Sei sulla pagina 1di 15

PENGARUH PELATIHAN RONDE KEPERAWATAN TERHADAP KINERJA

PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


DI RS ROYAL PRIMA MEDAN

Juwita Verawati Siahaan, Albiner Siagian, Evi Karota Bukit


Program Studi Magister Keperawatan
Fakultas Keperawatan USU,Medan,20155,Indonesia
Email : verawati_juwita@yahoo.com

ABSTRACT

Nursing Round is a method in nursing care which is used to increase services


for patients and to give input to nurses about nursing care. It can increase nurses’
cognitive, affective, and psycho-motoric performance. The objective of the research was
to find out the influence of nursing round training on nurses’ performance in providing
nursing care at Royal Prima Hospital, Medan.
The research used quasi-experiment and pretest-posttest with control group
design. The samples were 64 nurses as the respondents (32 respondents were in the
control group and the other 32 respondents were in the intervention group), taken by
using purposive sampling technique. Paired T-test and Independent test were used to
find out the influence of nursing round on nurses’ performance.
The result of the research showed that 40.63% of the respondents had bad
performance before the training, and 68.75% of them had good performance after the
training. The result of statistic test showed that there was the difference in nurses’
performance in providing nursing care before and after nursing round training (p =
0.00 < 0.05 and mean difference = 27.56).
The conclusion was that there was the influence of nursing round training on
nurses’ performance in providing nursing care at Royal Prima Hospital, Medan. It is
recommended that the hospital management provide training in order that nurses can
improve their knowledge and skill so that their performance in providing nursing care
becomes optimal.

Keywords: nursing round, nurse performance, nursing care

PENDAHULUAN kerja yang penuh semangat, disiplin,


Kinerja dapat dipandang sebagai bertanggung jawab, melaksanakan tugas
proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja sesuai standar yang ditetapkan, memiliki
merupakan suatu proses pekerjaan yang motivasi dan kemampuan kerja yang
berlangsung untuk mencapai hasil kerja tinggi serta terarah pada pencapaian
dan hasil pekerjaan itu sendiri juga tujuan rumah sakit. Hasil kerja perawat
menunjukkan kinerja (Triwibowo, 2013). merupakan proses akhir dari suatu
Perilaku kerja perawat terlihat dari cara kegiatan yang dilakukan dalam mencapai

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 1


sasaran. Hasil kerja dapat dicapai secara memiliki kemampuan berhubungan
maksimal apabila perawat mempunyai dengan klien dan keluarga, serta
kemampuan dalam mendayagunakan berkomunikasi dengan anggota tim
pengetahuan, sikap, dan keterampilan kesehatan lain, mengkaji kondisi
(PPNI, 2005). kesehatan klien baik melalui wawancara,
Desain kerja dalam kinerja pemeriksaan fisik maupun
keperawatan sangat mempengaruhi menginterprestasikan hasil pemeriksaan
kinerja perawat dalam memberikan penunjang, menetapkan diagnosis
asuhan keperawatan (Barker et al., 2011). keperawatan dan memberikan tindakan
Menurut Mangkunegara (2014), secara yang dibutuhkan klien, mengevaluasi
teoritis ada tiga faktor yang tindakan keperawatan yang telah
mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, diberikan serta menyesuaikan kembali
yaitu: a) faktor individu dikelompokkan perencanaan yang telah dibuat dan
pada subvariabel kemampuan, sebagainya (Copel, 2007).
keterampilan dan latarbelakang Salah satu strategi yang untuk
demografi, b) faktor organisasi meningkatkan mutu pelayanan
dikelompokkan pada subvariabel sumber keperawatan adalah dengan pelaksanaan
daya, kepemimpinan, imbalan, struktur program ronde keperawatan yang
desain pekerjaan, c) faktor psikologi merupakan salah satu implementasi dari
dikelompokkan pada subvariabel persepsi, Relationship Based Care. Ronde
sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. keperawatan memungkinkan perawat
Ketiga faktor tersebut mempengaruhi untuk melakukan hubungan timbal balik
kelompok kerja yang pada akhirnya dengan pasien secara teratur dan
mempengaruhi kinerja individu. sistematis untuk menunjukkan keberadaan
Perawat sebagai salah satu faktor perawat dalam membantu mengantisipasi
yang mempengaruhi kualitas asuhan kebutuhan dan memberikan kenyamanan
keperawatan dan merupakan faktor yang serta perlindungan bagi pasien (Woolley
paling menentukan untuk tercapainya et. al., 2012). Ronde keperawatan
pelayanan kesehatan yang optimal dengan merupakan strategi yang efektif dalam
asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk memulai banyak perubahan dalam aspek
dapat melaksanakan asuhan keperawatan perawatan terutama meningkatkan
dengan baik seorang perawat perlu komunikasi di antara anggota tim terkait

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 2


interaksi antar perawat (Aitken et al., menurunkan produktivitas kerja serta
2010). menurunkan komunikasi teraupetik
Kozier et al. (2004) menyatakan perawat dengan tenaga kesehatan dan
bahwa ronde keperawatan adalah salah komunikasi perawat dengan pasien
satu prosedur dua atau lebih perawat sehingga motivasi perawat dalam bekerja
mengunjungi pasien untuk mendapatkan akan menurun secara perlahan.
informasi yang akan membantu dalam Selanjutnya ada perbedaan motivasi kerja
merencanakan pelayanan keperawatan dan perawat yang melaksanakan ronde
memberikan kesempatan pada pasien keperawatan dan tidak melaksanakan
untuk mendiskusikan masalah ronde keperawatan.
keperawataannya serta mengevaluasi Penelitian lain terkait ronde
pelayanan keperawatan yang telah keperawatan dipublikasikan oleh Meade,
diterima pasien. Bursell dan Ketelsen (2006) menunjukkan
Laporan dari Studer Group (2007) bahwa pelaksanaan ronde keperawatan
menyatakan berdasarkan hasil temuan terbukti secara statistik mampu
pada tahun 2006 bahwa institusi yang menurunkan penggunaan bel untuk
melaksanakan ronde keperawatan secara memanggil perawat, mengurangi
berkala dan sistematik meningkatkan kemungkinan pasien jatuh dan
kepuasan pasien hingga mencapai 89% meningkatkan kepuasan pasien. Selain itu
dan menurunkan angka jatuh hingga dengan pelaksanaan ronde keperawatan
mencapai 60%. Selain itu terdapat 2 dari pelayanan keperawatan menjadi lebih
12 rumah sakit yang menerapkan ronde efisien, komunikasi antara perawat
keperawatan secara berkala dan sistematis menjadi lebih baik dan berkurangnya
memperoleh peningkatan rating pelayanan stress kerja perawat sehingga akan
yang prima mencapai 41.85% meningkatkan kepuasan kerja dari
Menurut penelitian Aristyawati, perawat.
Gunahariati dan Lestari (2015) bahwa Penelitian Maliya dan Susilaningsih
ronde keperawatan dapat meningkatkan (2009) menunjukkan bahwa ada
kinerja perawat dalam hal kognitif, afektif peningkatan kinerja staf keperawatan
dan psikomotor. Penelitian ini juga setelah dilakukan pelatihan ronde
melaporkan bahwa dampak tidak keperawatan. Peningkatan kualitas
dilaksanakan ronde keperawatan dapat pelayanan keperawatan tersebut dapat

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 3


dilihat dari beberapa outcomes yaitu pertumbuhan dan pengembangan
peningkatan kepuasan pasien, peningkatan professional, meningkatkan pengetahuan
kepuasan perawat, penurunan penggunaan perawat dengan menyajikan dalam format
bel panggil, penurunan angka pasien jatuh studi kasus, menyediakan kesempatan
dan penurunan angka kejadian luka tekan. pada staf perawat untuk belajar
Untuk itu rumah sakit perlu meningkatkan keterampilan klinis,
mempertimbangkan ronde keperawatan membangun kerjasama dan rasa hormat,
sebagai salah satu program yang dapat meningkatkan retensi perawat
diterapkan di ruang rawat inap. berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan.
TINJAUANPUSTAKA Kedua, bagi pasien bertujuan
Ronde Keperawatan untuk mengamati kondisi fisik dan mental
1. Definisi Ronde Keperawatan pasien dan kemajuan dari hari ke hari,
Menurut Kozier, Erb & Berman membuat pengamatan khusus dan
(2004) menyatakan bahwa ronde memberikan laporan ke dokter,
keperawatan merupakan prosedur dimana memperkenalkan pasien ke petugas dan
dua atau lebih perawat mengunjungi sebaliknya, melaksanakan rencana yang
pasien untuk mendapatkan informasi yang dibuat untuk perawatan pasien,
akan membantu dalam merencanakan mengevaluasi hasil pengobatan dan
pelayanan keperawatan dan memberikan kepuasan pasien serta memodifikasi
kesempatan pada pasien untuk tindakan keperawatan yang diberikan.
mendiskusikan masalah keperawatannya 3. Manfaat Ronde Keperawatan
serta mengevaluasi pelayanan Nursalam dan Efendi (2008),
keperawatan yang telah diterima pasien. manfaat ronde keperawatan yaitu: 1)
2. Tujuan Ronde Keperawatan untuk menumbuhkan cara berpikir kritis
Clement (2011) menyebutkan ada dan sistematis, 2) meningkatkan
dua tujuan dilaksanakannya ronde kemampuan validasi data klien, 3)
keperawatan yaitu bagi perawat dan bagi meningkatkan kemampuan menentukan
pasien. diagnosis keperawatan, 4) menumbuhkan
Pertama, bagi perawat bertujuan pemikiran tentang tindakan keperawatan
untuk melihat kemampuan staf dalam yang berorientasi pada masalah klien,
manajemen pasien, mendukung 5) meningkatkan kemampuan

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 4


memodifikasi rencana asuhan menghasilkan output yang baik kepada
keperawatan dan, 6) meningkatkan organisasi, perawat dan pasien dalam
kemampuan menilai hasil kerja. kurun waktu tertentu (Kurniadi, 2013).
4. Mekanisme Ronde Keperawatan 2. Faktor yang Mempengaruhi
Mekanisme ronde keperawatan Kinerja Perawat
yaitu: a) perawat sebelum melakukan Kinerja dipengaruhi oleh 2 (dua)
ronde keperawatan sebaiknya membaca faktor, yakni faktor internal individu dan
laporan mengenai pasien melalui status faktor eksternal individu. Faktor internal
pasien selama 2-3 menit, b) perawat yaitu faktor yang dihubungkan dengan
menentukan pasien yang akan dilakukan sifat-sifat seseorang, misalnya seseorang
ronde keperawatan. Sebaliknya dipilih yang kinerja baik disebabkan seseorang
klien yang membutuhkan perawatan tersebut mempunyai kemampuan tinggi
khusus dengan masalah yang relatif sedangkan seseorang yang kinerja tidak
kompleks, c) ketika ronde keperawatan baik disebabkan karena kemampuan yang
dilakukan pada pasien, perawat rendah. Faktor eksternal yaitu faktor-
melaporkan kondisi, tindakan yang sudah faktor yang mempengaruhi kinerja
dilakukan dan akan dilakukan, pengobatan seseorang yang berasal dari lingkungan,
serta rencana yang lain, d) waktu yang seperti perilaku, sikap, tindakan rekan
dilakukan untuk melakukan keseluruhan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas
ronde adalah setiap hari dengan waktu kerja dan iklim organisasi
kurang lebih satu jam ketika intensitas (Mangkunegara, 2014).
kegiatan di ruang rawat sudah relatif 3. Penilaian Kinerja Perawat
tenang, e) setelah ronde keperawatan Penilaian kinerja merupakan suatu
dilakukan diskusi dengan perawat yang komponen dari sistem manajemen kinerja
mengikuti ronde keperawatan (Nursalam yang digunakan organisasi untuk
& Efendi, 2008). memotivasi pekerja. Tujuan utama
penilaian kinerja adalah untuk
Kinerja Perawat memperbaiki kinerja (Huber, 2000).
1. Defenisi Kinerja Perawat 4. Manfaat Penilaian Kinerja
Kinerja perawat adalah prestasi kerja Nursalam dan Efendi (2008)
yang ditunjukan oleh perawat pelaksana menjelaskan manfaat dari penilaian kerja
dalam melaksanakan tugasnya sehingga yaitu:1) meningkatkan prestasi kerja staf

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 5


baik secara individu atau kelompok METODE PENELITIAN
dengan memberikan kesempatan pada Penelitian ini menggunakan metode
mereka untuk memenuhi kebutuhan quasi eksperiment dengan pretest-posttest
aktualisasi di dalam kerangka pencapaian with control group design.. Lokasi
tujuan pelayanan rumah sakit, 2) penelitian adalah Rumah Sakit Royal
peningkatan yang terjadi pada prestasi staf Prima Medan dan penelitian dilakukan
secara perorangan pada gilirannya akan pada tanggal 10 November-10 Desember
mempengaruhi atau mendorong SDM 2016.
secara keseluruhannya, 3) merangsang Jumlah sampel dalam penelitian ini
minat dalam pengembangan pribadi sebanyak 64 perawat yaitu 32 perawat
dengan tujuan meningkatkan hasil karya pada kelompok kontrol dan 32 perawat
dan prestasi dengan cara memberikan pada kelompok intervensi dengan cara
umpan balik kepada mereka tentang peneliti terlebih dahulu melakukan
prestasinya, 4) membantu randomisasi yaitu peneliti mengalokasikan
rumah sakit untuk dapat menyusun sampel penelitian ke dalam dua kelompok
program pengembangan dan pelatihan staf berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
yang lebih tepat guna sehingga rumah peneliti untuk menciptakan karakteristik
sakit akan mempunyai tenaga yang cakap antar kelompok kontrol dengan kelompok
dan tampil untuk pengembangan intervensi hampir sama dalam penelitian
pelayanan perawatan dimasa depan, (Polit & Beck, 2012). Teknik
5) menyediakan alat dan sarana untuk pengambilan sampel yang digunakan
membandingkan prestasi kerja dalam penelitian ini menggunakan teknik
meningkastkan gajinya atau sistem purposive sampling dengan kriteria
imbalan yang baik dan 6) memberikan inklusi: 1) Rentang usia 21-45 tahun, 2)
kesempatan kepada pegawai atau staf Masa kerja lebih dari 3 bulan sebagai
untuk mengeluarkan perasaannya tentang perawat, 3) Pendidikan
pekerjaannya atau hal lain yang ada minimal D-III keperawatan, dan 4)
kaitannya melalui jalur komunikasi dan Perawat yang bekerja di ruang rawat inap.
dialog, sehingga dapat mempererat Penelitian ini dilakukan setelah
hubungan antara atasan dan bawahan. mendapat persetujuan dari komisi etik
Fakultas Keperawatan USU dan
persetujuan izin dari pihak rumah sakit.

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 6


Kemudian peneliti menjelaskan bahwa Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Individu Perawat di RS.
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan
Royal Prima Medan (N = 64)
selama proses penelitian berlangsung
Kelompok Kelompok
sedangkan kelompok intervensi akan Data Demografi Kontrol Intervensi
n % n %
diberi perlakuan (pelatihan). Sebelum Usia
21 – 35 tahun 20 62,50 20 62,50
diberi intervensi (pelatihan), peneliti
36 – 45 tahun 12 37,50 12 37,50
terlebih dahulu mengukur kinerja perawat Jenis Kelamin
Laki – laki 0 0 0 0
dengan menggunakan kuesioner pada Perempuan 32 100 32 100
Pendidikan
kelompok kontrol dan intervensi. Diploma III 18 56,25 18 56,25
Sarjana 14 43,75 14 43,75
Kemudian peneliti memberikan perlakuan Masa Kerja
1,0 – 2 tahun 12 37,50 12 37,50
berupa pelatihan pada kelompok
2,1 – 3 tahun 11 34,38 11 34,38
intervensi selama satu har. Setelah itu, 3,1 – 4 tahun 9 28,12 9 28,12

peneliti kembali melakukan pengukuran


kinerja perawat pada kelompok kontrol Berdasarkan tabel 4.1 diketahui
dan intervensi di minggu ke-4 setelah karakteristik individu pada kelompok
pelatihan ronde keperawatan diberikan. kontrol dan kelompok intervensi masing-
masing mayoritas usia 21-35 tahun
HASIL sebanyak 20 orang (62,50%), jenis
Karakteristik Individu kelamin perempuan sebanyak 32 orang
Berdasarkan hasil penelitian berikut akan (100%), pendidikan diploma III sebanyak
ditunjukkan karakteristik individu perawat 18 orang (56,25%) dan masa kerja 1-2
berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat tahun sebanyak 12 orang (37,50%).
pendidikan dan masa kerja perawat dapat
dilihat pada tabel berikut ini: Analisis Univariat
Berdasarkan hasil penelitian
distribusi frekuensi kinerja perawat dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 7


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kinerja cukup sebanyak 15 orang (46,87%),
Perawat dalam Asuhan Keperawatan
kinerja rendah sebanyak 13 orang
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok
Intervensi Sebelum Pelatihan (40,63%) dan minoritas kinerja tinggi
di RS. Royal Prima Medan (N=64)
sebanyak 4 orang (12,50%) sedangkan
Kontrol Intervensi pada kelompok intervensi mayoritas
Kinerja n % n %
Perawat kinerja tinggi sebanyak 22 orang
Kinerja 15 46,87 13 40,63
rendah (68,75%), kinerja cukup 9 orang
Kinerja cukup 12 37,50 13 40,63
Kinerja tinggi 5 15,63 6 18,74 (28,12%)dan minoritas kinerja rendah
sebanyak 1 orang (3,13%)
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui
tingkat kinerja perawat sebelum pelatihan
Analisis Bivariat
pada kelompok kontrol mayoritas kinerja
Hasil analisa data dengan
rendah sebanyak 15 orang (46,87%),
menggunakan uji Paired T-Test dan
kinerja cukup sebanyak 12 orang
Independent T-Test dapat dilihat pada
(37,50%) dan minoritas kinerja tinggi
tabel berikut ini :
sebanyak 5 orang (15,63%) sedangkan
pada kelompok intervensi mayoritas Tabel 4.4 Hasil uji Paired T-Test
kinerja rendah dan kinerja cukup Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok
sebanyak 13 orang (40,63%),dan Intervensi di RS. Royal Prima Medan
minoritas kinerja tinggi sebanyak 6 orang (N=64)

(18,74%) Kinerja Sebelum Sesudah Pvalue


Perawat Mean SD Mean SD
Kelompok 92,94 26,21 94,91 26,18 0,09
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kinerja kontrol
Kelompok 90,84 22,21 122,47 23,29 0,00
Perawat dalam Asuhan Keperawatan pada intervensi
Kelompok Kontrol dan Kelompok
Intervensi Sesudah Pelatihan Berdasarkan tabel 4.4 diketahui
di RS.Royal Prima Medan (N=64)
hasil uji Paired T-Test bahwa kinerja
Kontrol Intervensi
Kinerja n % n % perawat sebelum dan sesudah pelatihan
Perawat
Kinerja 13 40,63 1 3,13
ronde keperawatan pada kelompok kontrol
rendah didapat perbedaan nilai mean -1,97 dan
Kinerja cukup 15 46,87 9 28,12
Kinerja tinggi 4 12,50 22 68,75 nilai signifikansi pvalue=0,09 (p > 0,05)

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui maka H0 diterima yaitu tidak terdapat

tingkat kinerja perawat sesudah pelatihan perbedaan yang signifikan antara kinerja

pada kelompok kontrol mayoritas kinerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 8


ronde keperawatan pada kelompok kontrol perbedaan nilai mean -27,56 dan nilai
yang artinya tidak ada pengaruh pelatihan signifikansi p value = 0,00 (p< 0,05)
ronde keperawatan terhadap kinerja maka Ha diterima yaitu ada perbedaan
perawat dalam pemberian asuhan yang signifikan antara kinerja perawat
keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima sesudah pelatihan ronde keperawatan pada
Medan sedangkan pada kelompok kelompok kontrol dengan kelompok
intervensi didapat perbedaan nilai mean - intervensi yang artinya terdapat pengaruh
31,63 dan nilai signifikansi p value = 0,00 pelatihan ronde keperawatan terhadap
(p < 0,05) maka Ha diterima yaitu ada kinerja perawat dalam pemberian asuhan
perbedaan yang signifikan antara kinerja keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima
perawat sebelum dan sesudah pelatihan Medan.
ronde keperawatan pada kelompok
intervensi yang artinya terdapat pengaruh DISKUSI
ronde keperawatan terhadap kinerja 1. Kinerja perawat di Rumah Sakit
perawat dalam pemberian asuhan Royal Prima Medan
keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Hasil penelitian yang telah dilakukan
Medan. di ruang rawat inap rumah sakit Royal
Prima Medan, menunjukkan bahwa
Tabel 4.5 Hasil uji Independent T-Test
kinerja perawat setelah pelatihan pada
Sesudah Pelatihan pada Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi di RS. kelompok kontrol mayoritas kinerja cukup
Royal Prima Medan (N=64)
sebanyak 15 orang (46,87%) sedangkan
Kinerja
Mean
Std.
Pvalue kelompok intervensi mayoritas kinerja
Perawat Deviation
Kelompok 94,91 26,18 tinggi sebnayak 22 orang (68,75%).
kontrol
0,00 Kinerja perawat dalam penelitian ini yaitu
Kelompok 122,47 23,28
intervensi hasil kerja atau prestasi kerja yang nyata
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui hasil dari seluruh aspek pelayanan keperawatan
uji Independent T-Test bahwa kinerja di rumah sakit, yang dilihat dari proses
perawat setelah mendapatkan pelatihan keperawatan mulai dari pengkajian,
ronde keperawatan pada kelompok kontrol diagnosis keperawatan, perencanaan,
didapat rata-rata nilai mean 94,91 implementasi, evaluasi dan kemudian
sedangkan pada kelompok intervensi rata- mendokumentasikan hasil kerjanya.
rata nilai mean 122,47 sehingga didapat

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 9


Berdasarkan hasil penelitian sangat berperan terhadap kinerja perawat,
disimpulkan bahwa kinerja perawat dalam namun perawat pelaksana secara umum
pemberian asuhan keperawatan di rumah berpendidikan diploma, sehingga secara
sakit Royal Prima sebelum pelatihan strata pendidikan sama, namun yang
masih kategori rendah. Hal ini membedakan pengalaman kerja dan
menunjukkan pengetahuan dan pelatihan yang pernah diikuti.
keterampilan perawat dalam memberikan Hal ini sejalan dengan teori Gibson et
asuhan keperawatan kepada pasien belum al. (2003), kinerja pada dasarnya adalah
sepenuhnya baik, sehingga kinerja apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
perawat belum optimal. karyawan. Kinerja karyawan
Hasil penelitian ini didukung oleh mempengaruhi seberapa banyak mereka
hasil penelitian Manurung (2012) di memberi kontribusi kepada organisasi.
Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan Perbaikan kinerja baik untuk individu
Kabupaten Serdang Bedagai yang maupun kelompok menjadi pusat
menyimpulkan bahwa kinerja perawat perhatian dalam upaya meningkatkan
dalam memberikan asuhan keperawatan kinerja organisasi baik secara kuantitas
belum optimal hanya sebatas pengkajian maupun kualitas dan kinerja dapat berupa
dan evaluasi tindakan keperawatan. Hal penampilan kerja perorangan maupun
senada juga ditemukan pada hasil kelompok.
penelitian Bangun (2012) di RSUD Menurut telaah hasil penelitian,
Pirngadi Medan yang menyimpulkan peneliti asumsi bahwa kinerja perawat
bahwa kinerja perawat sebanyak 52,6% masih rendah disebabkan kurangnya
kategori kurang baik. motivasi perawat dalam bekerja dimana
Menurut Hasibuan (2003), umur dapat kinerja perawat dalam memberikan
mempengaruhi kondisi fisik, mental asuhan keperawatan, menentukan
kemampuan kerja dan tanggung jawab. diagnosa keperawatan dan memodifikasi
Penelitian Daryo (2003) yang mana tidak rencana asuhan keperawatan masih
ada hubungan umur dengan kinerja kurang, respon perawat dalam
perawat pelaksana. Hal ini sesuai dengan menanggapi dan memberikan pelayanan
pendapat Gibson et. al (2003) bahwa umur kepada pasien kurang. Selain itu, perawat
mempunyai efek tidak langsung dengan juga kurang memberikan motivasi dengan
kinerja. Selain itu faktor pendidikan juga berbagi informasi dan berkonsultasi

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 10


dengan pasien, perawat jarang mengikuti pelatihan di Badan Pelayanan Kesehatan
pelatihan – pelatihan serta perawat kurang Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.
mampu menggali masalah pasien yang Pelatihan yang telah diikuti oleh perawat
belum terkaji dikarenakan masih dapat meningkatkan prestasi kerja, begitu
banyaknya perawat yang dalam juga penelitian yang dilakukan oleh Dai
pekerjaannya masih dan harus menunggu (2008) tentang hubungan antara pelatihan
instruksi profesi lain dalam perawatan terhadap kinerja perawat, menyatakan ada
pasien sehingga dapat mempengaruhi hubungan yang signifikan antara pelatihan
kebebasan perawat untuk pengambilan dengan kinerja dengan interprestasi bahwa
keputusan tentang perawatan pasien. pelatihan yang diberikan sangat
2.Pengaruh pelatihan ronde menambah ilmu pengetahuan sehingga
keperawatan terhadap kinerja
dapat meningkatkan kinerja. Hal ini
perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Royal membuktikan bahwa pelatihan
Prima Medan
berpengaruh dalam kinerja seseorang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peningkatan profesionalisme perawat
ada pengaruh pelatihan ronde keperawatan ini juga tidak terlepas dari berbagai faktor,
terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit yaitu salah satunya adalah motivasi.
Royal Prima Medan sehingga dapat Adanya motivasi tersebut diharapkan
disimpulkan bahwa pelatihan dapat perawat akan lebih semangat dan
meningkatkan kinerja perawat yang ada di bergairah dalam melaksanakan
rumah sakit. Hasil ini konsisten dengan pekerjaannya sesuai dengan prosedur dan
penelitian Aulia,dkk (2014),yang tanggung jawab serta memiliki disiplin
menemukan bahwa pelatihan mempunyai yang tinggi. Motivasi bertujuan untuk
pengaruh signifikan terhadap kinerja meningkatkan prestasi dan produktivitas
perawat rawat inap di RSUD Kabupaten kerja bawahan guna mencapai tujuan
Siak. Hal ini menggambarkan bahwa organisasi. Motivasi yang dimiliki oleh
dengan adanya pelatihan dapat seseorang berkaitan dengan upaya untuk
meningkatkan dan memperbaiki kinerja memenuhi kebutuhan, maka kuatnya
perawat. Hal ini juga diperkuat penelitian motivasi seseorang bergantung pada besar
Lumbanraja (2010), yang membuktikan atau kecilnya keyakinan dalam individu
bahwa terdapat perbedaan prestasi kerja itu sendiri bahwa dia akan berhasil dalam
perawat sebelum dan sesudah mengikuti

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 11


memenuhi kebutuhannya (Marquis & menurunkan komunikasi teraupetik
Huston,2013). perawat dengan tenaga kesehatan dan
Pelatihan ronde keperawatan yang komunikasi perawat dengan pasien
dilakukan oleh peneliti dapat sehingga motivasi perawat dalam bekerja
meningkatkan pengetahuan dan menurun secara perlahan.
keterampilan perawat terhadap asuhan Hasil penelitian ini juga diperkuat
keperawatan terlebih lagi akan penelitian Saleh (2012) mengenai
memberikan dampak pada produktivitas pengaruh ronde keperawatan terhadap
dan kepuasan kerja perawat sehingga tingkat kepuasan kerja perawat pelaksana
kinerja perawat semakin baik. Selain itu di ruang rawat inap RSUD Abdul Wahab
juga menurut peneliti, kinerja perawat Sajharinie Samarinda menunjukkan ada
meningkat karena proses ronde pengaruh yang bermakna ronde
keperawatan mampu membuat perawat kepewatan terhadap kepuasan kerja,
merasa di anggap penting, berharga dan begitu juga dengan hasil penelitian Aitken
dibutuhkan dalam pekerjaannya. Perawat et al. (2010) menunjukkan bahwa
merasa memperoleh penghargaan yang didapatkan adanya peningkatan yang
adil, mendapat pengaruh yang positif dari bermakna setelah dilakukan tindakan
rekan kerja, peningkatan prestasi dan ronde keperawatan dibandingkan
pengembangan kemampuan diri, otonomi kelompok kontrol yang tidak dilakukan
dan tanggungjawab serta tercipta ronde keperawatan.
hubungan yang baik antara kepala Pendidikan dan pelatihan
ruangan dan sesama teman kerja. berpengaruh terhadap kinerja perawat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Pendidikan dan pelatihan merupakan salah
penelitian Maliya dan Susilaningsih satu bagian terpenting dalam
(2009) menunjukkan bahwa ada pengembangan staf (Marquis & Huston,
peningkatan kinerja staf keperawatan 2013). Pendidikan dan pelatihan yang
setelah dilakukan pelatihan ronde diikuti perawat diharapkan dapat
keperawatan. Selain itu, penelitian meningkatkan kemampuan seorang
Aristyawati, Gunahariati dan Lestari perawat baik dalam pengetahuan,
(2015) melaporkan bahwa dampak tidak keterampilan maupun sikap
dilaksanakan ronde keperawatan dapat (Notoatmodjo, 2009). Perawat yang
menurunkan produktivitas kerja serta mengikuti pelatihan dapat meningkatkan

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 12


kinerjanya dalam memberikan pelayanan Prima Medan. Hal ini menunjukkan
keperawatan kepada pasien. Perawat bahwa pelatihan ronde keperawatan telah
dengan kemampuan yang baik akan dapat memberi implikasi terhadap peningkatan
melaksanakan tugas-tugasnya dengan kemampuan perawat baik dari aspek
maksimal, karena kemampuan tersebut pengetahuan maupun keterampilan
merupakan kapasitas yang dimiliki yang perawat dalam pemberian asuhan
memungkinkan orang tersebut untuk keperawatan sehingga kinerja perawat
melakukan pekerjaan yang menjadi dalam pemberian asuhan keperawatan
tanggung jawabnya. Kemampuan tersebut semakin optimal.
mencakup pemahaman tentang tugas yang
menjadi tanggung jawabnya, menguasai Saran
bidang tugasnya dengan baik, mampu Hasil penelitian ini dapat menjadi
mengambil keputusan dalam keadaan masukan bagi pihak manajemen rumah
darurat, kemampuan dalam menjalin sakit untuk menjadikan ronde
hubungan yang harmonis dengan pasien, keperawatan sebagai salah satu aspek
sesama perawat maupun atasannya dan monitoring evaluasi dalam upaya
juga kemampuan dalam menganalisis peningkatan kinerja perawat.
masalah serta pemecahan masalah sesuai
DAFTAR PUSTAKA
dengan program pelatihan yang telah di
Aitken, L. M., Burmeister, E., Clayton, S.,
dapatkan. Pendapat ini didukung oleh Dalais, C., & Gardner, G. (2010).
The impact of nursing rounds on the
Bernadin (2007) yang menyatakan bahwa
practice environment and nurse
pelatihan adalah upaya untuk satifaction in intensive care : pre-test
post-test comparative study.
mengembangkan kinerja staf dalam
International Journal of Nursing
pekerjaan atau yang berhubungan dengan Studies , 48 (2011) 918-925
Aristyawati, P., Gunahariati, N., &
pekerjaannya.
Lestari, Y. (2015). Perbedaan
motivasi kerja perawat yang
melaksanakan dan tidak
KESIMPULAN DAN SARAN
melaksanakan ronde keperawatan di
Kesimpulan RSUP. Sanglah. Jurnal
Keperawatan Jiwa, Komunitas dan
Hasil penelitian menunjukkan
Manajemen, vol 2 no.1
bahwa ada pengaruh pelatihan ronde Aulia, R. (2014). Pengaruh pendidikan
dan pelatihan kepuasan kerja dan
keperawatan terhadap kinerja perawat
kepemimpinan terhadap kinerja
dalam asuhan keperawatan di RS. Royal perawat rawat inap di RSUD

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 13


Kabupaten Siak. Jurnal Manajemen, Hasibuan, M.S.P. 2003. Manajemen
vol. VI, No.2 sumber daya manusia. Jakarta: Bumi
Bangun, R. (2012). Pengaruh gaya Aksara.
kepemimpinan transformasional Huber, D. (2000). Leadership and nursing
kepala ruang dan motivasi intrinsik care management. 2nd ed. America:
perawat pelaksana kontrak terhadap W.B. Saunders.
kinerja perawat pelaksana kontrak di Kozier, B., Erb, G., & Berman, A. (2004).
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Fundamental of nursing : concept,
Pirngadi. Medan: FKM-USU process & practice. 7th ed. New
Barker, Linsey, M., Nussbaum, Maury, A. Jersey: Pearson Prentice Hall
(2011). Fatique, performance and Kurniadi, A. (2013). Manajemen
the work environment ; a survey of keperawatan dan prospektifnya.
registered nurses. Journal of Jakarta: FKUI.
Advanced Nursing J ADV NURS, Lumbanraja, P. (2010). Pengaruh
67(6), 1370-82 pelatihan dan karakteristik pekerjaan
Beniscova. (2007). Nursing rounds and terhadap prestasi kerja perawat di
their importance from nurses and Badan Pelayanan Kesehatan RSUD
patients. Diakses melalui Langsa. Jurnal Manajemen
http://wstag.jcv.cz/ws/services/rest/k Kewirausahaan, vol.12, No. 2 : 142-
ualifikacnipra/download pada 17 155
Februari 2016. Maliya, A., & Susilaningsih, Z. (2009).
Bernardin, H.J. (2007) Human resource Pelatihan ronde kasus untuk
management: An experiential meningkatkan kinerja staf
approach.New York:McGraw-Hill keperawatan di Rumah Sakit Umum
Clement, I. (2011). Management nursing PKU Muhammadiyah Surakarta.
services and education. 1st ed. India Jurnal Warta, vol .12, No.2 : 184 –
: Elsevier 191 . ISSN 1410-9344
Copel, L. (2007). Kesehatan jiwa dan Mangkunegara, P. (2014). Evaluasi
psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC kinerja sumber daya manusia.
Dai, K. (2008). Hubungan pelatihan dan Bandung: PT. Refika Aditama
motivasi terhadap kinerja perawat Mangkunegara, P. (2014). Perencanaan
di rumah sakit pancaran kasih gmim dan pengembangan sumber daya
manado. Skripsi. Fakultas manusia. Bandung: PT. Refika
Kesehatan Manado Aditama
Daryo. (2003). Hubungan supervisi kepala Manurung, P. (2012). Pengaruh budaya
ruangan dengan kepuasan kerja kerja dan motivasi terhadap kinerja
perawat pelaksana di Ruang Rawat perawat pelaksana di Ruang Rawat
Inap RS Islam Jakarta Timur, Inap Rumah Sakit Umum Melati
Jakarta : FIK-UI Perbaungan Kabupaten Serdang
Gibson, J., Ivancevich, J., & Donally, H. Bedagai. Medan: FKM-USU
(2003). Organisasi, perilaku, Marquis, L., & Huston, J. (2013).
struktur proses. Jakarta: Binarupa Kepemimpinan dan manajemen
Aksara keperawatan : Teori dan Aplikasi.
Gillies, D. A. (1994). Nursing Jakarta : EGC
managemen: A system approach. McCabe, C. (2009) . Nurse patient
Third Edition. Philadelphia: W. B communication : an exploration of
Saunders Company. patients experiences. Journal of
Clinical Nursing 13(1) : 41 - 49

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 14


Meade, C.M., Bursell, A.L., dan Ketelsen, Triwibowo, C. (2013). Manajemen
L. (2006). Effects of nursing rounds pelayanan keperawatan di rumah
on patients’ call light use, sakit. Jakarta: CV. Trans Info
satisfaction and safety. American Media.
Journal of Nursing, 106(9), 58-71. Woolley J., Perkins, R., Laird, P., Palmer,
Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan J., Schitter, M.B., Tarter, K.,
sumber daya manusia. Jakarta: George, M., Atkinson, G.,
Rineka Cipta McKinney, K., dan Woolsey, M.
Nursalam. (2011). Manajemen (2012). Relationship-based care:
keperawatan: aplikasi dalam implementing a caring, healing
praktik keperawatan profesional. environment. MEDSURG Nursing,
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 21(3), 179-184
Nursalam & Efendi,F. (2008). Pendidikan
dalam keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012).
Nursing research: generating and
assesing evidence for nursing
th
practice. 8 ed. Australia:
Lippincott Williams and Wilkins.
PPNI. (2005). Standar praktik
keperawatan Indonesia. Jakarta:
PPNI
Profil Rumah Sakit Royal Prima Medan
tahun 2015.

Saleh, B.S., Nusair, H., Zubadi, NAL., Al-


Shloul, S. dan Saleh, U. (2011). The
nursing round system : effect of
patient’s call light use, bed sores,
fall and satisfaction level.
International Journal of Nursing
Practice, 17, 299-303.
Saleh, Z., (2012), Pengaruh ronde
keperawatan terhadap kepuasan
kerja perawat pelaksana di ruang
rawat inap RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Tesis Master
Keperawatan UI.
Siagian, S. 2000. Manajemen sumber daya
manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Studer Group (2007). Hourly rounding
supplement. Diakses melalui
http://www.mc.vanderbilt.edu/root/p
dfs/nursing/hourly_rounding_supple
ment-studer_group.pdf pada 17
Februari 2016.

JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017 - Mei 2018 | 15

Potrebbero piacerti anche