Sei sulla pagina 1di 18

MAKALAH FISIKA RADIASI

MENGANALISIS EFEK RADIASI PADA MANUSIA

OLEH

ENDA YULIANA (15034059)

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Masril, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
RANGKUMAN
Tubuh manusia pada prinsipnya terdiri dari berjuta-juta sel. Sel manusia
terdiri atas 2 (dua) bagian besar, yakni inti (nukleus) dan plasma sel (sitoplasma).
Inti (nukleus) dilapisi oleh sebuah membran yang mempunyai pori-pori yang
memungkinkan terjadinya perpindahan bahan-bahan dari dalam inti sel ke
plasma atau sebaliknya.
Faktor yang mengakibatkan efek radiasi pada tubuh yaitu jenis radiasi,
dosis serap radiasi, aktivitas sumber radiasi, sumber radiasi, lama penyinaran dan
jenis dan tenaga radiasi serta distribusi radionuklida dalam tubuh.
Interaksi radiasi pengion dengan materi biologik diawali dengan interaksi
fisika yaitu proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan
berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila energi
elektron tersebut langsung diserap oleh molekul organik dalam sel yang secara
biologik penting, seperti DNA. Secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi
interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan
mengenai molekul organik yang penting.
Proses Interaksi Radiasi di Dalam Tubuh ManusiaBila radiasi pengion
melalui tubuh manusia maka akan terjadi interaksi dengan senyawa air di dalam
tubuh, sel, kromosom maupun DNA.
Kemungkinan terjadinya efek biologis akibat interaksi radiasi dan
jaringan tubuh manusia (terlepas dari berat atau ringannya akibat biologis
tersebut), berbanding selaras dengan besarnya dosis radiasi yang mengenai
jaringan tersebut.Efek biologis akibat interaksi antara radiasi dan jaringan
manusia dapat berupa efek stokastik dan efek deterministic (non-stokastik).
Penyakit akbiat radiasi diantaranya : Radiodermatitis, Katarak, Sterilitas
(kemandulan), Sindrom Rasiasi Akut.
MATERI

MENGANALISIS EFEK RADIASI PADA MANUSIA

Penggunaan radiasi dalam dunia kedokteran terus menunjukkan peningkatan


dari waktu ke waktu.Dalam dunia kedokteran, radiasi menjadi salah satu alat
penunjang yang sangat penting, yang pemanfaatannya meliputi tindakan-tindakan
radiodiagnosis, radioterapi, dan kedokteran nuklir.Ketiga jenis radiasi tersebut
mempunyai sumber radiasi yang spesifikasi fisiknya berbeda-beda dengan faktor
risiko yang berbeda-beda pula.

Pengkajian risiko akibat paparan radiasi biasanya didasarkan pada konsep


dosis efektif yang diterima oleh tubuh. Interaksi berkas sinar/radiasi dengan tubuh
selalu menghasilkan suatu distribusi dosis dalam organ tubuh yang sangat sulit diukur
secara langsung, sehingga penyerapan energi langsung pada tubuh akan terlihat
melalui efek-efek biologis radiasi, baik secara langsung (dalam jam, hari, minggu)
maupun tidak langsung (dalam bulan atau tahun).

A. Anatomi Dasar Sel Manusia

Tubuh manusia pada prinsipnya terdiri dari berjuta-juta sel. Sel manusia
terdiri atas 2 (dua) bagian besar, yakni inti (nukleus) dan plasma sel (sitoplasma).Inti
(nukleus) dilapisi oleh sebuah membran yang mempunyai pori-pori yang
memungkinkan terjadinya perpindahan bahan-bahan dari dalam inti sel ke plasma
atau sebaliknya.Lapisan yang membungkus inti ini dinamakan "nuclear membrane",
sedangkan pori-porinya dinamakan "nuclear pore".Lapisan tipis ini juga
memungkinkan perpindahan bahan-bahan dari satu sel ke sel lainnya.
Organ sel yang terdapat di dalam inti sel :
1. Nukleus, yakni suatu organ dalam inti yang terlihat jelas di dalam sel.
Peranannya belum diketahui dengan pasti, namun dicurigai kemungkinan
berperan dalam pembedahan sel (mutasi).
2. Kromosom, adalah organ sel yang mempunyai peranan penting bagi
penyimpanan segala informasi yang berhubungan dengan masalah keturunan
atau karakteristik dasar manusia (bears of hereditary information).

Dalam sel-sel tubuh manusia terdapat 23 pasang kromosom. Dari 23 pasangan


kromosom, 22 pasangan di antaranya mempunyai bentuk umum yang sama, baik
untuk laki-laki maupun perempuan. Sedang pasangan yang ke-23 mempunyai bentuk
yang berbeda.Oleh sebab itu, satu pasangan yang berbeda ini dinamakan kromosom
seks (sex cromosome), sedangkan 22 pasangan kromosom lainnya dinamakan
outsome.
Setiap individu kromosom, baik outsome ataupun kromosom seks, pada
dasarnya terbentuk dari suatu rangkaian yang panjang sekali dari bahan kimiawi,
yang dinamakan sebagai molekul deoxyribose nucleid acid atau DNA.Ia merupakan
pemegang utama instruksi genetik atau informasi herediter dari sel-sel tersebut. Bila
dirinci lebih jauh, sebuah kromosom pada dasarnya terdiri atas bagian-bagian yang
lebih kecil yang dinamakan gen.

Gambar 1. Pembelahan kromosom pada sel tubuh akibat efek radiasi


Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi:
berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi,
radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses
ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang
hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang
berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang
terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi
(getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi
yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang
merupakan pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis
kompleks.Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan
terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil
(OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen.Secara kimia, radikal bebas
sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel.

Gambar 2. Bentuk anatomi dasar sel manusia


Gambar 3. Bentuk dasar dari organ sel pada inti (DNA)

DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat di


inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan
dirinya sendiri.Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel.
Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi
perubahan kimiawi pada DNA.Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara
tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas
hidroksil.Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya
timbulnya kanker maupun kelainan genetik.
Ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel
akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya
karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat
menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel
yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia
akibat radiasi.
B. Beberapa Faktor Yang Mengakibatkan Terjadinya Efek Radiasi pada Tubuh

Radiasi dapat mengganggu fungsi normal tubuh manusia, dari taraf yang
paling ringan hingga fatal. Derajat taraf ini tergantung pada beberapa faktor:

1. Jenis radiasi
a. Radiasi eksternal : merupakan radiasi yang berasal dari luar tubuh manusia
yang dapat memberikan radiasi total pada tubuh atau partial/sebagian. Radiasi
dari sumber alpha dan beta yang berkekuatan kurang dari 65 KeV, tidak
cukup kuat untuk menembus kulit manusia, sehingga tidak berbahaya. Radiasi
dari sumber sinar-X dan gamma serta neutron lain yang lebih besar dari 65
KeV, cukup kuat untuk menembus kulit manusia sehingga cukup berbahaya.
b. Radiasi internal, adalah masuknya radionuklida pada tubuh manusia melalui
saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka pada kulit.
2. Dosis serap, yang ditentukan oleh:
a. Aktivitas sumber radiasi :
Sebagai contoh ketika sebuah reaktor nuklir mengalami kerusakan
yang bisa menyebabkan paparan radiasi keluar maka, lingkungan sekitarnya
akan menghadapi kondisi darurat. Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai
penyebab bahaya radiasi nuklir untuk manusia :
1. Ketika reaktor nuklir mengalami kerusakan maka akan mengeluarkan
bahan yodium radioaktif dan cesium
2. Semua bahan energi yang keluar dari lingkungan reaktor nuklir akan
berbahaya untuk tubuh karena bisa menyebabkan kerusakan sel-sel
tubuh.
3. Nuklir bisa menyebabkan kerusakan DNA tubuh sehingga bisa
menyebabkan perubahan sel sehat menjadi sel kanker.
4. Yodium yang radioaktif yang dikeluarkan oleh reaktor nuklir bisa
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.
5. Bahan cesium radioaktif yang dikeluarkan oleh reaktor bisa tinggal
dalam lingkungan selama lebih dari raturan tahun. Sehingga bahan-
bahan ini akan menyebabkan efek kesehatan jangka panjang.

b. Jenis dan tenaga radiasi


Sebagai contoh, untuk mendeteksi suatu penyakit apakah kanker atau
bukan, kita dapat menggunakan sinar-X.Penggunaan sinar-X itu sendiri
mengandung risiko, namun jika kanker dibiarkan tak terdeteksi, hal tersebut
dapat berakibat fatal.Dalam hal ini, risiko penggunaan sinar-X untuk
mendeteksi kanker jauh lebih kecil daripada risiko membiarkan kanker tak
terdeteksi.bila tidak digunakan secara hati-hati, sinar-X dapat meningkatkan
risiko kanker dan bahkan dapat mengakibatkan kematian pasien. Akan tetapi,
sifat-sifat radiasi pengion dan cara untuk meminimalkan jumlah dosis yang
diterima dari penyinaran radiasi sinar-X telah dipahami. Karena itu, tak ada
lagi alasan untuk takut terhadap penyinaran sinar-X, sepanjang digunakan
secara tepat.Kita dapat meminimalkan pemakaian yang tidak tepat melalui
pendidikan, pelatihan dan penegakan hukum atau aturan dan ketentuan yang
berlaku.Semua radiasi pengion dapat digunakan secara luas untuk keperluan
yang bermanfaat dengan tingkat keamanan yang tinggi.

c. Jarak dari sumber radiasi


Semakin dekat jarak tubuh kita terhadap sumber radiasi maka semakin
cepat radiasi yang diterima oleh tubuh manusia sehingga proses radiasi yang
cepat dapat meningkatkan seseorang terkena kanker atau kematian yang cepat
akibat cepatnya sel dalam tubuh mati.

d. Lama penyinaran
Lamanya penyinaran juga berdampak cepat terhadap tubuh manusia
misalnya saja oleh radiasi matahari, semakin lama seseorang terpapar oleh
radiasi sinar matahari akan menyebabkan kerusakan kulit seperti kulit menjadi
gelap, tergores/kering dan melepuh. Semakin lama terpapar bisa
mengakibatkan seseorang menderita kanker kulit bahkan kematian.

3. Distribusi radionuklida dalam tubuh


Penyinaran dosis tunggal akan lebih terasa efeknya daripada dosis terbagi
walaupun dosis akumulasinya sama.Kontaminasi radionuklida dalam tubuh
manusia dapat dianalisa (secara kualitatif dan kuantitatif) dengan:

a. Whole Body Counter


Bila radionuklida kontaminan yang memancarkan radiasi sinar x
atau gamma dengan energi cukup kuat untuk menembus tubuh.
b. Analisis Ekskreta
Melakukan analisis terhadap zat-zat ekskreta tubuh, misalnya
sample darah, urine, faeces, atau cairan tubuh lainnya.

C. Interaksi Radiasi Pada Tubuh Manusia

Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru,
lambung dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun dari jaringan yang merupakan
kumpulan dari sejumlah sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel
sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara
lengkap dan sempurna.Inti sel mengandung struktur biologik yang sangat kompleks
dan disebut kromosom.

Interaksi radiasi pengion dengan materi biologik diawali dengan interaksi


fisika yaitu proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan
berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila energi
elektron tersebut langsung diserap oleh molekul organik dalam sel yang secara
biologik penting, seperti DNA. Secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi
interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai
molekul organik yang penting. Interaksi secara fisika-kimia ini dapat menimbulkan
kerusakan sel lebih lanjut yang akhirnya menimbulkan efek biologik yang dapat
diamati.

Proses Interaksi Radiasi di Dalam Tubuh Manusia

Bila radiasi pengion melalui tubuh manusia maka akan terjadi interaksi
dengan senyawa air di dalam tubuh, sel, kromosom maupun DNA.

1. Interaksi dengan molekul air (Radiolisis)

Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air
akan menghasilkan radikal bebas (H+ dan OH-). Radikal bebas adalah suatu
atom atau molekul yang bebas, tidak bermuatan dan mempunyai sebuah
elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Keadaan ini
menyebabkan radikal bebas menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan
toksik.Sesama radikal bebas yang terbentuk dapat saling bereaksi
menghasilkan molekul hidrogen peroksida yang toksik.Perlu diingat bahwa
sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air.

2. Interaksi dengan DNA

Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya


perubahan struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hidrogen antar
basa, hilangnya basa, dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah
putusnya salah satu untai DNA, disebut single strand break, atau putusnya
kedua untai DNA, disebut double strand breaks. Secara alamiah sel
mempunyai kemampuan untuk melakukan proses perbaikan terhadap
kerusakan yang timbul dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang
spesifik.

Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi


tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semula dan tidak
menimbulkan perubahan fungsi pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu,
proses perbaikan tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga walaupun
kerusakan dapat diperbaiki tetapi tidak secara tepat atau sempurna sehingga
menghasilkan DNA yang berbeda, atau yang dikenal dengan mutasi.

3. Interaksi dengan kromosom

Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun


struktur kromosom yang disebut dengan aberasi kromosom.Perubahan jumlah
kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatik yang memungkinkan
timbulnya kelainan genetik.Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya
lengan kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar
dengan meningkatnya dosis radiasi.

4. Interaksi dengan sel

Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom sel sangat


bergantung pada proses perbaikan yang berlangsung. Bila proses perbaikan
berlangsung dengan baik dan tepat/sempurna, dan juga tingkat kerusakan
yang dialami sel tidak terlalu parah, maka sel bisa kembali normal seperti
keadaannya semula. Bila proses perbaikan berlangsung tetapi tidak tepat
maka sel tetap dapat hidup tetapi mengalami perubahan. Bila tingkat
kerusakan yang dialami sel sangat parah atau bila proses perbaikan tidak
berlangsung dengan baik, maka sel akan mati. Tingkat kerusakan yang
dialami sel akibat radiasi sangat bervariasi bergantung kepada tingkat
sensitivitas sel terhadap radiasi.Sel yang paling sensitif adalah sel kulit,
sedangkan sel yang tidak mudah rusak akibat pengaruh radiasi adalah sel
otak.

Kerusakan sel akan mempengaruhi fungsi jaringan atau organ bila


jumlah sel yang mati/rusak dalam jaringan/organ tersebut cukup banyak.
Semakin banyak sel yang rusak/mati, semakin parah perubahan fungsi yang
terjadi sampai akhirnya organ tersebut akan kehilangan kemampuannya untuk
menjalankan fungsinya dengan baik.

D. EFEK BIOLOGIS AKIBAT INTERAKSI ANTARA RADIASI DAN


JARINGAN TUBUH MANUSIA

Kemungkinan terjadinya efek biologis akibat interaksi radiasi dan jaringan


tubuh manusia (terlepas dari berat atau ringannya akibat biologis tersebut),
berbanding selaras dengan besarnya dosis radiasi yang mengenai jaringan tersebut.
Semua dosis radiasi, besar atau kecil, bisa mengakibatkan pengaruh terhadap jaringan
tubuh atau sel. Pengaruh dosis hanya diasosiasikan dengan besarnya kemungkinan
bahwa akan terjadi suatu perubahan dalam suatu sel atau jaringan yang terkena
radiasi tersebut, yang biasa disebut dengan "efek stokastik".
Efek stokastik ini biasanya mempunyai kelainan dari organ yang bersifat
kronis yang biasanya dihubungkan dengan terjadinya perubahan-perubahan genetik
dalam sel-sel tersebut. Selain dikenal dengan efek stokastik, juga dikenal dengan efek
deterministik atau non-stokastik, yaitu jika sel dalam organ atau jaringan banyak yang
mati atau tidak dapat lagi bereproduksi dan berfungsi secara normal, fungsi organ
akan hilang. Hilangnya fungsi itu akan semakin parah bila jumlah sel yang menderita
akibat bertambah seperti kemandulan, penurunan IQ, sindrom radiasi akut, dll.
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministic (non-stokastik).
1. Efek Stokastik
Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan
fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini
terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat
kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada
tingkat molekul maupun sel.
Ciri-ciri efek stokastik :
 Tidak mengenal dosis ambang.
 Timbul setelah melalui masa tenang yang lama.
 Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi.
 Tidak ada penyembuhan spontan.

Efek ini meliputi :

Efek genetik
Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir
disebut efek genetik.Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA
pada sperma atau ovarium akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi
dengan makro molekul DNA, dapat memodifikasi struktur molekul ini
dengan cara memecah kromosom atau mengubah jumlah DNA yang
terdapat dalam sel melalui perubahan informasi genetik sel. Tipe ini
dapat menimbulkan penyakit genetik yang diteruskan ke generasi
berikutnya.

2. Efek Deterministik (non-stokastik)

Efek Deterministik (non-stokastik) adalah efek yang kualitas keparahannya


bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini
terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah
fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari
paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila
dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul
beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan
meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi
bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang,
kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan
di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Ciri-ciri efek non-stokastik :

 Mempunyai dosis ambang.


 Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi.
 Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan).
 Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi.

Efek ini meliputi :

Efek somatik
Bila organisme (seperti manusia) yang terkena radiasi
mengalami kerusakan biologi sebagai akibat penyinaran, efek
penyinaran tersebut diklasifikasikan sebagai efek somatik. Efek ini
tergantung pada lamanya terkena radiasi sampai pertama timbulnya
gejala kerusakan radiasi. Selanjutnya diklasifikasikan sebagai efek
somatik jangka pendek atau jangka panjang.

Efek somatik jangka pendek


Efek ini timbul dalam waktu beberapa menit, jam, atau minggu sejak
penyinaran radiasi. Efek dari dosis yang tinggi terlihat dengan gejala: mual,
lemas, eritema (kemerahan abnormal di kulit), epilasi (rontoknya rambut),
gangguan darah, gangguan entistimal, demam dan terkelupasnya lapisan luar
kulit, berkurangnya jumlah sperma pada pria, kemandulan tetap atau sementara
dari wanita dan pria, serta kerusakan sistem syaraf pusat (pada dosis radiasi yang
sangat tinggi). Beberapa efek somatik jangka pendek:

1) Sindrom radiasi akut


Sindrom radiasi akut terjadi setelah seluruh tubuh manusia menerima
dosis radiasi ionisasi yang besar dalam waktu singkat. Sindrom radiasi akut
ini termanifestasi dalam 4 tahap:
a. Tahap prodromal: terjadi beberapa jam setelah penyinaran, dengan
ciri-ciri mual, muntah, diare, dan lemas.
b. Tahap laten: gejala seperti tahap prodromal, sudah tidak terlihat dalam
satu minggu.
c. Tahap manifes: gejala ini terlihat pada akhir minggu pertama atau
setelah tahap laten. Beberapa gejalanya antara lain bingung, epilasi,
haus, diare yang parah, demam, infeksi, perdarahan, dan gangguan
kardiovaskular.
d. Tahap kesembuhan atau kematian: setelah mengalami ketiga tahap
tersebut, kemungkinan yang akan terjadi adalah kesembuhan atau
kematian. Kematian terjadi apabila seluruh tubuh menerima
penyinaran dosis subtotal sebesar 2-3 Gray (200-300 rad), sedang
kesembuahan terjadi dalam waktu 3 bulan.
2) Sindrom hematopoetik (sindrom tulang)
Terjadi setelah tubuh manusia menerima dosis radiasi sebesar 1-10
Gray (100-1000 rad). Penyinaran ini menyebabkan jumlah sel darah putih, sel
darah merah, dan platelet dalam aliran darah akan berkurang. Juga dapat
menimbulkan kerusakan sel-sel lain dalam organ sehingga sistem organ gagal
berfungsi atau tubuh kehilangan kemampuan melawan infeksi. Dengan
demikian, tubuh akan makin mudah terserang infeksi yang akhirnya
mengalami perdarahan.
3) Sindrom gastrointestinal
Pada manusia, sindrom gastrointestinal timbul pada dosis 1 Gray (100
rad), dengan gejala-gejala mual yang parah, muntah, diare, hilangnya nafsu
makan, perdarahan pada saluran GI, infeksi, lemas, demam, anemia,
ketidakseimbangan elektrolit, dan hilangnya cairan tubuh yang kemudian
berakibat fatal, yaitu meninggal. Kejadian tersebut terjadi dalam waktu 3--5
hari setelah penyinaran.
4) Sindrom sistem saraf pusat
Merupakan radiasi akut karena dosis yang diterima sekitar 50
Gray(5000 rad). Orang yang terkena radiasi ini akan menunjukkan gejala dis-
orientasi serta syok, diiringi mual yang parah, muntah, diare cair, terkaget-
kaget disertai bingung dan kurang terkoordinasi, serta rasa terbakar pada
kulit.Juga edema, hilangnya keseimbangan, lemas, kejang-kejang,
ketidakseimbangan elektrolit, frustrasi, koma, dan kematian karena
gangguan kardiovaskular. HasIl akhir dari kerusakan ini adalah kegagalan
sistem saraf pusat yang menimbulkan kematian segera.

Efek somatik jangka panjang


Efek ini timbul beberapa bulan atau tahun setelah terkena radiasi.Efek ini
timbul akibat dosis radiasi yang tinggi atau dosis rendah yang kronis selama
bertahun-tahun terhadap seluruh atau sebagian tubuh. Ada 4 tipe efek somatik jangka
panjang:

1) Karsinogenesis
Kanker pada manusia karena radiasi dapat timbul setelah 5 tahun atau lebih.
Namun, sulit membedakan antara karena radiasi atau penyebab yang lain,
karena keadaan fisiknya tidak berbeda. Contoh kanker karena radiasi antara
lain: (a) Beberapa pekerja industri-industri pembuatan jarum radium di
beberapa pabrik; (b) Pekerja tambang uranium; (c) Pekerja radiasi medis yang
ceroboh dalam pekerjaannya.
2) Nodola dan karsinoma tiroid
Terjadi setelah 20 tahun kemudian, akibat radiasi sinar-X yang harus
diterima dengan dosis terapeutik (1.2 - 60 Gray).
3) Katarogenesis
Dosis radiasi ionisasi yang mengenai tubuh sebesar 1 Gray (100 rad) atau
lebih dapat mendorong pembentukan katarak (opositas lensa mata). Hal ini
berakibat kebutaan.
4) Embriologi
Semua makhluk hidup sangat sensitif terhadap radiasi selama tahap
embrionik. Periode pembuahan, di mana embrio atau fetus terkena radiasi,
dapat menimbulkan kematian atau gangguan kongenital tertentu.
Perkembangan embrionik dalam kandungan dapat dibagi menjadi 3 tahap:
Pertama, yaitu preimplantasi dan implantasi yang dimulai sejak proses
pembuahan yang terjadi sampai umur 2 minggu. apabila terkena radiasi maka
akan terjadi kematian pada embrionik tersebut.
Kedua, yaitu organosis pada masa kehamilan 2-7 minggu. Efek yang mungkin
timbul berupa malformasi tubuh dan kematian neonatal.
Ketiga, yaitu tahap fetus pada usia kehamilan 8-40 minggu. Efek yang
mungkin timbul berupa retardasi pertumbuhan dan retardasi mental. Risiko
yang paling berat adalah terjadinya leukemia pada masa anak-anak.

E. PENYAKIT AKIBAT RADIASI


1. Radiodermatitis
Radiodermatitis adalah peradangan kulit yang terjadi akibat
penyinaran local dengan dosis tinggi. Dimulai dengan tanda kemerahan pada
kulit yang terkena radiasi, kemudian diikuti oleh masa tenang beberapa hari
sampai 3 minggu baru kemudian muncul gejala yang khas tergantung dari
dosis yang diterima.
2. Katarak
Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis diatas 1,5 Gray
(Gy), dengan masa tenang antara 5 – 10 tahun.
3. Sterilitas (kemandulan)
Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin.
Efek berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan. Sel sperma yang
muda lebih peka dari pada sel tua. Aktivitas pembentukan sperma dapat mulai
menurun pada dosis beberapa senti Gray (cGy).
4. Sindrom Rasiasi Akut
Sindrom Radiasi Akut dapat terjadi setelah penyinaran seluruh tubuh
dengan dosis lebih dari 1 Gy yang diterima secara sekaligus dengan laju dosis
yang cukup tinggi oleh radiasi yang berdaya tembus besar.
Gejala diawali dengan gejala tidak khas seperti mual dan muntah,
demam, rasa lelah, sakit kepala serta diare, kemudian diikuti masa tenang
selama 2 sampai 3 minggu. Pada masa ini gejala mereda, setelah masa tenang
lewat, maka timbul nyeri perut, diare, perdarahan, anemia, infeksi bahkan
kematian.

Potrebbero piacerti anche