Sei sulla pagina 1di 12

Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

MENGEMBALIKAN FUNGSI MASJID SEBAGAI


PUSAT PERADABAN MASYARAKAT
Oleh:
Puji Astari1

Abstrak

Mosques in Indonesia, now actually consists of more


than 700 thousand. This amount is fantastic.
However, the number of mosques yag not comparable
with the quality of people's religious ( congregation )
.In theoretical, grandeur and significance, the mosque
is not in the beauty of the physical building. However,
how the mosque could play a role as a center of
civilization and the development of human
civilization.
Ideally mosques could be center of all activities
conducted by moslems. However really mosques are
just positioned solely as a center of worship or ritual
activities, their ideal roles has been reducted. Perhaps
this is a factor of poor quality of the Moslem
community, which among others characterized by
phenomenon of social disintegration, political and
economic backwardness and others. This study aimed
to know the function of the mosque at Prophet
Muhammad period. Optimization of mosques
functions in Prophet Muhammad period could bring
any significant changes, from state of ignorance into
civil society, materializing hight civilization, thought
and strength. This study is expected to formulate
appropriate measures to restore the function of
mosques in Indonesia accordance to the appropriate
roles.

Kata kunci: masjid, peradaban masyarakat

1
Mahasiswa S1 Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung
VOL. 9 No.1 Januari 2014 33
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

A. Pendahuluan
Salah satu unsur penting dalam struktur masyarakat Islam
adalah masjid. Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat
Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga
disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah, masjid juga
merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan
perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al
Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam,
masjid turut memegang peranan penting dalam aktivitas sosial
kemasyarakatan hingga kemiliteran.
Secara etimologi masjid berarti tempat beribadah. Akar kata
dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata
masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d)
ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi.2
Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan". 3
Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini
berasal dari kata mezquita4 dalam bahasa Spanyol. Dan kata mosque
kemudian menjadi populer dan dipakai dalam bahasa Inggris secara
luas.
Pada masa awal perkembangan Islam, yaitu pada zaman
Rasulullah, masjid merupakan pusat pemerintah, kegiatan pendidikan,
kegiatan sosial dan ekonomi. Sebagai Kepala Pemerintah dan Kepala
Negara Muhammad SAW tidak mempunyai istana seperti halnya para
raja pada waktu itu, beliau menjalankan roda pemerintahan dan
mengatur umat Islam di Masjid, permasalahan-permasalahan umat
beliau selesaikan bersama-sama dengan para sahabat di Masjid bahkan
hingga mengatur strategi peperangan.
Tradisi ini kemudian tetap dilestarikan oleh para khulafaur
Rasyidin dan khalifah-khalifah setelahnya, namun pada
perkembanganya di bidang pemerintahan masjid hanya di jadikan
simbol pemerintahan Islam, walaupun terletak biasanya di pusat
pemerintahan berdampingan dengan pusat kekuasaan. Kemegahan
sebuah masjid menjadi kebanggaan bagi penguasa, peninggalan-
peninggalan tersebut masih kita dapati di berbagai tempat bekas

2
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid. diakses tgl. 28 Oktober 2014
3
Hillenbrand, R. Masdjid. I. In the central Islamic lands. In P.J. Bearman, Th.
Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel and W.P. Heinrichs. Encyclopaedia of Islam
Online. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912
4
www.google.com mosque, diakses tgl. 28 Oktober 2014
VOL. 9 No.1 Januari 2014 34
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

kejayaan pemerintahan Islam, baik di Timur Tengah maupun di


Eropa.5
Dalam bidang pendidikan, Rasulullah menggunakan masjid
untuk mengajarkan para sahabat agama Islam, membina mental dan
akhlak mereka, seringkali dilakukan setelah sholat berjama’ah, dan juga
dilakukan selain waktu tersebut. Masjid pada waktu itu mempunyai
fungsi sebagai “sekolah” seperti saat ini, gurunya adalah Rasulullah dan
murid-muridnya adalah para sahabat yang haus ilmu dan ingin
mempelajari Islam lebih mendalam. Tradisi ini juga kemudian di ikuti
oleh para sahabat dan penguasa Islam selanjutnya, bahkan dalam
perkembangan keilmuan Islam, proses “ta’lim” lebih sering dilakukan
di masjid, tradisi ini dikenal dengan nama “halaqah”, banyak ulama-
ulama yang lahir dari tradisi halaqah ini.
Tradisi ini diadopsi di Indonesia dengan model “Pesantren”,
menurut sejarah berdirinya pesantren-pesantren di Indonesia dimulai
dengan adanya kyai dan masjid. Pada perkembangan selanjutnya ketika
proses ta’lim di adakan di sekolah/madrasah, tradisi halaqah masih
tetap dilestarikan di berbagai tempat sebagai “madrasah non formal”.
Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi ini merupakan
cikal bakal berdirinya universitas-universitas Islam besar di dunia. Salah
satu contohnya adalah al-Azhar di Mesir.
Di bidang ekonomi, masjid pada awal perkembangan Islam di
gunakan sebagai “Batiul Mal” yang mendistribusikan harta zakat,
sedekah, dan rampasan perang kepada fakir miskin dan kepentingan
Islam.6 Golongan lemah pada waktu itu sangat terbantu dengan adanya
baitul mal.
Namun ironisnya, saat ini di Indonesia banyak diantara umat
Islam yang melihat masjid hanya sebagai tempat ibadah atau sholat.
Itupun kalau kita lihat hanya sedikit orang yang melakukan sholat
berjama’ah di masjid setiap waktu, kecuali sholat Jum’at. Maka tidak
heran masjid hanya dikunjungi pada waktu-waktu sholat, bahkan yang
kadang-kadang digunakan sebagai tempat istirahat melepas lelah setelah
bekerja, sehingga kita lihat masjid-masjid yang sepi tidak ada aktivitas
apa-apa selain sholat dan peringatan-peringatan keagamaan tertentu.
Tentunya kita tidak ingin masjid-masjid kita mengalami nasib yang
sama seperti di Barat.7

5
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hal.
315
6
Ibid, hal. 317
7
Barat= istilah untuk menyebut negara-negara di Eropa dan Amerika.

VOL. 9 No.1 Januari 2014 35


Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

Terdapat alasan kuat bahwa kecenderungan umat meninggalkan


masjid karena mereka merasa masjid tidak memberikan manfaat
langsung dalam kehidupan mereka yang semakin kompleks. Untuk itu
perlu kembali kita mereposisikan masjid sebagai sentral kegiatan umat
yang mampu memberikan kontribusi langsung kepada umat. Oleh
sebab itu, karya tulis ini diberi judul “Mengembalikan Fungsi Masjid
Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat.”

B. Pembahasan
1. Faktor-faktor umat meninggalkan masjid
Saat ini, hampir sangat sulit mendapatkan masjid yang
difungsikan secara ideal menurut sunnah Rasulullah saw. Secara
umum, menurut Kemenag tahun 2010, bila dicermati
perkembangannya dewasa ini masih banyak pengurus masjid
yang lebih memperhatikan kemegahan bangunannya. Inilah
yang ditenggarai menjadi penyebab terhambatnya kemajuan
Islam.ada dua tipe kecenderungan penyimpangan dalam
pengelolaan masjid-masjid zaman sekarang.8 Pendapat tersebut
dipertegas oleh Masjiddarrulizzah, yang menyebutkan bahwa
faktor-faktor umat meninggalkan masjid, di antaranya:
Pertama, Pengelolaan Masjid secara Konvensional. Dalam hal ini
gerak dan ruang lingkup masjid dibatasi pada dimensi-dimesi
vertikal saja, sedang dimensi-dimensi horizontal
kemasyarakatan dijauhkan dari masjid. Indikasi pengelolaan
masjid jenis ini adalah masjid tidak digunakan kecuali untuk
shalat jamaah setelah itu masjid dikunci rapat-rapat.
Kedua, Pengelolaan Masjid yang Melewati Batasan Syara. Pada hal
kedua ini, biasanya mereka berdalih untuk memberi penekanan
pada fungsi sosial masjid tetapi mereka kebablasan. Maka
diselenggarakanlah berbagai acara menyimpang di masjid.
Misalnya pesta pernikahan dengan pentas musik atau tarian,
perayaan hari-hari besar Islam dengan ragam acara yang tak
pantas diselenggarakan di masjid dan sebagainya. Mereka lebih
mengutamakan dimensi sosial-yang ironinya menabrak syari`at

8
Fauzul Izmi, Optimalisasi Peran Dan Fungsi Mesjid, [Fauzul
Izmi/wasathon.com]. diakses tgl. 29 Oktober 2014

VOL. 9 No.1 Januari 2014 36


Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

Islam dan tidak mengabaikan fungsi masjid sebagai sarana


ibadah dalam arti luas.9
Belum lagi setiap masjid akan mempunyai masalah tersendiri
yang berbeda dari masjid lainnya. Misalnya masjid kurang
terurus, jarangnya pengurus dan jamaah sekitarnya yang shalat
ke masjid, terjadinya perselisihan antar pengurus dalam
menentukan kebijakan, masjid yang tidak lagi buka 24 jam dan
lain sebagainya. Dari sisi ini, nampaklah bahwa faktor
internallah yang menjadi penyebab utama terbengkalainya
rumah-rumah Allah tersebut.
Padahal masjid di masa Rasulullah saw sebagaimana dijelaskan
dalam jurnal Metamorfosa Fungsi Masjid (upaya pengembalian
fungsi masjid sesuai Sunnah Rasul SAW) oleh
Masjiddarrulizzah10 bahwa bukan hanya sebagai tempat
penyaluran emosi religius semata, ia telah dijadikan pusat
aktivitas umat. Hal-hal yang dapat direkam sejarah tentang
fungsi masjid di antaranya:
Tempat Latihan Perang. Rasulullah saw mengizinkan `Aisyah
menyaksikan dari belakang beliau orang-orang Habasyah
(Ethiopia) berlatih menggunakan tombak mereka di Masjid
Rasulullah pada hari raya. (HR. Al-Bukhari).
Balai Pengobatan Tentara Muslim. Sa`d bin Mu`adz terluka
ketika perang Khandaq, maka Rasulullah mendirikan kemah di
masjid. (HR. Al-Bukhari).
Tempat Menerima Tamu. Ketika utusan kaum Tsaqif datang
kepada Nabi saw, beliau menyuruh sahabatnya untuk membuat
kemah sebagai tempat perjamuan mereka. (HR. Al-Baihaqi).
Tempat Penahanan Tawanan Perang. Tsumamah bin Utsalah
seorang tawanan perang dari Bani Hanifah diikat di salah satu
tiang masjid sebelum perkaranya diputuskan. (HR. Al-Bukhari).
Pengadilan. Rasulullah menggunakan masjid sebagai tempat
penyelesaian perselisihan di antara para sahabatnya. 11
Selain hal-hal di atas, masjid juga merupakan tempat
bernaungnya orang asing, musafir dan tunawisma. Di masjid
mereka mendapatkan makan, minum, pakaian dan kebutuhan
lainnya. Di masjid, Rasulullah menyediakan pekerjaan bagi
9
Masjiddarrulizzah, Metamorfosa Fungsi Masjid (Upaya Pengembalian
Fungsi Masjid Sesuai Sunnah Rasul SAW), Masjid Darul Izzah, 11 April 2008. Diakses
29 Oktober 2014
10
Ibid
11
Ibid

VOL. 9 No.1 Januari 2014 37


Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

penganggur, mengajari yang tidak tahu, menolong orang


miskin, mengajari tentang kesehatan dan kemasyarakatan,
menginformasikan perkara yang dibutuhkan umat, menerima
utusan suku-suku dan negara-negara, menyiapkan tentara dan
mengutus para da`i ke pelosok-pelosok negeri.

2. Mengembalikan Fungsi Masjid


Melihat fenomena yang terjadi, maka perlu adanya tindakan
konkrit untuk segera mengembalikan fungsi daripada masjid.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah inovatif sehingga
masjid dengan fungsi strategis dapat menjadi pusat peradaban
masyarakat. Kehadiran masjid sejatinya harus mampu menjadi
solusi dari permasalahan yang ada. Masalah kemiskinan
misalnya. Mesjid bisa menjadi mitra pemerintah dalam rangka
mengentaskan kemiskinan karena masjid selalu dikunjungi oleh
banyak orang. Tentu sebelum itu para jemaah harus terus
dimotivasi untuk menyalurkan hartanya baik zakat, infaq dan
sedekah. Potensi ini sangat besar bila mampu dikelola dengan
professional.
Untuk mencapai tujuan diatas memang bukan pekerjaan
mudah, akan tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk diraih.
Pengurus (takmir masjid) harus memiliki kemampuan
manajerial dalam mengelola masjid. Ini harus didukung dengan
pembenahan internal dari jemaah masjid itu sendiri. Sebab
pengurus hanya fasilitator saja. Jemaah lah yang paling berperan
dalam mengoptimalkan peran dan fungsi masjid. Ada beberapa
hal yang harus dilakukan yaitu mengaktifkan kepengurusan
masjid, mengaktifkan kegiatan masjid, meningkatkan
kepedulian jemaah terhadap masjid, meningkatkan kualitas
manajemen masjid dan pemeliharaan fisik
masjid.Pengurus/takmir masjid harus punya visi yang jauh
kedepan. Ia harus punya langkah dan strategi yang tepat untuk
melaksanakan program tersebut. Tentu ia harus dibekali dengan
ilmu yang mumpuni. Untuk memaksimalkan peran masjid
maka setidaknya hal-hal dibawah ini harus menjadi perhatian
lebih dari pengurus.

Hal-hal tersebut di antaranya:


1. Menggerakkan majlis taklim yang ada didalamnya
Disaat pemerintah kewalahan dalam membendung pengaruh
negatif dari globalisasi maka kehadiran majlis taklim diharapkan

VOL. 9 No.1 Januari 2014 38


Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

mampu menjadi solusi dari perbaikan akhlak ummat. Meningkatnya


tindak kriminal akhir-akhir ini membuktikan bahwa pendidikan agama
yang diberikan selama ini nyatanya belum mampu untuk
menghasilkan manusia yang berakhlak mulia. Sholat seolah-olah hanya
menjadi ritual rutin belaka. Tidak ada pengaruhnya sama sekali. Majlis
taklim bisa menjadi wadah yang tepat untuk itu. Berbagai acara
keagamaan bisa diangkatkan. Untuk menghindari kejenuhan jemaah,
tidak ada salahnya jika tema-temanya dekat dengan kehidupan sehari-
hari jemaah dan bagaimana Islam memandang hal tersebut . Misalnya:
Tips sehat ala Rasulullah, Pacaran dalam kacamata Islam dan lain
sebagainya.
Hal tersebut menggambarkan bahwa posisi masjid sangat sentral
dalam kehidupan masyarakat. Pada zaman Rasulullah, seperti
peninggalan yang ditemukan di Masjid Nabawi – Madinah misalnya,
terdapat lokasi untuk kabinet Rasulullah berunding. Di sampingnya
tersedia tempat bagi para sahabat yang menjadi Dewan Pertimbangan
Agungnya. Sekarang di berbagai pojok Masjid Nabawi terlihat
kelompok remaja belajar membaca Al-Quran, atau kelompok diskusi
Graduate and Post Graduate Students dari King Abdul Aziz University
dan perguruan tinggi lainnya. Ditemukan pula majelis taklim yang
mengkaji ilmu fiqih dan penjabaran Al Qur’an.

1. Mengikutsertakan remaja
Remaja adalah agent of change (agen perubahan). Maju atau
mundurnya ummat Islam di kemudian hari ditentukan oleh seperti apa
remajanya hari ini. Tidak diragukan lagi remaja memiliki kelebihan
yaitu fisik yang bugar, semangat tinggi, dan kecemerlangan pikiran.
Potensi tersebut harus digali untuk hal-hal yang positif. Mereka harus
didekatkan dengan masjid sejak dini. Sebab, ketika mereka sudah
terpengaruh oleh budaya luar maka sulit untuk mencegahnya.
Sasarannya nanti adalah remaja dapat berkontribusi dalam
mengoptimalkan peran masjid. Potensi remaja dengan semangat dan
tenaga baru ini harus diupayakan untuk turut serta dalam berbagai
kegiatan-kegiatan yang diadakan di masjid.Tercatat saat ini di banyak
masjid di tanah air telah ada organisasi remaja masjid. Disini remaja
Islam dibentuk karakter dan dibina kepribadiannya sesuai dengan nilai-
nilai Islami. Berbagai acara diangkatkan sesuai dengan minat dan bakat
remaja seperti lomba nasyid, pidato, kaligrafi dan lain sebagainya.
Dengan bergabung di dalamnya artinya remaja telah membentengi diri
mereka sendiri dari pergaulan bebas, tawuran, narkoba dan lain
sebagainya.

VOL. 9 No.1 Januari 2014 39


Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

Walaupun dengan intensitas yang berbeda, kegiatan remaja


dapat pula kita lihat di Salman ITB, Bandung. Pola ini berkembang
sangat pesat. Di penjuru Indonesia kita banyak temui organisasi
kemasyarakatan yang tumbuh di sekitar masjid. Salah satu yang
menonjol adalah Himpunan Remaja Masjid dengan singkatan-singkatan
nama yang menggelitik. Mereka melatih kemampuan berorganisasi
dalam rangka melakukan kegiatan remaja yang positif, terarah dan
membina kelompok mereka menjadi Muslim terdidik, berakhlak dan
berkarakter, suatu kontribusi yang sangat berarti dalam upaya
pembentukan masyarakat Muslim Madani masa depan.

2. Mengadakan berbagai jenis pelatihan dan seminar


Berbagai pelatihan dan seminar perlu dilaksanakan untuk
mengupgrade kemampuan pengurus masjid maupun jemaah. Banyak
hal yang bisa dilaksanakan seperti seminar keluarga Islami, seminar
parenting, seminar zakat, pelatihan manajemen masjid, pelatihan
kepemimpinan, pelatihan mengurus jenazah, pelatihan jurnalistik,
kursus bahasa dan lain sebagainya. Dengan diadakannya acara-acara
diatas maka tidak ada lagi istilah masjid kosong tanpa kegiatan.

3. Menjadikan masjid sebagai pusat ilmu


Mesjid tidak hanya sekedar tempat untuk ibadah ritual saja. Ia
juga harus dijadikan sebagai pusat ilmu pengetahuan. Penyebab
mundurnya ummat Islam hari ini adalah karena generasi muslimnya
malas membaca. Padahal dengan membaca seseorang akan mengetahui
apa yang belum diketahuinya. Padahal dahulunya Islam jaya karena
penganutnya rajin membaca. Ilmuwan-ilmuwan Islam bahkan menjadi
rujukan bagi dunia barat seperti Ibnu Sina, Al Farabi, Ibnu Rusyd dan
lain-lain. Keberhasilan yang mereka raih tersebut dikarenakan banyak
membaca. Oleh karenanya untuk mengembalikan kejayaan tersebut
masjid harus dilengkapi dengan buku bacaan. Keberadaan perpustakaan
masjid adalah suatu keniscayaan. Buku-buku yang dipajang disana
haruslah buku-buku yang sangat dibutuhkan oleh jemaah. Tentu tidak
hanya buku keagamaan belaka. Buku-buku lainnya juga harus tersedia
agar pengetahuan jemaah masjid semakin bertambah. Jika setiap masjid
yang ada memiliki perpustakaan maka tentu akan memudahkan
masyarakat dalam mengakses bahan bacaan. Kelebihannya adalah
perpustakaan di masjid tidak membutuhkan birokrasi yang berbelit-
belit.

VOL. 9 No.1 Januari 2014 40


Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

4. Bersinergi dengan pemerintah dan masyarakat


Mesjid adalah kepunyaan ummat Islam. Setiap pihak harus
peduli terhadap kemajuannya mulai dari takmir (pengurus masjid),
masyarakat setempat dan pihak terkait lainnya. Jika salah satu saja
tidak turut andil di dalamnya maka mustahil masjid mampu
menjalankan perannya dengan baik.Tugas untuk mengoptimalkan
peran masjid bukan hanya tugas pengurus masjid. Warga setempat
harus turut membantu terlaksananya program yang telah dibuat
pengurus. Disamping itu hal ini tentu tidak akan berjalan dengan baik
bila pemerintah setempat atau birokrat yang ada tidak mendukung
sepenuhnya.Banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah dalam
membantu mengoptimalkan peran masjid. Salah satunya adalah
memberikan bantuan dana demi kelancaran pembangunan masjid dan
terlaksananya program-program yang telah direncanakan. Jika
pemerintah sudah turut andil tentu tugas berat yang dibebankan
kepada pengurus masjid akan semakin berkurang. Dengan adanya
perhatian pemerintah maka masjid-masjid yang ada tidak akan lagi ada
yang sepi dari kegiatan dan jemaahnya.

5. Memberdayakan fakir miskin yang menjadi tanggung jawab


masjid
Selama ini masjid seolah-olah menjadi harapan terakhir bagi
kaum peminta-minta. Ketika kesulitan mendapatkan uang di jalanan
biasanya mereka mendatangi masjid. Mereka sudah duduk di teras
masjid sambil menadahkan tangan kepada jamaah ketika sebelum dan
sesudah sholat. Sebetulnya tidak ada yang salah. Kehadiran pengemis
tersebut juga menjadi peluang amal bagi jamaah yang hendak
bersedekah. Akan tetapi jika hal ini terus dibiarkan tentu
mendatangkan masalah baru yaitu tidak tumbuhnya pola hidup
mandiri. Pengemis hanya akan menyandarkan hidupnya kepada
jamaah. Melihat kondisi ini maka masjid perlu melakukan terobosan-
terobosan baru. Salah satunya adalah mendirikan koperasi, BMT dan
sejenisnya yang dikelola secara syariah. Jika hal itu tidak
memungkinkan maka harus ada cara lain misalnya memberikan
pinjaman modal usaha kepada pengemis. Tentu sebelum itu harus ada
pendataan. Setelah itu harus ada akad yang jelas terhadap pinjaman
tersebut(berapa lama modal tersebut akan dikembalikan). Dengan
begini maka masjid bisa memberikan manfaat kepada lingkungan
sekitarnya. Kalau langkah diatas dirasa sulit pemberian infaq dan
sedekah bisa saja dilakukan tetapi dengan cara mendata orang-orang
yang berhak menerimanya lalu mengantarkannya ke rumah orang

VOL. 9 No.1 Januari 2014 41


Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

yang membutuhkan tersebut. Masalah yang terjadi selama ini yaitu


ricuhnya pemberian BLT atau bantuan sejenisnya bahkan ada yang
sampai terinjak dan meninggal dunia dikarenakan bertumpuk di satu
tempat. Pengurus masjid bisa berkaca melalui hal tersebut dan lebih
berhati-hati jika ingin menyalurkan bantuan. Jika hal ini berhasil maka
masjid turut membantu program pemerintah yaitu ikut mengentaskan
kemiskinan.

6. Menumbuhkan kemandirian masjid


Tak ada yang bisa membantah kalau masjid dibangun melalui
uang yang disalurkan oleh jemaah berupa infaq dan sedekah. Sumber
dana lainnya biasanya didapatkan dari pemerintah atau birokrasi di
daerah setempat. Uang itulah yang ditabung dan dikumpulkan selama
bertahun-tahun hingga akhirnya masjid berdiri dengan kokohnya.
Dengan begitu di satu sisi secara tidak langsung pengurus masjid
terbantu dalam mencari dana pembangunan mesjid. Sedangkan di sisi
lainnya menjadi ladang amal juga bagi para jemaah. Kelemahan dengan
diberlakukannya sistem ini adalah masjid terlalu bergantung kepada
bantuan dana dari jemaah. Padahal jika jeli masjid bisa mendapatkan
dana dari sumber lainnya. Caranya bisa dengan mendirikan berbagai
jenis usaha barang dan jasa di sekitar lingkungan masjid dan lain
sebagainya. Modalnya bisa diambil dari infaq dan sedekah yang
terkumpul. Mesjid juga bisa mengajukan proposal kepada lembaga
keuangan syariah yang ada demi mendapatkan bantuan. Artinya adalah
masjid-mesjid untuk kedepannya diharapkan harus mampu
membangun kemandirian. Tentu tetap membuka peluang bagi jemaah
yang ingin berinfaq dan bersedekah.
Sehingga dengan ke tujuh langkah tersebut masjid akan
dipahami sebagai salah satu elemen pemenuh kebutuhan spiritual yang
sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tempat sholat saja,
melainkan juga merupakan pusat kegiatan sosial kemasyarakatan,
seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beberapa ayat
dalam AlQur’an menjelaskan bahwa fungsi masjid adalah sebagai
tempat yang di dalamnya banyak disebut nama Allah (tempat
berdzikir), tempat beriktikaf, tempat beribadah (shalat), pusat
pertemuan umat Islam untuk membicarakan urusan hidup dan
perjuangan.
Sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Qur’an yang berbunyi: “Dan
sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah

VOL. 9 No.1 Januari 2014 42


Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah)


Allah.” (Al-Jinn: 18).12
dan
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah)
manusia, ialah baitullah di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia.” (Ali Imran: 96).
Kesimpulan
Untuk mengembalikan dan menunaikan risalah masjid seperti
dahulu-kala memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Modal
utamanya adalah niat yang ikhlas karena Allah, kesungguhan dalam
bekerja, kemauan dalam berusaha, organisasi masjid yang kuat serta
mau menghadapi tantangan dan ganjalan yang datang dari dalam
maupun dari luar. Secara umum, Allah telah memberikan beberapa
kriteria yang amat mendasar yang harus dimiliki para pemakmur
masjid demi tercapainya risalah masjid.
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada
Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (At-Taubah: 18).
Merupakan satu langkah mundur jika kepengurusan masjid
diserahkan kepada orang-orang yang tidak tergolong dalam ayat di atas.
Karena itu, menggali dan mengkaji kembali perjalanan sejarah masjid-
masjid pada masa Rasulullah dan generasi pertama umat Islam adalah
jalan terbaik untuk merevitalisasi (mengembalikan) fungsi masjid.
Selanjutnya, tidak memilih para pengurus masjid kecuali orang yang
dikenal karena ketaqwaan dan pengabdiannya kepada Islam serta
melibatkan seluruh komponen masyarakat Islam.

Daftar Pustaka

Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:


MQS Publishing.
Fauzul Izmi.Optimalisasi Peran Dan Fungsi Mesjid, [Fauzul
Izmi/wasathon.com]. diakses tgl. 29 Oktober 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid. diakses tgl. 28 Oktober 2014

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:


12

MQS Publishing, 2010)

VOL. 9 No.1 Januari 2014 43


Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas

Hillenbrand, R. Masdjid. I. In the central Islamic lands. In P.J. Bearman,


Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel and W.P. Heinrichs.
Encyclopaedia of Islam Online. Brill Academic Publishers. ISSN
1573-3912
Samsul Munir Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Masjiddarrulizzah. 2008. Metamorfosa Fungsi Masjid (Upaya
Pengembalian Fungsi Masjid Sesuai Sunnah Rasul SAW). Masjid
Darul Izzah. Diakses 29 Oktober 2014
www.google.com mosque, diakses tgl. 28 Oktober 2014

VOL. 9 No.1 Januari 2014 44

Potrebbero piacerti anche