Sei sulla pagina 1di 16

Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 1


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

MIND MAP The blood sample is taken for cross matching, urinary catheter was
I. Problem Identification inserted anda after 2 liters of Lactate Ringer solution is given, the
II. Basic Science patient’s condition is now stable.
a. Concept of Bone After Mr. Kendra is stabilized, the doctor performs secondary survey.
b. Anatomy of Lower Limb 1. History: Mr. Kendra was riding a motorcycle and was hit by a
c. Anatomy of Cruris coming car in moderate speed, and he fell down to his right side.
d. Histology of Bone He was wearing a full-face helmet, and the helmet was intact
e. Osteogenesis during the collision. He stated that blood came out profusely
f. Bone Healing and Remodeling from his right lower leg. He denied of having loss of
g. Radiology of Extremities consciousness, or blood from his ear.
h. ATLS 2. Physical examination:
III. Clinical Science a. Head: No bleeding, no laceration, and no tenderness.
a. Trauma Muskuloskeletal  Eyes: no abnormality vision: normal, pupils: round and
b. Fracture respond to light.
IV. Patomekanisme, BHP, IIMC  Face: No abnormality
 Nose: No abnormality
I. Problem Identification  Ears: normal appearance on both sides, no bleeding,
You are a medical student in Traumatology emergency office. You are tympanic membranes are intact.
introduce to Mr. Kendra, a 24-years old patient with multiple injuries  Mouth: No abnormality
due to a motorcycle crash. He is brought to emergency department in b. Neck: no signs of trauma.
bad general condition with impaired consciousness. The doctor in charge c. Chest: no signs of trauma.
performs physical examination. d. Abdomen: no signs of trauma.
On primary survei and resuscitation: e. Extremities:
1. Airway through left and right nostril is free.  Upper extremities: no pain and normal ROM.
2. Breathing and ventilation are still within normal limits.  Lower extremities: ar/ right cruris: 1-2 cm in diameter
3. Circulation with emorrhage control: Blood Pressure: 110/80 of open wound at the middle third of tibial shaft with no
mmHg, Pulse: 108 x/minute, active bleeding from right lower active bleeding, deformity (+) with angulation to
leg, can be stopped by pressure bandage. Capillary refill normal. superomedial.
Blood sample is taken and intravenous line of Lactated Ringer f. Genital: nos signs of trauma.
solution is given.
g. Neurology: no cranial nerves or peripheral nerves deficit.
4. Disability and neurologic status: Glasgow coma scale 14, no
neurological deficit. The patient cannot move his right lower leg Laboratory findings:
due to pain, but he still can wiggle his toes, no parasthesia and Complete blood counts:
distal pulsation was good. Hemoglobin: 13 gr/dL
5. Exposure and environment control is performed with no other White blood cells: 14.300/mm3
injury. Thrombocyte: 180.000/ mm3
Bleeding time: 1’, Clotting time 6;
X-ray Examinations:

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 2


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

The doctor diagnoses Mr. Kendra as open fracture of the middle third of b. Anatomy of Lower Limb, terdiri atas:
right tibia fragmented displaced grade I, and mild head injury. 1. OS COXAE
The doctor advices Mr. Kendra to have in operation after the condition 2. FEMUR
is stable. 3. TIBIA DAN FIBULA
Epilogue 4. OSSA TARSI
Now Mr. Kendra is on stable condition, and he is sent to operating 5. OSSA METATARSI
theater. Under general anasthesia, Mr. Kendra undergoes operation: 6. PHALANGES
debridement, open reduction & internal fixation (ORIF) for right tibia by
plate and screws. The head injury is managed by conservative treatment. c. Anatomy of Cruris
After seven days, he is discharged from the hospital in good condition - Bone
with no weight bearing activities (using crutch). Pada Lower Leg terdapat Tibia dan Fibula yang merupakan tulang
penyusun Leg Regio (Cruris). Kedua tulang ini direkatkan oleh
II. Basic Science membrane interosseus padat yang menjalar secara descending dari tibia
a. Concept of Bone ke fibula.
- Definisi: 1. Tibia
Tulang merupakan struktur padat yang terdiri atas jaringan ikat padat - Tibia terletak di sisi ateromedial leg.
yang membentuk skeleton pada tubuh. - Merupakan tulang terbesar kedua setelah humerus dan terletak secara
- Klasifikasi paralel dengan fibula.
Berdasarkan bentuknya tulang dibagi menjadi: - Tibula berartikulasi dengan condyles femur di superiornya dan
1. Long bone/tulang pajang, misal: humerus, femur, tibia, fibula, radius, berartikulasi dengan talus di inferiornya.
ulna. - Berfungsi untuk mentransfer bobot tubuh ke kaki (foot).
2. Short bone/tulang pendek, misal: tulang pada pergelangan kaki dan - Bagian superiornya melebar membentuk condyle lateral dan medial
pergelangan tangan. membentuk superior artucular surface (tibial plateu).
3. Flat bone, misal: cranium (berfungsi melindungi otak). 2. Fibula
4. Irregular bone, misal: tulang vetebrae. - Fibula merupakan tulang yang ramping yang terletak di sisi
5. Sesamoid bone, misal: patella. posterolateral tibia yang fungsi utamanya adalah tempat perlekatan
Berdasarkan struktunya: dari otot-otot leg dan menjaga stabiliatas sendi angkle.
1. Primary bone/spongy bone. - Head of fibula merupakan bagian yang menonjol yang dapat dengan
2. Secondary bone/compact bone. mudah dipalpasi di sisi lateral leg bagian proximal.
- Struktur tulang panjang
_Epifisis merupakan bagian tulang yang terletak pada kedua ujung - Muscle of Lower Limb
tulang panjang. Setiap epifisis melingkari kawasan tulang yang Otot pada lower leg terbagi menjadi 3 compartment, yaitu anterior,
berongga. posterior, dan lateral.
_Diafisis (shaft) merupakan bagian yang ada di tengah tulang panjang. ``
Ia melingkari medullary cavity yang mengandung sumsum tulang.
Epifisis dan diafisis dipisahkan oleh epiphyseal plate, yang merupakan
bagian untuk perkembangan memanjang dari tulang.

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 3


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

 Magnesium
compartment ANTERIOR POSTERIOR LATERAL  Potassium
Otot _Tibialis a)Superficial _Fuburalis  Sodium
anterior _Gastrocnemius muscle A. Materi organik terdiri dari 95% kolagen type 1 dan substansi
_fibialis _Soleus _Fiburalis dasar amorf yang mengandung proteoglikan
tertius _Plantaris brevus - Bone Cells
_extensor muscle Terdapat beberapa tipe sel :
b) Deep
hallucis 1) Osteoprogenitor
_Popliteus  Derived dari mesenkim
longus
_Flexor  Sel gepeng
_extensor
digitorum  Akan mengalmi differensiasi menjadi osteoblast
digitorum
longus  Ditemukan di bagian inner periosteum,
_Flexor endosteum
Hallucis Longus 2) Osteoblas
_Tibialis  Fungsi :mensitesis komponen organik dari bone
posterior matriks: Kolagen tipe
1,Proteoglycan,Glycoprotein
- Artery of Lower Leg  Memproduksi substansi2 osteocalcin, TGF-β,
1. Popliteal RANKL, OPG, dan matriks tulang.
2. Anterior tibial 3) Osteocytes
3. Dorsalis pedis  Berasal dari osteoblas
4. Posterior tibial  Terdapat dalam lacuna
5. Fibular artery  Terdapat juluran sitoplasma yaitu lamela yang
menghubungkan antar lacuna
- Inervasion of Lower Limb  Memproduksi FGF
1. Saphenous 4) Osteoclast
2. Sural  Huge cell yang merupakan derived dari 50
3. Tibial monosit sel darah
4. Common fibular  Fungsi : untuk fagosistosis seperti makrofag di
5. Superficial fibular jaringan lain
6. Deep fibular - Periosteum & endosteum
Pada external & internal surface dari bone dilapisi oleh sel
d. Histology of Bone pembentuk tulang dan jaringan ikat :
- Bone Matrix
Materi anorganik, matriks tulang terdiri dari :  Periosteum
 Calcium fosfat (paling banyak) Merupakan lapisan luar dari tulang, Terdiri atas :
 Bicarbonate  lapisan luar : kaya akan serat fibroblast dan colagen
 Citrate

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 4


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

 lapiasan dalam : Lebih selular banyak sekali sel-sel saluran yang mengandung pembuluh darah,
osteoprogenitor yang dapat bermitosis, dan saraf, jaringan ikat
berdiferensiasi menjadi osteoblast  Terdapat haversian kanal dan volkman kanal
 Endosteum yang berfungsi untuk jalur pembuluh darah
Melapisi semua permukaan rongga didalam tulang di osteon
Terdiri atas:
 Selapis sel osteoprogenitor e. Osteogenesis
 Sedikit sekali jaringan ikat sehingga lebih tipis dari 1) Osifikasi
pada periosteum Terdapat 2 cara terbentuknya tulang, yaitu :
 Fungsi Periosteum & Endosteum a) Osifikasi intramembranosa, dimana tulang berkembang dari
 Nutrisi jaringan tulang. membrane fibrosa, yakni dari mesenkim dan mulai menyekresi
 Menyuplai osteoblast untuk perbaikan atau osteoid.
pertumbuhan tulang b) Osifikasi endokondral, dimana kartilago hialin ‘digantikan’ oleh
- Struktur Tulang osteoblast yang menyekresi osteoid.
Observasi umum potongan melintang tulang
memperlihatkan: Osifikasi Intramembranosa
 Area padat tanpa rongga :kompakta (padat) Situs : tulang pipih dan irregular
 Area dengan banyak rongga yg saling berhubungan : 1. Diferensial sel mesenkim menjadi osteoprogenitor/osteoblast,
spongiosa (berongga) yang nantinya akan menyekresi matriks organik/matriks osteoid
Namun di bawah mikroskop kedua tulang ini memiliki 2. Kalsifikasi osteoid
stuktur histologi yang sama  Osteoblast diperifer sekresi osteoid osteosit
osteosit mineralisasi
 Pemeriksaan mikroskopik, terdapat dua jenis : 3. Tulang anyaman & periosteum sekitarnya akan terbentuk, dan
1) Primary, immature/woven bone penetrasi pembuluh darah
 Bersifat sementara, kecuali : dekat sutura dari  Mesenkim berkondensasi menjadi periosteum
tulang-tulang pipih tengkorak  Pembuluh darah akan mensuplai osteoblast
 Karakteristiknya : 4. Penulangan (woven bone)
 Serat-serat kolagen tidak teratur  Disebut juga remodeling, tulang anyaman menjadi
 Kandungan mineral sedikit tulang lamellar
 Jumlah osteosit lebih banyak daripada
 Khas, adanya 2 tulang lamellar kompak dengan tulang
jaringan sekunder
berongga diantaranya
2) Sekunder, mature/lammelar bone
 Ditemukan pada dewasa
Osifikasi Endokondral
 Karakteristiknya :
1. Pembentukan fetal hyaline
 Havers system atau osteon adalah unit
 Mesenkim berdiferensiasi menjadi kondrosit
terkecil pada struktur tulangkomplek yang
terdiri atas lamella, serta mengelilingi  Mesenkim perikondrium osteoblast
Mineralisasi

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 5


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

 Kondrosit matriks tulang rawan fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-lahan di absorsi dan
Tulang panjang dan pendek kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah itu.
2. Kalsifikasi kartilago & pembentukan bone collar PEMBENTUKAN KALUS Sel yang berkembangbiak memiliki
3. Kondrosit produksi alkali fosfatase hipertrofi potensi kondrogenik dan osteogenik: bila diberikan keadaan yang tepat,
Lacuna membesar sel itu akan mulai membentuk tulang dan dalam beberfapa keadaan, juga
4. Kondrosit mati kartilago. Populasi sel sekarang juga mencakup psteoklas (mungkin
 Zona kosong akan diisi materi anorganik dihasilkan dari pembuluh darah baru) yang mulai membersihkan tulang
5. Pembentukan tulang primer yang mati.Massa sel yang tebal, dengan pulau-pulau tulang yang imatur
 Rongga kosong akan diisi kapiler darah & sel dan kartiloga, membentuk kalus atau bebat pada permukaan periosteal
osteoprogenitor dan endosteal.Semestara tulang fibrosa yang imatur (atau anyaman
 Osteoprogenitor osteoblast woven bone tulang) menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur semakin
6. Osifikasi sekunder berkurang dan pada empat minggu setelah cedera fraktur menyatu.
7. Pembentukan epiphyseal plate KONSOLIDASI Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik
 Resting cartilage berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi tulang lamellar.System itu
 Proliferating zone sekarang cukup kaku untuk memungkinkan osteoklas menerobas
 Hyperthropic zone melalui reruntuhan pada garis frakur, dan dekat di belakangnya
osteoblast mengisi celah-celah yang tersisa di antara fragmen dengan
 Calcified zone
tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
 Ossification zone
beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang
8. Osifikasi epiphyseal plate normal.
REMODELLING Fraktur telah dijembatani oelh suatu menset
f. Bone Healing and Remodelling
tulang yang padat. Selama beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun,
1) PENGHANCURAN JARINGAN DAN PEMBENTUKAN
pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resoprsi dan
2) IMFLAMASI (PERADANGAN) DAN PROLIFERASI
pembentukan anak, tulang kan memperoleh bentuk yang mirip bentuk
SEL
normalnya.
3) PEMBENTUKAN CALLUS
4) KONSOLIDASI
5) REMODELLING

KERUSAKAN JARINGAN DAN PEMBENTUKAN


HEMATOMA Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di
sekitar dan di dalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur, yang tiak
mendapat persediaan darah, akan mati sepanjang satu atau dua
millimeter.
RADANG DAN PROLIFERASI SELLULER Dalam 8 jam
setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di
bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Ujung
fragmen dikelilingi oleh jaringan sel, yang menghubungan tempat Mekanisme yang sudah berlangsung untuk remodeling tulang, yaitu :

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 6


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

1) Pembuluh darah yang robek pada fraktur melepaskan darah penilaian awal ).
yang membeku sehingga terbentuk hematoma fraktur yang besar Penilaian awal meliputi :
2) Hematoma tersebut secara bertahap hilang oleh makrofag dan di 1. Persiapan
gantikan oleh massa lunak jaringan prolakus mirip- 2. Triase
fibrokartilago yang kaya akan kolagen dan fibroblast. Jika 3. Primary survey (ABCDE)
terdapat kerusakan, perostoreum membentuk 4. Resusitasi
kembalikonstinuitas di atas jaringan tersebut 5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
3) Prokalus lunak tersebut diinvasi oleh osteoblast dan pembuluh 6. Pertimbangkan kemungkinan rujukan
darah yang terbentuk kembali. Dalam beberapa minggu 7. Secondary survey
berikutnya, fibrokartilago secara bertahap digantikan oleh 8. Tambahan terhadap secondary survey
trabekula tulang primer, dan membentuk kalus keras di seluruh 9. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
arena fraktur asal 10. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
4) Tulang primer lalu mengalami remodeling sebagai tulang
kompak dan berongga yang berhubungan secara kontinu dengan I. PRIMARY SURVEY
area yang tidak mengalami cedera di dekatnya dan vaskularisasi A. Airwaydengan kontrol servikal
yang fungsional sepenuhnya terbentuk kembali. 1. Penilaian
g. Radiology of Extremities a. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
Dalam memfoto ekstremitas, harus ada beberapa hal yang diperhatikan,
2. Pengelolaan airway
yang disingkat denga nama “Rule of Two” a. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal
o Two View : Fracture atau dislokasi harus setidaknya difoto dari dua in-line immobilisasi
arah, yaitu dari anteroposterior/posteroanterior dan lateral.
b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan
o Two Joints : Sendi diatas dan dibawah dari fraktur harus dimasukkan alat yang rigid
kedalam foto x-ray. c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi
o Two limbs : Pada anak-anak, adanya epifisis immature dapat 3. Fiksasi leher
memusingkan diagnosis. 4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada
setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan
o Two Injury : Tenaga yg kuat sering menimbulkan injury pada level
kesadaran atau perlukaan diatas klavikula.
yang berhubungan,
5. Evaluasi
o Two occasion : Di foto pada dua kesempatan B. Breathingdan Ventilasi-Oksigenasi
1. Penilaian
h. ATLS a. Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol
Penderita trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan servikal in-line immobilisasi
yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, c. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan Initial assessment( terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak,
pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 7


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

d. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor E. Exposure/Environment


e. Auskultasi thoraks bilateral 1. Buka pakaian penderita
2. Pengelolaan 2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan
a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12 yang cukup hangat.
liter/menit)
b. Ventilasi dengan Bag Valve Mask Airway : Inspeksi, palpasi, auskultasi apakah ada obstruksi jalan napas atau
c. Menghilangkan tension pneumothorax tidak
d. Menutup open pneumothorax Breathing : Auskultasi apakah ada suara nafas yang abnormal
e. Memasang pulse oxymete Circulation : Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi apakah ada pendarahan
3. Evaluasi internal ataupun eksternal
C. Circulation dengan kontrol perdarahan Disability : Inspeksi hitung nilai kesadaran menggunakan GCS skor
1. Penilaian Exposure : buka pakaian pasien agar bisa memantau keseluruhan tubuhnya
a. Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal II. RESUSITASI
b. Mengetahui sumber perdarahan internal Definisi :
c. Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Resusitasi adalah menghidupkan kembali yang terlihat akan
Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar meninggal atau tidak sadar; revitalisasi.
merupakan pertanda diperlukannya resusitasi masif Prinsip :
segera. Airway, Breathing, Circulation (ABC)
d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis. Klasifikasi :
e. Periksa tekanan darah a) Bantuan Hidup Dasar
2. Pengelolaan Segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi tanpa
a. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal menggunakan alat bantu
b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta b) Bantuan hidup lanjut
konsultasi pada ahli bedah. Usaha yang dilakukan setelah bantuan hidup dasar dengan
c. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel memberikan obat-obatan yang dapat memperpanjang hidup pasien
darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada
wanita usia subur), golongan darah dan cross-matchserta Analisis Gas III. TAMBAHAN PRIMARY SURVEY DAN
Darah (BGA). RESUSITASI
d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien- Meliputi :
pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.  Pemantauan electrocardiographic
f. Cegah hipotermia
3. Evaluasi  Kateter kemih dan kateter lambung
D. Disability
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS  Pemantauan lainnya seperti ventilatory rate, arterial
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi blood gas (ABG) levels, pulse oximetry, blood
tanda-tanda lateralisasi pressure, and x-ray examinations.
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 8


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

IV. PERTIMBANGKAN KEMUNGKINAN RUJUKAN Korban perlu melakukan operasi untuk memuluhkan atau meningkatkan
fungsi tubuh.
Selama primery survey dan fase resusitasi, dokter mengevaluasi dan
sering memperoleh cukup informasi untuk menunjukkan kebutuhan III. Clinical Science
untuk mentransfer pasien untuk fasilitas lain. a. Trauma Muskuloskeletal
Trauma yang menegenai bagian muskoloskeletal dimana dapat
V. TAMBAHAN SECONDARY SURVEY menyebabkan fraktur, muscle stains, joint dislocation, ligament sprains,
dan tendon injury.
Pemeriksaan diagnostik seperti : CT Scan, USG
- Mekanisme Trauma
VII. RE-EVALUASI

Monitoring tanda vital dan produksi urin

VIII. TERAPI DEFINITIF

Jika Primary survey tidak bisa menyelesaikan masalah segera


lakukan terapi definitive

VI. Secondary Survey


Secondary survey dilakukan jika primary survey dan resusitasi telah
selesai dilakukan dan keadaan ABC pasien membaik ketika di re-
evaluasi.

- History, Tanyakan AMPLE:

A (Allergies), M (Medikasi, sedang minum obat atau tidak), P (Past


illness), L (Last meal), E (Event, mekanisme injury).

- Pemeriksaan Fisik

Kepala, Wajah (maxillofacial), Leher dan tulang servikal, Thorax,


Abdomen, Pelvic dan Genital, Extremitas atas dan bawah
(Muskuloskeletal), dan Neurologis.

- Re-evaluasi
Terus pantau vital sign, urinary output, dan fungsi jantung. Memastikan
kondisi pasien baik dan tidak mengalami penurunan.
- Terapi devinitif

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 9


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

b. Frakture Klasifikasi ini biasa digunakan dalam fracture tulang panajang,


Fraktur adalah keadaan diskontinuitas dari tulang. dimana menggambarkan posisi dari fracture. Posisinya dibagi
Penyebab fraktur: menjadi 1/3 proximal, 1/3 medial, dan 1/3 distal.
A) Dirrect cause, tempat trauma dan fraktur pada tempat yang 4. Berdasarkan pergeseran dari fragmen tulang:
sama.  Undisplaced fracture adalah fracture dimana fragmen
B) Indirect cause, trauma tidak menyebabkan fraktur di tempat tulang yang mengalami fracture tidak bergeser dari
yang sama, dapat menajadi trigger fraktur di tempat lain. tempatnya. Dalam hal ini jaringan periosteum masih lengkap
C) Patologis cause, keadaan patologis bisa menyebabkan terjadinya dan utuh.
fraktur, misal pada kasus osteoporosis.  Displaced fracture adalah fracture dimana fragmen tulang
bergeser dari tempatnya dan terjadi kerusakan jaringan
- KLASIFIKASI FRACTURE osteon pada tulang. Perpindahan ini biasanya digambarkan
menjadi: 1) translation (shift); 2) angulation (tilt); 3)
Fracture atau patah tulang dapat diklasifikasikan menjadi: a) complete
rotation (twist); dan 4) length.
dan incomplete; dan b) terbuka dan tertutup.
Fracture incompleteterjadi apabila fracture terjadi hanya pada
a. Fracture complete dan incomplete
sebagian dari penampang fracture. Diklasifikasikan menjadi
Fraktur complete terjadi apabila pada seluruh penampang tulang
greenstick fracture, torus fracture, fragility fracture, dan bowing
terdapat garis fraktur. Diklasifikasikan menjadi:
fracture.
1. Bedasarkan garis patahan:
b. Fracture terbuka dan tertutup
 Fracture oblique, terjadi apabila patahan tulang membentuk Fracture terbuka adalah fracture yang menimbulkan luka dan
sudut pada sumbu tulang. tulang berhubungan dengan dunia luar. Gustilo dan Andersone
 Fracture tranversal, terjadi apabila patahan tulang menklasifikasikan fracture terbuka menjadi:
terbentuk secara melintang. 1. Grade I – Patah tulang terbuka dengan luka <1 cm, relatif bersih,
 Fracture spiral, terjadi apabila patahan tulang yang terajadi kerusakan jaringan lunak minimal, bentuk patahan
melingkar pada sumbu tulang. simpel/transversal/oblik.
 Fracture kompresi, terjadi apabila tulang yang mengalami 2. Grade II – Patah tulang terbuka dengan luka >1 cm, kerusakan
fracture tertekan ke arah lain dari tulang. jaringan lunak tidak luas, bentuk patahan simpel.
 Fracture ovulsi, terjadi apabila adanya penarikan otot dan 3. Grade III – Patah tulang terbuka dengan luka >10 cm, kerusakan
tulang mengalami insersi ke tulang lain. jaringan lunak yang luas, kotor dan disertai kerusakan pembuluh
2. Berdasarkan jumlah patahan: darah dan saraf.
 Fracture komunitif, terjadi lebih dari satu garis patahan dan  III A – Patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan luas,
saling berhubungan. tapi masih bisa menutupi patahan tulang waktu dilakukan
 Fracture segmenta, terjadi lebih satu garis patahan namun perbaikan.
tidak saling berhubungan antara satu sama lainnya.  III B – Patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan lunak
 Fracture multiple, terjadi patahan lebih dari satu patahan hebat dan atau hilang (soft tissue loss) sehingga tampak
dan pada tulang yang sama. tulang (bone-exposs).
3. Berdasarkan posisi patahan tulang:  III C – Patah tulang terbuka dengan kerusakan pembuluh
darah dan atau saraf yang hebat.

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 10


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

Fracture tertutup adalah fracture yang tidak menimbulkan luka dan c. TANDA-TANDA LOKAL
tulang tidak terekspose dengan dunia luar. Oestern dan Tscherne - PENAMPILAN : pembengkakan, memar dan deformitas
telah mengklasifikasikan fracture tertutup menjadi: mungkin terlihat jelas. Tetapi hal paling penting adalah apakah
1. Grade 0 – suatu fracture yang ringan dengan sedikit atau tanpa kulit itu utuh; kalau kulit robek  fraktur terbuka
kerusakan jaringan lunak. - RASA : terapat nyeri tekan setempat, tetapi juga perlu
2. Grade 1 – suatu fracture dengan superficial abrasion atau memar memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan
pada kulit dan jaringan subkutan. untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh dara adalah keadaan
3. Grade 2 – suatu fracture yang lebih parah dengan luka memar darurat yang memerlukan pembedahan
dan bengkak pada jaringan lunak yang dalam. - GERAKAN : krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan,
4. Grade 3 – suatu fracture yang lebih parah dengan ditandai tetapi lebih pentinguntuk menanyakan apakah pasien dapat
kerusakan jaringan lunak dan terancam terkena compartment menggerakkan sendi-sendi dibagian distal dari cedera.
syndrome.
d. X-RAY
- SIGN AND SYMPTOMS OF BONE
FRACTURE Pemeriksaan dengan sinar-x harus dilakukan:
1. Pain - Dua pandangan (anterior-Posterior)
2. Loss of function - Dua sendi
3. Deformity - Dua cedera
4. Tenderness - Dua kesempatan
5. Swelling e. CT SCAN ATAU MRI
6. Discoloration/ Bruishing Mendiagnosis fraktur tidaklah cukup; ahli bedah harus menggambarkan
7. Paleness dan menguraikannya beserta seluruh kompleksitasnya.
8. Redness and warmth 1. Fraktur itu terbuka atau tertutup ?
9. Inability to move jaoint 2. Tulang mana yang patah, dan dimana ?
10. Weakness and inability to bear weight 3. Apakah melibatkan permukaan sendi ?
11. Numbness, tingling or paralysis below the fracture 4. Bagaimana bentuk patahannya ?
12. Loss of pulse below the fracture, usually in extremity
13. In open fractures, bone protruding from the skin - MANAGEMENT
14. Confusion or loss consciousness Prinsip management fracture adalah reduksi, traksi, fixasi, imobilisasi,
15. Vision changes or loss dan excercise.
16. Loss of power; the injured can not be moved normally FRAKTUR TERBUKA
Def:
- PENEGAKAN DIAGNOSIS Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
a. RIWAYAT adanya perlukaan dikulit
- Biasanya terdapat riwayat cedera (cedera sebelumnya) 1. Sterilitas dan Antibiotik
- Penyebab cedera Luka harus selalu diberikan antibiotic sesuai dosis hingga waktu
- Riwayat medis umum pelaksanaan operasi, dan diberikan sesegera mungkin, tidak
b. TANDA-TANDA UMUM

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 11


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

masalah sebsesar apapun ukuran lukanya dan berlanjut hingga ∙ apabila kulit yang hilang atau kontraktur banyak dilakukan
kekhawatiran akan infeksi hilang. segera skin grafting
2. Debridment ∙ apabila terlalu besar, dapat dilakukan bone grafting
→ menghilangkan jaringan yang mati/ material asing ∙ apabila infeksi mencapai sendi, dilakukan pemberian obat,
∙ wound excision: batas dari setiap luka di eksisi dan drainase dan splintage dengan posisi yang optimum
meninggalkan kulit yang sehat
∙ wound extension: FRAKTUR TERTUTUP
∙ wound cleansing: pembersihan semua material dan debris Penyembuhan tulang yang patah di pengaruhi oleh faktor fisiologis dari
jaringan, lalu luka dibasuh tulang , jadi aktifitas otot dan pemberiam bahan yang dini sangat di
Dengan larutan saline anjurkam yang terdiri dari 3 tahap :
∙ removal of devitalized tissue: jaringan yang mati merupakan a. REDUCE
nutrisi yang bagus untuk perkembangan bakteri, otot yang Beberapa kondisi yang harus melakukan reduksi
mati berwarna keunguan, dan tidak berkontraksi dan tidak ada 1.bila pergeseran tidak banyak atau tidak ada
perdarahan, jaringan mati yang diragukan keaktifannya harus 2.bila pergeseran tidak berarti
disingkirkan 3.bila reduksi nya tidak berhasil
3. Penutupan Luka - METODE REDUCE
∙ luka yang berukuran kecil dan tidak terkontaminasi (tipe I) Terbagi menjadi 2 yaitu
masih dapat dijahit, lalu dilapisi dengan steril gauze dan 1. Reduksi tertutup
dilakukan inspeksi lagi setelah 2 hari Pemberian anastesi yang cukup dan terjadi relaksi otot yang di lakukan
∙ luka besar (tipe III) dilakukan debridement/operasi lebih dari dalam 3 manuver
sekali dan penutupan luka dilakukan oleh ahli bedah plastic 1. bagian distal dari anggota badan di Tarik sesuai dengan garis tulang
yang idealnya dilakukan pada 72 jam pertamaatau sesegera 2. setelah patahan tulang terpisah , kembalikan pada patahan tulang
mungkin samapu ke posisi mendekati posisi normal
4. Stabilisasi tulang yang patah 3. luruskan ke sesuai bidang
→ mereduksi terjadinya infeksi dan akan membantu 2. Reduksi terbuka
penyembuhan jaringan lunak Indikasi di lakukannya reduksi terbuka
∙ reduce: › tertutup 1.bila reduksi tertutupnya gagal
› terbuka 2.terdapat patahan tulang yang besar
∙ hold: › traksi: › skin dan skelet b. IMOBILISASI
∙ exercise: pelatihan-pelatihan Dilakukan untuk mencegah pergeseran dan juga di perlukan untuk
5. Aftercare membantu penyembuhan jaringan lunak dan memungkinkan gerakan
∙ ekstremitas yang terluka harus diangkat dan diperhatikan bebas bagi bagian yang tidak terkena.
sirkulasi darahnya karena, dikhawatirkan akan terjadi shock
∙ apabila lukanya terbuka dilakukan kultur dan antibiotic bila Metode yang dilakukan
diperlukan 1. TRAKSI
∙ dan apabila lukanya tertutup usahakan untuk inspeksi pada hari Alat imobilisasi yang menggunakn kekuatan tarikan yang di terapkan
ke 2 atau 3 pada suatu bagian distal anggota badan dengan tujuan mengembalikan
6. Lanjutan Perawatan fragmen tulang ke tempat semula.

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 12


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

Traksi dibagi menjadi beberapa macam - Terjadi pada open fraktur atau pada close fraktur yang telah
1.traksi terus menerus dibuka.
2.traksi dengan gaya berat - Yang paling sering terjadi adalah chronic osteitis
3.traksi kulit - Gambaran klinis : luka mengalami inflamasi dan mulai
4.traksi skeletal mgeluarkan cairan seropurulen
- Treatment : semua open fraktur harus dilihat mmiliki
2. Bebat gips pontensial untuk terjadi infeksi dan di terapi dengan
3. pasang gips antibiotic juga dengan mengeksisi jaringan-jaringan mati.
4. Pemakaian penahanan fungsional Jika telah ada infeksi maka jaringan disekitar fraktur harus
5. Fiksasi internal di buka dan pus yang ada didrainase,dan beri antibiotic.
6. Fiksasi eksternal g. Gas gangrene.
h. Fracture Blister
- EXERCISE i. Plaster Sores
Tindakan rehabilitative guna mempebaiki pergerakan sendi dan
kekuatan otot agar bisa kembali menjalankan fungsi kehidupan seperti  Late Complications
sedia kala. Tindakn yang dilakukan adalah elevasi bagian tubuh yang a. Delayed Union
mengakamu fraktur dan latihan rehabilitative aktif .yaitu dengan - Treatment :
melakukan aktivitas biasa , seperti mulai berjalan , makan dan lain-lain.  Conservative
2 prinsip penting :
- COMPLICATIONS OF FRACTURES 1. mengeliminasi penyebab yang memungkinkan delay
Local complications union
 Early Complications 2. untuk membantu penyembuhan dengan mendukung
a. Visceral Injury lingkungan biologisnya
b. Vascular Injury  Operative
c. Nerve Injury Jika union delay hingga 6 bulan dan tidak ada ptanda
d. Compartment Syndrome pembentukan callus, maka fixasi dan bone grafting
- Pendarahan, edema, dan inflamasi (infeksi)  tekanan diindikasikan.
dalam kompartmen osteofascia  terjadi  aliran kapilari b. Non-union
 ischemia otot - Hyperthrophic non-union : bone end membsar, osteogenesis
- Gambaran klinis : tanda klasik ischemia (5p) : pain (nyeri), masih aktif tapi tidak cukup untuk menjembatni gap (celah).
paraesthesia, pallor (pucat), paralysis dan pulselessness - Athropic non-union : osteogenesis terlihat berhenti.
(pulse tdk ada) - Treatment :
- Treatment : bandage dan dressing harus dilepas, dan limb Conservative : diinduksi unionfungsional bracing, juga
dalam posisi datar. Monitor perbedaan tekanan,jika kurang dengan pulsed electromagnetic field dan low ulsed
dari 30 mmHg lakukan fasciotomi. ultrasound.
e. Haemarthrosis Operative : Hypertrophic beri rigid fixation dan bone graft,
f. Infection sedangkan untuk atrophik lakukan bone graft.
c. Malunion

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 13


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

d. Avascular necrosis IV. PATOMEKANISME, BHP, IIMC


e. Growth Disturbance - BHP
f. Bed Sores Sebagai seorang dokter, saya akan memerintahkan pasien untuk:
g. Myositis Ossificans 1. Mematuhi peraturan lau lintas.
h. Tendon lesion 2. Menggunakan perlengkapan keselamatan berkendaraan sesuai
i. Nerve Compression dengan standar, seperti helm sni, sarung tangan, jaket, dan
j. Muscle Contracture sebagainya.
k. Joint Instability 3. Menjalankan prosedur operasi yang disarankan.
4. Tidak banyak bergerak dan melakukan aktifitas berat selama
- PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI penyembuhan.
5. Memakan makanan sehat dan bergizi, terutama makanan yang
mengandung kalsium tinggi.
6. Melakukan chek-up berkala ke dokter.
7. Memakan setiap obat yang diberi dokter.
8. Melakukan terapi lanjutan (latihan) untuk mengembalikan fungsi
organ.

- IIMC
Q.S. Al-Anam: 63
Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di
darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri
dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: “Sesungguhnya jika
Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi
orang yang bersyukur

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 14


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

- PATOMEKANISME

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 15


Dermatomuskuloskeletal system [CASE 5TH : MUSKULOSKELETAL TRAUMA]

Osteon 2015 – Faculty of Medicine Page 16

Potrebbero piacerti anche