Sei sulla pagina 1di 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

UNDERPRICING PADA SAAT INITIAL PUBLIK


OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2011-2016

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh:

RUSKI ALANBARI
(NIM. 3011411098)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2018
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
UNDERPRICING PADA SAAT INITIAL PUBLIK
OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2011-2016

Ruski Alanbari, 3011411098


Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Bangka Belitung
Email: alanbariruski0@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to test how much effect the reputation of underwriter,
auditor reputation, firm size, and return on assets against underpricing at the
initial public offering in Indonesia Stock Exchange either simultaneously or
partially. This research uses dependent variable and independent variable.
Dependent variable in this research is underpricing while independent variable in
this research are underwriter reputation, auditor reputation, firm size, and return
on assets. The research method used is a quantitative approach. The research was
conducted at Indonesia Stock Exchange by taking secondary data of companies
conducting initial public offering in 2011 until 2016. Data obtained by accessing
www.idx.co.id. The sample used by the researcher is with consideration and
certain criteria that is using purposive sampling technique to determine the
research sample. This study uses multiple regression analysis to measure the
strength of the dependent variable relationship with independent variables and
also shows the direction of the relationship between dependent and independent
variables with the help of SPSS software version 20. The results of the study
showed simultaneously that all independent variables namely underwriter
reputation, auditor reputation, firm size, and return on asset significantly affected
the underpricing, and partially independent variables of underwriter reputation
and auditor reputation have effect and significance on underpricing, while firm
size and return on asset have no effect on underpricing.

Keywords: Underwriter Reputation, Auditor Reputation, Firm Size, Return On


Asset, Underpricing

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji seberapa besar pengaruh reputasi
underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan return on asset terhadap
underpricing pada saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia baik secara
simultan ataupun secara parsial. Penelitian ini menggunakan variabel dependen
dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
underpricing sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah reputasi
underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan return on asset. Metode

2
penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan kuantitatif. Penelitian
dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data sekunder perusahaan
yang melakukan penawaran umum perdana (initial Public Offering) pada tahun
2011 sampai dengan tahun 2016. Data diperoleh dengan mengakses
www.idx.co.id. Sampel yang digunakan peneliti adalah dengan pertimbangan dan
kriteria tertentu yaitu menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan
sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk
mengukur kekuatan hubungan variabel dependen dengan variabel independen dan
juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dan independen
dengan bantuan software SPSS Versi 20. Hasil penelitian menunjukkan secara
simultan semua variabel independen yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor,
ukuran perusahaan, dan return on asset berpengaruh secara signifikan terhadap
underpricing, dan secara parsial variabel independen reputasi underwriter dan
reputasi auditor berpengaruh dan signifikan terhadap underpricing, sedangkan
variabel ukuran perusahaan dan return on asset tidak berpengaruh terhadap
underpricing.

Kata Kunci: Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan,


Return On Asset, Underpricing

PENDAHULUAN
Pasar modal (capital market) merupakan sarana perusahaan untuk
meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau
menerbitkan obligasi (Hartono, 2016). Perusahaan yang menjual sahamnya ke
publik sering dikenal dengan istilah go public. Tahap paling awal bagi perusahaan
yang akan go public biasanya disebut penawaran saham perdana (initial publik
offering) atau sering disingkat IPO. Initial Public Offering (IPO) merupakan
penawaran saham perusahaan terhadap publik untuk yang pertama kalinya (Hadi,
2013). Biasanya perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya
kepublik akan mengalami permasalahan atau fenomena intial return yaitu
sahamnya mengalami underpricing. Saham dikatakan underpricing apabila harga
saham pada pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada
pasar sekunder pada hari pertama atau terjadi harga rendah di penawaran perdana
(Hartono, 2016).
Kondisi underpricing merugikan perusahaan karena dana yang diperoleh
tidak maksimal dari penjualan saham dan harga saham saat IPO dianggap terlalu
murah. Namun hal tersebut menjadi keuntungan bagi investor atau sering disebut
sebagai initial return. Investor akan memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap
suatu saham dengan adanya fenomena underpricing. Semakin tinggi tingkat
underpricing maka semakin tinggi pula initial return yang diharapkan investor.
Perusahaan yang mengalami underpricing pada saat IPO dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Mengukur tingkat underpricing dapat dilakukan dengan
menggunakan variabel rasio keuangan dan non keuangan. Prospektus memuat
banyak informasi yang berhubungn dengan keadaan perusahaan yang melakukan
IPO, baik itu informasi keuangan maupun informasi non keuangan. Informasi
keuangan berasal dari data keuangan perusahaan, seperti laporan keuangan

3
perusahaan, return on asset, dan informasi keuangan lainnya. Sedangkan
informasi non keuangan perusahaan adalah informasi yang berasal selain dari data
keuangan perusahaan seperti reputasi underwriter, reputasi auditor dan informasi
non keuangan perusahaan lainnya.
Underwriter merupakan unsur yang paling utama untuk menetukan
keberhasillan go public di pasar perdana, karena underwriter harus meyakinkan
para investor mengenai keuntungan dari pembelian saham perusahaan. Reputasi
underwriter yang baik akan memberikan sinyal yang baik pada pasar modal.
Sehingga semakin tinggi reputasi underwriter maka semakin baik tingkat
informasi yang ada dalam prospektus (Hartono, 2016). Reputasi auditor sangatlah
berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan
IPO. Informasi yang ada dalam prospektus tingkat kepercayaannya tergantung
dari pihak auditor yang melakukan audit. Semakin tinggi reputasi auditor maka
semakin tinggi kepercayaan informasi yang ada dalam prospektus (Hartono,
2016). Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar atau
kecilnya perusahaan. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai
kepastian yang lebih besar dari pada perusahaan kecil. Akibatnya investor akan
memprediksi resiko yang mungkin terjadi ketika akan berinvestasi pada suatu
perusahaan (Butar dan Sudarsi, 2012). Return on asset (ROA) merupakan rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efesiensi manajemen aset.
Sehingga semakin tinggi nilai ROA maka akan mengurangi tingkat underpricing
(Hanafi dan Halim, 2012).
Keputusan perusahaan dalam melakukan IPO perlu diperhatikan faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi underpricing. Sehingga perusahaan yang
melakukan IPO dapat mengantisipasi dan meminimalkan resiko terhadap kerugian
dari underpricing saham. Serta ketidakkonsistenan dari beberapa hasil penelitian
terdahulu diatas, maka perlu dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi underpricing saham. Berdasarkan uraian latar belakang
diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Saat Initial Public
Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2016”.

TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Pengertian Pasar Modal
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, pasar modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Hartono (2016), pasar modal adalah
sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan
menjual saham atau obligasi. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pasar modal (capital market) adalah suatu sistem keuangan
yang terorganisasi yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek
yang mempertemukan penawaran dan permintaan jangka panjang dengan aktivitas
surat berharga seperti saham, obligasi, instrumen derivatif dan instrumen lainnya

4
menggunakan jasa perantara, komisioner, dan underwriter untuk tujuan
perusahaan meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang.
Pengertian Initial Publik Offering
Menurut Hadi (2013), IPO merupakan kegiatan penjualan saham
(sekuritas) perusahaan terhadap publik (masyarakat luas) untuk yang pertama
kalinya di pasar primer. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1995, IPO merupakan kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk
menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tatacara yang telah diatur dalam
Undang-undang tersebut dan peraturan pelaksananya. Berdasarkan beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian initial publik offering
(IPO) adalah kegiatan penjualan dan penawaran saham (sekuritas) perusahaan
kepada masyarakat untuk yang pertama kalinya dipasar primer berdasarkan
tatacara yang telah diatur dalam Undang-undang tentang pasar modal.
Pengertian Underpricing
Menurut Hartono (2016), underpricing merupakan fenomena menarik
yang terjadi di penawaran perdana ke publik adalah fenomena harga rendah.
Fenomena ini adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran
perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar
sekunder pada hari pertama, sedangkan jika harga saat IPO lebih tinggi
dibandingkan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama, maka
fenomena ini disebut overpricing.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Underpricing
Reputasi Underwriter
Menurut Pasal Nomor 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal, Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten
untuk melakukan penawaran umum perdana bagi kepentingan emiten dengan atau
tanpa kewajiban membeli sisa efek yang terjual. Underwriter atau penjamin emisi
merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan keberhasilan go public di
pasar perdana, karena penjamin emisi harus meyakinkan para investor mengenai
keuntungan dari pembelian saham. Underwriter sebagai pihak luar yang
menghubungkan kepentingan emiten dan investor akan berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya underpricing.
Reputasi Auditor
Menurut Hartono (2016), reputasi auditor sangatlah berpengaruh pada
kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan IPO. Informasi yang
ada dalam prospektus tingkat kepercayaannya tergantung dari pihak auditor yang
melakukan audit. Semakin tinggi reputasi auditor maka semakin tinggi
kepercayaan informasi yang ada dalam prospektus. Sehingga hal ini diharapkan
akan mengurangi ketidakpastian yang akan berpengaruh mengurangi terjadinya
underpricing. Sehingga apabila emiten menggunakan auditor yang bereputasi baik
maka akan mengurangi tingkat underpricing.
Ukuran Perusahaan
Menurut Butar dan Sudarsi (2012), ukuran perusahaan merupakan nilai
yang menunjukkan besar atau kecilnya perusahaan. Masyarakat lebih mudah
mendapatkan informasi tentang perusahaan yang berskala besar dibandingkan
dengan perusahaan yang berskala kecil. Secara teoritis perusahaan yang berskala

5
besar mempunyai kepastian yang lebih besar dari pada perusahaan kecil sehingga
akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek masa depan
perusahaan. Akibatnya investor dapat memprediksi resiko yang mungkin terjadi
ketika akan berinvestasi pada suatu perusahaan.
Return On Asset (ROA)
Menurut Hanafi dan Halim (2014), return on asset (ROA) merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat aset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efesiensi
manajemen aset. Profitabilitas perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan
informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam penawaran
modalnya. Sehinggga semakin besar ROA semakin rendah underpricing.
Rerangka Berpikir
Gambar I. Rerangka Berpikir
Reputasi Underwriter (UDW) (Ha1 -)

(Ha2 -)
Reputasi Auditor (AUD)
(Ha3 -) Underpricing (UND)
Ukuran Perusahaan (UKP)
(Ha4 -)

Return On Asset (ROA)


Hipotesis Penelitian
Adapun yang menjadi hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah,
sebagai berikut:
Ha1 : Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing
Ha2 : Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing
Ha3 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing
Ha4 : Return On Asset berpengaruh negatif terhadap underpricing

METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui besar atau kecilnya pengaruh atau hubungan antara
variabel yang dinyatakan dalam angka atau numerik. Menurut Sugiyono (2014),
metode pendekatan kunatitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data
sekunder perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (initial Public
Offering) pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Data diperoleh dengan
mengakses www.idx.co.id.

6
Populasi
Menurut Sugiyono (2014), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
melakukan initial public offering pada tahun 2011-2016 di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan yang melakukan initial public offering pada tahun 2011-2016 di Bursa
Efek Indonesia terdapat 128 (seratus dua puluh delapan) perusahaan.
Sampel
Sampel yang digunakan peneliti adalah dengan pertimbangan dan kriteria
tertentu. Sehingga peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk
menentukaan sampel penelitian. Purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2014).
Adapun kriteria penentuan sampel pada penelitian ini antara lain:
1. Tersedianya data offering price dan closing price di hari pertama di pasar
skunder, dan tanggal pencatatan di BEI
2. Perusahaan-perusahaan yang tidak mengalami overpricing saat initial
public offering pada tahun 2011-2016.
3. Memiliki data laporan keuangan dan non keuangan yang berkaitan dengan
pengukuran lain yang diperlukan.
4. Laporan keuangan perusahaan menggunakan satuan rupiah.
Berdasarkan uraian diatas maka sampel yang memenuhi syarat dalam
penelitian ini berjumlah 89 (delapan puluh sembilan) perusahaan.

Teknik Pengumpulan Data


Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Sugiyono (2014), data sekunder adalah data-data yang diperoleh sudah
dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain. Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari perusahaan yang mengalami underpricing saat
melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2016.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode studi pustaka dan
dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari artikel, jurnal,
dan penelitian terdahulu mengenai literatur-literatur pembahasan yang sesuai
dengan penelitian. Sedangkan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan, dilanjutkan dengan pencatatan dan perhitungan. Yaitu
dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan mengakses www.idx.co.id.
Teknik Analisis Data
Statistik Deskriptif
Dalam penelitian ini teknik analisis datanya menggunakan statistik
deskriptif. Menurut Ghozali (2013), statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai mean, standard deviation,
variance, maximum, minimum, sum, average, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi). Hal ini menggambarkan keseluruhan data dari
perusahaan baik variabel dependen (underpricing) maupun variabel independen

7
(reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan return on asset)
yang terdiri dari mean dan standard deviation dari error standard estimation.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013), uji normalitas dalam pengujian ini bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal, Uji statistik yang dilakukan, dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal dan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan dasar
dalam pengambilan keputusan yaitu : jika nilai signifikansi > 0,05 maka data
berdistribusi normal dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal (Ghozali, 2013).
Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013), uji multikolinearitas dalam penelitian ini
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
tolerence dan lawannya varfance inflastion factor (VIF). Jika nilai tolerance < 0,1
dan VIF > 10, terjadi multikolinearitas dan jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF <
10, tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2013).
Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2013), uji hetroskedastisitas bertujuan menguji apakah
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Metode pengambilan keputusan pada uji heteroskedatisitas
dengan melihat scatterplot yaitu jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas dan jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas
diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
sutu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu (residual) pada
periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelation. Pengujian ini
menggunakan uji Durbin-Watson. Jika nilai Du < d < 4-Du maka dapat dikatakan
data terbebas dari outokorelation.
Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Ghozali (2013), analisis regresi linear berganda digunakan untuk
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan
arah hubungan antara variabel dependen dengan independen. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka akan digunakan model
persamaan regresi sebagai berikut :
𝑼𝑵𝑫 = 𝒂 + 𝜷𝟏𝑼𝑫𝑾 + 𝜷𝟐𝑨𝑼𝑫 + 𝜷𝟑𝑼𝑲𝑷 + 𝜷𝟒𝑹𝑶𝑨 + €
Keterangan:

8
UND : Underpricing
α : Konstanta
β1- β4 : Koefisien Regresi
UDW : Reputasi Underwriter
AUD : Reputasi Auditor
UKP : Ukuran Perusahaan
ROA : Return On Asset
€ : Error StandardPengujian Hipotesis
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2013), uji signifikan parameter individual (uji statistik t)
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang terdapat dalam
persamaan regeresi secara individual berpengaruh terhadap nilai variabel
dependen, dengan nilai α=5%. Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan
dengan membandingkan t hitung dengan ttabel dan melihat tingkat signifikansi. Nilai
ttabel dengan tingkat signifikansi 0,05 dan degree of freedom (df) = n-k-1 = 89-5-1
= 83 adalah 1,989. Jika nilai t hitung > ttabel dan signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak
dan Ha diterima.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Menurut Ghozali (2013), uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.
Untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau tidak dalam penelitian ini
adalah jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan) dan jika nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini
berarti bahwa secara simultan kelima variabel independen tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013).
Uji Koefesien Determinan (𝐑𝟐 )
Menurut Ghozali (2013), uji koefesien determinan (R2 ) digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai (R2 ) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Sebaliknya jika nilai (R2 ) semakin kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat
terbatas.

HASIL PENELITIAN
Deskripsi Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang ada dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
purvosive sampling yaitu memilih sampel dengan kriteria tertentu. Perusahaan
yang dijadikan sampel berjumlah 89 perusahaan dan perusahaan yang dikeluarkan
dari sampel berjumlah 39 perusahaan dari 128 perusahaan yang menjadi populasi
penelitian tersebut.
Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

9
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Underpricing 89 ,69 81,67 27,0628 23,83162
Ukuran Perusahaan 89 8,59 19,72 14,3699 1,50133
Return On Asset 89 -43,79 30,24 5,9460 8,62819
Valid N (listwise) 89
Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel underpricing
dengan jumlah sampel sebanyak 89 perusahaan mempunyai nilai rata-rata 27,06
dan standar deviasi sebesar 23,83 dengan tingkat underpricing tertinggi
mempunyai nilai maksimal 81,67 yaitu terjadi pada PT Golden Energi Mines Tbk,
dan tingkat underpricing terendah dengan nilai minimal 0,69 yaitu terjadi pada PT
Intan Baruprana Finance Tbk. Ukuran perusahaan mempunyai nilai rata-rata 14,36
dan standar deviasi sebesar 1,50 dengan nilai ukuran perusahaan tertinggi
mempunyai nilai maksimal 19,72 yaitu terjadi pada PT Trisula Internasional Tbk
dengan nilai total aset sebesar Rp336.248.271 (dalam jutaan rupiah), dan ukuran
perusahaan terendah dengan nilai minimal 8,59 yaitu terjadi pada PT PP Properti
Tbk dengan nilai total aset sebesar Rp5.371 (dalam jutaan rupiah). Return on asset
(ROA) mempunyai nilai rata-rata 5,94 dan standar deviasi sebesar 8,62 dengan
nilai ROA tertinggi mempunyai nilai maksimal 30,24 yaitu terjadi pada PT Inti
Bangun Sejahtera Tbk dan ROA terendah dengan nilai minimal -43,79 yaitu
terjadi pada PT Buana Listya Tama Tbk.
Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Dummy
Underwriter
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Underwriter Tidak Bereputasi Tinggi 65 73,0 73,0 73,0
Valid Underwriter Bereputasi Tinggi 24 27,0 27,0 100,0
Total 89 100,0 100,0
Auditor
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Auditor Reputasi Kurang Baik 73 82,0 82,0 82,0
Valid Auditor Reputasi Baik 16 18,0 18,0 100,0
Total 89 100,0 100,0
Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi
underwriter dari 89 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian, sebesar 27%
menggunakan underwriter bereputasi tinggi yaitu sebanyak 24 perusahaan,
sedangkan sisanya sebesar 73% menggunakan underwriter yang tidak bereputasi
tinggi yaitu sebanyak 65 perusahaan. Variabel reputasi auditor dari 89 perusahaan
yang dijadikan sampel penelitian, sebesar 18% menggunakan auditor yang
bereputasi baik yaitu sebanyak 16 perusahaan, sedangkan sisanya sebesar 82%
menggunakan auditor yang bereputasi kurang baik yaitu sebanyak 73 perusahaan.
Uji Normalitas
Pada penelitian ini uji normalitas residual dilakukan dengan menggunakan
uji statistik One-Sample Kolmogorov Smirnov Test dan menggunakan grafik
normal probability plot.
Tabel 3. Hasil Uji Statistik One-Sample Kolmogorov-Simornov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

10
Unstandardized Residual
N 89
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 21,69201577
Absolute ,108
Most Extreme Differences Positive ,108
Negative -,076
Kolmogorov-Smirnov Z 1,022
Asymp. Sig. (2-tailed) ,247
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa data residual nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,247 diatas 0,05. sehingga dapat disimpulkan bahwa
seluruh data dari varaibel-variabel tersebut berdistribusi normal.
Gambar II. Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas

Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018


Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa data menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data residual
berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) 18,662 23,650 ,789 ,432
Underwriter -14,972 5,648 -,280 -2,651 ,010 ,882 1,134
Auditor -15,272 6,902 -,247 -2,213 ,030 ,788 1,268
1 Ukuran
1,094 1,678 ,069 ,652 ,516 ,882 1,133
Perusahaan
Return On
-,091 ,286 -,033 -,318 ,751 ,923 1,084
Asset
a. Dependent Variable: Underpricing
Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari
keempat variabel independen lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, maka

11
dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah
multikoliniaritas.
Uji Heterokedastisitas
Gambar III. Uji Heteroskedastisitas Scatter Plot

Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018


Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar
dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka
dapat disimpulkan bahwa pada model regeresi tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Tabel 5. Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-Watson
Square the Estimate
1 ,414a ,171 ,132 22,20249 2,182
a. Predictors: (Constant), Return On Asset, Underwriter, Ukuran Perusahaan ,
Auditor
b. Dependent Variable: Underpricing
Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai dU sebesar 1,7501
lebih kecil dari nilai Durbin-Watson sebesar 2,182 dan nilai Durbin-Watson
kurang dari nilai 4-dU sebesar 2,2499 maka dapat dikatakan data terbebas dari
outokorelation.
Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 18,662 23,650 ,789 ,432
Underwriter -14,972 5,648 -,280 -2,651 ,010
1 Auditor -15,272 6,902 -,247 -2,213 ,030
Ukuran Perusahaan 1,094 1,678 ,069 ,652 ,516
Return On Asset -,091 ,286 -,033 -,318 ,751
a. Dependent Variable: Underpricing
Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018

12
Berdasarkan tabel diatas untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini,
maka dapat ditulis dalam model persamaan regresi sebagai berikut :
UND =18,662 – 14,972UDW – 15,272AUD + 1,094UKP – 0,091ROA + €
Hasil persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Koefesien regresi konstanta sebesar 18,662 artinya apabila variabel
reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan return on
asset dianggap konstan (bernilai 0), maka tingkat underpricing perusahaan
nilainya sebesar 18,662.
2. Koefesien regeresi reputasi underwriter sebesar -14,972 artinya apabila
nilai reputasi underwriter perusahaan ditingkatkan sebesar 1 satuan
sedangkan variabel lain tetap, maka nilai underpricing akan mengalami
penurunan sebesar 14,972.
3. Koefesien regeresi reputasi auditor sebesar -15,272, artinya apabila nilai
reputasi auditor perusahaan ditingkatkan sebesar 1 satuan sedangkan
variabel lain tetap, maka nilai underpricing akan mengalami penurunan
sebesar 15,272.
4. Koefesien regeresi ukuran perusahaan sebesar 1,094 arinya apabila nilai
ukuran perusahaan ditingkatkan sebesar 1 satuan sedangkan variabel lain
tetap, maka nilai underpricing akan mengalami peningkatan sebesar 1,094.
5. Koefesien regeresi return on asset sebesar -0,091 artinya apabila nilai
return on asset ditingkatkan sebesar 1 satuan sedangkan variabel lain
tetap, maka nilai underpricing akan mengalami penurunan sebesar 0,091.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 7. Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 18,662 23,650 ,789 ,432
Underwriter -14,972 5,648 -,280 -2,651 ,010
Auditor -15,272 6,902 -,247 -2,213 ,030
1
Ukuran
1,094 1,678 ,069 ,652 ,516
Perusahaan
Return On Asset -,091 ,286 -,033 -,318 ,751
a. Dependent Variable: Underpricing
Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018
a. Reputasi Underwriter (UDW), diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,010 lebih
kecil dari taraf signifikansi (α) = 0,05 (0,010 < 0,05) dan nilai t hitung sebesar
2,651 lebih besar dari nilai t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 dan degree of
freedom (df) = n-k-1 = 89-5-1 = 83 adalah 1,989 (2,651 > 1,989). Dari hasil
perbandingan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H a1
diterima yang berarti bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh dan
signifikan terhadap underpricing.
b. Reputasi Auditor (AUD), diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,030 lebih kecil
dari taraf signifikansi (α) = 0,05 (0,030 < 0,05) dan nilai t hitung sebesar 2,213
lebih besar dari nilai t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 dan degree of
freedom (df) = n-k-1 = 89-5-1 = 83 adalah 1,989 (2,213 > 1,989). Dari hasil
perbandingan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H a2

13
diterima yang berarti bahwa variabel reputasi auditor berpengaruh dan
signifikan terhadap underpricing.
c. Ukuran Perusahaan (UKP), diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,516 lebih
besar dari taraf signifikansi (α) = 0,05 (0,516 > 0,05) dan nilai t hitung sebesar
0,652 lebih kecil dari nilai t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 dan degree of
freedom (df) = n-k-1 = 89-5-1 = 83 adalah 1,989 (0,652 < 1,989). Dari hasil
perbandingan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan H a3
ditolak yang berarti bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap underpricing.
d. Return On Asset (ROA), diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,516 lebih besar
dari taraf signifikansi (α) = 0,05 (0,751 > 0,05) dan nilai t hitung sebesar 0,318
lebih kecil dari nilai t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 dan degree of
freedom (df) = n-k-1 = 89-5-1 = 83 adalah 1,989 (0,318 < 1,989). Dari hasil
perbandingan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan H a4
ditolak yang berarti bahwa variabel return on asset tidak berpengaruh
terhadap underpricing.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 8. Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 8571,412 4 2142,853 4,347 ,003b
1 Residual 41407,832 84 492,950
Total 49979,245 88
a. Dependent Variable: Underpricing
b. Predictors: (Constant), Return On Asset, Underwriter, Ukuran Perusahaan , Auditor
Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,003 lebih
kecil dari taraf signifikansi (α) = 0,05 (0,003 < 0,05) dan nilai Fhitung sebesar 4,347
lebih besar dari nilai Ftabel dengan derajat pembilang (df1 = k-1 = 5-1 = 4) dan
derajat penyebut (df2 = n-k = 89-5 = 84) pada signifikansi (α) = 0,05 sebesar
2,480. Karena nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel (4,347 > 2,480) dan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan return on
asset secara simultan berpengaruh signifikan terhadap underpricing perusahaan
initial public offering di Bursa Efek Indonesia.
Uji Koefesien Determinan (𝐑𝟐 )
Tabel IV.16 Hasil Uji Koefesien Determinan (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 ,414a ,171 ,132 22,20249
a. Predictors: (Constant), Return On Asset, Underwriter,
Ukuran Perusahaan , Auditor
b. Dependent Variable: Underpricing
Sumber : Output SPSS, data diolah penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa diperoleh nilai Adjusted R
Square sebesar 0,132. Hal ini berarti besarnya pengaruh reputasi underwriter,
reputasi auditor, ukuran perusahaan dan return on asset terhadap underpricing

14
adalah sebesar 13,2% dan sisanya sebesar 86,8% dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

PEMBAHASAN
Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Underpricing
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reputasi underwriter berpengaruh
dan signifikan terhadap underpricing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi
reputasi underwriter sebesar 0,010 lebih kecil dari taraf signifikansi (α) = 0,05
(0,010 < 0,05). Sedangkan untuk hasil uji t variabel reputasi underwriter diperoleh
nilai thitung sebesar -2,651. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha1
diterima yang berarti bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh dan
signifikan terhadap underpricing.
Hal ini berarti semakin tinggi reputasi underwriter maka tingkat
underpricing akan semakin rendah. Underwriter yang bereputasi tinggi lebih
berani memberikan harga tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminnya,
underwriter bertanggungjawab terhadap terjualnya seluruh saham yang
dikeluarkan oleh emiten. karena penjamin emisi harus meyakinkan para investor
mengenai keuntungan dari pembelian saham. Sehingga underwriter sebagai pihak
luar yang menghubungkan kepentingan emiten dan investor akan berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya underpricing.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiantari (2013)
dengan judul, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham
Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia“ yang menyatakan
bahwa reputasi underwriter berpengaruh dan signifikan terhadap underpricing.
Hasil serupa juga di lakukan oleh oktavia (2016) dengan judul, “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan Jasa Yang
Melakukan IPO (Initial Public Offering) di BEI Periode 2011-2014“ yang
menyatakan bahwa reputasi underwriter berpengaruh dan signifikan terhadap
underpricing.
Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Underpricing
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reputasi auditor berpengaruh dan
signifikan terhadap underpricing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi
reputasi auditor sebesar 0,030 lebih kecil dari taraf signifikansi (α) = 0,05 (0,030
< 0,05). Sedangkan untuk hasil uji t variabel reputasi auditor diperoleh nilai t hitung
sebesar -2,213. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha2 diterima
yang berarti bahwa variabel reputasi auditor berpengaruh dan signifikan terhadap
underpricing.
Hal ini berarti semakin baik reputasi auditor maka tingkat underpricing
akan semakin rendah. Auditor yang bereputasi baik sangatlah berpengaruh pada
kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan IPO. Informasi yang
ada dalam prospektus tingkat kepercayaannya tergantung dari pihak auditor yang
melakukan audit. Sehingga auditor yang bereputasi baik akan mengurangi
ketidakpastian yang akan berpengaruh mengurangi terjadinya underpricing, maka
apabila emiten menggunakan auditor yang bereputasi baik maka akan mengurangi
tingkat underpricing.

15
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2013)
dengan judul, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada
Perusahaan IPO di BEI“ yang menyatakan bahwa reputasi Auditor berpengaruh
dan signifikan terhadap underpricing. Hasil serupa juga di lakukan oleh Siti
(2016) dengan judul, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing
Saat Initial Publik Offering Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014“ yang
menyatakan bahwa reputasi Auditor berpengaruh dan signifikan terhadap
underpricing.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap underpricing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi
ukuran perusahaan sebesar 0,516 lebih besar dari taraf signifikansi (α) = 0,05
(0,516 > 0,05). Sedangkan untuk hasil uji t variabel ukuran perusahaan diperoleh
nilai thitung sebesar 0,652. Nilai t hitung lebih kecil dari nilai ttabel (0,652 < 1,989).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha3 ditolak yang berarti
bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing.
Hal ini berarti ukuran perusahaan tidak menjadi tolak ukur bagi investor
dalam memilih investasi pada suatu perusahaan tetapi investor lebih menilai
kualitas penjaminnya atau reputasi underwriter yang dianggap lebih penting
daripada ukuran perusahaan karena underwriter harus meyakinkan para investor
mengenai keuntungan dari pembelian saham. Ukuran perusahaan tidak akan
menjadi pertimbangan bagi investor apabila tidak dikelola seefektif dan seefisien
mungkin.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2013)
dengan judul, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada
Perusahaan IPO di BEI“ yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap underpricing. Hasil serupa juga di lakukan oleh Siti (2016)
dengan judul, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saat
Initial Publik Offering Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014“ yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing.
Pengaruh Return On Asset Terhadap Underpricing
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on asset tidak berpengaruh
terhadap underpricing. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi return on asset
sebesar 0,751 lebih besar dari taraf signifikansi (α) = 0,05 (0,751 > 0,05).
Sedangkan untuk hasil uji t variabel return on asset diperoleh nilai t hitung sebesar -
0,318. Nilai thitung lebih kecil dari nilai t tabel (0,318 < 1,989). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha4 ditolak yang berarti bahwa variabel
return on asset tidak berpengaruh terhadap underpricing.
Hal ini berarti return on asset tidak menjadi pertimbangan bagi investor
dalam berinvestasi karena investor menduga bahwa laporan keuangan perusahaan
yang melakukan initial public offering telah di mark up untuk menujukkan kinerja
yang lebih baik, dengan demikian informasi tersebut tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Sehingga investor tidak memperhatikan return on asset
yang disajikan dalam prospektus tetapi investor cenderung lebih memperhatikan
kualitas auditor yang melakukan audit karena auditor akan memberikan pendapat
atas keabsahan laporan keuangannya.

16
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiantari (2013)
dengan judul, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham
Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia“ yang menyatakan
bahwa return on asset tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil serupa juga
di lakukan oleh Retnowati (2013) dengan judul, “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Umum Perdana (IPO) di
Bursa Efek Indonesia (BEI)“ yang menyatakan bahwa return on asset tidak
berpengaruh terhadap underpricing.
Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan,
ROA, dan Financial Laverage Terhadap Underpricing
Variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan
return on asset secara simultan berpengaruh terhadap underpricing pada saat
initial public offering di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan
nilai Fhitung sebesar 4,347 dan tingkat signifikansi sebesar 0,003. Nilai Fhitung lebih
besar dari nilai Ftabel (4,347 > 2,480) dan nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari
0,05 (0,003 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara bersama-
sama variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan
return on asset berpengaruh terhadap underpricing pada saat initial public
offering di Bursa Efek Indonesia.
Nilai koefesien determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,132. Hal ini
menunjukkan bahwa variasi underpricing dapat dijelaskan oleh reputasi
underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan return on asset sebesar
13,2%. Sedangkan sisanya sebesar 86,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Hal ini dapat diterima karena variabel underpricing
masih banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain seperti faktor makro
ekonomi, mikro ekonomi dan variabel-variabel lainnya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan pada bab-
bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Reputasi underwriter berpengaruh dan signifikan terhadap underpricing,
yaitu semakin tinggi reputasi underwriter maka tingkat underpricing akan
semakin rendah. Underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani
memberikan harga tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminnya,
underwriter bertanggungjawab terhadap terjualnya seluruh saham yang
dikeluarkan oleh emiten karena underwriter harus meyakinkan para
investor mengenai keuntungan dari pembelian saham.
2. Reputasi auditor berpengaruh dan signifikan terhadap underpricing, yaitu
semakin baik reputasi auditor maka tingkat underpricing akan semakin
rendah. Auditor yang bereputasi baik sangatlah berpengaruh pada
kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan initial public
offering. Informasi yang ada dalam prospektus tingkat kepercayaannya
tergantung dari pihak auditor yang melakukan audit.
3. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hal ini
disebabkan oleh investor menduga ukuran perusahaan tidak menjadi tolak
ukur dalam memilih investasi pada suatu perusahaan tetapi investor lebih

17
menilai kualitas penjaminnya atau reputasi underwriter yang dianggap
lebih penting daripada ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan tidak akan
menjadi pertimbangan bagi investor apabila tidak dikelola seefektif dan
seefisien mungkin.
4. Return on asset tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hal ini
disebabkan oleh investor menduga bahwa laporan keuangan perusahaan
yang melakukan initial public offering telah di mark up untuk menujukkan
kinerja yang lebih baik, dengan demikian informasi tersebut tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sehingga investor tidak
memperhatikan return on asset yang disajikan dalam prospektus tetapi
investor cenderung lebih memperhatikan kualitas auditor yang melakukan
audit.
5. Reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan return on
asset secara simultan berpengaruh terhadap underpricing perusahaan IPO
di BEI tahun 2011-2016. Perubahan yang terjadi pada underpricing dapat
dijelaskan oleh variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran
perusahaan dan return on asset sebesar 13,2% dan sisanya sebesar 86,8%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini.
KETERBATASAN
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak keterbatasan-
keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel independen, yaitu
reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan return on
asset. Hasilnya mungkin akan berbeda untuk variabel penelitian yang lebih
banyak karena masih banyak variabel-variabel lain yang mempengaruhi
tingkat underpricing.
2. Variabel-variabel independen pada model penelitian ini hanya mampu
menjelaskan variasi dalam variabel dependen sebesar 13,2% sedangkan
86,8% lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
SARAN
Berdasarkan hasil dan keterbatasan penelitian, adapun saran yang dapat
peneliti berikan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain
yang diperkirakan berpengaruh terhadap underpricing, seperti EPS, PER,
dan faktor makro ekonomi seperti inflasi, return IHSG, tingkat suku bunga
bank agar bisa memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi underpricing.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah periode tahun
penelitian, sehingga hasil penelitian akan lebih repsentatif dan
komprehensif.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan alat analisis yang
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Shoviah Nur. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing
Saham Pada Perusahaan IPO di BEI. Jurnal Ilmiah Manajemen, Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Vol. 1 No. 1. 2013. Hal
88-102

Andra, Ichlasia Nurul. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor


Switching Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit Di Indonesia (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia tahun 2003-2010). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro. Semarang.

BEI. Laporan Keuangan dan Tahunan. (http://www.idx.co.id. Diakses 23 Januari


2018).

Butar, Linda Kurniasih dan Sudarsi, Sri. (2012). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institutional Terhadap Perataan
Laba : Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar
di BEI. Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Fakultas Ekonomi
Universitas Stikubank. Semarang. Vol. 1 No. 2. 2012. Hal 143-159

Fahmi, Irham. (2015). Pengantar Teori Portofolio dan Analisis Investasi Teori
dan Soal Tanya Jawab. Bandung: Alfabeta

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM


SPSS 21. Semarang: Universitas Diponegoro

Gunawan, Hendy. (2013). Reputasi Underwriter, Reputasi KAP, dan Harga IPO
Saham. Jurnal Bisnis Manajemen, STIE Widya Dharma Pontianak.
Pontianak. Vol. 8 No. 1. 2013. Hal 111-124

Hadi, Nor. (2013). Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hanafi, Mamduh dan Halim, Abdul. (2014). Analisis Laporan Keuangan. (edisi
VII). Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Hartono, Jogiyanto. (2016). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:


BPFE.

Kristiantari, Idewa Ayu. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntans dan Humanika, Fakutas Ekonomi
Universitas Udayana Denpasar. Bali. Vol. 2. No. 2. 2013. Hal 785-811.

19
Mulyati, Sri. (2016). Analisis Faktor Determinan Underpricing Pada Penawaran
Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Murhadi, Werner R. (2013). Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi


Saham. Jakarta: Salemba Empat

Priyatno, Duwi. (2016). Belajar Analisis Data dan Cara Pengolahannya Dengan
SPSS. Yogyakarta : Gava Media

Retnowati, Eka. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Underpricing Saham Pada Penawaran Umum Perdana (IPO) di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Ritter, Jay R dan Tim Loughran. (2015). “Initial Publik Offering : International
Insight”. Pacific-Basin Finance Journal. Vol. 2, No. 1, pp. 165-199, 2015.

Rusdin. (2006). Pasar Modal: Teori, Masalah, dan Kebijakan dalam Praktik.
Bandung : ALFABETA.

Sari, Riana. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing


Saham Pada Perusahaan Jasa Yang IPO Di BEI Periode 2009-2015
Perbandingan Saham Syariah Dan Non Syariah. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Siti, Dyah Ayuk. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Underpricing Saat Initial Publik Offering Pada Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010-2014. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhamadiyah Surakata. Surakarta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sunariyah. (2011). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. (edisi VI). Yogyakarta:


UPP STIM YKPN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa


Keuangan

20

Potrebbero piacerti anche