Sei sulla pagina 1di 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/299959007

Intensi Perawat Melakukan Pencegahan Luka


Tekan di Ruang Intensif berdasarkan Theory
Planned of Behaviour

Article · August 2015


DOI: 10.24198/jkp.v3n2.8

CITATIONS READS

0 987

3 authors, including:

Ristina Mirwanti Hana Agustina


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
7 PUBLICATIONS 1 CITATION 13 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Care of the dying, dead and bereaved: developing a new curriculum for undergraduate nursing
education in a public university in Indonesia View project

Pelatihan Manajemen Bencana Bagi Anggota Padjadjaran Nursing Corps (PNC) View project

All content following this page was uploaded by Ristina Mirwanti on 08 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Intensi Perawat Melakukan Pencegahan Luka Tekan di Ruang Intensif
berdasarkan Theory Planned of Behaviour

Ristina Mirwanti1, M.Z. Arifin2, Hana Rizamadewi Agustina3


1,3
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
2
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
E-mail: ristina.mirwanti@fkep.unpad.ac.id

Abstrak

Luka tekan merupakan salah satu dampak hospitalisasi pada pasien kritis. Perawat memiliki peran yang penting dalam
pencegahan luka tekan tetapi banyak perawat yang belum melakukan upaya pencegahan luka tekan secara maksimal
sehingga perlu kajian untuk mengetahui faktor –-faktor yang memengaruhinya. Intensi merupakan antiseden terdekat
dengan perilaku seseorang. Berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB), intensi seseorang untuk melakukan
sesuatu dipengaruhi oleh sikap, norma subyektif, dan pengendalian perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor yang memengaruhi intensi perawat melakukan pencegahan luka tekan. Penelitian kuantitatif ini
menggunakan deskriptif analinitik observasional dengan pendekatan korelasional dilakukan secara cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah perawat yang melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien di ruang
perawatan intensif. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling, yaitu 70 perawat di ruang
perawatan intensif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan intensi (r = 0,632, p <
0,05), norma subyektif dengan intensi (r = 0,625, p < 0,05), dan pengendalian perilaku dengan intensi (r = 0,633,
p < 0,05). Semakin favorable sikap perawat maka akan semakin tinggi intensi perawat melakukan pencegahan
luka tekan. Semakin tinggi tekanan normatif dari sekitar perawat maka akan semakin tinggi pula intensi perawat,
dan semakin tinggi pengendalian perilaku yang dirasakan perawat maka akan semakin tinggi pula intens perawat.

Kata kunci: Intensi, pencegahan luka tekan, perawat, ruang intensif.

Nurses’ Intention to Prevent Pressure Ulcers in ICU based on Theory of


Planned Behaviour

Abstract
Pressure ulcer is one of the effects of hospitalization in critically-ill patients. Nurses have an important role in
preventing pressure ulcer but many nurses do not implement preventive measures well. Factors influencing it
need to be studied. Intention is the closest antecedent to behaviour. Based on the Theory of Planned Behavior
(TPB), intention to do something is influenced by attitude, subjective norms, and perceived behavior control
(PBC). The purpose of this study was to examine the relationship among antecedents: attitude, subjective norm,
perceived behavior control and the intention of nurses to prevent pressure ulcer. This research was a correlational
study using observational analytic description design with cross sectional approach. Population of this study was
nurses who worked in the intensive care unit. Total sampling technique was used to select 70 nurses. Results of
this study showed there was relationship between attitude and intention (r = 0.632, P <0.05), subjective norms
and intention (r = 0.625, P <0.05), and PBC and intention (r = 0.633, p <0.05). The more favorable the attitude,
the higher the intention to prevent pressure ulcer. The higher the normative pressure from surrounding nurses, the
higher the intention. The higher the perceived behavioral control, the higher the intention to prevent pressure ulcer.

Key words: Intense, intensive care unit, nurse, pressure ulcer prevention.

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 119


Ristina Mirwanti: Intensi Perawat melakukan Pencegahan Luka Tekan

Pendahuluan 2007; Compton, Hoffman, Hortig, Strauβ,


Frey, Zidek, et al., 2008). Selain itu, luka
Pasien di ruang perawatan intensif merupakan tekan memiliki dampak yang signifikan pada
pasien dengan sakit berat dan kritis, cedera fungsi seseorang, kesehatan fisik dan mental,
dengan penyulit yang mengancam nyawa hubungan sosial, dan kualitas hidup (Gupta,
(Depkes, 2006) yang membutuhkan Loong, dan Leong, 2011). Dampak yang
perawatan intensif serta pemantauan yang ditimbulkan oleh luka tekan sangat buruk
ketat sehingga membutuhkan hospitalisasi. sehingga luka tekan harus mendapat perhatian
Salah satu dampak hospitalisasi pasien kritis khusus untuk dilakukan pencegahan.
dengan gangguan mobilisasi yaitu terjadinya Pencegahan luka tekan merupakan hal
luka tekan. Menurut Elliot, McKinley, dan penting karena luka tekan sebenearnya
Fox (2008) pasien dengan penyakit kritis dapat dicegah. Tujuan pencegahan luka
memiliki risiko tinggi mengalami luka tekan. tekan adalah untuk menurunkan lama dan/
Luka tekan merupakan sebuah ancaman atau jumlah tekanan dan robekan yang
tambahan yang mengerikan pada pasien kritis dipengaruhi oleh perlengkapan yang efektif
karena kondisi fisiologinya telah menurun atau tidak serta metode yang digunakan.
(Cox, 2011). Pencegahan luka tekan pada pasien-pasien
Luka tekan merupakan kerusakan yang berisiko seharusnya dilakukan secara
terlokalisir pada bagian kulit dan/atau jaringan berkesinambungan selama mereka berisiko
di bawahnya sebagai akibat dari tekanan atau mengalami luka tekan (European Pressure
tekanan bersamaan dengan robekan yang Ulcer Advisory Panel&National Pressure
biasanya pada daerah tulang yang menonjol Ulcer Advisory Panel, 2009 dalam Beeckman,
(National Pressure Ulcer Advisory Panel, Defloor, Schoonhoven, dan Vanderwee,
2012). Faktor-faktor yang memengaruhi 2011). Rumah sakit di Indonesia biasanya
kejadian luka tekan pada pasien antara lain memiliki Standar Prosedur Operasional
penurunan mobilitas, penurunan aktifitas, pencegahan luka tekan. Pelaksanaannya
penurunan persepsi sensori, kelembaban, bergantung pada kebijakan dan kondisi di
gesekan, tenaga yang merobek, status nutrisi, setiap rumah sakit.
usia, penurunan tekanan arteriol, stres Perawat merupakan petugas kesehatan
emosional, merokok, dan temperatur kulit yang berdekatan dengan pasien selama 24
(Bergstrom, 2005). jam dan bertemu dengan pasien-pasien
Menurut Keller, Wille, Ramshorst, dan yang berisiko mengalami luka tekan
Werken (2002) dalam Suriadi, Sanada, sehingga perawat memiliki peran penting
Sugama, Thigpen, Kitagawa, Kinosita, et al. dalam mencegah luka tekan. Bagi tenaga
(2006), kejadian luka tekan di Intensive Care keperawatan, adanya luka tekan berarti
Unit (ICU) bervariasi antara satu hingga peningkatan beban kerja karena luka tekan
56%. Sekitar 60.000 pasien meninggal setiap membutuhkan pendekatan perawatan
tahun karena komplikasi yang berhubungan yang berbeda (Kallman dan Suserud,
dengan luka tekan (Tschannen, Bates, 2009) sehingga dibutuhkan pencegahan
Talsma, dan Ying 2012). Dari penelitian yang berkesinambungan untuk mencegah
dilakukan oleh Suriadi et al. (2006), di salah terjadinya luka tekan. Perawat memainkan
satu rumah sakit di Indonesia dari 105 pasien peran yang penting dalam pencegahan luka
yang dijadikan subyek penelitian, terdapat tekan (Tweed dan Tweed, 2008 dalam Strand
33% pasien yang mengalami kejadian luka dan Lindgren, 2010).
tekan. Angka kejadian luka tekan ini cukup Pendekatan Theory of Planned Behavior
tinggi sehingga risiko komplikasi yang dapat (TPB) atau teori perilaku terencana dapat
terjadipun semakin meningkat. digunakan dalam menganalisis pencegahan
Luka tekan dapat meningkatkan durasi luka tekan yang dilakukan oleh perawat.
lamanya tinggal di rumah sakit atau LOS Ajzen (2006) menyatakan bahwa perilaku
(length of stay) yang akan meningkatkan adalah manifestasi respon yang diberikan
beban biaya rawat inap seiring dengan terhadap situasi yang dapat diobservasi.
lamanya waktu tinggal di rumah sakit dan Anteseden terdekat dari perilaku adalah
dapat menyebabkan kematian (Widodo, intensi, yaitu indikasi kesiapan seseorang

120 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015


Ristina Mirwanti: Intensi Perawat melakukan Pencegahan Luka Tekan

untuk menampilkan perilaku. Intensi perilaku pencegahan luka tekan. Sedangkan


berdasarkan pada antesedennya, yaitu sikap pengendalian perilaku yang dirasakan
terhadap perilaku, norma subyektif, dan oleh perawat adalah persepsi perawat
keyakinan dan pengendalian perilaku yang terhadap kemampuannya untuk melakukan
dirasakan (perceived behavioral control/ pencegahan luka tekan.
PBC). Sikap berdasarkan pada keyakinan Penekanan lebih dari dua jam dapat
berperilaku, norma subyektif berdasarkan menyebabkan luka tekan dan pada kondisi
pada keyakinan normatif, dan pengendalian pasien yang lebih buruk, luka tekan dapat
perilaku yang dirasakan berdasarkan pada terjadi lebih cepat (Morison, 2004). Adanya
keyakinan pengendalian. Untuk mengkaji luka tekan di unit perawatan intensif dapat
intensi dan perilaku, penilaian langsung menurunkan kualitas mutu pelayanan di
cukup dapat dilakukan pada sikap, norma unit tersebut sehubungan dengan standar
subyektif, dan pengendalian perilaku yang keselamatan pasien (Lumadi, 2011) sehingga
dirasakan. Jika ingin mengetahui dasar dari pencegahan luka tekan penting dilakukan
faktor-faktor tersebut, merancang intervensi oleh perawat. Permasalahan pelaksanaan
untuk mengubah perilaku yang efektif, maka pencegahan luka tekan yang belum dilakukan
perlu dikaji keyakinan berperilaku, normatif, dengan maksimal perlu diselesaikan,
dan pengendalian (Ajzen, 2011). sehingga penting dilakukan penelitian untuk
Intensi perilaku mencegah luka tekan mengkaji anteseden terdekat perilaku yaitu
yang dilakukan perawat dipengaruhi oleh intensi dan menganalisis hubungan antara
sikap perawat terhadap pencegahan luka sikap dengan intensi, norma subyektif
tekan, norma subyektif, dan pengendalian dengan intensi, dan pengendalian perilaku
perilaku yang dirasakan oleh perawat yang dirasakan dengan intensi perawat
dalam melakukan pencegahan luka tekan. dalam melakukan pencegahan luka tekan.
Sikap perawat terhadap pencegahan luka Penelitian ini dengan menggunakan TPB
tekan apakah favorable (mendukung) atau karena TPB dapat diaplikasikan dan atau
unfavorable (tidak mendukung). Norma dijadikan landasan teori untuk melakukan
subyektif yang dimaksud adalah fungsi dari penelitian perilaku dan antesedennya dalam
keyakinan normatif yang menampilkan berbagai bidang, termasuk perilaku perawat
persepsi persetujuan seseorang secara melakukan pencegahan luka tekan.
spesifik untuk perawat melakukan atau tidak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
melakukan pencegahan luka tekan, apakah hubungan sikap dengan intensi perawat
orang lain akan berpikir bahwa perawat melakukan pencegahan luka tekan, norma
seharusnya melakukan atau tidak melakukan subjektif dengan intensi perawat melakukan

Bagan 1. Theory of Planned Behavior

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 121


Ristina Mirwanti: Intensi Perawat melakukan Pencegahan Luka Tekan

pencegahan luka tekan, dan hubungan valid. Hasil uji reliabilitas yaitu α Cronbach
pengendalian perilaku intensi perawat 0,837 yang artinya reliabilitas instrumen
melakukan pencegahan luka tekan. Hipotesis ini kuat. Hasil uji validitas instrumen
pada penelitian adalah terdapat hubungan pengendalian perilaku antara 0,33 dan
antara sikap dengan intensi perawat 0,77 sehingga dinyatakan valid. Hasil uji
melakukan pencegahan luka tekan, norma reliabilitasnya yaitu α Cronbach 0,859 yang
subjektif dengan intensi perawat melakukan berarti reliabilitas instrumen ini kuat. Hasil
pencegahan luka tekan, dan pengendalian uji validitas instrumen intensi antara 0.37 dan
perilaku intensi perawat melakukan 0.79 sehingga dinyatakan valid sedangkan
pencegahan luka tekan. asil uji reliabilitasnya yaitu α Cronbach 0.848
yang berarti reliabilitas intrumen ini kuat.
Penelitian ini telah dilakukan dengan
Metode Penelitian mempertimbangkan prinsip etik yang
berlaku. Peneliti memberikan informasi
Penelitian kuantitatif ini menggunakan mengenai tujuan dan manfaat penelitian
pendekatan korelasional. Penelitian ini kepada responden. Responden diberikan
dilakukan secara potong lintang (cross kebebasan untuk mengikuti ataupun tidak
sectional). Penelitian ini dilakukan di ruang penelitian. Responden yang bersedia
perawatan intensif dengan teknik total dipersilakan memberikan tanda tangan pada
sampling yaitu seluruh perawat (70 perawat) lembar informed consent. Data responden
yang melaksanakan asuhan keperawatan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
langsung pada pasien. kepentingan penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan Analisis data dilakukan secara univariabel
questioner data demografi dan questioner dan bivariabel. Data karakteristik responden
untuk mengkaji sikap, norma subyektif, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
dan pengendalian perilaku. Instrumen yang status kepegawaian menggunakan presentase,
digunakan untuk mengkaji sikap adalah sedangkan usia dan lama kerja menggunakan
instrumen Attitude toward Pressure ulcer mean. Analisis bivariabel dilakukan untuk
Prevention (APuP) yang telah divalidasi oleh mengetahui hubungan antarvariabel. Analisis
Beeckman et al (2010) dengan indeks validitas bivariabel dengan menggunakan Rank
konten dari setiap item pada APuP ini antara Spearman karena distribusi variabel sikap,
0.87 dan 1.00 dan α Cronbach dalam rentang norma subyektif, pengendalian perilaku, dan
dari 0.76 hingga 0.81. Instrumen ini diubah intensi tidak terdistribusi normal.
ke dalam Bahasa Indonesia menggunakan
metode back translation. Hasil uji validitas
dalam Bahasa Indonesia yaitu antara 0.34 Hasil Penelitian
dan 0.78 sehingga dinyatakan valid karena
koefisien korelasi item terhadap total ≥ 0,3 Tabel 1, terlihat bahwa sebagian besar
(Azwar, 2003). Hasil uji reliabilitas yaitu perawat berjenis kelamin perempuan
α Cronbach=0.72 yang berarti reliabilitas (68,6%), berpendidikan DIII Keperawatan
instrumen ini mencukupi (sufficient reliable). (70%), dan hampir keseluruhan responden
Pengukuran terhadap norma subyektif, adalah PNS (92,9%). Rentang usia responden
pengendalian perilaku, dan intensi dengan yaitu 25 – 55 tahun dengan mean 33,86 tahun
menggunakan kuesioner yang dikembangkan dan rentang lama bekerja 2 – 30 tahun dengan
oleh peneliti berdasarkan konstruksi mean 10,67 tahun, tampak pada tabel 2.
kuesioner TPB dan disesuaikan dengan Berdasarkan tabel 3, rentang sikap
standar prosedur operasional: prosedur responden yaitu 34–49 dengan mean 40,80,
pencegahan luka dekubitus di rumah sakit. rentang norma subyektif responden 15–24
Keseluruhan instrumen yang digunakan dengan mean 19,71, rentang PBC responden
telah diuji reliabilitas dan validitas. Hasil uji 32–57 dengan mean 45,44, dan rentang.
validitas instrumen norma subyektif yaitu Hasil penelitian menunjukkan terdapat
antara 0,67 dan 0,86 sehingga dinyatakan hubungan antara sikap (r = 0,63, p < 0,05),

122 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015


Ristina Mirwanti: Intensi Perawat melakukan Pencegahan Luka Tekan

Tabel 1 Frekuensi dan Presentase Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Status Kepegawaian
Perawat di Ruang Perawatan Intensif (n = 70)
Karakteristik Jenis f Persentase
Jenis Kelamin Perempuan 48 68,6
Laki – laki 22 31,4
Pendidikan DIII 49 70
S1 21 30
Status Kepegawaian PNS 65 92,9
Kontrak 5 7,1

Tabel 2 Rata-rata Usia dan Lama Kerja Perawat di Ruang Perawatan Intensif (n = 70)
Variabel Mean (SD) Median (Rentang)
Usia 33,86 (6,0) 33 (25 – 55)
Lama kerja 10,67 (6,5) 10 (2 – 30)

Tabel 3 Distribusi Skor Sikap, Norma Subyektif, PBC, dan Intensi Perawat terhadap
Pencegahan Luka Tekan di Ruang Perawatan Intensif (n = 70)
Variabel Mean ± SD Median (Rentang) Skor Maksimal
Sikap 40,80 ± 3,6 41 (34 – 49) 52
Norma Subyektif 19,71 ± 2,4 19 (15 – 24) 24
PBC 45,44 ± 4,2 45 (32 – 57) 60
Intensi 47,87 ± 5,0 45,5 (42 – 60) 60

Tabel 4 Hubungan antara Sikap, Norma Subyektif, PBC dengan Intensi Perawat dalam
Melaksanakan Pencegahan Luka Tekan di Ruang Intensif
Variabel Intensi
r Nilai p
Sikap 0,632 0,000
Norma Subyektif 0,625 0,000
PBC 0,633 0,000
α = 0,05

norma subyektif (r = 0,625, p < 0,05), dan bahwa sikap merupakan anteseden intense,
PBC (r = 0,633, p < 0,05) dengan intensi terdapat hubungan antara sikap dengan
responden dalam melakukan pencegahan luka intensi perawat yang bersifat positif. Hal ini
tekan yang artinya semakin favorable sikap, berarti semakin favorable (mendukung) sikap
semakin tinggi norma subyektif dan PBC perawat terhadap pencegahan luka tekan
responden dalam melakukan pencegahan maka semakin tinggi pula intensi perawat
luka tekan, maka semakin tinggi pula intensi untuk melakukannya.
responden untuk melaksanakan pencegahan Rata-rata perawat memiliki sikap yang
luka tekan. cenderung mendukung terhadap pencegahan
luka tekan pada pasien kritis di ruang intensif.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di
Pembahasan Irlandia, Swedia, dan Belgia yang mengkaji
sikap perawat menunjukkan bahwa perawat
Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep TPB memiliki sikap yang positif terhadap

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 123


Ristina Mirwanti: Intensi Perawat melakukan Pencegahan Luka Tekan

pencegahan luka tekan (Moore dan Price, terhadap konsekuensi ini dapat memengaruhi
2004; Kallman dan Suserud, 2009; Strand dan sikap perawat terhadap perilaku pencegahan
Lindgren, 2010; Beeckman et al, 2011). Sikap luka tekan, sehingga sikap perawat akan
perawat yang positif terhadap pencegahan mendukung terhadap pencegahan luka tekan.
luka tekan diharapkan akan diikuti dengan Penelitian ini, sikap perawat lebih
intensi perawat untuk melakukan pencegahan mendukung terhadap pelaksanaan
luka tekan. pencegahan luka tekan dilihat dari lama kerja
Sikap perawat terhadap pencegahan perawat. Perawat yang bekerja lebih dari
luka tekan ditentukan oleh kepercayaan lima tahun rata-rata sikap lebih favorable
perawat mengenai konsekuensi ketika dibandingkan dengan yang bekerja kurang
melakukan pencegahan luka tekan dan dari lima tahun. Berdasarkan hasil penelitian
ditimbang berdasarkan hasil evaluasi Beeckman et al. (2011) setelah lima tahun
terhadap konsekuensi yang akan terjadi bekerja, semakin lama perawat bekerja maka
ketika melakukan pencegahan luka tekan. sikap perawat terhadap pecegahan luka tekan
Konsekuensi yang dapat terjadi adalah cenderung semakin favorable. Semakin lama
meminimalisir kejadian luka tekan pada masa kerja perawat maka akan semakin
pasien. Pasien dengan faktor resiko luka tekan banyak pengalaman perawat. Menurut Azwar
yang tidak mendapat tindakan pencegahan (1995) salah satu faktor yang memengaruhi
luka tekan dapat mengalami luka tekan. sikap adalah pengalaman. Begitu juga salah
Dampak dari luka tekan adalah meningkatnya satu faktor yang memengaruhi sikap perawat
angka morbiditas dan mortalitas (Salcido, terhadap pencegahan luka tekan adalah
2012). Adanya kejadian luka tekan di ruang pengalaman pribadi perawat. Sehingga
perawatan intensif juga memberikan dampak semakin lama masa kerja perawat, maka akan
yang negatif bagi ruang perawatan yaitu semakin banyak luka tekan yang dilihat oleh
dapat menurunkan kualitas mutu pelayanan peraat, sehingga sikap perawat akan semakin
di unit tersebut sehubungan dengan standar mendukung pencegahan luka tekan.
keselamatan pasien (Lumadi, 2012). Pasien Samuriwo (2010) menyatakan bahwa
yang tidak menderita luka tekan, akan pendidikan, pelatihan, dan pencegahan luka
memiliki kualitas hidup pada dimensi fisik tekan hanya efektif ketika perawat telah
dan psikologis yang lebih baik. melihat pasien dengan luka tekan. Pada pasien
Kejadian luka tekan di ruang perawatan kritis dengan kondisi penyakit yang sama,
akan memberikan dampak kepada beban pasien dengan luka tekan membutuhkan
kerja perawat. Menurut D’hoore, Guisset, dan perawatan yang lebih banyak dibandingkan
Tilquin (1997) adanya kejadian luka tekan pada pasien yang tidak mengalami
secara signifikan memengaruhi beban kerja luka tekan. Perawatan luka tekan dapat
perawat. Semakin tinggi kejadian luka tekan, meningkatkan beban kerja perawat. Semakin
maka beban kerja perawat akan semakin tinggi. sering merawat pasien dengan luka tekan,
Beban kerja perawat yang semakin tinggi maka akan semakin meningkat beban kerja
akan berdampak pada meningkatnya waktu yang dirasakan oleh perawat. Pengalaman
perawatan terhadap pasien dan peningkatan perawat dalam merawat pasien dengan
biaya. Beban kerja yang meningkatpun dapat luka tekan dapat meningkatkan keyakinan
kembali meningkatkan kejadian luka tekan perawat untuk melakukan pencegahan
Beban kerja perawat diidentifikasi sebagai luka tekan pada pasien kritis dengan tujuan
salah satu faktor resiko yang berhubungan untuk menghindarkan pasien dari luka
dengan kejadian luka tekan (Cremasco, tekan, sehingga pasien yang bebas dari luka
Wenzel, Zanei, dan Whitaker, 2013). Beban tekan tidak akan meningkatkan beban kerja
kerja dan luka tekan seperti lingkaran sebab – perawat.
akibat yang tidak terputus. Akan tetapi di sisi Penelitian ini, sebagian besar responden
lain, beban kerja perawat dapat juga dianggap berjenis kelamin perempuan dan rata–rata
sebagai prediktor yang signifikan yang sikap responden perempuan cenderung
dapat menurunkan kejadian luka tekan yang lebih favorable dibandingkan dengan
terjadi di rumah sakit (Aydin, Donaldson, responden laki-laki. Hal ini berbeda dengan
Stotts, Fridman, dan Brown, 2015). Persepsi hasil penelitian Beeckman et al. (2011)

124 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015


Ristina Mirwanti: Intensi Perawat melakukan Pencegahan Luka Tekan

yang menunjukkan bahwa sikap responden perawat untuk melakukan pencegahan luka
laki-laki terhadap pencegahan luka tekan tekan.
cenderung favorable dibandingkan dengan Penelitian ini, rata-ata skor norma
sikap responden perempuan. Hal ini dapat subyektif yang tinggi terhadap pencegahan
disebabkan karena jumlah responden luka tekan yang menunjukkan tingginya
perempuan lebih banyak. motivasi responden untuk mengikuti tekanan
Hasil penelitian juga menunjukkan rata- normatif yang berasal dari sekitar perawat.
rata sikap perawat cenderung lebih favorable Salah satu tekanan normatif berasal dari
(mendukung) pada tingkat pendidikan dokter penanggung jawab pasien. Hal ini
DIII Keperawatan. Hal ini berbeda dengan memberikan gambaran bahwa pentingnya
penelitian Beeckman et al. (2011) yaitu peran profesi lain dalam pelaksanaan
semakin tinggi jenjang pendidikan perawat pencegahan luka tekan pada pasien kritis di
maka sikap perawat semakin cenderung ruang intensif.
favorable. Hal ini dapat disebabkan karena Penelitian ini, semakin perawat
pada penelitian ini sebagian besar jumlah merasa perilaku pencegahan luka tekan
responden dengan tingkat pendidikan DIII di bawah pengendaliannya, maka akan
Keperawatan. Menurut Samuriwo (2010), semakin tinggi pula intensi perawat untuk
pendidikan mengenai luka tekan dan melakukan pencegahan luka tekan pada
pencegahan hanya akan efektif ketika perawat pasien kritis di ruang perawatan intensif.
telah memiliki pengalaman bertemu pasien Perawat juga cenderung merasa yakin untuk
dengan luka tekan. Hal ini berarti pendidikan mengendalikan dan melakukan pencegahan
tidak memiliki peran tunggal tetapi dapat luka tekan. Persepsi seseorang terhadap
dipengaruhi pengalaman dan masa kerja kemampuan untuk melakukan sesuatu
dalam memengaruhi sikap perawat. dipengaruhi oleh kemudahan dan kesulitan
Hasil penelitian menunjukkan, semakin yang dirasakan (Ajzen & Cote, 2008 dalam
tinggi motivasi perawat mematuhi tekanan Strand & Lindgren, 2010). Persepsi perawat
normatif untuk melakukan pencegahan luka terhadap kemampuan untuk melakukan
tekan, maka semakin tinggi pula intensi pencegahan luka tekan juga dipengaruhi oleh
perawat untuk melakukan pencegahan luka kemudahan dan kesulitan yang dirasakan
tekan. Penelitian ini, tekanan normatif pada dalam melakukan pencegahan luka tekan.
perawat untuk melakukan pencegahan luka Beberapa contoh kemudahan atau hal
tekan dapat berasal dari kepala ruangan, penunjang yang dirasakan adalah tersedianya
dokter penanggung jawab pasien, dan rekan alat, perlengkapan dan fasilitas untuk
perawat lain di ruangannya. mengurangi tekanan, seperti kasur angin;
Hasil penelitian juga menunjukkan pengetahuan; waktu; kinerja tim yang baik;
tingginya persepsi perawat bahwa dokter, dan jumlah staf yang mencukupi. Hambatan
kepala ruangan, dan rekan sejawatnya yang dirasakan perawat dalam melakukan
mendukung perawat melakukan pencegahan pencegahan luka tekan antara lain kurangya
luka tekan sehingga perawat cenderung akan jumlah perawat; kurangnya waktu yang
menampilkan perilaku pencegahan luka ada; kondisi pasien yang tidak kooperatif,
tekan melalui tingginya intensi pencegahan kondisi yang parah, atau hemodinamik yang
luka tekan. Persepsi ini dapat didasari oleh tidak stabil; kurangnya sumber daya dan
tingginya perhatian dokter, perawat, dan perlengkapan untuk melakukan pencegahan
kepala ruangan terhadap pencegahan luka luka tekan; kurangnya pengetahuan; dan
tekan pada pasien kritis di ruang intensif situasi kerja yang menegangkan/stressful
sehingga akan memberikan penekanan pada (Moore dan Price, 2004; Kallman dan
pelaksanaan pencegahan luka tekan. Hal ini Suserud, 2009; Strand dan Lindgren, 2010.
menunjukkan pentingnya adanya tekanan dari Rata-rata skor PBC responden laki-laki lebih
orang yang memiliki kekuatan atau atasan tinggi jika dibandingkan dengan responden
mengenai pencegahan luka tekan sebagai perempuan. Responden laki-laki akan
bagian perawatan harian bagi pasien di ruang memiliki keyakinan yang lebih tinggi untuk
perawatan intensif (Strand dan Lindgren, mampu melakukan pencegahan luka tekan.
2010) sehingga dapat meningkatkan intensi Salah satu contoh pencegahan luka tekan

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 125


Ristina Mirwanti: Intensi Perawat melakukan Pencegahan Luka Tekan

seperti mobilisasi progresif pada pasien, tertinggi yang dirasakan perawat dalam
responden laki-laki memiliki fisik yang melakukan pencegahan luka tekan antara lain
cenderung lebih besar dan lebih kuat jika kurangya jumlah perawat; kurangnya waktu
dibandingkan dengan responden perempuan, yang ada; kondisi pasien yang tidak kooperatif,
sehingga laki-laki akan lebih merasa mampu kondisi yang parah, atau hemodinamik yang
untuk melakukan pencegahan luka tekan. tidak stabil; kurangnya sumber daya dan
Rata-rata skor PBC pada responden perlengkapan untuk melakukan pencegahan
dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan luka tekan; kurangnya pengetahuan; dan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan situasi kerja yang menegangkan (Moore dan
responden berpendidikan DIII. Pengendalian Price, 2004; Strand dan Lindgren, 2010).
yang dirasakan seseorang salah satunya
dipengaruhi oleh pengetahuan (Nash et al.,
1993 dalam Moore dan Price, 2004) dan Simpulan
berdasarkan penelitian Beeckman et al. (2011)
semakin tinggi jenjang pendidikan perawat, Penelitian ini, terdapat hubungan antara
maka semakin tinggi pula pengetahuan sikap dengan intense, norma subyektif
perawat terhadap pencegahan luka tekan. dengan intense, dan pengendalian perilaku
Sehingga secara tidak langsung pengendalian dengan intense peraat dalam melakukan
perilaku yang dirasakan perawat terhadap pencegahan luka tekan di uang perawatan
pencegahan luka tekan juga dipengaruhi oleh intensif. Untuk meningkatkan intensi perawat
tingkat pendidikan perawat. dalam melakukan pencegahan luka tekan,
Responden yang bekerja lebih dari lima maka pihak rumah sakit perlu meningkatkan
tahun memiliki rata-rata skor PBC yang lebih pengetahuan perawat mengenai pencegahan
tinggi jika dibandingkan dengan responden luka tekan untuk meningkatkan sikap
yang bekerja kurang atau sama dengan lima favorabel perawat terhadap pencegahan
tahun. Hal ini juga tampak pada intensi luka tekan; melakukan supervisi terhadap
responden yang dengan rata-rata lebih tinggi pelaksanaan pencegahan luka tekan dan
pada responden yang bekerja lebih dari 5 melakukan pendekatan interdisiplin dalam
tahun. Pengalaman bekerja akan memberikan melakukan pencegahan luka tekan untuk
keyakinan bahwa perawat mampu melakukan meningkatkan norma subyektif perawat; dan
pencegahan luka tekan sehingga intensi meningkatkan hal-hal yang mempermudah
perawat akan tinggi untuk melakukan perawat dalam melakukan pencegahan luka
pencegahan luka tekan. Lama pengalaman tekan untuk meningkatkan pengendalian
perawat merawat pasien merupakan salah perilaku yang dirasakan perawat.
satu aspek untuk melihat keahlian seorang
perawat. Keahlian perawat merupakan salah
satu indikator yang signifikan terhadap Daftar Pustaka
penurunan kejadian luka tekan di rumah sakit
(Aydin et al., 2015). Ajzen, I. (2006). TPB Diagram. Melalui
Pengendalian perilaku yang dirasakan http://people.umass.edu/aizen/tpb.diag.html
oleh perawat dipengaruhi oleh hal-hal yang pada Maret 2013.
dirasakan mempermudah dan mempersulit
perawat dalam melakukan pencegahan luka Ajzen, I. (2011). Frequently Asked Questions.
tekan. Berdasarkan presentase tertinggi, maka Melalui http://people.umass.edu/aizen/faq.
kemudahan (opportunities) yang dirasakan html pada Maret 2013.
oleh perawat dalam melakukan pencegahan
luka tekan antara lain tersedianya alat, Aydin, C., Donaldson, N., Stotts, N.A.,
perlengkapan dan fasilitas untuk mengurangi Fridman, M., Brown, D.S. (2015). Modeling
tekanan, seperti kasur angin; pengetahuan; hospital-acquired pressure ulcer prevalence
waktu; kinerja tim yang baik; dan jumlah on medical-surgical units: nurse workload,
staf yang mencukupi (Kallman dan Suserud, expertise, and clinical processes of care
2009; Strand dan Lindgren, 2010). Hambatan [Abstract]. Health Serv Res,50(2), 351 – 73.

126 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015


Ristina Mirwanti: Intensi Perawat melakukan Pencegahan Luka Tekan

Doi: 10.1111/1475-6773.12244. pressure sores in long-term-care residents


in Quebec [Abstract]. Clin Perform Qual
Azwar, S. (1995). Sikap Manusia: Teori dan Health Care, 5(4), 189–94.
Pengukurannya Edisi Ke-2. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. Depkes.(2006). Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU. Diunduh dari
Beeckman, D., Defloor, T., Demarre, L., http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/
Hecke, A.V., Vanderwee, K. (2010). Pressure handle/123456789/760
ulcers: Development and psychometric
evaluation of the Attitude towards Pressure Elliot, R., McKinley, S., & Fox, V. (2008).
ulcer Prevention instrument (APuP). Quality Improvement Program to Reduce
International Journal of Nursing Studies The Prevalence of Pressure Ulcers in an
47 (2010) 1432-1441, Elsevier Ltd, doi: Intensive Care Unit. American Journal of
10.1016/j.ijnurstu.2010.04.004. Critical Care, 17, 328–337.

Beeckman, D., Defloor, T., Schoonhoven, Gupta, N., Loong, B., & Leong, G. (2012).
L., & Vanderwee, K. (2011). Knowledge Comparing and contrasting knowledge of
and Attitudes of Nurses on Pressure Ulcer pressure ulcer assessment, prevention and
Prevention: A cross-Sectional Multicenter management in people with spinal cord
Study in Belgian Hospitals. Worldviews injury among nursing staff working in two
on Evdence Based Nursing, Third Quarter metropolitan spinal units and rehabilitation
2011, Sigma Theta Tau International, doi: medicine training specialists in a three-way
10.1111/j.1741-6787.2011.00217.x comparison. Spinal Cord, 50, 159-164.

Bergstrom, N. (2005). Patients at Risk for Kallman, U. & Suserud, B-Oasa. (2009).
Pressure Ulcers and Evidence-Based Care Knowledge, attitudes and practice among
for pressure Ulcer Prevention. In D. Bader, nursing staff concerning pressure ulcer
C. Bouten, D. Colin, & C. Oomens (Eds.), prevention and treatment – a survey in
Pressure Ulcer Research : Current and a Swedish healthcare setting. Journal
Future Perspectives (pp 35–50). New York : Compilation, 2009, Nordic College of
Springer. Caring Science, doi: 10.1111/j.1471-
6712.2008.00627.x
Cremasco, M.F., Wenzel, F., Zanei, S.S.,
Whitaker, I.Y. (2013). Pressure ulcers in the Lumadi, S.A. (2011). Hubungan pengetahuan
intensive care unit: the relationship between dan ketrampilan perawat dalam melakukan
nursing workload, illness severity and mobilisasi dengan terjadinya ulkus tekan
pressure ulcer risk [Abstract]. J Clin Nurs, pada pasien di ruang GICU RSUP Dr. Hasan
22(15-16), 2183 – 91. Sadikin Bandung. Universitas Padjadjaran,
Bandung.
Compton, F., Hoffman, F., Hortig, T., Strauβ,
M., Frey, J., Zidek, W., & Schafer, J-H. Moore, Z. & Price, P. (2004). Nurses’
(2008). Pressure Ulcer Predictors in ICU attitudes, behaviours and perceived barriers
Patients: Nursing Skin Asessment Versus towards pressure ulcer prevention. Journal
Objective Parameters. Journal of Wound of Clinical Nursing, 13, 942-951, Blackwell
Care,17(10) Publishing.

Cox, J. (2011). Predictors Of Pressure Ulcers Morison, M. J. (2004). Manajemen Luka.


In Adult Critical Care Patients. American Jakarta: EGC.
Journal Of Critical Care, 20,(5), pp. 364-
375. National Pressure Ulcer Advisory Panel
(NPUAP). (2012). NPUAP Pressure Ulcer
D’hoore, W., Guisset, A.L., Tilquin, C. 1997. Stages/Categories. Diunduh dari http://
Increased nursing-time requirements due to www.npuap.org/resources/educational-and-

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 127


Ristina Mirwanti: Intensi Perawat melakukan Pencegahan Luka Tekan

clinical-resources/npuap-pressure-ulcer- Elsevier, doi: 10.1016/j.iccn.2010.08.006.


stagescategories/
Suriadi, Sanada, H., Sugama, J., Thigpen,
Salcido, R., Popescu, A., Potter, P. J., Talavera, B., Kitagawa, A., Kinosita, S., & Murayama,
F., Kolaski, K., Allen, K. L., & Lorenzo C. S. (2006).A new instrument for predicting
T. (2012). Pressure Ulcer and Wound Care. pressure ulcer risk in an intensive care unit.
Diunduh dari http://emedicine.medscape. Journal Of Tissue Viability, 16(3), 21-26.
com/article/319284-overview#aw2aab6b2.
Tschannen, D., Bates, O., Talsma, A., &
Samuriwo, R. (2010). Effects of education Ying, G. (2012). Patient-Specific And
and experience on nurses’ value of ulcer Surgical Characteristics In The Development
prevention. Bristish Journal of Nursing, Of Pressure Ulcers', American Journal Of
19(20). Critical Care, 21(2), 116-125.
Strand, T., & Lindgren, M. (2010).Knowledge, Widodo, Arif.(2007). Uji Kepekaan
attitudes, and barriers towards prevention Instrumen Pengkajian Risiko Dekubitus
of pressure ulcers in intensive care units : a Dalam Mendeteksi Dini Risiko Kejadian
descriptive cross–sectional study. Intensive Dekubitus Di RSIS. Sains dan Teknologi, 8
and Critical Care Nursing, 26, 335-342, (1), 39-54, ISSN 1411-5174

128 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015

View publication stats

Potrebbero piacerti anche