Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
BOKAR Processing and Marketing Unit (UPPB) is a business unit or business unit formed
by two or more groups of planters in order to carry out technical guidance on BOKAR planters,
processing, temporary storage and marketing. The purpose of this research is to (1) Measure the
level of farmer satisfaction of UPPB Patwajaya members to UPPB Patwajaya performance in
Panca Tunggal Benawa Village, (2)Measure the bokar quality that produced by UPPB Patwajaya
farmers in Desa Panca Tunggal Benawa (3)Analyze correlation between level of farmer satisfaction
of UPPB Patwajaya member towards UPPB Patwajaya performance, with bokar quality level
produced by farmer member of UPPB Patwajaya in Panca Tunggal Benawa Village. (4) Measure
the income level of bokar farming obtained by UPPB Patwajaya member farmers in Desa Panca
Tunggal Benawa and (5)Analyze the correlation between bokar quality level that produced by the
farmers of UPPB Patwajaya members with the income level of bokar farming that is obtained by
the farmers of UPPB Patwajaya member in Panca Tunggal Benawa Village. This research was
conducted in Panca Tunggal Benawa Village, Teluk Gelam Sub-District, Ogan Komering Ilir
Regency. Data was collected on February to March 2018. This research location was chosen
purposively by considering the affordability of UPPB Patwajaya location in Desa Panca Tunggal
Benawa and also considering that UPPB Patwajaya is UPPB which has highest total auction in
Ogan Komering Ilir Regency (18,05 ton/month). The research method used in this research was
survey method. The sampling method used was simple random sampling. The result of the
research shows that (1) Most of UPPB Patwajaya farmers (67 percent) are not satisfied with UPPB
Patwajaya performance because of the perceived performance of UPPB Patwajaya in performing
its role and function has not fulfilled farmer's expectation. (2)Bokar produced by UPPB Patwajaya
is said to have good quality because it does not have specifications in accordance with the
standards set forth in the Regulation of the Minister of Agriculture No. 38 / Permentan / OT.
140/8/2008 on Guidelines for Processing and Marketing of Rubber Materials (BOKAR). (3)There
is relationship between farmer satisfaction level to UPPB Patwajaya performance with bokar
quality produced by farmer member of UPPB Patwajaya with low level of close relationship and
opposite direction on α significance value equal to 0,059. (4)The rubber farmer's income of UPPB
Patwajaya member in Panca Tunggal Benawa Village is Rp. 14.087.440/Lg/Th)
(Rp.14.943.552/Ha/Th) has not met the value of UMR South Sumatera and still belongs to low
category according to the value of UMR National. (5) There is a correlation between the quality of
bokar produced by farmers of UPPB Patwajaya with farmer income of UPPB Patwajaya member
with low level of close relation and opposite direction on α significance of 0,039
Kata Kunci: Analisis Korelasi, Kepuasan Kinerja, Kualitas Bahan Baku Karet,
Pendapatan Petani
Nilai Persentase
Jenis Interval Keterangan
(skor) (%)
-30≤ X< -15 -100 ≤ X<-50 Sangat Tidak Puas
Nilai Interval Kelas -15 ≤ X< 0 -50 ≤ X < 0 Tidak Puas
(Skor Total) 0 ≤ X< 15 0 ≤ X < 50 Cukup Puas
15 ≤ X< 30 50 ≤ X < 100 Sangat Puas
-15 ≤ X<-7,5 -100 ≤ X<-50 Sangat Tidak Puas
Nilai Interval Kelas -7,5 ≤ X< 0 -50 ≤ X < 0 Tidak Puas
(PerIndikator) 0 ≤ X< 7,5 0 ≤ X < 50 Cukup Puas
7,5 ≤ X< 15 50 ≤ X < 100 Sangat Puas
-3 ≤ X<-1,5 -100 ≤ X<-50 Sangat Tidak Puas
Nilai Interval Kelas -1,5 ≤ X< 0 -50 ≤ X < 0 Tidak Puas
(PerPertanyaan) 0 ≤ X<1,5 0 ≤ X < 50 Cukup Puas
1,5 ≤ X<3 50 ≤ X < 100 Sangat Puas
pertanian nomor 38/Permentan/ OT.140/8/
Untuk menjawab tujuan kedua yakni 2008 pasal 12 tentang pedoman pengolahan
mengukur tingkat kualitas bokar yang dan pemasaran bahan olah karet. Pada
dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya peraturan tersebut dijelaskan bahwa slab
di Desa Panca Tunggal Benawa Kecamatan yang baik hendaknya memenuhi kriteria
Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir, sebagai berikut:
1. Fisik
a. Tidak mengandung kontaminan
maka dilakukanlah pengukuran kesesuaian b. Memiliki ketebalan slab mutu I paling
aspek fisik dan teknis kondisi bahan olah tebal 150 mm.
karet yang diamati terhadap terhadap standar 2. Teknis
kualitas karet yang telah ditetapkan a. Memiliki bahan dasar dari gumpalan
pemerintah dalam peraturan menteri lump mangkok dan atau gumpalan
buatan dengan bahan penggumpalan NSR = (1 pertanyaan x bobot skor 0)
asam semut. JIK =4
b. Melalui proses penggilingan atau Perhitungan
pengepresan untuk mengeluarkan PI = (NST – NSR) : JIK
air/serumnya. PI = (1 – 0) : 4
c. Selama penyimpanan tidak direndam PI = 1 : 4
dalam air atau terkena sinar matahari PI = 0,25
langsung.
2. Interval Kelas Aspek Fisik
Teknik pengukuran yang digunakan NST = (2 pertanyaan x bobot skor 1)
untuk mengukur kesesuian kualitas bokar NSR = (2 pertanyaan x bobot skor 0)
pada penelitian ini yakni teknik pengukuran JIK =4
skala Likert, dimana apabila aspek fisik dan Perhitungan
teknis bahan olah karet yang diamati PI = (NST – NSR) : JIK
memenuhi standar yang telah ditetapkan PI = (2 – 0) : 4
diberi skor 1 sedangkan apabila tidak sesuai PI = 2 : 4
diberi skor 0. Adapun metode penentuan PI = 0,5
kualitas slab dilakukan pada penelitian ini
dilakukan dengan mengacu pada (SNI) 06- 3. Interval Kelas Aspek Teknis
2047-2002, yang menjelaskan bahwa NST = (3 pertanyaan x bobot skor 1)
ketebalan slab diukur dengan melakukan NSR = (3 pertanyaan x bobot skor 0)
pengukuran jarak terjauh antara permukaan JIK = 4
satu dengan permukaan yang lain secara Perhitungan
vertikal dengan menggunakan meteran atau PI = (NST – NSR) : JIK
kaliper. Sedangkan penentuan kebersihan PI = (3 – 0) : 4
dalam pengamatan kualitas bokar dilakukan PI = 3 : 4
secara visual yakni melalui pembandingan PI = 0,75
antara contoh uji dengan foto baku bokar
bersih sebagai berikut : 4. Interval Kelas (Skor Total)
NST = (5 pertanyaan x bobot skor 1)
NSR = (5 pertanyaan x bobot skor 0)
JIK = 4
Perhitungan
PI = (NST – NSR) : JIK
PI = (5 – 0) : 4
PI = 5 : 4
PI = 1,25
Variabel
Pendapatan (Rp/Bln) Kriteria Nilai
Pengamatan
X ≤ Rp. 17.100.000 Rendah
Tingkat
Rp. 17.100.000 < X ≤ Rp. 23.800.000 Sedang
pendapatan
Rp. 23.800.000< X Tinggi
Atribut SH SP
SKPS PSKSH JSKPS PSKPS
Indikator (Skor (Skor KRT
Penilaian ) )
(Skor) (%) (Skor) (%)
IA 1 4,00 2,70 -1,30 68
IA 2 4,00 2,67 -1,33 67
Tidak
IA IA 3 4,00 2,80 -1,20 70 -6,77 -45
Puas
IA 4 4,00 2,37 -1,63 59
IA 5 4,00 2,70 -1,30 68
IB 1 4,00 3,37 -0,63 84 Tidak
IB -6,70 -45
IB 2 4,00 3,40 -0,60 85 Puas
IB 3 4,00 3,20 -0,80 80
IB 4 2,67 1,00 -1,67 38
IB 5 4,00 1,00 -3,00 25
Tidak
Jumlah Total 25,20 38,67 -13,47 65 -13,47 -45
Puas
puas. Hal ini dapat terjadi karena sebagian
Keterangan : besar petani (67 persen) ptani anggota
SP = Skor Persepsi menilai kinerja UPPB Patwajaya belum
SH = Skor Harapan mampu menjalankan perananya sebagaimana
SKPS = Skor Kepuasan yang mereka harapkan secara optimal, karena
PSKSH = Persentase ketercapaian skor baru mencapai 65 persen dari peran yang
harapan diharapkan.
JSKPS = Jumlah Skor Kepuasan Dalam pelaksanaan peran pelayanan
PSKPS = Persentase Kepuasan kegiatan teknis, tercatat bahwa secara
KRT = Kriteria dominan 53 persen petani contoh tidak puas
IA = Peran UPPB Patwajaya dalam atas kinerja UPPB Patwajaya karena dinilai
pelayanan kegiatan teknis belum mampu memenuhi harapan mereka.
IB = Peran UPPB Patwajaya dalam Gambar 2. Persentase Tingkat Kepuasan
Pengembangan pengelolaan dan Petani Terhadap Kinerja UPPB
pemasaran usaha kelompok Patwajaya dalam Pelayanan Teknis
pekebun
A1 = Kegiatan pengembangan dan Berdasarkan hasil wawancara yang
keterampilan penyadapan dilakukan, diketahui bahwa ketidakpuasan
A2 = Kegiatan pengembangan dan petani terhadap kinerja UPPB Patwajaya
keterampilan penggunaan dalam Pelayanan teknis terjadi akibat para
peralatan, petani menilai pelatihan yang diadakan oleh
A3 = Kegiatan pengembangan UPPB Patwajaya baik berupa pelatihan
keterampilan pengolahan bokar keterampilan penyadapan, penggunaan alat,
pada usahtani karet pengolahan bokar, keterampilan pemasaran
A4 = Kegiatan pengembangan dan pengenalan baku hanya diberikan pada
keterampilan pemasaran
A5 = Kegiatan pengenalan baku mutu
kahan olah karet
B1 = Pemasilitasian penyediaan bahan
penggumpal dalamusahatani karet
B2 = Pemfasilitasian sarana produksi
dalam usahatani karet
B3 = Penyelenggaraan kegiatan
pemasaran karet (lelang)
B4 = Pemfasilitasian transportasi kalangan tertentu serta tidak dilakukan secara
pemasran usahatani karet berkelanjutan. Padahal menurut petani pada
B5 = Pemfasilitasian penyediaan modal dasarnya mereka juga berkeinginan untuk
usahatani karet dapat terlibat dalam pelatihan-pelatihan
serupa guna meningkatkan pengetahuan
dalam usahatani karet, sehingga mereka
Berdasarkan informasi pada Tabel 4 berharap kedepan UPPB Patwajaya mampu
diketahui bahwa rata-rata skor persepsi melibatkan seluruh petani dalam pelaksanaan
petani terahadap kinerja UPPB patwajaya pelatihan-pelatihan berkenaan dengan
yakni 25,20 sedangkan skor harapan petani pengelolaan usahatani karet secara
terhadap peran UPPB Patwajaya yakni 38,67. berkelanjutan. Berdasarkan informasi pada
Sehingga berdasarkan metode perhitungan Tabel 4 diketahui materi pelatihan tentang
kepuasan Servqual. diketahui skor kepuasan pengembangan keterampilan pemasaran
petani terhadap kinerja UPPB Patwajaya merupakan materi yang dinilai perlu
yakni sebesar -13,47 (-45 persen) yang disampaikan ulang karena memiliki
artinya rata-rata petani anggota merasa tidak
kesesuaian nilai persepsi dengan nilai kinerja UPPB Patwajaya dalam
harapan paling rendah yakni 59 persen. pengembangan pengolahan dan pemasaran
Menanggapi keluhan petani berkenaan usaha kelompok pekebun paling utama
dengan terbatasnya jumlah peserta pelatihan, terdapat pada pelaksanaan peran penyediaan
pengurus UPPB Patwajaya menjelaskan modal karena memiliki nilai ketidak puasan
bahwa pengurus tidak melibatkan seluruh sebesar -3,00 akibat nilai kinerjanya baru
petani dalam pelatihan akibat adanya mencapai 25 persen dari nilai yang
keterbatasan sumberdaya. Sehingga agar diharapkan. Para petani menyampaikan
pelatihan efektif dan efesien pengurus bahwa belum ada program penyediaan modal
memutuskan hanya melibatkan perwakilan yang diterima oleh petani sejak bergabung di
masing masing kelompok tani yang UPPB Patwajaya. Padahal berdasarkan nilai
kemudian diharapkan dapat menyebarkan harapan yang terdapat pada Tabel 4 diketahui
materi yang diperoleh kepada anggota lain di para petani menilai kegiatan penyediaan
kelompok taninya. modal amatlah penting dan mereka butuhkan.
Kemudian menanggapi keluhan petani Hal serupa juga petani sampaikan pada
tentang sedikitnya intensitas kegiatan pelaksanaan peran pemfasilitasian
pelatihan para pengurus menuturkan bahwa transportasi pemasaran usahatani karet,
sejak terjadinya perubahan Dinas Perkebunan dimana rata-rata petani anggota hanya
menjadi Dinas Perkebunan dan Peternakan mempersepsikan kinerja UPPB Patwajaya
yang diikuti dengan penggantian kepala dengan skor persepsi sebesar 1,00 (38 persen
Dinas, para pengurus menyampaikan bahwa dari nilai yang diharapkan). Petani
mereka memiliki kesulitan dalam menuturkan bahwa selama ini petani selalu
berkomunikasi dengan pihak Dinas menggunakan alat trasnportasi pribadi untuk
Perkebunan dan Peternakan sehingga mengantarkan bokar menuju tempat
kemudian untuk pelaksanaan pelatihan penimbangan, adapun kendati demikian
mereka hanya menunggu instruksi ataupun berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa petani
himbauan dari pihak Dinas Perkebunan dan sejauh ini tidak terlalu menilai penting
Peternakan. adanya pemfasilitasian transportasi karena
Adapun apabila dilihat berdasarkan rata-rata petani menilai tidak terlalu kesulitan
kinerja UPPB Patwajaya dalam pelaksanaan untuk melakukan pengiriman bokar
peranan pengembangan pengolahan dan menggunakan alat transportasi pribadi.
pemasaran usaha kelompok pekebun para Adapun berkenaan dengan
petani, diketahui sebanyak 73 persen petani penyelenggaraan kegiatan pemasaran karet
merasa tidak puas. Grafik persentase tingkat yang dilakukan melalui pelaksanaan lelang,
kepuasan petani terhadap kinerja UPPB pada dasarnya rata-rata petani petani anggota
Patwajaya dalam pengembangan pengolahan menilai bahwa kinerja UPPB Patwajaya telah
dan pemasaran usaha kelompok pekebun 80 persen memenuhi nilai harapan petani.
dapat diperhatikan pada Gambar 3. Namun kendati demikian berdasarkan
metode perhitungan kepuasan Servqual.
diketahui petani belum puas terhadap kinerja
UPPB Patwajaya karena hanya memiliki nilai
kepuasan sebesar -0,80.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan berkenaan dengan proses
pelaksanaan pelelangan, petani
menyampaikan keluhan kepada pengurus
Gambar 3 Persentase Tingkat Kepuasan karena proses pelelangan dinilai memakan
Petani Terhadap Kinerja UPPB waktu yang cukup lama bahkan hingga
Patwajaya dalam Pengembangan sampai malam hari. Keadaan tersebut oleh
Pengolahan dan Pemasaran para petani dikhawatirkan dapat
Usaha Kelompok Pekebun mempengaruhi bobot bokar yang terjemur
dibawah matahari serta keakuratan
Berdasarkan informasi pada Tabel 4. pengamatan bobot bokar pada saat proses
diketahui ketidakpuasan petani anggota pada penimbangan. Oleh karena itu beberapa
petani pun menyarankan agar sekiranya
proses penimbangan dapat dilakukan lebih berkomunikasi pada pihak pembeli yang
cepat serta agar sekiranya penimbangan memenangkan lelang agar dapat hadir lebih
dilakukan menggunakan mesin timbangan cepat pada proses penimbangan serta pada
digital sehingga dapat memberikan nilai disisi lain juga senantiasa mencoba
ukur yang lebih akurat. menyadarkan para anggota UPPB Patwajaya
Kemudian berkenaan dengan peran yang kerap mengeluh akibat lamanya proses
pemafisilitasian bahan penggumpal dan penimbangan karena khawatir bobot bokar
sarana produksi usahatani karet, rata-rata yang mereka miliki berkurang seiring waktu
petani anggota menyampaikan bahwa kinerja penimbangan, bahwa pada dasarnya yang
UPPB Patwajaya telah cukup baik. Hal dijual oleh petani bokar yakni karet bukanya
tersebut dapat kita amati pada Tabel 4 dimana air yang menambah bobot karet.
rata-rata petani memberikan nilai persepsi Meskipun secara umum petani menilai
yang cukup besar yakni 3,37 (84 persen dari kinerja UPPB Patwajaya belum mampu
nilai rata-rata harapan petani pada memenuhi harapan, para petani tetap memilih
pelaksanaan peran pengadaan bahan bergabung bersama UPPB Patwajaya, karena
penggumpal) untuk pelaksanaan peran menurut penuturan petani keterlibatan
pengadaan bahan penggumpal dan 3,40 (85 dengan UPPB banyak memberikan manfaat
persen dari nilai rata-rata harapan petani pada diantaranya yakni terhindarnya petani dari
pelaksanaan peran pengadaan sarana praktik kecurangan tengkulak saat melakukan
produksi). penimbangan, serta diperolehnya harga jual
Namun kendati demikian, berdasarkan yang lebih tinggi.
perhitungan Servqual. diketahui petani Hal ini dapat terjadi karena di UPPB
menilai kinerja UPPB Patwajaya pada kedua Patwajaya proses penimbangan bokar ketika
peran tersebut belum mampu memenuhi proses penjualan dilakukan sendiri oleh
harapan mereka, karena hanya memiliki nilai pengurus dengan menggunakan alat
kepuasan -0,63 pada pelaksanaan peran timbangan milik UPPB Patwajaya sehingga
penyediaan bahan penggumpal dan -0,60 memiliki keakuratan hasil pengukuran dapat
pada pelaksanaan peran penyediaan sarana terjamin. Selain itu harga yang digunakan
produksi. Berdasarkan hasil wawancara merupakan harga tertinggi hasil pelelangan,
diketahui ketidak puasan tersebut diakibatkan berbeda dengan penjualan ke tengkulak yang
oleh terbatasnya jumlah bahan penggumpal mana proses dan alat penimbangan berasal
serta sarana produksi yang disediakan oleh dari tengkulak dan harga yang ditetapkan
UPPB Patwajaya. mutlak dari keputusan tengkulak
Menanggapi beberapa keluhan
tersebut, pengurus UPPB Patwajaya C. Tingkat Tingkat Kualitas Bokar yang
menjelaskan bahwa bahwa berkenaan dengan Dihasilkan petani anggota UPPB
pengadaan modal usahatani karet, UPPB Patwajaya di Desa Panca Tunggal
Patwajaya memiliki keterbatasan sumberdaya Benawa
keuangan sehingga untuk sementara sebagai
sarana pemfasilitasian usaha milik petani, Berdasarkan pengamatan kesesuaian
UPPB Patwajaya telah membentuk koperasi aspek fisik dan teknis kualitas bokar yang
pengadaan sarana produksi bahan olah karet. dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya,
Adapun berkenaan dengan pengadaan sarana dengan standar kualitas mutu yang ditetapkan
transportasi pengurus telah memiliki Kementrian Pertanian dalam Peraturan
berwacana untuk melakukan pengadaan Menteri Pertanian nomor 38/Permentan/
kendaraan bermotor sebagai sarana OT.140/8/2008 diketahui kualitas bokar yang
pengangkutan bahan olah karet petani, dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya
namun wacana tersebut belum menjadi terkategorikan buruk, karena memiliki nilai
wacana yang diprioritaskan mengingat kesesuaian terhadap standar yang telah
pengurus juga saat ini tengah berupaya ditetapkan dalam permentan nomor
melakukan pengadaan gudang bokar sebagai 38/Permentan/ OT.140/8/2008 yang rendah
sarana pelelangan. yakni senilai 1,27 atau dalam arti kata lain
Adapun berkenaan dengan lamanya hanya memiliki kesesuaian dengan mutu
proses penimbangan pengurus menyatakan yang ditetapkan dalam permentan sebesar 25
bahwasanya pada satu sisi telah senantiasa persen. Secara lebih lanjut nilai rata-rata
tingkat kualitas bokar petani anggota UPPB Pada umumnya pengolahan bokar
Patwajaya pada Tabel 5 berikut ini : yang dilakukan petani anggota UPPB
Patwajaya dilakukan atas beberapa tahap.
Tabel 5 Nilai Rata-Rata Tingkat Kualitas Sebelum hari pelelangan para petani
Bokar Petani Anggota UPPB melakukan pembekuan lateks pada mangkok
Patwajaya sadap. Pembekuan ini tidak dilakukan pada
setiap hari melainkan hanya dalam beberapa
SK JSK PK
I AP KRT hasil yang dikhawatirkan akan turun hujan.
(Skor) (Skor) (%)
Selanjutnya pada hari minggu petani akan
F1 0,70 Cukup
F
F2 0,47
1,17 58
Baik
melakukan pengumpulan lump mangkok dan
T1 0,10 kemudian menyusunnya dalam kotak
Sangat pembekuan. Pada kotak tersebut kemudian
T T2 0,00 0,10 3
Buruk lump mangkok dan lateks yang diperoleh
T3 0,00
Rata-Rata 0,25 1,27 25 Buruk dicampur dengan bahan pembeku, dan
Keterangan kemudian langsung dibawah ke lokasi
I = Indikator pelelangan
AP = Atribut Penilaian Berdasarkan hasil wawancara dan
SK = Skor Kualitas pengamatan lapang diketahui bahwa
PK = Persentase Kualitas rendahnya tingkat kesesuaian mutu bokar
JSK = JumlahSkor Kualitas yang dihasilkan terhadap standar yang telah
KRT = Kriteria ditetapkan pada aspek teknis terjadi akibat
F1 = Kebersihan Bokar belum tersedianya alat pengepres (Hand
F2 = Ketebalan Bokar Mangel) serta gudang penyimpanan.
T1 = Jenis Penggumpal Sehingga slab yang dihasilkan petani tidak
T2 = Proses Pengolahan melalui proses pengepresan serta hanya
T3 = Proses Penyimpanan disimpan pada tempat seadanya bahkan pada
saat pelelangan slab yang dihasilkan petani
Berdasarkan data pada Tabel 5 kerap dibiarkan tekena tanah secara
diketahui rendahnya nilai kesesuaian bokar langsung.
petani Desa Panca Tunggal Benawa yang Disisi lain rendahnya tingkat
paling utama terdapat pada aspek teknis, kesesuaian mutu bokar yang dihasilkan
dimana 90 persen petani contoh tidak petani anggota UPPB Patwajaya dengan
melakukan pengelolaan bokar sebagaimana standar yang telah ditetapkan pemerintah
yang telah ditentukan dalam Peraturan juga terjadi akibat ketidaksesuaian
Menteri Pertanian nomor 38/Permentan/ penggunaan jenis penggumpal yang
OT.140/8/2008. Persentase jumlah petani digunakan. Pada umumnya jenis
berdasarkan tingkat kualitas bokar dilihat penggumpal yang digunakan oleh petani
dari aspek teknis dapat diperhatikan pada anggota UPPB Patwajaya yakni berupa
Gambar 4. bahan penggumpal dengan merek dagang
terang jaya yang dicampur dengan pupuk
TSP. Padahal bahan pembeku merk dagang
Terang Jaya merupakan bahan pembeku yang
memiliki komposisi Asam Sulfat (H2SO4).
Sedangkan sebagaimana kita ketahui Asam
Sulfat (H2SO4) dan pupuk TSP notabenenya
merupakan bahan yang tidak
direkomendasikan untuk dijadikan bahan
penggumpal karena dinilai mampu
Gambar 4.Persentase Jumlah Petani menyebabkan turunya kualitas bokar,
Berdasarkan Tingkat Kualitas sebagaimana menurut Purbaya et al.,(2011)
Bokar yang Dihasilkan Dilihat Dari yang menyatakan bahwa penggunaan bahan
Aspek Teknis pembeku yang tidak direkomendasikan
seperti pupuk TSP dapat menyebabkan
kualitas karet menjadi rendah. Adapun
menurut Vachlepi (2016) dewasa ini bahan
penggumpal yang direkomendasikan yakni
Asam Semun (HCOOH) dan Asap Cair.
Berdasarkan hasil wawancara, para
petani menuturkan bahwa penggunaan Asap
cair (Deorub) diakui dapat menghasilkan
bokar yang berkualitas baik dan tidak
menimbulkan bau tidak sedap ketika proses
pengolahan, namun karena bahan
penggumpal tersebut sulit diperoleh dan
dianggap lambat menggumpalkan bokar, Gambar 5. Persentase Jumlah Petani
banyak petani yang kemudian kembali Berdasarkan Tingkat Kualitas
menggunakan penggumpal merk dagang Bokar yang Dihasilkan Dilihat
Terang Jaya yang dicampur pupuk TSP dari Aspek Fisik
karena dinilai lebih murah, dan mudah
diperoleh serta lebih cepat menggumpalkan D. Korelasi Antara Tingkat Kepuasan
bahan olah karet Petani Anggota UPPB Patwajaya
Berkenaan dengan permasalahan Terhadap Kinerja UPPB Patwajaya,
tempat penyimpanan bokar petani, pengurus dengan Tingkat Kualitas Bokar Yang
menyampaikan bahwa pengadaan gudang Dihasilkan Petani Anggota UPPB
dan renovasi lokasi lelang saat ini tengah Patwajaya di Desa Panca Tunggal
menjadi program prioritas pengurus UPPB Benawa
Patwajaya. Adapun untuk pengadaan alat
pengepres bokar (Hand Mangel), pengurus Analisis korelasi antara tingkat
menuturkan bahwa pada beberapa tahun kepuasan petani anggota UPPB Patwajaya
yang lalu, petani sempat mendapatkan terhadap kinerja UPPB Patwajaya, dengan
tawaran bantuan alat pengepres dengan tingkat kualitas bokar yang dihasilkan petani
syarat pembentukan kemitraan dengan pihak anggota UPPB Patwajaya di Desa Panca
pemberi bantuan. Namun berdasarkan Tunggal Benawa merupakan analisis
perhitungan pengurus, dinilai keuntungan korelasi bivariat dua arah (2-Tailed).
yang diperoleh petani dengan mengepres Pengujian korelasi Rank Spearman dua
bokarnya tidak sebanding dengan waktu dan arah, dilakukan mengingat hipotesis
tenaga yang harus dikeluarkan untuk penelitian kali ini merupakan hipotesis yang
melakukan pengepresan, oleh karena itu belum jelas arahnya apakah positif atau
mereka memutuskan untuk tetap melakukan negatif. Pada praktiknya analisis kedua
penjualan bokar tanpa melalui proses variabel tersebut dilakukan dengan alat
pengepresan. bantu statiskis yakni aplikasi SPSS.
Selanjutnya apabila dilihat Berdasarkan hasil penelitian yang
berdasarkan aspek fisik, diketahui dilakukan, diketahui rata-rata nilai kepuasan
berdasarkan Tabel 5. kualitas bokar yang petani anggota terhadap kinerja UPPB
dihasilkan petani dapat dikatakan cukup Patwajaya yakni sebesar -13,47 (tidak puas),
baik, karena sebanyak 50 persen petani telah sementara nilai rata-rata kualitas bokar yang
mampu menghasilkan bokar yang bersih dan dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya
memiliki ketebalan dibawah 150 mm sebesar 1,27 (buruk). Adapun setelah
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dilakukan analisa menggunakan SPSS,
permentan nomor 38/Permentan/OT.140/ diketahui nilai koefesien korelasi yakni
8/2008. Adapun dari pengamatan yang sebesar 0,349. Sehingga karena nilai
dilakukan hanya ditemui beberapa bokar koefesien korelasi lebih besar dari nilai Rs
yang mengandung kotoran berupa tatal Tabel pada α 10 persen yang bernilai 0,306
ataupun serpihan sisa sadap batang karet. (Rs hit 0,349 > Rs Tab 0,306) maka dapat
Grafik persentase jumlah petani berdasarkan ditarik kesimpulan bahwa tolak Ho yang
kualitas bokar yang dihasilkan dilihat dari berarti terdapat hubungan antara kedua
aspek fisik secara lebih lanjut dapat kita variabel. Hasil uji korelasi kepuasan kinerja
perhatikan pada Gambar 5 berikut ini : UPPB Patwajaya dan kualitas bokar yang
dihasilkan petani bokar dapat diperhatikan
pada Tabel 6 berikut ini:
Hasil uji ini sesuai dengan hasil
Tabel 6 Hasil Uji Korelasi Rank penelitian Dewi (2002) yang menyatakan
Spearman Tingkat Kepuasan bahwa berdasarkan hasil uji korelasi Rank
Petani Anggota UPPB Patwajaya Spearman, persepsi anggota kelompok tani
Terhadap Kinerja UPPB terhadap peranan kelompok tani memiliki
hubungan sangat nyata dengan tingkat
Patwajaya dengan Tingkat
pemenuhan kebutuhan petani baik dalam
Kualitas BOKAR yang bentuk pemenuhan kebutuhan saprodi,
Dihasilkan Petani Anggota UPPB pemenuhan kebutuhan penguasaan
Patwajaya di Desa Panca Tunggal teknologi, pemenuhan kebutuhan pemasaran
Benawa hasil usahatani.
Correlations
Xi Yi E. Tingkat Pendapatan Usahatani Bokar
yang Diperoleh Petani Anggota UPPB
Spearman' Xi Correlation
1,000 -,349 Patwajaya di Desa Panca Tunggal
s rho Coefficient
Benawa
Sig. (2-tailed) . ,059
N 30 30 Pendapatan merupakan selisih antara
Yi Correlation penerimaan dan biaya produksi. Maka dalam
-,349 1,000 mengukur tingkat pendapatan, perlu
Coefficient
dilakukan terlebih dahulu perhitungan
Sig. (2-tailed) ,059 . penerimaan dan biaya produksi sebagai
N 30 30 berikut:
Keterangan
Xi = Kepuasan Kinerja UPPB Patwajaya
Yi = Kualitas Bokar Petani Anggota UPPB
Patwajaya
Dilihat berdasarkan nilai koefesien 1. Penerimaan
koreasi antara kedua variabel, diketahui
bahwa kekuatan tingkat hubungan antara Penerimaan usahatani karet di Desa
kepuasan petani terhadap kinerja UPPB Panca Tunggal Benawa merupakan hasil kali
Patwajaya dengan tingkat kualitas Bokar antara produksi karet yang didapat oleh
yang dihasilkan petani anggota UPPB petani dengan harga jual yang ditetapkan
Patwajaya termasuk dalam kategori rendah, dalam proses lelang. Berdasarkan data
serta memiliki arah hubungan yang penjualan bokar UPPB Patwajaya diketahui
berlawanan. Hal tersebut diduga dapat perkembangan rata-rata produksi bokar
terjadi, karena kedua variabel merupakan petani karet anggota UPPB Patwajaya cukup
variabel yang memiliki hubungan tidak fluktuatif yakni dengan jumlah rata rata
langsung dimina baru memiliki signifikansi 2.292 Kg/Lg/Th 1.984 Kg/Ha/Th. Grafik
hubungan pada α 0,59 sehingga dapat fluktuasi rata-rata produksi karet di UPPB
dikatakan bahwa masih terdapat faktor lain Patwajaya periode 2016-2017 dapat kita
yang dapat lebih mempengaruhi kedua amati pada Gambar 6.
variabel.
Adapun berkenaan dengan
berlawanannya arah hubungan kedua
variabel, diduga dapat terjadi akibat
penerapan metode pelatihan yang dilakukan
oleh pengurus menyebabkan besarnya
kemampuan petani dalam menghasilkan
karet yang berkualitas dilihat dari aspek fisik
tidak diiringi dengan besarnya nilai
Gambar 6. Grafik Fluktuasi Rata-Rata
kepuasan petani terhadap penyelenggaraan
Produksi Karet di UPPB
pelatihan karena hanya diberikan pada
Patwajaya
kalangan tertentu.
Adapun harga yang berlaku pada
lelang di UPPB Patwajaya senantiasa
mengalami perubahan, adapun diketahui
rata-rata harga yang diterima petani yakni
sebesar Rp.8.060. Grafik fluktuasi harga
bokar pada lelang karet di UPPB Patwajaya
secara lebih lanjut dapat kita cermati pada
Gambar 7 berikut ini :
Gambar 8. Grafik Fluktuasi Penerimaan
Petani Anggota UPPB
Patwajaya
2. Biaya Produksi
Setelah diperoleh hasil perhitungan biaya total petani karet Anggota UPPB Patwajaya
tetap dan biaya variabel, maka selanjutnya sebagaimana pada Tabel 9. berikut ini :
dapat diketahui rata–rata biaya
Tabel 9. Rata-Rata Total Biaya Produksi Petani Karet Anggota UPPB Patwajaya
Badan Pusat Statistik., 2017. Upah Purbaya, M., Sari, T.I., Saputri, C.A., dan
Minimum Regional/Provinsi Fajrianty, M.T., 2011. Pengaruh
(UMR/UMP) dan rata-rata Beberapa Jenis Bahan Penggumpal
Nasional pert tahun (Dalam Lateks dan Hubungannya dengan
Rupiah) 199-2016. [online]. Susut Bobot, Kadar Karet Kering
[Avalilable at dan Plastisitas. Prosiding Seminar
:www.bps.go.id/linkTableDinamis/vi Nasional AVoER ke-3, Palembang
ew/id/917] [Accessed 14 September 26-27 Oktober 2011. Fakultas
2017] Teknik Universitas Sriwijaya. 351-
357 [Available at:
Chafid, M., 2016. Outlook Karet 2016. http://eprints.unsri.ac.id/142/1/Pages
Jakarta : Pusat Data dan Sistim from_PROSIDING_AVOER_2011-
Informasi Pertanian Sekretariat 36.pdf] [Accessed 4 September
Jendral Kementrian Pertanian. 2017]
[Available at: http://epublikasi.
setjen.pertanian.go.id/arsipoutlook/7
Roselidiah, P., Persepesi Petani Terhadap Kabupaten Magelang Jurnal Riset
Peran Penyuluh Pertanian Manajemen [online] Vol. 1, No. 2,
Lapangan dan Hubunganya dengan [Available at:] [Accessed 4
Tingkat Adopsi Padi Jajar Legowo September 2017]
di Desa Berkat Kecamatan Sirih
Pulau Padang Kabupaten Yuniar, S.S., Arijanto, S., Liansari, G.P.,
OKI.Skripsi Program Studi 2014. Usulan Perbaikan Kualitas
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Pelayanan Jasa Pengiriman Paket
Universitas Sriwijaya [Tidak Berdasarkan Hasil Pengukuran
dipublikasikan] Menggunakan Metode Service
Quality (Servqual.) di PT.X. Reka
Sannia, B., Ismono, R.H., dan Viantimala, Integra [online], No 02. Vol 02
B., 2013. Hubungan Kualitas Karet [Available at: http://ejurnal.itenas
Rakyat dengan Tambahan .ac.id/ index.php/rekaintegra/article/
Pendapatan Petani di Desa view/413]. [Accessed 10 Oktober
Program dan non Program. Skripsi 2017]
Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
[Available at: https://media.neliti
.com/media/publications/13399-ID-
hubungan-kualitas-karet-rakyat-
dengan-tambahan-pendapatan-petani
-di-desa-program.pdf] [Accessed 4
September 2017]