Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
DAN PEMUSNAHAN
Pharmaceutical
Care
Patient
and
community
Pharmaceutical Pharmaceutical
supply Service
Pharmaceutical Practice
DRUG
MANAGEMENT Selecti
on
CYCLE
Manage
Procure
Use ment
ment
Support
Distri
bution
1 •Selection
2 •Procurement
3 •Storage & distribution
4 •Use
• Seleksi : meliputi kegiatan penetapan masalah
kesehatan, pemilihan jenis obat, penetapan intervensi
pengobatan yang dipilih, serta penetapan jenis obat
apa yang harus tersedia pada masing-masing sarana
kesehatan.
• Pengadaan : meliputi perhitungan kebutuhan dan
perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan,
pelaksanaan pembelian, pemantauan status pesanan,
penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan jaminan
mutu
• Distribusi : meliputi kegiatan pengendalian
persediaan obat, penyimpanan, transportasi serta
penyelesaian kepabeanan.
• Penggunaan : meliputi pelayanan medik dan
pelayanan farmasi.
Management Support
System
1. Organization
2. Financing
3. Information Management
4. Human Resources
Quick et al - 1997
Management Support System
1. Efisien
2. Efektif
3. Terbuka & bersaing
Prinsip
4. Transparan
5. Adil/tidak diskriminatif
6. Akuntabel
Pengadaan
Tujuan pengadaan:
mendapatkan perbekalan farmasi
dengan harga yang layak, dengan
mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepat waktu, proses
berjalan lancar dan tidak memerlukan
tenaga serta waktu berlebihan
Pengadaan
• POPULATION BASED
• SERVICE BASED
• CONSUMPTION BASED :
1. TREND
A. LONG METHOD
B. CODED METHOD
2. AVERAGE
3. M A T
Metode konsumsi
1. Siapkan daftar obat
2. Tentukan periode waktu konsumsi yang
akan dijadikan acuan perhitungan
3. Masukkan data konsumsi dari masing2
obat
4. Hitung konsumsi rata-rata per periode dari tiap
obat
5. Hitung safety stock dari tiap obat
Metode konsumsi
1. METODA RATA-RATA
2. METODA TREND : LONG METHOD – CODE METHOD
3. RATA-RATA KENAIKAN
4. MOVING AVERAGE TOTAL
METODA RATA-RATA METODA TREND
• DATA KONSUMSI OBAT 3 • RUMUS :
PERIODE PEMBELIAN
Y =a +bX
• MENGHITUNG RATA-
PERSAMAAN
RATA PEMAKAIAN
Y =an+bX
• HASIL PERHITUNGAN
ADALAH KEBUTUHAN XY = a X + b X2
YAD
• BUAT TABEL X – Y – XY – X2
Gudang
a. Tata ruang - Kemudahan Bergerak
b. Sirkulasi udara yang baik
c. Suhu 15 – 25O C (AC)
d. Kelembaban udara maksimum 70 mmHg
e. Keamanan Gudang
• CCTV
• Alarm
• Pintu yang tidak mudah dirusak (besi, dan tralis)
• Pemadam kebakaran
• Detektor Api
SYARAT-SYARAT PENYIMPANAN
f. Menggunakan:
• Rak - atas 40 cm dari atap, bawah 10 cm dari
ubin dan jarak antara rak minimal 30 cm
• Palet plastik
• Lemari yang terkunci
g. Kartu stok
h. Bebas dari kecoa, tikus, kucing
i. Peletakan obat harus jelas dan dengan nama yang
jelas
j. Bersih, rapi
k. Hanya petugas yang berkepentingan yang
diperbolehkan masuk
l. Petugas tidak boleh merokok
HAL-HAL KHUSUS
1. Vaksin : Cold Chain yang dimonitor suhunya
• Waspada terhadap expired date
2. Bahan mudah terbakar
• Terpisah dari gudang induk
• Terpisah dari bahan yang tidak mudah terbakar
• Tanda khusus
3. Obat-obat high alert (kewaspadaan khusus/tinggi)
• Narkotika
• Obat-obat konsentrasi pekat
• Insulin
• Albumin
• LASA
• Obat onkologi
PROSES PENYIMPANAN
1. Stock storage: floor pallets, pallets rack or
shelves in the appropriate zone
2. Pengendalian persediaan : FIFO dan FEFO
3. Zoning Stock
4. Stock Location
5. Stock Classification
6. Pertimbangan penanganan produk
Stock storage - Floor pallets
Stock storage – Pallets rack
Stock storage
Klasifikasi Stok
3. Misleading labels
LASA (NORUM)
Prosedur penyimpanan:
• tidak boleh bersisian langsung harus ada minimal 1
(satu) obat lain diantaranya
• diberikan tanda atau sticker khusus
• Penulisan dengan teknik Tallman letter (sound alike)
OBAT-OBAT LASA
elVACin – elASTin
CERNEvit – CRAvit
curSIL – corSEL
FORtibi – SANtibi
plasmin – plasminEX
glimepiride 1 – glimepiride 2
Look A Like Sound A Like
ISMP’s List of High-Alert Medications
Golongan I
Hanya untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
Tidak digunakan dalam terapi
Potensi sindrom ketergantungan amat kuat
Golongan II
Untuk pengobatan
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi sindrom ketergantungan kuat
Psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan :
Golongan III
Untuk pengobatan atau terapi
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi sindrom ketergantungan sedang
Golongan IV
Untuk pengobatan atau terapi
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi sindrom ketergantungan ringan
TABEL I TABEL II
Acetic Anhydride Acetone
N-acetylanthranilic Acid Anthranilic Acid
Ephedrine Ethyl Ether
Ergometrine Hydrochloric Acid
Ergotamine Methyl ethyl ketone
Isosafrole Phenylacetic Acid
Lysergic Acid Piperidine
3,4-Methylenedioxyphenyl-2 propanone Sulphuric Acid
Norephedrine Toluene
1-phenyl-2-propanone
Piperonal
Potasium Permanganat
Pseudoephedrine
Safrole Golongan Dan Jenis Prekursor
PERSYARATAN RAK PENYIMPANAN OBAT
81
Penataan Produk
84
KETERSEDIAAN TABUNG PEMADAM
KEBAKARAN
85
Pastikan personil terlatih untuk menggunakan
Pemadam Kebakaran.
Sebagai panduan sederhana penggunaannya :
Pull the pin at the top
Aim the nozzle toward the base of the fire
Squeeze the handle to discharge the
extinguisher
Sweep the nozzle back and forth at the base of
the fire
KETERSEDIAAN PASIR
87
TEMPAT PEMBUANGAN BENDA
TAJAM/BERBAHAYA
88
PEMANTAUAN RUANG PENYIMPANAN
89
Pemeliharaan Mutu Produk
Pemeliharaan Mutu Produk dilakukan dengan :
• Pengamatan Mutu Produk
• Pencegahan Kerusakan dan Kontaminasi
• Pencegahan Kebakaran
• Pengendalian Hama
• Pemantauan Temperatur dan Kelembaban
JENIS KERUSAKAN PD SEDIAAN OBAT
Tablet Perubahan warna, bau, rasa, bintik, pecah,
retak, benda asing, wadah rusak
Tablet Salutnya pecah, basah, lengket satu sama lain,
Salut wadah rusak
Kapsul Kapsul terbuka, lengket satu sama lain, wadah
rusak
Salep Warna berubah, berbintik-bintik, wadah rusak
Cairan Warna berubah, endapan/keruh, perubahan
kekentalan, wadah rusak
Injeksi Warna berubah, endapan/keruh, benda asing
kekentalan, wadah rusak
PENGAMATAN MUTU OBAT
SECARA ORGANOLEPTIS
Bau Terjadi perubahan bau spt pd tab asetosal ( Krn
panas)
Warna Perubahan warna menjadi kecoklatan contoh : Vit
C (krn SM)
Pecah Tablet menjadi mudah pecah contoh : Tablet
Etambutol (krn lembab)
Kering Volume cairan berkurang contoh : alkohol (krn
penguapan)
Meleleh Perubahan konstituen menjadi leleh contoh :
Salep, Suppos (krn suhu panas)
Pencegahan Kerusakan Fisik dan Kontaminasi
• Penataan produk dengan benar. Contoh : Box
produk yang berat bersebelahan dengan box
produk mudah pecah maka masing2 tumpukan
diatur dalam jumlah kecil/tidak terlalu tinggi
• Hindari kontak dengan ujung – ujung yang tajam
• Penumpukan box tidak lebih dari 2.5 m
• Obat jangan diletakkan langsung di lantai
• Menjaga kebersihan dan keteraturan ruang
• Hindari kebocoran
Penyimpanan
01 LASA
02 Narkotika
03 Psikotropika
04 Prekursor
05 Metothrexate
06 Obat Gol. B
07 Obat Gol. T
08 Obat Gol. K
09 Suppositoria
10 Prebiotik
11 Glibenklamida
12 Anti koagulan
PREBIOTIK
Pemusnahan
• Dilaksanakan untuk obat yang tidak memenuhi syarat
untuk didistribusi (rusak, ED)
• Harus diidentifikasi secara tepat, label yang jelas,
disimpan terpisah, terkunci, dan ditangani sesuai
prosedur tertulis
• Proses pemusnahan obat harus dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundangan dan dilaporkan
• Dokumentasi beserta laporan harus disimpan sesuai
ketentuan
PEMUSNAHAN
Pemusnahan dan penarikan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1.
2. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja.
4. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Cara Memusnahkan Obat Psikotropika, Narkotika, dan
Prekursor Farmasi di Apotek
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi hanya dilakukan dalam hal: diproduksi tanpa
memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
dan/atau tidak dapat diolah kembali; telah
kadaluarsa; tidak memenuhi syarat untuk digunakan
pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa
penggunaan; dibatalkan izin edarnya; atau
berhubungan dengan tindak pidana
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi harus dilakukan dengan: tidak mencemari
lingkungan; dan tidak membahayakan kesehatan
masyarakat.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian
menyampaikan surat pemberitahuan dan
permohonan saksi kepada: Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah
Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat.
b. Balai Besar/ Balai Pengawas Obat dan Makanan
setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menetapkan petugas di lingkungannya menjadi
saksi pemusnahan sesuai dengan surat
permohonan sebagai saksi.
c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud pada huruf b.
d. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk bahan baku, produk antara, dan
produk ruahan harus dilakukan sampling untuk
kepentingan pengujian oleh petugas yang
berwenang sebelum dilakukan pemusnahan.
e. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi harus dilakukan pemastian
kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum
dilakukan pemusnahan
(1) Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas
distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian/pimpinan
lembaga/dokter praktik perorangan yang
melaksanakan pemusnahan Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi harus membuat Berita Acara
Pemusnahan.
(2) Berita Acara Pemusnahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), paling sedikit memuat:
a. hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan;
b. tempat pemusnahan;
c. nama penanggung jawab fasilitas
produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik
perorangan;
d. nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan
saksi lain badan/sarana tersebut;
e. nama dan jumlah Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi yang dimusnahkan;
f. cara pemusnahan; dan
g. tanda tangan penanggung jawab fasilitas
produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/ dokter praktik
perorangan dan saksi.
(3) Berita Acara Pemusnahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan
tembusannya disampaikan kepada Direktur Jenderal
dan Kepala Badan/Kepala Balai menggunakan contoh
sebagaimana tercantum dalam Formulir 10.
Pharmaceutical Disposal
Sarana Distribusi
Bangunan & Peralatan
Berdasarkan Kontrak
Operasional Dokumentasi
Inspeksi Diri
GUIDELINES FOR THE STORAGE OF
ESSENTIAL MEDICINES AND OTHER
HEALTH COMMODITIES
133
Terima Kasih
Terima Kasih
Terima Kasih
Terima Kasih
Terima Kasih
Formulir 1
……………………………….20……..
2
……………………………………..
NIP
DAFTAR OBAT YANG DIMUSNAHKAN
……………………………….20……..
2
……………………………………..
NIP
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN PENGGOLONGAN NARKOTIKA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERUBAHAN
PENGGOLONGAN NARKOTIKA.
Pasal 1
Daftar Narkotika golongan I, golongan II dan golongan III
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 415), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-3-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Januari 2017
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Januari 2017
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN PENGGOLONGAN
NARKOTIKA
3. ALFAMETADOL : Alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-
heptanol
4. ALFAPRODINA : Alfa-l, 3-dimetil-4-fenil-4-
propionoksipiperidina
5. ALFENTANIL : N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-okso-l H-
tetrazol-1il)etil]-4-(metoksimetil)-4-
piperidinil]-N-fenilpropanamida
6. ALLILPRODINA : 3-Allil-1-metil-4-fenil-4-
propionoksipiperidina
7. ANILERIDINA : Asam 1-para-aminofenetil-4-
fenilpiperidina)-4-karboksilatetil ester
8. ASETILMETADOL : 3-Asetoksi-6-dimetilamino-4,4-
difenilheptana
9. BENZETIDIN : Asam 1-(2-benziloksietil)-4-
fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
10. BENZILMORFINA : 3-benzilmorfina
11. BETAMEPRODINA : Beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-
propionoksipiperidina
12. BETAMETADOL : Beta-6-dimetilamino-4,4-difenil-3–
heptanol
13. BETAPRODINA : Beta-1,3-dimetil-4-fenil-4-
propionoksipiperidina
14. BETASETILMETADOL : Beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4-
difenilheptana
15. BEZITRAMIDA : 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-
okso-3-propionil-
1-benzimidazolinil)piperidina
16. DEKSTROMORAMIDA : (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-
(1-pirolidinil)butil]morfolina
17. DIAMPROMIDA : N-[2-(metilfenetilamino)-propil]
propionanilida
18. DIETILTIAMBUTENA : 3-dietilamino-1,1-di-(2’-tienil)-1-
butena
19. DIFENOKSILAT : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-
fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
-12-
61. Morfina
62. NIKOMORFINA : 3,6-Dinikotinilmorfina
63. NORASIMETADOL : (±)-Alfa-3-asetoksi-6-metilamino-
4,4-difenilheptana
64. NORLEVORFANOL : (-)-3-Hidroksimorfinan
65. NORMETADONA : 6-Dimetilamino-4,4-difenil-3-
heksanona
66. NORMORFINA : Dimetilmorfina atau N-
demetilatedmorfina
67. NORPIPANONA : 4,4-Difenil-6-piperidino-3-
heksanona
68. OKSIKODONA : 14-Hidroksidihidrokodeinona
69. OKSIMORFONA : 14-Hidroksidihidromorfinona
70. PETIDINA INTERMEDIAT A : 4-Siano-1-metil-4-fenilpiperidina
71. PETIDINA INTERMEDIAT B : Asam 4-Fenilpiperidina-4-
karboksilat etil ester
72. PETIDINA INTERMEDIAT C : Asam 1-Metil-4-fenilpiperidina-4-
karboksilat
73. PETIDINA : Asam 1-Metil-4-fenilpiperidina-4-
karboksilat etil ester
74. PIMINODINA : Asam 4-Fenil-1-( 3-
fenilaminopropil)-piperidina-4-
karboksilat etil ester
75. PIRITRAMIDA : Asam 1-(3-Siano-3,3-difenilpropil)-
4(1piperidino)-piperdina-4-
karboksilat amida
76. PROHEPTASINA : 1,3-Dimetil-4-fenil-4-
propionoksiazasikloheptana
77. PROPERIDINA : Asam 1-Metil-4-fenilpiperidina-4-
karboksilat isopropil ester
78. RASEMETORFAN : (±)-3-metoksi-N-metilmorfinan
79 RASEMORAMIDA : (±)-4-[2-Metil-4-okso-3,3-difenil-4-
(1-pirolidinil)butil]-morfolina
80. RASEMORFAN : (±)-3-Hidroksi-N-metilmorfinan
81. SUFENTANIL : N-[4-(metoksimetil)-1-[2-(2-tienil)-
etil -4-piperidil] propionanilida
-15-
82. TEBAINA
83. TEBAKON : Asetildihidrokodeinona
84. TILIDINA : (±)-Etil-trans-2-(dimetilamino)-1-
fenil-3-sikloheksena-1-karboksilat
85. TRIMEPERIDINA : 1,2,5-Trimetil-4-fenil-4-
propionoksipiperidina
86. BENZILPIPERAZIN (BZP), : 1-Benzilpiperazin
N-BENZILPIPERAZIN
87. META- : 1-(3-Klorofenil)piperazin
KLOROFENILPIPERAZIN
(MCPP)
88. DIHIDROETORFIN : 7,8-Dihidro-7α-[1-(R)-hidroksi-1-
metilbutil]-6,14-endo-
etanotetrahidrooripavina
89. ORIPAVIN : 3-O-Demetiltebain
90. REMIFENTANIL : Asam1-(2-Metoksikarboniletil)-4-
(fenilpropionilamino)-piperidina-4-
karboksilat metil ester
91. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas.
1. ASETILDIHIDROKODEINA
2. DEKSTROPROPOKSIFENA : Alfa-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-
metil-2-butanol propionat
3. DIHIDROKODEINA
4. ETILMORFINA : 3-Etilmorfina
5. KODEINA : 3-Metilmorfina
6. NIKODIKODINA : 6-Nikotinildihidrokodeina
7. NIKOKODINA : 6-Nikotinilkodeina
8. NORKODEINA : N-Demetilkodeina
9. POLKODINA : Morfoliniletilmorfina
10. PROPIRAM : N-(1-Metil-2-piperidinoetil)-N-2-
piridilpropionamida
-16-
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
binfar.kemkes.go.id
www.binfar.kemkes.go.id
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PERUBAHAN PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA.
Pasal 1
Daftar psikotropika golongan II dan golongan IV tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
www.binfar.kemkes.go.id
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Januari 2017
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Januari 2017
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
www.binfar.kemkes.go.id
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN PENGGOLONGAN
PSIKOTROPIKA
www.binfar.kemkes.go.id
No. Nama Lazim Nama Kimia
8-Kloro-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3-a][1,4]
12. ESTAZOLAM
benzodiazepina
ETIL AMFETAMINA, N-Etil-α- metilfenetilamina
13. nama lain
N-Etilamfetamina
Etil 7-kloro-5-(o-fluorofenil)-2,3-dihidro-2-
14. ETIL LOFLAZEPAT
okso-1H-1,4-benzodiazepina-3-karboksilat
15. ETINAMAT 1-Etinilsikloheksanolkarbamat
16. ETKLORVINOL 1-Kloro-3-etil-1-penten-4-in-3-ol
17. FENCAMFAMINA N-Etil-3-fenil-2-norbornanamina
18. FENDIMETRAZINA (+)-(2S,3S)-3,4-Dimetil-2-fenilmorfolina
19. FENOBARBITAL Asam 5-etil-5-fenilbarbiturat
20. FENPROPOREKS (±)-3-[(α-Metilfeniletil)amino] propionitril
21. FENTERMINA α,α-Dimetilfenetilamina
7-Kloro-5-(o-fluorofenil)-1,3-dihidro-1-metil-
22. FLUDIAZEPAM
2H-1,4-benzodiazepin-2-on
7-Kloro-1-[2-(dietilamino)etil]-5-(o-
23. FLURAZEPAM fluorofenil)-1,3-dihidro-2H-1,4
benzodiazepin-2-on
7-Kloro-1,3-dihidro-5-fenil-1-(2,2,2-
24. HALAZEPAM
trifluoroetil)-2H-1,4 benzodiazepin-2-on
10-Bromo-11b-(o-fluorofenil)-2,3,7,11b-
25. HALOKSAZOLAM tetrahidrooksazolo[3,2d][1,4]benzodiazepin-
6(5H)-on
7-Kloro-1,3-dihidro-3-hidroksi-1-metil-5-
26. KAMAZEPAM fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
dimetikarbamat (ester)
11-Kloro-8,12b-dihidro-2,8-dimetil-12b-
27. KETAZOLAM fenil-4H-[1,3]oksazino[3,2-d][1,4]
benzodiazepin-4,7(6H)-dion
7-Kloro-1-metil-5-fenil-1H-1,5-
28. KLOBAZAM
benzodiazepin-2,4(3H,5H)-dion
10-Kloro-11b-(o-klorofenil)-2,3,7,11b-
29. KLOKSAZOLAM tetrahidro-oksazolo-
[3,2d][1,4]benzodiazepin-6(5H)-on
www.binfar.kemkes.go.id
No. Nama Lazim Nama Kimia
5-(o-Klorofenil)-1,3-dihidro-7-nitro-2H-1,4-
30. KLONAZEPAM
benzodiazepin-2-on
Asam 7-kloro-2,3-dihidro-2-okso-5-fenil-1H-
31. KLORAZEPAT
1,4-benzodiazepina-3-karboksilat
7-Kloro-2-(metilamino)-5-fenil-3H-1,4-
32. KLORDIAZEPOKSIDA
benzodiazepina-4-oksida
5-(o-Klorofenil)-7-etil-1,3-dihidro-1-metil-
33. KLOTIAZEPAM
2H-tieno[2,3-e]-1,4-diazepin-2-on
LEFETAMINA, (-)-N,N-Dimetil-1,2-difeniletilamina
34.
nama lain SPA
6-(o-Klorofenil)-2,4-dihidro-2-[(4-metil-1-
35. LOPRAZOLAM piperazinil)metilen]-8-nitro-1H-imidazo[1,2-
a][1,4]benzodiazepin-1-on
7-Kloro-5-(o-klorofenil)-1,3-dihidro-3-
36. LORAZEPAM
hidroksi-2H-1,4-bonzodiazepin-2-on
7-Kloro-5-(o-klorofenil)-1,3-dihidro-3-
37. LORMETAZEPAM
hidroksi-1-metil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
5-(p-Klorofenil)-2,5-dihidro-3H-imidazo[2,1-
38. MAZINDOL
a]isoindol-5-ol
7-Kloro-2,3-dihidro-1-metil-5-fenil-1H-1,4-
39. MEDAZEPAM
benzodiazepina
40. MEFENOREKS N-(3-Kloropropil)-α-metilfenetilamina
41. MEPROBAMAT 2-Metil-2-propil-1,3 propanadioldikarbamat
3-(α-Metilfenetil)-N-(fenilkarbamoil)
42. MESOKARB
sidnonimina
43. METILFENOBARBITAL Asam 5-etil-1-metil-5-fenilbarbiturat
44. METIPRILON 3,3-Dietil-5-metil-2,4-piperidina-dion
8-Kloro-6-(o-fluorofenil)-1-metil-4H-
45. MIDAZOLAM
imidazo[1,5-a][1,4] benzodiazepina
1,3-Dihidro-1-metil-7-nitro-5-fenil-2H-1,4-
46. NIMETAZEPAM
benzodiazepin-2-on
1,3-Dihidro-7-nitro-5-fenil-2H-1,4-
47. NITRAZEPAM
benzodiazepin-2-on
7-Kloro-1,3-dihidro-5-fenil-2H-1,4-
48. NORDAZEPAM
benzodiazepin-2-on
www.binfar.kemkes.go.id
No. Nama Lazim Nama Kimia
7-Kloro-1,3-dihidro-3-hidroksi-5-fenil-2H-
49. OKSAZEPAM
1,4-benzodiazepin-2-on
10-Kloro-2,3,7,11b-tetrahidro-2-metil-11b-
50. OKSAZOLAM feniloksazolo[3,2-d][1,4]benzodiazepin-
6(5H)-on
51. PEMOLINA 2-Amino-5-fenil-2-oksazolin-4-on
7-Kloro-1,3-dihidro-5-fenil-1-(2-propinil)-
52. PINAZEPAM
2H-1,4-benzodiazepin-2-on
53. PIPRADROL 1,1-Difenil-1-(2-piperidil) metanol
54. PIROVALERONA 4’-Metil-2-(1-pirolidinil) valerofenon
7-Kloro-1-(siklopropilmetil)-1,3-dihidro-5-
55. PRAZEPAM
fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
56. SEKBUTABARBITAL Asam 5-sek-butil-5-etilbarbiturat
7-Kloro-1,3-dihidro-3-hidroksi-1-metil-5-
57. TEMAZEPAM
fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
7-Kloro-5-(1-sikloheksen-1-il)-1,3-dihidro-1-
58. TETRAZEPAM
metil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
8-Kloro-6-(o-klorofenil)-1-metil-4H-s-
59. TRIAZOLAM
triazolo[4,3-a][1,4] benzodiazepina
60. VINILBITAL Asam 5-(1-metilbutil)-5-vinilbarbiturat
N,N,6-Trimetil-2-p-tolilimidazo[1,2-
61. ZOLPIDEM
a]piridina-3-asetamida
7-Bromo-5-(2-klorofenil)-1,3-dihidro-2H-1,4-
62. FENAZEPAM
benzodiazepin-2-on
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
binfar.kemkes.go.id
www.binfar.kemkes.go.id
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
3. Undang-Undang...
-2-
11. Peraturan...
-3-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. Psikotropika...
-4-
11. Apotek...
-5-
Pasal 2
BAB II...
-6-
BAB II
PEREDARAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7...
-7-
Pasal 7
Bagian Kedua
Penyaluran
Paragraf 1
Umum
Pasal 8
Pasal 9
Paragraf 2...
-8-
Paragraf 2
Penyaluran Narkotika Golongan I
Pasal 10
Paragraf 3
Penyaluran Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi Dalam Bentuk Bahan Baku
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Paragraf 4
Penyaluran Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi Dalam Bentuk Obat Jadi
Pasal 14
Pasal 15...
- 10 -
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Bagian Ketiga
Penyerahan
Paragraf 1
Umum
Pasal 18
Paragraf 2
Penyerahan Narkotika dan Psikotropika
Pasal 19
(3) Penyerahan...
- 12 -
Pasal 20
Pasal 21
Paragraf 3
Penyerahan Prekursor Farmasi
Pasal 22
Pasal 23...
- 14 -
Pasal 23
(1) Penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4), ayat (5),
dan ayat (6) harus berdasarkan surat permintaan tertulis yang
ditandatangani oleh Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian
penanggung jawab atau dokter yang menangani pasien dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 7,
Formulir 8, dan Formulir 9 terlampir.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas oleh
Apotek kepada Toko Obat, hanya dapat dilakukan berdasarkan surat
permintaan tertulis yang ditandatangani oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 8 terlampir.
(3) Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas kepada
pasien harus memperhatikan kerasionalan jumlah yang diserahkan
sesuai kebutuhan terapi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB III
PENYIMPANAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
(1) Gudang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang
dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang
berbeda;
b. langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi;
c. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji
besi;
d. gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker
penanggung jawab; dan
e. kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab dan
pegawai lain yang dikuasakan.
(2) Ruang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat;
b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji
besi;
c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan;
dan
e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker
penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk.
(3) Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. terbuat dari bahan yang kuat;
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci
yang berbeda;
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk
Instalasi Farmasi Pemerintah;
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum,
untuk Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas,
Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan ; dan
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Pasal 27...
- 16 -
Pasal 27
Bagian Kedua
Penyimpanan Narkotika atau Psikotropika
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
(3) Gudang...
- 17 -
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Bagian Ketiga
Penyimpanan Prekursor Farmasi
Pasal 35
Pasal 36
BAB IV
PEMUSNAHAN
Pasal 37
Pasal 38...
- 19 -
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
g. tanda tangan...
- 21 -
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Pencatatan
Pasal 43
(4) Pencatatan...
- 22 -
(4) Pencatatan yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) harus dibuat sesuai dengan dokumen penerimaan dan
dokumen penyaluran termasuk dokumen impor, dokumen ekspor
dan/atau dokumen penyerahan.
Pasal 44
Bagian Kedua
Pelaporan
Pasal 45
(5) Pelaporan...
- 23 -
(5) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(4) paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika,
dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;
f. jumlah yang disalurkan; dan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran
dan persediaan awal dan akhir.
(6) Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib
membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala Balai setempat.
(7) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling sedikit terdiri
atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika,
dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.
(8) Puskesmas wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(9) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4)
dan ayat (6) dapat menggunakan sistem pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi secara elektronik.
(10) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4)
dan ayat (6) disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan
berikutnya.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi diatur oleh Direktur
Jenderal.
BAB VI...
- 24 -
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 46
Pasal 47
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 48
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, setiap Industri Farmasi,
PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, atau Lembaga Ilmu Pengetahuan
dalam melakukan penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi harus menyesuaikan dengan ketentuan penyimpanan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini paling lambat 3 (tiga)
tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 49
Pasal 50...
- 25 -
Pasal 50
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Januari 2015
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Januari 2015
ttd
YASONNA H. LAOLY
Catt:
- Satu surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis Narkotika
- Surat Pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap
Formulir 2
Catt:
Surat Pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap
Formulir 3
Catt:
Surat Pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap
Formulir 4
Catt:
Surat Pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap
Formulir 5
Nama Apoteker
No. SIK /SIPA
Catt:
- Satu Surat Permintaan hanya berlaku untuk satu resep
- Surat Permintaan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap
- Dilampirkan kopi resep
Formulir 6
Nama Dokter
No. SIP
Catt:
- Satu Surat Permintaan hanya berlaku untuk satu jenis
Narkotika/Psikotropika
- Surat Permintaan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap
Formulir 7
Nama Apoteker
No. SIK /SIPA
Catt:
- Satu Surat Permintaan hanya berlaku untuk satu resep
- Surat Permintaan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap
- Dilampirkan kopi resep
Formulir 8
Catt:
- Satu Surat Permintaan hanya berlaku untuk satu Prekursor Farmasi
Golongan Obat Bebas Terbatas
- Surat Permintaan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap
Formulir 9
Nama Dokter
No. SIP
Catt:
- Satu Surat Permintaan hanya berlaku untuk satu jenis Prekursor Farmasi
- Surat Permintaan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap
Formulir 10
Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun... sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor... Tahun… tentang Peredaran,
Penyimpanan dan Pemusnahan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi, kami yang bertandatangan di bawah ini:
(Nama Apoteker/Pimpinan)
SIK/SIPA/NIP
Saksi-saksi:
1. Petugas Kementerian Kesehatan RI,
Tanda tangan
(.....................)
Tanda tangan
(.....................)
Tanda tangan
(.....................)
Lampiran Berita Acara Pemusnahan Narkotika:
Nomor :................./............../ 20
(Nama Apoteker/Pimpinan)
SIK/SIPA/NIP
Saksi-saksi:
1. Petugas Kementerian Kesehatan RI,
Tanda tangan
(.....................)
Tanda tangan
(.....................)
Tanda tangan
(.....................)