidupan-suku-anak-
Energi Di Sungai Musi Palembang: dalam.html
Analisa dengan program Ecotect
[41] Utami, E (2016) Jalan-Jalan ke Kecamatan
5.2. Journal of Architecture and
Pedamaran.
Wetland Environment Studies, 1(1).
http://kayuagungradio.com/jalan-
[31] Saganta, J., Imron, A., & Arif, S. (2014). jalan-ke-kecamatan-pedamaran/
Rumah Ulu Pada Masyarakat Adat
[42] Kaskus. (2015) Suku-Suku yang ada di
Komering Di Ogan Komering Ulu
Sumatera Selatan.
Timur.Pesagi (Jurnal Pendidikan dan
https://www.kaskus.co.id/thread/54f0
Penelitian Sejarah), 2(4).
2a320e8b468b4f00000a/suku-suku-
[32] Rinaldi, Z., Purwantiasning, A. W., & yang-ada-di-sumatera-selatan/
Nur’aini, R. D. (2015). Analisa
[43] Ogan Ilirku (2014). Mengenal Suku
Konstruksi Tahan Gempa Rumah
Penesak di Ogan Ilir.
Tradisional Suku Besemah Di Kota
http://oganilirku.blogspot.co.id/2014/
Pagaralam Sumatera
06/mengenal-suku-penesak-di-ogan-
Selatan. Prosiding Semnastek.
ilir.html
[33] Lensa Berita (13 November 2015)
[44] Davis, H. (2006). The culture of building.
Mengenal Rumah Tunggu Tubang
Oxford University Press.
Semende.
[45] Schefold, R., Nas, P., & Domenig, G.
[34] Mariendo, A.J. (2015) Redesain 3-4 Ulu
(Eds.). (2004). Indonesian Houses:
Palembang Sebagai Kawasan Wisata.
Tradition and transformation in
Tesis. Universitas Sriwijaya
vernacular architecture. NUS Press.
[35] Ikhae (2010). Panggil Saja Kami Orang
Sawang.
http://travellere.blogspot.co.id/2011/0
1/panggil-saja-kami-orang-
sawang.html
[36] Andaya, B. W. (2006). Oceans unbounded:
Transversing Asia across “area
studies”. The Journal of Asian
Studies, 65(04), 669-690.
[37] Vau G. (2016). Upacara Adat Nujuh Jerami,
Suku Lom/Mapur.
http://www.kompasiana.com/vau-
g/upacara-adat-nujuh-jerami-suku-
lom-mapur-
bangka_571178f13cafbd18048b456f
[38] Tribun News. (2014) Balai Adat Suku Lom
Belinyu Tempat Diskusi Warga.
http://www.tribunnews.com/regional/
2014/04/16/balai-adat-suku-lom-
belinyu-tempat-diskusi-warga
[39] Prasetijo, A. (2013) Konsep “Rumah” bagi
Orang Rimba.
http://etnobudaya.net/2013/12/30/kon
sep-rumah-bagi-orang-rimba/
[40] Anonim. (2010) Mengenal Kehidupan Suku
Anak Dalam.
http://jejehhati.blogspot.co.id/2010/03