Sei sulla pagina 1di 45

Adrian Kadek Novianto, itulah

namaku. Aku yang kini adalah seorang


pemuda yang masih berjuang mencari jati
diri yang belum sepenuhnya kutemukan.
Jujur aku belum pernah membaca novel
satupun, tapi aku tipe lelaki yang suka
tantangan, jadi aku coba mengumpulkan
info yang kutahu mengenai novel dan
mencoba membuatnya. Semoga kalian tidak
bosan membaca karyaku. Baiklah, pertama
aku akan perkenalan. Namaku dari dulu
hingga sekarang masih belum berubah, aku
tipe orang yang baik hati, humoris, bisa
dibilang cerdas tapi kebanyakan malas,
ketampanan sedang, tinggi sekitar 163 cm,
hobi favorit gaming, suka kesunyian tapi gak
jarang bikin ribut di kelas, hewan paling

1
kubenci itu serangga, penyuka kucing dan
masih banyak lagi tentangku.

Sampai sekarang aku belum tau apa


arti namaku, yang kutahu cuma arti Kadek.
Bagi kali yang belum tau, Kadek itu nama
Bali yang memiliki arti anak ke-dua, entah
itu laki-laki ataupun perempuan. Aku lahir
hari Selasa tanggal 10 November 1999. Aku
lahir di hari pahlawan, jadi setiap tanggal 10
November banyak sekali yang merayakan
hari ulang tahunku, meskipun dirayakannya
dengan upacara tidak pesta, tapi itu udah
membuatku bahagia dan memberiku
motivasi untuk menjadi orang yang lebih
baik, dan aku selalu berharap semoga
kelahiranku di dunia ini mempunyai tujuan
yang hanya kumiliki seorang. Aku sangat
bersyukur lahir dalam keadaan normal,

2
terlahir di keluarga yang bercukupan, dan
mempunyai orang tua yang baik.

Dikeluargaku ada 5 anggota kelurga,


aku, kakakku, adikku, ayah dan ibuku. Aku
anak ke-2 dari 3 bersaudara, aku punya
kakak perempuan dan seorang adik.
Kakakku bernama Yuni Ade Parmiasih yang
lahir 3 tahun lebih tua dariku. Bulan Oktober
2017 yang lalu dia baru lulus dari Poltekes
Semarang jurusan farmasi. Dari segi
kejeniusan, aku sangat ketinggalan jauh
darinya. Ketika saat SD dia sering sekali
mendapat ranking 1, meskipun kadang
turun sih, tapi secara keseluruhan dia bisa
mempertahankannya, sangat berbeda
denganku ketika sd yang hanya mentok di
ranking 7 di kelas 3, itupun mungkin hanya
kehokian semata. Di SMP dan SMA pun dia

3
masih bisa bersaing dengan teman
sekelasnya dan cukup aktif juga di organisasi
sekolah. Lalu adikku, adikku bernama
Komang Destri Febriani, lahir di Jepara
tanggal 14 Februari 2006. Dia paling rakus
di keluargaku, kalau ada snack atau
makanan ringan lainnya, bisa-bisa habis
dilahapnya. Dia itu anak yang paling ribet,
selalu butuh bantuan, paling memaksa, dan
lain-lain. Tapi namanya adik, mau bikin kesel
seberapapun aku masih tetep
menyayanginya, dan itu jujur dari hatiku
paling dalam, karena memang peran kakak
itu membantu dan mendukung segala
sesuatu yang dilakukan adiknya tapi
tentunya tetap aku bimbang mana yang
positif dan mana yang negatif. Dia sekarang
berada di ujung Sekolah Dasar, yaitu kelas 6.

4
Dia saat ini bersekolah di SDN 2 Panggang,
Jepara dan sebentar lagi menghadapi
banyak ujian-ujian semester, UN, US, dan
sebagainya. Aku yang sekarang juga masih
kelas 12, jadi yang namanya ujian itu udah
hal biasa, karena ketika harinya akan tiba,
siswa-siswi bisa mengerjakan ujian dengan
mudah dan mendapat nilai yang
memuaskan.

Sekarang orang tuaku, aku terlahir


sempurna dengan memiliki 2 orang orang
tua. Ayahku memiliki nama I Nyoman
Suparma, beliau asli Bali. Aku sering sekali
diberi nasihat oleh beliau tentang
bagaimana kita harus menjalin hidup, harus
tetap berjuang, pantang menyerah
meskipun banyak rintangan, dan yang paling
aku suka dari Ayahku, beliau sangat sayang

5
kepada semua anaknya. Memang itu sudah
sifat sewajarnya seorang Ayah kepada
anaknya, tapi entah mengapa aku merasa
ayahku ini yang paling terbaik dan paling
memahami anak-anaknya. Ayahku lahir di
bulan Februari sama seperti adikku, ayahku
tipe pekerja keras meskipun sekarang
perfomanya turun karena terkait masalah
usia yang semakin lama semakin tua. Jujur,
mungkin sampai sekarang aku belum
membahagiakannya tapi paling tidak aku
mencoba mendapatkan prestasi yang baik di
sekolah, bersikap sopan dan selalu
menghormatinya.

Ibuku. Beliau asli Jawa, lahir bulan


Mei di kota Pekalongan. Paling ribet kalo
ketemu tikus, serangga, ular, binatang kecil-
kecil berbulu, dan sebagainya. Ibuku

6
orangnya adil, ya memang kalau masalah
penting mana antara aku, kakakku, dan
adikku tentunya lebih mengutamakan
kepentingan adikku, karena dimata beliau
yang tua yang mengalah. Ibuku masih
berumur 40-an dan dalam kondisi yang
sehat. Hobi ibuku sekarang itu suka
membuat roti, seringnya membuat roti
pisang, tiwul, brownis. Pekerjaan ibuku
selain ibu rumah tangga, beliau juga penjual
roti yang memang sudah memiliki nama
meskipun hanya di wilayah perumahan. Di
keluargaku, ibuku adalah yang ribet kalau
misal ada sesuatu yang menurutnya masih
kurang dan perlu hal-hal lain yang harus
disiapkannya. Kondisi keluargaku yang
sekarang masih dilanda kesulitan ekonomi,
karena memang perkuliahan yang digeluti

7
kakakku sendiri membutuhkan banyak
biaya.

Aku semenjak kecil suka sekali


bermain yang namanya video game, ayahku
pertama kali membelikan video game ketika
aku sedang kelas 2 sd, konsol pertamaku itu
PS1 dan hobi ini ternyata punya dampak
besar untuk kesehatan mataku, awal aku
memakai kacamata itu kelas 1 SMP, tapi
waktu aku sd kelas 5, mataku sudah tidak
bisa melihat begitu jelas, dan baru aku cek di
rumah sakit ketika aku mulai masuk di SMP.
Dulu sebelum aku hobi sekali bermain game,
aku sering main dengan teman-teman
kompleks bahkan hingga larut malam. Tapi
semenjak aku dikasih ayahku konsol, aku
mulai jarang bermain dengan teman-
temanku, dan aku yang sekarang seperti

8
tidak punya teman di area kompleks, ini
alasan yang membuatku malas sekali keluar
rumah. Mungkin terakhir kali aku bermain
dengan teman sekomplek itu kelas 6 sd,
setelah itu aku mulai tergila-gila yang
namanya “Game Online” dan mulai
menghabiskan banyak waktu dan uang.
Tanpa kusadari ternyata kehidupan lamaku
makin lama makin hilang, aku mulai
kecanduan dan terus bermain game-game
hingga sekarang. Aku sudah mencoba
berbagai cara supaya kecanduanku hilang,
tapi sama saja. Semakin lama kutahan,
rasanya semakin sakit saja.

Hobi ini terus berlanjut hingga


sekarang, … aku adalah tipe orang yang
kalau sudah membulatkan tekad, semua
tenaga dan waktu akan tuangkan. Ketika aku

9
TK dulu, aku sangat suka sama mainan-
mainan kecil, kayak mobil-mobilan, lego,
robot-robotan, dll. Mungkin hampir setiap
minggu aku selalu minta mainan ke ayahku,
bahkan hingga sekarang mainan itu ada
yang masih aku simpan dibawah tempat
kasurku. Aku di masa TK suka menyendiri,
tidak terlalu aktif, sekolah TK cuma niatan
main doang, dan ini sangat berbalikan
dengan diriku yang super bikin onar di kelas,
bisa dibilang aktif juga, dan yang paling aku
gak sukai itu pubertas yang bisa dibilang
belum sempurna, wkwkwk. Perbandingan
wajahku yang dulu dengan sekarang sangat
jauh sekali, dan ini merupakan penyesalan
pertumbuhan di dalam hidupku :’)

Sebenarnya tidak terlalu banyak yang


aku ingat ketika aku semasa TK, yang kuingat

10
dulu aku pernah menang juara ke 3 ajang
Photo Contest tingkat sekolah. Hal ini
mungkin gak ada terjadi lagi di periodeku
yang sekarang. Hal lain yang kuingat itu, aku
pernah ikut tim drum-band TK PERWANIDA,
TK dimana aku sekolah. Disini aku kebagian
memegang drum, jadi kalau ada festival
tingkat kabupaten biasanya sekolahku juga
di panggil untuk menampilkan performa tim
drum-band kami. Seiring berjalannya waktu,
aku sudah tidak menyukai bermain drum-
band dan memutuskan untuk keluar dari tim
itu.

Pertama kali aku diajak orang tuaku


ke Bali itu ketika aku TK Besar, tujuan utama
kami ke Bali bukan untuk berwisata, tapi
untuk menjenguk keluarga ayahku yang
berada disana. Biasanya kami perjalanan

11
menggunakan mobil dari Jepara-Bali, karena
saat itu orang tuaku masih belum pernah
menaiki pesawat dan merasa takut
mencoba, jadi mereka tetap memilih
menggunakan mobil. Perjalanan dengan
mobil kurang lebih sekitar sehari semalam,
karena memang jaraknya sendiri sudah
pindah pulau dan mungkin ini hampi
1000km. Tentu diperjalanan aku dan
keluargaku juga perlu istirahat, jadi kita juga
sering beristirahat di rumah makan dan
sering juga buang air kecil di Pom Bensin di
sekitar. Anehnya, ayahku yang menyetir
seperti tidak merasakan beban, mungkin ini
yang dinamakan rindu keluarga. Aku pernah
diceritakan ibuku tentang pengalaman
terburukku ketika pertama kali aku ke Bali.
Jadi, saat waktu mulai malam dan jalanan

12
sepi, ayahku mulai menaikkan kecepatan
mobilku dengan cukup kencang, tapi entah
mengapa ada seekor kucing melintas begitu
saja dan membuat ayahku kaget. Aku yang
awal mulanya posisi duduk, langsung
terjelungup kedepan dan kepalaku mulai
pusing. Akhirnya orangtuaku mengajak
beristirahat dulu di Pom Bensin untuk
meredakan kejadian tadi.

Dulu ketika aku pertama kali lihat


kapal, aku sangat ingin menaikinya dan
ternyata realita yang kurasakan berbeda.
Aku sempoyongan dan bahkan hampir
muntah, aku diberi ibuku minyak kayu putih
untuk meredakan mualnya.

Dan diumurku yang sekarang, aku


sudah terbiasa dengan suasana kapal.

13
Perjalanan kapal kurang lebih 45
menit hingga sampai ke Pulau Dewata atau
Pulau Bali. Pertama kali masuk ke sana,
setiap kendaraan pasti dicek dan
kelengkapan pengemudi juga harus valid.
Setelah semua aman, kami diperbolehkan
melanjutkan perjalanan lagi. Ekspresi
awalku itu sangat takjub dengan kondisi
lingkungan sekitar yang memang sangat
beda dengan kota kelahiranku, Jepara. Dulu,
di hutan yang terlihat di samping-di samping
jalan, banyak sekali monyet yang
bergelantungan, tapi sekarang sudah jarang
sekali aku melihatnya.

Rumah saudaraku disana terletak di


kota Sibanggede, agak jauh dari kota
Denpasar. Butuh waktu kurang lebih 2 jam
dari pelabuhan ke rumah saudaraku.

14
Sesampainya disana, keluargaku
langsung disambut sama saudaraku disana.
Uniknya disana, 1 perumahan itu dibagi
banyak sub sub atau seperti lingkup
perumahan yang satu lingkupnya itu
berisikan 5-6 rumah, dan mereka sudah
seperti keluarga. Jadi nilai sosial mereka
sangat tinggi, dan ini patut ditiru. Disana aku
berjumpa saudaraku yang setahun lebih tua
dariku. Aku di ceritakan banyak hal disana
dan sering diajak ke sawah dengan
pamanku. Keluarga ayahku disana semua,
mulai dari kakek, nenek, tante, paman,
cuma ayahku yang berani merantau hingga
ke-Jawa dan akhirnya menetap di jawa
setelah bertemu ibuku. Disana hampir
semua kegiatan dilakukan dengan gotong-

15
royong, bahkan numpang makan itu sudah
seperti hal biasa.

Tapi disana aku sama saja merasa


bosan, kebanyakan hanya duduk di kamar,
teras, minta makan, tidur, nonton tv. Ini
sama saja seperti kehidupanku di Jepara.
Aku berlibur disana kurang lebih sekitar 2
minggu, dan akhirnya kembali ke jepara
karena saatnya melanjutkan semester
berikutnya.

Aku biasanya mengunjungi saudaraku


disana setiap 2 tahun sekali, dan kondisi
yang sekarang sudah sangat berbeda
dengan yang dulu, karena memang
dipengaruhi kemajuan zaman.

Ketika aku lulus TK, aku tidak begitu


memikirkan kelanjutan sekolahku dimana,

16
kedua orang tuaku yang memilihkannya.
Akhirnya aku di daftarkan oleh kedua orang
tuaku di SDN 2 Panggang Jepara, kurang
lebih jaraknya sekitar 8km dari rumahku di
Tahunan.

Aku punya teman bernama Fajar, dia


bersekolah yang sama denganku juga. Aku
sudah diajari orang tuaku untuk naik
angkutan semenjak kelas 1 sd, dan Fajarlah
yang menemaniku pulang hingga ke rumah.
SD tiap kelas hanya mempunya 1 abjad,
bukan dipisah seperti 1A, 1B, 1C, dsb. Jadi
aku dan Fajar selalu satu kelas hingga kelas
4. Ketika kami kelas 4, orang tua dia
mendapat perintah untuk pindah kerja di
Purwodadi dan tentunya dia mengikuti
orang tuanya. Pada saat waktu perpisahan
dengan dia, aku sedih, mungkin ini pertama

17
kali aku ditinggal pergi sahabat yang sudah
menemaniku dari anak berumur 5 tahun
hingga aku kelas 4. Aku sangat
merindukannya hingga sekarang, sudah
hampir 10 tahun dia tidak pernah
mengunjungi kota Jepara, dan mungkin dia
sudah lupa denganku. Itu adalah
pengalaman berhagaku bagaimana
pentingnya mempunyai sahabat yang selalu
ada untuk menolongku. Mungkin kalo kami
bertemu lagi, aku juga sudah lupa
bagaimana wajahnya yang dulu, ditambah
pubertas juga kadang bisa merombak wajah
seseorang menjadi wajah yang baru. Aku
Cuma berharap semoga kamu selalu baik-
baik saja, kawan.

Di perumahan komplek, aku


mempunyai nama panggilan Rian, tapi nama

18
ini sudah jarang sekali aku dengar ketika aku
mulai masuk kelas 1 SD.

Jadi begini,

Dulu ketika pertama kali masuk kelas


SD 1. Aku mempunyai teman baru yang juga
bernama Rian. Dan pada saat pertama kali
perkenalan di depan kelas, dia mendapat
urutan terlebih dahulu, dan
memperkenalkan bahwa dia mempunya
nama panggilan Rian. Lalu giliranku tiba, aku
menceritakan siapa namaku, dimana
rumahku, apa hobiku, dan lain-lain. Nah
ketika aku memperkenalkan namaku itu
Rian, guruku akhirnya bingung dan
menyarankan untuk dipanggil Kadek, karena
menurut beliau nama itu sangat jarang
terdengar di Pulau Jawa. Aku hanya

19
mengangguk karena memang dulu aku
orangnya masih pendiam, jadi aku lebih
suka mendiam dari pada ditanya-tanya. Tapi
ternyata hal ini sangat mempengaruhi
kondisi di sekitar lingkunganku. Misalnya
ketika ada temanku datang mencari
rumahku untuk berkunjung, lalu dia tanya ke
seseorang menggunakan nama panggilanku
“Kadek”. Tentunya banyak yang tidak tahu,
karena panggilanku di komplek itu Rian, dan
ini sering terjadi. Akhirnya semua teman
komplekku mulai memanggilku Kadek. Aku
sangat merindukan panggilan itu.

Semenjak SD, aku selalu dididik untuk


mandiri. Mulai dari makan, berpakaian,
belajar, mandi, dll. Aku sudah diajari pulang
naik angkot sendiri dari kelas 2. Ketika itu
masih ada sahabatku yang bernama Fajar,

20
dia yang selalu menemaniku pulang
bersama. Waktu pertama kali aku naik
angkot sendiri, aku sangat deg-degan karena
takut tujuan pemberhentianku kelewatan.
Untuk itu aku selalu duduk di kursi belakang
supir agar aku bisa memberitahuinya
dimana aku nanti akan turun. Selama aku di
kelas 2, aku masih tipe orang pendiam, dan
lebih suka asik dengan urusanku. Aku masih
belum menerima hawa-hawa keberadaan
teman sekelasku. Ketika aku diajak ngobrol,
aku hanya meng-iyakannya. Tapi aku tidak
pernah sinis terhadap teman sekelasku,
hanya saja aku cenderung cuek
menanggappinya. Dan akhirnya aku hanya
punya seorang sahabat saja yg selalu aku
ajak bicara.

21
Sesudah aku lulus kelas 2 sd untuk
lanjut ke kelas 3 SD, aku dapat hadiah 1 buah
playstation seri ke-2 dari ayahku. Aku
memang pernah meminta ini ke ayahku
jauh-jauh hari, mungkin 5 bulan sebelum
pembagian rapot. Ayahku yang baru pulang
dari luar kota karena ada urusan pekerjaan,
membawa 1 kotak biru yang bertuliskan
PLAYSTASION 2. Disini aku senang sekali ,
karena mendapat console yang terbaru di
jaman itu. Karena ini pertama kali aku
mempunyai console ini, aku meminta
ayahku untuk menyalakannya dan mencoba
beberapa kaset untuk dimainkan. Aku masih
ingat game pertama yang kumainkan itu
berjudul LEGO Batman, game arcade yang
berlatar di Gotham, pulau yang dimiliki
keluarga Wayne. Game ini sengaja dipilihkan

22
oleh ayahku, mengingat umurku waktu itu
masih 8 tahun. Sampai saat ini aku masih
mengikuti kabar-kabar terbaru dari game
ini, aku masih menyukainya, karena
menurutku game ini selain lucu karena
bentuknya yang kecil dan kotak-kotak, disini
cerita gamenya juga bagus, banyak teka-teki
yang harus diselesaikan, dan juga gameplay
yang enak.

Aku selalu memainkan console ini


hampir setiap hari, bahkan mungkin dari
pagi sepulang sekolah hingga sore, sampai-
sampai aku lupa makan dan mandi. Melihat
aktivitasku yang terus seperti ini, orang
tuaku akhirnya marah dan melarangku
bermain seintensif ini, aku hanya dibatasi
bermain 2 jam sehari. Aku mencoba
mentaati aturan itu, tapi aku gak bisa. Selalu

23
saja setiap aku bermain ps, aku selalu
melebihi 3 jam, tapi ini sudah termasuk
pengurangan terbaik yang pernah aku
lakukan. Karena biasanya aku hampir 6-7
jam berada di depan tv, tapi dapat aku
kurangi menjadi 3 jam perhari. Orang tua ku
masih mentelolir molornya 1 jam, tapi
mereka tetap berusaha untuk
mengingatkanku kalau dampak dari
berlama-lama di depan tv itu berbahaya.
Karena aku masih anak-anak yang belum
bisa memikirkan masa depan, aku tidak
mendengarkan perkataan itu, ibaratnya
seperti masuk telinga kanan, keluar telinga
kiri. Ternyata perkataan mereka benar,
akhirnya aku yang sekarang mempunyai
kelainan miopi sebab terlalu banyak berada

24
di depan tv yang selalu memancarkan
radiasi langsung tepat ke retinaku.

Aku sekarang menyesal, tapi apalah daya,


yang sudahterjadi tidak bisa diulang.
Sekarang aku hanya bermain game ketika
aku bosan, dan selalu aku kasih jeda 30
menit supaya tidak terlalu lelah.

Kembali ke topik waktu aku naik kelas


3.

Di kelas, peringkatku tidak begitu


buruk, di kelas 1 dan 2 aku menempati
peringkat 11, dan peringkat ini naik turun
hingga kelas 6 tapi aku tidak pernah
memasuki 10 besar, karena teman-temanku
yang memang kepintarannya melebihiku.
Aku hanya sebatas pemeran tambahan

25
untuk melengkapi realita yang
menyedihkan.

Ketika aku kelas 2, aku pernah lupa


memakai seragam muslim ketika sedang ada
mauludan. Jadi sebelum aku keluar mobil,
Aku langsung minta pulang ke rumah. Aku
lupa memberitahu mereka kalau besok itu
harus memakai pakaian muslim. Disini orang
tuaku langsung menelfon wali kelasku dan
menjelaskan kejadian tadi, untung wali
kelasku orangnya baik, jadi dia masih
mentolelir kesalahan ini, mungkin karena
aku masih anak-anak kali ya.

Keseharianku dirumah tidak ada yang


spesial, hanya makan, minum, main ps,
tidur, belajar-pun jarang, karena memang
dari dulu minat membacaku kurang, aku

26
lebih suka di jelaskan secara rinci, jadi
dibacakan orang lain. Selain itu, dulu aku
juga masih sering merengek meminta
mainan-mainan kecil, kalau tidak dituruti ya
nangis.

Orang tuaku orangnya perhatian


sama anak-anaknya, contohnya ketika
mereka tahu kalau aku tipe orang yang
menyendiri di kelas, mereka menasihatiku
apa pentingnya mempunya seorang teman,
dan dampak buruk jadi orang yang
penyindiri. Disini aku mencoba membuka
pikiranku dan entah bagaimana aku
memiliki pikiran “Nanti waktu aku kelas 3,
aku akan mencoba mencari banyak teman”

27
Aku berjanji kepada ibuku kalau aku
akan berubah, aku akan mencari teman dan
mulai berkumpul bersama yang lain.

Setelah libur panjang kenaikan kelas,


cerita di kelas 3 dimulai.

Pertama kali masuk aku merubah


gaya rambutku menjadi berponi, aku
merubah gaya rambutku supaya aku bisa
merubah kepribadianku. Awal-awal tahun
aku mulai mengajak berbicara dengan
teman sekelasku, aku mencoba
berkelompok, mengajak bermain, ke kantin,
dll. Upaya ini aku lakukan supaya aku bisa
mempunyai banyak teman mulai dari
sekarang. Hari makin berlalu, aku mulai
terbiasa dengan suasana sekitar, aku mulai
agresif, melakukan hal-hal konyol bersama

28
teman-teman, dan mengerjakan sesuatu
yang tidak penting.

Disini awal aku menemukan sahabat


baru.

Sahabatku ini ada 7 orang, mereka


bernama Jofan, Kiky, Rinal, Erza, Intan, Adel,
dan Dinar. Kalau ada kerja kelompok,
biasanya kami membuat 1 kelompok yg
anggotanya berisikan 8 orang ini, termasuk
aku. Ketika hari libur, kita sering bertamu di
rumah mereka secara gantian.

Di tahun 2009, ada fenomena trek-


trekan versi sepeda. Jadi sepeda kita
modifikasi sedemikian rupa agar suara roda
dapat berbunyi nyaring seperti kenalpot
motor balap. Aku pernah mencoba dengan
cara memasukkan gelas aquad yang terlah

29
kosong ke sela-sela antara roda belakang
dengan rem. Jadi timbul gesekan antara
gelas aqua dengan roda yang meghasilkan
suara nyaring seperti kenalpot motor.

Aku sering diajak bermain bersama


teman komplek. Pernah waktu itu aku diajak
bersepeda bersama-sama sekitar pukul 6
untuk memutari area ngabul, aku asal ikut
saja. Disini kami layaknya sekumpulan
konvoy sepeda yang mencari udara segar
sekaligus mencari pengalaman baru. Jujur
ini pengalaman pertamaku bersepeda selain
hanya memutari area komplek saja. Setelah
selesai, kami langsung kembali ke daerah
perumahan untuk membeli jajanan ringan di
pinggir jalan, seperti bakso, cimol, pop ice,
dll. Ini pengalaman berhargaku yang

30
pertama bersama teman-temanku, tp ini
bukan yang terakhir.

Dulu waktu aku kelas 5, aku pernah


diajak mereka untuk bersepeda dari rumah
ke pantai kartini. Kami berangkat dengan
membawa personil sekitar 10 orang dengan
1 sepeda per orang. Ini pertama kali aku ke
Jepara menggunakan sepeda, waktu pagi
pagi mereka menghampiri rumahku, aku
langsung mengiyakannya tanpa
memberitahu orang tuaku terlebih dahulu,
jadi aku langsung ganti baju, cuci muka, lalu
gaskan ke Pantai Kartini. Kami semua
mengambil jalur dalam, bukan jalur utama
untuk kendaraan-kendaraan mesin. Waktu
berangkat perjalanan ke sana memang tidak
terasa melelahkan meskipun hampir
membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai.

31
Disana kami langsung masuk melewati jalur
samping, karena jarang ada yang menjaga,
jadi kami bisa masuk secara cuma-cuma.
Disana kami bersantai-santai dipinggir
pantai, berkeliling, melihat turis, dll. Setelah
dirasa bosan, akhirnya kami melanjutkan
perjalanan ke rumah. Nah, disini kami
sangat kelelahan, karena medan dari jepara
ke tahunan itu menanjak. Sudah capek dari
tahunan – jepara, ditambah lagi jalanan
yang menanjak yang membuat kami
kelelahan. Akhirnya kami sampai di rumah
sekitar pukul 10 pagi.

Sesaat setelah aku sampai di rumah,


orang tuaku langsung menanyaiku dari
mana saja, aku menjawab “Jalan-jalan sama
temen ke pantai kartini” disini mereka kaget

32
dan langsung menceramahiku dengan
nasihat-nasihat istimewa, dan aku tobat.

Kembali di kelas 3, disini aku tidak


memiliki banyak kenangan yang perlu saya
ceritakan, jadi langsung saja ke tahun
berikutnya.

Di kelas 4, ada 1 kejadian yang


membuatku sedih, yaitu aku ditinggal pergi
dengan sahabatku yang bernama Fajar. Aku
sudah menceritakan tentang Fajar di awal
bagian novel ini, jadi kalau kalian lupa, aku
beri intinya. Jadi dia ikut orang tuanya ke
luar kota, jadi otomatis dia juga ikut pindah
kesana, dan ini membuatku sedih, karena
dia sahabatku yang paling klop denganku.
Ketika aku mulai kelas 4, aku mulai sering

33
bermain game lagi di rumah, yang membuat
aku jarang bermain dengan lain.

Hidupku semenjak mengenal game


online, aku lebih suka berada di dalam
rumah daripada di luar, karena menurutku
game lebih asik daripada realita yang aku
jalan. Ketika aku memainkan game, aku
akan lebih fokus ke sini, jadi hal-hal lain di
sekitar jarang aku perhatikan, bahkan aku
sering tidak mendengarkan orang tuaku
yang memanggilku. Aku bahkan
mengeluarkan banyak uang untuk membeli
item-item yang ada di dalam game untuk
keperluan “RANK UP”. Parahnya, aku lebih
mengutamakan game online daripada
belajarku, perbandinganku antara bermain
dan belajar sekitar 11:4, masih untung ada
minat belajar meskipun sedikit, hehehe.

34
Hal ini terus berlanjut hingga aku
SMP. Aku bersekolah di SMPN 2 Panggang
JEPARA. Seperti ketika aku sd dulu, aku tidak
pernah memilih sekolahku sendiri, pasti
orang tuaku yang menentukan. Bukan
memaksa, tapi aku memang baling benci
mengurus seperti ini, seperti memilih akan
bersekolah dimana, sisi baik dan buruknya
apa, dll. Aku tipe orang yang lebih suka
mengalir, jadi apa yang disarankan
seseorang asal pemikiran itu baik untukku,
aku bisa saja mengikutinya. Jadi aku masuk
SMP ini bukan karena pilihanku, tapi dari
saran ibuku. Asal sekolah itu bernama, aku
mau mau saja, aku termasuk salah satu
orang yang beruntung dari sekian banyak
orang yang mendaftar, padahal aku ketika
SD jarang sekali belajar, hanya saja aku

35
serius belajar ketika ada ulangan, tes, dan
ujian.

Di SMP, aku banyak menemukan


teman baru dan mendapat sahabat baru.
Semenjak aku mulai membuka diriku, aku
jadi orang yang supel, mudah berbaur
dengan yang lain. Aku sekarang malah paling
tidak suka suasana kelas yang sunyi dan sepi,
jadi aku selalu membuat semacam lelucon
agar kondisi kelas tidak sesepi itu lagi. Di
smp aku banyak mendapat pengalaman
baru.

Mulai dari bermain basket, voli,


lempar lembing, nari, bereksperimen, dll.
Aku punya cerita waktu aku kelas 7, sekolah
sedang mencari anggota olimpiade dari
kelas 7 yang baru, dan ternyata guru fisikaku

36
menyarankan aku untuk iku seleksi, dan
akhirnya aku mencoba. Disana lumayan
banyak pendaftar, aku sempat pesimis gak
akan lolos, karena aku tau mereka orang-
orang yang cerdas, sedangkan aku Cuma
orang mengandalkan kehokian semata. Hari
pertama kami seleksi dengan cara diberikan
soal soal untuk dikerjakan, jujur ini soal yang
mudah, karena materi yang di tanyakan itu
materi SD, seputar suhu, kecepatan, dll. Aku
cukup memahami materi itu, jadi waktu
pengumuman siapa yang lolos, tak kusangka
namaku muncul. Aku cukup senang untuk
hasil ini, hingga aku tau sebenarnya gimana
sulitnya jadi perserta olimpiade, semua rasa
senang itu hilang. Aku merasa seperti terus
ditekan, dan aku benci hal ini. Aku orangnya
gak suka dipaksa belajar, aku belajar kalo

37
mau belajar. Jadi setelah hampir 1,5 tahun
aku bergabung, akhirnya aku memutuskan
untuk keluar karena gak cocok sama
kepribadianku yang lebih sering menggeluti
dunia maya. Aku menempati kelas 7F,8I,9A.
Pertama kali aku menjadi ketua kelas itu
pada saat aku kelas 9, menurutku tugas
terberat seorang ketua itu mengatur gimana
caranya anggota yang lain. Jadi aku selalu
berupaya menjadi orang yang tidak egois,
berbaur dengan semua, tau menahu
masalah kelas, dll. Efek setelah aku jadi
ketua kelas, aku mulai mengerti tanggung
jawab yang dipikul oleh seorang kepala
Negara. Aku ingin menjadi pendekar,
pendekar wanita.

Kalau dibandingkan dengan masa-


masa SD, masa smp lebih memberikan aku

38
banyak pengalaman baru, indah, dan tak
terlupakan. Meskipun tidak bisa aku
ceritakan.

Lalu setelah kelulusan, mulai


waktunya pendaftaran menuju SMA favorit.
Dulu aku sempat berfikir kalau bagaimana
aku masuk ke SMK Jurusan Telkom saja,
karena menurutku kalau aku bersekolah
disana, hobiku bisa menjadi sumber
tambangku. Tapi aku gak berani
membicarakan ini dengan kedua orang
tuaku, jadi aku mengambil SMA umum saja.
Karena dulu kakakku lulusan SMA N 1
Jepara, aku mencoba mendaftar di sekolah
ini. Semua pendaftaran aku lakukan sendiri,
tanpa mengikutsertakan bantuan orang
tuaku. Ini juga pengalaman pertamaku, dan
aku yakin pengalaman ini nantinya akan

39
berguna ketika akan mendaftar perguruan
tinggi nanti.

Setelah melalui proses yang cukup


panjang, siswa yang telah lolos pendaftaran
namanya nanti akan termasukkan list di
website ppdb. Aku selalu mengeceknya
setiap hari, dan Alhamdulillah peringkatku
tidak turun begitu jauh perharinya. Aku
akhirnya diterima di SMA ini, dan mulai
memasuki masa remajaku.

Awal masuk sekolah, pasti ada Masa


Orientasi Siswa (MOS) yaitu masa
pengenalan lingkungan sekolah kepada
siswa baru. Untung MOS disini tidak seperti
perpeloncoan yang ada di berita-berita,
MOS disini benar-benar masa pengenalan
lingkungan sekolah kepada siswa baru, tidak

40
ada pembullian atau hal-hal yang tidak
dinginkan. Aku bersyukur bisa masuk
sekolah ini, meskipun aku tidak merasakan
sesuatu yang beda dengan lingkungan
sekolah ini. Aku mendapat kelas IPA 3, jadi
sampai novel ini ditulis, aku masih kelas 12
IPA 3.

Ketika aku kelas 10, aku sudah


mencoba banyak ekstrakulikuler, seperti
metafora, jurnalistik, pecinta alam, musik,
tapi semuanya tidak ada yang bertahan
sampai saat ini, paling mentok hanya
bertahan 5 bulan saja. Tahun ini tentu aku
mendapat teman baru lagi. Pengalaman-
pengalaman seperti membuat bivak, cara
antisipasi tersesat sudah aku dapatkan di
Ekstra Pecinta Alam.

41
Lalu ketika aku kelas 11, tahun ini aku
hampir berumur 17 tahun, aku
membayangkan apa yang special di umur ke
17 ini, apakah aku menjadi lelaki sutuhnya
atau masih perlu mencari hal hal baru yang
lain. Di kelas 11 ini aku berwisata study tour
ke Bali bersama keluarga besar sma 1
angkatanku. Ini merupakan pengalaman
terbaik waktu aku SMA, meskipun aku sudah
sering mengunjungi Bali. Perasaan yang
timbul akibat kebersamaan yang erat ini
yang membuatku merasa ini adalah momen
paling indah di masa SMA yang gak mungkin
aku alami lagi xD.

Lalu ini kelas terakhirku di SMAN 1


JEPARA, XII MIPA 3. Entah tak terasa umurku
sudah hampir 18 tahun, serasa padahal aku

42
baru lahir kemarin, mungkin karena menulis
novel ini kali ya :D

Kelasku memang banyak sekali


kekurangannya, mulai dari individu-individu
yang memiliki keegoisannnya masing-
masing ditambah adanya
perkumpulan/geng yang dibentuk
berdasarkan inisiatif sendiri. Tapi hal ini
masih aku tolerir karena ini hak-hak mereka,
mungkin saja mereka lebih nyaman bersama
teman satu geng mereka, yang penting
menurutku kami semua harus tetap
menyayangi satu sama lain tanpa
membedak-bedakan, karena kami sudah
saling kenal hampir 3 tahun, itu waktu yang
cukup lama. Di tahun ini, aku terus berusaha
agar nilaiku tidak terlalu turun jauh, atau

43
kalau bisa malah menaikkan nilaiku, untuk
keperluan memilih jurusan nanti.

Jujur sampai sekarang aku masih


belum memikirkan mau kemana nanti aku
bersekolah, aku terlalu bingung bagaimana
caraku menentukan masa depanku, apa aku
harus mengkaitkan dengan hobiku, atau
mengikuti modernisasi jaman kini. Untuk
diriku yang sekarang ini, aku bercita-cita
ingin menjadi Game Developer atau
pembuat game, dari kecil sampai saat ini aku
masih suka sekali dengan game-game online
yang ada, untuk itu mungkin aku akan
mencoba menstabilkan nilaiku terlebih
dahulu, lalu mendaftar di perguruan tinggi
jurusan IT. Dan semoga aku bisa lolos
seleksinya.

44
Aku selalu berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Esa untuk selalu membantuku dalam
menjalani hidup, selalu membimbingku ke
jalan yang benar, dan terus semangat
walaupun nanti aku banyak menemui
ringtangan-rintangan.

-TERIMA KASIH-

45

Potrebbero piacerti anche