Sei sulla pagina 1di 14

SWASEMBADA KEDELAI:

ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

Self-sufficiency in Soybean: The Hope and the Reality


1 2
Gelar Satya Budhi dan Mimin Aminah
1
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161
2
Departemen Manajemen Fak. Ekonomi dan Manajemen, IPB, Jl. Kamper Kampus IPB Dramaga, Bogor 16880

ABSTRACT

This paper aims to describe the state of production and consumption of soybean, the use of technology
by farmers, and the factors supporting self-sufficiency in soybean. The main problem of the soybean economy is
the difficulty to boost production to meet the fast growing consumption. Stagnation of soybean production is due
to incompletely technology applications and the use of low quality seeds leaving a low level of productivity. The
current price of the locally produced soybean is not able to compete with the imported soybean. The factors
supporting self-sufficiency are the invention of high yield seed variety and better cultivation technology which
necessary to transfer to the farmers to achieve the same level of productivity as that in research level. However,
invention of high yield seed needs an improvement of seeds supply system, both in terms of production and
distribution. In this context, Indonesia has huge marginal land for extensification to increase soybean production,
although technology engineering for this purpose is required. The other important supporting factor is the import
tariff application for soybean with bound rate of 27 percent, although this is not currently applicable. Indonesia has
a potential crop to substitute soybean. However, efforts to promote the consumption of this alternative crop
substitution are required to gradually replace soybean in the Indonesian diet.

Key words: soybean, self-sufficiency, technology, farming, land

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan produksi dan konsumsi komoditas kedelai,
penggunaan teknologi oleh petani, serta faktor-faktor pendukung swasembada. Permasalahan utama dalam
ekonomi kedelai adalah sulitnya memacu produksi untuk memenuhi konsumsi yang meningkat dengan pesat.
Terhambatnya produksi kedelai disebabkan antara lain karena teknologi tidak digunakan sepenuhnya dan
kurangnya penggunaan benih bermutu, yang menyebabkan produktivitasnya tetap rendah. Dengan harga yang
berlaku saat ini, kedelai produksi lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai impor. Faktor-faktor yang
mendukung swasembada adalah dihasilkannya varietas kedelai yang memiliki produktivitas tinggi dan teknologi
budidaya yang lebih baik, untuk ditransfer ke petani agar dapat menyamai produktivitas di tingkat penelitian.
Namun demikian ditemukannya varietas unggul perlu didukung oleh perbaikan sistem penyediaan benih bermutu,
baik dari sisi produksi maupun distribusinya. Indonesia juga memiliki lahan yang cukup luas untuk meningkatkan
produksi kedelai di lahan marjinal, walaupun memerlukan rekayasa teknologi. Faktor berikutnya yang tidak kalah
pentingnya dalam mendukung swasembada kedelai adalah penerapan bea masuk impor yang saat ini masih
diperkenankan sampai batas 27 persen, namun saat ini tidak dimanfaatkan. Selain itu, Indonesia juga memiliki
komoditas substitusi yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti kedelai. Diperlukan promosi
diversifikasi substitusi kedelai agar secara bertahap komoditas alternatif tersebut dapat menggantikan kedelai
dalam konsumsi rakyat Indonesia.

Kata kunci: kedelai, swasembada, teknologi, usahatani, lahan

PENDAHULUAN merupakan sumber protein yang murah bagi


masyarakat Indonesia, yang telah berlangsung
sangat lama. Tanpa memproduksi dalam
Pentingnya Indonesia melakukan swa- jumlah yang memenuhi permintaan, akan
sembada kedelai sekurang-kurangnya didasar- menjadi titik lemah yang dapat berpengaruh
kan pada dua argumen. Pertama, kedelai terhadap berbagai aspek, termasuk sosial,

SWASEMBADA KEDELAI: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Gelar Satya Budhi dan Mimin Aminah

55
ekonomi dan politik. Kedua, ketidakmampuan 2015. Apabila target tidak mundur lagi, berarti
melakukan swasembada akan menghabiskan terdapat lima tahun untuk mempersiapkan
devisa, yang dapat menjadi titik lemah negara target tersebut. Untuk mencapai target dalam
dalam aspek dan spektrum yang lebih luas. jangka yang relatif pendek, diperlukan
Pemborosan devisa untuk mengimpor kedelai berbagai kebijakan yang terencana, terukur
merupakan langkah mundur, karena devisa dan operasional. Tanpa adanya program yang
dapat digunakan untuk tujuan yang lebih sistematis, baik dilakukan melalui intensifikasi
strategis dan memiliki efek pengganda (perbaikan teknologi) maupun ekstensifikasi
(multiplier effect), misalnya untuk pengemba- (perluasan lahan), target swasembada terse-
ngan manufaktur yang dapat menyerap tenaga but dipandang riskan untuk dicapai.
kerja dari sektor pertanian, dan mendukung Keragu-raguan dalam menetapkan
transformasi sektor pertanian ke sektor non target swasembada kedelai didasarkan pada
pertanian yang lebih produktif. fakta bahwa, untuk mencapai swasembada
Sampai saat ini, ketergantungan kedelai dihadapkan pada dua persoalan besar
Indonesia terhadap impor cenderung terus yang tidak kunjung terpecahkan. Di satu pihak,
meningkat. Dalam kurun waktu 1999-2004 produksi kedelai sulit untuk ditingkatkan,
misalnya, rasio ketergantungan impor (RKI), bahkan cenderung menurun, sedangkan di lain
atau proporsi impor dari total kedelai yang pihak konsumsi kedelai cenderung meningkat
tersedia di Indonesia, meningkat dari 48,49 dengan pesat, dan terkesan sulit dikendalikan.
menjadi 62,29 (Syafaat et al., 2005). Pening- Meningkatnya permintaan kedelai tidak mem-
katan yang pesat tersebut terjadi karena beri daya tarik bagi petani untuk meningkatkan
tingginya laju konsumsi dan diperkuat dengan produksi komoditas tersebut. Hal ini karena
lambatnya laju produksi. Bahaya dari keter- peningkatan permintaan langsung dipenuhi
gantungan terhadap impor terhadap kondisi oleh pasokan impor, sehingga peningkatan
sosial, ekonomi dan politik adalah pada saat permintaan tidak sempat meningkatkan harga.
volume kedelai dunia menyusut atau terjadinya Dengan tingkat harga normal dan tidak
gejolak harga. Kekhawatiran terhadap bahaya tersedianya varietas yang memiliki produkti-
tersebut telah dibuktikan pada saat terjadinya vitas tinggi, melakukan budidaya kedelai tidak
lonjakan harga kedelai dunia pada akhir tahun merupakan pilihan yang baik. Dapat dikatakan
2007, di mana harga kedelai dunia naik dari bahwa apabila impor kedelai yang dilakukan
306 dollar AS per ton pada Januari 2007 dalam rentang waktu yang demikian panjang,
menjadi 520 dollar AS per ton pada Januari tanpa direspon oleh petani untuk mensub-
2008. Harga yang dibayar oleh pengrajin stitusi impor melalui peningkatan produksi,
industri pengolahan tahu dan tempe untuk menunjukkan adanya permasalahan besar
kedelai impor di KOPTI saat itu mencapai Rp dalam upaya meningkatkan produksi kedelai.
7.500/kg, meningkat dari harga Rp 3.000/kg. Tulisan ini bertujuan untuk membuat
Lonjakkan harga tersebut sempat menghenti- deskripsi mengenai keadaan produksi dan
kan aktivitas banyak industri pengolahan konsumsi komoditas kedelai, penggunaan tek-
tempe dan tahu. nologi oleh petani, serta faktor-faktor pendu-
Dengan adanya lonjakkan harga kede- kung swasembada. Data dan informasi yang
lai tersebut, dilaporkan bahwa masyarakat digunakan dalam tulisan ini diperoleh dari
miskin yang sebelumnya sudah kekurangan berbagai referensi dan data sekunder yang
gizi semakin kekurangan protein, sehingga dikumpulkan dari berbagai sumber.
dalam jangka panjang, tingkat harga kedelai
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan menu-
runnya kualitas manusia Indonesia. Dengan SENJANG PRODUKSI DAN KONSUMSI
ujian lonjakkan harga, memaksa pemerintah KEDELAI
mencanangkan target swasembada kedelai
untuk dicapai tahun 2015. Target swasembada Data Biro Pusat Statistik menunjukkan
kedelai pernah dicanangkan untuk dicapai bahwa impor kedelai oleh Indonesia cende-
pada 2008, namun karena keadaan yang rung meningkat dengan pesat. Pada periode
dipandang tidak kondusif, target tersebut 1998-2000, volume impor kedelai meningkat
diundur menjadi 2010, dan terakhir menjadi dari satu juta ton menjadi 2,6 juta ton, namun

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 1, Juli 2010 : 55 - 68

56
kemudian menurun pada tahun 2002 menjadi karena dalam dua tahun berikutnya (2007)
1,4 juta ton. Volume impor cenderung terus produksinya mengalami penurunan menjadi
meningkat, namun pada tahun 2008 volume 593 ribu ton. Sementara itu pada tahun 2009
impor telah menurun menjadi 1, 2 juta ton. produksi kedelai meningkat lagi menjadi 925
Kendati demikian, volume impor kedelai pada ribu ton. Untuk mencapai swasembada,
tahun-tahun berikutnya diperkirakan akan produksi kedelai perlu dinaikan dua kali lipat
kembali meningkat seiring dengan meningkat- lebih dari tingkat produksi tersebut, untuk
nya jumlah penduduk dan konsumen kedelai, menutupi volume impor yang besarnya
terutama apabila tidak diimbangi kenaikan mencapai 929 ribu ton pada tahun 2009.
produksi. Proyeksi Syafaat et al. (2005) sam- Terdapat cukup banyak kendala yang
pai dengan tahun 2020 menunjukkan bahwa, dihadapi dalam upaya meningkatkan produksi
produksi kedelai akan meningkat dengan laju kedelai. Kendala utama meningkatkan pro-
0,19 persen per tahun, sedangkan konsumsi duksi kedelai adalah karena harga yang
meningkat dengan 2,36 persen per tahun. kurang menarik, dan keuntungan yang dapat
Dengan kondisi produksi dan konsumsi seperti diperoleh dari usaha tani tersebut dipandang
ini, kesenjangan antara produksi dan konsumsi kurang memadai. Oleh karena itu, dalam
akan meningkat dengan laju 3,46 persen per melakukan usaha tani kedelai petani cende-
tahun (Syafaat et al., 2005). rung menghemat pengeluaran. Dengan peng-
Dilihat dari sejarahnya, impor kedelai gunaan input yang minimal, produktivitas ta-
oleh Indonesia sebenarnya sudah terjadi sejak naman tidak dapat mencapai tingkat optimum.
tahun 1928, yaitu berasal dari Manchuria, yang Faktor lainnya yang kurang mendu-
jumlahnya 63 ribu ton/tahun (Sinar Tani 2006). kung perkembangan kedelai lokal adalah
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa sejak adanya citra yang buruk dari kedelai lokal di
82 tahun yang lalu Indonesia (yang saat itu mata pengolah kedelai, khususnya karena
pemerintah kolonial) telah membiarkan diri kandungan air yang masih terlalu tinggi.
untuk mengandalkan pemenuhan konsumsi Dengan tertekannya harga kedelai lokal
kedelai pada impor. Sejak tahun 1934 impor membuat petani tidak termotivasi untuk
dihentikan karena adanya krisis ekonomi du- menurunkan kandungan airnya dengan menje-
nia, dan kondisi ini telah memacu peningkatan mur lebih lama, dengan harapan agar harga
produksi dalam negeri, sehingga dapat ber- yang rendah diberikan pengolah kedelai
swasembada pada tahun 1950-an. Keadaan tersebut dikompensasi oleh bobot yang lebih
tersebut sebenarnya identik dengan yang besar. Sikap seperti ini dari petani kedelai
terjadi dewasa ini, di mana kesungguhan semakin memotivasi pengolah kedelai untuk
pemerintah untuk meraih swasembada terdo- menekan harga lebih rendah lagi. Dilema
rong karena lonjakkan harga yang menurun- seperti ini terus berlanjut menjadi masalah tak
kan daya beli masyarakat. Kondisi tahun 1930- berujung (vicious cycle).
an tersebut merupakan pengalaman penting
bagi Indonesia dalam upaya mencapai swa- Hasil pengamatan di sentra produksi
sembada kedelai. Akan tetapi, terdapat faktor kedelai di Kabupaten Garut menunjukkan
krusial yang semakin sulit dipenuhi saat ini, bahwa, selain harga kedelai yang kurang
yaitu lahan pertanian yang semakin berkurang, menarik, terdapat disinsentif praktis-agronomis
sehingga untuk mewujudkan swasembada dalam bercocok tanam kedelai. Salah satu
menjadi relatif lebih sulit. bentuk disinsentif adalah umur kedelai yang
relatif lebih panjang dibanding palawija lain
pada umumnya (misalnya jagung, kacang
Kendala Peningkatan Produksi panjang, kacang hijau, dan sayuran lainnya),
Keadaan kedelai Indonesia menunjuk- sehingga apabila ditanam pada musim tanam
kan bahwa produksi komoditas tersebut (MT) II (musim kemarau), memiliki risiko
cenderung terus menurun dalam periode yang kekurangan air yang lebih besar. Untuk
cukup panjang. Pada tahun 2004, produksi menghindari dari risiko kekurangan air, petani
kedelai Indonesia adalah sebesar 723 ribu ton, kedelai di daerah Cianjur lebih memilih untuk
kemudian meningkat pada tahun berikutnya memanen kedelai pada saat buah masih
menjadi 808 ribu ton pada tahun 2005. muda, yang pasarnya masih terbatas (Sosek
Peningkatan tersebut bersifat sementara, Inc dan Kantor BI Bandung, 2008).

SWASEMBADA KEDELAI: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Gelar Satya Budhi dan Mimin Aminah

57
Kurangnya benih kedelai bermutu perkebunan sawit memiliki prospek keun-
merupakan masalah yang sulit dipecahkan tungan yang lebih baik. Akibatnya, banyak
selama ini dalam meningkatkan produksi lahan tanaman pangan khususnya di pulau
kedelai. Fakta di lapangan menunjukkan Sumatera yang dikonversi menjadi perke-
bahwa upaya penyediaan benih bermutu oleh bunan kelapa sawit oleh pemiliknya.
pemerintah melalui Dinas Pertanian, umumnya Faktor pembatas berikutnya adalah
tidak dapat berjalan dengan baik. Kasus yang keadaan iklim yang dewasa ini semakin sulit
ditemukan di Kabupaten Cianjur misalnya, diprediksi. Target swasembada kedelai akan
benih kedelai yang diperbantukan kepada dihadapkan pada hambatan perubahan iklim,
petani ternyata tidak lebih baik dari benih di mana kekeringan akan melanda lebih buruk
kedelai milik petani sendiri. Bahkan benih yang dibandingkan dengan kondisi saat ini, akibat
diterima petani dijual ke pasar dan hasil adanya kenaikan suhu global (demikian juga,
penjualannya dibelikan benih lebih bermutu ramalan terjadinya badai matahari pada tahun
yang tersedia di penangkar benih. 2012-2015, yang juga akan meningkatkan
Hama dan penyakit pada kedelai yang suhu bumi, dan berpotensi menurunkan
lebih banyak dibanding palawija lain umumnya produksi pertanian secara umum). Menurut
merupakan disinsentif bagi petani dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate
menanam kedelai. Petani di daerah Karawang Change (IPCC), setiap kenaikan suhu udara 2
terpaksa melakukan pengendalian hama ulat derajat Celsius akan menurunkan produksi
secara manual untuk menghindari peng- pertanian China dan Banglades 30 persen
gunaan pestisida yang harganya mahal. pada tahun 2050 (Arifin, 2007). Kenaikan suhu
Diperlukan tenaga kerja yang banyak untuk yang bervariasi hingga tahun 2050 menye-
melakukan pengendalian seperti ini, akan babkan peningkatan kebutuhan air tanaman
tetapi mereka masih dapat melakukannya de- melalui evapotranspirasi sehingga akan
ngan mengerahkan seluruh anggota keluarga. mengurangi luas lahan yang dapat irigasi.
Dengan demikian pengeluaran dalam bentuk Dengan keadaan tersebut, diprediksi di
uang tunai dapat dihindari. Kendati demikian, Indonesia akan mengalami penurunan
beratnya melakukan budidaya kedelai mem- produktivitas padi sawah dan ladang sebesar
buat petani menghindar dari melakukan budi- 18,6 – 31,4 persen, jagung 9,6 – 17,6 persen,
daya komoditas tersebut. kedelai 13,8 – 24,2 persen dan tebu 8,2 – 15,1
Di samping permasalahan di atas, persen. Di provinsi-provinsi yang suhunya
upaya peningkatan produksi kedelai terkait meningkat itu, produksi pangan strategis
dengan beberapa faktor pembatas lainnya, tersebut akan mengalami penurunan yang
meliputi masalah ketersediaan lahan, serta berkisar 10,5 sampai 19,9 persen (Arifin,
kondisi iklim yang sulit diprediksi. Menyedia- 2007).
kan lahan untuk usaha tani kedelai merupakan Upaya untuk mencapai swasembada
tantangan yang semakin besar karena kedelai juga semakin terpengaruh oleh isu-isu
dihadapkan kompetisi lahan dengan upaya lain, antara lain isu lingkungan seperti isu
meningkatkan produksi komoditas lainnya, mengenai pertumbuhan hijau (green growth),
khususnya padi, jagung, perkebunan kelapa yang menekankan bahwa pembangunan
sawit serta industri dan pemukiman penduduk pertanian harus menjadi bagian tidak terpisah-
dan prasarana lainnya. Dampak kompetisi kan dari strategi besar keberlanjutan pemba-
penggunaan lahan terefleksi dengan jelas ngunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
ketika produksi jagung nasional tahun 2007 Peningkatan produktivitas adalah satu aspek
naik sampai 14,4 persen, beras naik 4,8 penting, tetapi efisiensi produksi pertanian per
persen, tetapi produksi kedelai malah menga- satuan sumber daya adalah aspek yang harus
lami penurunan drastis. Kedelai juga berkom- menjadi acuan bagi implementasi “pertum-
petisi dengan pengembangan perkebunan buhan hijau” sektor pertanian ke depan. Saat
kelapa sawit yang sangat gencar untuk ini, sekitar 40 persen dari produksi pangan
mencapai target perluasan. Apalagi pengem- dunia dari lahan beririgasi, yang jumlahnya
bangan perkebunan kelapa sawit didukung tidak lebih dari 18 persen total lahan pertanian.
oleh investor-investor besar, yang memiliki Di samping itu, sektor pertanian selama ini
kemampuan jauh lebih kuat, mengingat telah menggunakan sekitar 66 persen air bumi.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 1, Juli 2010 : 55 - 68

58
Diprediksikan bahwa jika tidak ada inovasi tersebut akan meningkat dan menjadi beban
teknologi produksi yang signifikan, pada 2020 dalam penyediaannya.
sistem produksi pertanian akan memerlukan Konsumsi kedelai dalam bentuk olah-
17 persen air lebih banyak dari tingkat an terus bertahan, baik di kalangan masyara-
konsumsi air saat ini (Arifin, 2010). kat ekonomi lemah sampai kalangan mene-
ngah. Bagi kalangan ekonomi lemah, tempe
Laju Konsumsi yang Tinggi dan tahu merupakan sumber protein yang
murah, sementara bagi kalangan ekonomi
Permasalahan defisit komoditas kede- menengah, selain merupakan alternatif rasa,
lai antara lain disebabkan karena tingginya laju produk olahan dari kedelai tersebut
konsumsi kedelai dibandingkan dengan laju merupakan sumber pangan yang sangat
produksi. Proyeksi yang dibuat oleh Syafaat et bermanfaat untuk kesehatan. Hasil penelitian
al. (2005) sampai dengan tahun 2020, terhadap tempe misalnya, menunjukkan
menunjukkan bahwa konsumsi kedelai me- bahwa produk olahan dari kedelai tersebut
ningkat dengan laju 2,36 persen per tahun, memiliki protein yang sangat lengkap, bahkan
jauh lebih cepat dibandingkan dengan laju tidak dijumpai pada sumber pangan lainnya.
pertumbuhan penduduk Indonesia yang besar Kedelai fermentasi, termasuk tempe meru-
hanya 1,3 persen per tahun. Peningkatan pakan makanan yang semakin terkenal di
permintaan kedelai juga disebabkan karena negara-negara maju, baik di Amerika, Eropa,
meningkatnya volume konsumsi per kapita, maupun negara-negara maju di Asia. Bahkan
sejalan dengan meningkatnya pendapatan pada tahun 1977, Michio Kushi, salah seorang
masyarakat, khususnya masyarakat berpenda- pakar makanan alami dan penyembuhan
patan rendah. Pada periode tahun 1993-2004, penyakit, dalam pidatonya di Washington D.C.
konsumsi kedelai per kapita di Indonesia kepada komite eksekutif Presiden Carter
meningkat dari 33,13 kalori/kap/hari menjadi bidang kebijakan pangan, merekomendasikan
44,93 kalori/kap/hari. Bahkan pada tahun penggunaan makanan tradisional yang berasal
2002, konsumsi kedelai penduduk Indonesia dari kedelai yang difermentasi seperti tauco
pernah mencapai 51,73 kalori/kap/hari, me- (soy sauce), miso dan tempe (Shurtleff dan
rupakan tingkat konsumsi tertinggi selama ini. Aoy, Tanpa Tahun).
Meningkatnya permintaan kedelai juga Tempe mengandung flavonoid and
disebabkan karena makin luasnya konsumen isoflavonoid, yang sangat bermanfaat untuk
kedelai baru, yang sebelumnya tidak meng- mencegah kanker dan berbagai jenis penyakit
konsumsi kedelai. Hal ini terjadi karena lainnya (Birt et al., 2001). Koswara (2006)
adanya ekspansi pedagang kedelai untuk melaporkan bahwa suplementasi diet dengan
membuka di daerah-daerah baru, yang protein kedelai akan menurunkan kolesterol
sebelumnya bukan konsumen kedelai. Pada darah dan mengurangi penyakit kronis. Hal
tahun 1950-1975 jumlah konsumen tahu dan yang menonjol dari penurunan kadar kolesterol
tempe masih terbatas pada orang Jawa, oleh suplementasi protein kedelai tersebut
Sunda, Madura dan sebagian kecil penduduk sama dengan yang disebabkan oleh obat-obat
kota-kota besar (Sinar Tani, 2006). Dewasa ini penurun kolesterol yang diproduksi secara
pengembangan usaha pabrik tahu banyak sintetik, pada situasi jumlah protein kedelai
dibangun dan hasil produksinya dijajakan yang diperlukan cukup rendah. Terapi diet
langsung sebagai jajanan, tidak hanya dapat (terapi melalui pengaturan makanan) menjadi
dilihat di daerah Jawa, akan tetapi dapat lebih efektif jika menggunakan protein kedelai
dijumpai di luar Jawa, misalnya di sepanjang dibandingkan jika hanya menggunakan ma-
perjalanan dari Banjar Baru ke Banjarmasin, kanan rendah lemak saja dalam mencegah
Kalimantan Selatan. Perluasan usaha pabrik penyakit jantung koroner. Selanjutnya
tahu di daerah-daerah yang relatif baru, Koswara (2006) melaporkan bahwa karena
memungkinkan terjadinya perluasan konsumsi mengandung isoflavon yang terdiri atas
kedelai kepada penduduk yang belum pernah genistein, daidzein dan glicitein, protein
mengkonsumsi sebelumnya. Dalam jangka kedelai dapat menurunkan risiko penyakit
panjang, sejalan dengan berkembangnya kardiovaskular dengan cara mengikatkan
penduduk, konsumsi pangan olahan kedelai profile lemak darah. Secara khusus, protein

SWASEMBADA KEDELAI: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Gelar Satya Budhi dan Mimin Aminah

59
kedelai dapat menurunkan secara nyata untuk mengembangkan produksi kedelai hitam
kolesterol total. Selain itu, kedelai dipercaya di Indonesia, sehingga sebagian kebutuhan
mempunyai sifat anti kanker, karena me- kedelai hitam dapat dipenuhi dari pasokan
ngandung senyawa inhibitor protease, phitat, lokal. Akan tetapi, dengan upaya-upaya peru-
saponin, phitosterol, asam lemak omega-3 dan sahaan tersebut untuk meningkatkan pen-
isoflavon. jualan produknya di satu pihak, serta adanya
Karena khasiatnya tersebut, promosi berbagai keterbatasan dalam memproduksi
untuk mengkonsumsi susu kedelai dilakukan kedelai di Indonesia di pihak lain, impor
dengan gencar. Keadaan seperti ini berakibat kedelai hitam tetap memiliki potensi untuk
konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia terus meningkat.
terus meningkat, walaupun sebenarnya ke-
delai segar juga memiliki dampak yang PERMASALAHAN TEKNOLOGI
merugikan bagi kesehatan. Sebagai contoh DI TINGKAT PETANI
menurut Hunter (2001), kedelai segar
mengandung banyak anti nutrisi, meskipun
pemrosesan dapat menguranginya tetapi tidak Teknologi memegang peranan penting
menghilangkannya. Kedelai segar adalah dalam upaya peningkatan produksi, bahkan
antikoagulan (substansi yang mencegah menurut Mosher (1986), teknologi harus terus
penggumpalan darah). Anti koagulan tidak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik
dapat dikembalikan oleh vitamin K, yang sebagai syarat mutlak terjadinya pemba-
sebetulnya merupakan substansi penggumpal ngunan pertanian, demikian juga dalam pe-
darah yang sangat efektif. Selain anti ngembangan kedelai. Tanpa adanya teknologi
koagulan, kedelai segar juga mengandung anti yang terus berkembang di dalam usaha tani
nutrisi, yang meliputi asam pitik (phytic acid), kedelai, maka sulit diharapkan akan terjadi
yang mengikat dan mencegah penyerapan peningkatan produksi maupun pendapatan.
mineral (seperti seng, kalsium dan magne- Mubyarto (1995 dalam Yasin 2006)
sium). Selanjutnya, kedelai segar juga me- melihat teknologi pertanian dari dua dimensi,
ngandung hemagglutinin yang juga merupakan yaitu (1) perubahan teknis (technical change),
anti nutrisi. Substansi ini dapat menggumpal- yaitu perubahan cara, baik dalam produksi
kan sel darah merah dalam darah manusia maupun distribusi yang menjurus ke arah
maupun hewan, sehingga dapat menghambat peningkatan produktivitas, dan (2) inovasi
pertumbuhan. Promosi gencar mengenai (innovation) yang lebih menjurus pada pe-
khasiat kedelai diduga merupakan cara negara nemuan cara-cara baru, baik ditemukan oleh
produsen besar kedelai untuk meningkatkan petani maupun penemu lain (petani lain atau
penjualan produknya di Indonesia, khususnya lembaga tertentu). Dengan demikian teknologi
negara-negara yang memiliki produksi tinggi yang diterapkan di pedesaan dalam rangka
(tahun 2003) seperti Amerika Serikat (83,6 juta meningkatkan produksi dan pendapatan
ton), Brazil (31,45 juta ton), Cina (24,61 juta petani, harus memperhatikan kriteria sebagai
ton), dan Argentina (19,59 juta ton) (Sinar berikut: (1) teknologi dipilih harus dapat
Tani, 2006). memenuhi kebutuhan nyata (2) dapat dinikmati
Meningkatnya konsumsi kedelai, di- oleh masyarakat setempat; (3) selaras dengan
picu juga oleh kelangkaan jenis kedelai keadaan budaya setempat; dan (4) meningkat-
tertentu yang diperlukan di Indonesia. Sebagai kan pendapatan/penghasilan petani.
contoh, penggunaan kedelai hitam oleh bebe- Di dalam budidaya kedelai umumnya
rapa perusahaan kecap memberi kontribusi petani belum menggunakan teknologi sesuai
terhadap peningkatan impor kedelai (Agrina, dengan teknologi terbaru yang ditemukan dan
2007). Walaupun porsi kedelai hanya sekitar dianjurkan oleh lembaga penelitian atau
10-15 persen dari bahan baku kecap, akan pemerintah daerah. Teknologi budidaya yang
tetapi dengan meningkatnya penjualan digunakan petani adalah teknologi diperoleh
terutama setelah perusahaan tersebut dimiliki dari sesama petani atau dari pedagang kedelai
perusahaan multinasional, kebutuhan kedelai dan sarana produksi. Salah satu penyebab
hitam meningkat sangat pesat. Perusahaan keadaan seperti ini adalah karena sistem
kecap tersebut memang telah membina petani transfer teknologi melalui penyuluhan per-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 1, Juli 2010 : 55 - 68

60
tanian saat ini tidak berjalan lagi, sehingga Sebagian melakukannya untuk mempermudah
potensi produktivitas yang sudah relatif tinggi pekerjaan dan yang lainnya untuk mendapat-
yang dicapai pada tahap penelitian sulit kan hasil yang lebih tinggi. Adanya dinamika
dicapai pada tingkat lapangan (petani). dalam penggunaan teknologi budidaya menun-
Beberapa varietas yang memiliki potensi jukkan bahwa petani masih belum merasakan
produksi 3,0 ton per hektar pada tingkat hasil yang signifikan dengan menggunakan
penelitian, baru dapat dicapai 1,2 ton per teknologi yang direkomendasikan.
hektar di tingkat lapangan. Bahkan dari hasil Masih rendahnya hasil yang dapat
penelitian di sentra produksi kedelai sekalipun dicapai petani dibandingkan hasil di tingkat
masih banyak petani yang hanya mampu penelitian disebabkan karena umumnya petani
menghasilkan 750 kg per hektar. tidak menggunakan benih berlabel (murni) dan
Dari sisi ketersediaan, paket teknologi memiliki daya tumbuh rendah. Pada dasarnya
budidaya kedelai yang disiapkan belum ter- dari teknologi yang tersedia, benih merupakan
sedia untuk daerah yang lebih spesifik. Seba- bagian teknologi yang mudah diadopsi oleh
gai contoh, paket teknologi yang disediakan di petani. Akan tetapi karena keterbatasan dana
Provinsi Jawa Barat hanya tersedia satu jenis dan kurang berfungsinya lembaga perbenihan,
paket untuk digunakan diseluruh provinsi. petani lebih memilih menggunakan benih hasil
Paket teknologi yang tersedia dipandang panen sendiri. Pada saat panen mereka
masih terlalu umum, sehingga belum tentu memisahkan biji-biji yang dianggap baik
sesuai untuk diterapkan dari satu lokasi ke sebagai benih. Kebiasaan ini berlangsung
lokasi lainnya. Petani juga lebih memilih bertahun-tahun, tanpa disadari bahwa varietas
melakukan trial and error untuk mendapatkan kedelai yang mereka tanam semakin jauh dari
teknik budidaya yang dapat memberikan hasil kemurnian dan mengalami penurunan produk-
tinggi. Oleh karena itu, observasi yang dilaku- tivitas. Selain disebabkan karena varietas
kan beberapa sentra produksi di Kabupaten kedelai yang semakin jauh dari kemurnian,
Cianjur, Sumedang dan Garut tidak dijumpai penurunan hasil juga disebabkan akibat
petani yang menerapkan mengenai paket tek- penyimpanan benih yang terlalu lama. Benih
nologi yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian kedelai merupakan benih yang sangat cepat
Tanaman Pangan Jawa Barat (Sosek Inc dan mengalami penurunan daya tumbuh, sehingga
Kantor BI Bandung, 2008). semakin lama benih disimpan, maka semakin
Kurangnya minat petani dalam meng- rendah daya tumbuhnya.
adopsi teknologi dapat disebabkan juga Benih yang digunakan petani cende-
karena keterbatasan dana. Berdasarkan hasil rung memiliki daya tumbuh yang rendah,
penelitian Saleh (2005) disimpulkan bahwa, khususnya untuk petani yang berada di daerah
dalam memilih suatu teknologi dengan dana sawah irigasi teknis di mana kedelai ditanam
terbatas, masyarakat biasanya mempertim- satu kali setahun. Penggunaan benih yang
bangkan antara lain: (1) harga paket teknologi berasal dari hasil panen sendiri cenderung
yang akan diadakan, (2) sumber dana, (3) memiliki daya tumbuh rendah, karena telah
kapasitas operasi teknologi tersebut, (4) disimpan selama dua musim. Permasalahan
kapasitas input (bahan baku) dari masyarakat, yang dihadapi dalam penyiapan atau penga-
(5) masa pakai dari jenis teknologi, dan (6) daan benih kedelai adalah viabilitas benih
kemampuan masyarakat untuk mengoperasi- kedelai yang cepat mengalami penu-
kan dan merawatnya. runan. Sering terjadi viabiltas benih kedelai
Teknologi budidaya kedelai yang di- menurun sampai kurang dari 80 persen dalam
transfer kepada petani secara intensif, di mana waktu 2-3 bulan (Purwantoro, 2009). Bahkan
dalam penerapan teknologi tersebut petani Sadjad (1980) dalam Tatipata et al. (2004)
mendapat pendampingan dari mulai pena- mendapatkan bahwa dalam waktu 3 bulan
0
naman sampai dengan panen, belum tentu pada suhu kamar 30 C, benih kacang-
pada penanaman selanjutnya mereka akan kacangan (termasuk kedelai) tidak dapat
menggunakan teknologi tersebut. Teknologi mempertahankan viabilitasnya pada kadar air
yang sudah ditransfer kepada mereka cende- 14 persen. Dalam rangka mengatasi menurun-
rung hanya diadopsi sebagian dan mengalami nya daya tumbuh benih, Dinas Pertanian
modifikasi, dengan tujuan yang beragam. mengembangkan konsep jaringan benih serti-

SWASEMBADA KEDELAI: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Gelar Satya Budhi dan Mimin Aminah

61
fikasi antar musim dan antar wilayah dilakukan, antara lain melalui transfer teknologi
(Jabalsim). Melalui cara seperti ini, dikondisi- budidaya kedelai kepada petani. Upaya-upaya
kan agar benih ditanam adalah benih yang tersebut meliputi paket teknologi pada periode
baru dipanen. Hasil panen kedelai di suatu 1970-1980 yang menitikberatkan pada varietas
daerah dikirim ke daerah lain yang akan unggul, pupuk sintetik, aplikasi pestisida. Pada
memulai penanaman, demikian seterusnya. periode 1980-1990, pemerintah melakukan
Walaupun demikian upaya seperti ini tampak- diseminasi paket teknologi berupa varietas
nya belum berjalan dengan baik, karena belum unggul, mulsa jerami, pupuk cair, pupuk
ada lembaga yang secara efektif mengatur sintetik. Sementara itu pada 1990-2000 kem-
penyediaan benih dari satu daerah ke daerah bali digelar paket teknologi, yaitu Opsus
lainnya. Selain itu, baik kualitas maupun jenis Kedelai (1990), Gemapalagung (2000) dan
kedelai di satu daerah belum tentu diminati di program pengapuran (2001) untuk varietas
daerah lainnya. unggul, mulsa, saluran drainase, pupuk sin-
Dalam upaya menyebarluaskan benih tetis. Namun, upaya-upaya tersebut belum
berlabel, pada kesempatan-kesempatan ter- mampu menstimulir sebagian besar petani
tentu pemerintah mengadakan program ban- untuk mengembangkan kedelai.
tuan benih. Akan tetapi karena lembaga Dalam rangka peningkatan produkti-
perbenihan kurang siap mendukung, seringkali vitas kedelai, upaya untuk menghasilkan benih
bantuan benih yang diberikan kepada petani berdaya hasil tinggi terus dilakukan. Dewasa
adalah justru benih yang kurang bermutu dan ini Badan Litbang Pertanian telah menghasil-
memiliki daya tumbuh rendah. Kasus yang kan benih kedelai varietas unggul berdaya
ditemukan di daerah Cianjur misalnya, ban- hasil tinggi (1,70-3,25 ton/ha). Pengembangan
tuan benih dari pemerintah sama sekali tidak varietas unggul berdaya hasil tinggi dipandang
dapat digunakan oleh petani. Sebagian petani sangat pentingnya, karena benih semacam ini
memilih untuk menjual benih bantuannya relatif mudah diadopsi oleh petani jika
untuk tujuan konsumsi, dan hasil penjualannya benihnya tersedia dekat dengan tempat tinggal
dibelikan benih yang lebih berkualitas. mereka. Hingga saat ini Badan Litbang
Pertanian telah melepas 64 varietas unggul
kedelai, sebagian di antaranya telah dikem-
FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG bangkan petani. Varietas yang dihasilkan anta-
SWASEMBADA KEDELAI ra lain memiliki biji besar (seperti Burangrang
dan Anjasmoro) sebagaimana halnya kedelai
Peningkatan produksi kedelai untuk impor, yang biasanya disukai oleh pengrajin
meraih swasembada kedelai disandarkan tempe. Penelitian yang dilakukan oleh
pada dua faktor yang paling menentukan, yaitu Balitbang Pertanian sebenarnya telah meng-
meningkatkan produktivitas dan luas tanam, hasilkan kedelai lokal yang memiliki banyak
yang harus dilakukan sekaligus. Tanpa keunggulan dibanding kedelai impor, baik dari
keduanya sekaligus, swasembada kedelai sisi kandungan protein, rendemen, dan berat
akan sulit dilakukan. Hal ini karena tingkat biji (Badan Litbang Pertanian, 2008). Akan
produktivitas yang meningkat dengan lambat tetapi penyediaan benih dalam skala besar
di tingkat petani sulit diharapkan tanpa dan tepat waktu belum mampu dilakukan, di
didukung dengan perluasan areal tanam. mana benih yang dipakai petani adalah benih
Kendati demikian, perluasan areal tanam akan yang digunakan dari musim ke musim berasal
menghadapi kendala peningkatan produkti- dari hasil panen mereka sendiri, sehingga
vitas, mengingat bahwa lahan yang sesuai lama kelamaan kemurniannya dan tingkat
untuk tanaman kedelai relatif kurang, sehingga produktivitasnya semakin menurun.
diperlukan rekayasa teknologi yang memer- Di samping menghasilkan varietas
lukan biaya mahal agar lahan yang ada sesuai unggul serta berbagai jenis teknologi budi-
untuk usaha tani kedelai. daya, Badan Litbang Pertanian juga telah
menghasilkan beberapa jenis pupuk hayati,
Penyediaan Teknologi baik sebagai dekomposer (efisiensi pupuk P
dan K) maupun sebagai inokulan yang
Upaya-upaya pemerintah untuk me- mengandung rhizobium. Bahkan sejak tahun
raih swasembada kedelai telah cukup banyak

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 1, Juli 2010 : 55 - 68

62
1996 Badan Litbang telah mengeluarkan oleh sebuah Kelompok Tani Kabul Lestari di
pupuk hayati komersial untuk kedelai, yaitu Desa Panunggalan, Kecamatan Pulokulon,
”Rhizoplus” yang kemudian diperbaiki dengan Grobogan, Jawa Tengah. Dengan mengem-
produk berikutnya yaitu ”Nodulin” serta pupuk bangkan lebih lanjut teknologi yang sudah ada,
hayati dekomposer ”Mdec” dan ”Biophos” (Las, varietas Malabar versi Grobogan dapat
2008). Penemuan ini cukup fundamental ka- berproduksi dua setengah kali lipat rata-rata
rena mampu meningkatkan efisiensi pemu- nasional (Agrina, 2008). Produktivitas kedelai
pukan N dan sekaligus pupuk P pada kedelai yang mereka usahakan dapat mencapai
hingga 100 persen dan 50 persen sehingga produktivitas 3 – 3,2 ton/ha dari luas tanam 80
lebih cocok pada tanah dengan status hara K ha. Ini berarti 2,5 kali lipat produktivitas rata-
tinggi tetapi P rendah atau tinggi. Nodulin rata nasional yang hanya 1,3 ton/ha.
mempunyai keunggulan karena dapat mening- Keberhasilan meningkatkan produkti-
katkan efisiensi pemupukan N, P, dan K vitas kedelai merupakan hasil kerja yang
(biological nitrogen - phosphorous - potassium cukup panjang, yang mulai dilakukan sejak
fertilizer) sekaligus. Nodulin dilengkapi dengan tahun 2002. Kelompok Tani Kabul Lestari
Rizobakteri pemacu tumbuh tanaman kedelai binaan Balitkabi bisa mencapai hasil optimal
yang mampu menekan kebutuhan pupuk N dengan paket teknologi penghilang sifat anti-
hingga 100 persen, P dan K hingga 50 persen, produktif tanaman subtropis serta menghidup-
cocok untuk tanah dengan berbagai status P kan kembali tekstur dan unsur hara tanah
dan K. Sementara itu Mdec dirakit untuk sejak lima tahun lalu (Agrina, 2008). Hasil
mempercepat proses perombakan bahan nyata kelompok baru diperoleh pada musim
organik residu pertanaman musim sebelumnya tanam 2004/2005, dengan produktivitas sebe-
jerami atau berangkasan kedelai. Mdec mam- sar 2,49 ton/ha. Produktivitas tersebut mening-
pu mempercepat perombakan bahan organik kat terus dari 2,91 ton/ha pada tahun tanam
sehingga dapat mempercepat ketersediaan 2005/2006 menjadi 3,032 ton/ha pada 2006/
hara kompos dan memperpendek siklus masa 2007, bahkan pada musim tanam terakhir
tanam agar dapat memanfaatkan sisa air produktivitas tertinggi mencapai 3,5 ton/ha.
musim sebelumnya (MT I atau MT II) serta
dapat menekan penyakit tular tanah (Las, Resep keberhasilan Kelompok Tani
2008). Kabul Lestari meningkatkan produktivitas
kedelai adalah diterapkannya paket teknologi
Saat ini, rata-rata produktivitas nasio- optimalisasi budidaya temuan Budi Mixed
nal kedelai baru mencapai 0,6-2,0 ton/ha di Farming (BMF). Seorang peneliti BMF,
tingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian sebelumnya melakukan riset terhadap kedelai
telah mencapai 1,7-3,2 ton/ha, bergantung varietas Malabar keluaran Balitkabi tahun
pada kondisi di lapangan (Balitkabi, 2010). 1997. Varietas ini berumur pendek, 70—75
Pada tahun 1992, produksi kedelai telah hari, tapi tanamannya tidak bercabang sehing-
mencapai 1,90 juta ton dari 1,70 juta ha areal ga jumlah polongnya sedikit. Kondisi tanaman
panen. Kemudian, produksi memperlihatkan tersebut diatasi dengan memberikan prekursor
gejala penurunan dan mencapai titik terendah hormon sitokinin hingga membentuk tiga
0,53 juta ton pada tahun 2003 dengan luas cabang dan jumlah polong meningkat hingga
panen 0,50 juta ha, yang disebabkan karena 200 persen, sehingga hasilnya mencapai 3,5
berkurangnya areal tanam. ton selama 75 hari. Padahal untuk hasil yang
Di samping teknologi yang ditemukan hampir sama, apabila ditanam di daerah
lembaga penelitian milik pemerintah, masyara- subtropis akan memerlukan waktu 135 hari
kat secara mandiri mengembangkan juga dengan produktivitas yang hampir sama.
teknologi untuk meningkatkan produksi ke- Hasil penelitian peneliti BMF tersebut
delai. Hal ini antara lain dilakukan dengan menyarankan bahwa setelah melewati faktor
mengembangkan teknologi yang sudah ada pembatas dari dalam tanaman, diperlukan
lebih lanjut, dan sebagian telah menunjukkan upaya untuk mengatasi faktor pembatas dari
keberhasilannya, walaupun belum diuji dalam luar, yaitu kondisi tropis itu sendiri. Daerah
skala yang lebih luas. Salah satu teknologi berlintang mendekati nol derajat selalu beriklim
yang cukup berhasil meningkatkan produksi panas dengan lama penyinaran matahari yang
antara lain adalah seperti yang dikembangkan pendek. Hal ini tidak menguntungkan karena

SWASEMBADA KEDELAI: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Gelar Satya Budhi dan Mimin Aminah

63
kedelai kuning sebagai tanaman asli China 2 kg/ha (Kementerian Negara Riset dan
dan Jepang subtropis butuh temperatur yang Teknologi, 2008). Dari hasil uji coba di
sejuk dengan penyinaran matahari lama, lebih berbagai daerah, produktivitas kedelai plus
dari 12 jam, agar fotosintesisnya berjalan rata-rata di atas 2 ton per hektar. Hasil uji coba
sempurna. kedelai plus di Musi Rawas, Sumatera Selatan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pada 2004, varietas Mahameru dari semula
suhu tinggi menjadikan energi fotosintesis 1,36 ton mampu menjadi 3,62 ton. Demikian
yang semestinya ke pembentukan buah di- pula, varietas Slamet dari semula 1,39 ton
bongkar lagi untuk pernapasan. Suhu tanaman menjadi 3,1 6 ton (Kementerian Negara Riset
o
tidak boleh lebih dari 32 C. Di bawah intensitas dan Teknologi, 2008).
sinar matahari yang sangat tinggi pada pukul
11.00—14.00 proses fotosintesis justru Penyediaan Benih Bermutu
terhenti. Hal ini karena untuk mengurangi
penguapan, daun menjadi layu. Stomata Untuk meraih swasembada kedelai,
tertutup dan suplai karbon terhenti, akibatnya penyediaan benih bermutu berdaya hasil tinggi
fotosintesis juga berhenti. Jumlah energi hasil dalam jumlah cukup merupakan syarat yang
fotosintesis pun turun hingga 30 persen. Hal ini harus dipenuhi. Sudaryanto dan Swastika
pulalah yang menyebabkan produktivitas (2007) dalam Suyamto (2010) menghitung
kedelai di Indonesia tidak pernah memuaskan. bahwa apabila mentargetkan produksi 2,7 juta
ton pada tahun 2014, yaitu tahun target
Sementara itu, Badan Tenaga Atom tercapainya swasembada kedelai, maka
Nasional (Batan) sudah mengupayakan diperlukan benih sebar (extension seed)
dengan mengeluarkan varietas unggulan baru sebanyak 73.200 ton. Diperlukan tiga tahap
sejak 1987, dengan potensi produktivitas produksi sebelum sampai pada tahap produksi
meningkat. Diantaranya, Muria, Tengger, benih sebar, yaitu tahap produksi benih
Meratus, hingga Rajabasa (Kementerian penjenis (breeder seed), benih dasar
Negara Riset dan Teknologi, 2008). Varietas (foundation seed) dan benih pokok (stock
terakhir, yaitu Rajabasa yang dilepas Depar- seed).
temen Pertanian sekitar 2004 dapat meng-
hasilkan 2,9 ton per hektar, dengan potensi Selain memerlukan waktu relatif lama,
hasil hingga 3,9 ton perhektar (Pusat diperlukan lembaga yang kompeten dan
Diseminasi Iptek Nuklir, 2010). Hasil penelitian bersedia untuk memproduksi setiap jenis benih
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut. Dewasa ini produksi benih masih
yang dilakukan tahun 1990, bahkan menge- mengandalkan lembaga pemerintah, karena
luarkan temuan bukan dalam bentuk varietas perusahaan benih swasta belum banyak
baru, melainkan metode meningkatkan pro- tertarik untuk memproduksi benih kedelai
duksi melalui “kedelai plus” (Anonim, 2008). dibanding memproduksi benih padi dan jagung
Kedelai plus memanfaatkan bakteri Rhizobium Suyamto (2010). Akan tetapi, untuk mempro-
untuk penambat nitrogen sehingga mengura- duksi benih dalam jumlah besar, maka peran
ngi pemakaian pupuk kimia hingga 40 persen. swasta akan sangat diperlukan. Oleh karena
itu, dalam rangka mempersiapkan penyediaan
Berdasarkan informasi yang dipublika- benih kedelai dalam jumlah besar, diperlukan
sikan Kementrian Negera Riset dan Teknologi strategi yang teruji harus dipersiapkan sejak
(2008), benih kedelai plus dihasilkan dengan sekarang. Selain itu, diperlukan penguatan
cara menginjeksikan Rhizobium (BTCC-B64) kelembagaan yang telah ada saat ini, baik
ke dalam biji kedelai (benih) pada tekanan 1 lembaga pemerintah, swasta, maupun
atmosphere. Selain keunggulan tersebut, masyarakat.
Rhizobium BTCC-B64 ini antara lain dapat
bertahan hidup dan memperbanyak diri pada Strategi produksi dan distribusi meru-
pH yang sangat rendah (pH2), dapat pakan bagian yang sangat penting, mengingat
membentuk bintil akar pada kondisi asam bahwa benih kedelai lebih rentan pada
(pH3), dapat meningkatkan nitrogen tanah kerusakan. Berkaitan dengan produksi dan
sampai 20 persen setelah penanaman, dan distribusi, jalinan benih antar lapang, musim
tidak memerlukan pupuk sama sekali bila dan wilayah merupakan konsep yang cukup
menggunakan "pupuk hara" dosis rendah atau baik untuk dikembangkan, diintegrasikan de-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 1, Juli 2010 : 55 - 68

64
ngan konsep-konsep lainnya, yang melibatkan tanah yang kurang subur karena rendah pH
semua pemangku kepentingan (stakeholder). (4,3-5,5), kandungan Al tinggi, kandungan
Pengembangan benih juga perlu mempertim- bahan organik rendah, ketersedian hara N, P,
bangkan ragam varietas yang akan diproduksi, K, Ca, dan Mg rendah, dan kemampuan tanah
untuk memenuhi selera kosumen (pasar) serta mengikat air juga rendah. Sementara itu, dari
kesesuaian dengan lahan pengembangan. segi sosial-ekonomi, masalah yang dihadapi
Sistem penyediaan benih juga dapat diinteg- dalam pengembangan kedelai pada lahan
rasikan dengan program-program lain di kering masam adalah kurangnya tenaga kerja
pedesaan, baik yang berkaitan dengan dan modal usaha tani.
peningkatan produksi, penanganan pasca Kendati demikian, kondisi tanah yang
panen dan pemasaran. kurang subur dapat diperbaiki dengan inovasi
teknologi ameliorasi, di antaranya penggunaan
Penyediaan Lahan kapur (kalsit atau dolomit) dan bahan organik,
serta pemupukan (organik, anorganik, dan
Ketersediaan lahan merupakan faktor biofertilizer seperti rhizobium) berdasarkan
yang sangat menentukan dalam upaya kondisi tanah setempat. Sementara itu,
mencapai swasembada kedelai. Selama ini pengembangan kedelai pada lahan pasang
peningkatan suatu produksi komoditas per- surut dipandang tepat apabila diarahkan pada
tanian tertentu, khususnya komoditas yang lahan potensial (tanah mineral) dengan tipe
berbasis lahan, terpaksa harus mengorbankan luapan C (lahan tidak tergenang pada pasang
lahan untuk pengembangan komoditas lain- besar, permukaan air tanah < 50 cm) dan tipe
nya. Persaingan penggunaan lahan diperkira- luapan D (lahan tidak tergenang pada pasang
kan akan terus berlanjut, apabila tidak besar, permukaan air tanah > 50 cm) Las
melakukan ekstensifikasi ke lahan-lahan yang (2008).
selama ini belum digunakan, lahan tidur dan
lahan selama ini dianggap kurang atau tidak
subur. Penerapan Bea Masuk Impor
Menurut Las (2008) sumberdaya lahan Pengaturan bea masuk kedelai impor
potensial untuk kedelai dengan berbagai merupakan salah satu faktor penting dalam
tingkat kesesuaian (produktivitas) di 18 meningkatkan produksi kedelai nasional
Provinsi utama diperkirakan lebih dari 17 juta dewasa ini. Pada prinsipnya, semakin besar
ha (dari sekitar 30 juta di seluruh Indonesia), bea masuk diterapkan, maka akan semakin
namun dengan mempertimbangkan tata guna tinggi harga kedelai yang terjadi, dan dengan
lahan dan penggunaannya untuk berbagai demikian petani akan terdorong untuk mem-
jenis komoditas lain, lahan yang tersedia untuk produksi kedelai lebih banyak. Sebagai con-
perluasan areal kedelai sekitar 5,3 juta ha toh, pada tahun 1992 harga kedelai pernah
yang terdiri dari lahan sawah 2,1 juta ha dan mencapai Rp 8.000/kg sehingga petani bergai-
lahan kering sekitar 3,3 juta. Lahan kering rah mengembangkan komoditas tersebut yang
terdiri lahan kering masam sekitar 1,7 juta ha dampaknya produksi nasional naik 300 persen
dan lahan kering tidak masam 1,5 juta ha. dari tahun 1988 dari sekitar 600 ribu ton (SPI,
Provinsi yang paling potensial untuk 2009). Akan tetapi, dengan diterapkannya
peningkatan luas areal tanaman kedelai pada peraturan WTO (World Trade Organization)
lahan sawah adalah di Jawa Timur, Jawa untuk menurunkan bea masuk kedelai impor,
Tengah, NTB, Sulsel, dan NAD, terutama pada petani menjadi tidak bergairah untuk menanam
lahan sawah. Sedangkan untuk perluasan kedelai karena tidak mampu bersaing dengan
areal di lahan kering adalah Papua, Lampung, kedelai impor yang lebih murah.
Sultra, Jambi, Sumbar, NAD, dan Sumsel. Disamping tekanan negara maju untuk
Pada lahan rawa pasang surut dan lebak di melakukan penetrasi pasar ke negara-negara
Sumsel, Lampung, Kalsel, Kalbar dan Kalteng. berkembang melalui WTO, penentuan harga
Didasarkan pada hasil kajian yang kedelai tidak terlepas dari kebijakan peme-
dilakukannya, Las (2008) berpendapat bahwa rintah untuk mencari keseimbangan antara
pengembangan kedelai pada lahan kering produsen dan konsumen. Harga yang ditentu-
masam akan dihadapkan kepada kondisi kan didasarkan pada pertimbangan agar harga

SWASEMBADA KEDELAI: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Gelar Satya Budhi dan Mimin Aminah

65
kedelai cukup bergairah bagi petani untuk hanya terfokus pada peningkatan produksi
melakukan produksi, tetapi tetap dapat dijang- untuk memenuhi permintaan. Pengalaman
kau konsumen, yang umumnya masyarakat selama ini, pendekatan melalui peningkatan
menengah ke bawah. Apabila harga kedelai produksi terbentur pada berbagai persoalan
dipandang terlalu rendah, maka akan menu- seperti lambatnya peningkatan produktivitas di
runkan minat petani untuk melakukan pena- tingkat petani, perluasan lahan yang memer-
naman. Di lain pihak, apabila harga kedelai lukan biaya besar karena sebagian besar la-
dipandang terlalu tinggi, maka dikhawatirkan han yang tersedia tidak cocok untuk tanaman
sumber protein bagi masyarakat bawah sema- kedelai, serta harga yang tidak menarik. Oleh
kin tidak terjangkau. Dengan demikian, penen- karena itu, selain melalui pendekatan diver-
tuan harga kedelai melalui mekanisme pene- sifikasi produksi dan konsumsi perlu dilakukan
tapan bea masuk merupakan permasalahan dengan mengembangkan dan mempromosi-
yang cukup sulit bagi pengambil kebijakan. kan komoditas lain yang sejenis dengan
Adanya keinginan pemerintah untuk kedelai, seperti kacang tunggak, koro, gude
berpihak kepada produsen dan konsumen dan kacang lainnya.
ditunjukkan dengan keengganannya untuk Sampai saat ini kedelai hitam hanya
menerapkan batas maksimum bea masuk digunakan untuk membuat kecap, karena
(bounded tariff) kedelai. Sebelum terjadi masyarakat belum terbiasa membuat tempe
lonjakan harga kedelai pada akhir tahun 2007 dan tahu dari jenis kedelai tersebut. Diperlukan
dan 2008, pemerintah menerapkan bea masuk upaya pemasyarakatan yang intensif agar
10 persen, walaupun bea masuk tertinggi yang jenis kedelai ini secara bertahap dapat
diperkenankan adalah 27 persen. Bahkan menggantikan sebagian kedelai kuning. Jenis
setelah terjadinya lonjakan harga kedelai kedelai ini sudah dikembangkan dan telah
dunia, pemerintah memutuskan untuk membe- dapat mencapai produktivitas yang tinggi.
baskan bea masuk. Bahkan untuk memastikan Sebagai contoh kedelai hitam varietas Mallika
bahwa masyarakat masih mampu menjangkau yang memiliki potensi produktivitas 3 ton/ha,
sumber protein mereka (produk olahan telah mampu menghasilkan riil 2,7 ton/ha di
kedelai), pabrik tahu dan tempe mendapat lapangan Suyamto (2010). Mallika merupakan
subsidi sebesar Rp 1.000/kg, untuk kedelai varietas terbaru yang dirilis Kemtan pada 7
yang mereka beli. Februari 2007. Dengan dirilisnya Mallika, maka
Walaupun demikian, langkah peme- kini terdapat dua jenis kedelai unggul nasional
rintah untuk membebaskan bea masuk kedelai melengkapi varietas Cikuray yang dilepas
dipandang tergesa-gesa, karena dengan tahun 1992. Selain Mallika, masih terdapat tiga
terjadinya kenaikan harga kedelai dunia dapat varietas lainnya yang berpotensi dapat dikem-
memberi kesempatan kepada petani untuk bangkan dengan baik, untuk mensubstitusi
menikmati keuntungan yang cukup tinggi. konsumsi kedelai kuning yang selama ini
Keuntungan yang tidak pernah mereka dikonsumsi masyarakat. Kedelai hitam nasio-
diperoleh selama ini dalam kondisi normal. nal lainnya hanya ada varietas Cikuray, yang
Demikian juga, dengan pertimbangan bahwa dilepas pemerintah pada 1992
sebagian besar penduduk Indonesia merupa- Kacang tunggak, koro, dan kacang
kan petani miskin, yang berperan sebagai gude merupakan kacang sejenis kedelai yang
produsen dan konsumen kedelai, memperta- dapat diolah menjadi tempe, bahkan memiliki
hankan bea masuk 10 persen dipandang lebih nutrisi hampir sama dengan kedelai, namun
tepat. Selain itu, melonjaknya harga dunia juga potensi ini seolah tidak tersentuh. Kacang
merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk tunggak berpotensi mensubstitusi kedelai
meraih swasembada kedelai dan melakukan karena jenis kacang ini toleran terhadap
penghematan devisa, yang selama ini banyak kekeringan sehingga umumnya ditanam di
digunakan untuk melakukan impor kedelai. lahan kering pada musim kemarau atau di
lahan sawah setelah padi. Potensi hasil
kacang tunggak cukup tinggi, mencapai 1,5-
Potensi Komoditas Alternatif 2,0 t/ha, bergantung varietas, lokasi, musim
Upaya untuk meraih swasembada tanam, dan teknologi budi daya yang
kedelai diperkirakan akan sulit dicapai, apabila diterapkan. Kacang tunggak banyak dibudi-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 1, Juli 2010 : 55 - 68

66
dayakan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, kat teknologi yang cukup menjanjikan, berupa
Nusa Tenggara Barat, sebagian Kalimantan, varietas kedelai yang memiliki produktivitas
Sumatera, Maluku, dan Papua. tinggi, teknologi untuk meningkatkan spektrum
Kacang tunggak biasanya dibudidaya- pengembangan, ekstensifikasi lahan masih
kan secara tumpang sari dengan tanaman memungkinkan dilakukan, upaya penyediaan
pangan lain, seperti palawija. Varietas yang benih bermutu, serta penerapan bea masuk
ditanam biasanya lokal. Varietas unggul ka- kedelai impor masih memungkinkan diterap-
cang tunggak seperti KT1-KT9 belum banyak kan sampai batas 27 persen. Namun demi-
dikenal karena belum adanya perhatian kian, upaya untuk meraih swasembada kedelai
khusus terhadap kacang tunggak. Saat ini diperkirakan akan sulit dicapai, apabila hanya
harga kacang tunggak di tingkat petani terfokus pada peningkatan produksi untuk
berkisar antara Rp 3.500-4.000/kg, hampir memenuhi permintaan. Oleh karena itu, diver-
sama dengan harga kedelai lokal. Harga sifikasi produksi dan konsumsi perlu dilakukan
menurun saat panen raya. Tiap 100 g biji tua secara bersamaan, sehingga pemenuhan
kacang tunggak mengandung 22 g protein, 1,4 pasokan dari dalam negeri dapat relatif lebih
g lemak, 60,1 g karbohidrat, 6,8 g serat, dan mudah dilakukan. Untuk tujuan tersebut,
3,5 g abu. Kacang tunggak dapat diolah Indonesia juga memiliki komoditas substitusi
seperti halnya kedelai, yaitu sebagai bahan yang sangat potensial untuk dikembangkan
baku tempe, kecap, tauco, tahu, tepung sebagai pengganti kedelai.
komposit, isolat, dan konsentrat protein. Dengan fakta di atas, pendekatan pe-
Bentuk/ukuran dan warna biji kacang tunggak ningkatan produksi dan diversifikasi konsumsi
bervariasi, bergantung pada varietas. Jenis merupakan pendekatan yang sangat strategis,
kacang ini memiliki nama yang berbeda- beda yang perlu dilakukan sekaligus. Dalam rangka
di beberapa daerah, seperti kacang tolo atau pelaksanaan peningkatan produksi, replikasi
kacang merah di Jawa, kacang garuda di dan peningkatan skala hasil percobaan perlu
Kalimantan Selatan, dan kacang antap atau dilakukan di banyak lokasi, agar teknologi
kacang pramuka di NTB. yang tersedia lebih spesifik dan mudah
diakses oleh petani. Diperlukan upaya transfer
teknologi yang lebih intensif dan efektif,
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN sehingga teknologi budidaya yang sudah
ditemukan dapat diadopsi oleh petani. Sebagai
Meraih swasembada kedelai merupa- pendekatan pengurangan konsumsi, diperlu-
kan pilihan yang strategis, karena impor dalam kan promosi diversifikasi konsumsi kedelai
jumlah yang sangat besar akan mengganggu agar secara bertahap komoditas alternatif
stabilitas sosial, ekonomi maupun politik tersebut dapat menggantikan kedelai.
negara. Apabila kedelai yang diperlukan dapat
dipenuhi dari produksi dalam negeri, maka DAFTAR PUSTAKA
devisa yang ada dapat dipergunakan untuk
tujuan lain yang lebih bermanfaat. Perma-
salahan utama dalam ekonomi kedelai adalah Agrina. 2008. Kedelai Malabar versi Grobogan
adanya fakta bahwa produksi dalam negeri Produksi Riil 3 ton/ha.
sulit untuk dipacu, padahal di lain pihak laju Agrina. 2007. Varietas Baru Kedelai Hitam
konsumsi terjadi sangat cepat. Terhambatnya Diluncurkan. http://www.agrina-online.com
produksi kedelai antara lain disebabkan download tanggal 6 April 2010.
karena penggunaan teknologi tidak dilakukan Anonim. 2008. Saatnya Melirik Kedelai Plus.
sepenuhnya dan penggunaan benih yang http://www.infoanda.com download tanggal
kurang bermutu, yang menyebabkan produk- 9 Juni 2010
tivitasnya tetap rendah, sehingga dengan Arifin, B. 2007. Kekeringan dan Keterlambatan
harga yang berlaku saat ini kedelai produksi Adaptasi (Analisis Ekonomi Kompas, Senin
lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai 13 Agustus 2007).
impor. Arifin, B. 2010. Sidang OECD dan “Pertumbuhan
Dalam upaya mendukung swasem- Hijau” (Analisis Ekonomi Kompas, Senin 1
bada, Indonesia telah menemukan seperang- Maret 2010).

SWASEMBADA KEDELAI: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Gelar Satya Budhi dan Mimin Aminah

67
Badan Libang Pertanian. 2008. Mutu Kedelai Saleh. 2005. Teknologi Tepat Guna, Masyarakat
Nasional Lebih Baik dari Kedelai Impor. dan Kebudayaan. YB3M, Yogjakarta.
http://www.litbang.deptan.go.id download Shurtleff, W dan A. Aoyagi. Tanpa Tahun. The
tanggal 6 Juli 2010. Book of Tempeh a Cutured Soyfood.
Balitkabi. 2010. Inovasi Teknologi Kedelai Menuju Second Edition. Ten Speed Press.
Swasembada Kedelai Tahun 2014. Berkeley. Toronto.
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id Sinar Tani, 17-23 Mei 2006.
download tanggal 6 Juli 2010.
Sosek Inc dan Kantor BI Bandung. 2008. Perspektif
Birt, D.F., S. Hendrich, dan W. Wang. 2001. Dietary Pengembangan Komoditas Kedelai di
agents in cancer prevention: flavonoids Jawa Barat. Kerjasama Sosek Inc dan
and isoflavonoids. Pharmacology & Kantor Bank Indonesia Bandung.
Therapeutics. Elsevier Science Inc. Iowa,
USA. http://www.fshn.hs.iastate.edu SPI (Serikat Petani Indonesia). 2009. Pandangan
download tanggal 6 April 2010. Petani atas Kebijakan Pertanian Pemerin-
tah Tahun 2008. http://www.spi.or.id
Hunter , B.T. 2001. The Downside of Soybean download tanggal 4 Juli 2010.
Consumption. NOHA NEWS, Vol. XXVI,
No. 4, Fall 2001, page 3. Suyamto. 2010. Penyediaan Benih Bermutu
Mendukung Swasembada Kedelai. Sinar
Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2008. Tani, 17-23 Februari 2010
Keuntungan Varietas Kedelai Lokal. http://
www.indonesia.go.id download tanggal 30 Syafa’at. N., P.U. Hadi, D.K. Sadra, E.M. Lokollo, A.
Juni 2010. Purwoto, J. Situmorang, dan F.B.M.
Debukke. 2005. Proyeksi Permintaan dan
Koswara, S. 2006. Isoflavon, Senyawa Multi- Penawaran Komoditas Utama Pertanian.
Manfaat dalam Kedelai. http://www. Laporan Akhir Penelitian. Proyek/Bagian
ebookpangan.com download tanggal 27 Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian
Maret 2010 Partisipatif (The Participatory Development
Las, I. 2008. Potensi dan Inovasi Teknologi of Agricultural Technology Project/PAATP).
Sumberdaya Lahan Menuju Swasembada Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kedelai. http://soil-climate.or.id download Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
tanggal 9 Oktober 2008. Tatipata, A., P. Yudoyono, A. Purwantoro, dan W.
Mosher, A.T. 1986. Menggerakkan dan Membangun Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek
Pertanian. Yasa Guna, Jakarta. Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih
Purwantoro. 2009. Percepatan Penyebaran Varietas Kedelai dalam Penyimpanan. Ilmu
Unggul Melalui Sistem Penangkaran Per- Pertanian Vol.11 No.2, 2004:76-87.
benihan Kedelai di Indonesia. http:// Yasin, M. 2006. Beberapa Faktor yang Mempe-
balitkabi.litbang.deptan.go.id download ngaruhi Tngkat Penerpan Teknologi dan
tanggal 8 Juni 2010. Produktivitas Tambak Udang Windu di
Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, 2010. Kedelai Kabupaten Parigi Moutong Provinsi
Varietas Unggul Baru Hasil Pemuliaan Sulawesi Tengah. Thesis. Program Pasca
Mutasi Radiasi. www.infonuklir.com Sarjana Universitas Padjadajaran.
download tanggal 8 Juni 2010. Bandung.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 1, Juli 2010 : 55 - 68

68

Potrebbero piacerti anche