Sei sulla pagina 1di 10

Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No.

2, Desember 2017

GREENHOUSE GAS EMISSION LEVEL IN


INDRAMAYU DISTRICT

TINGKAT EMISI GAS RUMAH KACA DI


KABUPATEN INDRAMAYU

Diyah Krisna Yuliana 1

Abstract

The term of Greenhouse Gas surfaced in tandem with the issue of


global warming and climate change whose has been impact in various
regions of Indonesia. Global warming and climate change is a phenomenon
of increasing concentrations of Greenhouse Gases (GHG) in the
atmosphere. The Government of Indonesia targets to reduce the five
potential sectors that trigger GHGs. The five potential sectors are forestry
and peat land, Agriculture sector, energy and transportation sector,
industrial sector and waste sector. Kabupaten Indramayu has conducted a
Greenhouse Gas Inventory and reported it through a report entitled
"Inventory of Indramayu Regency Greenhouse Gas 2012". However,
Indramayu Regency has not been able to calculate GHG emissions in
accordance with the standards set, so that no results can be obtained that
show the amount of GHG emissions in the report. Based on the calculation
results, the Greenhouse Gas emission level in Indramayu Regency tends to
be high seen from the amount of emissions generated from the sector
Industry and transportation as well as a substantial reduction of carbon
stock reserves in the forestry sector.The impact of climate change in
Indramayu Regency greatly affects people lifes, especially in agriculture and
fishery sectors.

Keywords: emission, greenhouse gas, climate change, Indramayu

Abstrak

Istilah Gas Rumah Kaca mengemuka seiring dengan isu pemanasan


global dan perubahan iklim yang dampaknya telah dirasakan di berbagai
wilayah di Indonesia. Pemanasan global dan perubahan iklim adalah sebuah
fenomena meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer.
Pemerintah Indonesia menargetkan dapat menurunkan kelima sektor
potensial yang memicu terjadinya GRK. Kelima sektor potensial tersebut
yaitu sektor Kehutanan dan lahan gambut, sektor Pertanian, Sektor energi
dan transportasi, sektor industri dan sektor limbah. Kabupaten Indramayu
telah melakukan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan melaporkannya melalui
Laporan berjudul “Inventarisasi Gas Rumah Kaca Kabupaten Indramayu
Tahun 2012”. Namun, Kabupaten Indramayu belum dapat melakukan
penghitungan emisi GRK sesuai standar yang ditetapkan sehingga tidak
diperoleh hasil yang menunjukkan nilai besarnya emisi GRK dalam laporan
tersebut. Berdasarkan hasil kalkulasi,tingkat emisi Gas Rumah Kaca di
Kabupaten Indramayu cenderung tinggi dilihat dari jumlah emisi yang
dihasilkan dari sektor industri dan transportasi serta terjadinya pengurangan
simpanan cadangan carbon yang cukup besar pada sektor kehutanan.

1
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 2, Desember 2017

Dampak perubahan iklim di Kabupaten Indramayu sangat mempengaruhi


kehidupan masyarakatnya, terutama pada sektor pertanian dan perikanan.
Kata kunci: emisi, GRK, perubahan iklim, Indramayu

1
Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana – Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, Jl. M. H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340, email:
diyah.krisna@bppt.go.id

1. PENDAHULUAN dalam bentuk radiasi gelombang panjang


1.1. Latar Belakang (radiasi infra merah). Radiasi gelombang
Pemanasan global dan perubahan panjang yang dipancarkan matahari yang
iklim adalah sebuah fenomena meningkatnya kemudian oleh GRK (yang ada pada lapisan
konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer bawah dekat dengan permukaan
atmosfer. Fenomena tersebut disebabkan bumi) akan diserap dan menimbulkan efek
oleh aktifitas manusia, seperti penggunaan panas yang dikenal sebagai “Efek Rumah
bahan bakar fosil, perubahan tata guna lahan Kaca”.
dan hutan, serta kegiatan pertanian dan United Nations Framework Convention
peternakan. Salah satu GRK yang on Climate Change – UNFCC menjelaskan
mempunyai kontribusi terbesar terhadap terdapat 6 (enam) jenis gas yang digolongkan
pemanasan global dan perubahan iklim
sebagai gas rumah kaca (GRK), yaitu:
adalah CO2.Beberapa faktor yang dapat
memicu peningkatan GRK antara lain: Karbon Dioksida (CO2), Dinitro Oksida (N2O),
meningkatnya jumlah penduduk dan Metana (CH4), Sulfurheksaflorida (SF6),
kerusakan lingkungan. Perflorokarbon (PFCS) dan Hidroflorokarbon
Istilah Gas Rumah Kaca mengemuka (HFCs).
seiring dengan isu pemanasan global dan Meningkatnya emisi gas rumah kaca di
perubahan iklim yang dampaknya telah atmosfer menyebabkan kenaikan suhu udara.
dirasakan di berbagai wilayah di Indonesia. Kenaikan suhu udara menyebabkan
Istilah gas rumah kaca disampaikan para ahli membuat bumi semakin panas dan dikenal
dalam menggambarkan fungsi atmosfer bumi. dengan istilah pemanasan global. Begitulah
Atmosfer bumi digambarkan sebagaimana fenomena alam yang terjadi diatas muka
kaca pada bangunan rumah kaca yang sering bumi saat ini. Pemanasan global ini telah
kita jumpai dalam praktek budidaya tanaman. memaksa cuaca dan iklim melampaui
Atmosfer bumi melewatkan cahaya matahari ambang batas toleransinya. Semakin
hingga mencapai bumi dan menghangatkan seringnya anomali cuaca dan iklim yang
permukaan bumi sehingga memungkinkan ekstrim telah membuat cuaca dan iklim
bumi untuk ditinggali makhluk hidup. Tanpa menjadi sulit diprediksi secara akurat. Suhu
atmosfer, bumi akan menjadi dingin. Hal ini udara dan pola curah hujan terus berubah-
terjadi karena adanya keberadaan gas-gas di rubah dan memberikan dampak yang luar
atmosfer yang mampu menyerap dan biasa. Akibatnya, bencana alam terjadi
memancarkan kembali radiasi infra merah dimana-mana dan bisa terjadi kapan saja,
Gas-gas di atmosfer yang bersifat cenderung tidak terkendali dan berlangsung
seperti rumah kaca disebut “Gas Rumah terus menerus. Pemanasan global secara
Kaca (GRK)”. Terminologi Gas Rumah Kaca teori dapat diartikan sebagai kondisi
diartikan sebagai gas yang terkandung dalam peningkatan suhu udara di atmosfer, di laut
atmosfer, baik alami maupun dari kegiatan dan di darat yang disebabkan oleh
manusia (antropogenik), yang menyerap dan meningkatnya Efek Gas Rumah Kaca di
memancarkan kembali radiasi infra merah. atmosfer.
Sebagian radiasi dari matahari dalam bentuk Dalam kondisi tertentu, peristiwa Efek
gelombang pendek ini diterima permukaan Gas Rumah Kaca sebenarnya menyebabkan
bumi dan dipancarkan kembali ke atmosfer suhu di Bumi lebih hangat sehingga layak

2
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 2, Desember 2017

untuk ditinggali oleh manusia dan makhluk 5%


hidup lainnya. Jika tidak ada Efek Gas 2%
Pertanian
Industri
Rumah Kaca, suhu bumi diperkirakan berada
330C lebih dingin dibanding kondisi saat ini 11 %
bahkan akan membeku seperti es. Jadi Limbah 58 %
dalam kadar tertentu Efek Gas Rumah Kaca 24 % Kehutana
memang sangat dibutuhkan di Bumi. Tetapi Energy n dan
Lahan
apabila kadar Efek Gas Rumah Kaca
Gambut
melebihi batas toleransi maka pemanasan
yang terjadi di Bumi akan berlebihan pula
sehingga akan mengakibatkan pemanasan
global yang telah terjadi seperti saat ini.
IPCC (2001) menyatakan bahwa
perubahan iklim merujuk pada variasi rata- Gambar 1. Persentase Emisi GRK di
rata kondisi cuaca suatu tempat dalam jangka Indonesia Tahun 2000. Sumber:
waktu yang cukup lama (satu dekade/10 Second National Communication
tahun). Perubahan iklim terjadi akibat proses dalam laporan Kementerian
alami maupun oleh kekuatan eksternal, yakni Perindustrian RI, 2012.
perilaku manusia yang mengubah kondisi Kabupaten Indramayu merupakan
fisik atmosfer. Total emisi GRK di Indonesia salah satu daerah di Jawa Barat yang
tahun 2000 dari semua sektor sebesar merasakan daampaknya akibat perubahan
1.415.988 Gg CO2e. Kontribusi GRK tersebut iklim. Lokasi Kabupaten Indramayu yang juga
terdiri dari sektor kehutanan dan lahan merupakan Jalur Pantura yang selalu padat
gambut, energI, limbah, industri, dan dilalui oleh kendaraan bermotor; banyaknya
pertanian. industri-industri besar; serta berkurangnya
Terkait perubahan iklim yang telah, luas hutan ditengarai menjadi faktor
sedang dan masih akan terjadi, Pemerintah penyebab terjadinya peningkatan Gas Rumah
Indonesia melalui Rencana Pembangunan Kaca. Oleh sebab itu, perlu diketahui
Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun perkiraan besaran nilai emisi Gas Rumah
2009-2014 telah menetapkan prioritas Kaca yang dihasilkan dari aktivitas industri,
pembangunan pengelolaan lingkungan hidup transportasi dan luas hutan di Kabupaten
yang diarahkan pada “Konservasi dan Indramayu.
pemanfaatan lingkungan hidup mendukung
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan 1.2. Rumusan Masalah
yang berkelanjutan, disertai penguasaan dan a. Bagaimana penyelenggaraan
pengelolaan risiko bencana untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di
mengantisipasi perubahan iklim”. Kabupaten Indramayu?
Pemerintah Indonesia menargetkan b. Bagaimana tingkat emisi gas rumah kaca
dapat menurunkan kelima sektor potensial di Kabupaten Indramayu?
yang memicu terjadinya GRK. Kelima sektor
potensial tersebut yaitu sektor Kehutanan dan 1.3. Batasan Masalah
lahan gambut, sektor Pertanian, Sektor Penelitian ini hanya meneliti 3 sektor
energi dan transportasi, sektor industri dan potensial dari 5 sektor yang menjadi target
sektor limbah (Bappenas, 2013). pemerintah Indonesia. Ketiga sektor tersebut
Sebagai wujud keseriusan Pemerintah yaitu:
dalam menurunkan GRK, tahun 2012, a. Sektor Kehutanan
Kementrian Lingkungan Hidup menerbitkan b. Sektor Industri
Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi c. Sektor Transportasi
Gas Rumah Kaca Nasional yang harus
1.4. Tujuan Penelitian
dilaksanakan oleh tingkat pusat hingga
a. Untuk mengetahui penyelenggaraan
tingkat kabupaten/ kota.
Inventarisasi Gas Rumah Kaca di
Kabupaten Indramayu.

3
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 2, Desember 2017

b. Menyajikan perkiraan tingkatemisi gas yang tersedia di tingkat nasional atau


rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas regional.
industri, transportasi dan luas hutan di 2.2.2. Perhitungan Nilai Emisi Gas Rumah
Kaca Sektor Industri
Kabupaten Indramayu.
Pilihan pendekatan dilakukan dengan
menghitung emisi GRK pada masing-masing
2. METODA PENELITIAN industri dengan cara mengalikan jumlah
2.1. Pengumpulan Data industri dengan rata-rata faktor emisi:
Pengumpulan data dalam kajian ini
dilakukan dengan melalui pengambilan data Emisi = Jumlah Industri x Rata-rata Faktor
primer dan data sekunder. Emisi
a. Pengambilan data sekunder dilakukan Berikut tahapan pengolahan data emisi
dengan melakukan tinjauan dan GRK dari sektor industri:
wawancara langsung dengan pihak a. Tahap 1: Pengumpulan data jumlah di
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Indramayu.
(BLHD) Kabupaten Indramayu. b. Tahap 2: Menghitung rata-rata faktor
emisi produk bahan bakar.
b. Pengambilan data primer dilakukan
c. Tahap 3: Hasil= Tahap 1 x Tahap 2.
dengan melakukan studi literatur dari
pustaka yang ada baik berupa data 2.2.3. PerhitunganNilai Emisi Gas Rumah
maupun informasi serta melakukan Kaca Sektor Transportasi
Emisi GRK dari pembakaran bahan
penelusuran data melalui internet.
bakar pada sumber bergerak adalah emisi
2.2. Pengolahan Data GRK dari kegiatan transportasi, meliputi
2.2.1. PerhitunganNilai Emisi Gas Rumah kegiatan transportasi darat (jalan raya, off
Kaca Sektor Kehutanan road, kereta api), transportasi melalui air
Pilihan pendekatan dengan metode (sungai atau laut) dan transportasi melalui
Gain-loss, secara sederhana estimasi emisi udara (pesawat terbang). GRK yang
(perubahan stok karbon) diformulasikan diemisikan oleh pembakaran bahan bakar di
dengan persamaan: sektor transportasi adalah CO, CO2, CH4 dan
N2O.
Emisi = Data Aktivitas x Faktor Emisi Faktor emisi adalah nilai representatif
Asumsinya: (1) semakin tinggi perubahan yang menghubungkan kuantitas suatu
stok karbon dalam artian berkurang, polutan yang dilepaskan ke atmosfer dari
menandakan semakin tinggi potensi suatu kegiatan yang terkait dengan sumber
kontribusi kab/ kota tersebut polutan. Faktor-faktor ini biasanya dinyatakan
menyumbangkan emisi GRK dan; (2) dalam sebagai berat polutan dibagi dengan satuan
hal kabupaten/ kota tidak mempunyai lahan berat, volume, jarak, lamanya aktivitas yang
hutan, maka diasumsikan kabupaten/ kota mengemisikan polutan atau durasi dari
tersebut mempunyai potensi yang tinggi komponen kegiatan yang mengemisikan
dalam menyumbangkan emisi GRK karena polutan tersebut. Kekuatan emisi (emission
tidak ada/ berkurangnya potensi serapan strength) menunjukkan volume emisi yang
terhadap CO2 yang dilepaskan. dikeluarkan per satuan waktu. Untuk
Kajian ini membatasi: menentukan kekuatan emisi (Q) diperoleh
a. Pendugaan perubahan karbon pada dengan persamaan:
penggunaan lahan tetap (lahan hutan ke 𝑄 = 𝑛 × 𝐹𝐸 × 𝐾 × 𝐿……………………..…(1)
lahan hutan).
Dimana:
b. Elemen GRK yang diperhitungkan hanya Q = kekuatan emisi (gram/detik)
CO2. N = jumlah kendaraan (smp/detik)
c. Data yang dipergunakan merupakan FE = faktor emisi (gram/liter)
kombinasi data default IPCC dan data K = konsumsi bahan bakar (liter/100km)
L = panjang jalan (km)

4
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 2, Desember 2017

Data perhitungan faktor emisi dan konsumsi bahan bakar yang akan digunakan dapat
dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Faktor Emisi Kendaraan Bermotor dari Sejumlah Tipe Bahan Bakar

Sumber data: Yamin Et All, 2009.


Tabel 2. Konsumsi Energi Spesifik Kendaraan Bermotor
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
Jenis Kendaraan Jenis Kendaraan Spesifik (lt/100
Spesifik (lt/100 km)
km)
Mobil Penumpang Bus Kecil
- Bensin 11,79 - Bensin 11,35
- Diesel/Solar 11,36 - Diesel/Solar 11,83
Bus Besar Bemo/Bajaj 10,99
- Bensin 23,15 Truck Besar 15,82
- Diesel/Solar 16,89 Truck Sedang 15,15
Bus sedang 13,04 Truck Kecil

Taksi - Bensin 8,11


- Bensin 10,88 - Diesel/Solar 10,64
- Diesel/Solar 6,25 Sepeda Motor 2,66
Sumber data: Yamin Et All, 2009.

Faktor Konversi Kendaraan. Lalu lintas kendaraan ke satuan mobil penumpang


pada kenyataanya terdiri berbagai macam (smp) yang disajikan pada Tabel 3.
jenis kendaraan yang berbeda-beda. Oleh
Tabel 3. Konversi Jenis Kendaraaan ke
karena itu, perlu dilakukan pendekatan
Satuan Mobil Penumpang (smp)
matematis untuk meminimalisir perbedaan
dari masing-masing jenis kendaraan ada No Jenis Kendaraan smp
sehingga lebih mudah dalam perhitungan 1. Kendaraan berat 1,20
faktor emisi. Pada penelitian ini digunakan 2. Kendaraan ringan 1,00
pendekatan matematis berdasarkan Manual 3. Sepeda motor 0,25
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun Sumber data: MKJI, 1993.
1993. Berikut data konversi dari jenis-jenis

5
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 2, Desember 2017

Pilihan pendekatan berdasarkan e. Tahap 5: Tahap 1 x Tahap 2 x Tahap 3 x


kekuatan emisi (emission strength) Tahap 4.
menunjukkan volume emisi yang dikeluarkan f. Tahap 6: Menghitung Estimasi Emisi (Q)
per satuan waktu. = Tahap 5 x Panjang Jalan.
a. Tahap 1: Pengumpulan data jumlah
kendaraan bermotor di Kabupaten 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Indramayu. 3.1. Sektor Kehutanan
b. Tahap 2: Mengkonversi jumlah Selama kurun waktu 2004 sampai
kendaraan bermotor ke dalam satuan dengan 2011, luas hutan (hutan negara dan
mobil penumpang (smp). hutan rakyat) di Kabupten Indramayu telah
c. Tahap 3: Menghitung rata-rata faktor berkurang sebanyak 9.935 ha. Dengan
emisi. perhitungan sederhana (luas lahan x
d. Tahap 4: Menghitung rata-rata konsumsi cadangan karbon dengan angka terpasang),
energi spesifik. maka terjadi pengurangan cadangan karbon
sebesar 1.685.969,5 ton ha.
Tabel 4. Perubahan Stok Karbon di Kabupaten Indramayu
Luas hutan Luas Hutan Luas Perubahan stok
Kab/kota Stok Karbon
2004 2011 Perubahan karbon
ha ha ha ton ha ton ha
Indramayu 30.871,0 20.936,0 -9.935,0 169,7 -1.685.969,5
Sumber data: Pengolahan Data, 2013.
Keterangan:
1) Stok karbon = avarage ground carbon, default Kemenhut 2012;
2) Data luas hutan berasal dari Jawa Barat Dalam Angka.

Sementara, jika menggunakan perubahan simpanan karbon di Indramayu


perhitungan yang berdasarkan perubahan adalah 145.606,3 ton C ha-1 (rincian
simpanan karbon lahan hutan tetap menjadi perhitungan terlampir). Dengan begitu, jika
lahan lahan hutan dan dengan diperbandingkan dengan keadaan awal
mempertimbangkan adanya tambahan dan (2004), maka di kabupaten ini terjadi
sekaligus pengurangan biomassa sebagai pengurangan simpanan cadangan karbon
konsekuensi adanya aktivitas manusia, maka sebesar 72.034,3 ton C ha-1.
Tabel 5. Pengurangan Simpanan Cadangan Karbon di Kabupaten Indramayu
stok Awal ΔCG Lwr Lfw Ld ΔCL ΔCB Selisih
Kabupaten Kota -1
2004 ton C ha
Indramayu 217.640,55 147.598,8 1.848,0 90,3 54,1 1.992,5 145.606,3 -72.034,3
Sumber data: Pengolahan Data, 2013.

3.2. Sektor Industri Pertamina Terminal BBM, PT. Pertamina


Di Kabupaten Indramayu terdapat Gas, PT. Pertamina Depot LPG, PT.
industri yang dapat digolongkan sebagai Bangadua Petroleum, PT. Sumber Daya
industri besar, yaitu Pengilangan Migas Kelola, PT. Bhakti Migas Utama, Perum
Balongan dan Mundu. Selain itu terdapat Perhutani PMKP Jatimunggul, PT. Tirta
terdapat 90 industri di Kabupaten Indramayu Bening Mulya, PT. Chang Jui Fang, PT PLN
tahun 2011. (PLTU-Sukra), dan PT. Polytama Propindo.
Tiga belas Industri diantaranya Pada sektor industri tidak terdapat data hasil
diindikasikan menyumbang pencemaran gas penghitungan emisi gas rumah kaca.
rumah kaca yaitu: PT. Pertamina RU VI, PT. Hasil perkiraan penghitungan jumlah
Pertamina EP Regional Field Jatibarang, PT. emisi GRK dari sektor industri di Kab.

6
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 2, Desember 2017

Indramayu sebesar 5,3 juta Kg/TJ. Industri di industri migas.


Kabupaten Indramayu didominasi oleh jenis
Tabel 6. Emisi GRK dari Sektor Industri Tahun 2011
Faktor emisi
Jumlah Jumlah Dominasi
Kab./Kota produk bahan
Industri Emisi CO2 industri
bakar
Kabupaten
61 86812.5 5,295,562.50 Migas
Indramayu
Sumber: Jawa Barat dalam Angka, 2012

3.3. Sektor Transportasi Jumlah kendaraan bermotor smp/detik


Kendaraan bermotor di Kabupaten (N) diperoleh dari perkalian jumlah kendaraan
Indramayu pada tahun 2011 didominasi oleh bermotor dengan satuan mobil
sepeda motor sejumlah 246.645 (93%), penumpangnya dan diperoleh hasil untuk
kendaraan penumpang sejenis mobil sepeda motor 61.300 (69%), kendaraan
sejumlah 9.160 (3%), kendaraan niaga besar penumpang 13.636 (15%), kendaraan niaga
7.665 (3%) dan kendaraan niaga kecil 463 besar 11.930 (13%) dan kendaraan niaga
(0,2%). Pada jenis kendaraan bermotor ini kecil 2.248 (1%). Pada Tabel 8 terlihat
kemudian dilakukan pendekatan matematis perbedaan setelah satuan mobil penumpang
untuk meminimalisir perbedaan dalam digunakan.
menghitung faktor emisi dengan Dengan asumsi yang sama, maka
menggunakan satuan mobil penumpang diperoleh nilai indikasi emisi gas rumah kaca
(smp). (Q) untuk Kabupaten Indramayu pada tahun
2011 terbesar oleh sepeda motor
Tabel 7. Jumlah Kendaraan Bermotor
140.088.564 (55%), kendaraan penumpang
Kabupaten Indramayu
99.924.749 (39%) dan selebihnya oleh
Wilayah Jumlah Kendaraan Bermotor
kendaraan niaga. Total indikasi emisi yang
Kabupaten Indramayu Jumlah Prosentase
“disumbangkan” Kabupaten Indramayu
Sepeda Motor 493,290 93%
Kendaraan penumpang 18,320 3% sebesar 163.169.968.217 gram/detik atau
Kendaraan niaga besar 15,330 3% 5.246 kg/tahun seperti pada Tabel 9.
Kendaraan niaga kecil 926 0.2%
Jumlah 527,866 100%
Sumber data : SAMSAT Kabupaten Indramayu, 2011

Tabel 8. Jumlah Kendaraan Bermotor Per Satuan Mobil Penumpang di Kabupaten Indramayu

Satuan Mobil
Jumlah Kendaraan
Wilayah Penumpang N N Prosentase
Bermotor
(smp)
Kabupaten Indramayu 1 2 1x2
Sepeda Motor 493,290 0.25 123,323 77%
Kendaraan penumpang 18,320 1.00 18,320 11%
Kendaraan niaga besar 15,330 1.20 18,396 11%
Kendaraan niaga kecil 926 1.00 926 1%
Jumlah 527,867 160,965 100%
Sumber data : Pengolahan Data, 2013

7
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 2, Desember 2017

Tabel 9. Potensi Emisi GRK Kendaraan Bermotor di Kabupaten Indramayu


Kabupaten Indramayu N FE K N x FE x K
Sepeda Motor 123,322.50 427.05 2.66 140,088,564 55%
Kendaraan penumpang 18,320.00 462.63 11.79 99,924,749 39%
Kendaraan niaga besar 18,396.00 35.57 15.82 10,351,749 4%
Kendaraan niaga kecil 926.00 155.59 23.15 3,335,367 1%
N x FE x K 253,700,429
Emisi GRK Kendaraan Bermotor di Kabupaten
L 643.16
Indramayu
Q (gram/det) 163,169,968,217 100%
Sumber data : Pengolahan Data, 2013 Q (kg/th) 5,246

Gambar 2. Emisi Kendaraan Bermotor di Kabupaten Indramayu

3.4. Dampak Perubahan Iklim di dan penurunan kualitas lingkungan hidup


Kabupaten Indramayu (polusi udara).
Perubahan iklim diartikan sebagai Berdasarkan hasil pengamatan dan
perubahan dalam jangka panjang dalam hal penelusuran, banyak yang terjadi akibat
cuaca dalam peridode waktu tertentu, dampak perubahan iklim di Kabupaten
umumnya antara puluhan hingga ratusan Indramayu, diantaranya adalah:
tahun.Dampak perubahan iklim yang akan a. Serangan Organisme Pengganggu
dirasakan di Indonesia (Pudja dan Suahardi, Tanaman (OPT) terjadi di sentra
2010), diantaranya adalah kenaikan suhu produksi padi Kab. Indramayu.
rata-rata, kenaikan suhu permukaan laut,
Sedikitnya 8.000 ha tanaman padi
perubahan pola hujan, pergeseran musim
yang berakibat pada banjir di musim hujan terancam terganggu produksinya akibat
dan kekeringan di musim kemarau yang bisa serangan hama wereng.
berdampak kepada kegagalan panen raya, b. Menangkap ikan di pesisir Indramayu
hasil tangkapan nelayan semakin berkurang kini makin sulit saja. Secara tradisional
para nelayan di sana sudah selalu

8
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 2, Desember 2017

mengandalkan sinyal-sinyal dari angin sebesar 163.169.968.217 gram/detik


musim. Di musim kering selama musim atau 5.246 kg/tahun dimana sepeda
timur, air laut menjadi keruh dan populasi motor sebagai kendaraan penyumbang
plankton menurun sehingga jumlah ikan emisi terbesar, yaitu sebesar 55%.
di laut hanya sedikit. Selama musim f. Tingkat emisi Gas Rumah Kaca di
penghujan dan musim angin barat, air Kabupaten Indramayu cenderung tinggi
laut bening dan populasi plankton dilihat dari jumlah emisi yang dihasilkan
meningkat sehingga ikan berlimpah, dari sektor industri dan transportasi serta
namun saat itu gelombang tinggi dan terjadinya pengurangan simpanan
nelayan yang melaut dengan perahu cadangan carbon pada sektor
kecil kesulitan menangkap ikan. Namun, kehutanan.
musim kini berubah-ubah. g. Dampak perubahan iklim di Kabupaten
c. Adanya kenaikan permukaan air laut Indramayu sangat mempengaruhi
yang menyebabkan: kehidupan masyarakatnya, terutama
berkurangnya/bertambahnya daratan, pada sektor pertanian dan perikanan
terjadinya banjir, terganggunya kegiatan
sosial ekonomi masyarakat setempat, DAFTAR PUSTAKA
terjadinya perubahan garis pantai dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
terganggunya jalur transportasi. 2012. Jawa Barat Dalam Angka 2011.
BAPPENAS. 2013. Pedoman Pelaksanaan
4. KESIMPULAN Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas
a. Berdasarkan hasil wawancara dengan Rumah Kaca.
petugas BPLHD Kab. Indramayu https://unfccc.int/resource/docs/convkp/conve
didapatkan adanya keterbatasan jumlah ng.pdf.
dan kemampuan sumber daya manusia Kementerian Lingkungan Hidup. 2012.
dalam menginventarisasi gas rumah Pedoman Penyelenggaraan
kaca. Inventarisasi Gas Rumah Kaca
b. Kabupaten Indramayu telah melakukan Nasional. Buku I, Pedoman Umum.
Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Kementerian Lingkungan Hidup. 2012.
melaporkannya melalui Laporan berjudul Pedoman Penyelenggaraan
“Inventarisasi Gas Rumah Kaca Inventarisasi Gas Rumah Kaca
Kabupaten Indramayu Tahun 2012”. Nasional. Buku II, Volume 2
Metodologi Penghitungan Tingkat
Namun, Kabupaten Indramayu belum
Emisi Gas Rumah Kaca Proses
dapat melakukan penghitungan emisi Industri dan Penggunaan Produk.
GRK sesuai standar yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup. 2012.
sehingga tidak diperoleh hasil yang Pedoman Penyelenggaraan
menunjukkan nilai besarnya emisi GRK Inventarisasi Gas Rumah Kaca
dalam laporan tersebut. Nasional. Buku II, Volume 3
c. Tingkat emisi GRK sektor kehutanan di Metodologi Penghitungan Tingkat
Emisi Gas Rumah Kaca Pertanian,
Kabupaten Indramayu adalah terjadinya
Kehutanan dan Penggunaan Lahan
pengurangan simpanan cadangan Lainnya.
karbon sebesar 72.034,3 ton C ha-1. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012.
d. Hasil perkiraan penghitungan jumlah Pedoman Penyelenggaraan
emisi GRK dari sektor industri di Kab. Inventarisasi Gas Rumah Kaca
Indramayu sebesar 5,3 juta Kg/TJ. Nasional. Buku III, Volume 1
Industri di Kabupaten Indramayu Metodologi Penghitungan Tingkat
Emisi Gas Rumah Kaca Pengadaan
didominasi oleh jenis industri migas. dan Penggunaan Energi.
e. Total indikasi emisi yang
“disumbangkan” Kabupaten Indramayu

9
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 2, Desember 2017

Kementerian Perindustrian Republik SAMSAT Kabupaten Indramayu. 2011.


Indonesia. 2012. Kebijakan Laporan Jumlah Kendaraan
Pengembangan Industri Hijau Bermotor.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia. 1993. Yamin, M., Makhyani, F., Hariyati. 2009.
Direktorat Bina Marga. Departemen Pencemaran Udara Karbon
Pekerjaan Umum. Jakarta. Monoksida dan Nitrogen Oksida
Pudja, I Putu dan Suhardi, Budi. 2010. Akibat Kendaraan Bermotor Pada
Fenomena Perubahan Iklim di Ruas Jalan Padat Lalu Lintas Di Kota
Indonesia.Pusat Penelitian dan Makassar. Simposium XII FSTPT UK
Pengembangan, BMKG. Jakarta. Petra-Surabaya.

10

Potrebbero piacerti anche