Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
1
ISSN : 1978 - 0303
Purwadi (1)
1)
Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
ABSTRACT
A research about the production of fresh cheese was made by lime juice as acidifier
has been done. The aim of this research was to learn a potency of lime juice as acidifier for
making fresh cheese on its chemistry quality. The method used was experiment and designed
completely randomized design. The treatment were A1= the use of 0,5 % (v/v) lime juice, A2
= the use of 0,05 % (w/v) citric acid, and A3 = the use of 0,25 % lime juice plus 0,025 %
citric acid. Variables measures were protein, dry matter, protein of whey, and dry matter of
whey. The result showed that the use of some acidifier didn t give significant defferent effect
(p>0,05) on all variables. Based on result and discussion, it can be concluded that the milk
acidification with lime juice gived same result with using of citric acid or combination of lime
juice and citric acid, so it can be proved that lime juice has big potency as acidifier for
making fresh cheese.
Keywords: chemist quality, fresh cheese, acidifier, lime juice
12
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2006, Hal 12-17 Vol. 1, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
apabila suhu koagulasinya lebih rendah dan (Mexican limes disebut juga Key limes)
sebaliknya apabila suhu koagulasinya lebih dalam bahasa Latin disebut Citrus
tinggi keperluan asam relatif lebih sedikit aurantifolia dan jeruk nipis Persia atau
(Kobieta, 2005). Menurut Kalab (2004) Tahiti (Persian atau Tahiti limes) dalam
suhu pemanasan pada pembuatan keju bahasa Latin disebut Citrus latifolia
dengan pengasaman langsung harus lebih (Simonne et al., 2004). Jeruk nipis segar
tinggi daripada 85 oC dan pH susu harus mengandung sangat sedikit lemak,
mencapai 5,5 0,1. mengandung vitamin C yang tinggi dan
Beberapa jenis asam yang dapat hampir tidak mengandung natrium. Satu
digunakan dalam pembuatan keju setengah cangkir jus jeruk nipis segar
diantaranya adalah asam sitrat, sulfurat, mengandung 90 % air, 33 kalori, 0,5 g
hidroklorat, laktat, fosforat, dan asetat serta protein, lemak dalam jumlah sedikit, 12 g
glukono- -lakton (Everett, 2003; Kalab, karbohidrat, dan 36 mg vitamin C (Simonne
2004; Kobieta, 2005; dan Bunton, 2005b). et al., 2004).
Pengasaman langsung menggunakan ragam Penelitian Metzger et al. (2001)
asam tersebut ditujukan untuk mempercepat menunjukkan bahwa meskipun
proses pembentukan curd, sedangkan menggunakan bahan pengasam berbeda,
pembentukan citarasa oleh biakan bakteri yaitu asam asetat dan asam sitrat dengan
starter dengan penggunaan asam tersebut kondisi pH-nya sama, yaitu 5,8, dan dengan
lazim tidak berlangsung, karena citarasa bahan pengasam yang sama dan pH yang
keju lebih didominasi oleh rasa asam yang relatif sama, yaitu asam asetat dengan pH
ditambahkan. Oleh karena itu agar kedua 6,0, maka bahan kering keju yang
tujuan tersebut dapat berlangsung dan dihasilkan relatif sama pula, yaitu berturut-
tercapai, maka perlu dicari bahan pengasam turut 45,66; 44,70; dan 46,42 %.
yang dapat mempercepat proses Hasil penelitian Emmons et al.
pembentukan curd, namun citarasa khas (2003) menunjukkan bahwa rerata kadar
keju juga terbentuk, dan diantara bahan protein keju 24,24 % dari total bobot keju.
alam sebagai sumber asam yang layak Metzger et al. (2001) membuktikan bahwa
untuk dikaji adalah jus jeruk nipis. pH yang terlalu rendah pada pengasaman
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia awal menyebabkan meningkatnya
Swingle) diduga dapat digunakan sebagai konsentrasi kasein yang terlarut dalam fase
bahan pengasam dalam pembuatan keju, cair, sehingga banyak kasein yang terlarut
karena menurut Cakrawala IPTEK (2002) dalam whey. Hal ini merupakan penyebab
buah tersebut mengandung beberapa jenis manurunnya kadar protein keju yang
asam organik diantaranya asam sitrat dan dihasilkan, karena sebagian protein terlarut
asam askorbat. Hasil penelitian Falade et al. hilang bersama whey.
(2003) menunjukkan bahwa jeruk nipis
mengandung asam askorbat 29,4 1,4
mg/100g, asam sitrat 4.124 78 mg/100g MATERI DAN METODE
dan total asam organik 4.187 35,1
mg/100g. Buah tersebut selain mempunyai Bahan-bahan penelitian terdiri atas:
citarasa asam yang dominan, juga susu (susu segar diperoleh dari KUD DAU,
mempunyai citarasa khas jeruk nipis, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang), buah
sehingga bila digunakan dalam pembuatan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle)
keju, diharapkan keju yang dihasilkan juga yang diperoleh dari Kabupaten Jombang.
memiliki citarasa khas jeruk nipis tersebut. Jeruk nipis yang digunakan adalah buah
Secara garis besar terdapat dua jenis jeruk matang optimal, yang berciri kulit
jeruk nipis, yaitu jeruk nipis Mexico berwarna kuning merata dan keadaan segar.
13
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2006, Hal 12-17 Vol. 1, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
Cara pembuatan jus jeruk nipis adalah terhadap semua karakteristik kimia keju
dengan cara membuang kulit luar, daging tidak memberikan perbedaan yang nyata
buah diiris-iris kemudian diperas dengan (P>0,05). Kecenderungan rerata tertinggi
menggunakan perasan jeruk. Bahan lain untuk bahan kering keju terdapat pada
adalah asam sitrat dan protease yang perlakuan 0,25 % jus jeruk nipis + 0,025 %
diperoleh dari New England Cheesemaking asam sitrat, sedangkan kecenderungan
Supply Company Amerika Serikat serta rerata tertinggi untuk kadar protein keju,
bahan kimia untuk analisis kadar protein. kadar protein dan kadar bahan kering whey
Peralatan penelitian yang digunakan terdapat pada perlakuan 0,5 % jus jeruk
adalah: bak pengolah keju (cheesevat), nipis.
termometer, cetakan keju, pengepres keju,
pH meter, peralatan analisis kadar protein Tabel 1. Rerata karakteristik kimia keju
dan kadar bahan kering. segar dengan variasi jenis bahan
Penelitian ini menggunakan metode pengasam susu
percobaan dengan rancangan acak Jenis bahan pengasam susu
Karakteristik
jus jeruk nipis asam jus jeruk nipis
kelompok, terdiri dari 3 perlakuan dan 9 kimia
(0,5 %) sitrat (0,25 %) + asam
ulangan, dengan rincian variasi perlakuan (%)
(0,05 %) sitrat (0,025 %)
sebagai berikut: Protein Keju 18,63 17,85 18,19
A1 = Penggunaan bahan pengasam jus Bahan 47,73 47,30 48,25
jeruk nipis 0,5 % (v/v) Kering Keju
Protein 0,86 0,72 0,82
A2 = Penggunaan bahan pengasam asam Whey
sitrat 0,05 % (b/v) Bahan 4,88 4,67 4,48
A3 = Penggunaan bahan pengasam jus Kering Whey
jeruk nipis 0,25 % (v/v) + asam Keterangan:
sitrat 0,025 % (b/v). 1) Rerata dari 9 ulangan percobaan
Penentuan konsentrasi jus jeruk 2) Tidak ada huruf di belakang angka
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
nipis dan asam sitrat didasarkan pada
penelitian pendahuluan yang menunjukkan
Pengasaman susu menggunakan jus
bahwa konsentrasi jus jeruk nipis yang
jeruk nipis adalah sebagai pengganti asam
paling baik untuk menghasilkan keju segar
yang biasanya diproduksi oleh biakan
adalah 0,5 % (v/v), konsentrasi asam sitrat
bakteri starter yang berasal dari kelompok
adalah 0,05 % (b/v), dan kombinasi kedua
bakteri asam laktat dengan produk
jenis bahan pengasam adalah jus jeruk nipis
utamanya asam laktat. Asam ini berperan
0,25 % (v/v) dan asam sitrat 0,025 % (b/v).
utama dalam menciptakan kondisi
keasaman optimum untuk aktivitas protease
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang menstimulasi koagulasi susu menjadi
curd.
Analisis ragam terhadap kadar
Penyebab tidak berbedanya kadar
protein keju, kadar bahan kering keju, kadar
protein keju pada penggunaan beberapa
protein whey dan kadar bahan kering whey
bahan pengasam diduga karena keasaman
menunjukkan bahwa penggunaan beberapa
susu relatif sama, yang ditunjukkan dengan
jenis bahan pengasam tidak memberikan
pH 6,1, sehingga aktivitas protease pada
perbedaan pengaruh yang nyata (P>0,05).
proses pembentukan curd melalui proses
Rerata karakteristik kimia keju segar hasil
proteolisis juga relatif sama. Keasaman
penggunaan variasi jenis bahan pengasam
susu dapat mempengaruhi intensitas
susu disajikan pada Tabel 1.
proteolisis selama pembuatan keju (Fox et
Data dalam Tabel 1 menunjukkan
al., 2000), namun demikian karena
bahwa analisis jarak berganda Duncan
keasaman susu pada penelitian ini relatif
14
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2006, Hal 12-17 Vol. 1, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
sama, maka proteolisis yang berlangsung stabil, yaitu 6,1. Hasil penelitian Metzger et
pada berbagai perlakuan pengasaman juga al. (2001) menunjukkan bahwa meskipun
relatif sama. menggunakan bahan pengasam berbeda,
Kadar protein susu sebagai bahan yaitu asam asetat dan asam sitrat dengan
baku keju pada ketiga perlakuan dan kondisi pH-nya sama, yaitu 5,8, dan dengan
kesembilan ulangan pada percobaan ini bahan pengasam yang sama dan pH yang
relatif sama, dan selama koagulasi relatif sama, yaitu asam asetat dengan pH
berlangsung terjadi proses proteolisis yang 6,0, maka bahan kering keju yang
sama karena kondisi pH susu setelah dihasilkan relatif sama pula, yaitu berturut-
ditambah bahan pengasam relatif sama, turut 45,66 ; 44,70 dan 46,42 %.
dengan demikian keju yang dihasilkan Kemampuan jus jeruk nipis setara
terbukti mempunyai kadar protein relatif dan bahkan lebih baik daripada asam sitrat,
sama pula. Apabila penambahan bahan besar dugaan karena buah jeruk nipis
pengasam menghasilkan kondisi pH mengandung asam sitrat cukup tinggi.
berbeda, diduga kuat kecepatan dan Pembuktian telah dilakukan terhadap jus
intensitas proteolisis oleh enzim jeruk nipis yang akan digunakan dalam
berlangsung berbeda, seperti dibuktikan penelitian ini dan terbukti mengandung
oleh Pastorino et al. (2003) melalui total asam organik 24,79 gr/100 gr. Hasil
penelitiannya yang menunjukkan bahwa penelitian Falade et al. (2003) menguatkan
pembuatan keju dengan pengasaman bahwa jus jeruk nipis selain mempunyai
berbeda, yaitu mulai kondisi pH 4,5 sampai kadar asam askorbat 29,4±1,4 mg/100 g,
pH 5,5 menghasilkan TCA-Soluble juga mengandung asam sitrat 4124±28
Nitrogen berbeda. Demikian pula dengan mg/100 g dan total asam organik 4187±35
penelitian Metzger et al. (2001) yang mg/100 g.
membuktikan bahwa pH yang terlalu Kadar protein whey telah diamati
rendah pada pengasaman awal dengan maksud untuk mengetahui jumlah
menyebabkan meningkatnya konsentrasi protein yang hilang bersama whey, karena
kasein yang terlarut dalam fase cair, kehilangan protein dapat mempengaruhi
sehingga banyak kasein yang terlarut dalam intensitas koagulasi protein susu. Kondisi
whey. Hal ini merupakan penyebab demikian sangat menentukan jumlah
manurunnya kadar protein keju yang protein dalam keju dan jumlah protein
dihasilkan, karena sebagian protein terlarut terlarut yang hilang bersama whey. Protein
hilang bersama whey. yang terlarut bersama whey (serum)
Kadar bahan kering keju yang sebagian besar adalah jenis protein whey,
dihasilkan pada percobaan ini relatif sama dan telah dibuktikan bahwa jumlah protein
diantara penggunaan tiga jenis bahan whey relatif sama. Hal ini berarti
pengasam, berturut-turut jus jeruk nipis, kemampuan beberapa jenis bahan
asam sitrat dan kombinasinya. Bahan baku pengasam untuk menciptakan kondisi
susu yang digunakan untuk seluruh optimum bagi aktivitas protease relatif
percobaan mempunyai kadar bahan kering sama. Bahkan Metzger et al. (2000) dalam
yang relatif sama dan selama koagulasi penelitiannya menggunakan pengasam
berlangsung secara bersamaan terjadi berbeda (asam sitrat dan asam asetat) untuk
proteolisis dan lipolisis dengan intensitas pembuatan keju, ternyata whey yang
relatif sama, sehingga keju yang dihasilkan dihasilkan mengandung protein yang relatif
ternyata mempunyai kadar bahan kering sama. Kisaran kadar protein whey menurut
relatif sama. Kondisi demikian dapat penelitian ini sejalan dengan hasil
disebabkan oleh kondisi pH susu pada awal penelitian Emmons et al. (2003), yaitu 0,85
koagulasi sampai saat siap dipotong adalah - 0,93 %.
15
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2006, Hal 12-17 Vol. 1, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
16
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2006, Hal 12-17 Vol. 1, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
17