Sei sulla pagina 1di 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak diberitakan tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh orang tua atau pengasuh terhadap anaknya. Dari yang
memukul anak, menyiram anak dengan air panas, hingga membakar
anak. Ada juga berita ayah melakukan hubungan sexual dengan anak,
atau kakek dengan anak atau kakak dengan adik, bahkan sampai hamil.
Banyak alasan yang dikemukakan oleh orang tua maupun pengasuh,
antara lain kesal karena anak tidak bisa diberi tahu, anak rewel, kesal
pada suami, kesal pada majikan, dan sebagainya. Itu adalah fenomena
child abuse yang terjadi di sekitar kita yang mengakibatkan tidak hanya
secara fisik namun juga psikis anak terganggu, untuk itu perlu adanya
asuhan keperawatan mengenai child abuse tersebut.
Perawat, terkadang merupakan orang yang pertama mengenali
adanya child abuse di masyarakat. Perawat hendaknya mengamati
adanya tanda–tanda family abuse sehingga dapat mempersiapkan untuk
menangani hal tersebut secara objektif. Dalam hal ini peran perawat
sangat penting agar korban kekerasan menjadi aman dan fungsi keluarga
dapat berjalan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Child Abuse?
2. Apa etiologi Child Abuse?
3. Apa saja klasifikasi Child Abuse?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Child Abuse?
5. Bagaimana patofisiologi Child Abuse?
6. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Child Abuse?

1
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi Child Abuse
2. Menjelaskan etiologi Child Abuse
3. Menjelaskan klasifikasi Child Abuse
4. Menjelaskan manifestasi klinis Child Abuse
5. Menjelaskan patofisiologi Child Abuse
6. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan Child Abuse

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Child Abuse


1. Definisi
Menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare child
abuse merupakan tidakan kekerasan fisik atau mental, kekerasan
seksual dan penelantaran terhadap anak dibah usia 18 tahun yang
dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan anak yang terancam.

Child abuse merupakan suatu tidak kekerasan kekerasan (fisik


dan/atau mental), eksploitasi (ekonomi, seksual) dan diskriminasi
dalam tulisan ini selanjutnya disebut anak yang mengalami berbagai
perlakuan salah. Kondisi dan situasi anak yang sulit tersebut tergolong
ke dalam anak yang memerlukan perlindungan khusus.

2. Etiologi
Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang
menyebabkan child abuse, yaitu:
a) Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Orang tua
yang memiliki kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada
orang lain, atau orang tua tidak memahami tumbuh kembang anak,
sehingga mereka memiliki harapan yang tidak sesuai dengan
keadaan anak. Dapat juga orang tua terisolasi dari keluarga yang
lain, bisa isolasi sosial atau karena letak rumah yang saling
berjauhan dari rumah lain, sehingga tidak ada orang lain yang dapat
memberikan support kepadanya.
b) Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain.
Hal ini dapat terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak
yang tidak direncanakan, anak yang cacat, hiperaktif, cengeng,
anak dari orang lain yang tidak disukai, misalnya anak mantan

3
suami/istri, anak tiri, serta anak dengan berat lahir rendah (BBLR).
Pada anak BBLR saat bayi dilahirkan, mereka harus berpisah untuk
beberapa lama, padahal pada beberapa hari inilah normal bonding
akan terjalin.
c) Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi
tidak terlalu berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada orang lain.
Kejadian yang sering terjadi misalnya adanya tagihan, kehilangan
pekerjaan, adanya anak yang sakit, dll. Kejadian tersebut akan
membawa pengaruh yang lebih besar bila tidak ada orang lain yang
menguatkan dirinya di sekitarnya karena stress dapat terjadi pada
siapa saja, baik yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi
maupun rendah, maka child abuse dapat terjadi pada semua
tingkatan.

Menurut Rusel dan Margolin, wanita lebih banyak melakukan


kekerasan pada anak, karena wanita merupakan pemberi perawatan
anak yang utama. Sedangkan laki-laki lebih banyak melakukan sex
abuse, ayah tiri mempunyai kemungkinan 5 sampai 8 kali lebih besar
untuk melakukannya daripada ayah kandung (Smith dan Maurer).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan.
Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
a. Stress yang berasal dari anak.
1) Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah
kondisi fisik anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh
yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak
mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang
mempunyai fisik yang sempurna.
2) Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan
mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan
dan sulit berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.
3) Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah
cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan

4
dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini
disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras
cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak
bertemperamen lemah.
4) Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang
tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak
berperilaku dan bertingkah aneh di dalam keluarga dan
lingkungan sekitarnya.
5) Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan
kasar disebabkan orangtua menganggap bahwa anak angkat
bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga
secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat
antara anak angkat dan orang tua.

b. Stress keluarga
1) Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan
faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada
anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan
kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh
orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya
termasuk harus mengorbankan keluarga.
2) Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga
faktor ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya
kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang
menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan
tingkah laku anak.
3) Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab
anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
4) Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan
munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya
kekurangan fisik, lemah mental, dsb.

5
c. Stress berasal dari orang tua
1) Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan
kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan
selalu mengecewakan orang lain.
2) Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang
mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan
hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya sebagai
bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.
3) Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak
realistis akan membuat orangtua mengalami stress berat
sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan
anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai
pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan
kekerasan.

3. Klasifikasi
Terdapat 2 golongan besar, yaitu :
a. Dalam keluarga
1) Penganiayaan fisik, Non Accidental “injury” mulai dari ringan
“bruiser – laserasi” sampai pada trauma neurologic yang berat
dan kematian. Cedera fisik akibat hukuman badan di luar batas,
kekejaman atau pemberian racun.
2) Penelantaran anak/kelalaian, yaitu : kegiatan atau behavior yang
langsung dapat menyebabkan efek merusak pada kondisi fisik
anak dan perkembangan psikologisnya. Kelalaian dapat berupa:
a) Pemeliharaan yang kurang memadai
Menyebabkan gagal tumbuh, anak merasa kehilangan kasih
sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan.

6
b) Pengawasan yang kurang memadai
Menyebabkan anak gagal mengalami resiko untuk
terjadinya trauma fisik dan jiwa
c) Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan
Kegagalan dalam merawat anak dengan baik
d) Kelalaian dalam pendidikan
Meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu
berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan
atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga
sehingga anak terpaksa putus sekolah
3) Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak,
tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini
umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain
4) Penganiayaan seksual, mempergunakan pendekatan persuasif.
Paksaan pada seseorang anak untuk mengajak
berperilaku/mengadakan kegiatan sexual yang nyata, sehingga
menggambarkan kegiatan seperti : aktivitas seksual (oral
genital, genital, anal atau sodomi) termasuk incest. (The Child
Abuse & Prevention Act / Public Law 100-294).
b. Di luar rumah.
Dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang.

4. Manifestasi Klinis

Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas
gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retinaakibat dari adanya
subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan
saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan
perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya
lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:

7
a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak
sebayanya yang tidak mendapat perlakuan salah.
b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
1) Kecerdasan
Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam
perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada
kepala, juga karena malnutrisi. Pada beberapa kasus
keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang
adekuat atau karena gangguan emosi.
2) Emosi
Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri
yang positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif,
perkembangan hubungan sosial dengan orang lain, termasuk
kemampuan untuk percaya diri.
3) Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek,
tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia,
tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang
mencoba bunuh diri.
4) Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih
agresif terhadap teman sebayanya. Sering tindakan agresif
tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan
perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil
miskinnya konsep diri.
5) Hubungan sosial
Pada anak yang sering kurang dapat bergaul dengan teman
sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai
sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya
dengan melempari batu atau perbuatan-perbuatan kriminal
lainnya.

8
5. Patofisiologi
` Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orang
tua atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi
terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan
perkembangan anak secara umum.
Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya child abuse yaitu
factor anak, factor orang tua, dan factor lingkungan. Faktor anak bisa
dikarenakan oleh anak tidak diinginkan, anak cacat, retardasi mental,
dan lain-lain. Faktor orang tua yaitu orang tua pecandu alcohol, narkoba,
kelainan jiwa, depresi/stress, pengalaman penganiayaan waktu kecil.
Sedangkan factor lingkungan yaitu keluarga kurang harmonis, orang tua
tidak bekerja, kemiskinan, kepadatan hunian.
Child abuse dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga dan
orang lain akan menimbulkan tindakan kekerasan sehingga
mengakibatkan perubahan peran orangtua dan tidak efektifnya koping
keluarga. Akibat child abuse, anak biasanya ditelantarkan sehingga
dapat mengakibatkan asupan nutrisi anak tidak cukup sehingga terjadi
perubahan pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Child Abuse


1. Pengkajian

a) Psikososial

1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau

2) Gagal tumbuh dengan baik

3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor


dan psikososial

4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa

b) Muskuloskletal

1) Fraktur

2) Dislokasi

9
3) Keseleo (sprain)

c) Genito Urinaria

1) Infeksi saluran kemih

2) Perdarahan per vagina

3) Luka pada vagina/penis

4) Nyeri waktu mikasi

5) Laserasi pada organ enetalia eksternal, vagina & anus

d) Integumen

1) Lesi sirculasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena


rokok)

2) Luka bakar pad kulit, memar atau abrasi

3) Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat


dijelaskan

4) Trauma yang tidak dijelaskan

5) Bengkak

2. Masalah Keperawatan
a. Tidak efektifnya koping keluarga b.d faktor-faktor yang
menyebabkan Child Abuse
b. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan
dengan tidak adekuatnya perawatan
c. Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga
yang terganggu

10
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Tidak efektifnya Mekanisme 1. Identifikasi faktor- 1. Dengan mengidentifikasi
koping keluarga koping faktor yang faktor-faktor yang dilakukan
b.d faktor-faktor keluarga menyebabkan rusaknya intervensi yang dibutuhkan
yang menjadi mekanisme koping dan penyerahan pada pejabat
menyebabkan efektif pada keluarga, usia yang berwenang pada
Child Abuse orang tua, anak ke pelayanan kesehatan dan
berapa dalam keluarga, organisasi sosial
status sosial ekonomi
2. Keluarga dengan Child Abuse
terhadap perkembangan & neglect biasanya
keluarga, adanya memerlukan kerja sama multi
support sistem dan disiplin, support kelompok
kejadian lainnya dapat membantu,
2. Konsulkan pada pekerja memecahkan masalah yang
sosial dan pelayanan spesifik.
kesehatan pribadi yang 3. Dengan mendorong keluar-ga
tepat mengenai problem dengan mendiskusikan
keluarga, tawarkan masalah mereka maka dapat
terapi untuk individu dicari jalan keluar untuk
atau keluarga memodifikasi perilaku
3. Dorong anak dan mereka.
keluarga untuk 4. Orang tua mungkin
mengungkapkan mempunyai harapan yang
perasaan tentang apa tidak realistis tentang
yang mungkin pertumbuhan dan perkem-
menyebabkan perilaku bangan anak
kekerasan.

11
4. Ajarkan orang tua
tentang perkembangan
& pertum-buhan anak
sesuai tingkat umur.
Ajarkan kemampuan
merawat spesifik dan
terapkan tehnik disiplin

2. Perubahan Perkembang 1. Diskusikan hasil test 1. Orang tua dan anak akan
pertumbuhan dan an kognitif kepada orang tua dan menyadari, sehingga mereka
perkembangan anak, anak dapat merencanakan tujuan
anak psikomotor jangka panjang dan jangka
2. Melakukan aktivitas
berhubungan dan pendek
(seperti, membaca,
dengan tidak psikososial bermain sepeda, dll) 2. Kekerasan pada anak akan
adekuatnya dapat antara orang tua dan menyebabkan keterlambatan
perawatan disesuai-kan anak untuk perkembangan karena tugas
dengan meningkatkan per- keluarga. Aktivitas dapat
tingkatan kembangan dari engkoreksi masalah
umurnya penurunan perkembangan akibat dari
kemampuan kognitif hubungan yang terganggu
psikomotor dan 3. Dengan menentukan tahap
psikososial perkembangan anak dapat
3. Tentukan tahap membantu perkembangan
perkembang-an anak yang diharapkan
seperti 1 bulan, 2 4. Program stimulasi dapat
bulan, 6 bulan dan 1 membantu meningkatkan
tahun perkembangan menentukan
4. Libatkan intervensi yang tepat
keterlambatan per-
kembangan dan

12
pertumbuhan yang
normal

3. Peran orang tua Perilaku 1. Diskusikan ikatan yang 1. Menyadarkan orang tua akan
berubah orang tua wajar dan perikatan perikatan normal dan proses
berhubungan yang kasar dengan orang tua yang pengikatan akan membantu
dengan ikatan dapat keras dalam mengembangkan
keluarga yang menjadi keahlian menjadi orang tua
2. Berikan model peranan
terganggu lebih efektif yang tepat
untuk orang tua
2. Model peranan untuk orang
3. Dukung pasien untuk
tua, memungkinkan orang tua
mendaftarkan dalam
untuk menciptakan perilaku
kelas yang mengajarkan
orang tua yang tepat
keahlian orang tua tepat
3. Kelas akan memberikan
4. Arahkan orang tua ke
teladan & forum praktek
pelayanan kesehatan
untuk mengembangkan
yang tepat untuk
keahlian orang tua yang
konsultasi dan
efektif
intervensi seperlunya
4. Mengembangkan keahlian
orang tua yang efektif

13
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus
Di Jawa Timur, Tepatnya di Mojokerto, sekitar bulan Maret 2000
terjadi penganiayaan terhadap dua bocah kakak beradik, yaitu P (9 tahun)
dan WP (5 tahun). Sejak ditinggal pergi kedua orang tuanya, diperkirakan 6
bulan lalu, mereka memperoleh perlakuan yang sangat tidak manusiawi dari
buliknya sendiri (Ny. N, 40 tahun), dan sepupunya (S, 16 tahun).
Di tubuh kedua bocah tersebut membekas luka-luka bekas sundutan
rokok dan sutil panas. Bibirnya juga nyaris sumbing akibat hajaran benda
keras. Demikian pula di bagian kepala mereka. Yang tidak kalah biadab,
mereka dilaporkan juga pernah dipaksa makan kotorannya sendiri dan
diancam akan dihajar jika tidak mau menuruti perintah buliknya. Terakhir,
sebelum tragedi kemanusiaan ini terbongkar warga setempat, kedua bocah
itu diketahui sedang dimasukkan ke dalam karung dan hendak
ditenggelamkan di sebuah sungai, sembari dihajar berkali-kali.
(sumber : Krisis dan Child Abuse oleh Suyatno B).

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Integumen :
• Terdapat bekas luka-luka sundutan rokok dan sutil panas.
• Luka atau robek pada bibir
b. Psikologis :
• Takut
• Cemas
• Trauma
• Harga diri rendah
• Perasaan tidak aman dan nyaman
• Depresi

14
-Pengkajian yang belum dilakukan
a. Rongen (Untuk mengetahui kelainan yang terdapat pada
muskuloskeletal)

2. Masalah Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi b.d luka akibat trauma fisik ditandai dengan luka
terbuka / robekan pada bibir.
b. Tidak efektifnya koping keluarga b.d faktor-faktor yang menyebabkan
child abuse ditandai dengan tingkah laku destruktif terhadap orang lain.

3. Intervensi Keperawatan
No Masalah
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Resiko tinggi 1. Suhu normal Mandiri : Mandiri :
infeksi b.d dan bebas 1. Berikan 1. Cara pertama
luka akibat tanda-tanda perawatan untuk
trauma fisik infeksi. aseptik dan menghindari
ditandai 2. Mencapai antiseptik, terjadinya
dengan luka penyembuhan pertahankan infeksi
terbuka / luka tepat teknik cuci nosokomial.
robekan pada waktu. tangan yang
bibir baik. 2. Deteksi dini
perkembangan
2. Observasi infeksi
daerah kulit memungkinkan
yang untuk
mengalami melakukan
kerusakan, tindakan dengan
catat segera dan
karakteristik pencegahan
dari drainase terhadap
dan komplikasi.

15
inflamasi
yang ada. 3. Dapat
mengindikasikan
3. Pantau suhu perkembangan
tubuh secara sepsis yang
teratur, catat selanjutnya
adanya memerlukan
demam, evaluasi atau
mengiggil, tindakan segera.
diaforesis,
dan 4. Menurunkan
perubahan pemajanan
fungsi terhadap
metnal ‘pembawa
(penurunan kuman penyebab
kesadaran). infeksi’.

4. Batasi
pengunjung
yang dapat
menularkan
infeksi.

Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Terapi
1. Berikan
profilaktik dapat
antibiotik
digunakan pada
sesuai
pasien yang
indikasi.
mengalami
trauma
(perlukaan).

16
2. Ambil bahan 2. Dilakukan untuk
pemeriksaan memastikan
(spesimen) adanya infeksi
sesuai dan
indikasi. mengidentifikasi
organisme
penyebab dan
untuk
menentukan
obat pilihan
yang sesuai.
2. Tidak 1. Keluarga 1. Kaji tingkat 1. Tingkat ansietas
efektifnya dapat ansietas yang harus dihadapi
koping menunjukkan muncul pada sebelum
keluarga b.d mekanisme keluarga / pemecahan
faktor-faktor koping yang orang masalah dapat
yang baik setelah terdekat. dimulai.
menyebabkan diadakan Individu
child abuse pendekatan. 2. Kaji masalah mungkin akan
ditandai 2. Mengunjungi yang terpreokupasi
dengan secara teratur mungkin dengan
tingkah laku dan mengganggu reaksinya sendiri
destruktif berpartisipasi perawatan / pada situasi
terhadap secara positif proses dimana mereka
orang lain. dalam penyembuhan tidak mampu
perawatan pasien. untuk
pasien. memberikan
3. Ikutsertakan respons terhadap
orang kebutuhan orang
terdekat lain.
dalam
pembangunan

17
informasi, 2. Informasi
pemecahan mengenai
amsalah dan masalah
perawatan keluarga akan
pasien. membantu
dalam
4. Kaji tindakan mengembangkan
orang rencana
terdekat perawatan yang
sekarang ini sesuai.
dan
bagaimana 3. Hubungan saling
mereka percaya dapat
diterima oleh ditingkatkan dan
pasien. akan
mempermudah
proses
pengobatan.

4. Orang terdekat
mungkin
berusaha untuk
membantu
namun tidak
diekspresikan
sebagai bantuan
oleh pasien.
Mungkin karena
sikap terlalu
protektif.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang
wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan
anak. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan.
Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis. Dampak dari kekerasan
terhadap anak antara lain; Kerusakan fisik atau luka fisik; Anak akan
menjadi individu yang kukrang percaya diri, pendendam dan agresif;
memiliki perilaku menyimpang, Pendidikan anak yang terabaikan.
Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas
gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya
subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya. Akibat pada
tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang
normal, yaitu: Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi
kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak dan di rumah tangga.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan
kesehatan tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko terjadinya child
abuse.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan kita tentang Asuhan Keperawatan Child
Abuse. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik
lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta: EGC

Keliat, Anna Budi. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FIK
UI

Cameron, A. 2003. Pediatric Dentistry. 2nd Ed. Toroto: Mosby

20

Potrebbero piacerti anche