Sei sulla pagina 1di 14

KESESUAIAN KAWASAN TRANSIT DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN

KONSEP TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT


DWIKI KUNCARA JATI1,
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA
email: dkuncarajati@gmail.com

KUSWANTO NURHADI2
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA

ERMA FITRIA RINI3


PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA

Abstract
T
The uncontrolled and inconsistent of urban growth triggered the growth of a
new unrelated distribution center (sprawl). The problem that arises later is
the emergence of congestion problems that affecting the economic, social
and environmental sectors. The concept of TOD as an alternative solution to
this problem by integrating transportation and spatial development in the
area around the transit point. Surakarta is one of the cities that apply the
concept of TOD at its transit point considering the role of Surakarta as
National Activity Center (PKN) which makes itself as hinterland destination
area. The purpose of this study was to assess the suitability of regional transit
points with the concept of TOD. The research technique used is quantitative
technique by using scoring analysis method. The result of the research
mentioned that the transit area of Solopurwosari, Solobalapan and Solojebres
are included in the classification which is not in accordance with TOD
concept. This is because the three transit areas have not fulfilled the six
principles of the TOD concept, namely density, mixed use, pedestrian,
friendly cyclist, interconnection road and parking. Therefore, transit-
oriented planning is necessary to accommodate these six principles.

Kkeywords: Transit-Oriented Development, transit points

1. PENDAHULUAN kendaraan pribadi (automobile). Dari


hal tersebut kemudian muncul
Pertumbuhan kota yang tidak permasalahan transportasi perkotaan
terencana dan konsisten akan seperti kemacetan, penurunan kualitas
menimbulkan sprawl. Dampak yang udara, peningkatan angka kecelakaan,
ditimbulkan dengan munculnya sprawl hingga pemborosan energi tak
adalah munculnya pusat-pusat distribusi terbarukan.
yang saling terkoneksi sehingga Pada negara berkembang,
merangsang mobilitas yang permasalahan terkait transportasi
berorientasi pada pemanfaatan lumrah dijumpai di kota-kota besar dan
Dwiki Kuncara Jati dkk, Kesesuaian Kawasan Transit …

beberapa di antaranya bahkan sudah terwujud tanpa mengaitkan


memasuki tahap kritis (Tamin, 2000). Di pengembangan transportasi dengan
Indonesia, hal tersebut dapat dibuktikan pengembangan tata ruang titik transit.
dengan hasil kajian SITRAMP (Study on Kota Surakarta merupakan salah
Integrated Transportation Master Plan) satu kota di Jawa Tengah yang berfungsi
tahun 2004 yang menunjukkan bahwa sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
kecepatan rata-rata lalu lintas di DKI Peran tersebut menjadikan Surakarta
Jakarta hanya mencapai 20,21 km/jam sebagai daerah tujuan kawasan-
tiap harinya (Srihadi, 2010). Rendahnya kawasan hinterland di sekitarnya, yang
kecepatan rata-rata lalu lintas di DKI berdampak terhadap peningkatan
Jakarta disebabkan oleh berbagai intensitas pergerakan internal maupun
faktor, diantaranya adalah peningkatan pergerakan regional Kota Surakarta.
jumlah kendaraan pribadi serta belum Kondisi ini terlihat dari tingginya tingkat
berkembangnya pemanfaatan moda kejenuhan ruas jalan di Kota Surakarta,
transportasi publik. Guna mengatasi terutama ruas jalan yang melewati
permasalahan tersebut, diperlukan kawasan pusat kota (Dishubkominfo
suatu konsep pengembangan kawasan Kota Surakarta, 2009). Guna mengatasi
berorientasi pada transportasi permasalahan tersebut, Pemerintah
berkelanjutan, efektif, dan efisien. Kota Surakarta dalam Rencana Tata
Transit Oriented Development Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surakarta
(TOD) merupakan salah satu konsep Tahun 2011 - 2031 menggunakan
pengembangan kawasan perkotaan pendekatan perencanaan konsep TOD
yang mengutamakan pemanfaatan untuk mengembangkan titik-titik transit
transportasi publik daripada kendaraan yang tersebar di wilayah Kota Surakarta.
pribadi. Curtis (dalam Bishop 2015) Titik transit tersebut berupa
mengemukakan tujuan pengembangan terminal/stasiun antarmoda pada pusat-
kawasan dengan konsep TOD yaitu pusat kegiatan, stasiun angkutan jalan
guna mengurangi ketergantungan rel, shelter angkutan massal jalan raya
penggunaan kendaraan pribadi dengan (halte) dan terminal angkutan umum.
meningkatkan penggunaan transportasi Selain itu untuk mendukung konsep
umum massal dan mempromosikan TOD, Kota Surakarta mengembangkan
pembangunan tanpa menciptakan transportasi masal berupa BRT (Bus
sprawl. Penerapan konsep TOD pada Rapid Transit) dengan nama BST yang
kawasan perkotaan sejatinya telah memiliki rute tiga koridor.
merupakan ciri dari penerapan smart Namun dalam pelaksanaannya,
growth. Sesuai dengan penerapan smart perencanaan konsep TOD tidak dapat
growth, pengembangan lahan pada dicapai hanya dengan melihat peran
kawasan transit TOD harus titik transit sebagai tempat naik dan
mempromosikan efisiensi turun penumpang atau dengan
pengembangan lahan. Fungsi menyediakan transportasi umum massal
komersial, permukiman, perkantoran, yang cepat dan menarik bagi
perparkiran, dan fasilitas umum yang masyarakat saja. Pengembangan
dikembangkan dalam jangkauan kawasan berkonsep TOD memerlukan
pejalan kaki dimaksudkan untuk kajian yang mendalam mengenai titik
membentuk jarak tempuh yang minimal transit beserta kawasan sekitar titik
(Dittmar et al, 2003). Fungsi-fungsi transit yang menunjang aktivitas transit.
strategis tersebut kemudian diakomodir Hal tersebut sejalan dengan pemikiran
oleh transportasi publik yang Oregom Reviser Statues (dalam TCRP
dihubungkan dengan titik transit. 2002) yang mengatakan bahwa salah
Perencanaan kota yang matang dan satu kunci dalam menerapkan konsep
menyeluruh mutlak diperhitungkan TOD adalah pemanfaatan guna lahan
mengingat konsep TOD tidak dapat campuran (mixed-use) pada kawasan

169
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 168-180

transit. Selanjutnya, penelitian ini akan


fokus mengkaji titik-titik transit skala
regional yang dilalui oleh rute BST yang
berperan sebagai transportasi umum
masal untuk membatasi jumlah obyek
penelitian yang dikaji.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur Kawasan TOD

Dalam proses perencanaan


kawasan transit pada konsep TOD, perlu
dilakukan identifikasi terkait batas
antara kawasan TOD dan kawasan non-
TOD untuk mencegah sprawl. Gambar 1. Pembagian Area pada
TCRPC (2012) mengklasifikasikan Kawasan TOD
kawasan TOD menjadi empat area: Sumber: TCRPC, 2012
A. Premium transit station, yaitu titik
transit yang melayani moda Calthorpe (dalam Griffin 2004)
transportasi massal premium (kereta membagi lima segmen area pada
api komuter, light rail, bus rapid kawasan TOD berdasarkan karakteristik
transit). guna lahan yang ada.
B. Transit core, adalah area transit yang A. Fasilitas publik, merupakan area
berada dalam radius seperempat mil dengan karakteristik fungsi guna
(400 meter) dari titik transit utama lahan sebagai pendukung aktivitas
dengan luas area mencapai 125 acre masyarakat, memiliki tingkat
(50 ha). visibilitas yang tinggi dengan ciri
C. Transit neighbourhood, merupakan fisik umumnya dilengkapi dengan
area setelah pusat transit yang ruang publik berupa taman atau
berjarak setengah mil (500 meter) plaza. Jenis pemanfaatan ruang lainya
dari titik transit utama dengan luas yang dapat dikembangkan di dalam
mencapai 375 acre (151 ha). area ini adalah kantor pemerintahan,
D. Transit supportive area adalah area perpustakaan, kantor polisi, kantor
pendukung transit dengan jarak 1 mil pemadam kebakaran, serta jenis
(1600 meter) dari titik transit utama. pemanfaatan ruang lainnya yang
TCPC kemudian mengklasifikiasikan berorientasi pada pemenuhan
kawasan TOD (TOD Station Area) kepentingan publik.
adalah kawasan yang mencakup B. Pusat komersial adalah area yang
transit core dan transit neighborhood. dimanfaatkan untuk kepentingan
Berikut merupakan ilustrasi komersial berupa retail, perkantoran,
pembagian area pada kawasan rumah makan, pusat hiburan
dengan konsep TOD. (bioskop/mall), industri ringan, serta
fungsi komersial lainnya. Area pusat
komersial berada di pusat kawasan
TOD dan berada dekat dengan lokasi
titik transit sehingga dapat diakses
dengan berjalan kaki, serta
dilengkapi dengan keberadaan
ruang hijau.
C. Permukiman merupakan area yang
berada di sekitar area pusat (titik

170
Dwiki Kuncara Jati dkk, Kesesuaian Kawasan Transit …

transit, fasilitas publik, dan pusat TCRPC (2012) tingkat kepadatan


komersial) dengan dominasi guna hunian atau properti menjadi
lahan permukiman dengan tipe, indikator yang dapat menjelaskan
kepadatan, dan harga yang prinsip kepadatan. Sementara ITDP
bervariasi. (2015) cenderung memperhatikan
D. Secondary area merupakan area yang tingkat kepadatan penggunaan
berada di luar kawasan transit lahan, dengan berpedoman pada
dengan dominasi pergerakan nilai koefisien dasar bangunan (KDB)
menggunakan kendaraan pribadi dan koefisien lantai bangunan (KLB).
serta kepadatan bangunan yang Kepadatan penggunaan lahan akan
relatif rendah. Jenis pemanfaatan mendekatkan berbagai aktivitas
ruang yang ada pada area ini adalah hingga pemanfaatan moda
hunian tipe rumah tunggal, sekolah transportasi umum dapat
umum, kawasan industri besar, serta dimaksimalkan.
permukiman perdesaan. B. Land-Use Mixes bertujuan untuk
E. Fungsi-fungsi lain merupakan mendukung efisiensi mobilitas dan
segmen area yang memiliki meningkatkan livability kawasan
karakteristik guna lahan di luar dengan mengintegrasikan hunian
fungsi fasilitas umum, permukiman, dengan tempat bekerja, tempat
pusat komersial, maupun secondary berbelanja, dan sekolah. Prinsip mix
area. Segmen ini dapat berada di bertujuan untuk mendekatkan antar
dalam maupun di luar kawasan guna lahan yang berkaitan sehingga
transit, dengan jenis pemanfaatan akan mendorong aktivitas berjalan
ruang berupa zona riparian dan dan bersepeda masyarakat sekitar
sempadan jalur kereta api. (ITDP, 2015). TCRP (2002) membagi
indikator mixed-uses ke dalam dua
2.2 Prinsip dan Indikator Konsep hal yaitu jumlah guna lahan mixed-
TOD uses dan keberadaan retail dengan
skala pelayanan yang beragam.
Dalam proses pengembangan C. Jalur Pedestrian dibutuhkan untuk
kawasan berbasis TOD, perlu diketahui mendukung pergerakan yang
karakteristik utama yang mencirikan berorientasi pada penggunaan
penerapan konsep TOD. Karakteristik transportasi umum massal, dengan
tersebut dijabarkan secara lebih rinci menyediakan infrastruktur yang
ke dalam prinsip dan indikator konsep mampu memberikan kenyamanan
TOD. Prinsip dan indikator tersebut dan keamanan bagi pejalan kaki juga
disarikan dari beberapa literatur yang termasuk pesepeda.
dirumuskan oleh institusi pegiat D. Interkoneksi jaringan jalan dan blok
pembangunan kota dan transportasi dibutuhkan guna membentuk
seperti Florida Department of lingkungan yang walkable. Jaringan
Transportation (TCRPC), Institute for jalan yang padat dengan komposisi
Transportation and Development Policy jalan-jalan kecil dan jumlah
(ITDP) dan Calthorpe Associates. Berikut persimpangan yang tinggi akan
adalah prinsip dan indikator konsep memperlambat laju kendaraan
TOD: sehingga dapat memberikan
A. Kepadatan atau densify adalah keuntungan bagi para pejalan kaki.
pembentukan pola dan tata ruang Untuk mengetahui tingkat
yang rapat serta padat, dengan interkoneksi jaringan jalan dan blok,
menekankan pertumbuhan kota indikator yang dapat digunakan yaitu
secara vertikal (densifikasi) daripada dengan menghitung jumlah
pertumbuhan kota secara horizontal persimpangan yang ada di suatu
(sprawl). Menurut TCRP (2002) dan kawasan. Semakin banyak

171
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 168-180

persimpangan yang ditemui maka sempadan jalan, area permukiman,


semakin tinggi tingkat interkoneksi atau di area sekitar peruntukkan
jaringan jalan dan blok. retail.
E. Parkir dalam konsep TOD diarahkan
pada sistem pembatasan parkir 3. METODE PENELITIAN
dengan penyediaan ruang parkir
yang lebih sedikit pada pusat Metode penelitian ini berisi ruang
kawasan transit dibandingkan pada lingkup penelitian dan metode analisis
area pinggiran kota/secondary area yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
(TCRPC, 2012). Salah satu metode
pembatasan lahan parkir menurut 3.1 Ruang Lingkup
TCRPC adalah metode parkir disrict-
wide dengan menyediakan parkir Ruang lingkup wilayah dalam
kolektif. Metode ini mampu penelitian ini mencakup seluruh
mengakomodasi kebutuhan parkir di kawasan transit untuk titik transit skala
titik transit dan atau kawasan transit pelayanan regional di Kota Surakarta.
dengan meningkatkan efisiensi lahan Titik-titik transit tersebut adalah Stasiun
dan membatasi lahan parkir individu. Purwosari, Stasiun Solo Balapan, dan
Parkir dengan metode ini biasanya Stasiun Solo Jebres. Batasan area
berupa gedung parkir, kantong didasarkan pada jangkauan titik transit
parkir, atau fasilitas parkir titik transit di kawasan TOD yang disesuaikan
itu sendiri. dengan jarak maksimal pejalan kaki
F. Ruang terbuka berperan sebagai yaitu sejauh 800 meter dari lokasi titik
wadah interaksi sosial sekaligus transit (TCRP, 2002).
menciptakan keserasian lansekap di Ruang lingkup wilayah penelitian
tengah tingginya intensitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
pemanfaatan lahan. Lokasi ruang
terbuka pada kawasan berkonsep
TOD bisa berada di dekat titik transit,

172
Dwiki Kuncara Jati dkk, Kesesuaian Kawasan Transit …

Gambar 2. Peta Wilayah Penelitian


Sumber: Analisis Penulis, 2017

3.2 Pendekatan Penelitian kesesuaian kawasan transit di Kota


Surakarta berdasarkan konsep TOD.
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan 3.3 Variabel Penelitian dan Teknik
deduktif. Pendekatan deduktif adalah Pengumpulan Data
model pendekatan yang memiliki
karakteristik berupa peneliti mengkaji Pada penelitian ini terdapat enam
pertanyaan penelitian dengan teori variabel penelitian yang akan
yang kemudian diturunkan dalam dijabarkan lebih rinci melalui sub
bentuk variabel-variabel. Sesuai variabel dan sub-sub variabel. Berikut
dengan karakteristik alur pendekatan definisi operasional masing-masing
deduktif, penelitian ini dimulai dengan variabel yang disajikan pada Tabel 1.
menguji teori prinsip-prinsip kawasan Pengumpulan data dilakukan secara
TOD beserta indikatornya. Sintesis teori primer dan sekunder. Data primer
tersebut kemudian menghasilkan diperoleh dari hasil observasi lapangan
beberapa variabel yang kemudian dan wawancara. Sementara data
dioperasionalkan guna merumuskan sekunder didapatkan dari proses studi
kebutuhan data. Data yang diperoleh dokumen dan interpretasi peta.
kemudian diolah untuk menjawab

Tabel 1. Operasional Variabel


Klasifikasi
Sub
No Variabel Indikator Skor Tidak Dasar
Variabel Sesuai
Sesuai
Guna Tingkat rata-rata koefisien dasar
0,5 TCRP (2002)
1 Kepadatan Lahan bangunan tinggi 2-1,1 0-1
Padat Tingkat rata-rata koefisien lantai 0,5 TCRP (2002)

173
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 168-180

Klasifikasi
Sub
No Variabel Indikator Skor Tidak Dasar
Variabel Sesuai
Sesuai
bangunan tinggi
Kepadatan
Tingkat kepadatan hunian tinggi 1 TCRP (2002)
Hunian
Guna Persentase area pusat seimbang 0,33 TCRP (2002)
Guna Lahan Persentase area hunian seimbang 0,33 TCRP (2002)
2 Lahan Seimbang Persentase area publik seimbang 0,33 2-1,1 0-1 TCRP (2002)
Campuran Retail Ketersediaan retail dengan skala TCRP (2002),
1
Bervariasi pelayanan yang lengkap ITDP (2015)
Ramah Ketersediaan infrastruktur
Ramah Pejalan pedestrian yang aman dan nyaman 1 ITDP (2015)
Pejalan Kaki bagi pejalan kaki
3 2-1,1 0-1
Kaki dan Ketersediaan sarana prasarana
Ramah ITDP (2015)
Pesepeda untuk pesepeda yang aman dan 1
Pesepeda
lengkap
Interkonek Jumlah rata-rata persimpangan
4 - 1 1 0 TCRPC (2012)
si Jalan tinggi
Ketersediaan parkir kolektif
5 Parkir - 1 1 0 TCRPC (2012)
dengan daya tampung memadai
Ruang Ketersediaan ruang terbuka
6 - 1 1 0 TCRPC (2012)
Terbuka sebagai community hub
Total Skor 9
Sumber: Analisis Peneliti dari Berbagai Sumber, 2017

3.4 Teknik Analisis mengetahui kondisi kesesuaian


kawasan transit sebagai kawasan
Penelitian ini menggunakan yang berorientasi transit. Analisis ini
metode kuantitatif, dengan diawali dengan menjumlahkan skor
menggunakan beberapa teknik analisis pada tiap kawasan dan
yaitu sebagai berikut: mengkonversikannya ke dalam
A. Teknik Analisis Skoring Kesesuaian bentuk persentase dengan rumus
Tiap Variabel. Analisis ini bertujuan berikut:
untuk melihat kesesuaian kawasan
transit berdasarkan variabel-
variabel penelitian. Pemberian
bobot angka tiap variabel
didasarkan pada masing-masing Hasil persentase skor kawasan
variabel. Sementara, tiap indikator tersebut kemudian diklasifikan
mendapatkan skor 1 (satu) apabila kedalam rentang skala Guttman
termasuk dalam kategori “sesuai” (Sugiyono, 1999) sebagai berikut:
dan 0 (nol) apabila termasuk dalam • Apabila skor suatu kawasan
kategori “tidak sesuai”. Penilaian ini transit berada dalam rentang
menggunakan standar Guttman skala 0-49%, maka kawasan
sebagai dasar untuk mendapatkan transit tersebut dinyatakan
jawaban berupa pilhan ganda atau dengan “mendekati tidak sesuai”
bernilai “ya atau tidak” (Sugiyono, berdasarkan konsep TOD,
1999). Hasil perhitungan skoring • Apabila skor suatu kawasan
dari masing-masing variabel transit bernilai 50% maka
kawasan transit kemudian kawasan transit tersebut
digunakan sebagai masukan untuk dinyatakan “mendekati tidak
analisis kesesuaian kawasan transit sesuai dan sesuai” berdasarkan
terhadap konsep TOD. konsep TOD,
B. Teknik Analisis Kesesuaian Kawasan • Apabila skor suatu kawasan
Transit sebagai Kawasan TOD. transit berada dalam rentang skor
Analisis ini dilakukan untuk 51-100%, maka kawasan transit

174
Dwiki Kuncara Jati dkk, Kesesuaian Kawasan Transit …

tersebut dinyatakan “mendekati Riyadi dan dua jalan arteri sekunder


sesuai” berdasarkan konsep yaitu Jl. LU Adi Sucipto dan Jl. Brigjen
TOD. Slamet Riyadi (Dishubkominfo Kota
Surakarta, 2009). Jalan tersebut
4. HASIL DAN PEMBAHASAN berfungsi menghubungkan pusat
kegiatan nasional Jawa Tengah-DIY
Pada bagian ini akan terlebih dengan pusat kegiatan nasional Jawa
dahulu diberikan gambaran umum Timur. Kawasan transit Solopurwosari
terkait ketiga kawasan transit yang ada juga dilengkapi dengan jalur citywalk
di Kota Surakarta. Diawali dengan di sepanjang Jalan Brigjen Slamet
kawasan transit Solopurwosari yang Riyadi yang membentang dari Stasiun
mencakup kawasan sekitar Stasiun Purwosari hingga Perempatan
Solopurwosari dengan capaian luas Gladhak, Kampung Baru. Dari segi
231,55 ha. Stasiun Purwosari melayani penggunaan lahan, kawasan ini
pemberangkatan kereta api jarak jauh, didominasi oleh guna lahan
lokal, dan kereta wisata. Kawasan permukiman dan guna lahan
transit Solopurwosari meliputi perdagangan serta jasa yang
kelurahan Sondakan, Kerten, mengelompok di sepanjang Jalan
Purwosari, Pajang, dan Manahan. Brigjen Slamet Riyadi. Berikut ini
Kawasan transit Solopurwosari dilalui adalah peta kawasan transit
dua jalan arteri primer yaitu Jl. Jend. Solopurwosari.
Ahmad Yani dan Jl Brigjen Slamet

Gambar 3. Peta Kawasan Transit Solopurwosari


Sumber: Analisis Penulis, 2017

Kawasan Transit Solobalapan Manahan, Gilingan, Kestalan,


adalah kawasan sekitar Stasiun Setabelan, Ketelan dan Punggawan.
Solobalapan dengan luas mencapai 200 Stasiun Solobalapan sendiri adalah
ha yang mencakup tujuh kelurahan yang juga melayani kereta api
antara lain kelurahan Nusukan, pemberangakatan jarak jauh dan

175
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 168-180

kereta pemberangkatan lokal seperti Mangkubumen serta guna lahan


Stasiun Solopurwosari. Berdasarkan perdagangan jasa yang tersebar di
informasi laman resmi Dishubkominfo Kelurahan Setabelan, Kestalan dan
Surakarta, pengembangan Stasiun Gilingan. Sementara dalam aspek
Solobalapan direncakan akan saling transportasi kawasan ini dilalui jalan
terintegrasi antara Stasiun Solobalapan, arteri primer (Jl. Jend. Ahmad Yani),
Terminal Tirtonadi dan Bandara Adi jalan kolektor primer (Jl Kapten Piere
Sumarmo, Boyolali. Dalam aspek guna Tendean) dan jalan kolektor sekunder
lahan, Kawasan Transit Solobalapan (Jl. Sutan Syahrir, Jl. Letjen. S. Parman,
didominasi guna lahan permukiman di Jl. Monginsidi, Jl. Gajah Mada). Berikut
sebelah utara dan barat kawasan adalah peta kawasan transit
tepatnya di Kelurahan Nusukan dan Solobalapan.

Gambar 4. Peta Kawasan Transit Solobalapan


Sumber: Analisis Penulis, 2017

Kawasan Transit Solojebres sekunder yaitu: Jl. Urip Sumoharjo dan


merupakan kawasan transit yang Jl. Tentara Pelajar. Dalam aspek guna
berpusat di Stasiun Solojebres dengan lahan, kawasan transit Solojebres
cakupan luas mencapai 217 ha. sebelah utara didominasi dengan guna
Kawasan ini tersusun dari sembilan lahan permukiman dan fasilitas umum.
kelurahan, yaitu: kelurahan Tegalharjo, Fasilitas umum tersebut merupakan
Gilingan, Jebres, Kepatihan Wetan, fasilitas kesehatan dengan skala
Kepatihan Kulon, Purwodiningratan, pelayanan nasional antara lain: RS. Dr.
Jagalan, Gadegan dan Sudiroprajan. Moewardi, RS. dr. Oen dan Balai Besar
Stasiun Solojebres sendiri adalah Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
stasiun yang hanya melayani Prof.Dr.Soeharso dan fasilitas
penumpang kereta api jarak jauh kelas kesehatan skala regional yaitu RS
ekonomi. Dalam aspek transportasi, Hermina. Sementara penggunaan lahan
kawasan ini dilalui fungsi jalan arteri perdagangan dan jasa mendominasi
primer yaitu, Jl. Jend. Ahmad Yani dan penggunaan lahan di sepanjang Jalan
Jl. Kolonel Sutarto serta jalan arteri Urip Sumoharjo dan Jalan Kolonel

176
Dwiki Kuncara Jati dkk, Kesesuaian Kawasan Transit …

Sutarto. Dalam hal penyediaan hunian, menyediakan hunian sebanyak 98 unit.


di kawasan transit Solojebres terdapat Berikut ini adalah peta kawasan transit
rumah susun sewa yang mampu Solojebres.

Gambar 5. Peta Kawasan Transit Solojebres


Sumber: Analisis Penulis, 2017

4.1 Analisis Skoring Kesesuaian TOD. Skala penilaian yang digunakan


Tiap Variabel dalam analisis ini adalah model skala
Guttman, yaitu variabel mendapatkan
Analisis skoring kesesuaian nilai 1 (satu) apabila diperoleh hasil
variabel dilakukan dengan analisis yang tidak sesuai dan
membandingkan kondisi eksisting tiap mendapatkan nilai 0 (nol) apabila
variabel pada masing-masing kawasan diperoleh hasil analisis yang tidak
transit dengan tolok ukur variabel sesuai.
kawasan transit berdasarkan konsep

Tabel 2. Hasil Analisis Skoring Kesesuaian Tiap Variabel pada Kawasan Transit dengan
Konsep TOD
Skor
ari
Sl.purwos

Sl.balapn

Sl.jebres

Variabel Sub variabel Indikator Tolok Ukur

Intensitas KDB Rata-rata KDB 0,7-0,85 0 0 0


penggunaan
KLB Rata-rata KLB 1,5-3,5 0 0 0
Densitas lahan
Kepadatan Tingkat kepadatan hunian bruto ≥37 unit
- 0 0 0
hunian hunian tiap hektar
Persentase luas Persentase luas area pusat mencapai 30%-
0 0 0
area pusat 70%
Penggunaan
Persentase luas Persentase luas area hunian mencapai 20%-
Guna lahan lahan 0,33 0,33 0
area hunian 60%
campuran seimbang
Persentase luas Persentase luas area publik mencapai 5%-
0,33 0,33 0,33
area publik 15%
Retail - Tersedia retail dengan berbagai skala 0 0 0

177
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 168-180

Skor

ari
Sl.purwos

Sl.balapn

Sl.jebres
Variabel Sub variabel Indikator Tolok Ukur

bervariasi pelayanan
Pedetrian Tersedia jalur pedestrian dengan lebar
aman dan - minimal 1,5 m untuk jalan dengan intensitas 0 0 0
Ramah nyaman tinggi
pejalan Sarana Tersedia jalur khusus pesepda untuk jalan
kaki dan prasarana dengan kecepatan diatas 30 km/jam dan
pesepeda pespeda - fasilitas parkir sepeda di sekitar titik transit 0 0 0
aman dan dan sekitar bangunan dengan luas lantai 500
lengkap m2
Interkonek Rata-rata persimpangan di kawasan transit ≥
- - 1 1 1
si jalan 0,4/ha
Ketersediaan parkir kolektif dengan daya
Parkir - - 0 0 0
tampung yang memadai
Ruang Ketersediaan ruang terbuka yang dapat
- - 1 1 0
terbuka berperan sebagai community hubs
Sumber: Analisis Peneliti, 2017

Tabel 3. Kesesuaian Masing-Masing Variabel Konsep TOD Tiap Kawasan Transit


Kawasan Total
Variabel Skor Klasifikasi
transit Skor
Densitas 0,0 Tidak sesuai
Guna lahan campuran 0,67 Tidak sesuai
Ramah pejalan kaki & pesepeda 0,0 Tidak sesuai
Solopurwosari 2,67
Interkoneksi jalan 1,0 Sesuai
Parkir 0,0 Tidak sesuai
Ruang terbuka 1,0 Sesuai
Densitas 0,0 Tidak sesuai
Guna lahan campuran 0,67 Tidak sesuai
Ramah pejalan kaki & pesepeda 0,0 Tidak sesuai
Solobalapan 2,67
Interkoneksi jalan 1,0 Sesuai
Parkir 0,0 Tidak sesuai
Ruang terbuka 1,0 Sesuai
Densitas 0,0 Tidak sesuai
Guna lahan campuran 0,33 Tidak sesuai
Ramah pejalan kaki & pesepeda 0,0 Tidak sesuai
Solojebres 1,33
Interkoneksi jalan 1,0 Sesuai
Parkir 0,0 Tidak sesuai
Ruang terbuka 0,0 Tidak sesuai
Sumber: Analisis Peneliti, 2017

Berdasarkan kedua tabel di atas, interkoneksi jalan dan blok pada


kondisi eksisting variabel densitas, kawasan TOD. Sementara berdasarkan
variabel guna lahan campuran, kondisi eksisting variabel ruang
variabel ramah pejalan kaki & terbuka, kawasan transit Solopurwosari
pesepeda serta variabel parkir di dan Solobalapan termasuk dalam
setiap kawasan transit termasuk dalam klasifikasi sesuai karena dilengkapi
klasifikasi tidak sesuai dengan kondisi dengan ruang terbuka yang dapat
ideal kawasan transit berdasarkan berperan sebagai community hub.
konsep TOD. Sementara variabel yang
termasuk dalam klasifikasi sesuai untuk 4.2 Analisis Kesesuaian Kawasan
setiap kawasan transit adalah kondisi Transit terhadap Konsep TOD
eksisting interkoneksi jalan. Ketiga
kawasan transit memiliki rata-rata Dari hasil analisis skoring
persimpangan ≥ 0,4/ha sehingga dapat kesesuaian pada tiap variabel, maka
dikatakan memenuhi variabel diperoleh hasil persentase skor

178
Dwiki Kuncara Jati dkk, Kesesuaian Kawasan Transit …

kawasan beserta klasifikasi kawasan TOD yaitu kepadatan


kesesuaiannya sebagai berikut: penggunaan lahan dan bangunan,
pemanfaatan lahan campuran untuk
Tabel 3. Hasil Skor Kawasan Transit Kota mendekatkan berbagai aktivitas,
Surakarta infrastruktur yang aman bagi pejalan
Kawasan
Transit
Perhitungan Skor Klasifikasi kaki dan pesepeda serta ketersediaan
lahan parkir kolektif sebagai langkah
Solopurwosari 33%
“Mendekati efisensi penggunaan lahan. Pemenuhan
Solobalapan 33% tidak prinsip-prinsip tersebut perlu
sesuai” dilaksanakan secara menyeluruh
Soloebres 17%
mengingat keenamnya saling terkait
Sumber: Analisis Peneliti, 2017 untuk mencapai konsep TOD yang
berkelanjutan.
Berdasarkan tabel di atas dapat Berdasarkan hasil temuan diatas,
disimpulkan bahwa Kawasan Transit rekomendasi yang dapat diusulkan
Solopurwosari, Kawasan Transit untuk kawasan transit Solopurwosari,
Solobalapan, dan Kawasan Transit Solobalapan dan Solojebres adalah
Solojebres merupakan kawasan transit sebagai berikut:
di Kota Surakarta yang termasuk ke • Bagi pemerintah Kota Surakarta
dalam kategori mendekati tidak Pemerintah kota Surakarta dapat
sesuai dengan konsep Transit-Oriented menjadikan bahan pertimbangan
Development (TOD). Penilaian tersebut dalam menyusun rencana tata ruang
didasarkan pada skor ketiga kawasan dari beberapa aspek dasar yang
yang berada dalam kelas 0%-49%. Dari belum terklasifikasikan sesuai
hasil analisis yang telah dilakukan, dengan prinsip konsep TOD. Seperti
kawasan transit Solopurwosari dan dalam aspek tata guna lahan,
Solobalapan diketahui memenuhi dua rencana pola ruang kota Surakarta,
prinsip konsep TOD, yaitu interkoneksi terutama kawasan disekitar Stasiun
jalan serta ketersediaan ruang terbuka. Solopurwosari, Solobalapan dan
Sementara kawasan transit Solojebres Solojebres dapat diarahkan untuk
hanya memenuhi satu dari enam dikembangkan memiliki
prinsip yang ada yaitu interkoneksi penggunaan lahan dengan intensitas
jalan. tinggi dan variatif (mixed-uses).
Sementara dalam rencana struktur
5. KESIMPULAN ruang, pengembangan jaringan
pesepeda dan pedestrian menjadi
Hasil penelitian yang telah alternatif strategi dalam usaha
dilakukan menunjukkan bahwa membentuk lingkungan yang ramah
kawasan transit Solopurwosari, pejalan kaki dan pesepeda.
kawasan transit Solobalapan, dan Masukan lainnya yang dapat diambil
kawasan transit Solojebres termasuk ke adalah mengembangkan sistem
dalam kategori mendekati tidak sesuai parkir kendaraan bersama/kolektif.
dengan konsep Transit Oriented Hal tersebut selain bertujuan untuk
Development. Dari 6 prinsip konsep meningkatkan efisensi penggunaan
TOD, hanya 1 – 2 kriteria yang lahan juga membatasi visual yang
terpenuhi pada masing-masing bertentangan dengan prinsip ramah
kawasan. Temuan ini menandakan pejalan kaki dan bersepeda
bahwa penerapan konsep Transit • Penelitian selanjutnya
Oriented Development di titik-titik Penerapan konsep Transit-Oriented
transit di Kota Surakarta masih perlu Development saling mengkaitkan
dikembangkan, khususnya pada aspek- aspek tata ruang dan transportasi.
aspek dasar yang menjadi karakteristik Oleh karena itu perlu juga

169
179
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 168-180

melakukan kajian terhadap aspek pubs.trb.org/onlinepubs/tcrp/tcr


transportasi konsep TOD terkait p_rrd_52.pdf)
dengan pengembangan sistem TCRPC (Treasure Coast Regional
transportasi masal. Dengan Planning Council). 2012. Florida
melakukan penelitian tersebut, TOD Guidebook. Tallahassee:
maka diperoleh hasil/masukan Florida Department of
kawasan ber konsep TOD dalam satu Transportation
kesatuan. Penelitian terkait TOD Srihadi, Endang. 2010. "Problem
lainnya yang dapat diambil adalah Kemacetan Jakarta" 2010. Update
kajian konsep TOD untuk titik-titik Indonesia, Volume V No. 5: 2-3
transit Kota Surakarta lainnya yang
berpotensi untuk dikembangkan
dengan konsep TOD.

REFERENSI

Bishop, Zane. 2015. Transit-Oriented


Development: Benefits and
Studies. Virginia: Ball State
University
Calthrope Associates. 1993. Transit-
Oriented Development Design
Concepts. San Jose:
Transpotation Agency
Dokumen Tatanan Transportasi
Lokal (Tatralok) Kota Surakarta
Tahun 2009
Dittmar, Hank and Gloria. 2003. The
New Transit Town: Best Practices
In Transit-Oriented Development.
Washington DC: Islan Press
ITDP (Institute for Transportation
Development Policy). 2015. TOD
Standard. Despachio: New York
Griffin, Kenneth W. 2004. Building
Type Basics for Transit Facilities.
Ann Arbor: John Wiley & Sons
Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Surakarta 2011-
2031
Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan
dan Permodelan Transportasi.
Bandung: ITB Press
TCRP (Transit Cooperative Research
Program). 2002. Transit-Oriented
Development and Joint
Development in the United States:
A Literature Review. Washington
DC: Transportation Research
(http://online

170
180

Potrebbero piacerti anche