Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
a. Pengertian TGT
Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan Turnamen
Akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa
berlomba-lomba sebagai wakil tim meraka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya
setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen
tertentu pada struktur STAD yang biasanya. (Robert E. Slavin, 2010)
Dalam TGT peserta didik memainkan permainan-permainan dengan anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Penyusunan permainan dapat disusun dalam bentuk
kuis berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Model
PembelajaranKooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT), atau pertandingan permainan
tim dikembangkang secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada Model ini siswa
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor
tim mereka. (Trianto, 2010)
b. Komponen TGT
2) Kelompok (tim)
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja
akademik, jenis kelamin, ras dan etnistas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua
anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya
untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul
untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu
melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap
kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
3) Game
Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerjaa tim. Game
tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang
berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang
sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor
yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling
menantang jawaban masingmasing.
4) Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir
minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok terhadap lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada
meja turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan
seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual
dalam STAD, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara
maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.
1) Bagi Guru
Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali, teliti dalam
menentukan pembagian kelompok. Dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup
banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu
menguasai kelas secara menyeluruh.
2) Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada
siswa yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik
siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Sumber:
Robert E. Slavin. (2010) COOPERATIVE LEARNING: Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep landasan dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana
Model Pembelajaran
Selasa, 14 Agustus 2012
Teams Games Tournaments (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,
suku kata atau ras yang berbeda.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap
penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan
(tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh
Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas
anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang
berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal
ini menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat
menyenangkan.
b) Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang
mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen
ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok
yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini dimulai
dengan memberitahuakan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-
kartu soal untuk bermain. (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak
terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama,setiap
pemain dalam tiap meja menentukan dahulu pembaca soal dan pemain pertama dengan cara undian.
Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan
kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil
oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapai oleh penantang searah jarum jam.setelah itu
pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab
benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal
berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar
setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.
Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai
kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.
c) Penghargaan kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor
kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut.
Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah
kartu yang diperoleh, seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
Top Scorer 40
Low Scorer 10
Tabel Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Top scorer 60
Middle Scorer 40
Low scorer 20
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini
siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
membentu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik,
jenis kelamin dan rasa tau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan lebih baik
dan optimal pada saat game
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang di dapat siswa
dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi
kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam
beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan dalam satu meja I, tiga siswa
selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari
pembelajaran TGT antara lain :
1) Bagi guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam
menentukan pembagian kelompok
Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah
ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh
2) Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada
siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada
siswa yang lain.
Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu; (a) member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong
royong (c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung
jawab, dan (d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono,
2006).
Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran diharapkan; (a) anggota kelompok
sadar diri menjadi anggota kelompok, (b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab, (c) setiap
anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong timbulnya semangat tim, dan (d) kelompok
mewujudkan suatu kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c) perencanaan tugas kelompok, (d)
pelaksanaan, dan (d) evalusi hasil belajar kelompok.
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran
langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada
saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar
bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang
menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
4. Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor
terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar
keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan
nomor terendah sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang
pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban
reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban
reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan
oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya
adalah membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah
jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3
menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak
jumlah soal yang disediakan guru.
5. Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah
apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
Kriteria ( Rerata
Kelompok ) Predikat
≥ 45
Super Team
40 – 45
Great Team
30 – 40
Good Team
6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik
7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan
Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara
anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka
harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu
timnya untuk melakukan usaha maksimal.
Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan
pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan
kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan
penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis
dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif
menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang
sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau
elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.
Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap
model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat
mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat
direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan
teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil
belajar dan efek psikologis bagi siswa.
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap
pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT,
sebagai berikut:
Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak
dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya
pada keberuntungan.
TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih
sedikit)
Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang
menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah
mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk
mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan
kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan
dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok
waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.
Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
1. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Kesimpulan
Dari pembahasan materi model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tersebut, maka dapat disimpulkan
1. Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa. Karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
2. Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat menambah wawasan tentang berbagai
model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi guru.