Sei sulla pagina 1di 22

HUBUNGAN KEPUASAN KINERJA UPPB PATWAJAYA DENGAN KUALITAS BOKAR

DAN PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA PANCA TUNGGAL BENAWA


KECAMATAN TELUK GELAM KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

THE CORRELATION BETWEEN UPPB PATWAJAYA’S PERFORMANCE SATISFACTION


WITH QUALITY OF RAW RUBBER MATERIAL AND FARMER’S INCOME IN
PANCA TUNGGAL BENAWA VILLAGE TELUK GELAM DISTRIC
OGAN KOMERING ILIR REGENCY

Idham Alamsyah,1* Yunita2, Deka Faiz Albar


1
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
*)
Penulis untuk korespondensi: Tel./Faks. +62711580662/+62711580662
email: mhennymalini@yahoo.com

ABSTRACT

BOKAR Processing and Marketing Unit (UPPB) is a business unit or business unit formed
by two or more groups of planters in order to carry out technical guidance on BOKAR planters,
processing, temporary storage and marketing. The purpose of this research is to (1) Measure the
level of farmer satisfaction of UPPB Patwajaya members to UPPB Patwajaya performance in
Panca Tunggal Benawa Village, (2)Measure the bokar quality that produced by UPPB Patwajaya
farmers in Desa Panca Tunggal Benawa (3)Analyze correlation between level of farmer satisfaction
of UPPB Patwajaya member towards UPPB Patwajaya performance, with bokar quality level
produced by farmer member of UPPB Patwajaya in Panca Tunggal Benawa Village. (4) Measure
the income level of bokar farming obtained by UPPB Patwajaya member farmers in Desa Panca
Tunggal Benawa and (5)Analyze the correlation between bokar quality level that produced by the
farmers of UPPB Patwajaya members with the income level of bokar farming that is obtained by
the farmers of UPPB Patwajaya member in Panca Tunggal Benawa Village. This research was
conducted in Panca Tunggal Benawa Village, Teluk Gelam Sub-District, Ogan Komering Ilir
Regency. Data was collected on February to March 2018. This research location was chosen
purposively by considering the affordability of UPPB Patwajaya location in Desa Panca Tunggal
Benawa and also considering that UPPB Patwajaya is UPPB which has highest total auction in
Ogan Komering Ilir Regency (18,05 ton/month). The research method used in this research was
survey method. The sampling method used was simple random sampling. The result of the
research shows that (1) Most of UPPB Patwajaya farmers (67 percent) are not satisfied with UPPB
Patwajaya performance because of the perceived performance of UPPB Patwajaya in performing
its role and function has not fulfilled farmer's expectation. (2)Bokar produced by UPPB Patwajaya
is said to have good quality because it does not have specifications in accordance with the
standards set forth in the Regulation of the Minister of Agriculture No. 38 / Permentan / OT.
140/8/2008 on Guidelines for Processing and Marketing of Rubber Materials (BOKAR). (3)There
is relationship between farmer satisfaction level to UPPB Patwajaya performance with bokar
quality produced by farmer member of UPPB Patwajaya with low level of close relationship and
opposite direction on α significance value equal to 0,059. (4)The rubber farmer's income of UPPB
Patwajaya member in Panca Tunggal Benawa Village is Rp. 14.087.440/Lg/Th)
(Rp.14.943.552/Ha/Th) has not met the value of UMR South Sumatera and still belongs to low
category according to the value of UMR National. (5) There is a correlation between the quality of
bokar produced by farmers of UPPB Patwajaya with farmer income of UPPB Patwajaya member
with low level of close relation and opposite direction on α significance of 0,039

Keywords: analysis correlation, performance satisfaction, raw rubber material quality,


farmer income
ABSTRAK
Unit Pengolahan dan Pemasaran BOKAR (UPPB) merupakan satuan usaha atau unit usaha
yang dibentuk oleh dua atau lebih kelompok pekebun dalam rangka penyelenggaraan bimbingan
teknis pekebun, pengolahan, penyimpanan sementara dan pemasaran BOKAR. Tujuan penelitian
ini adalah untuk (1)Mengukur tingkat kepuasan petani anggota UPPB Patwajaya terhadap kinerja
UPPB Patwajaya di Desa Panca Tunggal Benawa, (2)Mengukur tingkat kualitas bokar yang
dihasilkan oleh petani UPPB Patwajaya di Desa Panca Tunggal Benawa (3)Menganalisis hubungan
antara tingkat kepuasan petani anggota UPPB Patwajaya terhadap kinerja UPPB Patwajaya, dengan
tingkat kualitas bokar yang dihasilkan oleh petani anggota UPPB Patwajaya di Desa Panca Tunggal
Benawa. (4)Mengukur tingkat pendapatan usahatani bokar yang diperoleh oleh petani anggota
UPPB Patwajaya di Desa Panca Tunggal Benawa dan (5)Menganalisis korelasi antara tingkat
kualitas bokar yang dihasilkan oleh petani anggota UPPB Patwajaya dengan tingkat pendapatan
petani bokar yang diperoleh para petani anggota UPPB Patwajaya di Desa Panca Tunggal Benawa.
Penelitian ini dilakukan di Desa Panca Tunggal Benawa, Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten
Ogan Komering Ilir. Data dikumpulkan pada bulan Februari hingga Maret 2018. Lokasi penelitian
ini dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan keterjangkauan lokasi UPPB Patwajaya di
Desa Panca Tunggal Benawa dan juga mempertimbangkan bahwa UPPB Patwajaya adalah UPPB
yang memiliki total pelelangan tertinggi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (18,05 ton/bulan).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1)Sebagian besar (67 persen) petani anggota UPPB Patwajaya tidak puas atas kinerja
UPPB Patwajaya karena dinilai kinerja UPPB Patwajaya dalam menjalankan peranan dan
fungsinya belum memenuhi harapan petani. (2)Bokar yang dihasilkan petani anggota UPPB
Patwajaya belum dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik karena belum memiliki spesifikasi
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam peraturan Peraturan Menteri Pertanian
nomor 38/Permentan/OT. 140/8/2008 tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah
Karet (BOKAR). (3)Terdapat hubungan antara tingkat kepuasan petani terhadap kinerja UPPB
Patwajaya dengan kualitas bokar yang dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya dengan tingkat
keeratan hubungan yang rendah dan arah yang berlawanan pada nilai signifikansi α sebesar 0,059.
(4)Pendapatan petani karet anggota UPPB Patwajaya di Desa Panca Tunggal Benawa sebesar Rp.
14.087.440/Lg/Th (Rp.14.943.552/Ha/Th) belum memenuhi nilai UMR Sumatera Selatan dan
masih tergolong dalam kategori rendah menurut nilai UMR Nasional. (5)Terdapat hubungan antara
tingkat kualitas bokar yang dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya dengan pendapatan petani
anggota UPPB Patwajaya dengan tingkat keeratan hubungan yang rendah dan arah yang
berlawanan pada signifikansi α sebesar 0,039

Kata Kunci: Analisis Korelasi, Kepuasan Kinerja, Kualitas Bahan Baku Karet,
Pendapatan Petani

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di


merupakan tanaman pohon kayu tropis wilayah sekitar perkebunan karet. (Goenadi
bergenus Hevea dari familia Euphorbiaceae et al., 2007).
yang berasal dari kawasan hutan Amazon. Sebagai negara produsen karet kedua
Bagi Indonesia tanaman karet merupakan di dunia dengan kontribusi sebesar 34,53
salah satu komoditi perkebunan yang persen (2,86 juta ton), Indonesia memiliki
penting. Selain berperan sebagai sumber prospek yang sangat menjanjikan. Chafid
pendapatan kesempatan kerja dan devisa, (2016) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil
keberadaan komoditi karet bagi Indonesia proyeksi produksi dan konsumsi karet di
juga berperan sebagai pendorong Indonesia selama periode tahun 2016-2020,
diperkirakan perdagangan karet Indonesia dalam Standar Indonesian Rubber (SIR)
akan terus mengalami peningkatan surplus (Purbaya et al., 2011).
pada setiap tahunnnya hingga mencapai 2,78 Menyadari pentingnya melakukan
juta ton. Besarnya potensi tersebut tentu perbaikan kualitas bahan olah karet sebagai
tidak terlepas dari kontribusi berbagai sentra upaya peningkatan peranan dan daya saing
karet yang tersebar di seluruh penjuru komoditas karet Indonesia, pemerintah sejak
Indonesia, sehingga sudah seharusnya lama telah melakukan berbagai upaya
perkembangan berbagai sentra karet rakyat di perbaikan kualitas bahan olah karet. Salah
Indonesia mendapat perhatian besar dari satu diantaranya yakni pada tahun 2008
seluruh pihak. pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
Menurut Chafid (2016) berdasarkan pembentukan Unit Pengolahan dan
rata-rata produksi karet di Indonesia tahun Pemasaran BOKAR (UPPB) sebagai satuan
2010-2016, terdapat enam provinsi sentra usaha atau unit usaha yang dibentuk oleh dua
produksi karet yang mendominasi total atau lebih kelompok pekebun dalam rangka
produksi karet di Indonesia. Keenam penyelenggaraan bimbingan teknis pekebun,
provinsi tersebut diantaranya yakni Provinsi pengolahan, penyimpanan sementara dan
Kalimantan Tengah 158,28 ribu ton (5,05 pemasaran BOKAR sebagaimana dijelaskan
persen), Provinsi Kalimantan Barat 245,59 dalam Peraturan Mentri Pertanian
ribu ton (7,84 persen), Provinsi Jambi 274,08 no:38/Permentan/ OT/140/8/2008 tentang
ribu ton (8,75 persen), Provinsi Riau dengan Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bahan
kontribusi 337,83 ribu ton (10,78 persen), Olah Karet (BOKAR) (Kementrian
Provinsi Sumatera utara dengan kontribusi Pertanian, 2008)
sebesar 434,85 ribu ton (13,88 persen) serta Berkenaan dengan kebijakan tersebut
Provinsi Sumatera Selatan dengan kontribusi di wilayah Sumatera Selatan saat ini telah
sebesar 27,57 persen (864,04 ribu ton). terbentuk beberapa UPPB, salah satu
Adapun dari berbagai sentra karet di diantaranya yakni UPPB Patwajaya yang
Sumatera Selatan, Kabupaten Ogan Komerin terdapat di Desa Panca Tunggal Benawa
Ilir merupakan kabupaten yang memberikan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
kontribusi karet terbesar, yakni dengan UPPB Patwajaya merupakan UPPB yang
jumlah produksi mencapai 184.369 ton telah teregistrasi secara resmi dengan nomor
pertahun. register UPPB 06.09.2225.0005 serta
Salah satu permasalahan utama di mendapatkan kewenangan pengeluaran surat
perkebunan karet rakyat yang terdapat di keterangan asal bokar (SKA). Menurut
kabupaten Ogan Komering Ilir adalah Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan
rendahnya kualitas bahan baku yang (2015) dari lima UPPB yang telah terbentuk
dihasilkan. Berdasarkan hasil sebuah di kabupaten Ogan Komering Ilir, UPPB
penelitian tentang evaluasi pengolahan dan Patwajaya merupakan UPPB yang memiliki
kualitas bahan olah karet (BOKAR) di jumlah total lelang tertinggi yakni dengan
tingkat petani karet di Sumatera Selatan, total lelang sebesar 18,05 ton perbulan.
didapati bahwa pengolahan dan kualitas Selain diharapkan mampu menjadi
bahan olah karet di kabupaten Ogan menjadi solusi yang efektif dalam
Komering Ilir memerlukan perhatian serius meningkatkan kualitas mutu bahan olah karet
akibat ditemukanya penggunaan pembeku di Desa Panca Tunggal Benawa, keberadaan
cuka para yang dicampur dengan tawas atau UPPB Patwajaya di Desa Panca Tunggal
penggunaan bahan pembeku lain yang tidak Benawa tentu diharapkan juga mampu
direkomendasikan antara lain, gadung, dan meningkatkan skala ekonomi petani selaku
air cucian tempe (Syarifa et al., 2013). Hal produsen bahan olah karet. Namun apakah
tersebut tentu sangat disayangkan, mengingat kinerja UPPB Patwajaya dalam menjalankan
penggunaan bahan pembeku yang tidak tugas pokok dan fungsinya telah mampu
direkomendasikan seperti tawas dapat memenuhi harapan petani, serta apakah
menyebabkan kualitas karet menjadi rendah tingkat kepuasan petani terhadap kinerja
dikarenakan nilai plastisitas karet, baik UPPB Patwajaya dalam menjalankan
plastisitas awal (Po) maupun plastisitas peranannya berjalan seiring dengan tingkat
retensi indeks (PRI) akan turun dibawah kualitas bahan olah karet serta pendapatan
standar kualitas karet yang telah ditentukan yang dihasilkan petani menjadi hal menarik
yang perlu diamati secara lebih lanjut. Maka A. Tempat dan Waktu Penelitian
dari itu pada kesempatan kali ini, peneliti
tertarik melakukan penelitian tentang analisis Penelitian ini dilakukan di UPPB
korelasi tingkat kepuasan petani terhadap Patwajaya Desa Panca Tunggal Benawa
kinerja UPPB Patwajaya dengan tingkat Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pemilihan
kualitas bokar dan pendapatan petani karet di lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja
Desa Panca Tunggal Benawa (Purposive), dengan mempertimbangkan
keterjangkauan lokasi UPPB Patwajaya di
Desa Panca Tunggal Benawa serta mengingat
B. Tujuan Khusus bahwasanya UPPB Patwajaya merupakan
UPPB yang memiliki jumlah total lelang
Berdasarkan uraian yang telah tertinggi di Kabupaten Ogan Komering Ilir
dipaparkan pada latar belakang, maka tujuan yakni dengan total lelang sebesar 18,05 ton
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbulan. Adapun waktu pengumpulan data
hubungan kepuasan kinerja uppb patwajaya dilaksankan pada bulan Februari 2018
dengan kualitas bokar dan pendapatan petani sampai dengan selesai
karet di Desa Panca Tunggal Benawa
Kecamatan Teluk Gelam Kabupaten Ogan B. Metode Penelitian dan Penarikan
Komering Ilir. Secara lebih rinci tujuan yang Contoh
ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengukur tingkat kepuasan petani Metode Penelitian yang digunakan
anggota UPPB Patwajaya terhadap dalam hal ini adalah Metode survei terhadap
kinerja UPPB Patwajaya di Desa Panca anggota Unit Pengolahan dan Pemasaran
Tunggal Benawa Kecamatan Teluk Bahan Olah Karet (UPPB) Patwajaya
Gelam Kabupaten OKI Metode Penarikan petani contoh dilakukan
2. Mengukur tingkat kualitas bokar yang secara sengaja (purposive sampling), dari
dihasilkan petani anggota UPPB total petani yang berjumlah 80 petani,
Patwajaya di Desa Panca Tunggal diambil 30 petani sampel menggunakan tabel
Benawa Kecamatan Teluk Gelam acak.
Kabupaten OKI
3. Menganalisis korelasi antara tingkat C. Metode Pengumpulan Data
kepuasan petani anggota UPPB
Patwajaya terhadap kinerja UPPB Data yang dikumpulkan didalam
Patwajaya, dengan tingkat kualitas penelitian ini adalah data primer dan data
bokar yang dihasilkan petani anggota sekunder. Data primer merupakan data yang
UPPB Patwajaya di Desa Panca diperoleh berdasarkan wawancara langsung
Tunggal Benawa Kecamatan Teluk dengan dan petani dan pengurus UPPB
Gelam Kabupaten OKI Patwajaya dengan menggunakan daftar
4. Megukur tingkat pendapatan usahatani pertanyaan yang telah dipersiapkan
bokar yang diperoleh petani anggota (Quesioner) dan dilanjutkan dengan
UPPB Patwajaya di Desa Panca observasi lapangan dalam mempertajam
Tunggal Benawa Kecamatan Teluk penilaian. Data sekunder diperoleh dari
Gelam Kabupaten OKI instansi/ lembaga Pemerintah yang menjadi
5. Menganalisis korelasi antara tingkat sampel didalam penelitian ini.
kualitas bokar yang dihasilkan petani
anggota UPPB Patwajaya dengan D. Metode Pengolahan Data
tingkat pendapatan usahatani bokar
yang diperoleh petani anggota UPPB Untuk menjawab tujuan pertama berupa
Patwajaya di Desa Panca Tunggal mengukur tingkat kepuasan petani anggota
Benawa Kecamatan Teluk Gelam terhadap kinerja UPPB Patwajaya, dilakukan
Kabupaten OKI perhitungan menggunakan metode Servqual..
. Menurut Widyastuti (2014) metode Servqual.
merupakan model penilaian tingkat kepuasan
METODE PENELITIAN pelanggan yang meliputi perhitungan
seberapa jauh kesenjangan antara kenyataan
dengan harapan atas layanan yang diterima berarti sangat tidak baik, 2 kurang baik, 3
pelanggan. Secara matematis skor Servqual. cukup baik, dan 4 sangat baik.
dapat dihitung dengan rumus berikut (Yuniar Pertanyaan yang diberikan seputar
et al., 2014): pelaksanaan peran UPPB Patwajaya dalam
pelayanan kegiatan teknis yakni meliputi
Skor Servqual. = Skor persepsi – Skor harapan pelaksanaan kegiatan pengembangan
keterampilan penyadapan, peggunaan
Menurut Ayuningrum (2008), baik atau peralatan, pelaksanaan dan pengolahan dan
buruknya kinerja suatu layanan secara umum pemasaran serta pengenalan baku mutu.
dapat diketahui dari nilai rata-rata total Skor Sedangkan pertanyaan yang diberikan
Servqual. dengan kaidah sebagai berikut: seputar pelaksanaan peran pengembangan
1. Nilai rata-rata TSQ sama dengan nol pengolahan dan pemasaran usaha kelompok
(=0), berarti dalam hal ini telah pekebun yakni meliputi pelaksanaan
menunjukkan jasa yang di terima sesuai penyediaan bahan penggumpal, sarana
dengan yang diharapkan pelanggan produksi, pemasaran transportasi, dan
sehingga kualitas jasa dipersepsikan pemodalan.
baik dan memuaskan. Untuk mengintrepetasikan hasil
2. Nilai rata-rata TSQ lebih besar dari 0 pengukuran dibuatlah interval kelas kepuasan
(>0) hal ini menunjukkan jasa yang petani terhadap kinerja UPPB Patwajaya,
diterima dipersepsikan sebagai kualitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
yang ideal atau sangat memuaskan
3. Nilai rata-rata TSQ bernilai lebih kecil PI = NST – NSR
dari 0 (<0), hal ini menunjukkan jasa JIK
yang diterima lebih rendah daripada
yang diharapkan, maka kualitas jasa Keterangan:
dipersepsikan buruk atau tidak PI = Panjang Interval
memuaskan. NSR = Nilai Skor Rendah
NST = Nilai Skor Tinggi
Oleh karena itu, pada penelitian ini JIK = Jumlah Interval Kelas
kepuasan petani terhadap kinerja UPPB
Patwajaya akan diamati melalui perhitungan Berdasarkan rumus perhitungan
selisih antara nilai yang diberikan oleh petani Servqual., dapat diasumsikan bahwa skor
terhadap tingkat kepentingan suatu peran tertinggi kepuasan kinerja UPPB Patwajaya
UPPB bagi usahatani mereka (jasa yang (NST) yakni ketika setiap variabel kinerja
diharapkan) dengan nilai persepsi mereka UPPB Patwajaya memiliki skor persepsi
terhadap kinerja UPPB dalam menjalankan paling rendah sedangkan skor harapan
peranannya. Adapun teknik pengukuran memiliki nilai paling tinggi, dan sebaliknya
yang digunakan untuk mengukur harapan dan skor terendah kepuasan kinerja UPPB
persepsi petani yakni teknik pengukuran Patwajaya (NSR) ialah ketika setiap variabel
skala Likert. kinerja mendapat skor persepsi paling rendah
Mengacu pada fungsi pokok UPPB sedangkan skor harapan memiliki skor paling
dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor tinggi. Dengan asumsi tersebut maka
38/Permentan/OT.140/8/2008, maka dalam perhitungan untuk membuat interval kelas
penelitian ini terdapat dua peran utama UPPB kepuasan petani anggota terhadap kinerja
Patwajaya yang akan menjadi indikator UPPB Patwajaya dapat dilakukan sebagai
penilaian, yakni peran UPPB Patwajaya berikut :
dalam pelaksanaan pelayanan kegiatan 1. Interval kelas total
teknis, dan pengembangan pengolahan dan NST = (skor persespi tertinggi (2 indikator x
pemasaran usaha kelompok pekebun. Setiap (5 pertanyaan x bobot skor 4)) –(skor
indikator tersebut akan diukur melalui lima harapan terendah (2 indikator x (5
pertanyaan dan setiap pertanyaan akan diberi pertanyaan x bobot skor 1))
skor yang berkisar antara 1-4. Pada skor NSR = (skor persespi terendah (2 indikator x
harapan nilai 1 berarti sangat tidak penting, 2 (5 pertanyaan x bobot skor 1)) –
kurang penting, 3 cukup penting, 4 sangat (skor harapan tertinggi (2 indikator x
penting. Sedangkan pada skor persepsi nilai 1 (5 pertanyaan x bobot skor 4))
JIK = 4 PI = 7,5
Perhitungan
PI = (NST – NSR) : JIK 3. Interval kelas per pertanyaan
PI = ((40-10) – (10-40)): 4 NST = (skor persespi tertinggi (1 pertanyaan
PI = ((30 – (-30)) : 4 x bobot skor 4)) – (skor harapan
PI = 60:4 terendah (1 pertanyaan x bobot skor
PI = 15 1))
NSR = (skor persespi terendah (1 pertanyaan
2. Interval kelas per indikator x bobot skor 1)) – (skor harapan
NST = (skor persespi tertinggi (5 pertanyaan tertinggi (1 pertanyaan x bobot skor
x bobot skor 4)) – (skor harapan 4))
terendah (5 pertanyaan x bobot skor JIK = 4
1)) Perhitungan
NSR = (skor persespi terendah (5 pertanyaan PI = (NST – NSR) : JIK
x bobot skor 1)) – (skor harapan PI = ((4-1) – (1-4)) : 4
tertinggi (5 pertanyaan x bobot skor PI = (3 – (-3)) : 4
4)) PI = 6 : 4
JIK = 4 PI = 1,5

Berdasarkan perhitungan tersebut,


Perhitungan selang interval kelas kepuasan petani
PI = (NST – NSR) : JIK terhadap kinerja UPPB Patwajaya, dapat
PI = ((20-5) – (5-20)) : 4 diperhatikan pada Tabel 1 berikut ini:
PI = ((15 – (-15)) : 4
PI = 30 : 4
Tabel 1. Interval Kelas Kepuasan Petani Anggota Terhadap Kinerja UPPB Patwajaya

Nilai Persentase
Jenis Interval Keterangan
(skor) (%)
-30≤ X< -15 -100 ≤ X<-50 Sangat Tidak Puas
Nilai Interval Kelas -15 ≤ X< 0 -50 ≤ X < 0 Tidak Puas
(Skor Total) 0 ≤ X< 15 0 ≤ X < 50 Cukup Puas
15 ≤ X< 30 50 ≤ X < 100 Sangat Puas
-15 ≤ X<-7,5 -100 ≤ X<-50 Sangat Tidak Puas
Nilai Interval Kelas -7,5 ≤ X< 0 -50 ≤ X < 0 Tidak Puas
(PerIndikator) 0 ≤ X< 7,5 0 ≤ X < 50 Cukup Puas
7,5 ≤ X< 15 50 ≤ X < 100 Sangat Puas
-3 ≤ X<-1,5 -100 ≤ X<-50 Sangat Tidak Puas
Nilai Interval Kelas -1,5 ≤ X< 0 -50 ≤ X < 0 Tidak Puas
(PerPertanyaan) 0 ≤ X<1,5 0 ≤ X < 50 Cukup Puas
1,5 ≤ X<3 50 ≤ X < 100 Sangat Puas
pertanian nomor 38/Permentan/ OT.140/8/
Untuk menjawab tujuan kedua yakni 2008 pasal 12 tentang pedoman pengolahan
mengukur tingkat kualitas bokar yang dan pemasaran bahan olah karet. Pada
dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya peraturan tersebut dijelaskan bahwa slab
di Desa Panca Tunggal Benawa Kecamatan yang baik hendaknya memenuhi kriteria
Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir, sebagai berikut:
1. Fisik
a. Tidak mengandung kontaminan
maka dilakukanlah pengukuran kesesuaian b. Memiliki ketebalan slab mutu I paling
aspek fisik dan teknis kondisi bahan olah tebal 150 mm.
karet yang diamati terhadap terhadap standar 2. Teknis
kualitas karet yang telah ditetapkan a. Memiliki bahan dasar dari gumpalan
pemerintah dalam peraturan menteri lump mangkok dan atau gumpalan
buatan dengan bahan penggumpalan NSR = (1 pertanyaan x bobot skor 0)
asam semut. JIK =4
b. Melalui proses penggilingan atau Perhitungan
pengepresan untuk mengeluarkan PI = (NST – NSR) : JIK
air/serumnya. PI = (1 – 0) : 4
c. Selama penyimpanan tidak direndam PI = 1 : 4
dalam air atau terkena sinar matahari PI = 0,25
langsung.
2. Interval Kelas Aspek Fisik
Teknik pengukuran yang digunakan NST = (2 pertanyaan x bobot skor 1)
untuk mengukur kesesuian kualitas bokar NSR = (2 pertanyaan x bobot skor 0)
pada penelitian ini yakni teknik pengukuran JIK =4
skala Likert, dimana apabila aspek fisik dan Perhitungan
teknis bahan olah karet yang diamati PI = (NST – NSR) : JIK
memenuhi standar yang telah ditetapkan PI = (2 – 0) : 4
diberi skor 1 sedangkan apabila tidak sesuai PI = 2 : 4
diberi skor 0. Adapun metode penentuan PI = 0,5
kualitas slab dilakukan pada penelitian ini
dilakukan dengan mengacu pada (SNI) 06- 3. Interval Kelas Aspek Teknis
2047-2002, yang menjelaskan bahwa NST = (3 pertanyaan x bobot skor 1)
ketebalan slab diukur dengan melakukan NSR = (3 pertanyaan x bobot skor 0)
pengukuran jarak terjauh antara permukaan JIK = 4
satu dengan permukaan yang lain secara Perhitungan
vertikal dengan menggunakan meteran atau PI = (NST – NSR) : JIK
kaliper. Sedangkan penentuan kebersihan PI = (3 – 0) : 4
dalam pengamatan kualitas bokar dilakukan PI = 3 : 4
secara visual yakni melalui pembandingan PI = 0,75
antara contoh uji dengan foto baku bokar
bersih sebagai berikut : 4. Interval Kelas (Skor Total)
NST = (5 pertanyaan x bobot skor 1)
NSR = (5 pertanyaan x bobot skor 0)
JIK = 4
Perhitungan
PI = (NST – NSR) : JIK
PI = (5 – 0) : 4
PI = 5 : 4
PI = 1,25

Sumber : Vachlepi (2016) Berdasarkan perhitungan diatas,


Gambar 1. Foto bokar yang dijadikan acuan maka interval kelas tingkat kualitas bokar
standar tolok ukur kebersihan yang menjadi acuan intrepetasi hasil
bokar pengukuran tingkat kualitas bokar yang
Selanjutnya untuk mendapatkan dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya
intrepetasi hasil pengukuran tingkat kualitas dapat kita amai pada Tabel 2 sebagaimana
bokar yang dihasilkan petani anggota UPPB berikut :
Patwajaya, maka dapat dilakukan
perhitungan in sebagai berikut :
1. Interval Kelas Per-Pertanyaan
NST = (1 pertanyaan x bobot skor 1)
Tabel 2. Interval Kelas Tingkat Kualitas Bokar
Nilai Persentase
Jenis Interval Keterangan
(skor) (%)
Nilai Interval Kelas 0≤ X<0,25 0 ≤ X<25 Sangat Buruk
(Per-pertanyaan) 0,25 ≤ X< 0,5 25 ≤ X < 50 Buruk
0,5 ≤ X<-0,75 50 ≤ X < 75 Cukup Baik
0,75≤ X<1,00 75 ≤ X < 100 Sangat Baik
0 ≤ X < 0,5 0 ≤ X<25 Sangat Buruk
Nilai Interval Kelas 0,5 ≤ X < 1 25 ≤ X < 50 Buruk
(Aspek Fisik) 1 ≤ X <1,5 50 ≤ X < 75 Cukup Baik
1,5 ≤ X <2 75 ≤ X < 100 Sangat Baik
0 ≤ X<0,75 0 ≤ X<25 Sangat Buruk
Nilai Interval Kelas 0,75 ≤ X<1,5 25 ≤ X < 50 Buruk
(Aspek Teknis) 1,5 ≤ X<2,25 50 ≤ X < 75 Cukup Baik
2,25 ≤ X<3 75 ≤ X < 100 Sangat Baik
0 ≤ X < 1,25 0 ≤ X<25 Sangat Buruk
Nilai Interval Kelas 1,25 ≤ X < 2,5 25 ≤ X < 50 Buruk
(Skor Total) 2,5 ≤ X < 3,75 50 ≤ X < 75 Cukup Baik
3,75 ≤ X < 5 75 ≤ X < 100 Sangat Baik
Btp = Biaya total produksi(Rp)
Selanjutnya untuk menjawab tujuan Bt = Biaya tetap(Rp)
keempat yakni mengukur tingkat pendapatan Bv = Biaya variabel(Rp)
usahatani bokar yang diperoleh petani
anggota UPPB Patwajaya di Desa Panca Biaya tetap (Fixed Cost) merupakan
Tunggal Benawa Kecamatan Teluk Gelam sejumlah biaya yang terus dikeluarkan
Kabupaten Ogan Komering Ilir, dilakukan walaupun besarnya produksi banyak atau
perhitungan pendapatan usahatani bokar pada sedikit. Perhitungan biaya tetap dilakukan
petani sampel. Menurut Shinta (2011) secara dengan mengkalkulasikan biaya penyusutan
matematis perhitungan pendapatan dapat dari aset yang diinvestasikan. Biaya
dilakukan melalui perhitungan dengan penyusustan secara matematis dapat
menggunakan rumus berikut ini: perhitungkan dengan rumus sebagai berikut :

Pd = Pn - Btp Biaya Penyusutan = Harga Beli – Nilai Sisa


Keterangan : Umur Ekonomis
Pd = Pendapatan (Rp)
Pri = Penerimaan (Rp) Biaya variabel (Variable Cost)
Btp = Biaya total produksi(Rp) merupakan biaya yang sifatnya sekali pakai
dan jumlahnya tergantung skala usaha yang
Menurut Shinta (2011), secara dilakukan, contohnya seperti pupuk dan lain
matematis penerimaan suatu usaha dapat sebagainya. Perhitungan biaya variabel dapat
diperhitungkan dengan menggunakan rumus dilakukan dengan mengkalkulasikan jumlah
berikut ini : produk dengan harga beli produk
Untuk mendapatkan intrepetasi tingkat
Pri = Jp x Hjp pendapatan maka dibutuhkan interval kelas
Keterangan : tingkat pendapatan sebagai acuan tolok ukur.
Pri = Penerimaan (Rp) Dalam hal ini BPS (2017), menyatakan
Jp = Jumlah Produksi (Kg) bahwa dilihat dari nilai upah minimum
Hjp = Harga jual produk. (Rp) regional atau provinsi di Indonesia diketahui
nilai upah minimum regional atau provinsi
Perhitungan biaya total dapat terendah yakni sebesar Rp.1.425.000
dilakukan dengan penjumlahan biaya tetap perbulan (Rp.17.100.000 pertahun) yakni di
Nusa Tenggara Timur, sedangkan nilai upah
dan biaya variabel. Secara matematis minimum regional atau provinsi yang
perhitungan biaya total usahatani dapat tertinggi yakni sebesar Rp. 3.100.000
dirumuskan sebagaimana rumus berikut perbulan (Rp.37.200.000 pertahun) di DKI
(Shinta, 2011) : Jakarta.
Berdasarkan data nilai upah minimum
Btp = Bt + Bv tersebut, maka dapat dilakukan perhitungan
Keterangan
panjang interval kelas sebagai berikut Berdasarkan perhitungan diatas, maka
berikut: selang interval pendapatan petani dapat kita
amati sebagai berikut:
PI = (NST – NSR) : JIK
PI = (Rp. 37.200.000 – Rp. 17.100.000) : 3
PI = Rp 20.100.000 : 3
PI = Rp 6.700.000

Tabel 3 Interval Kelas Tingkat Pendapatan Petani Anggota UPPB Patwajaya

Variabel
Pendapatan (Rp/Bln) Kriteria Nilai
Pengamatan
X ≤ Rp. 17.100.000 Rendah
Tingkat
Rp. 17.100.000 < X ≤ Rp. 23.800.000 Sedang
pendapatan
Rp. 23.800.000< X Tinggi

Kemudian untuk menjawab tujuan Dalam analisis Korelasi Rank


ketiga dan kelima, yakni menganalisis Spearman yang dilakukan pada penelitian
korelasi antara tingkat kepuasan petani kali ini, hipotesis yang diajukan pada tujuan
anggota UPPB Patwajaya terhadap kinerja ketiga dan kelima yakni :
UPPB Patwajaya dengan tingkat kualitas Ho : Kedua variabel bebas
bokar yang dihasilkan petani anggota UPPB Ha : Ada korelasi antara kedua variabel
Patwajaya di Desa Panca Tunggal Benawa
Kecamatan Teluk Gelam Kabupaten Ogan Adapun kaidah pengambilan
Komering Ilir serta menganalisis korelasi keputusan yang digunakan yakni :
antara tingkat kualitas bokar yang dihasilkan Jika nilai Rs hit > Rs tab α (10%) db = Tolak
petani anggota UPPB Patwajaya dengan Ho, yang mana berarti ada korelasi antara
tingkat pendapatan usahatani bokar yang kedua variable atau dalam kata lain terdapat
diperoleh petani anggota UPPB Patwajaya di hubungan signifikan antara kedua variabel.
Desa Panca Tunggal Benawa akan dilakukan Jika nilai Rs hit ≤ Rs tab α (10%) db =
analisis koefisien Korelasi Rank Spearman Terima Ho yang mana berarti kedua variabel
(Rs). Menurut Husein (2002) dalam Arlis bebas atau dalam kata lain tidak terdapat
(2016) perhitungan Korelasi Rank hubungan signifikan antara kedua variabel
Spearmean (Rs) dapat dilakukan dengan Menurut Sarnono (2012) dalam
menggunakan rumus berikut : Roselidiah (2017) nilai koefeisen Rs
menggambarkan kriteria tingkat hubungan
antara variable dimana dengan angka
koefesien yang nilainya berkisar antara ±
0,00 sampai ± 1,00 memiliki intrepetasi
nilai sebagai berikut:
Adapun apabila didapati terdapat 1. 0,00 sampai 0,25 artinya korelasi
banyak rangking berangka sama digunakan sangat rendah
rumus : 2. 0,26 sampai 0,50 artinya korelasi
rendah.
3. 0,51 sampai 0,75 artinya korelasi
sedang.
4. 0,76 sampai 0,99 artinya korelasi tinggi.
5. 1,00 artinya korelasi sempurna
dimana
Keterangan : Sementara tanda + (positif) dan –
Rs = Korelasi peringkat Spearman
dimana (negative) adalah tanda yang
Tx = Jumlah variabel x yang sama menggambarkan arah hubungan kedua
n = Jumlah sampel variabel.
Ty = Jumlah variabel y yang sama
di = Selisih antara xi dan yi HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Petani Contoh Perkebunan Ogan Komering Ilir, dimana
pada pelatihan tersebut 25 orang perwakilan
Petani contoh merupakan sejumlah dari 12 kelompok tani karet yang terdapat di
petani yang diharapkan dapat mencerminkan Desa Panca Tunggal Benawa kemudian
keadaan keseluruhan populasi objek menjadi anggota pertama UPPB Patwajaya.
penelitian. Dari jumlah total populasi Sebagaimana yang dimaksudkan
sebanyak 80 petani yang terdapat di Desa dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor
Panca Tunggal Benawa, maka dipilih 30 38/Permentan/OT.140/8/2008 pasal 18,
petani sampel dengan menggunakan tabel UPPB Patwajaya sebagai unit pengolahan
acak. Prosedur pemilihan sampel tersebut dan pemasaran bahan olah karet yang telah
dilakukan atas beberapa tahapan. Pertama- teregistrasi secara resmi dengan nomor
tama peneliti melakukan pendataan seluruh register UPPB 06.09.2225.0005, secara
populasi, kemudian mengurutkannya konseptual memiliki tugas pokok dan fungsi
berdasarkan alamat petani yang utama berupa pelayanan kegiatan teknis dan
bersangkutan. Selanjutnya dipilihlah deret pengembangan usaha kelompok pekebun
angka acak pada tabel secara random. Deret dalam pengolahan dan pemasaran bokar.
angka acak yang terpilih inilah yang Dalam hal ini kegiatan teknis yang dimaksud
kemudian menjadi acuan pemilihan petani antara lain kegiatan yang meliputi
berdasarkan nomor urut mereka. Dalam pengembangan dan keterampilan
penelitian ini deret angka acak yang penyadapan, peggunaan peralatan,
digunakan pada tabel acak yakni deret angka pelaksanaan dan pengolahan dan pemasaran
acak dengan nilai ≤ 80 yang terdapat pada serta pengenalan baku mutu. Sedangkan
deret angka di baris ke tiga belas kolom yang dimaksud kegiatan pengembangan
ketujuh. usaha antara lain meliputi kerjasama
Adapun dari seluruh petani contoh penyediaan bahan penggumpal, sarana
yang terpilih pada penelitian ini diketahui produksi, pemasaran transportasi, dan
didominasi petani yang memiliki usia pemodalan.
berkisar antara 40 tahun sampai dengan 50 Berkenaan dengan ini pengurus UPPB
tahun dengan status pendidikan formal SD Patwajaya menjelaskan bahwa dalam
dan jumlah anggota keluarga sebanyak 3 menjalankan peranya UPPB memiliki
orang dengan luas lahan 1 Ha. beberapa program pokok dan program
B. Tingkat Kepuasan Petani Terhadap tambahan. Diantara program pokoknya yakni
Kinerja UPPB Patwajaya pelaksanaan kegiatan pelatihan, pelelangan,
dan pengadaan sarana produksi sedangkan
UPPB Patwajaya merupakan salah satu program tambahan diantaranya yakni
Unit pengolahan dan pemasaran bahan olah pembagian tunjangan hari raya berupa
karet yang terdapat di Desa Panca Tunggal pembagian bingkisan sembako setiap
Benawa Kabupaten Ogan Komering Ilir menjelang hari raya idul firi. Nilai rata-rata
(OKI) Provinsi Sumatera Selatan. skor kepuasan petani pada Tabel 4. sebagai
Pembentukan UPPB Patwajaya pada berikut
mulanya dicetuskan setelah pelaksanaan
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu
(SL-PHT) yang diadakan oleh Dinas
Tabel 4. Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Kinerja UPPB Patwajaya

Atribut SH SP
SKPS PSKSH JSKPS PSKPS
Indikator (Skor (Skor KRT
Penilaian ) )
(Skor) (%) (Skor) (%)
IA 1 4,00 2,70 -1,30 68
IA 2 4,00 2,67 -1,33 67
Tidak
IA IA 3 4,00 2,80 -1,20 70 -6,77 -45
Puas
IA 4 4,00 2,37 -1,63 59
IA 5 4,00 2,70 -1,30 68
IB 1 4,00 3,37 -0,63 84 Tidak
IB -6,70 -45
IB 2 4,00 3,40 -0,60 85 Puas
IB 3 4,00 3,20 -0,80 80
IB 4 2,67 1,00 -1,67 38
IB 5 4,00 1,00 -3,00 25
Tidak
Jumlah Total 25,20 38,67 -13,47 65 -13,47 -45
Puas
puas. Hal ini dapat terjadi karena sebagian
Keterangan : besar petani (67 persen) ptani anggota
SP = Skor Persepsi menilai kinerja UPPB Patwajaya belum
SH = Skor Harapan mampu menjalankan perananya sebagaimana
SKPS = Skor Kepuasan yang mereka harapkan secara optimal, karena
PSKSH = Persentase ketercapaian skor baru mencapai 65 persen dari peran yang
harapan diharapkan.
JSKPS = Jumlah Skor Kepuasan Dalam pelaksanaan peran pelayanan
PSKPS = Persentase Kepuasan kegiatan teknis, tercatat bahwa secara
KRT = Kriteria dominan 53 persen petani contoh tidak puas
IA = Peran UPPB Patwajaya dalam atas kinerja UPPB Patwajaya karena dinilai
pelayanan kegiatan teknis belum mampu memenuhi harapan mereka.
IB = Peran UPPB Patwajaya dalam Gambar 2. Persentase Tingkat Kepuasan
Pengembangan pengelolaan dan Petani Terhadap Kinerja UPPB
pemasaran usaha kelompok Patwajaya dalam Pelayanan Teknis
pekebun
A1 = Kegiatan pengembangan dan Berdasarkan hasil wawancara yang
keterampilan penyadapan dilakukan, diketahui bahwa ketidakpuasan
A2 = Kegiatan pengembangan dan petani terhadap kinerja UPPB Patwajaya
keterampilan penggunaan dalam Pelayanan teknis terjadi akibat para
peralatan, petani menilai pelatihan yang diadakan oleh
A3 = Kegiatan pengembangan UPPB Patwajaya baik berupa pelatihan
keterampilan pengolahan bokar keterampilan penyadapan, penggunaan alat,
pada usahtani karet pengolahan bokar, keterampilan pemasaran
A4 = Kegiatan pengembangan dan pengenalan baku hanya diberikan pada
keterampilan pemasaran
A5 = Kegiatan pengenalan baku mutu
kahan olah karet
B1 = Pemasilitasian penyediaan bahan
penggumpal dalamusahatani karet
B2 = Pemfasilitasian sarana produksi
dalam usahatani karet
B3 = Penyelenggaraan kegiatan
pemasaran karet (lelang)
B4 = Pemfasilitasian transportasi kalangan tertentu serta tidak dilakukan secara
pemasran usahatani karet berkelanjutan. Padahal menurut petani pada
B5 = Pemfasilitasian penyediaan modal dasarnya mereka juga berkeinginan untuk
usahatani karet dapat terlibat dalam pelatihan-pelatihan
serupa guna meningkatkan pengetahuan
dalam usahatani karet, sehingga mereka
Berdasarkan informasi pada Tabel 4 berharap kedepan UPPB Patwajaya mampu
diketahui bahwa rata-rata skor persepsi melibatkan seluruh petani dalam pelaksanaan
petani terahadap kinerja UPPB patwajaya pelatihan-pelatihan berkenaan dengan
yakni 25,20 sedangkan skor harapan petani pengelolaan usahatani karet secara
terhadap peran UPPB Patwajaya yakni 38,67. berkelanjutan. Berdasarkan informasi pada
Sehingga berdasarkan metode perhitungan Tabel 4 diketahui materi pelatihan tentang
kepuasan Servqual. diketahui skor kepuasan pengembangan keterampilan pemasaran
petani terhadap kinerja UPPB Patwajaya merupakan materi yang dinilai perlu
yakni sebesar -13,47 (-45 persen) yang disampaikan ulang karena memiliki
artinya rata-rata petani anggota merasa tidak
kesesuaian nilai persepsi dengan nilai kinerja UPPB Patwajaya dalam
harapan paling rendah yakni 59 persen. pengembangan pengolahan dan pemasaran
Menanggapi keluhan petani berkenaan usaha kelompok pekebun paling utama
dengan terbatasnya jumlah peserta pelatihan, terdapat pada pelaksanaan peran penyediaan
pengurus UPPB Patwajaya menjelaskan modal karena memiliki nilai ketidak puasan
bahwa pengurus tidak melibatkan seluruh sebesar -3,00 akibat nilai kinerjanya baru
petani dalam pelatihan akibat adanya mencapai 25 persen dari nilai yang
keterbatasan sumberdaya. Sehingga agar diharapkan. Para petani menyampaikan
pelatihan efektif dan efesien pengurus bahwa belum ada program penyediaan modal
memutuskan hanya melibatkan perwakilan yang diterima oleh petani sejak bergabung di
masing masing kelompok tani yang UPPB Patwajaya. Padahal berdasarkan nilai
kemudian diharapkan dapat menyebarkan harapan yang terdapat pada Tabel 4 diketahui
materi yang diperoleh kepada anggota lain di para petani menilai kegiatan penyediaan
kelompok taninya. modal amatlah penting dan mereka butuhkan.
Kemudian menanggapi keluhan petani Hal serupa juga petani sampaikan pada
tentang sedikitnya intensitas kegiatan pelaksanaan peran pemfasilitasian
pelatihan para pengurus menuturkan bahwa transportasi pemasaran usahatani karet,
sejak terjadinya perubahan Dinas Perkebunan dimana rata-rata petani anggota hanya
menjadi Dinas Perkebunan dan Peternakan mempersepsikan kinerja UPPB Patwajaya
yang diikuti dengan penggantian kepala dengan skor persepsi sebesar 1,00 (38 persen
Dinas, para pengurus menyampaikan bahwa dari nilai yang diharapkan). Petani
mereka memiliki kesulitan dalam menuturkan bahwa selama ini petani selalu
berkomunikasi dengan pihak Dinas menggunakan alat trasnportasi pribadi untuk
Perkebunan dan Peternakan sehingga mengantarkan bokar menuju tempat
kemudian untuk pelaksanaan pelatihan penimbangan, adapun kendati demikian
mereka hanya menunggu instruksi ataupun berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa petani
himbauan dari pihak Dinas Perkebunan dan sejauh ini tidak terlalu menilai penting
Peternakan. adanya pemfasilitasian transportasi karena
Adapun apabila dilihat berdasarkan rata-rata petani menilai tidak terlalu kesulitan
kinerja UPPB Patwajaya dalam pelaksanaan untuk melakukan pengiriman bokar
peranan pengembangan pengolahan dan menggunakan alat transportasi pribadi.
pemasaran usaha kelompok pekebun para Adapun berkenaan dengan
petani, diketahui sebanyak 73 persen petani penyelenggaraan kegiatan pemasaran karet
merasa tidak puas. Grafik persentase tingkat yang dilakukan melalui pelaksanaan lelang,
kepuasan petani terhadap kinerja UPPB pada dasarnya rata-rata petani petani anggota
Patwajaya dalam pengembangan pengolahan menilai bahwa kinerja UPPB Patwajaya telah
dan pemasaran usaha kelompok pekebun 80 persen memenuhi nilai harapan petani.
dapat diperhatikan pada Gambar 3. Namun kendati demikian berdasarkan
metode perhitungan kepuasan Servqual.
diketahui petani belum puas terhadap kinerja
UPPB Patwajaya karena hanya memiliki nilai
kepuasan sebesar -0,80.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan berkenaan dengan proses
pelaksanaan pelelangan, petani
menyampaikan keluhan kepada pengurus
Gambar 3 Persentase Tingkat Kepuasan karena proses pelelangan dinilai memakan
Petani Terhadap Kinerja UPPB waktu yang cukup lama bahkan hingga
Patwajaya dalam Pengembangan sampai malam hari. Keadaan tersebut oleh
Pengolahan dan Pemasaran para petani dikhawatirkan dapat
Usaha Kelompok Pekebun mempengaruhi bobot bokar yang terjemur
dibawah matahari serta keakuratan
Berdasarkan informasi pada Tabel 4. pengamatan bobot bokar pada saat proses
diketahui ketidakpuasan petani anggota pada penimbangan. Oleh karena itu beberapa
petani pun menyarankan agar sekiranya
proses penimbangan dapat dilakukan lebih berkomunikasi pada pihak pembeli yang
cepat serta agar sekiranya penimbangan memenangkan lelang agar dapat hadir lebih
dilakukan menggunakan mesin timbangan cepat pada proses penimbangan serta pada
digital sehingga dapat memberikan nilai disisi lain juga senantiasa mencoba
ukur yang lebih akurat. menyadarkan para anggota UPPB Patwajaya
Kemudian berkenaan dengan peran yang kerap mengeluh akibat lamanya proses
pemafisilitasian bahan penggumpal dan penimbangan karena khawatir bobot bokar
sarana produksi usahatani karet, rata-rata yang mereka miliki berkurang seiring waktu
petani anggota menyampaikan bahwa kinerja penimbangan, bahwa pada dasarnya yang
UPPB Patwajaya telah cukup baik. Hal dijual oleh petani bokar yakni karet bukanya
tersebut dapat kita amati pada Tabel 4 dimana air yang menambah bobot karet.
rata-rata petani memberikan nilai persepsi Meskipun secara umum petani menilai
yang cukup besar yakni 3,37 (84 persen dari kinerja UPPB Patwajaya belum mampu
nilai rata-rata harapan petani pada memenuhi harapan, para petani tetap memilih
pelaksanaan peran pengadaan bahan bergabung bersama UPPB Patwajaya, karena
penggumpal) untuk pelaksanaan peran menurut penuturan petani keterlibatan
pengadaan bahan penggumpal dan 3,40 (85 dengan UPPB banyak memberikan manfaat
persen dari nilai rata-rata harapan petani pada diantaranya yakni terhindarnya petani dari
pelaksanaan peran pengadaan sarana praktik kecurangan tengkulak saat melakukan
produksi). penimbangan, serta diperolehnya harga jual
Namun kendati demikian, berdasarkan yang lebih tinggi.
perhitungan Servqual. diketahui petani Hal ini dapat terjadi karena di UPPB
menilai kinerja UPPB Patwajaya pada kedua Patwajaya proses penimbangan bokar ketika
peran tersebut belum mampu memenuhi proses penjualan dilakukan sendiri oleh
harapan mereka, karena hanya memiliki nilai pengurus dengan menggunakan alat
kepuasan -0,63 pada pelaksanaan peran timbangan milik UPPB Patwajaya sehingga
penyediaan bahan penggumpal dan -0,60 memiliki keakuratan hasil pengukuran dapat
pada pelaksanaan peran penyediaan sarana terjamin. Selain itu harga yang digunakan
produksi. Berdasarkan hasil wawancara merupakan harga tertinggi hasil pelelangan,
diketahui ketidak puasan tersebut diakibatkan berbeda dengan penjualan ke tengkulak yang
oleh terbatasnya jumlah bahan penggumpal mana proses dan alat penimbangan berasal
serta sarana produksi yang disediakan oleh dari tengkulak dan harga yang ditetapkan
UPPB Patwajaya. mutlak dari keputusan tengkulak
Menanggapi beberapa keluhan
tersebut, pengurus UPPB Patwajaya C. Tingkat Tingkat Kualitas Bokar yang
menjelaskan bahwa bahwa berkenaan dengan Dihasilkan petani anggota UPPB
pengadaan modal usahatani karet, UPPB Patwajaya di Desa Panca Tunggal
Patwajaya memiliki keterbatasan sumberdaya Benawa
keuangan sehingga untuk sementara sebagai
sarana pemfasilitasian usaha milik petani, Berdasarkan pengamatan kesesuaian
UPPB Patwajaya telah membentuk koperasi aspek fisik dan teknis kualitas bokar yang
pengadaan sarana produksi bahan olah karet. dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya,
Adapun berkenaan dengan pengadaan sarana dengan standar kualitas mutu yang ditetapkan
transportasi pengurus telah memiliki Kementrian Pertanian dalam Peraturan
berwacana untuk melakukan pengadaan Menteri Pertanian nomor 38/Permentan/
kendaraan bermotor sebagai sarana OT.140/8/2008 diketahui kualitas bokar yang
pengangkutan bahan olah karet petani, dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya
namun wacana tersebut belum menjadi terkategorikan buruk, karena memiliki nilai
wacana yang diprioritaskan mengingat kesesuaian terhadap standar yang telah
pengurus juga saat ini tengah berupaya ditetapkan dalam permentan nomor
melakukan pengadaan gudang bokar sebagai 38/Permentan/ OT.140/8/2008 yang rendah
sarana pelelangan. yakni senilai 1,27 atau dalam arti kata lain
Adapun berkenaan dengan lamanya hanya memiliki kesesuaian dengan mutu
proses penimbangan pengurus menyatakan yang ditetapkan dalam permentan sebesar 25
bahwasanya pada satu sisi telah senantiasa persen. Secara lebih lanjut nilai rata-rata
tingkat kualitas bokar petani anggota UPPB Pada umumnya pengolahan bokar
Patwajaya pada Tabel 5 berikut ini : yang dilakukan petani anggota UPPB
Patwajaya dilakukan atas beberapa tahap.
Tabel 5 Nilai Rata-Rata Tingkat Kualitas Sebelum hari pelelangan para petani
Bokar Petani Anggota UPPB melakukan pembekuan lateks pada mangkok
Patwajaya sadap. Pembekuan ini tidak dilakukan pada
setiap hari melainkan hanya dalam beberapa
SK JSK PK
I AP KRT hasil yang dikhawatirkan akan turun hujan.
(Skor) (Skor) (%)
Selanjutnya pada hari minggu petani akan
F1 0,70 Cukup
F
F2 0,47
1,17 58
Baik
melakukan pengumpulan lump mangkok dan
T1 0,10 kemudian menyusunnya dalam kotak
Sangat pembekuan. Pada kotak tersebut kemudian
T T2 0,00 0,10 3
Buruk lump mangkok dan lateks yang diperoleh
T3 0,00
Rata-Rata 0,25 1,27 25 Buruk dicampur dengan bahan pembeku, dan
Keterangan kemudian langsung dibawah ke lokasi
I = Indikator pelelangan
AP = Atribut Penilaian Berdasarkan hasil wawancara dan
SK = Skor Kualitas pengamatan lapang diketahui bahwa
PK = Persentase Kualitas rendahnya tingkat kesesuaian mutu bokar
JSK = JumlahSkor Kualitas yang dihasilkan terhadap standar yang telah
KRT = Kriteria ditetapkan pada aspek teknis terjadi akibat
F1 = Kebersihan Bokar belum tersedianya alat pengepres (Hand
F2 = Ketebalan Bokar Mangel) serta gudang penyimpanan.
T1 = Jenis Penggumpal Sehingga slab yang dihasilkan petani tidak
T2 = Proses Pengolahan melalui proses pengepresan serta hanya
T3 = Proses Penyimpanan disimpan pada tempat seadanya bahkan pada
saat pelelangan slab yang dihasilkan petani
Berdasarkan data pada Tabel 5 kerap dibiarkan tekena tanah secara
diketahui rendahnya nilai kesesuaian bokar langsung.
petani Desa Panca Tunggal Benawa yang Disisi lain rendahnya tingkat
paling utama terdapat pada aspek teknis, kesesuaian mutu bokar yang dihasilkan
dimana 90 persen petani contoh tidak petani anggota UPPB Patwajaya dengan
melakukan pengelolaan bokar sebagaimana standar yang telah ditetapkan pemerintah
yang telah ditentukan dalam Peraturan juga terjadi akibat ketidaksesuaian
Menteri Pertanian nomor 38/Permentan/ penggunaan jenis penggumpal yang
OT.140/8/2008. Persentase jumlah petani digunakan. Pada umumnya jenis
berdasarkan tingkat kualitas bokar dilihat penggumpal yang digunakan oleh petani
dari aspek teknis dapat diperhatikan pada anggota UPPB Patwajaya yakni berupa
Gambar 4. bahan penggumpal dengan merek dagang
terang jaya yang dicampur dengan pupuk
TSP. Padahal bahan pembeku merk dagang
Terang Jaya merupakan bahan pembeku yang
memiliki komposisi Asam Sulfat (H2SO4).
Sedangkan sebagaimana kita ketahui Asam
Sulfat (H2SO4) dan pupuk TSP notabenenya
merupakan bahan yang tidak
direkomendasikan untuk dijadikan bahan
penggumpal karena dinilai mampu
Gambar 4.Persentase Jumlah Petani menyebabkan turunya kualitas bokar,
Berdasarkan Tingkat Kualitas sebagaimana menurut Purbaya et al.,(2011)
Bokar yang Dihasilkan Dilihat Dari yang menyatakan bahwa penggunaan bahan
Aspek Teknis pembeku yang tidak direkomendasikan
seperti pupuk TSP dapat menyebabkan
kualitas karet menjadi rendah. Adapun
menurut Vachlepi (2016) dewasa ini bahan
penggumpal yang direkomendasikan yakni
Asam Semun (HCOOH) dan Asap Cair.
Berdasarkan hasil wawancara, para
petani menuturkan bahwa penggunaan Asap
cair (Deorub) diakui dapat menghasilkan
bokar yang berkualitas baik dan tidak
menimbulkan bau tidak sedap ketika proses
pengolahan, namun karena bahan
penggumpal tersebut sulit diperoleh dan
dianggap lambat menggumpalkan bokar, Gambar 5. Persentase Jumlah Petani
banyak petani yang kemudian kembali Berdasarkan Tingkat Kualitas
menggunakan penggumpal merk dagang Bokar yang Dihasilkan Dilihat
Terang Jaya yang dicampur pupuk TSP dari Aspek Fisik
karena dinilai lebih murah, dan mudah
diperoleh serta lebih cepat menggumpalkan D. Korelasi Antara Tingkat Kepuasan
bahan olah karet Petani Anggota UPPB Patwajaya
Berkenaan dengan permasalahan Terhadap Kinerja UPPB Patwajaya,
tempat penyimpanan bokar petani, pengurus dengan Tingkat Kualitas Bokar Yang
menyampaikan bahwa pengadaan gudang Dihasilkan Petani Anggota UPPB
dan renovasi lokasi lelang saat ini tengah Patwajaya di Desa Panca Tunggal
menjadi program prioritas pengurus UPPB Benawa
Patwajaya. Adapun untuk pengadaan alat
pengepres bokar (Hand Mangel), pengurus Analisis korelasi antara tingkat
menuturkan bahwa pada beberapa tahun kepuasan petani anggota UPPB Patwajaya
yang lalu, petani sempat mendapatkan terhadap kinerja UPPB Patwajaya, dengan
tawaran bantuan alat pengepres dengan tingkat kualitas bokar yang dihasilkan petani
syarat pembentukan kemitraan dengan pihak anggota UPPB Patwajaya di Desa Panca
pemberi bantuan. Namun berdasarkan Tunggal Benawa merupakan analisis
perhitungan pengurus, dinilai keuntungan korelasi bivariat dua arah (2-Tailed).
yang diperoleh petani dengan mengepres Pengujian korelasi Rank Spearman dua
bokarnya tidak sebanding dengan waktu dan arah, dilakukan mengingat hipotesis
tenaga yang harus dikeluarkan untuk penelitian kali ini merupakan hipotesis yang
melakukan pengepresan, oleh karena itu belum jelas arahnya apakah positif atau
mereka memutuskan untuk tetap melakukan negatif. Pada praktiknya analisis kedua
penjualan bokar tanpa melalui proses variabel tersebut dilakukan dengan alat
pengepresan. bantu statiskis yakni aplikasi SPSS.
Selanjutnya apabila dilihat Berdasarkan hasil penelitian yang
berdasarkan aspek fisik, diketahui dilakukan, diketahui rata-rata nilai kepuasan
berdasarkan Tabel 5. kualitas bokar yang petani anggota terhadap kinerja UPPB
dihasilkan petani dapat dikatakan cukup Patwajaya yakni sebesar -13,47 (tidak puas),
baik, karena sebanyak 50 persen petani telah sementara nilai rata-rata kualitas bokar yang
mampu menghasilkan bokar yang bersih dan dihasilkan petani anggota UPPB Patwajaya
memiliki ketebalan dibawah 150 mm sebesar 1,27 (buruk). Adapun setelah
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dilakukan analisa menggunakan SPSS,
permentan nomor 38/Permentan/OT.140/ diketahui nilai koefesien korelasi yakni
8/2008. Adapun dari pengamatan yang sebesar 0,349. Sehingga karena nilai
dilakukan hanya ditemui beberapa bokar koefesien korelasi lebih besar dari nilai Rs
yang mengandung kotoran berupa tatal Tabel pada α 10 persen yang bernilai 0,306
ataupun serpihan sisa sadap batang karet. (Rs hit 0,349 > Rs Tab 0,306) maka dapat
Grafik persentase jumlah petani berdasarkan ditarik kesimpulan bahwa tolak Ho yang
kualitas bokar yang dihasilkan dilihat dari berarti terdapat hubungan antara kedua
aspek fisik secara lebih lanjut dapat kita variabel. Hasil uji korelasi kepuasan kinerja
perhatikan pada Gambar 5 berikut ini : UPPB Patwajaya dan kualitas bokar yang
dihasilkan petani bokar dapat diperhatikan
pada Tabel 6 berikut ini:
Hasil uji ini sesuai dengan hasil
Tabel 6 Hasil Uji Korelasi Rank penelitian Dewi (2002) yang menyatakan
Spearman Tingkat Kepuasan bahwa berdasarkan hasil uji korelasi Rank
Petani Anggota UPPB Patwajaya Spearman, persepsi anggota kelompok tani
Terhadap Kinerja UPPB terhadap peranan kelompok tani memiliki
hubungan sangat nyata dengan tingkat
Patwajaya dengan Tingkat
pemenuhan kebutuhan petani baik dalam
Kualitas BOKAR yang bentuk pemenuhan kebutuhan saprodi,
Dihasilkan Petani Anggota UPPB pemenuhan kebutuhan penguasaan
Patwajaya di Desa Panca Tunggal teknologi, pemenuhan kebutuhan pemasaran
Benawa hasil usahatani.
Correlations
Xi Yi E. Tingkat Pendapatan Usahatani Bokar
yang Diperoleh Petani Anggota UPPB
Spearman' Xi Correlation
1,000 -,349 Patwajaya di Desa Panca Tunggal
s rho Coefficient
Benawa
Sig. (2-tailed) . ,059
N 30 30 Pendapatan merupakan selisih antara
Yi Correlation penerimaan dan biaya produksi. Maka dalam
-,349 1,000 mengukur tingkat pendapatan, perlu
Coefficient
dilakukan terlebih dahulu perhitungan
Sig. (2-tailed) ,059 . penerimaan dan biaya produksi sebagai
N 30 30 berikut:
Keterangan
Xi = Kepuasan Kinerja UPPB Patwajaya
Yi = Kualitas Bokar Petani Anggota UPPB
Patwajaya
Dilihat berdasarkan nilai koefesien 1. Penerimaan
koreasi antara kedua variabel, diketahui
bahwa kekuatan tingkat hubungan antara Penerimaan usahatani karet di Desa
kepuasan petani terhadap kinerja UPPB Panca Tunggal Benawa merupakan hasil kali
Patwajaya dengan tingkat kualitas Bokar antara produksi karet yang didapat oleh
yang dihasilkan petani anggota UPPB petani dengan harga jual yang ditetapkan
Patwajaya termasuk dalam kategori rendah, dalam proses lelang. Berdasarkan data
serta memiliki arah hubungan yang penjualan bokar UPPB Patwajaya diketahui
berlawanan. Hal tersebut diduga dapat perkembangan rata-rata produksi bokar
terjadi, karena kedua variabel merupakan petani karet anggota UPPB Patwajaya cukup
variabel yang memiliki hubungan tidak fluktuatif yakni dengan jumlah rata rata
langsung dimina baru memiliki signifikansi 2.292 Kg/Lg/Th 1.984 Kg/Ha/Th. Grafik
hubungan pada α 0,59 sehingga dapat fluktuasi rata-rata produksi karet di UPPB
dikatakan bahwa masih terdapat faktor lain Patwajaya periode 2016-2017 dapat kita
yang dapat lebih mempengaruhi kedua amati pada Gambar 6.
variabel.
Adapun berkenaan dengan
berlawanannya arah hubungan kedua
variabel, diduga dapat terjadi akibat
penerapan metode pelatihan yang dilakukan
oleh pengurus menyebabkan besarnya
kemampuan petani dalam menghasilkan
karet yang berkualitas dilihat dari aspek fisik
tidak diiringi dengan besarnya nilai
Gambar 6. Grafik Fluktuasi Rata-Rata
kepuasan petani terhadap penyelenggaraan
Produksi Karet di UPPB
pelatihan karena hanya diberikan pada
Patwajaya
kalangan tertentu.
Adapun harga yang berlaku pada
lelang di UPPB Patwajaya senantiasa
mengalami perubahan, adapun diketahui
rata-rata harga yang diterima petani yakni
sebesar Rp.8.060. Grafik fluktuasi harga
bokar pada lelang karet di UPPB Patwajaya
secara lebih lanjut dapat kita cermati pada
Gambar 7 berikut ini :
Gambar 8. Grafik Fluktuasi Penerimaan
Petani Anggota UPPB
Patwajaya

2. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya


yang harus dikeluarkan guna melakukan
pengelolaan usahatani. Total biaya terdiri atas dua
Gambar 7. Grafik Fluktuasi Harga Karet di instrument biaya, yakni biaya tetap dan variabel.
UPPB Patwajaya Biaya Tetap (Fixed Cost) merupakan yang terus
dikeluarkan walaupun besarnya produksi banyak
Berdasarkan tabulasi data yang atau sedikit, sedangkan biaya variabel (Variable
diperoleh dari buku data penjualan bokar Cost) yang merupakan biaya yang sifatnya sekali
UPPB Patwajaya diketahui penerimaan pakai dan jumlahnya tergantung skala usaha yang
petani karet anggota UPPB Patwajaya di dilakukan.
Desa Panca Tunggal Benawa cukup Berdasarkan perhitungan rata-rata
fluktatif, yakni dengan rata-rata sebesar Rp. biaya penyusutan yang dikeluarkan petani
388.747/Lg/Pekan atau Rp.380.875 anggota UPPB Patwajaya, diketahui
/Ha/Pekan. Adapun apabila penerimaan persentase biaya penyusutan alat yang
setiap petani diakumulasikan dalam satu dikeluarkan petani anggota perhektar pada
tahun diketahui rata-rata penerimaan petani setiap tahunnya, paling besar terdapat pada
anggota UPPB Patwajaya yakni sebesar instrumen biaya penyusutan mangkuk sadap
Rp.18.659.877/Lg/Th atau Rp.18.281.995 yakni dengan persentase sebesar 30 persen
/Ha/Th. Grafik fluktuasi penerimaan petani (240.313 Rp/Ha/Th). Tingginya persentase
dapat diperhatikan pada Gambar 8 berikut pengeluaran biaya penyusutan mangkuk
ini: sadap dalam hal ini terjadi akibat banyak
mangkuk sadap milik petani yang tidak awet
dan harus diganti. Secara lebih lanjut hasil
perhitungan rata-rata biaya tetap yang
dikeluarkan petani anggota UPPB Patwajaya
dapat diperhatikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-Rata Biaya Tetap Petani Karet Anggota UPPB Patwajaya

Biaya Penyusutan Persentase*


Instrumen Biaya Tetap
(Rp/Lg/Th) (Rp/Ha/Th) (%)
Bibit 62.515 54.608 7
Cangkul 64.063 69.349 9
Parang 35.156 41.406 5
Ember 21.778 25.321 3
Pisau Sadap 42.583 49.500 6
Mangkuk Sadap 278.438 240.313 30
Talang Sadap 62.050 53.900 7
Cincin Mangkuk 157.617 135.567 17
Kotak Pembeku 154.292 126.715 16
Jumlah 878.490 796.679 100
*Berdasarkan nilai rata-rata biaya penyusutan Ha/Th

Adapun dalam apabila dilihat tinggi yakni dengan persentase sebesar 52


berdasarkan persentase pengeluaran biaya persen (Rp. 1.330.137/Ha/Th). Berikut ini
variabel petani kareta Anggota UPPB pada Tabel 8 dapat dipertahikan hasil
Patwajaya perhektar dalam setiap tahunnya, perhitungan rata-rata biaya variabel petani
diketahui biaya tenaga kerja merupakan karet anggota UPPB Patwajaya.
instrumen yang memiliki alokasi paling

Tabel 8. Rata-Rata Biaya Variabel Petani Karet Anggota UPPB Patwajaya

Rata-Rata Biaya Variabel Persentase*


Instrumen Biaya
(Rp/Lg/Th) (Rp/Ha/Th) (%)
Pupuk 609,667 565,417 22
Bahan Pembeku 246,467 249,544 10
Perangsang Getah 441,000 396,667 16
Tenaga Kerja 2,396,813 1,330,137 52
Jumlah 3,693,946 2,541,765 100
*Berdasarkan nilai rata-rata biaya variabel Ha/Th

Setelah diperoleh hasil perhitungan biaya total petani karet Anggota UPPB Patwajaya
tetap dan biaya variabel, maka selanjutnya sebagaimana pada Tabel 9. berikut ini :
dapat diketahui rata–rata biaya

Tabel 9. Rata-Rata Total Biaya Produksi Petani Karet Anggota UPPB Patwajaya

Rata-Rata Biaya Total Persentase*


Instrumen Biaya Total
(Rp/Lg/Th) (Rp/Ha/Th) (%)
Biaya Tetap 878,490 796,679 24
Biaya Variabel 3,693,946 2,541,765 76
Jumlah 4,572,436 3,338,443 100
*Berdasarkan nilai rata-rata biaya penyusutan Ha/Th
Instrumen Rata-Rata Pendapatan
Sebagaimana dapat diperhatikan Pendapatan (Rp/Lg/Th) (Rp/Ha/Th)
pada Tabel 9 diketahui bahwa biaya Penerimaan 18.659.877 18.281.995
variabel merupakan instrumen biaya Biaya Produksi 4.572.436 3.338.443
yang paling banyak dikeluarkan yakni Jumlah 14.087.440 14.943.552
76 persen dari total biaya produksi
yang dikeluarkan petani karet. Mengacu pada kelas pendapatan
yang dibuat menurut nilai Upah Minimum
3. Pendapatan Regional secara nasional yang diterbitkan
BPS (2017) pada Tabel 3.5 diketahui nilai
Berdasarkan perhitungan biaya dan pendapatan yang diperoleh petani karet
penerimaan diatas, maka selanjutnya dapat anggota UPPB Patwajaya di Desa Panca
dilakukan perhitungan rata-rata pendapatan Tunggal Benawa dengan jumlah Rp.
petani karet di Desa Panca Tuggal Benawa 14.087.440/Lg/Th (1.173.953/Lg/bln)
sebagaimana yang tersajikan pada Tabel masih tergolong dalam kategori rendah.
10. berikut ini : Rendahnya nilai pendapatan tersebut disisi
lain juga dicerminkan dari tidak
Tabel 10. Rata-Rata Pendapatan Petani tercapainya nilai UMR Sumatera Selatan
Karet Anggota UPPB Patwajaya yang bernilai Rp.2.206.000/bln.
Adapun dilihat berdasarkan Correlations
karakteristik petani contoh serta kondisi Xi Yi
usahatani karet yang diusahakan oleh para
petani, diduga faktor usia; Spearman' Xi Correlation
1.000 -.378
pendidikan;luas lahan;dan jenis klon s rho Coefficient
merupakan beberapa faktor yang Sig. (2-tailed) . .039
menyebabkan rendahnya pendapatan yang N 30 30
diperoleh petani anggota UPPB Patwajaya.
Yi Correlation
Kondisi tersebut tentu amat -.378 1.000
Coefficient
disayangkan mengingat berdasarkan
wawancara yang dilakukan, diketahui Sig. (2-tailed) .039 .
bahwa 50 persen petani contoh pada N 30 30
dasarnya menyatakan bahwa latar belakang Keterangan :
keputusan mereka bergabung di UPPB Xi = Kualitas bokar petani anggota UPPB
yakni agar dapat meningkatkan pendapatan Patwajaya
usahatani karet yang mereka jalankan, Yi = Pendapatan usahatani karet anggota
sehingga guna menjaga loyalitas petani UPPB Patwajaya
anggota terhadap UPPB Patwajaya sudah
seharusnya program-program peningkatan Berdasarkan tabel 11, diketahui
pendapatan petani semisal pengadaan bahwa nilai koefesien korelasi antara
bantuan saprodi menjadi program prioritas kedua variabel yakni yakni sebesar 0,378.
pengurus UPPB Patwaja Sehingga karena koefesien korelasi lebih
besar dari angka tabel Rs pada α 10 persen
F. Korelasi Antara Tingkat Kualitas yang bernilai 0,306 (Rs Hit 0,378 > Rs Tab
Bokar Yang Dihasilkan Petani 0,306) maka dapat diambil keputusan tolak
Anggota UPPB Patwajaya dengan Ho yang berarti terdapat hubungan antara
Tingkat Pendapatan Usahatani tingkat kualitas bokar yang dihasilkan
Bokar Yang Diperoleh Petani petani anggota UPPB Patwajaya terhadap
Anggota UPPB Patwajaya di Desa pendapatan petani anggota UPPB
Panca Tunggal Benawa Patwajaya.
Berdasarkan hasil penelitian
Hasil penelitian ini selaras dengan
diketahui nilai rata-rata kualitas bokar
yang dihasilkan petani yakni 1,27 (buruk) penelitian Sannia et al., (2013), yang
menyatakan bahwa penjagaan dari kotoran
dan rata-rata pendapatan petani karet
anggota UPPB Patwajaya yakni sebesar dan penggunaan asam semut sebagai
koagulan dapat memberikan keuntungan
Rp. 14.739.271 /Ha/Th (Rendah). Adapun
setelah dilakukan analisis korelasi Rank dan mampu memberikan tambahan
pendapatan petani.
Spearman menggunakan alat bantu SPSS
diketahui hasil uji analisis korelasi kualitas Secara lebih lanjut berdasarkan
Tabel 11 dapat kita ketahui bahwa nilai
bokar yang dihasilkan petani anggota
dengan pendapatan petani yakni sebagai koefeisen Rs antara kedua variabel
menunjukkan bahwa hubungan antara
berikut:
kedua variabel memiliki tingkat hubungan
Tabel 11. Hasil uji Korelasi Rank yang rendah dengan arah yang berlawanan,
Spearman Tingkat Kualitas karena memiliki nilai koefesien yang
BOKAR Yang Dihasilkan rendah dengan tanda – (negatif). Keadaan
Petani Anggota UPPB tersebut diduga dapat terjadi karena
Patwajaya Dengan Tingkat pengurus tidak menerapkan standar harga
Pendapatan Usahatani pada proses pelelangan sebagaimana yang
Bokar Yang Diperoleh telah ditetapkan pada Permentan nomor
Petani Anggota UPPB 38/Permentan/OT.140/8/2008 pasal 34,
Patwajaya di Desa Panca dimana dijelaskan bahwa harga yang
Tunggal Benawa diberlakukan dalam perdagangan yang
dilakukan UPPB, seharusnya didasarkan
pada harga paling kurang 75 persen dari (Rp.14.943.552/Ha/Th) belum
harga karet yang terdapat pada Free on memenuhi nilai UMR Sumatera
Board (FOB), yakni harga penjaulan Selatan dan masih tergolong dalam
komoditi karet di pelabuhan ekspor. kategori rendah menurut nilai UMR
Adapun pada prakteknya harga Nasional
bokar yang digunakan petani dalam pasar 5. Terdapat hubungan antara tingkat
lelang merupakan harga yang tidak kualitas bokar yang dihasilkan petani
memiliki batas batas minimal sehingga anggota UPPB Patwajaya dengan
para pembeli bokar berhak memasang pendapatan petani anggota UPPB
harga secara bebas dalam pasar lelang Patwajaya dengan tingkat keeratan
yang diselenggarakan. Berkenaan dengan hubungan yang rendah dan arah yang
hal ini, pengurus menjelaskan bahwa berlawanan pada signifikansi α
mereka tidak menerapkan batas harga sebesar 0,039
minimal lelang karena memiliki kendala
dalam pengetahuan nilai kadar karet kering
serta informasi harga FOB.
B. Saran

Berdasarkan kajian yang telah


KESIMPULAN DAN SARAN dilakukan atas informasi yang ditemukan
pada penelitian ini, maka terdapat beberapa
A. Kesimpulan saran sebagai berikut:
1. Guna mengoptimalkan kinerja UPPB
Berdasarkan penelitian yang telah Patwajaya, hendaknya pengurus UPPB
dilakukan, maka dapat diambil kesempulan Patwajaya dan pihak-pihak terkait
sebagai berikut : seperti Dinas Perkebunan dan
1. Sebagian besar (67 persen) petani Peternakan mampu lebih proaktif
anggota UPPB Patwajaya tidak puas khususnya dalam upaya pengadaan
atas kinerja UPPB Patwajaya karena modal, serta sarana prasarana usahatani
dinilai kinerja UPPB Patwajaya dalam karet seperti alat transportasi,
menjalankan peranan dan fungsinya timbangan digital, bahan pembeku,
belum memenuhi harapan petani. gudang penyimpanan, alat pengepres
2. Bokar yang dihasilkan petani anggota bokar (Hand Mangel)
UPPB Patwajaya belum dapat 2. Untuk meningkatkan nilai kepuasan
dikatakan memiliki kualitas yang baik petani anggota terhadap kinerja UPPB
karena belum memiliki spesifikasi Patwajaya, pengurus hendaknya
yang sesuai dengan standar yang telah mampu melibatkan seluruh petani
ditetapkan dalam peraturan Peraturan anggota dalam pelaksanaan pelatihan
Menteri Pertanian nomor secara intensif dan berkala khususnya
38/Permentan/OT. 140/8/2008 tentang dalam materi pengembangan
Pedoman Pengolahan dan Pemasaran keterampilan pemasaran.
Bahan Olah Karet (BOKAR). 3. Dalam rangka menstimulasi petani agar
tetap menghasilkan bokar dengan
3. Terdapat hubungan antara tingkat kualitas baik, hendaknya dalam
kepuasan petani terhadap kinerja pelaksanaan lelang pengurus dapat
UPPB Patwajaya dengan kualitas menggunakan acuan penentuan harga
bokar yang dihasilkan petani anggota bokar sesuai dengan ketentuan yang
UPPB Patwajaya dengan tingkat telah ditetapkan pada permentan nomor
keeratan hubungan yang rendah dan 38/Permentan/OT.140/8/2008 yakni
arah yang berlawanan pada nilai dengan harga minimal 75 persen dari
signifikansi α sebesar 0,059 harga FOB
4. Pendapatan petani karet anggota 4. Dalam rangka meningkatkan
UPPB Patwajaya di Desa Panca pendapatan petani, hendaknya UPPB
Tunggal Benawa sebesar Rp. Patwajaya secara bertahap mampu
14.087.440/Lg/Th membangun kemitraan dengan pabrik
pengolah karet. Adapun berkenaan 5outlookperkebunan/422-outlook-
dengan hal tersebut Pemerintah juga karet-2016] [Accessed 4 September
hendaknya mampu memberikan sanksi 2017].
tegas bagi pabrik pengolah bokar yang
membeli bokar berkualitas rendah. Dewi, F., 2002. Persepsi Anggota
5. Disarankan dilakukan penelitian Kelompok Tani Terhadap Peranan
lanjutan berkenaan dengan komparasi Kelompok Tani dalam Memenuhi
pendapatan penjualan slab karet yang Kebutuhan Ushatani Padi (Kasus
melalui proses pengepresan dan tidak Petani Padi Sawah di Kecamatan
melalui pengepresan berikut Aluh-aluh, Kabupaten banjar,
korelasinya terhadap pendapatan petani Provinsi Kalimantan Selatan). Tesis.
Program Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor [Available at:
http:// repository.ipb.ac.id/handle /
DAFTAR PUSTAKA 123456789/6701] [Accessed 5
September 2017]
Arlis., 2016. Hubungan Karakteristik Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera
Petani dengan Produksi Padi Sawah Selatan., 2015. Perkebunan Karet
di Desa Rambah Tengah Barat Sumatera Selatan. Palembang
Kecamatan Rambah Kabupatek
Rokat Hulu. Artikel Ilmiah. Program Goenadi, D.H., Supriadi, M., Wibawa, G.,
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Sarjono, dan M., Hadi, P.U., 2007.
Universitas Pasir Pengaraian Rokan Prospek dan Arah Pengembangan
Hulu. [Available at : https://media. Agribisnis Karet. Edisi Kedua.
neliti.com/media/publications/10865 Badan Penelitan dan Pengembangan
6-ID-hubungan-karakteristik-petani- Pertanian. [Available at: http://
dengan-pro. pdf] [Accessed 23 April litbang. deptan.go.id] [Accessed 2
2018] September 2017]

Ayuningrum, K., 2008. Kepuasan Kementrian Pertanian., 2018. Peraturan


Konsumen terhadap Kualitas Menteri Pertanian nomor 38/
Layanan Waroeng Steak and Shake Permentan/OT.140/8/2008 tentang
di Jalan Kaliurang Yogyakarta. Pedoman Pengolahan dan
Skripsi. Fakultas Pertanian Pemasaran Bahan Olah Karet
Universitas Gadjah Mada (BOKAR). [Available at:
Yogyakarta [Available at: http://perundangan.pertanian.go.id/a
reposiitory. ugm.ac.id] [Accessed 4 dmin/file/Permentan-38-08.pdf].
September 2017] [Accessed 4 September 2017]

Badan Pusat Statistik., 2017. Upah Purbaya, M., Sari, T.I., Saputri, C.A., dan
Minimum Regional/Provinsi Fajrianty, M.T., 2011. Pengaruh
(UMR/UMP) dan rata-rata Beberapa Jenis Bahan Penggumpal
Nasional pert tahun (Dalam Lateks dan Hubungannya dengan
Rupiah) 199-2016. [online]. Susut Bobot, Kadar Karet Kering
[Avalilable at dan Plastisitas. Prosiding Seminar
:www.bps.go.id/linkTableDinamis/vi Nasional AVoER ke-3, Palembang
ew/id/917] [Accessed 14 September 26-27 Oktober 2011. Fakultas
2017] Teknik Universitas Sriwijaya. 351-
357 [Available at:
Chafid, M., 2016. Outlook Karet 2016. http://eprints.unsri.ac.id/142/1/Pages
Jakarta : Pusat Data dan Sistim from_PROSIDING_AVOER_2011-
Informasi Pertanian Sekretariat 36.pdf] [Accessed 4 September
Jendral Kementrian Pertanian. 2017]
[Available at: http://epublikasi.
setjen.pertanian.go.id/arsipoutlook/7
Roselidiah, P., Persepesi Petani Terhadap Kabupaten Magelang Jurnal Riset
Peran Penyuluh Pertanian Manajemen [online] Vol. 1, No. 2,
Lapangan dan Hubunganya dengan [Available at:] [Accessed 4
Tingkat Adopsi Padi Jajar Legowo September 2017]
di Desa Berkat Kecamatan Sirih
Pulau Padang Kabupaten Yuniar, S.S., Arijanto, S., Liansari, G.P.,
OKI.Skripsi Program Studi 2014. Usulan Perbaikan Kualitas
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Pelayanan Jasa Pengiriman Paket
Universitas Sriwijaya [Tidak Berdasarkan Hasil Pengukuran
dipublikasikan] Menggunakan Metode Service
Quality (Servqual.) di PT.X. Reka
Sannia, B., Ismono, R.H., dan Viantimala, Integra [online], No 02. Vol 02
B., 2013. Hubungan Kualitas Karet [Available at: http://ejurnal.itenas
Rakyat dengan Tambahan .ac.id/ index.php/rekaintegra/article/
Pendapatan Petani di Desa view/413]. [Accessed 10 Oktober
Program dan non Program. Skripsi 2017]
Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
[Available at: https://media.neliti
.com/media/publications/13399-ID-
hubungan-kualitas-karet-rakyat-
dengan-tambahan-pendapatan-petani
-di-desa-program.pdf] [Accessed 4
September 2017]

Shinta, A., 2011. Ilmu Usahatani. Malang;


UB Press [Available at:
http://shinta.lecture.ub.ac.id/files/20
12/11/Ilmu-Usaha-Tani.pdf]
[Accessed 4 September 2017]

Standar Nasional Indonesia. 2002. SNI 06-


2047-2002 Bahan Olah Karet.
Jakarta : BSN [Available at:
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_
main/sni/detail_ sni/6632]
[Accessed 4 September 2017]

Syarifa, L.F., Agustina, D.S., dan Nancy,


C., 2013. Evaluasi Pengolahan dan
Mutu Bahan Olah Karet Rakyat
(BOKAR) di Tingkat Petani Karet di
Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian
Karet [online], 31 (2) : 139 – 148
[Available at: https://media.neliti.
com/media/publications/123742-ID-
evaluasi-pengolahan-dan-mutu
bahan-olah. pdf] [Accessed 4
September 2017]

Widyastuti, E., 2014. Analisis Kepuasan


Petani Terhadap Pelayanan
Penyuluh di Badan Pelaksana
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan

Potrebbero piacerti anche