Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Oleh:
Oleh:
Menyetujui
(Prof., Dr., Sri Kunarti. drg., MS., Sp.KG(K)) (Dr. Kun Ismiyatin. drg., M.Kes., Sp.KG(K)
NIP. 195203281979012001 NIP. 196004021986012001
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan ............................................................................................ i
iv
2.3 Bakteri Actinomyces spp. ......................................................... 13
v
4.6 Definisi Operasional Variabel ................................................... 29
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Posisi fiber laser lebih pendek 1 mm dari panjang kerja ....... 12
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
invasi bakteri pada saluran akar. Bakteri yang paling sering menimbulkan
penelitian Yamin et al. pada tahun 2014, bakteri dominan pada akar gigi nekrosis
yaitu bakteri dengan jenis bakteri anaerob fakultatif gram positif. Persentase
tertinggi yaitu bakteri Actinomyces spp. sebesar 30%, lalu pada posisi kedua
Actinomyces spp. adalah bakteri gram positif pada filum Actinobacteria yang
berbentuk batang dan dapat hidup di lingkungan anaerob. Bakteri ini merupakan
bakteri komensal dalam rongga mulut, tetapi juga berpeluang menjadi bakteri
granulomatosa, dan bersifat destruktif. Bakteri ini dapat bertindak agresif saat
menginvasi barier mukosa dan masuk ke dalam jaringan subkutan (Thukral et al.,
2017). Bakteri Actinomyces spp. selain dikaitkan dengan pulpa gigi yang nekrosis,
bakteri ini juga termasuk bakteri utama penyebab kegagalan perawatan endodontik
1
2
spektrum luas dan juga karena kemampuannya dalam membersihkan sisa – sisa
jaringan organik dalam saluran akar (Haapasalo dan Shen, 2012). Meskipun proses
sering digunakan, tetapi untuk beberapa area yang tidak dapat diakses oleh karena
bentuk anatomi yang kompleks, bakteri dalam tubuli dentin, dan juga resistensi
bakteri oleh biofilm, sistem ini tidak dapat mendesinfeksi saluran akar secara
sempurna (Hoedke et al., 2017). Bahkan beberapa bakteri patogen juga dapat
resisten terhadap beberapa bahan irigasi dan medikamen (Lins et al., 2015).
kedalaman 100 μm, sedangkan bakteri yang tertinggal di dalam saluran akar dapat
berpenetrasi pada tubuli dentin akar hingga kedalaman 1000 μm (Stuart et al.,
2006). Oleh karena itu, dibutuhkan metode baru dalam perawatan endodontik untuk
endodontik.
al., 2017). PDT pertama kali digunakan untuk perawatan kemoterapi pada kanker,
mulut terutama yang resisten terhadap antibiotik dan medikamen. PDT antimikroba
3
melaporkan bahwa pemberian PDT dapat menurunkan jumlah bakteri gram positif
activated desinfection) yang terdiri dari dua komponen yaitu sumber sinar cahaya
diaktifkan dengan sumber cahaya yang menghasilkan oksigen reaktif yaitu singlet
oxygen dan radikal bebas yang dapat merusak struktur sel bakteri. Kimia reaktif ini
dapat merusak protein, lipid, asam nukleat, dan komponen yang lain (Silva et al.,
mengurangi jumlah bakteri dalam sistem saluran akar dan sudah direkomendasikan
dapat melewati porin-protein channels pada outer membrane dari bakteri gram
menghasilkan MB dimer yang akan ikut serta dalam proses fotosensitasi (Fimple,
2008).
pada panjang gelombang yang spesifik. Sinar cahaya merah (red light) dengan
dan dapat berpenetrasi ke dalam daerah nekrosis sedalam 0,5 – 1,5 cm. Sinar cahaya
4
yang biasa digunakan untuk PDT yaitu laser helium-neon (633 nm), laser gallium-
aluminium-arsenide diode (630-690, 830, atau 906 nm), dan laser argon (488-514
perawatan. (Netto et al., 2012). Laser dioda termasuk dalam teknologi terbaru
dalam perawatan endodontik karena memiliki ukuran yang kecil dan fiber tipis
fleksibel. Oleh karena itu, laser dioda cocok digunakan dalam saluran akar yang
melengkung dan susah dijangkau (Khoshbin et al., 2017). Laser dioda sedang
antimikroba melalui efek thermal. Efek antimikroba laser dioda bergantung pada
mode dan pengaturan iradiasi, dan energi laser yang dihasilkan (Trisic et al., 2017).
Penelitian mengenai panjang waktu penyinaran yang efektif dari laser dioda
bakteri Actinomyces spp. belum dilakukan. Ahmed et al. pada tahun 2011 meneliti
Streptococcus mutans dan memakai interval waktu 5, 10, 15, 20, dan 25 detik. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa laser dioda memiliki efek lethal pada
Streptococcus mutans dan Actinomyces spp. merupakan bakteri dengan jenis yang
sama yaitu bakteri anaerob fakultatif gram positif. Oleh karena itu peneliti akan
menguji efektifitas lama penyinaran dari laser dioda dengan panjang gelombang
650 nm dan Methylene Blue terhadap penurunan jumlah bakteri Actinomyces spp.
menggunakan waktu lama penyinaran lebih dari atau sama dengan 10 detik.
5
Berapa lamakah waktu penyinaran yang efektif dari laser dioda dengan
panjang gelombang 650 nm dan Methylene Blue dalam menurunkan jumlah bakteri
Actinomyces spp. ?
Untuk mendapatkan lama waktu penyinaran yang efektif dari laser dioda
dengan panjang gelombang 650 nm dan Methylene Blue dalam menurunkan jumlah
keilmuan mengenai lama waktu penyinaran yang efektif dari laser dioda dengan
panjang gelombang 650 nm dan Methylene Blue dalam menurunkan jumlah bakteri
Actinomyces spp. sehingga dapat digunakan sebagai acuan lama waktu penyinaran
TINJAUAN PUSTAKA
saluran akar merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan gigi selama
mungkin di dalam rongga mulut. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah
menurunkan jumlah bakteri dan mikroba pada sistem saluran akar sehingga
al., 2014).
kontraindikasi perawatan saluran akar yaitu gigi yang tidak berfungsi atau gigi yang
infeksi pada ruang pulpa. Oleh karena itu, perlu diperhatikan aspek – aspek berikut
panjang kerja dan densitas pengisi saluran akar (Whitworth, 2005). Keberhasilan
6
7
tidak peka terhadap perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau
penyakit periodontium, gigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda – tanda
infeksi atau pembengkakan, dan tidak ada keluhan pasien yang tidak
berhasil bila ligamen periodontium normal atau sedikit menebal (kurang dari 1
mm), radiolusensi di apeks hilang, lamina dura normal, tidak ada resorbsi, dan
pengisian terbatas pada ruang saluran akar, padat mencapai kurang lebih 1 mm dari
kontrol infeksi yaitu secara langsung dan secara ekologis. Kontrol infeksi secara
langsung dengan membunuh bakteri yang tersisa. Sedangkan kontrol infeksi secara
2005).
membuang seluruh jaringan karies, membuka atap pulpa, dan membentuk garis
lurus ke orifice saluran akar dengan prinsip cleaning and shaping (Cohen, 2006).
Preparasi saluran akar adalah tahap yang sangat penting karena dapat
mengeliminasi infeksi di ruang saluran akar. Hal ini meliputi pembuangan jaringan
vital dan nekrotik yang bertujuan untuk membersihkan ruang saluran akar agar
8
selanjutnya dapat dilakukan desinfeksi dengan menggunakan bahan irigasi dan obat
nekrotik, debris organik, jaringan vital, produk dari saliva, darah, dll) yang ada
maupun yang dapat menjadi iritan dari seluruh sistem saluran akar. Sedangkan
shaping adalah membentuk saluran akar agar bisa diisi secara optimal dan saat
pengisian kedap dari zat apapun (hermetic) (Cohen, 2006). Preparasi saluran akar
membasahi dinding saluran akar gigi, dan membuang serpihan dentin sisa preparasi
dan smear layer (Cohen, 2006). Di dalam smear layer mengandung substansi
organik dan anorganik. Bahan irigasi intrakanal membersihkan saluran akar dengan
cara mekanis dan kimiawi. Pembersihan secara mekanis dihasilkan dengan adanya
aliran masuk dan aliran balik di saluran akar oleh larutan irigasi. Sedangkan,
organik dan anorganik, berpenetrasi pada tepi saluran akar, membunuh bakteri,
tidak mengiritasi dan merusak jaringan sekitar yang masih vital, dan tidak
melemahkan struktur gigi. Bahan irigasi yang digunakan secara tunggal tidak dapat
menghasilkan hasil yang optimal (Haapasalo et al., 2011). Beberapa macam bahan
irigasi yang sering digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar antara lain :
Sodium hipoklorit (NaOCl) adalah bahan irigasi yang umum digunakan pada
konsentrasi antara 0,5% hingga 5,25%. NaOCl memiliki sifat antibakteri yang
sangat kuat (Schäfer, 2007). Kelebihan NaOCl yaitu dapat melarutkan substansi
organik pada saluran akar. Kandungan klorin pada larutan NaOCl dapat membuang
jaringan vital dan jaringan nekrotik dengan mengubah protein menjadi asam amino
(Winter, 2011).
Kekurangan dari NaOCl yaitu memiliki rasa yang tidak enak, toksik, dan
tidak mampu menghilangkan smear layer jika digunakan sendirian karena NaOCl
antimikroba dari NaOCl kurang jika dibandingkan dari penelitian in vitro. Hal ini
disebabkan NaOCl tidak dapat berpenetrasi pada perifer saluran akar, yaitu kanalis
dentin, kanal lateral, kanal apikal dan anastomosis (Haapasalo et al., 2010). Dengan
Gambar 2.1 Faktor yang berperan dalam efikasi NaOCl (Kolb, 2016)
Teknik sistem irigasi yang saat ini sering digunakan antara lain teknik manual
mencapai bagian apikal dari saluran akar. Instrumen yang digunakan yaitu Syringe
dan jarum endodontik (Kolb, 2016). Sistem irigasi dengan jarum secara manual
diketahui memiliki kontrol yang baik pada kedalaman dan besar volume dari cairan
irigasi yang keluar sepanjang saluran akar, Namun, kekuatan dari keluarnya cairan
irigasi pada saluran akar ini tergolong lemah sehingga banyak saluran akar
aksesoris dan bentuk anatomis akar yang irreguler tidak dapat tercapai. Kekurangan
baik daripada teknik konvensional dan lebih efisien dalam membersihkan smear
11
layer. Mekanisme alat ultrasonik yaitu dengan masuk saluran akar melewati larutan
irigasi dan memberikan efek scrubbing pada dinding saluran akar. Energi mekanis
membuang kotoran dari saluran akar. Kekurangan dari teknik ini yaitu dapat
irigasi dalam berpenetrasi dan pembersihan saluran akar secara mekanis dengan
risiko ekstrusi apeks yang lebih kecil dari penggunaan teknik konvensional
RinsEndo dan EndoVac adalah alat yang digunakan pada teknik irigasi
dapat membersihkan saluran akar secara menyeluruh. Alat ini juga menghasilkan
tekanan yang lebih kecil daripada teknik irigasi yang menggunakan syringe.
12
memiliki keuntungan memiliki efek termal yang minimal pada dinding saluran
akar. Laser digunakan dengan beberapa teknik, yaitu Laser Endodontik Tradisional
(iradiasi laser secara langsung) dengan menggunakan end-firing tips atau fiber
yang diposisikan pada saluran akar dengan jarak 1 mm lebih pendek dari panjang
Gambar 2.3 Posisi fiber laser lebih pendek 1 mm dari panjang kerja (Olivi, 2013).
yang tidak dapat dihancurkan pada tahap preparasi dan irigasi saluran akar. Namun
akhir – akhir ini bahan sterilisasi atau dressing saluran akar sudah jarang digunakan
karena terdapat beberapa kekurangan, yaitu toksik, menyebabkan alergi, tidak dapat
membunuh semua bakteri dalam saluran akar, dan dapat mengiritasi jaringan
sekitar yang berkontak dengan bahan tersebut (Lin, 2006). Ca(OH)2 adalah bahan
yang umum digunakan pada saat dressing dan dapat meningkatkan penyembuhan
Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk mempertahankan gigi
dalam rongga mulut selama mungkin. Perawatan saluran akar yaitu mengisi penuh
saluran akar dan membentuk fluid-tight seal pada foramen apikal gigi, sehingga
umumnya disebabkan oleh adanya variasi anatomi dan kanalis lateral, ledge
formation, proses debridement yang buruk, infeksi, obturasi yang tidak benar,
instrumentasi preparasi saluran akar serta bahan desinfeksi yang memiliki efek
menjangkau area tersebut. Penyebab kegagalan perawatan saluran akar yang paling
sering terjadi adalah kemampuan bakteri untuk bertahan pada apikal saluran akar
gigi yang telah dirawat. Bakteri tersebut akan tumbuh terus menerus dan mencapai
periapikal. Bakteri tersebut terdapat pada ismus, ramifikasi, dan tubulus dentin pada
waktu yang lama dan mendapatkan nutrisi dari sisa jaringan dan sel yang mati
Bakteri Actinomyces spp. adalah bakteri anaerob fakultatif, gram positif, tidak
berspora dan tidak bergerak (UK Standards for Microbiology Investigations, 2015).
Pada rongga mulut, Streptococcus spp. dan Actinomyces spp. menjadi bakteri yang
memiliki kemampuan untuk melekat pada permukaan gigi dan berperan sebagai
14
seiring bertambahnya usia, prevalensi Actinomyces spp. pada anak usia 2 bulan
sebesar 31%. Sedangkan, pada usia 2 tahun prevalensi Actinomyces spp. dapat
mencapai 97%. A. ododntolycus adalah bakteri yang paling prominen pada koloni
Phylum : Actinobacteria
Class : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Famili : Actinomycetaceae
Genus : Actinomyces
Gambar 2.4 Morfologi sel Actinomyces israelii dilihat dengan Scanning Electro
dari infeksi polimikrobial. Bakteri ini juga banyak ditemukan pada pulpa nekrosis,
konvensional. Bakteri ini sering didapatkan dari isolasi dentin yang terinfeksi oleh
karena karies akar yang aktif, terutama bakteri A. naeslundii, A. israelii, dan A.
dalam rongga mulut manusia dan dapat menyebabkan supuratif, lesi inflamasi
granulomatosa, dan bersifat destruktif. Bakteri ini dapat bertindak agresif saat
menginvasi barier mukosa dan masuk ke dalam jaringan subkutan (Thukral et al.,
2017).
activated disinfection) merupakan suatu alat yang terdiri dari dua komponen yaitu
photosensitizer dan sinar fotoaktivasi. PDT ini didasarkan dari penggunaan bahan
gelombang yang spesifik. Sinar yang dihasilkan dari PDT tersebut dapat
menjangkau area saluran akar yang sulit dijangkau oleh tindakan preparasi dan
bahan desinfeksi saluran akar. Selain itu, sinar tersebut tidak memiliki kandungan
toksik dan memiliki derajat keselektifan yang tinggi untu membunuh bakteri tanpa
merusak sel host. Pada studi in vivo dilaporkan bahwa sinar dari photodynamic
PDT pertama kali digunakan untuk perawatan kemoterapi pada kanker, lalu
mulut terutama yang resisten terhadap antibiotik dan medikamen. PDT antimikroba
16
melaporkan bahwa pemberian PDT dapat menurunkan jumlah bakteri gram positif
2.4.1 Laser
monokromatik dan koheren. Cahaya yang dihasilkan oleh laser biasanya memiliki
divergendi yang rendah. Cahaya ini dapat mencapai jarak yang jauh dan juga dapat
terfokus pada satu titik. Oleh karena itu, laser semakin berkembang dalam
proses ketike sebuah atom tereksitasi secara spontan. Laser dapat secara efektif
perawatan pulp capping yaitu menggunakan laser CO2. Selain itu, laser yang
digunakan untuk pembersihan dan shaping sistem saluran akar yaitu Nd:YAG,
dan diode) mrnggunakan optical fiber yang tipis (Stabholz et al., 2004).
terbaru dalam perawatan endodontik karena memiliki ukuran yang kecil dan fiber
tipis fleksibel (Khoshbin et al., 2017). Laser dioda sedang menarik perhatian para
17
thermal. Efek antimikroba laser dioda bergantung pada mode dan pengaturan
dua tipe berdasarkan panjang gelombang, yaitu 405 nm dan 650 nm yang
(Sukma, 2017).
melompat menuju kedudukan quantum yang lebih tinggi maka atom harus
mengambil energi dari lingkungan luar. Sebaliknya, jika elektron ingin turun
menuju kedudukan quantum yang lebih rendah, atom harus melepaskan energi baik
elektron akan menuju ke tingkat yang lebih rendah dengan melepaskan radiasi yang
disebut dengan “emisi spontan”. Sedangkan, elektron yang berada pada kedudukan
E2 dan akan menuju ke tingkat lebih rendah yaitu E1 tetapi belum memiliki
18
kesempatan untuk emisi spontan, terdapat foton yang lewat dengan energi sekitar
sama, dengan arah yang sama, dan dengan fase yang persis sama dengan foton yang
2.4.2 Photosensitizer
atau mengabsorbsi cahaya. Bahan ini akan bereaksi dengan foto (unit energi
selektif (Maisch et al., 2009). Photosensitizer dapat berupa endogen dan juga
eksogen (Oleinick, 2011). Photosensitizer pada PDT sebagai antibakteri yang ideal
3. Memiliki daya tarik yang rendah terhadap sel untuk menghindari risiko
karena konsentrasi mereka dalam lingkungan sel normal terlalu rendah (Ormond
tubuh, seperti Methylene Blue (MB) dan Toluidine Blue (TBO). Kedua
maksimum penyerapan pada panjang gelombang sekitar 625 nm hingga 656 nm.
digunakan yaitu sekitar 6,25 g/ml hingga 25 g/ml. Sedangkan untuk TBO,
konsentrasi yang digunakan yaitu berkisar 10 g/ml hingga 100 g/ml (Souza et
al., 2009).
karakteristik yang sangat baik, yaitu toksisitas yang rendah terhadap sel manusia,
Oxygen Species yang bersifat sitotoksik terhadap bakteri. Selain itu, karena MB
atau waktu inkubasi obat adalah waktu inkubasi bakteri dengan photosensitizer
dan sumber cahaya. Pertama – tama photosensitizer yang bermuatan kation akan
berikatan dengan dinding sel bakteri yang bersifat anion yang selanjutnya akan
terjadi interaksi elektrostatik yaitu pelepasan ion Ca2+ dan Mg2+ keluar sel sehingga
dinding sel bakteri lebih lemah dan permeabilitasnya meningkat. Hal ini
photosensitizer tersebut diberi sinar maka akan terjadi transfer energi yang diserap
oleh senyawa lain disekitarnya dan menghasilkan senyawa yang reaktif (Basrani,
2015).
elektron pada keadaan stabil (ground state) menyerap cahaya foton. Setelah
menyerap cahaya, konfigurasi elektron berubah menjadi tidak stabil (excited state).
Dari excited state, photosensitizer dapat kembali menjadi ground state apabila
melepaskan energi atau menjadi triplet state apabila terus mendapatkan energi yang
cukup. Pada triplet state ini merupakan keadaan yang reaktif, namun dalam
keadaan ini terjadi interaksi secara kimiawi antara elektron dari molekul dengan
oksigen yang memiliki konfigurasi elektron pada keadaan stabil. Karena adanya
Reaksi oksidasi fotosensitasi dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I dan tipe II.
Pada tipe I terjadi transfer elektron antara photosensitizer dengan substrat sehingga
akan menghasilkan ion – ion radikal yang disebut dengan ROS (Reactive Oxygen
Species) yang terdiri dari superoksida anion (O2-), hidroksil radikal (OH) dan
oksigen (1O2) (Dai et al., 2012). Superoksida anion (O2-), hidroksil radikal (OH)
dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dihasilkan pada reaksi tipe I dapat
yang bersifat irreversible. Sedangkan, singlet oksigen (1O2) yang dihasilkan pada
reaksi tipe II akan berinteraksi dengan substrat biologis dalam jumlah besar yang
22
menyebabkan kerusakan oksidatif pada membran sel dan dinding sel bakteri (Koshi
et al., 2011).
23
24
Bakteri Actinomyces spp adalah salah satu bakteri yang sering menimbulkan
kegagalan perawatan endodontik. Bakteri ini juga termasuk dalam bakteri yang
memiliki persentase terbanyak dalam saluran akar gigi nekrosis yaitu sebesar 30%
(Yamin et al., 2014). Untuk mengeliminasi bakteri Actinomyces spp. yang masih
endodontik. PDT terdiri dari dua komponen yaitu bahan pewarnaan non toksis
dinding sel bakteri yang bersifat anion yang selanjutnya akan terjadi interaksi
elektrostatik yaitu pelepasan ion Ca2+ dan Mg2+ keluar sel sehingga dinding sel
bermuatan negatif (Diogo et al., 2015). Ketika photosensitizer tersebut diberi sinar
maka akan terjadi transfer energi yang diserap oleh senyawa lain disekitarnya dan
elektron pada keadaan stabil (ground state) menyerap cahaya foton. Setelah
menyerap cahaya, konfigurasi elektron berubah menjadi tidak stabil (excited state).
Dari excited state, photosensitizer dapat kembali menjadi ground state apabila
melepaskan energi atau menjadi triplet state apabila terus mendapatkan energi yang
cukup. Pada triplet state ini merupakan keadaan yang reaktif, namun dalam
25
keadaan ini terjadi interaksi secara kimiawi antara elektron dari molekul dengan
oksigen yang memiliki konfigurasi elektron pada keadaan stabil. Karena adanya
Pada fase triplet state dimana elektron sudah terpisah dari pasanganya sehingga
bersifat reaktif dan akan cenderung mencari pasangannya dengan molekul lainnya
(Xhevdet et al., 2015). Pada fase ini akan memproduksi senyawa melalui dua jalur
yang spesifik. Hasil dari absorbsi tersebut akan menghasilkan dua tipe mekanisme.
Pada tipe I terjadi transfer elektron antara photosensitizer dengan substrat sehingga
akan menghasilkan ion – ion radikal yang disebut dengan ROS (Reactive Oxygen
Species) yang terdiri dari superoksida anion (O2-), hidroksil radikal (OH) dan
oksigen (1O2) (Dai et al., 2012). Superoksida anion (O2-), hidroksil radikal (OH)
dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dihasilkan pada reaksi tipe I dapat
yang bersifat irreversible. Sedangkan, singlet oksigen (1O2) yang dihasilkan pada
reaksi tipe II akan berinteraksi dengan substrat biologis dalam jumlah besar yang
menyebabkan kerusakan oksidatif pada membran sel dan dinding sel bakteri (Koshi
et al., 2011).
Pada lama penyinaran PDT yang singkat maka akan menghasilkan konsentrasi
photosensitizer yang berada pada excited singlet state dan triplet state yang sedikit
sehingga konsentrasi ion radikal dan singlet oksigen juga sedikit (Kishen dan
mitokondria, dan membran plasma sel bakteri hanya sedikit dan sel bakteri yang
mati jumlahnya sedikit. Sebaliknya apabila lama penyinaran PDT cukup lama maka
state dan triplet state yang cukup besar sehingga konsentrasi ion radikal dan singlet
oksigen juga banyak. Hal tersebut akan menyebabkan kerusakan pada lisosom,
mitokondria, dan membran plasma sel bakteri lebih besar dan sel bakteri yang mati
METODE PENELITIAN
K
O1
S
O2 Gambar 4.1
P
Rancangan Penelitian
O3
Keterangan :
S : Sampel
K : Kelompok Kontrol
P : Kelompok Perlakuan
O : Observasi
sebagai berikut :
(n-1)(t-1) > 15
27
28
(n-1)(4-1) > 15
(n-1)(3) > 15
n-1 >5
n >6
Keterangan :
n = Jumlah pengulangan
t = jumlah pengelompokan
jumlah sampel minimal adalah 6 sampel. Dalam penelitian ini digunakan 6 sampel
650 nm.
2. Lama penyinaran adalah lama penyinaran yang diatur pada alat laser dioda
FNR Dentolaser dan disinarkan pada 0,5 ml BHI broth 2 yang mengandung
bakteri Actinomyces spp. dengan variasi lama penyinaran laser yaitu 10,
3. Photosensitizer adalah bahan pewarna non toksik yang akan diaktifkan oleh
sinar dari sinar fotoaktivasi, berupa cairan Methylene Blue (MB) dengan
(CFU).
30
4.8.1 Alat
c. Tabung Reaksi
e. Lackband hitam
f. Petridish
g. Kawat osse
h. Mikropipet
i. Spreader
j. Spiritus brander
k. Inkubator
l. Anaerobic jar
4.8.2 Bahan
c. Nutrient Agar
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi Brain Heart Infusion (BHI) broth I.
Kemudian diaduk dan diinkubasi (37C) dalam inkubator selama 48 jam dengan
suasana anaerob.
Setelah diinkubasi selama 48 jam, sediaan kultur bakteri dalam tabung BHI
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi BHI broth II dan disetarakan
dengan skala Mc Farland untuk mendapatkan suspensi bakteri 1,5 x 108 CFU/ml.
empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari enam buah tabung eppendorf.
kelompok III dan kelompok IV diberi perlakuan seperti kelompok II dengan lama
dengan mikropipet dan ditanam di petridish berisi nutrient agar. Petridish berisi
media nutrient agar tersebut diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 37C dalam
suasana anaerob. Setelah diinkubasi, jumlah koloni bakteri pada petridish dihitung
(CFU)
Daftar Pustaka
Academy of Endodontics. p. 1.
Chaurasiya, Suman., Gunjan Yadav, dan Abhay Mani Tripathi. 2016. Endodontic
Cohen, Hargreaves. 2006. Pathway of The Pulp. 9th ed. St Louis : Mosby Elsevier.
Dai, Tianhong., Beth B. Fuchs, dan Jeffrey J. Coleman. 2012. Concepts and
Fimple, Jacob lee., Carla Raquel Fontana, dan Federico Foschi. 2008.
Boston : J Endod. p. 2.
35
Fouad, Ashraf. 2017. Endodontic Microbiology. 2nd ed. North Carolina : Wiley
Publisher., p. 167.
Topics. p. 59
Fumes, Ana Caroline., Paloma Dias, dan Silmara Aparecida. 2017. Effect of aPDT
OEM. p. 36.2
Haapasalo, M., Shen Y. 2012. Current Therapeutic Options for Endodontic Biofilm.
Endodontic Topics., p. 79
Hakimiha, Neda., Farzaneh Khoei, dan Abbas Bahador. 2013. Ther Suscepbility of
Oral Sci. p. 81
Center.p. 5.
36
1520.
Khoshbin, Elham., Zakiyah Donyavi, dan Erfan Abbasi Atibeh. 2017. Effect of
Nd:YAG and Diode Laser on Apical Seal of Root Canals Filled with AH Plus
Kolb, E. 2016. Root Canal Irrigants and Medicaments. Belarusia : Kedokteran gigi
Komabayashi, Takashi., Arata Ebihara, dan Akira Aoki. 2015. The Use of Lasers
Periodontology. p. 324
Mitchell, Laura., David A. Mitchell, dan Lorna McCaul. 2014. Handook of Clinical
Naghavi, Neda., Armita Rouhani, dan Sahar Irani. 2014. Diode Laser and Calcium
: JDMT. p.55.
Netto, Cacio Moura., Renatta Miotto Palo, dan Carol Jent. 2012. Influence of Prior
Olivi, Giovanni. 2013. Laser Use in Endodontics: Evolution from Direct Laser
KTL. p.6
Schäfer, Edgar. 2007. Irrigation of The Root Canal. Münster : Endo 2007. p. 15
Odontol Latinoam. p. 63
Stuart, Charles H., Scott A. Schwartz, dan D.D.S. Thomas. 2006. Enterococcus
faecalis : Its Role in Root Canal Treatment Failure and Current Concepts in
Sukma, Defrina. 2017. UNAIR Researchers Develop Dentolaser for Dental and
Teymouri, Faraz., Shirin Zahra Farhad, dan Hedayatollah Golestaneh. The Effect of
Clinical Periodontal Status. Iran : J Dent Shiraz Univ Med Sci. pp. 227-228.
Surg. p. 282.
39
Trisic, Dijana., Bojana Cetenovic, dan Igor Jovanovic. 2017. Diode Laser
Whitworth, John. 2005. Methods of Filling Root Canals Principles and Practices.
Yamin, Irfan Fauzy dan Nurhayaty Natsir. Bakteri Dominan di Dalam Saluran
Young, G., P. Parashos. Dan H. H. Messer. 2007. The Principles of Thecniques for
S52.