Sei sulla pagina 1di 107

Hydraulic

SASARAN i

I. Dasar-Dasar Hidrolik 1
I.1 Penggunaan Cairan Dalam Sistem Hidrolik 1
I.2 Hukum Pascal 2
I.2.1 Formulasi Pascal 3
I.2.2 Keuntungan Mekanis 5
I.3 Orifice 6
I.3.1 Oil Flow ke Tangki di Blok 7
I.3.2 Type Dasar Circuit 8

II. Komponen-Komponen Hydraulic 10


II.1 Tangki Hidrolik 10
II.1.1 Komponen Oil Tank 10
II.1.2 Jenis Hydraulic Tank 11
II.1.3 ISO Simbol 13
II.1.4 Fungsi dari Hydraulic Fluid (Oil) 13
II.1.5 Viscosity (Kekentalan) 15
II.1.6 Viscosity Index 16
II.1.7 Petroleum Oil 16
II.1.8 Fluida Tahan Api 16
II.1.9 Oil Life 17
II.2 Hydraulic Pump 18
II.2.1 Positive Displacement Pump 19
II.2.1.1 Gear Pump 20
A. Gear Pump Flow 21
B. Gear Pump Force 21
C. Pressure Balance Plate 22
D. Gear Pump with Pocket 23

1
II.2.1.2 Vane Pumps 24
A. Vanes 25
B. Flex Plates 25
C. Vane Pump Operation 26
D. Balanced Vane Pump 27
E. Variable Vane Pump 28
II.2.1.3 Piston Pumps 28
A. Straight Housing Axial Piston Pump 29
B. Radial Piston Pump 31
II. 2.2 Non-Positive Displacement Pump 34
II.2.2.1 Centrifugal Impeller Pump 34
II.3 VALVE 35
II.3.1 Pressure Control Valve 35
II.3.1.1 Relief Valve 36
A. Simple Relief Valve 36
B. Pilot operated Relief valve, CLOSE Position 37
II.3.1.2 Sequence Valve 41
II.3.1.3 Pressure Reducing Valve 43
II.3.1.4 Pressure Differential Valve 45
II.3.2 Directional Control Valve 48
II.3.2.1 Spool Valve 48
II.3.2.2 Rotary Valve 54
II.3.2.3 Check Valve 55
II.3.2.4 Pilot Operated Check Valve 56
II.3.2.5 Make-up Valve 59
II.3.2.6 Solenoid Actuated Control Control Valve 60
A. Air gap Solenoid 60
B. Wet Armature Solenoid 61

III. I S O SYMBOL 67
III.1 Introduction 68

2
III.1.1. Pandangan Umum 68
III.1.2. Ruang Lingkup dan Tujuan 69
III.2. Aturan-aturan Symbol 69
III.3 Konduktor, Fluid 72
III.4 Penyimpan Energi dan Penyimpan Fluida 74
III.5 Fluid Conditioner 75
III.6 Cylinder 76
III.7 Controls 77

IV. Load Sensing/ Pressure Compensated 78


IV.1 Basic System (Open Center) 79
IV.1.1 Relief Valve 79
IV.2 Pressure Compensation (Close Center System) 82
IV.3 Load Sensing (Close Center System) 86

3
Hydraulic

Objectives:

Upon completion of the course the trainee will be able to:


1. Define the term hydraulics.
2. Describe in writing Pascal’s Law (relationship between pressure force and
area) and Calculate force or area when given required values (F = P X A).
3. List the component of basic hydraulic system, including: fluid, tank,
pump, directional valve, relief valve, cylinder, and lines.
4. State to type of fluid pump including positive displacement and non-
positive.
5. State the three basic type of pump including gear pump, vane pump,
and piston pump.
6. List the type of hydraulic valve including directional, flow and pressure
control valve.
7. List the type of hydraulic actuator, such as: hydraulic motor and
hydraulic cylinder.
8. State the flow and function of component using a graphic fluid symbol.
9. Describe the hydraulic load sensing and pressure compensated system.
10. Draw hydraulic circuit using ISO symbol.
11. Describe the hydraulic system operation of D6H.
Describe the hydraulic contamination control procedures.

4
Hydraulic

I. Dasar-Dasar Hidrolik
Sistem hidrolik mempunyai peran sangat penting dalam operasi alat
berat. Prinsip-prinsip dasar hidrolik digunakan ketika merancang dan
mengoperasikan sistem hidrolik untuk implement, sistem steering, sistem
brake, dan sistem power train. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak
terlepas dari peralatan yang memanfaatkan prinsip-prinsip dasar hidrolik,
misalnya: dongkrak dll.
Prinsip-prinsip hidrolik berlaku ketika menggunakan cairan yang
bertekanan untuk melakukan kerja. Untuk itu ada beberapa hukum yang harus
dipahami dan akan dijelaskan pada pembahasan berikut.

I.1 Penggunaan Cairan Dalam Sistem Hidrolik

Gb. 1.1 Zat Cair

Beberapa alasan mengapa menggunakan zat cair dalam sistem hidrolik:


 Cairan mengikuti bentuk wadah (tempat) dimana cairan itu berada.
Ruang atau volume yang ditempati oleh zat cair tadi dinamakan
“displacement”.
 Zat cair tidak dapat dimampatkan (non-compressible)

2
 Zat cair meneruskan tekanan ke semua arah (lihat gambar 1), zat
cair akan mengikuti bentuk dari wadah. Zat cair mengalir ke segala

arah melalui pipa-pipa dan hose dalam berbagai ukuran dan bentuk.
Gb. 1.2 Zat Cair Tidak Bisa Dimampatkan

Dibandingkan dengan zat lain sebagai contoh gas, jika ditekan gas
mempunyai ruangan yang lebih kecil dan displacement-nya menjadi berkurang.
Itulah sebabnya zat cair (cairan) sangat cocok digunakan dalam sistem hidrolik.

Gb. 1.3 Gas yang Dimampatkan

I.2 Hukum Pascal


Menurut hukum Pascal, “Tekanan yang bekerja pada suatu zat cair
pada ruangan tertutup, akan diteruskan ke segala arah dan menekan
dengan gaya yang sama pada luas area yang sama”. Artinya, gaya yang
bekerja di setiap bagian dari hidrolik oil system akan meneruskan tekanan yang
sama ke segala arah di dalam sistem.

6
Gb. 1.4 Hukum Pascal

Contoh soal
Seperti contoh yang terdapat pada gambar di atas, 500 Pound gaya yang
bekerja pada piston kecil dengan jari-jari 2 inchi, menghasilkan tekanan
sebesar 40 Pound per Square Inch (Psi). Tekanan yang sama akan mampu
mendukung piston besar dengan jari-jari 3 inchi dengan berat beban 1130
Pound. Dengan rumus yang sederhana berdasarkan hukum Pascal, dapat
dijelaskan hubungan antara gaya (Force), Tekanan (Pressure) dan Luas
penampang (Area).

I.2.1 Formulasi Pascal


Force (gaya) adalah sesuatu yang menyebabkan benda diam menjadi
bergerak, benda yang bergerak lurus menjadi berbelokdan sebagainya.
Gaya biasanya dinyatakan dalam:
 Pounds (Lbs)
 Kilogram (Kg)
 Newton (N)

Pressure (Tekanan), adalah gaya yang bekerja pada setiap satuan luas
penampang. Pressure biasanya dinyatakan dalam:

7
 Pounds per Square Inch (Psi)
 Kilogram per Centimeter Persegi (Kg/Cm²)
 KiloPascal (Kpa)

Area (Luas penampang/permukaan), biasanya dinyatakan dalam:


 Square Inch (Inch²)
 Millimeter persegi (mm²)
 Centimeter persegi (mm²)

Gb. 1.5 Formulasi Pascal

Luas permukaan yang berbentuk lingkaran dapat dihitung dengan rumus


berikut: Area =   r²
Jika jari-jari lingkaran (r) adalah 2 inch, maka:
A = 3,14  2  2
A = 12,5 inch²
Dengan mengetahui luas area, dapat diketahui berapa besar tekanan yang
mampu mengangkat beban yang ada. Jika gaya sebesar 500 Pound bekerja
pada area 12,5 inch², tekanan yang terjadi adalah 40 psi.

Tekanan dapat diketahui dengan rumus:


P=F/A
P = 500 lbs/12,5 inch²
P = 40 psi

8
Dengan demikian besar gaya yang bisa ditopang oleh piston yang besar adalah:
F=PA
P = 40 psi

A = belum diketahui (r = 3 inch) F = 40  28,26


A =   r² F = 1130 psi
A = 3,14  3  3
A = 28,26 inch²

I.2.2 KEUNTUNGAN MEKANIS


Gambar 1.6 menunjukkan bagaimana zat cair dalam sebuah sistem
hidrolik menimbulkan keuntungan secara mekanis. Semua cylinder dalam
keadaan tersambung, dan semua ruangan terisi dengan zat cair (oli) sebelum
sistem diberikan tekanan. Cylinder dihitung dari kiri ke kanan.

Gb. 1.6 Zat Cair menimbulkan Keuntungan Mekanis

Pada saat menghitung pressure di dalam sistem, digunakan dua valve


dari cylinder ke dua dari sebelah kiri.
Rumus yang digunakan adalah:

Pressure = Force : Area

9
Pressure = Force
Area

Pressure = 50 lbs = 50 psi


1 in²

Sekarang sudah didapatkan pressure yang ada di dalam sistem sehingga


bisa dihitung force dari load untuk cylinder satu dan tiga dan piston area untuk
cylinder 4. Hitung load pada cylinder satu dan tiga dengan menggunakan
rumus: Force sama dengan Pressure kali Area (Force = Pressure  Area).
Hitung cylinder nomor empat piston area dengan menggunakan rumus: Area
sama dengan Force dibagi Pressure (Area = Force : Pressure ).

Jawaban:
Load pada cylinder 1 adalah 250 lbs, load pada cylinder 3 adalah 150
lbs, sedangkan Area pada piston nomor 4 adalah 2 in².

I.3 Orifice
Berbicara masalah hidrolik, hal yang umum dipakai adalah istilah “ Pump
Pressure” (Tekanan Pompa). Tetapi perlu diingat bahwa pompa tidak
menghasilkan pressure. Pompa hanya menghasilkan ‘Flow’ (aliran
fluida/oli). Jika flow-nya dihambat, maka akan timbul pressure.
Pada gambar 7.a pump flow yang melalui pipa adalah 1 GPM (Gallon Per
Minute). Pada gambar tersebut, tidak ada hambatan untuk mengalir melalui
pipe. Oleh sebab itu pembacaan pressure adalah 0 (zero) untuk kedua gauge.

10
Gb. 1.7a Tanpa Orifice dan Gb. 1.7b Ada Orifice
Orifice menimbulkan hambatan terhadap pump flow. Pada saat oli
mengalir melalui sebuah orifice, maka akan timbul pressure pada sisi up stream
dari sebuah orifice (pressure yang diukur pada ruangan sebelum orifice.
Pada gambar 8.b, ada sebuah orifice di dalam pipa di antara kedua gauge.
Gauge pada sisi up stream dari orifice menunjukkan bahwa pressure 207 kPa
(30 psi) diperlukan untuk mengirim flow sebesar 1 GPM melalui sebuah orifice.
Tidak ada hambatan pada oli untuk mengalir setelah orifice. Itu sebabnya
gauge pada sisi down stream (ruangan setelah orifice) menunjukan 0 (zero)
kPa/psi.

I.3.1 Oil Flow ke Tangki di Blok

Gb. 1.8 Oil Flow ke Tangki di Blok

Pada saat ujung dari pipa output-nya di plugged (blok), maka oil flow
yang menuju ke tangki juga di-blok. Positive displacement pump akan terus
memompa oli pada 1 GPM dan mengisi pipa-pipa saluran. Pada saat pipa-pipa-
nya terisi, hambatan terhadap flow yang mengalir ke pipa akan menghasilkan
pressure. Pressure yang ditimbulkan sama dengan Hukum Pascal yang
menyatakan bahwa ‘pressure yang bekerja pada suatu ruangan zat cair akan

11
diteruskan ke segala arah sama besar untuk masing-masing unit area yang
sama’. Nilai pressure dari kedua gauge adalah sama.
Pressure akan terus naik sampai pump flow di alihkan ke circuit yang lain
atau ke tangki. Hal semacam ini biasanya dilakukan oleh relief valve.
Jika total pump flow tidak dialihkan ke circuit yang lain, pressure di
dalam sistem akan terus naik dan menyebabkan kerusakan sistem tersebut
(meledak/jebol).

I.3.2 Type Dasar Circuit


Ada dua type dasar dari circuit, yaitu: Series dan Parallel.

Gb. 1.9 Hambatan Serie

Pada gambar di atas, pressure 620 kPa (90psi) diperlukan untuk


mengalirkan 1 GPM oli melalui circuit.
A. Hambatan Serie
Orifice atau relief valve yang dirangkai serie pada hidrolik circuit akan
menimbulkan resistance (hambatan) yang mirip dengan resistor yang
dirangkai serie pada circuit electric dalam mana oil harus mengalir melalui
masing-masing resistance. Total resistance sama dengan jumlah dari
masing-masing resistance.
B. Hambatan Parallel

12
Dalam sebuah sistem dengan circuit parallel, pump oil akan mempunyai
prioritas untuk mengalir melalui resistance yang paling kecil lebih dahulu.
Pada gambar di bawah pompa men-supply oli ke tiga circuit parallel. Circuit
tiga mendapatkan prioritas yang paling rendah. Circuit satu mendapatkan

prioritas yang paling tinggi (lihat besarnya tension/tekanan spring pada


masing-masing check valve).
Gb. 1.10 Hambatan Pararel

Pada saat oil flow mengisi saluran di sebelah kiri dari ke-tiga valve, pump oil
pressure naik ke 207 kPa (30 psi). Pump oil pressure akan membuka valve
pada pada circuit satu dan oli akan mengalir melaluinya.
Pada saat circuit satu sudah terisi, pump oil pressure mulai naik. Pump oil
pressure naik sampai 414 kPa (60 psi) dan membuka valve pada circuit dua.
Pump oil pressure tidak dapat terus naik sampai circuit dua ter-isi penuh.
Pump oil pressure harus melebihi 620 kPa (90 psi) untuk membuka valve
pada circuit tiga.
Harus ada sistem relief valve di salah satu circuit atau di pompa untuk
membatasi maksimum pressure di dalam sistem.

13
Hydraulic

II. Komponen-Komponen Hydraulic


II.1 Tangki Hidrolik
II.1.1 Komponen Oil Tank
Fungsi utama dari hydraulic oil tank adalah untuk menyimpan oli. Akan
tetapi oil tank juga mempunyai beberapa fungsi lain. Oil tank harus bisa
menyerap panas dan memisahkan udara dari oli.

Gb. 2.1Tangki Hidrolik

Oil tank harus cukup kuat, punya kapasitas yang cukup dan bisa
memisahkan kotoran-kotoran. Hydraulic oil tank biasanya tertutup, tetapi tidak
selalu.
Komponen oil tank seperti terlihat pada gambar di atas:
 Fill Cap, menjaga kotoran masuk lewat lubang yang dipakai untuk
mengisi dan menambahkan oli ke dalam tangki serta
menjaga/menutup pressurizes tank.
 Sight glass, digunakan untuk meng-check level/permukaan dari oli.
Level oli seharusnya di-check saat oli masih dalam keadaan dingin.
Level oli akan benar bila permukaanya di tengah-tengah sight glass.

14
 Supply dan Return Lines, Supply lines (hose menuju pompa)
memungkinkan oli mengalir dari tangki ke sistem. Return lines (saluran
kembali) memungkinkan oli mengalir dari sistem ke tangki.
 Drain, terletak di bagian bawah tangki. Drain (saluran pembuangan)
digunakan untuk membuang oli lama dari tangki. Saluran drain juga
memungkinkan air dan endapan lain dalam oli dibuang.

II.1.2 Jenis Hydraulic Tank


Dua macam hydraulic tank adalah Pressurized dan Vented (Non-
Pressurized).

Gb. 2.2 Pressurized Tank

A. Pressurized Tank, pressurized tank itu tertutup sama sekali. Atmospheric


pressure (tekanan udara luar) tidak akan mempengaruhi pressure yang ada
di dalam tangki. Sebagaimana oli mengalir melalui sebuah system, oli akan
menyerap panas dan mengembang. Oli yang mengembang ini akan
menekan udara yang ada di dalam tangki. Udara yang tertekan ini akan
mendorong oli keluar dari tangki dan menuju ke sistem.
Vaccum relief valve mempunyai dua fungsi. Mencegah ke- vaccum-an dan
juga untuk membatasi maksimum pressure di dalam tangki. Vaccum relief
valve akan mencegah ke-vaccum-an dengan cara membuka dan

15
membiarkan uadara masuk ke dalam tangki bilamana tank pressure drop
sampai 3,45 kPa (.5 psi).
Pada saat pressure di dalam tangki mencapai vaccum relief valve pressure
setting, maka valve akan membuka dan mengeluarkan udara yang terjebak
ke luar (atmosphere). Vaccum relief valve pressure setting bisa bervariasi
antara 70 kPa (10 psi) sampai 207 kPa (30 psi).

Komponen tangki yang lain adalah:


 Filler Screen, mencegah kotoran yang besar masuk ke tangki pada saat
tutup tangki dilepas.
 Filler Tube, memungkinkan tangki diisi pada level yang benar tetapi tidak
overfilled.
 Baffles, mencegah return oil mengalir langsung ke bagian tangki outlet,
memberikan kesempatan kepada bubble (gelembung-gelembung udara)
yang ada di return oil untuk naik ke atas. Juga mencegah oli ter-aduk
yang mana akan membantu menurunkan oli dari pem bentukkan buih.
 Ecology Drain, digunakan untuk mencegah oli tercecer pada saat
membuang air dan endapan-endapan dari tangki.
 Return Screen, mencegah partikel yang lebih besar masuk ke tangki,
tetapi tidak bisa menyaring partikel yang halus.

B. Vented Tank

Gb. 2.3 Vented Tank

16
Gambar 2.3 menunjukkan Vented tank atau Non-Pressurized tank. Tangki ini
berbeda dengan pressurized tank, dimana pada vented tank mempunyai
breather (lubang pernapasan). Breather memungkinkan udara keluar masuk
dengan bebas. Atmospheric pressure di atas oli menekan oli keluar dari
tangki menuju ke sistem. Breather mempunyai screen yang mencegah
kotoran masuk ke dalam tangki.

II.1.3 ISO Simbol


Gambar 2.4 memperlihatkan ISO simbol untuk vented dan pressurized
hydraulic tank.

Gb. 2.4 Vented Tank

Vented hydraulic tank simbol hanya berbentuk kotak/segi empat dengan


bagian atasnya terbuka. Sementara pressurized tank simbol digambarkan
dengan kotak/segi empat yang tertutup. Gambar tangki terlihat digambarkan
dengan hydraulic lines untuk mempermudah pengertian).

II.1.4 Fungsi dari Hydraulic Fluid (Oil)


Fluid (Zat cair) adalah Non-Compressible. Oleh sebab itu fluid dapat
men-transmit power saat itu juga dalam sebuah sistem hidrolik. Sebagai
contoh, minyak tanah ter-compress sekitar 1% untuk setiap 2000 psi. Oleh
sebab itu minyak tanah dapat mempertahankan volumenya secara tetap di
bawah tekanan tinggi. Minyak tanah adalah zat cair pokok yang digunakan
dalam pengembangan kebanyakan hidrolik oil.
Fungsi utama dari hydraulic fluid (oil) adalah:

17
 Transmitting power  Lubricating
 Sealing  Cooling
 Cleaning

Gb. 2.5 Non-Compressible Fluid

A. Transmitting power (Meneruskan Tenaga)


Karena hydraulic fluid tidak dapat dikompres, sekali hidrolik sistem ter-isi
dengan fluida, seketika itu juga meneruskan power dari satu area ke area
yang lain. Akan tetapi bukan berarti semua fluida mempunyai efisiensi yang
sama dalam meneruskan power, sebab masing-masing fluida mempunyai
sifat khusus sendiri-sendiri. Pemilihan hydraulic fluid yang benar tergantung
dari pemakaian dan kondisi operasi.

B. Lubricating (Melumasi)
Hydraulic fluid (oil) harus bisa melumasi komponen-komponen yang
bergerak dalam sebuah hidrolik sistem. Komponen-komponen yang berputar
atau meluncur harus bisa berfungsi dengan baik tanpa harus bersentuhan
dengan komponen yang lain. Hydraulic oil harus bisa mempertahankan oil
film di antara dua permukaan untuk mencegah gesekan, panas dan
keausan.

18
C. Sealing (Menutupi)
Banyak komponen-komponen hidrolik di-design dengan menggunakan
hydraulic oil dari pada mekanikal seal dalam komponen. Viskositas
(kekentalan) dari oil akan membantu menentukan kemampuannya untuk
melapisi.
D. Cooling
Hidrolik sistem menghasilkan panas bila sedang mengubah mekanikal energi
ke hidrolik energi atau sebaliknya.
Pada saat oil bergerak melalui sistem, panas akan merambat dari
komponen-komponen yang lebih hangat ke cooler. Oil akan memberikan
panas tersebut ke reservoir atau cooler yang telah di-design untuk menjaga
oil temperature tidak melebihi batas.

E. Cleaning
Fungsi lain dari oil adalah membersihkan. Meskipun pada hidrolik tank sudah
ada screen, bukan tidak mungkin kotoran debu akan masuk ke dalam
sistem. Kotoran-kotoran ini akan dibawa oleh oil menuju ke tangki yang
kemudian akan ditangkap oleh filter yang ada di dalam tangki.

Disamping fungsi-fungsi tersebut di atas oil juga bisa mencegah karat


dan korosi pada komponen-komponen metal, mencegah oil membentuk buih
dan oksidasi, memisahkan udara, air serta kotoran yang lain dan juga menjaga
oil dari perubahan temperature yang besar.

II.1.5 Viscosity (Kekentalan)


Viskositas adalah hambatan terhadap oil untuk mengalir pada
temperature tertentu. Jika zat cair mengalir dengan mudah, maka berarti
mempunyai viscosity yang rendah. Zat cair yang tidak mudah mengalir, berarti
mempunyai viscosity yang tinggi.

19
Viskositas zat cair dipengaruhi oleh temperature. Bilamana zat cair
menjadi lebih panas, maka viskositasnya akan menjadi lebih rendah. Begitu
juga bilamana zat cair-nya menjadi lebih dingin, maka viskositasnya akan naik.
Contoh yang sangat mudah adalah minyak sayur dimana viskositas akan
berubah bila temperature-nya berubah. Bila minyak sayur ada dalam kondisi
dingin, maka dia akan terasa kental dan lambat untuk dituangkan. Setelah
dipanaskan, maka minyak tersebut akan menjadi lebih encer dan mudah
dengan cepat dituangkan.

II.1.6 Viscosity Index


Viscosity Index (VI) adalah ukuran kekentalan zat cair seiring dengan
berubahnya temperature. Jika zat cair relative tetap di berbagai temperature,
maka dikatakan zat cair tersebut mempunyai Viskosity Index (VI) yang tinggi.
Jika zat cair menjadi lebih kental pada temperature rendah dan sangat encer
pada temperature tinggi, maka zat cair tersebut mempunyai Viscosity Index
yang rendah. Pada kebanyakan hydraulic system, fluida dengan Viscosity Index
yang tinggi diperlukan daripada fluida dengan Viscosity Index yang rendah.

II.1.7 Petroleum Oil


Semua petroleum oil akan menjadi lebih encer sei ring dengan kenaikan
temperature. Sebaliknya, jika temperature turun akan menjadi lebih kental. Jika
viskositas terlalu rendah, maka akan ada banyak kebocoran melalui seal dan
lewat sambungan-sambungan. Jika viskositas terlalu tinggi maka kemungkinan
operasinya menjadi lebih berat sehingga memerlukan extra power untuk
mendorongnya melalui system. Viskositas dari petroleum oil dinyatakan dengan
SAE (Society of Automotive Engineers ) numbers: 5W, 10W, 20W, 30W, 40W,
dan lain-lain. Semakin kecil angkanya, dapat mengalir dengan baik pada
temperature rendah. Semakin besar angka-nya, semakin kental dan
diperuntukkan buat temperature tinggi.

II.1.8 Fluida Tahan Api

20
Ada tiga macam fluida tahan api: Water-glycol, water oil emulsion dan
synthetic.
 Water-glycol fluid, berisi 35% sampai 50% air ( water inhibit
burning), glycol (synthetic chemical hampir menyerupai antifreeze)
dan water thickener. Additive ditambahkan ke dalam fluida untuk
memperbaiki lubrikasi dan untuk mencegah karat, korosi dan berbuih.
Water-glycol fluid lebih berat dibanding dengan oil dan bisa
menyebabkan pump cavitation pada kecepatan tinggi. Fluida ini bisa
bereaksi dengan metal tertentu dan seal dan tidak bisa
digunakan/dicampur dengan beberapa tipe cat.

 Water oil emulsion, paling mahal dari semua fluida tahan api.
Jumlah yang sama dari air (40%) juga dipakai sebagaimana pada
water-glycol untuk mencegah pembakaran. Water-oil digunakan
dalam hidrolik oil system pada umumnya. Additive bisa ditambahkan
untuk mencegah karat dan buih.

 Synthetic oil, dibuat dengan proses reaksi kimia dengan komposisi


khusus untuk menghasilkan senyawa yang terencana dan mempunyai
sifat-sifat yang bisa diprediksi. Synthetic oil secara spesifik diramu
untuk dipakai pada temperature tinggi dan juga temperature rendah.

Kondisi-kondisi tertentu mungkin memerlukan synthetic fluid tersebut


untuk mendapatkan spesifikasi yang diperlukan. Fire resistic sinthetic fluid tidak
mudah terbakar dibanding dengan oil dan lebih cocok digunakan di area
dengan pressure dan temperature tinggi.
Beberapa kali fire resistant fluid bereaksi dengan polyurethane seal, untuk itu
harus menggunakan seal yang khusus.

II.1.9 Oil Life

21
Hidrolik oil tidak pernah aus. Digunakannya filter untuk menya ring
partikel-partikel dan bahan kimia akan sangat berguna bagi umur dari oil. Akan
tetapi, pada akhirnya oil akan menjadi terkontaminasi, dan itu harus diganti.
Pada machine-machine konstruksi, oil diganti secara teratur pada interval waktu
yang ditentukan.
Kontaminasi di dalam oil juga bisa digunakan sebagai indikator dari
keausan yang tinggi dan masalah-masalah lain yang akan muncul. Salah satu
program yang menggunakan oil yang sudah terkontaminasi sebagai sumber
informasinya adalah Caterpillar Schedule Oil Sampling Program (SOS)

II.2 Hydraulic Pump

Gb. 2.6 Hydraulic Pump

Hydraulic Pump mentransfer mechanical energy ke hydraulic energy. Ini


adalah suatu alat yang mengambil energy dari satu sumber (engine, electric
motor, dll) dan mentransfer energy tersebut menjadi bentuk hydraulic. Pompa
mengisap oil dari tangki dan mendorongnya ke dalam sebuah hydraulic system
yang disebut sebagai ‘Flow’. Semua pompa menghasilkan oil flow dengan cara
yang sama. Proses vacuum akan terjadi pada pump inlet. Atmospheric pressure
yang lebih tinggi akan mendorong oil melalui inlet passage dan masuk ke dalam
pump inlet chamber. Gear-gear yang ada di dalam pompa akan membawa oil

22
ke pump outlet chamber. Volume dari chamber akan mengecil saat chamber
tersebut mendekati outlet. Hal ini akan memperkecil ukuran chamber dan
mendorong oil keluar melalui outlet passage. Pompa hanya menghasilkan flow
(gallon per menit, liter per menit, cubic centimeter per revolution, dll) yang

akan digunakan di hydraulic system. Pompa tidak menghasilkan atau


menyebabkan “pressure”. Pressure disebabkan oleh hambatan terhadap aliran.
Hambatan dapat disebabkan oleh flow melalui hose, orifice, fitting, cylinder,
motor atau apapun yang ada di dalam system yang menghalangi flow menuju
ke tangki. Ada dua pompa: Positive dan Non-Positive displacement pump.
Gb. 2.7 Hydraulic Motor

Hydraulic motor mentransfer hydraulic energy menjadi mechanical energy.


Hydraulic motor menggunakan oil flow yang sedang di tekan ke dalam
hydraulic system oleh pompa dan mentransfernya menjadi rotary motion untuk
menggerakkan peralatan yang lain seperti final drive, diffrential, transmission,
wheel, fan, pompa yang lain dan lain-lain.

II.2.1 Positive Displacement Pump


Ada 3 (tiga) type dari Positive displacement pump:
 Gear
 Vane
 Piston

23
Positive displacement pump mempunyai clearance diantara komponen-
komponen-nya lebih kecil. Ini akan mengurangi kebocoran dan menghasilkan
efficiency yang lebih baik saat digunakan pada high pressure hydraulic system.
Output flow pada positive displacement pump pada dasarnya sama untuk setiap
putaran pompa. Positive displacement pump dikelompokkan menjadi dua
berdasarkan kontrol output dan konstruksi pompa.

1 2 3 4 8

5
6

1
9 1
1
0

Gb. 2.8 Komponen Positive Displacement Pump

Komponen Positive Displacement Pump adalah: (1) Seal Retainer, (2)


Seal, (3) Back Up Seal, (4) Isolation Plates, (5) Spacer, (6) Drive Gear, (7) Idle
Gear, (8) Housing, (9) Mounting, (10) Flange Seal, (11) Balance Plates.

II.2.1.1 Gear Pump


Pompa gear terdiri dari beberapa komponen seperti gambar di atas.
Bearing dipasang pada housing dan flange mounting-nya di sisi gear-gear-nya
untuk mendukung gear shaft selama berputar.
Gear pump termasuk positive displacement pump. Gear pump
menghasilkan jumlah oil yang sama pada setiap putaran dari input shaft. Pump
output dikontrol dengan merubah kecepatan dari putaran. Pressure operasi

24
maksimum dari gear pump dibatasi sampai 4000 psi. Pembatasan pressure ini
dilakukan karena adanya ketidakseimbangan hydraulic yang menjadi sifat dan
ada pada gear pump design. Ketidakseimbangan hydraulic akan menghasilkan
beban pada satu sisi pada shaft yang dilawan oleh bearing dan roda gigi yang
bersentuhan dengan housing. Gear pump menghasilkan volumetric efisiensi di
atas 90% pada saat pressure tetap berada pada range operasi yang diijinkan.
A. Gear Pump Flow
Output flow dari sebuah pompa gear ditentukan oleh kedalaman gigi dan
lebar gigi. Banyak dari produsen gear pump men-standard-kan pada
kedalaman gigi dan profil yang ditentukan oleh jarak garis tengah antara
gear shaft (1.6”, 2.0”, 2.5”, 3.0”). Dengan standard yang mengacu pada
kedalaman gigi dan profil, perbedaan flow dari pompa praktis ditentukan
oleh lebar gigi.

Gb. 2.9 Gear Pump Flow

Pada saat pompa berputar, oli dibawa diantara roda gigi dan housing
dari sisi inlet menuju ke sisi outlet dari pompa. Arah perputaran drive gear
shaft ditentukan oleh lokasi dari inlet dan outlet port. Pada kebanyakan gear
pump, diameter inlet port lebih besar dari pada outlet port. Pada
bidirectional pump dan bidirectional motor, ukuran inlet dan outlet port akan
sama.

25
B. Gear Pump Force
Outlet flow dari sebuah gear pump dihasilkan dengan mendorong oil
keluar dari roda gigi pada saat bertemu di sisi outlet. Hambatan pada oil
flow akan menghasilkan pressure pada sisi outlet. Ketidakseimbangan dari
gear pump lebih disebabkan karena pressure yang ada di outlet port lebih
tinggi dari inlet port. Pressure yang lebih tinggi pada outlet port ini akan
mendorong gear ke arah sisi inlet port. Dengan demikian maka shaft
bearing akan menerima sebagian besar beban untuk mencegah keausan
yang berlebihan antara puncak roda gigi dan housing-nya. Pada pressure
yang lebih tinggi, gear shaft akan sedikit miring ke arah roda gigi. Hal ini
akan memungkinkan kontak antara shaft dan bearing yang akan
mengakibatkan shaft menjadi sedikit bengkok bila terjadi pressure yang
tidak balance.
Oli yang bertekanan juga diarahkan diantara sealed area dari pressure
balance plate dan housing-nya. Ukuran dari sealed area diantara pressure
balance plate dan housing-nya adalah apa yang membatasi jumlah force
yang menekan plate terhadap ujung daripada gear.

Gb. 2.10 Gear Pump

C. Pressure Balance Plate

26
Ada dua tipe pressure balance plate yang digunakan di gear pump.
Tipe ini menggunakan isolation plate, back up untuk seal, seal mirip seperti
angka 3 dan sebuah retainer.
Tipe kedua mempunyai sebuah groove (alur) seperti angka 3 pada
permukaanya dan lebih tebal dari tipe pertama.

Gb. 2.11 Pressure Balance Plate

D. Gear Pump with Pocket

Gb. 2.12 Gear Pump with Pocket

27
Gear pump dengan housing yang di-machining dengan ‘pocket’ untuk
roda gigi-nya mempunyai radius dari pocket wall menuju dasar pocket-nya.
Isolation plate atau pressure balance plate yang digunakan di pocket harus
mempunyai chamfer supaya masuk dengan pas ke pocket-nya.
Menggunakan isolation plate, seal retainer atau pressure balance plate
dengan ujung yang tajam di dalam housing pocket akan menekan pressure
balance plate ujung-ujung roda giginya dan akan menyebabkan kerusakan.
II.2.1.2 Vane Pumps
Vane pumps termasuk Positive displacement pumps. Pump output-nya
bisa fixed dan juga bisa variable. Keduanya menggunakan komponen yang
umum. Masing-masing pump mempunyai housing (1), Cartridge (2), mounting
plate (3), mounting plate seal (4), cartridge seal (5), cartridge back-up rings
(6), snap ring (7), serta input shaft dan bearing (8). Cartridge terdiri dari
support plate (9), ring (10), flex plate (11), slotted rotor (12), dan vane (13).

1
9 0

2 8 3 1
1
1 1
3
6
5 7
4 1
2

Gb. 2.13 Komponen Vane Pumps

Slotted rotor diputar oleh input shaft. Vane bergerak masuk dan keluar
pada slot yang ada di dalam rotor dan menge-seal pada ujung luarnya terhadap
cam ring. Ring yang ada di dalam fixed pump displacement berbentuk elips,
sedangkan ring yang ada didalam variable pump displacement berbentuk
lingkaran/bundar. Flex plate menutup sisi dari rotor dan ujung-ujung vane-nya.

28
Dalam beberapa design pressure rendah, support plates dan housing menge-
seal sisi dari rotating rotor dan ujung-ujung vane. Support plate digunakan
untuk mengarahkan ke passage-passage yang ada di dalm housing. Housing
juga berfungsi sebagai support untuk komponen-komponen yang lain dari vane
pump, mengarahkan flow masuk dan keluar vane pump.

A. Vanes
Vane pertama sekali ditahan terhadap cam ring dengan centrifugal force
yang dihasilkan oleh putaran rotor. Bilamana flow-nya naik, pressure yang
dihasilkan dari hambatan terhadap flow itu sendiri diarahkan menuju
passage di dalam rotor di bawah vane (1). Ini terlihat pada gambar sebelah
kiri. Oli yang bertekanan yang ada di bawah vane ini akan berusaha
menjaga vane supaya tetap bersentuhan dengan cam ring (sealing
proccess). Untuk mencegah vane supaya tidak terlalu keras menekan cam
ring, vane-nya dichamfer di bagian belakang untuk mendapatkan balancing
pressure melewati ujung bagian luar (arah panah).

Gb. 2.14 Vanes

B. Flex Plates
Oli yang sama juga diarahkan di antara flex plate dan support plate untuk
menutup/menge-seal sisi dari rotor dan ujung dari vane. Ukuran dari seal

29
area di antara flex plate dan support plate adalah apa yang mengontrol
force yang menekan flex plate terhadap sisi dari rotor dan ujung dari vane.
Seal dengan bentuk yang lonjong harus dipasang di support plate dengan
salah satu sisi bundar ke dalam pocket dan sisi plastik yang rata terhadap
flex plate.

Gb. 2.15 Flex Plates

C. Vane Pump Operation

Gb. 2.16 Komponen Vane Pump

Pada saat rotor berputar di dalam cam ring-nya, vane keluar masuk di
dalam rotor slot untuk menjaga sealing terhadap ring-nya. Pada saat vane

30
bergerak keluar dari slotted rotor, terjadi perubahan volume diantara vane-
nya. Semakin besar jarak antara ring dan rotor, semakin besar pula volume
yang ditimbulkan. Volume yang membesar akan menimbulkan sedikit ke-
vaccum-an yang memungkinkan inlet oil ditekan menuju ke ruang di antara
vane oleh tekanan atmosphere atau tank pressure. Bilamana rotor terus
berputar, maka jarak antara ring dan rotor juga akan semakin kecil. Hal ini
mengakibatkan volume yang ada juga akan semakin mengecil. Hal ini
memungkinkan oil ditekan keluar dari segment rotor menuju ke outlet
passage dari pompa.

D. Balanced Vane Pump

Gb. 2.17 Balanced Vane Pump

Balanced vane pump mempunyai cam ring berbentuk elips. Bentuk


seperti ini memungkinkan jarak antara rotor dan cam ring membesar dan
mengecil pada setiap satu kali putaran. Dua inlet dan dua outlet masing-
masing berhadap-hadapan sehingga bisa menyeimbangkan gaya yang
timbul terhadap rotor. Design seperti ini tidak memerlukan bearing-bearing
dan housing yang besar untuk men-support komponen-komponen yang
berputar. Operating pressure maksimum untuk vane pump berkisar antara
4000 psi. Vane pump yang dipakai pada hydraulic system mempunyai
operating pressure sekitar 3300-psi atau kurang.

31
E. Variable Vane Pump
Variable output vane pump dikontrol dengan menggeser ring maju
dan mundur sesuai dengan pusat rotor-nya. Variable output vane pump
jarang penggunaanya. Jika ada kebanyakan dipakai aplikasi mobile
hydraulic.

Gb. 2.18 Variable Vane Pump

II.2.1.3 Piston Pumps


Terlihat pada gambar di bawah, adalah piston pumps dimana
mempunyai komponen-komponen seperti: head (1), housing (2), shaft (3),
piston (4), port plate (5), barrel (6) dan swashplate (7).

2 3
1

6
5

32
Gb. 2.19 Komponen Piston Pump
Dua design piston pump yang dikenal adalah:
 Axial Piston Pump
 Radial Piston Pump
Kedua pompa ini merupakan Positive displacement pump, dan mempunyai
efisiensi yang tinggi. Output dari kedua pompa ini bisa fixed (tetap) dan juga
bisa variable (berubah-ubah).

Gb. 2.20 Axial Piston Pump

A. Straight Housing Axial Piston Pump


Gambar di atas memperlihatkan masing-masing Positive Displacement
Fixed Output Axial Piston Pump dan Positive Displacement Variable Output
Axial Piston Pump. Dalam pandangan umum, kedua pompa tersebut sering
dibicarakan orang dengan sebutan Fixed Displacement Pump dan Variable
Displacement Pump.
Pada fixed displacement Axial Piston Pump, piston bergerak lurus maju
dan mundur parallel dengan shaft-nya.
Pada variable displacement Axial Piston Pump atau motor, swashplate atau
barrel dan port plate-nya juga bergerak maju dan mundur merubah

33
sudutnya sendiri terhadap shaft-nya. Perubahan sudut ini membuat pump
flow bervariasi antara minimum dan maksimum setting meskipun shaft
speed-nya konstan.
Pada pompa yang lain, saat piston bergerak mundur, oil mengalir
melalui intake menuju ke piston. Pada saat pompa berputar, piston akan
bergerak maju, oil kemudian didorong cellar menuju ke system. Kebanyakan
piston pump yang digunakan pada mobile equiptment adalah Axial Piston
Pump.

Gb. 2.21 Angled Housing Axial Piston Pump (Bent Axis)

Fixed displacement Axial Piston Pump and motor dapat dibuat dengan
housing yang lurus/axial (Gb. 2.20) dan housing yang bengkok/bent axis
(Gb. 2.21).
Piston pump dengan housing yang lurus (seperti yang terlihat pada gambar
2.20 kiri), piston ditahan oleh fixed swashplate. Sudut dari swashplate akan
menentukan jarak piston bergerak keluar masuk pada barrel chamber.
Semakin besar sudut dari swashplate semakin besar pula jarak pergerakan
piston dengan demikian pump output per revolution juga akan lebih besar.
Pada bent axis piston pump (Gb. 2.20 kanan), piston tersambung ke input
shaft dengan linkage atau ujung spherical piston yang pas masuk ke dalam
socket-nya pada plate. Plate-nya sendiri merupakan bagian yang tidak

34
terpisahkan dari shaft. Sudut housing terhadap poros pusatnya akan
menentukan jarak piston bergerak keluar masuk pada barrel chamber.
Semakin besar sudut daripada housing, akan semakin besar pula pump
output yang dikeluarkan per revolution. Output flow dari fixed displacement
piston pump tergantung kecepatan engine. Output flow hanya bisa dirubah
dengan merubah speed dari input shaft-nya.
Pada housing lurus fixed displacement piston motor, swashplate angle akan
menentukan speed dari output shaft-nya. Pada bent axis fixed displacement
piston motor, sudut daripada housing terhadap pusat poros menentukan
speed dari output shaft motor. Piston pump yang lebih kecil bekerja pada
pressure 10.000 psi. Piston pumps yang digunakan pada hydraulic system
bekerja pada pressure di bawah 7000 psi.

B. Radial Piston Pump


Pada Radial Piston Pump (Gb. 2.22), piston bergerak maju dan mundur
membentuk sudut 90-derajat terhadap shaft-nya. Pada saat cam follower
berputar turun pada cam ring, piston akan bergerak mundur. Atmospheric
pressure atau charge pump mendorong oil melalui inlet valve port dan
menggerakkan pergerakkan piston. Pada saat cam follower berputar naik
pada cam ring, piston akan bergerak maju. Oil kemudian ditekan keluar dari
cylinder melalui outlet port.

35
Gb. 2.22 Radial Piston Pump

Internal Gear Pump


Internal gear pump (Gb. 2.23) mempunyai pinion gear kecil pada bagian
dalam (drive gear) yang akan menggerakkan ring gear besar (outer gear).
Ring gear-nya sendiri mempunyai ‘pitch’ yang sedikit lebih besar dari pada
pinion gear.
Ada satu komponen yang diam yang menyerupai sabit ( crescent) yang
terletak di bawah pinion gear di antara pinion gear dan ring gear. Inlet dan
outlet port terletak juga terletak pada ujung crescent ini.

Gb. 2.23 Internal Gear Pump

Pada saat pompa berputar, gigi dari pinion dan ring gear tidak bertemu saat
berada pada sisi inlet port. Maka ruang yang kosong di antara gigi akan
menjadi lebih besar, ruangan ini kemudian diisi oleh inlet oil. Oil dibawa di
antara roda gigi pinion gear dan crescent, roda gigi ring gear dan crescent
menuju ke outlet port. Pada saat roda gigi melewati outlet port, ruang
kosong di antara gigi akan mengecil dan roda gigi akan kembali
bersentuhan. Kejadian ini akan menekan oil keluar dari antara roda gigi dan
menuju keluar.
Internal gear pump biasa digunakan sebagai charging pump pada piston
pump yang besar.

36
Conjugate Curve Pump

Gb. 2.24 Conjugate Curve Pump

Conjugate curve pump (Gambar di atas), yang juga biasa disebut dengan
GEROTOR pump. Inner dan outer komponen berputar bersama-sama
dengan housing. Pemompaan dihasilkan dengan cara lobe dari komponen
inner dan outer masing-masing melakukan kontak/bersentuhan selama
berputar. Pada saat komponen inner dan outer berputar, komponen inner
akan berputar berkeliling di dalam komponen bagian luar. Inlet dan outlet
port terletak di ujung cover dari housing. Oil masuk melalui inlet dan dibawa
menuju outlet dan dikeluarkan saat lobe-nya bertautan.
Modified dari gerotor pump dipakai di banyak steering system hand
metering unit (HMU). Saat digunakan di HMU, outer gear-nya akan tetap
diam sementara inner gear-nya berputar.

Axial Propeller Pump


Axial propeller pump berbentuk seperti kipas angin listrik, diikat pada pipa
yang lurus dan mempunyai propeller blade (sudu-sudu). Oil diisap dengan
cara menggerakkan/memutar sudu-sudu.

37
Gb. 2.25 Axial Propeller Pump

II. 2.2 Non-Positive Displacement Pump


Non-positive displacement pump mempunyai clearance yang lebih besar
antara komponen yang diam dan komponen yang bergerak dibandingkan
dengan positive displacement pump. Extra clearance ini memungkinkan oil
ditekan kembali di antara komponen-komponen-nya bila outlet pressure
(resistant to flow-nya) meningkat. Non-positive displacement pump mempunyai
efisiensi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan positive displacement
pump karena output flow dari pompa akan turun secara drastis bila outlet
pressure naik. Non-positive displacement pump adalah juga centrifugal impeller
pump. Pompa semacam ini biasa digunakan pada aplikasi dengan pressure
rendah seperti water pump.

II.2.2.1 Centrifugal Impeller Pump


Centrifugal impeller pump terdiri dari dua komponen dasar yaitu:
impeller (2) yang diikat pada input shaft (4) dan housing (3). Impeller
mempunyai sebuah cakram dengan sudu-sudu yang melengkung (1) yang
dicetak pada sisi input-nya.

38
1

Gb. 2.26 Centrifugal Impeller Pump

Oil memasuki bagian tengah dari housing (5) di dekat input shaft dan
mengalir ke impeller. Sudu-sudu impeller yang melengkung akan mendorong oil
keluar terhadap housing. Housing-nya sendiri dibentuk sedemikian rupa untuk
mengarahkan oil menuju ke outlet port.

II.3 VALVE
Pada sistem hidrolik, valve berfungsi untuk:
 Mengatur pressure
 Mengatur flow
 Mengatur arah

II.3.1 PRESSURE CONTROL VALVE


Pressure control valve digunakan untuk mengontrol pressure di dalam
sebuah circuit atau system. Fungsi valve akan tetap sama meskipun design-nya
dirubah. Contoh dari pressure control valve termasuk di dalamnya adalah: relief
valve, sequence valve, pressure reducing valve, pressure differential valve, dan
unloading valve.

39
Gb. 2.27 Simple Pressure Relief valve
Pada Cracking Pressure

II.3.1.1 Relief Valve


Hydraulic system di design untuk bisa beroperasi pada tingkat pressure
tertentu. Melebihi level yang sudah ditentukan dapat merusak system
komponen disamping juga sangat berbahaya bagi personnel. Relief valve
menjaga pressure pada batasan yang sudah ditentukan dengan membuka dan
mengalirkan kelebihan oil ke circuit yang lain atau dialirkan kembali ke tangki.
A. Simple Relief Valve
Gambar di atas memperlihatkan simple relief valve pada ‘cracking pressure’
position.
Simple relief valve (juga disebut direct acting relief valve) akan tetap dalam
kondisi tertutup karena adanya kekuatan spring. Spring tension di-set pada
‘relief pressure’ setting. Akan tetapi bukan berarti valve akan membuka
pertama sekali pada relief pressure setting.
Apabila kondisinya berkembang, yang menyebabkan hambatan terhadap oil
untuk mengalir, maka kelebihan oil flow akan menyebabkan pressure naik.
Kenaikkan pressure ini akan dirasakan oleh relief valve. Pada saat gaya dari
pressure bisa mengatasi relief valve spring, valve tersebut akan melawan
spring dan mulai membuka. Pressure yang diperlukan untuk memulai
membuka valve disebut dengan “cracking pressure”. Valve akan membuka
secukupnya saja untuk membiarkan oil mengalir melalui valve.

40
 Relief Pressure Setting
Seiring dengan naiknya hambatan pada oil untuk mengalir, naik pula
volume dari oil karena terlalu banyak. Hal ini akan menaikkan pula circuit
pressure. Dengan naiknya pressure yang ada dalam circuit, akan
mengatasi tension spring dan relief valve akan membuka lebih jauh lagi.
Proses ini akan terjadi berulang-ulang sampai full pump flow dialirkan
melalui relief valve. Inilah yang disebut dengan ‘relief pressure setting’.
Simple relief valve biasa digunakan pada circuit yang mempunyai volume
full pump flow-nya rendah, atau digunakan pada circuit yang
memerlukan respon yang cepat. Ini membuat simple relief valve ideal
dipakai untuk membebaskan pressure yang tiba-tiba atau berfungsi
sebagai safety valve.

B. Pilot operated Relief valve, CLOSE Position


Pilot operated Relief valve bisa mengatasi pressure yang tinggi pada system
dengan tekanan spring yang relatif lebih kecil. Pilot operated Relief valve
terdiri dari: unloading valve, unloading valve spring, pilot valve dan pilot
valve spring.

 Pilot operated Relief valve, CLOSE Position


Pilot operated relief valve sering dipakai pada system yang
memerlukan volume oil yang banyak dan perbedaan yang kecil antara
cracking pressure dan full flow pressure.
Pada pilot operated relief valve, pilot valve (simple relief valve) dipakai
untuk mengontrol unloading valve (main valve).
Pilot valve mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tidak bisa
mengatasi volume oil flow yang besar. Oleh sebab itu menjadi lebih
presisi. Perbedaan antara pilot valve cracking pressure dan maksimum
pressure dijaga pada tingkat yang minimum. Spring pada pilot valve
berukuran lebih kecil dan memungkinkan pengontrolan pressure.

41
Gb. 2.28 Pilot Operated Relief Valve, CLOSE Position

Unloading valve mempunyai ukuran yang cukup besar untuk mengatasi


sebagian besar oil flow pada maksimum relief pressure yang sudah
ditentukan. Unloading valve menggunakan oil pressure untuk menjaga
valve-nya tetap tertutup. Oleh sebab itu kita tidak perlu menggunakan
unloading valve spring yang begitu kuat dan keras. Hal ini
memungkinkan unloading valve mempunyai opening pressure yang
lebih presisi.
Oil mengalir menuju relief valve housing melalui unloading valve
orifice, dan mengisi ruangan pada unloading valve spring. Oil yang
berada pada ruangan unloading valve beraksi pada area pilot valve. Ini
memungkinkan pilot valve dengan spring yang kecil mengontrol
pressure yang besar. Pada saat oil pressure dalam system meningkat,
oil dengan pressure yang sama juga berada pada ruangan unloading
valve spring. Oleh sebab itu oil pressure yang berada pada kedua sisi
unloading valve akan sama. Gaya gabungan antara oil pressure dengan
unloading valve spring akan menjadi lebih besar dari oil pressure yang
berada pada bagian bawah dari unloading valve. Dengan demikian
gaya gabungan antara spring dengan oil pressure pada bagian atas
unloading valve akan membuat valve menutup.

42
 Pilot operated Relief valve, OPEN Position

Gb. 2.29 Pilot Operated Relief Valve, OPEN Position

Pada saat system oil pressure mencapai relief valve spring setting (gb.
2.29), maka pilot valve membuka. Dengan membukanya pilot valve, oil
yang berada pada ruangan unloading valve spring akan di-drain ke
tangki. Bukaan dari pilot valve lebih besar dari orifice yang ada pada
unloading valve. Dengan demikian oil yang keluar ke tangki lewat pilot
valve akan lebih cepat dibanding yang masuk dari orifice unloading
valve. Hal ini membuat oil pressure pada unloading valve spring drop
dan memungkinkan oil pressure yang besar di bagian bawah unloading
valve berusaha mendorong valve ke atas. Oli yang berlebihan di drain
ke tangki melalui throttling hole yang ada pada unloading valve.
Lubang “throttling hole” memungkinkan unloading valve membuang oil
sesuai keperluan untuk menjaga relief pressure yang diperlukan.

Gb. 2.30 Relief valve ISO Symbol, CLOSED

43
Gambar di atas memperlihatkan Relief valve ISO symbol, memperlihatkan satu
kotak dengan valve tunggal pada posisi menutup/CLOSED. System pressure
dirasakan melalui pilot line pada bagian atas kotak dan mendorong valve (tanda
panah) terhadap spring. Pada kondisi normal operasi, pump flow di-blocked
oleh valve (normally closed).

Gb. 2.31 Relief valve ISO Symbol, OPEN

Relief valve symbol terlihat pada gambar 2.31, memperlihatkan satu kotak
dengan valve tunggal pada posisi OPEN. Saat gaya dari system pressure
mengatasi gaya spring, symbol panah akan bergerak ke bawah (valve
membuka) dan menghubungkan saluran oli dari pompa ke tangki. Oli kemudian
mengalir menuju ke tangki.

Gambar 2.32 menunjukkan symbol dari ISO schematic untuk variable relief
valve. Variable relief valve merupakan single envelope valve dengan tanda
panah pada spring. Tanda panah tersebut menunjukkan bahwa spring tension-
nya bisa di-adjust.

Gb. 2.32 Variable Relief Valve ISO Symbol

44
II.3.1.2 Sequence Valve
Sequence valve, basic-nya adalah series pilot relief valve dengan circuit
tambahan. Sequence valve dipakai saat dua circuit disuplai oleh satu pompa
dan ada circuit yang diprioritaskan.

Gb. 2.33 Sequence Valve, CLOSE Position

Close position, sequence valve mem-block pump oil flow ke circuit 2


sampai circuit 1 penuh. Pada saat pump oil mengisi circuit 1 dan sequence
valve, maka oil pressure akan mulai naik. Peningkatan pressure ini dirasakan
lewat circuit pada bagian bawah unloading valve dan juga pada ruangan
unloading valve spring.

45
Gb. 2.33 Sequence Valve, OPEN Position

Gambar 2.33 merupakan gambar Sequence Valve, OPEN Position. Pada saat
pressure pada ruangan unloading valve spring melebihi setting dari pilot valve
spring, maka pilot valve-nya akan membuka. Dengan terbukanya pilot valve,
maka oil dalam ruangan unloading valve spring akan dibuang ke tangki. Hal ini
membuat oil pressure dalam ruangan unloading valve spring drop. Gaya dari
system pressure yang lebih tinggi akan mendorong unloading valve terhadap
spring yang memungkinkan oli dialirkan ke circuit 2. Sequence valve akan tetap
terbuka sampai pompa dimatikan, atau pressure di circuit 1 drop lebih rendah
dari setting spring pada sequence valve.

Gb. 2.34 Sequence Valve ISO Symbol

46
Cara kerja sequence valve sama dengan relief valve. Pada relief valve ruangan
spring spring biasanya dihubungkan dengan drain. Pada sequence valve, outlet
passage terhubung dengan circuit ke dua. Karena circuit ke-dua selalu
bertekanan selama sequence valve membuka, ruangan pilot valve spring harus
dihubungkan dengan drain/tangki.

II.3.1.3 Pressure Reducing Valve

Gb. 2.35 Pressure Reducing Valve, Normally Open

Pressure reducing valve menghasilkan system pressure yang berlainan


yang di-supply oleh pompa yang sama. Maksimum pressure yang ada di system
dijaga oleh sebuah relief valve. Pressure reducing valve sendiri mengontrol oil
pressure yang ada pada controlled oil circuit (lihat gambar). Pressure reducing
valve adalah Normally Open Valve.

 Sistem Operasi
Pump Start-up
Gambar 2.35 memperlihatkan Pressure Reducing Valve pada posisi Normally
Open. Pada kondisi pump start-up, kekuatan spring akan menahan valve
spool dan piston ke kanan. Supply oil mengalir lewat pressure reducing valve
spool menuju ke controlled oil circuit (sisi downstream dari valve). Supply oil

47
yang menuju ke controlled oil circuit juga mengalir melalui passage ke piston
chamber di sisi sebelah kanan dari valve spool. Semua perubahan pressure
yang ada pada controlled oil circuit akan dirasakan juga di piston chamber.
Pada kondisi pump start-up, supply oil dan controlled oil mempunyai pressure
yang sama.

Normal Operating Condition


Gambar berikut menunjukkan pressure reducing valve pada kondisi operasi
normal.

Gb. 2.36 Pressure Reducing Valve, Normal Operation

Pada saat oil pressure di controlled oil pressure meningkat, maka oil pressure
di piston chamber juga naik. Kenaikkan pressure pada piston chamber akan
membuat piston bergerak ke kiri menekan valve dan spring force. Pada saat
valve spool bergerak ke kiri, maka valve spool akan menghambat supply oil
yang lewat valve dan akan menurunkan controlled oil pressure.
Pergerakkan dari valve spool menghasilkan variable orifice antara supply oil
dan controlled oil circuit. Variable orifice memungkinkan oil flow banyak dan
sedikit sesuai dengan yang diperlukan guna mengontrol pressure pada
controlled oil circuit.

48
Oil dalam spring chamber harus di drain ke tank. Peningkatan pressure dalam
spring chamber akan meningkatkan pula setting dari valve.

 Pressure Reducing Valve ISO Symbol


Gambar 2.37 menunjukkan ISO symbol dari pressure reducing valve. ISO
symbol menggunakan single envelope untuk mewakili posisi dasar dari
pressure reducing
valve.

Gb. 2.37 Pressure Reducing Valve ISO Symbol

Pump oil flow mengalir melalui NORMALLY OPEN valve melalui controled oil
circuit. Controlled oil circuit pressure dirasakan lewat pilot line dan
menggerakkan valve (panah) terhadap spring. Pada saat controlled pressure
bisa mengatasi spring force, valve (panah) akan bergerak ke bawah dan
menghambat oil flow mengalir menuju ke controlled oil circuit. Upstream
pressure bisa jadi terus meningkat. Akan tetapi downstream pressure tidak
akan naik melebihi pressure reducing valve setting.
Pada saat pressure controlled oil circuit turun, spring force akan
menggerakkan panah ke atas ke posisi membuka. Valve akan selalu mengatur
oil flow untuk menjaga controlled oil circuit.

49
II.3.1.4 Pressure Differential Valve

Gb. 2.38 Pressure Differential Valve


Pada gambar 2.38 dan 2.39, spring menggunakan gaya 50 Psi. Supply oil
pressure harus melebihi 50 psi untuk mengatasi spring force dan
menggerakkan valve spool.

 Sistem Operasi
Pump Start-up
Pressure differential valve berfungsi menjaga perbedaan pressure yang
tetap antara dua circuit. Pada saat pump start-up dan bilamana pressure di
primary circuit kurang dari 50 psi, spring force akan menjaga valve spool ke
kanan. Oil flow yang ke secondary circuit akan di-blocked. Perubahan
pressure pada primary circuit akan dirasakan oleh valve spool.

50
Gb. 2.39 Pressure Differential Valve, Normal Operating

Normal Operating Condition


Pada saat primary circuit sudah terisi, maka pressure mulai naik. Saat
primary circuit pressure naik lebih dari 50 psi, primary pressure bisa
mengatasi differential spring force sebesar 50 psi sehingga bisa
menggerakkan differential valve ke kiri. Supply oil kemudian mengalir ke
secondary circuit. Supply oil juga mengalir melalui passage ke differential
valve spring chamber.
Saat secondary circuit sudah terisi, maka pressure mulai naik. Pressure
ini juga akan dirasakan di dalam differential valve spring chamber. Kombinasi
antara pressure oil dan spring force akan berusaha menggerakkan spool ke
kanan dan berusaha untuk menutup aliran oli ke secondary circuit. Akan
tetapi kenaikan pressure pada primary circuit berusaha memuat valve tetap
terbuka. Pressure akan naik di kedua sisi primary dan secondary circuit
sampai relief valve open dan membuang oli ke tangki.
Pressure differential valve akan menentukan posisi yang menjaga
perbedaan pressure sebesar 50 psi antara primary dan secondary circuit pada
pressure di atas 50 psi.

 Pressure Differential Valve ISO Symbol

Gb. 2.40 Simbol ISO untuk Pressure Differential Valve

51
Pressure differential valve ISO symbol (Gb. 2.40) adalah kombinasi antara
symbol pressure relief valve dengan pressure reducing valve.
Pressure dari inlet dirasakan oleh valve dan melawan spring force
sebagaimana terjadi pada pressure relief valve. Outlet pressure dirasakan oleh
valve dan bekerja bersama spring force. Perbedaan inlet dan outlet pressure
selalu sama dengan gaya spring pada valve spool tanpa memperdulikan
perbedaan pressure pada inlet port. Sebagai contoh, gaya sebesar 50 psi
akan menghasilkan pressure differential antara inlet dan outlet pressure
sebesar 50 psi juga. Spring bisa diubah-ubah sesuai kebutuhan untuk
mendapatkan pressure differential.
II.3.2 Directional Control Valve
Directional control valve digunakan untuk mengarahkan ke circuit yang
lain dalam hydraulic system. Kapasitas maksimum dari flow dan pressure drop
melalui valve merupakan pertimbangan-pertimbangan utama. Directional
control valve bisa dioperasikan secara manual, hydraulic, pneumatic dan
electronic control. Faktor-faktor ini kebanyakan ditentukan selama initial system
design. Directional control valve digunakan untuk mengarahkan oli ke actuator
dalam hydraulic system.

Gb. 2.41 Spool Valve

52
Valve body-nya sendiri di-bor, di honing dan kadang-kadang dilakukan
heat treatment. Inlet dan outlet port di-bor dan di bikin ulir. Valve spool-nya di
machining dan dibuat dari baja tingkat tinggi, digosok dan dilakukan heat
treatment. Ada valve spool yang dilapisi dengan chrome. Pada saat
disassemble, hanya valve sajalah yang merupakan komponen yang bergerak.

II.3.2.1 Spool Valve


Valve spool, Gb. 2.41 terdiri dari land dan groove. Spool land mem-
blocked oil flow melalui valve body. Posisi dari spool bila tidak diaktifkan disebut
“normal position”.
Pada saat sebuah “open center” valve berada pada normal position, supply oil
mengalir melalui valve dan kembali ke tank. Pada saat sebuah “close center”
valve berada pada normal position, supply oil di-blocked oleh valve spool.

 Open Center Directional Control Valve in HOLD Position


Gambar berikut memperlihatkan gambar potongan untuk sebuah open center
directional control valve pada posisi HOLD.

Gb.2.42 Open Center Directional Control Valve in HOLD Position

Pada posisi HOLD, pump oil mengalir menuju valve body, di sekitar valve
spool dan kemudian kembali ke tangki. Pump oil juga mengalir menuju load

53
check valve. Saluran di belakang load check diisi dengan blocked oil. Blocked
oil dan load check valve spring menjaga load check valve tetap tertutup.
Valve spool juga mem-blocked oil yang berada di saluran untuk mengalir
menuju ke rod end dan head end dari cylinder.

 Open Center Directional Control Valve in RAISE Position


Gambar 2.42 memperlihatkan valve spool pada posisi sekejap bergerak ke
posisi RAISE. Pada saat valve spool digerakkan ke posisi RAISE, valve spool
mem-blocked oil ke tangki. Akan tetapi, pump oil flow mengalir ke load check
valve. Valve spool juga menghubungkan antara oil yang berada di cylinder

head end di belakang load check valve dan cylinder rod bersama-sama
menuju ke tangki. Load check valve mencegah oil yang berada di cylinder
head end mengalir ke pump oil passage. Pump oil flow yang di blocked
menyebabkan pump oil pressure naik.
Gb. 2.42 Open Center Directional Control Valve in RAISE Position

54
Gambar 2.43, kenaikan pressure pada pump oil mengatasi pressure di belakang
load check valve (membuat load check valve tidak duduk). Pump oil mengalir
melewati load check valve dan valve spool menuju ke cylinder head end.Oil di
dalam cylinder rod end mengalir melewati valve spool menuju ke tank.

Gb. 2.43 Open Center Directional Control Valve, RAISE Position

 Directional Control Valve ISO Symbol

Gb. 2.44 Basic Envelope

Basic Envelope
Symbol dasar valve ISO seperti terlihat pada gambar di atas, terdiri dari
satu atau lebih basic envelope. Jumlah envelope yang digunakan mewakili
jumlah posisi dimana valve tersebut bisa digerakkan.

55
Gb. 2.45 Valve Port

Valve Port
Terlihat pada gambar di atas adalah valve port yang tersambung pada
working lines. Valve dengan dengan dua port biasa disebut sebagai two-
way valve. Valve bisa punya beberapa posisi dan port sesuai kebutuhan.
Akan tetapi kebanyakan valve position berada pada range satu sampai
tiga, untuk valve port berada pada range dua sampai enam.

Flow Path
Pada gambar 2.46 berikut, garis dan panah yang berada di dalam sebuah
envelope, pada dasarnya dipakai untuk mewakili flow path dan arah di

antara port.
Gb. 2.46 Flow Path

Three Position Valve


Gambar 2.47 memperlihatkan tiga ISO symbol dari three position valve.
Pada three position valve, kotak yang tengah adalah posisi NEUTRAL atau
HOLD position. Pada saat valve tidak sedang melakukan kerja, maka valve yang
dipakai adalah valve yang tengah atau berada pada HOLD position. Tergantung
design dari spool, posisi tengah melayani beberapa tujuan. ISO symbol yang di

56
atas mewakili closed center valve. Pada saat berada di HOLD position, close
center spool block semua oil flow.
ISO symbol yang di tengah mewakili tandem center valve. Saat berada
pada posisi HOLD, tandem center valve mem-block oil flow pada titik A dan B,
dengan demikian menghubungkan pompa dengan tangki.

Gb. 2.47 Three Position Valve


ISO symbol yang di bawah mewakili open center valve. Saat berada
pada posisi HOLD, open center valve akan menghubungkan semua port ke
tank.

Three Position, Six way, Open Center, Manual Controlled Valve


Gambar 2.48 kiri memperlihatkan three position, open center, manual
controlled valve pada HOLD position. Pump oil mengalir di sekitar valve spool
ke tangki. Oil yang berada dalam cylinder di block di control valve spool.

57
Gb. 2.48 HOLD Position

Three Position, Six way, Close Center, Pilot Controlled Valve


Gambar 2.48 kanan, memperlihatkan three position, six way, close center, pilot
controlled valve. Saat di posisi HOLD, semua oil flow di blocked pada control
valve spool.

Directional Control Valve Actuator


Gambar 2.49, memperlihatkan ISO symbol untuk beberapa directional control
valve actuator.

Gb. 2.49 Directional Control Valve Actuator

II.3.2.2 Rotary Valve


Rotary valve seperti terlihat pada gambar 2.50 bawah, terdiri dari round
plug dengan passage atau channel. Channel yang ada di plug terhubung

58
dengan port pada valve body. Daripada shifting ke kanan atau ke kiri, valve-nya
berputar.
Pada diagram yang kiri, valve terhubung dengan pump ke cylinder rod
end. Oil di head end mengalir ke tank. Pada saat valve berputar 90˚, pump
terhubung ke head end dan oil di rod end mengalir ke tank.

Gb. 2.50 Rotary Valve

Rotary valve yang terlihat di atas adalah four-way valve. Akan tetapi rotary
valve juga bisa two-way atau three-way. Rotary valve digunakan di low
pressure operation.

II.3.2.3 Check Valve


Fungsi dari check valve adalah mengalirkan oil ke satu arah, tetapi mem-
block aliran oil dari arah berlawanan. Check valve kadang-kadang juga disebut
“one way” check valve.
Kebanyakan check valve terdiri dari spring dan valve seat yang
berbentuk tirus sebagaimana terlihat pada gambar 60 di atas. Akan tetapi bola
yang bulat juga dipakai disamping valve seat yang tirus. Dalam beberapa
circuit, check valve bisa mengambang dengan bebas (tidak mempunyai spring).
Lihat valve di sebelah kiri (Gb. 2.51). Saat pump oil pressure bisa
mengatasi pressure di belakang check valve ditambah spring force, check valve
akan membuka dan membiarkan oil mengalir ke implement system.

59
Lihat valve di sebelah kanan (Gb. 2.51). Saat pump oil pressure kurang
dari oil pressure di implement, check valve akan menutup dan mencegah
implement oil mengalir kembali melalui valve.

Gb. 2.51 Check Valve

II.3.2.4 Pilot Operated Check Valve


Pilot operated check valve berbeda dengan simple check valve, dimana pilot
operated check valve memungkinkan oli mengalir melalui valve pada arah yang
berlawanan.
 Forward Flow
Gambar 2.52 bagian atas memperlihatkan kepada kita sebuah pilot
operated check valve. Pilot operated check valve terdiri dari sebuah check
valve, pilot valve dan rod. Pilot operated check valve membiarkan oli
mengalir dengan bebas dari control valve ke cylinder
 Flow Blocked
Saat oil flow dari control valve berhenti, maka check valve akan duduk
sebagaimana terlihat pada Gb. 2.52 bawah bagian kanan. Oil dari cylinder
menuju control valve di-blocked pada check valve.

60
Pilot operated check valve kebanyakan sering digunakan di system operasi
dimana terdapat ‘drift’ problem. Pilot operated check valve menahan drift
pada toleransi yang sangat kecil.

61
Gb.2.52 Pilot Operated Check Valve Forward Flow dan Flow Blocked

Gb. 2.53 Pilot Operated Check Valve Reverse Flow

 Reverse Flow
Gambar 2.53 di atas memperlihatkan oil flow dari cylinder ke control valve.
Pada saat flow diperlukan, pilot oil dikirim ke pilot valve oil chamber. Pilot oil
pressure menggerakkan pilot valve dan rod ke kanan dan membuka check
valve. Cylinder oil mengalir melalui check valve menuju ke control valve dan
kemudian ke tangki.
Perbandingan pressure antara load pressure dan pilot pressure dirancang
sesuai dengan valve-nya. Perbandingan pressure-nya 3 : 1. Pressure yang
diperlukan untuk membuka check valve sama dengan 1/3 dari load
pressure. Load pressure sebesar 600 psi memerlukan pilot pressure sebesar
200 psi untuk bisa membuka check valve.

 Check Valve ISO Symbol


Pada gambar 2.54, A dan B menampilkan simple check valve pada OPEN
dan CLOSE position.

62
Symbol C melambangkan shuttle valve. Shuttle valve atau resolver valve
memungkinkan dua circuit yang terpisah untuk men- supply oil ke circuit
yang ke-tiga dengan tetap menjaga dua circuit yang terpisah terisolasi dari
yang lain. Symbol D melambangkan pilot operated check valve.

Gb. 2.54 Check Valve ISO Symbol

II.3.2.5 Make-up Valve


Make-up valve seperti gambar 2.55, terlihat mirip check valve. Make-up valve
biasanya ditaruh di circuit antara implement dan tangki. Pada saat operasi
normal, pump atau cylinder oil akan mengisi ruangan di belakang make-up
valve. Pressure di dalam cylinder akan menjaga valve tetap CLOSED. Pada
cylinder pressure sekitar 2-psi lebih rendah dari tank pressure, make-up valve

63
akan OPEN. Oil dari tangki akan mem-by pass pump dan mengalir secara
langsung melalui make-up valve menuju ke cylinder.
Gb. 2.55 Make-up Valve

Make-up valve dipakai untuk mencegah cavitation. Sebagai contoh, pada


saat loader bucket berada pada posisi RAISED, dan operator menggerakkan
control ke posisi FULLY LOWER, maka gaya gravitasi bumi pada bucket
ditransmit melalui cylinder piston ke return oil. Kenaikan pressure pada return
oil akan menaikkan flow dari cylinder. Pada saat cylinder pressure
memindahkan return oil lebih cepat dari pada pompa yang dapat mengirimkan
oil untuk memindahkan piston, maka akan terjadi kevaccuman di cylinder dan
saluran-salurannya. Kevaccuman dapat menyebabkan cavitation pada cylinder
dan saluran-salurannya. Pada saat pressure di dalam cylinder dan salurannya
turun sampai 2-psi kurang dari tank pressure, maka make-up valve akan
membuka dan memungkinkan tank oil mengalir melalui make-up valve menuju
ke saluran dan ke cylinder. Langkah ini akan mencegah cavitation di dalam
cylinder dan saluran-salurannya.
II.3.2.6 SOLENOID ACTUATED CONTROL VALVE
 Solenoid Actuator
Pada sebuah solenoid actuator, medan electromagnet akan menggerakkan
armature yang mana akan dipakai untuk menggerakkan push pin. Push pin
akan menggerakkan valve spool.

Gb. 2.56 Solenoid Actuator

64
Ada dua solenoid actuator yang populer yaitu ‘air gap’ dan ‘wet armature’.
A. Air gap Solenoid
Sebuah air gap solenoid diperlihatkan pada gambat 2.56 di atas.
Saat coil mendapatkan arus, akan timbul medan electromagnet. Seperti
halnya medan magnet akan ditimbulkan bilamana arus listrik mengalir
melalui sebuah kawat. Bila kawatnya lurus, maka medan magnet-nya
akan relatif kecil. Bilamana kawatnya dililit menjadi sebuah coil, maka
medan electro-magnetic akan menjadi lebih kuat. Medan magnet
tersebut akan membentuk garis-garis lingkar di sekeliling coil. Semakin
besar jumlah lilitan, medan magnet semakin kuat.
Saat aliran arus listrik melalui coil tetap, medan electro-magnet
akan menjadi sangat kuat seperti yang terjadi pada magnet permanen.
Medan electro-magnet akan menarik armature. Armature akan
menggerakkan push pin dan push pin akan menggerakkan valve spool di
dalam control valve.
Air gap solenoid dilindungi oleh sebuah cover. Air gap solenoid
juga mempunyai fasilitas ‘manual override’. Manual override
memungkinkan valve diaktifkan secara manual bilamana solenoid-nya
rusak. Sebuah metal pin kecil ditaruh di cover. Posisi dari pin sejajar
dengan armature. Pada saat pin ditekan kedalam cover, maka pin secara
mechanical akan menggerakkan armature. Kemudian armature akan
menggerakkan push pin yang man akan menggerakkan spool.

B. Wet Armature Solenoid


Wet armature solenoid (gb. 2.57) merupakan komponen yang
relatif baru dalam hydraulic system. Wet armature solenoid terdiri dari
frame yang berbentuk persegi panjang, coil, tube, armature, push pin
dan manual override. Coil dan frame persegi panjang dibungkus dalam
sebuah plastik. Tube-nya masuk pas ke dalam sebuah lubang yang
melalui pusat coil dan dua sisi frame-nya. Armature-nya sendiri

65
diletakkan di dalam tube dan terendam oleh hydraulic fluid dari
directional valve. Hydraulic fluid merupakan konduktor yang lebih baik
dari medan electro-magnet dibandingkan dengan udara. Oleh karena itu
wet armature solenoid mempunyai force yang lebih besar dibandingkan
dengan air gap solenoid.
Pada coil diberikan arus listrik, akan timbul medan electro-
magnet. Medan electro-magnet akan menggerakkan armature. Armature
akan menggerakkan push pin dan push pin akan menggerakkan valve
spool di dalam control valve.
Pada sebuah wet armature solenoid, manual override terletak
pada ujung tube yang juga merupakan housing dari armature dan push
pin. Manual override digunakan untuk mengecheck pergerakkan dari
directional valve spool.

Gb. 2.57 Wet Armature Solenoid

Apabila terjadi kerusakan solenoid karena spool-nya jammed,


maka pergerakkan spool dapat dicheck dengan mendorong masuk
manual override. Manual override juga bisa digunakan untuk memutar
actuator tanpa meng-energize keseluruhan electrical control system.

66
 Solenoid Controlled, Spring Offset, Pilot Operated, Two Position, 4-
way Directional Control Valve
Gambar berikut (2.58) memperlihatkan Solenoid Controlled, Spring Offset,
Pilot Operated, Two-Position, 4-way Directional Control Valve.
Solenoid controlled, spring offset, pilot operated, two position, directional
control valve tidak selamanya dipasang dengan dua solenoid.
Solenoid digunakan untuk menggerakkan pilot valve spool. Valve spool
kembali ke posisinya semula dengan sebuah spring. Saat system-nya di

design untuk oil flow yang lebih besar, maka dengan sendiri akan dipakai
valve dengan ukuran yang lebih besar. Gaya utama diperlukan untuk
menggerakkan valve spool yang besar. Solenoid diperlukan untuk
menimbulkan jumlah gaya yang juga besar. Pada tipe valve seperti ini,
sebuah solenoid controlled pilot valve yang relatif lebih kecil di taruh di atas
main valve spool yang lebih besar. Saat shifting diperlukan, oil yang
bertekanan akan mengalir dari small solenoid controlled pilot valve ke sisi
yang lain dari valve spool yang lebih besar.
Gb. 2.58 Solenoid Controlled, Spring Offset, Pilot Operated,
Two Position, 4-way Directional Control Valve

 Solenoid Controlled, Pilot Operated, Three Position, 4-way


Directional Control Valve

67
Gambar 2.59 memperlihatkan Solenoid Controlled, Pilot Operated, Three
Position, 4-way Directional Control Valve. Pilot valve dicontrol oleh dua
solenoid valve. Pilot valve juga mempunyai sebuah spring yang terletak
pada masing-masing ujung dari valve spool. Bilamana tak satupun solenoid
yang energize, maka valve spool spring menahan valve spool pada posisi
CENTER. Saat pilot valve berada pada posisi CENTER, pilot oil flow yang
menuju ke control valve yang lebih besar di blocked. Spring yang berada
pada ke-tiga posisi directional control valve akan mengembalikan posisi
control spool ke posisi center.

Gb. 2.59 Solenoid Controlled, Pilot Operated, Three Positions,


4-way Directional Control Valve

Centering spring kebanyakan diartikan untuk men-center posisi directional


valve spool. Control valve mempunyai spring yang terletak pada ujung
masing-masing spool. Pada saat pilot pressure dialirkan ke salah satu ujung

68
dari pada valve spool, maka valve spool akan bergerak dan menekan spring
pada ujung yang lainya. Pada saat pilot pressure di-drain, spring akan
mengembalikan spool ke posisi center.

 Solenoid Failure
Kebanyakan kerusakan dari solenoid actuator saat valve stuck. Valve
spool yang stuck akan mencegah armature menutup secara benar.
Kebanyakan valve ‘stuck’ disebabkan oleh contamination. Kotoran seperti
endapan lumpur, bram, dan partikel yang lain akan tersangkut antara spool
dan bore yang menyebabkan spool-nya macet. Juga, partikel oil yang ter-
oksidasi bisa menimbulkan bahan yang melengket yang dapat menyumbat
clearance antara spool dan dinding bore sehingga menyebabkan macet
terhadap bore-nya. Lumpur, bram, dan partikel yang lain bisa dicegah
dengan menggunakan filter. Penggunaan oil yang benar dan penggantian
filter yang teratur dapat membantu mengurangi problem.
Pada saat valve stuck dan solenoid di-energize, solenoid coil
menerima aliran arus listrik yang konstan yang akan menghasilkan panas
yang berlebihan. Solenoid tidak di-design untuk meniadakan panas yang
berlebihan, akibatnya coil-nya bisa terbakar. Problem overheating sering
terjadi pada saat temperature udara luar yang cukup tinggi atau terjadi
system low voltage.
Solenoid rusak karena temperature udara luar yang cukup tinggi bisa
di control dengan meningkatkan aliran udara melalui solenoid. Temperature
dari oli hydraulic dapat diturunkan supaya lebih banyak panas yang diserap
dari solenoid melalui hydraulic system.
Kadang-kadang, design valve yang berbeda bisa dipasang pada saat
beroperasi di cuaca yang sangat panas. Harus dibuat pengaturan yang
cukup bagus untuk membuat sistem beroperasi pada temperature yang
lebih rendah.
Pada saat voltage ke coil terlalu rendah, medan electromagnet tidak
cukup kuat untuk menarik armature. Cuma, pada saat spool-nya stuck, arus

69
listrik akan terus mengalir melalui coil. Aliran arus listrik yang konstan ini
bisa menimbulkan panas yang berlebihan.
Faktor lain juga mempengaruhi operasi dan umur dari solenoid
actuator. Solenoid actuator bisa rusak bilamana terjadi perputaran arus
listrik yang berlebihan, seperti short circuit frekwensi dan voltage yang
salah.

 Spring Offset, Solenoid Controlled, Two positions, 4-way Valve


ISO symbol pada gambar 2.60 bagian atas, memperlihatkan spring offset
directional control valve yang terlihat pada normal position. Pump oil
mengalir ke A dan oli di B mengalir ke tangki.
Pada saat solenoid di energize, solenoid akan menggerakkan valve terhadap
spring. Pump oil kemudian mengalir ke B dan oil di A mengalir ke tangki.

Gb. 2.60 ISO Symbol

 Solenoid Controlled Pilot Operated, Spring Centered, Three


Position, 4-way, Closed-Centerd valve.
Di ISO symbol gambar 2.60 bagian bawah, solenoid controlled pilot
operated, spring centered, three position, 4-way, closed centerd valve
terlihat pada posisi normal. 4-port semuanya di blocked di valve. Bila

70
solenoid di sebelah kanan di-energize, pump oil mengalir ke A dan oil di B
mengalir ke tangki.

71
Hydraulic

III. I S O SYMBOL
Tujuan dari digunakannya graphic symbol adalah untuk mendapatkan
pengertian yang menyeluruh dari fluid power system. Teknik ini bertujuan
untuk standarisasi dengan memakai simbol-simbol, suatu cara untuk
mendapatkan pengertian yang lebih mudah dalam cara menerangkan
komponen dari fluid power system. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
basic simbol geometri seperti: lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segi
tiga, busur, panah, garis, titik, tanda silang.

Gb. 3.1 Graphic Fluid Power Symbols

Berikut ini menggambarkan secara jelas bagaimana fungsi komponen di


bandingkan dengan konstruksi aktual yang ditekankan dengan menggunakan
symbol dasar. Simbol memperlihatkan fungsinya dengan menggambarkan
sambungan-sambungan, saluran-saluran, dan fungsi komponen yang di
wakilkan. Masing-masing simbol digambarkan pada keadaan normal, diam, atau
kondisi netral.
Saat anda mempelajari simbol, perhatikan bagaimana simbol-simbol ini
tersambung untuk memperlihatkan komponen aktual yang akan mem bentuk
piktorial. Kita dapat membandingkan graphic simbol dengan peta jalan. Setiap

72
garis, lingkaran, kotak, ataupun simbol geometric yang lain merupakan suatu
bagian komponen yang nyata dan semuanya disambung bersama-sama
sehingga akan memperlihatkan bagaimana fungsinya, dan bagaimana dia
dirancang sebagai sirkuit yang lengkap.
Pada dasarnya, graphic simbol digunakan untuk menggambarkan fluid
power sistem dengan memecah komponen dalam bentuk seperti berikut ini:
1. Konduktor (fluid)
2. Menyimpan energi dan menyimpan fluid
3. Fluid conditioner (heater, coolers, filters, dll).
4. Linier devices (silinder).
5. Controls (manual, electrical spring, dll).
6. Rotary devices (pumps dan motors).
7. Instruments dan accessories.
8. Valves.

III.1 INTRODUCTION
III.1.1. Pandangan Umum
Fluid power system digunakan untuk men-transmit dan mengkontrol
power melalui penggunaan fluida yang bertekanan (zat cair atau gas) di dalam
circuit yang tertutup
Tipe dari simbol-simbol tersebut biasanya digunakan dalam
penggambaran circuit diagram untuk fluid power sistem yaitu Pictorial,
Cutaway, dan Graphic.
 Pictorial symbol, bagus sekali untuk menunjukan komponen yang
saling berhubungan. Hal ini sulit di lakukan untuk mendapatkan
standard dari sebuah fungsi dasar.
 Cutaway symbol, menekankan tentang konstruksi. Simbol ini
sangatlah komplek untuk digambarkan dan fungsinya juga tidak
kelihatan secara nyata.
 Graphic symbol, menekankan fungsi dan cara operasi dari sebuiah
komponen. Simbol ini mudah untuk digambarkan. Fungsi komponen

73
dan cara operasinya jelas sekali kelihatan. Graphic symbol mampu
melampaui kendala bahasa dengan demikian bisa mem-promote
pengertian yang menyeluruh terhadap fluid power system.

III.1.2. Ruang Lingkup dan Tujuan


Standard ini menampilkan sebuah system graphic symbol untuk fluid power
diagram.
 Bentuk dasar dari simbol tersebut adalah:
Lingkaran Segitiga Garis
Kotak Busur Titik
Persegi panjang Panah Silang
 Simbol dengan menggunakan kata-kata dan singkatan dihindarkan. Simbol
dapat melampaui kendala bahasa yang juga akan ditampilkan di sini.
 Fungsi komponen disamping dari pada konstruksi-nya ditekankan dengan
sebuah symbol.
 Arti dari operating fluid power komponen terlihat merupakan satu bagian
dari simbol tersebut (bilamana ada).
 Standard ini memperlihatkan kepada kita suatu basic symbol,
menerangkan prinsip, dan menggambarkan gabungan dari simbol yang
sedang ditampilkan. Simbol gabungan dapat direncanakan untuk fluid
power komponen dengan menggabungkan basic symbol tersebut.

III.2. Aturan-aturan Symbol


A. Simbol memperlihatkan sambungan-sambungan, tempat aliran dan
fungsi dari komponen. Simbol bisa menunjukkan kondisi yang terjadi
selama transisi dari rangkaian yang satu ke yang lainnya. Simbol tidak
menunjukkan konstruksi, juga tidak menunjukkan nilai seperti pressure,
flow rate dan setting komponen yang lainnya.
B. Simbol tidak menunjukkan lokasi dari sebuah port, petunjuk shifting dari
spool atau posisi dari control element yang ada pada komponen nyata.

74
C. Simbol bisa diputar atau dibalik tanpa merubah artinya, kecuali dalam
hal Lines untuk reservoir, vented manifold, accumulator dan receiver.
D. Line Technique
Bikin supaya tebal garis tetap sama. Tebal garis tidak akan merubah arti
dari symbol.
 Solid Line
(Main line conductor, outline dan shaft)

 Dash Line
(Pilot line untuk control)

 Dotted Line
(Saluran Drain)

 Center Line
(Enclosure Outline)

 Instrument Line
(Indicator, Recorder, Sensor)

 Line Crossing
(Tidak Berhubungan)
Atau

 Lines Joining

Atau

75
E. Basic symbol bisa terlihat dalam beberapa ukuran. Ukuran-ukuran
tersebut bisa ber-variasi guna memperjelas suatu kasus.

 Lingkaran dan setengah lingkaran

 Lingkaran besar dan kecil, bisa digunakan


untuk menyatakan bahwa satu komponen
merupakan komponen utama/main,
dan komponen yang lain merupakan pelengkap

 Segitiga

 Panah

 Bujur sangkar dan persegi panjang

F. Huruf kombinasi yang digunakan sebagai satu bagian dari graphic simbol
tidak perlu berupa singkatan.

G. Panah yang melewati sebuah symbol pada kira-kira 45° menunjukan bahwa
komponen tersebut bisa di-adjust/variabel.

) (

76
H. Panah dengan posisi parallel pada sisi dari sebuah simbol, berada di dalam
simbol, menunjukkan komponen tersebut merupakan pressure
compensate.

) (

I. Garis yang pada ujungnya ada sebuah titik melambangkan sebuah


thermometer


J. Rotating shaft dilambangkan dengan panah yang menunjukkan arah
putaran.

III.3 KONDUKTOR, FLUID

III.3.1 Line, Working (Utama)

III.3.2 Line, Pilot (untuk control)

III.3.3 Line, Drain

III.3.4 Line, untuk Instrument // // //


(Measuring, recording, sensing)

III.3.5 Arah Aliran


 Pneumatic

77
 Hydraulic

III.3.6 Line dengan hambatan


yang tetap sama

III.3.7 Line, Flexible

III.3.8 Station, Testing, Measurement,


atau Power Take-Off

 Plugged Port

III.3.9 Quick Disconnect

 Tanpa check valve:


Tersambung:

Tidak Tersambung:

 Dengan Dua Check Valve:


Tersambung:

Tak Tersambung:

III.3.10 Rotating Coupling

78
III.4 PENYIMPAN ENERGI DAN PENYIMPAN FLUIDA

III.4.1 Reservoir Vented:

Pressurizes:

Catatan: Reservoir biasanya digambar pada posisi horizontal. Semua lines


masuk dan keluar reservoir dari bagian atas.

Contoh:
 Reservoir dengan Connecting Lines

Di atas fluid level :

Di bawah fluid level :

Terlihat garis yang masuk atau keluar di bawah reservoir dipakai hanya
bilamana sambungan pada bagian bawah merupakan circuit pokok.

III.4.2 Accumulator
 Accumulator, Spring Loaded

 Accumulator, Gas Charged

79
 Accumulator, Weighted

III.4.3 Receiver, untuk udara dan gas

III.5 FLUID CONDITIONER

Sebuah alat untuk mengontrol


karakter fisik dari fluida

III.5.1 Heat Exchanger


 Heater
Segitiga di dalam menun-
jukkan pemberian panas.

Segitiga yang di luar menunjukkan


media pemanas, yaitu zat cair.

Segitiga yang di luar menunjukkan


media pemanas, yaitu gas.

 Cooler
Segitiga yang di dalam menunjukkan
pelepasan panas.

 Temperature Controller
Temperature di-maintain di antara

80
dua batasan yang telah ditetapkan

III.5.2 Filter-Strainer

III.5.3 Separator
 Dengan Manual Drain

 Dengan Automatic Drain

III.5.4 Filter-Separator

 Dengan Manual Drain

 Dengan Automatic Drain

III.5.5 Dessicator (Chemical Dryer)

III.6 Cylinder
 Single Acting

81
 Double Acting

 Double Rod end

 Fixed Cushion

 Adjustable Cushion

III.7 CONTROLS
III.7.1 Spring

III.7.2 Manual
Digunakan sebagai symbol umum
tanpa menunjuk type secara khusus.
(Contoh: kaki, tungkai, lengan)

III.7.3 Push Button

III.7.4 Push-Pull Lever

III.7.5 Pedal

82
Hydraulic

IV. Load Sensing/ Pressure Compensated

Gb. 4.1 Backhoe Loader

Load sensing/Pressure compensated banyak digunakan di sejumlah unit


Caterpillar. Beberapa diantaranya adalah 416-446 Backhoe Loader, Challenger
65, Track Type Tractor seri – “H”, Motor Grader seri “G”, 916-936 Wheel
Loaders.

Gb.4.2 Basic System


IV.1 Basic System (Open Center)

83
Dimulai dengan pembahasan basic sistem yang terdiri dari:
(1) Reservoir/ tank
(2) Fixed Displacement Pump
(3) Pressure Tap
(4) Open Center, Lever Actuated control valve
(5) Double-acting hydraulic cylinder
Pada System Open Center, aliran oli mengalir menuju control valve
setiap saat, apakah langsung ke tangki ataukah ke cylinder. Volume “oil
flow” yang besar & konstan dapat menghasilkan panas (apabila ada
restriction). Panas dapat mengurangi umur component.
Dengan memakai control valve yang besar dapat meminimalkan
restriction, demikian juga dengan memakai cooler dapat mengurangi efect
panas yang muncul. Namun hal ini tidak praktis dan mahal, serta
componentnya juga terlalu besar apabila dipasang pada mesin.

IV.1.1 Relief Valve

Gb.4.3 Relief Valve


Dengan sistem yang sederhana seperti di atas dapat dihasilkan “ High
system pressure” yaitu pada saat cylinder rod full extend atau full retract

84
ataupun pada saat cylinder mendapat beban berat. Untuk proteksi
terhadap sistem tersebut, maka ditambah suatu komponen yaitu: Main
Relief Valve. Satu kekurangan system ini adalah pada saat system
berada pada high pressure, maka muncul panas yang tinggi sehingga
mengurangi umur komponen
Ada dua masalah lain yang berhubungan dengan sistem ini:
(1) “Sticky” – Gerak kontrol spool keras/lengket
(2) Speed Cylinder (kecepatan gerak cylinder) bervariasi terhadap speed
engine atau berubah sesuai beban kerja (hal ini menyebabkan jumlah
aliran juga berubah).

Gb.4.4 Flow Forces

 Flow Force (Gaya Aliran)


“Sticky” control valve (keras/lengket) biasanya disebabkan oleh gaya
aliran (flow force). Flow force adalah gaya yang bekerja pada control
spool. Hal ini diasumsikan sebagai kecenderungan gaya untuk tetap
mempertahankan spool pada posisi terbuka selama ada flow yang
melewati orifice yang dibuat oleh besar-kecilnya bukaan spool.
Besarnya Flow Force tersebut berbanding proporsional terhadap jumlah
aliran (flow) dan pressure differensial sebelum dan sesudah spool land.

85
Dengan kata lain, flow atau pressure differensial naik maka
kecenderungan force mempertahankan spool untuk tetap terbuka juga
naik. Vector gaya, yang bekerja paralel terhadap centerline dari control
valve, adalah gaya yang berusaha mempertahankan stem tetap
terbuka. Pada contoh diatas, semakin besar spool menutup suply oli
(semakin kecil ukuran orifice), semakin besar pressure differensial
antara suplay dan workport, dan semakin besar gaya yang
mempertahankan spool untuk tetap terbuka.
Sebagai illustrasi, apabila anda sedang menutup pintu terhadap
hembusan angin. Sementara anda menutup pintu berarti anda
membuat restriction terhadap hembusan angin. Semakin rapat pintu
mulai tertutup, semakin kuat gaya yang bekerja terhadap anda. Apa
yang anda rasakan adalah efek flow dan pressure yang bekerja pada
orifice, dan dikenal sebagai flow force

 Centering Spring

Gb.4.5 Centering Spring

Hydraulic control valve akan sangat bermanfaat apabila control


spoolnya dapat kembali ke posisi semula secara otomatis. Hal ini dapat

86
dilakukan dengan menambahkan spring di bawah spool untuk menutup
orifice pada saat operator me-release lever.
Perlu diingat, semakin besar flow atau sistem pressure maka akan
semakin besar “flow force”, dan semakin berat centering spring
berusaha mengembalikan spool ke posisi semula.
Efeknya control lever menjadi agak berat, sehingga menyebabkan
operator cepat fatiq/ bosan.

 Variasi Kecepatan Cylinder


Pada contoh circuit diatas, kecepatan cylinder ditentukan oleh jumlah
aliran yang melalui spool/orifice. Hal ini dapat dipengaruhi oleh speed
engine, beban kerja, displacement lever dan output pompa.
Apabila operator berusaha membuat kecepatan cylinder relatif tetap
selama speed engine berubah atau beban kerja berubah-ubah, maka si
operator harus secara terus menerus merubah posisi lever untuk
menjaga supaya pressure differensial pada spool/orifice relatif sama.
Dari teori basic hydraulic diketahui, ketika pressure differensial pada
spool/ orifice konstan, jumlah aliran yang melewati orifice/spool juga
sama. Problem ini membuat operator cepat lelah.

IV.2 Pressure Compensation (Close Center System)


Untuk menjawab kedua problem fatiq tersebut maka ditambahkanlah
Pressure Reducing Valve, yang berfungsi mengatur jumlah aliran. Doble check
valve berfungsi untuk merasakan pressure workport, baik pada rod end
maupun head end cylinder dan mengirimkan pressure workport tersebut ke
pressure reducing valve. Pressure ini disebut “sinyal pressure” dan selalu sama
dengan workport pressure.

Note: Pressure reducing valve tersebut, sering disebut “pressure


compensator”, “Flow control Valve”, “Flow compensator”, sementara
double check valve kadang disebut “Shuttle Valve” atau “Ball Resolver”

87
Gb. 4.6 Pressure Compensation

Dari schematic di atas dapat ditentukan bahwa pressure reducing valve


menyensing pressure workport. Pressure ini akan bekerja bersama spring
pressure reducing valve untuk mengontrol downstream pressure. Downstream
pressure sama dengan workport pressure ditambah pressure spring. Apabila
pressure ke main control spool sama dengan workport pressure ditambah nilai
spring, berarti bahwa pressure differential (perbedaan antara pressure supply
ke main control spool dan workport pressure) main control spool sama dengan
nilai spring.
Apabila spring mempunyai nilai 50 psi, maka nilai 50-psi ini mengontrol
maksimum differensial pressure pada main control spool, dan akan mengurangi
gaya aliran (flow force) pada spool sehingga membuat lever menjadi lebih
ringan.
Pressure reducing valve ini akan meniadakan pengaruh variasi engine
speed terhadap cylinder speed. Sebagaimana engine speed naik, pump flow
juga naik, sehingga meningkatkan pump supply pressure. Pressure reducing
valve akan memberi reaksi terhadap kenaikan pump supply pressure dan

88
membatasi input flow (aliran masuk), hal ini berfungsi untuk memelihara
differensial pressure yang sama pada spool. Dengan begitu, diharapkan terjadi
konstan flow ke cylinder. Sebaliknya, juga akan terjadi aksi yang sama pada
penurunan engine speed.
Valve ini juga berfungsi meniadakan efek perubahan beban pada
cilinder. Sehingga variasi beban kerja tidak mempengaruhi kecepatan
implement, akibatnya kecepatan implement akan konstan.

Contoh kasus:
Diasumsikan workport pressure 500 psi. Pressure ini bekerja bersama pressure
spring sebesar 50 Psi di dalam pressure reducing valve dan menghasilkan 550
psi di dalam main control spool.
Pressure diferensial/ perbedaan pressure pada main control spool adalah 50 psi
yang mana merupakan nilai dari spring itu sendiri.

Apabila workport pressure meningkat menjadi 1000 Psi. Pressure ini akan
bekerja bersama pressure (nilai) spring (50 Psi) di dalam pressure reducing
valve dan menghasilkan 1050 Psi pada main control spool.
Pressure diferensial/ perbedaan pressure pada main control spool adalah 50 Psi
yang juga merupakan nilai dari spring.

Sekalipun load/ beban berubah, pressure diferensial pada main control spool
tetap sama, yang berakibat jumlah flow akan tetap konstan.

Definisi Pressure Compensation:


Sistem kontrol yang menghasilkan kecepatan implement yang konstan
untuk setiap posisi displacement lever.
Hal ini dilakukan dengan menjaga perbedaan pressure yang tetap pada main
control spool oleh spring pressure reducing valve (yang digunakan untuk
mengatur aliran).
Pada sistem Pressure Compensasi ada dua perbedaan pressure (Pressure
Differensial), yaitu:

89
 Pertama, pressure differensial pada pressure reducing valve itu
sendiri. Perbedaan pressurenya bervariasi tergantung perbedaan
pressure supply pompa dengan workport pressure (plus nilai spring)
 Kedua, pressure differensial pada main control spool , yang dibatasi
dan dikontrol oleh spring pada pressure reducing valve

Contoh:
Suatu implement memerlukan 5-gpm dan berkembang 1000 Psi pada
workportnya. Pompa fixed displacement mempunyai kemampuan mensuplai
30 gpm. Nilai spring pada pressure reducing valve 50 psi, maka spring plus
workport pressure akan membatasi pressure downstream yang menuju
main control stem sebesar 1050 Psi. Selama implement tidak memerlukan
supply penuh, maka pressure pump supply akan naik sebesar 2700 Psi dan
kelebihan flow akan dikembalikan ke tanki melalui main relief valve.

Perbedaan pressure pertama terjadi pada pressure reducing valve, yakni


sebesar 2700 Psi – 1050 Psi sama dengan 1650 Psi

Perbedaan pressure kedua adalah 1050 Psi – 1000 Psi sama dengan 50 Psi
dan merupakan nilai spring dari pressure reducing valve

Apabila cylinder digerakkan dengan pelan, berarti operator sedikit membuka


closed center control spool, dan hanya sebagian kecil flow pompa yang
diijinkan ke cylinder. Dengan pompa fixed displacement, pressure pompa
pasti akan naik dan kelebihan flownya akan di drain ke tanki. Jumlah flow
yang besar dan pressure yang tinggi pada relief valve akan secara cepat
berakibat panas, akibatnya memperpendek umur componen.

Untuk mengurangi akibat panas tersebut perlu ditambahkan oil cooler,


disamping itu ada dua pilihan lain, yaitu:
 Dapat menambahkan Flow Control atau dump valve pada system

90
 Mengganti Fixed Displacement Pump dengan Variable Displacement
pump

IV.3 Load Sensing (Close Center System)


Dengan menggunakan Flow Control (Dump) valve atau variable
displacement pump (disertai valve pengatur pompa untuk mengatur
sistem flow) akan diperoleh pressure yang diinginkan, hal ini dikenal
dengan istilah Load Sensing.

Definisi Load Sensing:


Sistem kontrol yang menjaga pressure supply pompa pada nilai tetap di
atas nilai sistem pressure tertingginya

Jaringan sinyal diperlukan, yang berfungsi mengirim pressure workport


tertinggi (sensing beban) kembali ke Flow Control (Dump) Valve atau
control valve pompa.
Di dalam jaringan sinyal ada beberapa double check valve, yang dikenal
dengan “Resolver” atau “Shuttle” Valve

 Flow Control “Dump” Valve


Flow Control “Dump” valve saat ini banyak ditambahkan pada sistem

91
Gb. 4.7 Flow Control Valve

Contoh kasus:
Implement memerlukan 5 gpm dan mengembangkan 1000 Psi pada
workportnya.Fixed Displacement Pump dapat mensuplai 30 gpm. Spring
di dalam flow control valve/ Dump valve mempunyai nilai 200 Psi, maka
harga spring plus workport pressure sebesar 1200 Psi ini bertindak
mengature pressure suplai pompa dan membatasinya sebesar 1200 ke
sistem.
Kelebihan flow yang tidak diperlukan oleh implement di drain ke tanki.
Nilai perbedaan pressure antara workport pressure dan pressure yang
boleh masuk ke sistem adalah 200 Psi sama dengan nilai spring pada
flow control valve. Nilai ini adalah Nilai “Margin Pressure”, yang akan
memberikan respon implement yang lebih baik.
Pada kasus ini, return suplai pompa ke tanki terjadi pada pressure
setting di bawah setting main relief pressure. Sehingga akan mengurangi
panas yang timbul dan memperpanjang umur component.
Sekarang yang menjadi masalah besar adalah adanya wasted hydraulic
horsepower (Hp Hydraulic yang terbuang).
Suatu sistem dimana pompa selalu mensuplai maksimum flow tanpa
memperhatikan keperluan implement. Kelebihan flow didrain ke tangki, ini
yang disebut wasted energy (energi yang terbuang)

 Variable Displacement Pump


Kita dapat mengurangi wasted energi yang terjadi pada fixed
displacement pump dengan mengganti dengan variable displacement
pump.

92
Gb. 4.7 Variable Displacement Pump

Pompa ini menggunakan control valve untuk mengatur pump flow yaitu
dengan merubah sudut swashplate. Workport atau sinyal pressure akan
bekerja bersama spring Flow Compensator (di dalam pump control
valve), supaya bisa memberikan “margin pressure” dengan setting di
atas harga workport pressure.
Flow compensator spool berfungsi menyensing suplai pressure (sama
seperti flow control valve pada fixed displacement pump). Seiring
kebutuhan flow berubah karena perubahan posisi lever, perbedaan
pressure antara workport pressure dengan pump suplai pressure akan
berubah sebagai akibat reaksi terhadap perubahan posisi lever.
Ini akan menyebabkan posisi flow compensator spool berubah. Sehingga
akan mengirim flow banyak atau sedikit menuju ke large actuator piston
di dalam pompa. Selanjutnya akan merubah sudut swasplate pompa,
sehingga output pompa juga berubah.
Biasanya pompa ini juga dilengkapi dengan secondary control stem
(pressure compensator/ pressure cut off spool) yang akan memberi
reaksi terhadap pump suplai pressure dan akan terbuka pada set
pressure maksimum. Control ini akan mendestroke pompa (mengurangi

93
flow pompa) untuk menjaga maksimum sistem pressure tanpa
menggunakan main relief valve
Dengan men-set pompa dan control valvenya, dapat diperoleh
kebutuhan flow yang tepat sesuai dengan keperluan pressure
workportnya sehingga sistem dapat bekerja dengan lebih efisien
(dibanding sistem dengan fixed displacement pump).

Contoh kasus:
Formula untuk Horsepower hydraulic adalah:
(Gpm x psi)/1714 = Hp = gpm x psi x .000583
Apabila dipakai 30 gpm fixed displacement pump dan pressure pada
workport 1000 psi, Flow control (dump) valve menyensing workport
pressure dan bekerja bersama spring 200 psi (margin), maka Hydraulic
Horsepower (Hp) yang diambil dari engine:
30 gpm x (1000 psi + 200 psi) x .000583 = 21 Hp
Karena cylinder hanya memerlukan 5 gpm, maka hp yang digunakan
hanya: 5 gpm x (1000 psi x 200 psi) x .000583 = 3.5 Hp

Apa yang terjadi untuk 17.5 Hp (21 hp – 3.5 hp) sisanya yang diambil
dari engine? Ini adalah “wasted Hp” (Hp yang tidak terpakai), dan di
dump kembali ke tangki dalam bentuk panas.
Dengan menggunakan Variable Displacement, berapa kira-kira Wasted
Hp yang muncul? Secara praktek hampir tidak ada. Pompa akan
memberikan flow sesuai dengan kebutuhan pada pressure yang sedikit
lebih tinggi (Slightly) dari pada yang dibutuhkan.
5 gpm x 200 Psi x 0.000583 =0.58 Hp wasted, yang digunakan untuk
margin pressure

Dua keuntungan apabila menggunakan Variable Displacement Pump, yaitu:


1. Panas yang muncul dapat dikurangi, sehingga component mempunyai
umur yang lebih lama.

94
2. Horsepower yang terbuang menjadi berkurang, sehingga irit bahan bakar

Gb. 4.8 Load Sensing/ Pressure Compensation

Kembali ke basic diagram, fungsi Flow control (dump) valve dan main relief
valve dari pompa dihilangkan dan digantikan dengan “ Flow Compensator
atau Margin Spool” yang berfungsi mengontrol Flow, dan “Pressure
Compensator atau Pressure Cut-off Spool” yang berfungsi membatasi
maksimum pressure sistem.

Hydraulic

SOAL-SOAL

Jawablah
1. Sebutkan tiga sistem pada unit alat berat yang menggunakan prinsip-
Piston Rod
prinsip hidrolik. End
Piston
Piston Diameter = 8 in
2. Sebutkan dua keuntungan penggunaan zat cair/cairan.
Ro
3. Sebutkan Hukum Pascal d Rod Diameter = 3 in

4. Pada gambar berikut berapakah luas area piston head end?


Piston Head
End
Piston
95
8 in

Gauge A
5. Apa yang dimaksud dengan efektif area dari piston rod end?
6. Berapa tekanan yang ditunjukkan pada Gauge A?
7. Pada gambar berikut, berapakah tekanan yang ditunjukkan oleh masing-
masing Gauge?

Hydraulic

SOAL-SOAL

Jawablah

1. Sebutkan 3 fungsi Hydraulic tank!


2. Pasangkan komponen tangki berikut dengan fungsi yang tepat!

96
1. Fill Cap A. Mencegah kotoran berukuran besar masuk ke tangki

B. Mengijinkan tangki diisi sampai level yang tepat tapi


2. Sight glass
tidak berlebih

3. Supply Line C. Mencegah partikel besar masuk ketika fill cap dilepas

4. Return Line D. Digambar sebagai kotak yang tertutup atau segiempat.

E. Memberi waktu supaya gelembung pada return oil naik


5. Ecology Drain
ke permukaan
F. Menjaga , kotoran masuk lewat lubang yang dipakai
6. Filler Screen
untuk mengisi dan menambahkan oli ke dalam tangki.
G. Mencegah terjadinya tumpahan ketika memindahkan air
7. Filler Tube
dan endapan dari tangki

8. Baffles H. Mengijinkan oli mengalir dari system ke tangki.

9. Pressurized tank symbol I. Mengijinkan oli mengalir dari tangki ke system.

10. Return Screen J. Digunakan untuk memeriksa level oli.

Hydraulic

SOAL-SOAL

Jawablah
1. Sebutkan fungsi utama dari fluida hidrolik!
2. Apa nama pengukuran resistansi aliran fluida pada temperatur tertentu?
3. Semua oli akan ……………… ketika temperatur naik dan ……………….
ketika temperatur turun.

97
4. Apa nama pengukuran perubahan kekentalan fluida sehubungan dengan
perubahan temperatur.
5. Sebutkan tiga tipe dasar fire resistant fluids.

Hydraulic

SOAL-SOAL

I. Jawablah

1. Mana diantara dua klasifikasi pompa berikut ini yang paling tidak efisien?
Positive Displacement atau Non-positive Displacement?
2. Mengapa demikian?
3. Sebutkan tiga tipe konstruksi dari positive displacement pump.

98
4. Mengapa tekanan sistem operasi maksimum pada gear pump dibatasi
pada 4000 psi?
5. Hitung output dari pump dengan rate 380 cc/rev yang turning pada 2000
rpm.
6. Jelaskan arah putaran dari input shaft pada gear pump dengan drive
gear pada top dan inlet pada sisi sebelah kiri.
7. Mengapa shaft bearing pada balanced vane pump lebih kecil dari bearing
pada gear pump?
8. Apa tipe disain piston pump yang bergerak mundur dan maju pada 90
pada shaft?

II. Pilihlah jawaban yang tepat

1. Oli pada gear pump mengalir dari inlet ke outlet


a. Melalui bagian tengah pompa
b. Sekitar bagian luar gigi
c. Sekitar bagian luar drive gear dan melalui pusat yag dilakukan
oleh idler gear.
d. Sekitar bagian luar idler gear dan melalui pusat yag dilakukan oleh
drive gear.

2. Apa yang melapisi bagian sisi rotor dan bagian akhir vanes pada sebuah
vane pump?
a. Cam ring b. Shaft
c. Flexplates d. Bearings
3. Apa nama tipe pompa yang aliran outputnya hanya dapat diubah dengan
mengubah kecepatan rotasi?
a. Fixed displacement b. Variable Displacement
c. Non-Positive Displacement d. Piston Pump

99
4. Apa nama tipe pompa yang aliran outputnya dapat diubah dengan
menjaga kecepatan rotasi?
a. Non-Positive Displacement b. Variable Displacement
c. Gear pump d. Fixed Displacement
5. Apa yang menyebabkan oli mengalir dalam inlet pump?
a. Tekanan atmosfir b. Tekanan tangki
c. Charge pump d. Tidak ada jawaban

100
III. Isilah dengan jawaban yang tepat

Gb. 1

1. Identifikasi Komponen pompa (Gb. 1):


A. Pressure balance plates F. Isolation Plate
B. Drive gear G. Pressure Plate Seal
C. Idler gear H. Pressure plate Seal
D. Housing I. Seal Retainer
E. Mounting Flange

101
Gb. 2

2. Identifikasi Komponen pompa (Gb. 2):


A. Shaft F. Support Plate
B. Vane G. Carteidge plate
C. Rotor H. Housing
D. Ring I. Mounting Flange
E. Flexplate

Gb. 3

3. Identifikasi Komponen pompa (Gb. 3):


A. Shaft F. Stroking piston
B. Housing G. Swashplate
C. Head H. Compensator valve
D. Drive Piston I. Retraction plate
E. Barrel

102
Hydraulic

SOAL-SOAL

I. Jawablah

1. Jelaskan kegunaan relief valve!


2. Sebutkan dua tipe dasar dari relief valve!
3. Kapan pressure reducing valve digunakan dalam suatu circuit?
4. Jelaskan perbandingan antara pressure relief valve dengan pressure
reducing valve.
5. Mengapa eksternal drain line diperlukan untuk operasi dari pilot
operated pressure reducing valve?
6. Kapan pressure diffrential valve digunakan dalam suatu circuit?
7. Jelaskan perbandingan antara pressure differential valve dengan
pressure reducing valve

II. Jawablah Benar atau Salah

8. ISO symbol menyatakan bahwa relief valve merupakan simple relief


valve atau pilot relief.
9. Bagian kecil dari pilot operated relief valve membuang aliran dari system
ke tangki.
10. Spring yang besar menjaga bagian besar dari relief valve tertutup.

103
Hydraulic

SOAL-SOAL

I. Jawablah
1. Sebutkan dua alasan penggunaan directional control valve.
2. Sebutkan bagian directional control valve yang bergerak.
3. …………… menahan aliran oli melalui valve body.
4. …………… mengijinkan oli mengalir di sekitar spool dan melalui valve
body.
5. Pada ISO Symbol, jumlah amplop mewakili jumlah ………… yang
menunjukkan valve dapat bergeser/shifted.
6. Pada normal posisi, suplai oli mengalir melalui valve dan kembali ke
tangki. Valve merupakan …………………
7. Pada normal posisi, suplai oli melalui valve di blok. Valve merupakan
…………………
8. Pada ISO Symbol, gambar garis dan panah di dalam amplop digunakan
untuk mewakili …………………….
9. Tuliskan nama masing-masing simbol berikut:

104
10. Gambarkan lever operated, spring centered, three position, 4-way, open
center, dan directional control valve.
11. Apakah fungsi pemakaian manual override pada solenoid acktuator?
12. Jelaskan bagaimana solenoid actuator digunakan pada dua posisi valve!
13. Sebutkan tiga kondisi yang dapat menyebabkan solenoid overheating.
14. Jelaskan operasi dari check valve.
15. Apa yang terjadi jika check valve dipasang terbalik?
16. Dalam hal apa pilot operated check valve berbeda dari simple check
valve?
17. Apa yang dimaksud dengan pilot ratio dan pilot pressure?

18. Pada symbol shuttle valve (resolver) di atas, oli mengalir:


a. Dari circuit 1 ke circuit 2 d. A dan B
b. Dari circuit 2 ke circuit 3 e. B dan C
c. Dari circuit 1 ke circuit 3

19. Tuliskan nama komponen spool valve berikut:

105
20. Ketika tekanan beban pada pilot pressure ratio = 3 : 1, berapakah
minimum pressure yang dibutuhkan untuk membuka check valve berikut
ini?

106
107

Potrebbero piacerti anche