Sei sulla pagina 1di 11

UJI AKTIVITAS APOPTOSIS EKSTRAK ETANOL 96 % DAUN SALAM (Syzygium

polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP SEL KANKER SERVIKS (HeLa)

TEST OF APOPTOSIS ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT 96 % BAY LEAVES (Syzygium


polyanthum (Wight) Walp.) TO CERVICAL CANCER CELLS (HeLa)

Kusmardi Kusmardi, Wahyu Hidayati, Serlynda Yuliawati


Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Laboratorium Fitokimia, Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka, Jakarta

Email: kusmardis@gmail.com

ABSTRACT
Cervical cancer (cervix) is the most common cancer and still occupies the top spot.
Common therapies of cervical cancer are surgery, radiotherapy and
chemotherapy. Bay leaf is known to content of tannin, flavonoids and 0,05 %
essential oils that can stimulate apoptosis ethanol extract 96 % bay leaves to
cervical cancer cells (HeLa). Testing of apoptosis activity to HeLa cells using
direct staining method with acridin orange and analysis by fluorescent
microscope. In this test there are 2 treatment; extract and cell kontrol. The
apoptosis cells were counted manually and analyzed by One Way ANOVA. The
results of One Way ANOVA analysis showed a significant difference between
ethanol extract group 96 % bay leaf and cell control with the result of percentage
56,50 % apoptosis cell when treated with extract 96 %. This study can be
concluded that 96 % ethanol extract has apoptosis activity to cervical cancer cells
(HeLa).
Keywords : Syzygium polyanthum (Wight) Walp. , Bay Leaf, Apoptosis, HeLa
cells, Acridin Orange.

1. PENDAHULUAN
Kanker adalah satu golongan penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang akhirnya berubah menjadi sel kanker. Kanker terjadi karena adanya perubahan
mendasar dalam fisiologi sel yang akhirnya tumbuh menjadi malignan serta mempunyai ciri–ciri umum
sebagai berikut: (1) mandiri dalam signal pertumbuhan, (2) tidak peka terhadap signal anti
pertumbuhan,(3) menghindari apoptosis, (4) memiliki potensi replikasi yang tidak terbatas, (5)
angiogenesis, (6) invasi dan metastase kejaringan lain. Oleh karena itu target pengembangan obat anti
kanker diarahkan pada induksi/pemacuan apoptosis (Sukardiman dkk 2006).
Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram dan merupakan mekanisme fisiologi yang
diatur secara teliti seperti halnya pembelahan sel (Silbernagl 2003). Bentuk kematian sel ini sebenarnya
diprogram oleh informasi genetik yang telah ada di dalam sel; dengan aktivasi gen atau pelepasan
beberapa proses dari inhibisi normal mencentuskan kejadian-kejadian yang menyebabkan kematian sel
(Price and Wilson 2003).
Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling sering dijumpai dan masih menduduki tempat
teratas (Sastrosudarmo 2011). Terapi umum penderita kanker serviks adalah operasi, radioterapi dan
kemoterapi (Dipiro 2014). Namun, badan kesehatan internasional (WHO) telah merekomendasikan
pengunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam pencegahan dan pengobatan penyakit terutama
untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker (Wasito 2011). Salah satu tanaman yang dikenal
memiliki banyak manfaat yaitu daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) (Lajuck 2012).
Winarto (2004) menyatakan bahwa daun salam mempunyai kandungan tanin, flavonoid dan
minyak atsiri 0,05% yang terdiri dari eugenol dan sitral. Rizki (2015) melaporkan Ekstrak flavonoid
daun salam memiliki kemampuan dalam mengatasi kanker. Hasil pengujian ekstrak flavonoid daun
salam menunjukkan kemampuan dalam menghambat sel kanker kolon. Mekanisme penghambatan
melalui efek antiproliferasi sel kanker terutama pada gen kaspase 3-gen. Yuliani (2016) melaporkan
bahwa ekstrak etanol 96% daun salam memiliki aktivitas menghambat sel kanker terhadap sel HeLa
dengan nilai IC50 sebesar 312.045 µg/ml dengan potensi relatif 0.043 kali dari cisplatin.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan aktivitas apoptosis ekstrak etanol 96 % terhadap sel
kanker serviks (HeLa).

2. METODE
2.1 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah timbangan analitik, lemari pendingin, oven, waterbath, autoklaf,
desikator, Biological Safety Cabinet (BSC), tabung microtube, inkubator CO2, mikro sentrifuse
(Biologix), botol T - flask (IWAKI), mikropipet, yellow tips, mikroskop, mikroskop fluoresensi dan alat
- alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium.
Bahan yang digunakan pada pengujian antikanker adalah daun salam (Syzygium polyanthum
(Wight) Walp.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balitro) Bogor dan
telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani - Pusat Penelitian Biologi, LIPI Cibinong.
2.2. Pembuatan Simplisia Daun Salam
Daun salam dibersihkan, dicuci dengan air mengalir, ditiriskan, kemudian dikeringkan dibawah
sinar matahari. Daun yang telah kering dibuat serbuk dan diayak kemudian disimpan dalam wadah
bersih, kering, dan tertutup rapat. Serbuk yang diperoleh kemudian ditimbang.
2.3. Pembuatan Ekstrak Etanol 96 % Daun Salam
Untuk memperoleh ekstrak etanol 96 % daun salam, serbuk daun salam ditimbang sebanyak
329,30 g, diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan menambahkan pelarut dengan
perbandingan 1: 10 (Depkes RI 2008). Pelarut yang digunakan adalah etanol 96% sebanyak 4 liter.
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi. Serbuk daun salam dimasukkan kedalam maserator
kemudian tambahkan etanol 96 % secukupnya hingga serbuk terendam. Rendam selama 6 jam sambil
sekali-kali diaduk agar zat aktif yang terdapat pada simplisia tersari dengan baik, kemudian diamkan
selama 18 jam. Pisahkan maserat dengan cara filtrasi, proses penyarian diulangi sebanyak tiga kali
hingga etanol 96 % habis. Pekatkan maserat yang diperoleh dengan vacuum rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental (Kemenkes RI 2011).
2.4. Penentuan Kualitatif Skrining Fitokimia
Identifikasi senyawa dilakukan dengan metode KLT. Kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan
dengan menggunakan fase gerak berupa butanol: asam asetat: air (4: 1: 5), sedangkan fase diam yang
digunakan adalah Silica Gel 60 F254. Pengembangan dilakukan dalam bejana pengembang dengan jarak
pengembangan 8 cm. Spot-spot yang terbentuk pada plat KLT diamati di bawah sinar UV 254 nm dan
UV 366 nm (Koirewoa dkk 2010). Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk
mengidentifikasi senyawa (Harbone 1987).
2.5. Pembuatan Reagen
a. Pembuatan medium komplit
FBS 10 %, penisilin streptomisin 1 % dan L-glutamin 1 % dicampur hingga homogen, kemudian
disaring menggunakan mikrofilter. Selanjutnya dimasukan kedalam wadah steril dan ditutup rapat lalu
disimpan dilemari es (CCRC 2010).
b. Pembuatan larutan akridin oranye
Serbuk 15 mg akridin oranye dilarutkan dengan 1 ml etanol 70 % kemudian ditambahkan aqua
dest sebanyak 49 ml (David L dkk 1998).
2.6. Pembuatan Larutan Uji
Ditimbang 50 mg ekstrak etanol 96 % daun salam kemudian dilarutkan dengan DMSO ad 5000
μl. Larutan ini dijadikan larutan induk dengan konsentrasi 10.000 ppm. Ekstrak etanol 96 % daun salam
sebagai sampel dibuat dengan konsentrasi larutan uji sebesar 80; 160; 320 dan 640 µg/ml. Pembanding
yang digunakan adalah preparat kultur sel dalam medium DMEM tanpa perlakuan apapun sebagai
kontrol sel (CCRC 2010).
2.7. Pembuatan Kultur Sel
Sel yang didapat dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi. Kemudian, dicuci dengan larutan PBS
dan di sentrifuge 30 rpm selama 5 menit. Selanjutnya supernatant dibuang, sisa pelet diambil sebanyak
500 μl kemudian, ditambahkan medium komplit sebanyak 49.500 μl. Dari pelet yang ditambahkan
medium kemudian diambil 5000 μl untuk dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah berisi gelas
obyek dan siap diinkubasi di dalam inkubator CO2 pada suhu 37ºC selama 24 jam (David L dkk 1998).
2.8. Pengujian Apoptosis Dengan Metode Pewarnaan
Sel HeLa dengan kepadatan 1 x 106 sel/sumuran, ditanam pada objek glass. Kemudian object glass
diberi perlakuan senyawa uji dan diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam. Setelah diinkubasi, semua
media dari cawan petri dibuang dan masing-masing dicuci dengan 500 µg/ml PBS. PBS kemudian
dibuang dan object glass diambil menggunakan pinset dengan bantuan ujung jarum dengan hati-hati.
Teteskan methanol absolut sampai menutupi seluruh permukaan object glass, biarkan selama 10 menit
kemudian object glass diletakan di atas wadah kaca dan diberi label. Kemudian teteskan 10 μl reagen
akridin oranye di atas object glass dan ratakan dengan cara menggoyang secara perlahan, lalu cuci object
glass dengan air mengalir lalu keringkan. Tambahkan gliserin pada object glass dan tutup dengan cover
slip. Preparat tersebut kemudian diamati di bawah mikroskop fluorescence dan didokumentasikan
(CCRC 2010).
2.9. Analisa Data
Data yang diperoleh dari data jumlah sel yang apoptosis dihitung jumlahnya secara manual.
Dengan menggunakan data jumlah sel dari hasil penghitungan tersebut,dapat ditentukan persentase sel
yang mengalami apoptosis. Kemudian data persentase sel yang mengalami apoptosis dari berbagai
variasi dosis dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, kemudian dianalisa statistik dengan varian
satu arah (One-Way ANOVA) untuk melihat pengaruh perlakuan masing-masing variasi dosis. Jika
terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Tukey.
% sel apoptosis = jumlah sel apoptosis × 100 %.......................................(a)
jumlah sel total

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Ekstraksi
Pada penelitian ini digunakan larutan etanol 96 % sebagai pelarut saat ekstraksi karena etanol
merupakan pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan (Harbone 2006). Selain itu, etanol
juga memiliki kemampuan menyari dengan polaritas yang lebar mulai dari senyawa non polar sampai
senyawa polar (Saifudin dkk 2011). Setelah melalui proses ekstraksi selanjutnya filtrat hasil ekstraksi
dipekatkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator. Kemudian dilakukan pengentalan dengan
waterbath. Ekstrak etanol 96 % diperoleh ekstrak kental sebanyak 24,198 gr dengan nilai rendemen
7,3483 % (Lampiran 1).
3.2. Hasil Pemeriksaan Organoleptis dan Pengujian Parameter Non Spesifik
Pemeriksaan organoleptis ini meliputi warna, bau, dan rasa. Tujuan dari pemeriksaan organoleptis
adalah untuk mendeskripsikan ekstrak secara objektif dengan mengunakan panca indra sebagai
pengenalan awal yang sederhana (Depkes RI 2000). Pemeriksaan mutu ekstrak terdiri dari berbagai
parameter standar umum atau parameter non spesifik dan parameter standar spesifik. Parameter spesifik
mempunyai batasan yang berbeda untuk tiap ekstrak. Susut pengeringan menggambarkan batas
maksimal tentang banyaknya senyawa yang hilang pada pemanasan 1050C. Senyawa tersebut dapat
berupa minyak menguap/atsiri, sisa pelarut organik maupun air yang terkandung dalam ekstrak (Depkes
RI 2000). Hasil pengujian susut pengeringan pada penelitian ini memperoleh hasil 6,103 % untuk ekstrak
daun salam. Hasil ini juga dianggap masih memenuhi persyaratan susut pengeringan untuk ekstrak yang
tidak lebih dari 30 % (Depkes RI 2008) (Lampiran 2).
3.3. Hasil Identifikasi Skrining Fitokimia
Pada ekstrak etanol 96 % daun salam dilakukan identifikasi senyawa dengan metode KLT
menggunakan fase diam plat silika gel G60 GT 254 dan fase gerak tertentu serta penggunaan penampak
bercak tertentu untuk penegas. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam ekstrak daun salam terdapat
kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, dan saponin. Pada ekstrak etanol 96 % daun salam tidak
terdapat senyawa steroid dan terpenoid karena tidak memberikan warna abu-abu setelah diberikan
pereaksi Lieberman Bourchat. Namun pada hasil skrining KLT ini terjadi kondisi yang dinamakan
tailing atau munculnya ekor yang disebabkan oleh afinitas mol zat pada bahan penjerap yang lebih besar
dibandingkan dengan kemampuan fase gerak untuk membawa zat- zat tersebut sehingga banyak bagian
dari zat tersebut yang akan tertinggal di fase tetap (Sudarmadji 2007) (Lampiran 3).
3.4. Hasil Aktivitas Apoptosis Ekstrak Etanol 96 % Daun Salam
Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas apoptosis terhadap sel kanker serviks (HeLa) yang
diberikan perlakuan menggunakan ekstrak etanol 96 % daun salam dan kontrol sel. Konsentrasi uji
ekstrak etanol 96 % daun salam yang digunakan adalah 640 µg/ml; 320 µg/ml; 160 µg/ml dan 80 µg/ml.
Penggunaan konsentrasi tersebut diharapkan mampu menggambarkan mekanisme dari kematian sel.
Pengujian ini mula-mula dilakukan dengan menempatkan sel kedalam cawan petri yang sudah
berisi medium DMEM kemudian diberi perlakuan menggunakan ekstrak etanol 96 % daun salam
sebanyak 50 mg sebelum diujikan ekstrak dilarutkan dalam larutan DMSO. Larutan DMSO digunakan
sebagai pelarut karena dapat berpenetrasi dan mengangkut banyak zat ke dalam sel (Freshney 2010).
Pada penelitian ini digunakan kontrol sel sebagai pembanding Penggunaan tingkatan konsentrasi
bertujuan untuk mengetahui hubungan peningkatan dosis dengan peningkatan efek apoptosis yang
dihasilkan. Sel yang telah diberikan perlakuan, diinkubasi kembali selama 24 jam. Preparat pada object
glass dihapus dari suspensi sel kultur kemudian di fiksasi menggunakan methanol absolut.
Uji aktivitas apoptosis dilakukan menggunakan metode langsung dengan menambahkan larutan
akridin oranye pada object glass yang sudah di fiksasi. Prinsip dari metode ini yaitu sel hidup dapat
dideteksi dengan pengecatan akridin oranye Metode ini didasarkan pada perbedaan profil fluoresensi
DNA pada sel mati yang berikatan dengan akridin oranye. Akridin oranye dapat menembus masuk
kedalam sel yang hidup atau yang mati. Akridin oranye bila berikatan dengan DNA untai ganda
menghasilkan warna fluoresensi hijau, dan menghasilkan warna merah bila berikatan dengan DNA untai
tunggal (Lampiran 4). Pada gambar tersebut terlihat adanya sel kanker serviks yang mengalami apoptosis
yang berwarna hitam (blackdots), sedangkan sel kanker serviks yang tidak mengalami apoptosis tidak
berwarna. Aktivitas apoptosis dilihat menggunakan mikroskop fluoresensi dan hasilnya dihitung secara
manual dimana dari jumlah sel tersebut, dapat ditentukan persentase sel yang mengalami apoptosis.
Hasil pengujian statistik terhadap persentase aktivitas apoptosis diperoleh uji distribusi
normal {(p=0, 875 > 0,05}. Untuk uji homogenitas {(p=0,258) > 0,05}. Hal ini menunjukan
bahwa data terdistribusi normal dan homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA satu
arah untuk menguji apakah mean dari % persentase apoptosis antar variasi dosis adalah sama
atau berbeda secara signifikan, dan hasil keduanya didapatkan {(p=0,000) < 0,05}, artinya ada
perbedaan yang signifikan antar kelompok. Karena hasil uji ANOVA terdapat perbedaan yang
signifikan maka dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui kelompok manakah yang
memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak antara kontrol sel dan ekstrak etanol 96 %.
Berdasarkan analisa data menggunakan uji Tukey untuk hasil persentase apoptosis
menunjukan adanya perbedaan bermakna antara ekstrak etanol 96 % daun salam konsentrasi
640 µg/mL; 320 µg/ml; 160 µg/ml dan 80 µg/ml dengan kontrol sel. Hal ini menunjukan bahwa
ekstrak etanol 96 % daun salam mampu menginduksi apoptosis.
Grafik pada gambar 1 (lampiran 5) menunjukkan hasil persentase aktivitas apoptosis sel kanker
serviks pada pemberian ekstrak etanol 96 % dengan konsentrasi terendah yaitu 80 µg/ml sebesar 32,8%
dan pada konsentrasi tertinggi yaitu 640 µg/ml sebesar 56,50 %. Pada persentase tersebut menunjukan
perbedaan bermakna dengan kontrol tanpa perlakuan sebagai kontrol sel yaitu sebesar 29,3 %. Hasil ini
menunjukan adanya peningkatan persentase aktivitas apoptosis. setelah pemberian ekstrak etanol 96 %
daun salam. Kemampuan keempat konsentrasi dalam menginduksi apoptosis menunjukkan pola
tergantung konsentrasi (semakin tinggi konsentrasi senyawa uji maka semakin tinggi kemampuannya
dalam menginduksi apoptosis) (Nuriliani dkk 2013). Berdasarkan hasil penelitian ini maka, ekstrak
etanol 96 % daun salam mampu menginduksi apoptosis terhadap sel kanker serviks (HeLa) sebesar 56,50
% pada konsentrasi 640 µg/ml. Kontrol sel tanpa perlakuan sebagai pembanding mampu menginduksi
apoptosis sebesar 29,3 %. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 % daun salam memiliki potensi
untuk menginduksi apoptosis.
Menurut Wicaksono dkk (2013) ekstrak daun salam mampu menurunkan jumlah sel HeLa baik
melalui penghambatan proliferasi dan induksi apoptosis secara ekstrinsik maupun intrinsik dengan
meningkatkan level ROS yang berperan penting pada release sitokrom c pada sitoplasma yang akan
mengaktivasi caspase-9, Kemudian mengaktivasi caspase-3 yang merupakan protein dalam inti yang
berfungsi mengatur apoptosis sel, dan ekspresi NFkB yang akan meregulasi apoptosis, serta menurunkan
ekspresi HSP70. Hal ini diperkirakan karena adanya kandungan senyawa yang terdapat dalam daun
salam seperti alkaloid, flavonoid, tanin yang diduga memiliki potensi antikanker. Flavonoid berfungsi
sebagai antioksidan kuat dan dapat memacu apoptosis melalui mekanisme penghambatan aktivitas DNA
topoisomerase I/II (Ren dkk 2013). Mekanisme alkaloid sebagai antikanker diantaranya adalah dengan
menghambat enzim topoisomerase yang terlibat dalam replikasi DNA, menginduksi apoptosis dan
ekspresi gen p53 (Mohan dkk. 2012). Tannin diketahui dapat menghambat proliferasi sel dengan
menginduksi apoptosis melalui jalur instrinsik dan penangkapan pada siklus sel di fase S (Yildirim dan
Kutlu 2015).

4. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak etanol 96 % daun
salam memiliki potensi untuk menginduksi apoptosis terhadap sel kanker serviks (HeLa) yang
ditunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok yang diberi ekstrak etanol 96 % daun salam
dan kontrol sel. Apoptosis pada sel kanker serviks pada ekstrak etanol 96 % daun salam dengan
konsentrasi 640 μg/ml menunjukkan potensi antikanker tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi 80,
160 dan 320 μg/ml sehingga dapat diartikan ekstrak dengan konsentrasi 640 μg/ml memiliki kemampuan
sebagai antikanker.
DAFTAR PUSTAKA
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). 2010. Prosedur Tetap Subkultur Sel. Fakultas
Farmasi UGM.Yogyakarta.
Dipiro JT et al. 2014. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 9th Edition. McGraw-Hill
Education. Hlm.4502.
Freshney RI. 2010. Culture of Animal Cells a Manual of Basic Technique and Specialized Application.
6th Edition. John Wiley & Sons, New Jersey. Hlm. 76, 365.
Lajuck, Pranasista. 2012. Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) Lebih Efektif Menurunkan Kadar
Kolesterol Total dan LDL dibandingkan Statin pada Penderita Dislipidemia. Tesis. Universitas
Udayana. Denpasar.
Sastrosudarmo. 2011. Kanker The Silent Killer. Garda media. Jakarta.
Savitri A. 2015. Kupas Tuntas Kanker Payudara Leher Rahim & Rahim. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.
Sukardiman, Ekasari W, Hapsari PP. 2006. Aktivitas Antikanker dan Induksi Apoptosis Fraksi
Kloroform Daun Pepaya (Carica papaya L) Terhadap Kultur Sel Kanker Mieloma. Skripsi.
Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Wasito H. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Wicaksono FM, Sari DS, Sekti BH, Sari Y, Natalia H, Lyrawati D, Febriyanti AP. 2013. Inovasi Terapi
Kombinasi Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) dan Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap
Peningkatan Aktivitas FAS/ FAS- L Pada Regresi Pertumbuhan Kanker Serviks Secara In Vitro.
Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.
Winarto W. 2004. Memanfaatkan Bumbu Dapur untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Yildirim I, Kutlu T. 2015. Anticancer Agents: Saponin and Tannin. Dalam: International Journal of
Biological Chemistry. 9(6): 332-340.
Yuliani R. 2016. Studi Ekstrak Etanol 96%, Etil Asetat, dan N- Heksan Daun Salam (Eugenia polyantha
Wight.) Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa). Skripsi. Fakultas Farmasi Sains, Universitas
Muhammadyah Prof Dr.Hamka. Jakarta.
LAMPIRAN
1. Hasil ekstraksi daun salam dengan pelarut etanol 96 %
Karakteristik Serbuk Etanol 96%
Bobot 350 gram 24,198 gram
Rendemen - 7,3483 %

2. Hasil organoleptis dan pengujian parameter non spesifik

Karakteristik Serbuk Etanol 96%


Warna Hijau Hitam
Kecoklatan Kecoklatan
Bau Berbau khas Berbau khas
Rasa Pahit Kelat
Susut - 6,103 %
pengeringan

3. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol 96 % daun salam


No. Golongan Senyawa Hasil Identifikasi Keterangan
1. Dengan pereaksi dragendorff
Alkaloid Positif terbentuk bercak berwarna
coklat-jingga
2. Dengan pereaksi sitroborat
Flavonoid Positif terbentuk bercak dengan
fluoresensi kuning-hijau
3. Dengan pereaksi vanillin-
Saponin Positif asam sulfat terbentuk bercak
berwarna biru tua
4. Dengan pereaksi FeCl3
Tanin Positif terbentuk bercak berwarna
hijau
5. Hasil positif bila terbentuk
Terpenoid Negatif bercak abu-abu hingga coklat
kemerahan

4. Uji Aktivitas Apoptosis

2
1

Gambar 1. Aktivitas Apoptosis. Sel yang belum apoptosis ditunjukkan pada angka 1 dan sel
yang apoptosis ditunjukkan pada angka 2 yang ditandai dengan terdapatnya black dot.
5. Grafik Perbandingan Aktivitas Apoptosis Antara Ekstrak Etanol 96 % dengan Kontrol Sel

60 *
ekstrak
50 * etanol
40 * 96 %
*
Persentase sel yang

daun
apoptosis (%)

30 salam
20 kontrol
10 negatif

0
NEGATIF 80 160 320 640
Gambar 1. Grafik Batang Rata-Rata Sel HeLa Yang Mengalami Apoptosis (%) Antar
Kelompok Kontrol dan Perlakuan.
Keterangan : Tanda * di dalam grafik menunjukan perbedaan yang bermakna dengan kontrol sel
dengan (p=0,000 < 0,05).

Potrebbero piacerti anche